SAK EMKM
SAK EMKM adalah singkatan dari Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil,
Menengah. Standar akuntansi keuangan yang terakhir ini, patokan dasarnya adalah untuk
melakukan standarisasi pada UMKM. SAK EMKM disusun untuk memenuhi kebutuhan
pelaporan keuangan entitas mikro, kecil, dan menengah. Undang-Undang No 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dapat digunakan sebagai acuan dalam
mendefinisikan dan memberikan rentang kuantitatif EMKM. Standar ini ditujukan untuk
digunakan oleh entitas yang tidak atau belum mampu memenuhi persyaratan akuntansi yang
diatur dalam SAK ETAP. SAK EMKM berlaku efektif tanggal 1 Januari 2018 dan penerapan
dini dianjurkan. SAK EMKM disusun oleh DSAK IAI. Tujuan standarisasi ini adalah untuk
mendorong masyarakat berperan aktif dalam usaha kecil dan menengah. Laporan keuangan
yang dipersyaratkan menurut standar ini meliputi laporan posisi keuangan, laporan laba rugi,
dan catatan atas laporan keuangan.
SAK Syariah
SAK Syariah merupakan standar yang digunakan untuk entitas yang memiliki transaksi
syariah atau entitas berbasis syariah maupun non Syariah yang melakukan akad atau transaksi
berbasis syariah seperti bank syariah, pegadaian syariah, badan zakat, dan lain sebagainya.
Standar ini terdiri atas kerangka konseptual penyusunan dan pengungkapan laporan, standar
penyajian laporan keuangan, dan standar khusus transaksi syariah seperti mudharabah,
murabahah, salam, ijarah, dan istishna. SAK Syariah memiliki karakteristik khas yang tidak
sepenuhnya sesuai dengan konsep yang digunakan pada SAK umum. Proses penyusunan SAK
Syariah senantiasa mengacu ke fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional – Majelis
Ulama Indonesia.
Laporan Posisi Keuangan Memerlukan penyajian aset Penyajian bukan aset lancar
lancar maupun aset tidak ataupun aset tidak lancar,
lancar kecuali untuk industri hanya bila penyajian
tertentu seperti bank. likuiditas lebih releven dan
dapat diandalkan untuk item
tertentu.
Laporan Kinerja Keuangan Laporan laba rugi Laporan laba rugi
komprehensif
Laporan Laba/Rugi Sama seperti IFRS. Tetapi Tidak memiliki format
ada perbedaan rincian pada standar meskipun
item yang disajikan pada pengeluaran harus disajikan
laporan pendapatan yang dengan memilih salah satu
diterima di awal. dari dua format.
Laporan Arus Kas (Format Sama dengan IFRS tetapi Pos standar tetapi ketentuan
dan Metode) dalam beberapa entitas harus terbatas pada isinya:
menggunakan metode menggunakan metode
langsung. langsung atau metode tidak
langsung
Pos Luar Biasa Item pos luar biasa masih Di dalam IFRS dilarang
harus dilaporkan. menggunakan pos luar biasa.
Penyajian Keuntungan dan Diakui adanya keuntungan Menyajikan laporan
Kerugian yang Diakui dan kerugian yang disajikan keuangan yang mengakui
(Pendapatan dan dalam laporan perubahan keuntungan dan kerugian
Komprehensif Lainnya) ekuitas pemegang saham dalam catatan terpisah
ataupun tidak pada laporan
perubahan ekuitas pemegang
saham
Hasil Presentasi Perusahaan Secara Khusus tidak Menggunakan metode
Asosiasi memerlukan Penujukkan ekuitas yang menunjukkan
hasil saham sesudah pajak. hasil saham sesudah pajak.
Pengungkapan Signifikan Pengungkapan yang kurang Memberikan informasi yang
Tentang Asosiasi dibandingkan dengan IFRS. rinci atau signifikan atas
Informasi yang signifikan aktiva, kewajiban,
aktiva, kewajiban, pendapatan, dan hasil.
pendapatan, dan hasil yang
tidak diperlukan.
Tanggung Jawab Laporan Manajemen Tidak diatur
Keuangan
Komponen Laporan Neraca, laporan laba-rugi, Laporan posisi keuangan dan
Keuangan laporan arus kas. laporan laba-rugi
Karakteristik Kualitatif
KKPK menetapkan karakteristik kualitatif laporan keuangan yang bermanfaat dalam
pengambilan keputusan, yaitu kualitas terpahami (understandability), relevansi (relevance),
terandalkan (reliability), dan kualitas terbandingkan (comparability). Kualitas terandalkan
mencakup penggambaran sejujurnya (representational faithfulness), substansi mengungguli
bentuk, lengkap, netral, dan hati-hati (prudence). Menurut KKPK, pemenuhan karakteristik-
karakteristik kualitatif tersebut dibatasi oleh kendala biaya/manfaat. KKPK juga menyatakan
bahwa dalam praktiknya karakteristik tertentu bisa saja mengorbankan karakteristik lainnya
sehingga penyeimbangan (trade-off) antar-karakteristik seringkali diperlukan. KKPK
menyatakan bahwa penerapan karakteristik-karakteristik kualitatif tersebut seharusnya akan
menghasilkan penyajian laporan keuangan yang wajar.
IAS 1 yang sebagian besar ketentuannya diadopsi di Indonesia menjadi PSAK 1
menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan penggambaran terstruktur posisi keuangan
dan kinerja keuangan entit yang bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas, yang bermanfaat bagi beraneka ragam
pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut IAS 1/PSAK 1, penyajian wajar
mengharuskan penggambaran jujur (apa adanya) pengaruh transaksi, kejadian, dan kondisi
entitas sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan yang dinyatakan dalam KKPK Penerapan
IFRS/SAK, dengan pengungkapan tambahan yang diperlukan, dianggap akan menghasilkan
laporan keuangan yang tersaji secara wajar.”
Sejak tahun 2005, IASB dan FASB meninjau kembali kerangka konseptual masing-
masing. Berdasarkan pada kerangka konseptual masing-masing, kedua penyusun standar
utama dunia itu bersepakat untuk menghaluskan dan memperbaharui serta mengembangkan
satu kerangka bersama yang bisa digunakan untuk mengembangkan standar akuntansi. Tujuan
proyek kerangka konseptual itu adalah untuk menciptakan fondasi yang kokoh bagi standar
akuntansi masa depan yang berbasis prinsip, memiliki konsistensi internal serta konvergensi
internasional. IASB dan FASB telah menuntaskan Fase A dari Proyek Pembaharuan Kerangka
Konseptual mereka, Tujuan dan Karakteristik Kualitatif, pada bulan September 2010. Dengan
tuntasnya Fase A tersebut, IASB telah menerbitkan Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan
2010 (Conceptual Framework for Financial Reporting 2010), yang berisi dua bab baru serta
kerangka konseptual lama yang belum direvisi. FASB menerbitkan Concepts Statement 8 yang
menggantikan Concepts Statements 1 dan 2.
Basis Pengukuran
Pengukuran berarti menentukan jumlah rupiah elemen laporan keuangan yang akan
disajikan dalam laporan keuangan. Kerangka Konseptual menyatakan bahwa berbagai basis
pengukuran digunakan saat ini yang di antaranya adalah:
• Biaya historis (historical cost)
• Biaya kini (current cost)
• Nilai realisasi bersih (net realisable value)
• Nilai sekarang (present value)
Biaya historis adalah basis pengukuran yang paling lazim digunakan saat ini, tetapi
tetap dikombinasikan dengan basis pengukuran lainnya. Kerangka Konseptual tidak mencakup
konsep-konsep atau prinsip-prinsip untuk memilih basis pengukuran yang harus digunakan
untuk elemen laporan keuangan tertentu atau dalam situasi tertentu. Panduan pengukuran
dicakup dalam standar dan interpretasi.