Anda di halaman 1dari 16

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS INSTRUMENTAL

MODUL I
TITRASI ASAM BASA

Tanggal Praktikum:
22 September 2021
Nama/NIM Anggota Kelompok:

Kelompok C3
Muhammad Al Fatih Ansyari 120260078
Mutiara Robbanii 120260087
Lutfia Amalia Putri 120260161
Adilla Trisna Wulandari 120260077
Khansa Nur Izzati 120260129

PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN SAINS


INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2021/2022
I. Tujuan
1. Menentukan normalitas larutan NaOH dan HCl yang digunakan
2. Menetapkan kadar senyawa atau obat yang bersifat asam
II. Prinsip Percobaan
Titrasi merupakan proses atau prosedur di dalam analisis volumetrik yang
mana sesuatu titran ataupun larutan standar (yang sudah dikenal
konsentrasinya) di teteskan secara cermat melewati buret ke larutan lain
yang bisa bereaksi dengannya (belum dikenal konsentrasinya) sehingga
tercapai titik Ekuivalen ataupun titik akhir. Larutan yang hendak
ditentukan kadarnya disebut sebagai titer serta umumnya diletakkan
didalam erlenmeyer, sebaliknya larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai larutan sintesis ataupun titran serta
diletakkan didalam buret. Baik titer maupun titran biasanya berupa larutan
(Almatsier, 2003).

Titrasi asam basa ialah Titrasi sebagai akumulasi secara hati hati
beberapa larutan basa dengan konsentrasi yang diketahui ke dalam larutan
asam dengan konsentrasi yang tidak diketahui ataupun akumulasi asam ke
basa guna menggapai titik akhir. Titik akhir bisa di deteksi dalam
campuran reaksi yang tidak berwarna dengan meningkatkan zat yang
disebut indikator. Titik akhir diisyarati dengan pergantian warna indikator
ataupun peningkatan ataupun penyusutan pH tiba tiba, meski pH
campuran reaksi berganti secara kontinyu sepanjang proses Titrasi asam
basa. Grafik pH versus volume dari larutan Titrasi v dinamakan kurva
titrasi. wujudnya bergantung pada nilai Ka serta konsentrasi asam serta
basa yang bereaksi. Konsep kesetimbangan asam basa bisa dipakai guna
mencari wujud yang pas dari kurva titrasi apabila seluruh besaran ini
diketahui.
Sesuatu Titrasi disebut ideal bila titik akhir titrasi sama dengan titik
ekuivalen teoritis. Dalam realitasnya senantiasa terdapat perbandingan
kecil, perbandingan ini disebut kesalahan titrasi yang dinyatakan dengan
ml larutan baku. Oleh sebab itu, pemilihan indikator wajib dicoba
sedemikian rupa guna meminimalisasi kesalahan Titrasi. Ada 3 ketentuan
yang dibutuhkan supaya proses titrasi berhasil. Pertama, konsentrasi titran
wajib diketahui. Kedua, titik ekuivalen wajib diketahui. Ketiga, volume
titran yang diperlukan untuk menggapai titik ekuivalen wajib diketahui
setepat mungkin. Proses titrasi asam basa biasanya di pantau dengan
penggambaran pH larutan yang dianalisis sebagai fungsi jumlah titran
yang ditambahkan. Gambar yang diperoleh tersebut disebut kurva pH
ataupun kurva titrasi yang didalamnya ada titik ekuivalen, ialah titik di
mana Titrasi dihentikan( Sastroamidjojo, 2005).
Bersumber pada metode Titrasi nya metode titrasi bisa dikelompokkan
sebagai Titrasi langsung serta Titrasi kembali. Metode Titrasi langsung
dicoba dengan menitrasi langsung zat yang hendak ditetapkan. Metode ini
mudah, cepat serta simpel. Sedangkan itu, pada metode Titrasi kembali,
Titrasi dicoba dengan metode akumulasi titran dalam jumlah berlebihan
serta tertentu ataupun kuantitatif. Setelah itu kelebihan titran di Titrasi
dengan titran lain. Hal ini dipilih sebab Analitik tidak bisa bereaksi cepat
dengan larutan baku awal. Pada metode Titrasi tidak langsung ini ada 2
sber kesalahan sebab memakai 2 titran sehingga kesalahan menjadi lebih
besar. tidak hanya itu, metode ini pula memakan waktu yang lama.
Sedangkan itu berdasarkan jumlah sampel, metode Titrasi dibedakan jadi
Titrasi makro semi makro serta mikro. Titrasi makro mengaitkan jumlah
sampel 100- 1000 miligram, dengan volume titran 10 hingga 100 ml, dan
memakai Buret dengan ketelitian Buret sebesar 0,02 ml. Titrasi semi
mikro melibatkan jumlah sampel sebesar 10 hingga 100 miligram. Dengan
volume titran 1-10 ml serta Buret yang digunakan memiliki ketelitian 0,
0001 ml. Terakhir, pada titrasi mikro, jumlah sampel yang dibutuhkan
yaitu satu hingga 10 miligram, volume titran sebanyak 0,1-1 ml serta
memakai Buret dengan ketelitian sebesar 0,001.
Prinsip Dasar Titrasi Asam Basa Titrasi asam basa mengaitkan respon
antara asam dengan basa, sehingga bakal berlangsung pergantian pH
larutan yang dititrasi. Prinsip Titrasi asam basa akan jadi setimbang (
PH=7) jika jumlah asam setara dengan jumlah basa. Secara percobaan,
pergantian pH bisa diiringi dengan mengukur pH larutan yang dititrasi
dengan elektrode pH meter. Titrasi asam basa mengaitkan asam ataupun
basa selaku titer maupun titran. Kandungan larutan asam ditentukan
dengan memakai larutan basa ataupun kebalikannya. Titran ditambahkan
tetes demi tetes hingga meraih kondisi ekivalen (maksudnya secara
stoikiometri titran serta titer tepat habis bereaksi) yang umumnya
diisyarati dengan berubahnya warna indikator. Kondisi ini disebut sebagai
“titik ekivalen” ialah titik dimana konsentrasi asam sama dengan
konsentrasi basa ataupun titik dimana jumlah basa yang ditambahkan
sama dengan jumlah asam yang dinetralkan [H+]=[OH-]. Kebalikannya
keadaan dimana titrasi dihentikan dengan prosedur melihat pergantian
warna indikator disebut “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini
mendekati titik ekuivalen, tetapi umumnya titik akhir titrasi melewati titik
ekuivalen. Oleh sebab itu, titik akhir titrasi sering disebut pula selaku titik
ekuivalen. Proses titrasi di hentikan ketika sampai pada titik ekuivalen.
Kemudian volume titran yang dibutuhkan dicatat untuk mencapai keadaan
tersebut. Volume pada saat titik akhir titrasi inilah yang digunakan untuk
perhitungan kadar air analitik secara titrasi (Dayu, 2009).
III. Alat dan Bahan (MSDS)
Alat:
1) Hotplate
2) Cawankaca
3) Gelasukur
4) Gelaskimia
5) Pipet tetes
6) Pipet volume
7) Bulb filler
8) Erlenmeyer
9) Buret
10) Statif
11) Klem
Bahan:
1) HCl
2) Etanol
3) NaOH
4) Phenolphtalein
5) Asammefenamat
6) Aspirin
7) Aquades
8) Kalium Biftalat
9) Bromfenol biru
MSDS:
Zat Sifat Fisiko Kimia Bahaya Penanganan
Natrium Massa molar: Penghirupan NaOH Mata atau bagian
Hidroksida 39,997 g/mol dapat tubuh lainnya
Rumus molekul: menyebabkan harus disirami air
NaOH mual, muntah, mengalir terus-
Bentuk: sesak napas, menerus sembari
Padatan Kristal sakit menunggu
tidak berwarna tenggorokan, datangnya
Pkb: 0,2 hingga gejala bantuan medis.
Titik didih: 1388 °C iritasi berat
Titik lebur: 318 °C seperti
Kelarutan: pneumonia dan
Mudah larut dalam edema. Dilansir
air dari Vedantu,
NaOh yang
terkena mata
dapat
menyebabkan
luka bakar
menyeluruh
yang
mengakibatkan
gangguan mata
hingga kebutaan
permanen
Asam Klorida Massa molar: Jika terhirup bisa Bila menghirup bahan
36,458 g/mol menyebabkan kimia beracun ini,
Rumus molekul: kerusakan pada segera pindah ke
HCl paru-paru yang tempat terbuka
Bentuk: membuat dan hirup udara
Cair, Bening, Bau pengambilan segar. Setelah itu,
merangsang dan oksigen segera ke rumah
beracun terganggu. Hal sakit terdekat
Pka: -7 ini untuk melakukan
Titik Didih: 110 °C menyebabkan pemeriksaan.
Titik Lebur: kebiruan pada Bila terkena percikan
-27,32 °C bibir dan kuku, asam klorida pada
Kelarutan: Dapat dada terasa mata atau kulit,
larut dalam air sesak, tersedak, dianjurkan untuk
batuk darah, membilas bagian
pusing, serta yang terkena
pingsan Jika dengan air selama
terkena kulit 15 menit.
membuat kulit Jika tertelan, sangat
melepuh, dianjurkan untuk
terbakar, dan segera minum air
nyeri. Jika tidak atau susu. Jangan
sengaja tertelan, coba untuk
bahan kimia ini memuntahkannya.
bisa
menyebabkan
nyeri seperti
terbakar yang
parah, sakit
perut hebat,
muntah darah,
dan nyeri dada.
Asam Massa molar: Bila asam Hubungi pihak medis
Mefenamat 241,285 g/mol mefenamat tidak atau cari
Rumus molekul: sesuai aturan pertolongan medis
C15H15NO2 dapat berpotensi
Bentuk: menyebabkan
Padat, bening mual, muntah,
Pka: 4,2 sakit kepala,
Titik Didih: ruam pada kulit,
398,8 °C kembung dan
Titik Lebur: 230 °C diare
Kelarutan:
Sulit larut dalam air
Aspirin Massa Molar: Bila pemakaian Hubungi pihak medis
0180,158 g/mol aspirin tidak atau cari
Rumus Molekul: sesuai aturan pertolongan medis
C₉H₈O₄ dapat berpotensi
Bentuk: mengakibatkan
Padat, bening mimisan,
Pka: 3,5 penyakit kuning,
Titik Didih: 140 °C urine berwarna
Titik lebur: 135 °C gelap, dan
Kelarutan: pendarahan
Sulit larut dalam air saluran
pencernaan
Etanol Massa molar: Pada kulit sensitif Bilas pada bagian
46,07 g/mol atau kulit yang terkena,
Rumus molekul: kering, pada namun pada
C2H6O jumlah yang bagian mata tidak
Bentuk: tinggi dapat boleh di usap
Tidak berwarna, mengakibatkan
bentuk cair iritasi kulit. Jika
Titik lebur: terkena mata
-141,1 °C dapat
Titik didih: menyebabkan
78,37 °C iritasi pada
Kelarutan: mata.
Larut tercampur
pada 20 °C
Merah Fenol Massa molar: Jika terkena kulit Basuh kulit dengan
354,38 g/mol dan mata dapat air mengalir,
Rumus molekul: terjadi iritasi basuh mata tanpa
C19H14O5S mengucek mata
Bentuk:
Padat bubuk, warna
merah kecolatan,
tidak berbau
Titik lebur:
258 - 263 °C
Titik didih: 300 °C
Kelarutan: 0,77 g/l
di air
Aquades Massa molar : Tidak ada bahaya Tidak ada bahaya,
18,02 g/mol jika terkena tidak perlu
Rumus molekul : pertolongan
H2O
Bentuk:
Cair, tidak
berwarna, tidak
berbau
Ph : 7 Netral
Titik lebur : 0 °C
Titik didih : 100 °C
Kelarutan : Sangat
mudah larut
Kalium Massa molar: Iritasi pernafasan Jika terhirup segera
biftalat 204,22 g/mol jika terhirup, keluar ruangan
Rumus molekul: iritasi pada mata lalu hirup udara
C8H5KO4 jika terkena segara, jika
Bentuk: Padat, mata, iritasi terkena mata
tidak berwarna pada kulit jika bilaslah mata dan
Pka: 4 terkena kulit jangan kucek
Titik lebur: 295 °C mata, jika terkena
Kelarutan : 80 g/l kulit segera bilas
pada 20 °C kulit
Bromfenol Massa molekul: Dapat menyebabkan Basuh kulit dengan
biru 624.38 g/mol iritasi jika air mengalir,
Rumus molekul: terkena mata basuh mata tanpa
C27H28Br2O5S dan kulit mengucek mata
Bentuk:
Padat, berwarna
ungu.
Ph: 6.0-7.6
Titik lebur: 202 °C
Titik Didih: 78,3 °C
Kelarutan: Tidak
mudah larut
dalam air.
Phenolphtalein Massa molar: Dapat menimbulkan Hubungi pihak medis
318,32 g/mol gangguan pada atau cari
Rumus molekul: ginjal dan urin petolongan medis.
C₂₀H₁₄O₄ berwarna
Bentuk: Cair, tidak kemerahan
berwarna
Titik lebur: 260 °C
Titik Didih:
548.7°C
Kelarutan: Mudah
larut dalam air

IV. Prosedur Percobaan


A. Pembuatan Reagen
Dibuat reagen HCl dan NaOH sesuai dengan konsentrasi dan jumlah
yang diperlukan

Dibuat larutan indikator sesuai prosedur farmakope dan sesuai jumlah


yang diperlukan

B. Pembakuan Larutan NaOH

Ditimbang dengan saksama kurang lebih sejumlah kalium biftalat P


yang sudah dihaluskan dan dikeringkan pada suhu 120° selama 2 jam
dan dilarutkan dalam jumlah ml air bebas karbon dioksida P

Ditambahkan 2 tetes fenolftalein LP


Dititrasi dengan larutan natrium hidroksida hingga menjadi warna
merah muda yang tetap

Dihitung jumlah kalium biftalat yang diperlukan untuk sejumlah


maksimum 10 ml NaOH dalam setiap titrasi pembakuan

C. Pembakuan Larutan HCl

Dilakukan pembakuan pada larutan HCl menggunakan larutan NaOH


yang dibakukan terhadap kalium biftalat

Volume maksimum titrasi pembakuan adalah 10 ml

D. Penetapan Kadar Asam Mefenamat

Dilarutkannya sejumlah sampel asam mefenamat ke dalam 50 ml


etanol hangat yang sudah dinetralisasi dengan 0,1N NaOH
menggunakan indicator fenol merah

Aliquot 10 ml sampel digunakan NaOH 0,1N dan indikator merah


fenol 0,1 ml

Dilakukan titrasi secara duplo dan dilakukan penetapan blanko

E. Penetapan Kadar Aspirin

Dilarutkan sejumlah sampel aspirin ke dalam 30 ml dari NaOH 0,5N


yang berlebih

Di didihkan secara perlahan selama 10 menit

Aliquot 10 ml

Dititrasi kelebihan NaOH menggunakan HCl 0,5N menggunakan


indikator fenol merah
Dilakukan titrasi secara duplo dan dilakukan penetapan blanko

F. Penetapan Kadar Karbonat Dan Hidrogen Karbonat

Dilarutkan sejumlah sampel dalam 25 ml air

Aliquot 5 ml

Ditirasi dengan HCl 0,1N menggunakan 5 tetes indikator higga muncul


warna pink yaitu campuran dari timol biru-kresol merah

Dilakukan titrasi secara duplo dan dilakukan penetapan blanko

Dihitung volume yang bereaksi A

Aliquot kembali 5 ml

Ditirasi dengan HCl 0,1N menggunakan 5 tetes indikator bromfenol


biru

Dilakukan titrasi secara duplo dan dilakukan penetapan blanko

Dihitung volume yang bereaksi B

V. Pengolahan Data/Perhitungan
A. Pembuatan Reagen
• Pembuatan Reagen HCl
Cari Konsentrasi awal dari HCl menggunakan rumus :
Molaritas = [(% x massa jenis) / berat molekul] x 10
Lalu lakukan pengenceran dengan rumus :
M1 x V1 = M2 x V2
• Pembuatan Reagen NaOH
Pada pembuatan reagen NaOH digunakan rumus untuk mengetahui
jumlah NaOH yang harus diambil dengan menggunakan rumus :
N = ( gr x valensi ) / ( Mr x volume L)

B. Pembakuan Larutan
Hitung jumlah kalium biftalat yang diperlukan untuk sejumlah
maksimum 10 mL
NaOH dalam setiap titrasi pembakuan dengan rumus :
N = Berat kalium biftalat (mg )/( volume NaOH x BE kalium biftalat )

C. Penetapan Kadar
Untuk menentukan kadar dalam suatu zat digunakan rumus :
Kadar (%) (m/v) = [(M x V x Mr) / 1000 x Vsampel] x 100%
atau
Kadar (%) (m/m) = [(M x V x Mr) / 1000 x M sampel] x 100%
Setelah dilakukan titrasi secara duplo maka dilakukan penetapan
blanko. Selanjutnya volume blanko dihitung dengan rumus :
V blanko = V berlebih - V titrasi
D. Penetapan Kadar Asam Mefenamat
Kadar asam mefenamat pada sampel dapat dihitung dengan rumus :
Kadar = (V x N) NaOH x BE sampel x 100 Berat Sampel(mg)
Setelah dilakukan titrasi duplo lalu dilakukan penetapan blanko. Untuk
menghitung Volume blanko digunakan rumus :
V blanko = V berlebih - V titrasi

E. Penetapan Kadar Aspirin


Dalam penetapan kadar aspirin cari normalitas dari aspirin terlebih
dahulu dengan rumus :
V NaOH x Kadar NaOH = V2 x N2
Normalitas aspirin = .... N
Setelah itu bisa di cari berapa banyak aspirin yang digunakan dengan
rumus :
Normalitas aspirin = ( gram / BE ) x ( 1000 / Volume )%
kadar = (m aspirin / m rata rata ) x 100%
Atau
Kosentrasi aspirin = [ ( V NaOH x M NaOH x Mr aspirin ) / massa ] x
100 %
Untuk menentukan volume blanko digunakan rumus :
V blanko = V berlebih - V titrasi

F. Penetapan Kadar Karbonat


Reaksi yang terjadi adalah
CO32-+ H+→ HCO3-
Reaksi lengkapnya adalah
HCO3- + H+→ H2CO3 → H2O + CO2
Untuk menghitung kadar karbonat bisa digunakan rumus :
Kadar karbonat = berat karbonat / volume sampel
Kadar karbonat = ( n x Mr ) / volume sampe
Kadar karbonat = [ ( M HCl x V HCl ) x Mr HCO3^2- x 1000 ] /
volume
Setelah dilakukan titrasi duplo dilakukan penetapan blanko, untuk
menghitung V blanko digunakan rumus:
V blanko = V berlebih - V titrasi
DAFTAR PUSTAKA

David W. Oxtoby, Gillis, dan Norman H. Nachtrieb, 2001. Prinsip-Prinsip Kimia


Modern Jilid I Terjemahan Suminar Setiati Achmdi. Jakarta: Erlangga. 316

Gandjar, Rohman, I.G. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
136

David W. Oxtoby, H.P. Gillis, Norman H. Nachtrieb. 2001. Kimia Modern Edisi 4.
Jakarta: Erlangga. 315

Rohman A., dkk. 2021. Analisis Obat Secara Volumetri. Yogyakarta: UGM Press
Neutrino.

Ika, Dani. 2009. Alat Otomatisasi Pengukur Kadar Vitamin C dengan Metode Titrasi
Asam Basa. Jurnal Neutrino. Vol. 1

TABEL PENGERJAAN

No. Nama NIM Kontribusi

1. Muhammad Al Fatih Ansyari 120260078 Alat dan Bahan,


MSDS
2. Mutiara Robbanii 120260087 Prinsip-prinsip
Percobaan
3. Lutfia Amalia Putri 120260161 Prosedur Percobaan,
Daftar Pustaka
4. Adilla Trisna Wulandari 120260077 Pengolahan
Data/Perhitungan
5. Khansa Nur Izzati 120260129 Cover, Tujuan,
Tabel Pengerjaan,
Editing

Anda mungkin juga menyukai