Anda di halaman 1dari 14

BAB 2

STANDAR AKUNTANSI DAN KERANGKA KONSEPTUAL PELAPORAN


KEUANGAN (KKPK)

Standar akuntansi digunakan sebagai acuan dalam menyusun laporan keuangan


sehingga antar entitas menghasilkan laporan yang seragam. Standar akuntansi berisi mengenai
kerangka konseptual pelaporan keuangan dan pernyataan standar akuntansi. Saat ini, standar
yang digunakan secara internasional adalah International Financial Reporting Standard (IFRS)
yang disusun oleh International Accounting Standard Board (IASB). IFRS merupakan standar
global yang berkualitas tinggi dan kerangka akuntansi berdasarkan prinsip yang meliputi
pertimbangan profesional yang kuat dan pengungkapan yang jelas serta transparan. Banyak
negara yang melakukan adopsi dan konvergensi IFRS untuk dijadikan sebagai pedoman
akuntansi di negaranya namun tetap disesuaikan dengan negara masing-masing, termasuk di
Indonesia. Indonesia mulai aktif mengadopsi IFRS efektif sejak tahun 2012.
Standar akuntansi yang berlaku di Indonesia saat ini terdiri dari lima pilar standar
akuntansi, yaitu:
1. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
3. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM)
4. Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah)
5. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

Standar Akuntansi Keuangan (SAK)


Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan suatu prosedur acuan pembuatan
laporan keuangan agar terjadi keseragaman konsep dalam penyajian laporan keuangan yang
digunakan oleh entitas publik. Keseragaman pembuatan laporan akan memudahkan akuntan di
perusahaan dalam membuat dan menjelaskan terkait laporan keuangan. Selain itu, SAK juga
menjadi indikator dalam menyusun kesatuan bahasa untuk menganalisa laporan keuangan
perusahaan.
SAK merupakan sistem yang dibuat untuk mengatur sebagian besar penyajian laporan
keuangan, baik secara konsep hingga teknis pembuatannya. Meskipun mengatur hampir
sebagian besar prosedur laporan keuangan, SAK menjadi standar akuntansi keuangan yang
tidak diragukan kesesuaiannya sehingga selalu dipakai oleh perusahaan di Indonesia.
Meskipun Indonesia telah mengadopsi secara penuh sejak tahun 2012, dalam penerapannya,
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) tetap melakukan penerjemahan dan analisis
terhadap standar yang berlaku yang disesuaikan dengan kondisi hukum dan bisnis yang ada di
Indonesia. SAK disusun dalam bentuk buku yang disebut sebagai Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK). Beberapa alasan Indonesia mengadopsi IFRS adalah sebagai
berikut:
1. Indonesia adalah bagian dari International Federation of Accountants (IFAC) yang harus
tunduk pada Statement Membership Obligation (SMO), salah satunya adalah
menggunakan IFRS sebagai standar akuntansi
2. Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemeritnah Indonesia sebagai anggota
G20 forum
3. Meningkatkan keterbandingan laporan keuangan secara internasional
4. IFRS mengacu pada principles based yaitu mengatur hal-hal utama dalam standar,
sedangkan prosedur dan kebijakan secara lengkap diserahkan kepada masing-masing
perusahaan
5. Standar akuntansi menggunakan konsep nilai wajar untuk meningkatkan relevansi
informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan
6. Mengharuskan lebih banyak pengungkapan dalam laporan keuangan agar pengguna
laporan keuangan dapat mempertimbangkan informasi yang relevan dan perlu diketahui

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntansi Publik


Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntansi Publik (SAK-ETAP)
dipergunakan bagi entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dalam menyusun
laporan keuangan untuk tujuan umum. SAK ETAP telah diterapkan selama 10 tahun di
Indonesia sejak efektif per 1 Januari 2011. SAK ETAP disusun oleh DSAK IAI. ETAP
merupakan hasil penyederhanaan standar akuntansi IFRS yang meliputi tidak adanya laporan
laba rugi komprehensif, penilaian untuk aset tetap, aset tidak berwujud, dan properti investasi
setelah tanggal perolehan hanya menggunakan harga perolehan, dan tidak ada pengkuan
liabilitas dan aset pajak tangguhan, beban pajak diakui sebesar jumlah pajak menurut ketentuan
pajak. SAK ETAP bertujuan untuk menciptakan fleksibilitas dalam penerapannya dan
diharapkan memberi kemudahan akses ETAP kepada pendanaan dari perbankan.
SAK ETAP merupakan SAK yang berdiri sendiri dan tidak mengacu pada SAK secara
umum, sebagian besar menggunakan konsep biaya historis; mengatur transaksi yang dilakukan
oleh ETAP; bentuk pengaturan yang lebih sederhana dalam hal perlakuan akuntansi dan relatif
tidak berubah selama beberapa tahun. Contoh instansi yang menerapkan SAK ETAP adalah
koperasi. Dengan adanya SAK ETAP, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Perusahaan mampu menyusun laporan keuangan sendiri dan dapat diaudit dan
memperoleh opini audit, sehingga dapat menggunakan laporan keuangannya untuk
memperoleh dana untuk pengembangan usaha
2. Lebih sederhana dibandingkan dengan PSAK – IFRS sehingga lebih mudah untuk
implementasi
3. Tetap memberikan informasi yang handal dalam penyajian laporan keuangan.
Selain itu, laporan keuangan yang dihasilkan berdasarkan standar ETAP meliputi:
1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan keuangan
Namun, per 1 Januari 2025 SAK ETAP akan digantikan oleh SAK Entitas Privat yang
merupakan bentuk lebih sederhana dari SAK dan lebih komprehensif dari SAK ETAP

SAK EMKM
SAK EMKM adalah singkatan dari Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil,
Menengah. Standar akuntansi keuangan yang terakhir ini, patokan dasarnya adalah untuk
melakukan standarisasi pada UMKM. SAK EMKM disusun untuk memenuhi kebutuhan
pelaporan keuangan entitas mikro, kecil, dan menengah. Undang-Undang No 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dapat digunakan sebagai acuan dalam
mendefinisikan dan memberikan rentang kuantitatif EMKM. Standar ini ditujukan untuk
digunakan oleh entitas yang tidak atau belum mampu memenuhi persyaratan akuntansi yang
diatur dalam SAK ETAP. SAK EMKM berlaku efektif tanggal 1 Januari 2018 dan penerapan
dini dianjurkan. SAK EMKM disusun oleh DSAK IAI. Tujuan standarisasi ini adalah untuk
mendorong masyarakat berperan aktif dalam usaha kecil dan menengah. Laporan keuangan
yang dipersyaratkan menurut standar ini meliputi laporan posisi keuangan, laporan laba rugi,
dan catatan atas laporan keuangan.

SAK Syariah
SAK Syariah merupakan standar yang digunakan untuk entitas yang memiliki transaksi
syariah atau entitas berbasis syariah maupun non Syariah yang melakukan akad atau transaksi
berbasis syariah seperti bank syariah, pegadaian syariah, badan zakat, dan lain sebagainya.
Standar ini terdiri atas kerangka konseptual penyusunan dan pengungkapan laporan, standar
penyajian laporan keuangan, dan standar khusus transaksi syariah seperti mudharabah,
murabahah, salam, ijarah, dan istishna. SAK Syariah memiliki karakteristik khas yang tidak
sepenuhnya sesuai dengan konsep yang digunakan pada SAK umum. Proses penyusunan SAK
Syariah senantiasa mengacu ke fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional – Majelis
Ulama Indonesia.

Standar Akuntansi Pemerintah


Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan standar akuntansi yang digunakan
untuk menyusun laporan keuangan instansi pemerintahan baik pusat maupun daerah. SAP
berbasis akrual ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010. SAP berbasis kas
menuju akrual menggunakan basis kas untuk penyusunan laporan realisasi anggaran dan
menggunakan basis akrual untuk penyusunan laporan posisi keuangan. Dalam SAP berbasis
akrual, laporan realisasi anggaran tetap menggunakan basis kas karena akan dibandingkan
dengan anggaran yang disusun dengan menggunakan basis kas. Dengan demikian SAP
merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya peningkatan kualitas
laporan keuangan pemerintah di Indonesia. SAP harus dijalankan sebagai bahan penyusunan
laporan keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD). Fungsi dari peraturan pemerintah ini adalah untuk memberikan jaminan keterbukaan
atau transparansi dan akuntabilitas keuangan negara. Dengan adanya peraturan pemerintah ini
akan terbangun pemerintah yang baik dan bersih. Laporan keuangan yang dihasilkan
berdasarkan SAP meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Posisi Keuangan, Laporan
Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Perbedaan PSAK dan IFRS


Apa saja itu perbedaan antara IFRS dan PSAK?
Perbedaan PSAK IFRS
Sumber PSAK No.1 (Revisi 1998) IAS1, Presentation of
Penyajian Laporan keuangan Financial Statements

Laporan Posisi Keuangan Memerlukan penyajian aset Penyajian bukan aset lancar
lancar maupun aset tidak ataupun aset tidak lancar,
lancar kecuali untuk industri hanya bila penyajian
tertentu seperti bank. likuiditas lebih releven dan
dapat diandalkan untuk item
tertentu.
Laporan Kinerja Keuangan Laporan laba rugi Laporan laba rugi
komprehensif
Laporan Laba/Rugi Sama seperti IFRS. Tetapi Tidak memiliki format
ada perbedaan rincian pada standar meskipun
item yang disajikan pada pengeluaran harus disajikan
laporan pendapatan yang dengan memilih salah satu
diterima di awal. dari dua format.
Laporan Arus Kas (Format Sama dengan IFRS tetapi Pos standar tetapi ketentuan
dan Metode) dalam beberapa entitas harus terbatas pada isinya:
menggunakan metode menggunakan metode
langsung. langsung atau metode tidak
langsung
Pos Luar Biasa Item pos luar biasa masih Di dalam IFRS dilarang
harus dilaporkan. menggunakan pos luar biasa.
Penyajian Keuntungan dan Diakui adanya keuntungan Menyajikan laporan
Kerugian yang Diakui dan kerugian yang disajikan keuangan yang mengakui
(Pendapatan dan dalam laporan perubahan keuntungan dan kerugian
Komprehensif Lainnya) ekuitas pemegang saham dalam catatan terpisah
ataupun tidak pada laporan
perubahan ekuitas pemegang
saham
Hasil Presentasi Perusahaan Secara Khusus tidak Menggunakan metode
Asosiasi memerlukan Penujukkan ekuitas yang menunjukkan
hasil saham sesudah pajak. hasil saham sesudah pajak.
Pengungkapan Signifikan Pengungkapan yang kurang Memberikan informasi yang
Tentang Asosiasi dibandingkan dengan IFRS. rinci atau signifikan atas
Informasi yang signifikan aktiva, kewajiban,
aktiva, kewajiban, pendapatan, dan hasil.
pendapatan, dan hasil yang
tidak diperlukan.
Tanggung Jawab Laporan Manajemen Tidak diatur
Keuangan
Komponen Laporan Neraca, laporan laba-rugi, Laporan posisi keuangan dan
Keuangan laporan arus kas. laporan laba-rugi

KERANGKA KONSEPTUAL PELAPORAN KEUANGAN


Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) merupakan pengaturan yang
merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan untuk
pengguna eksternal. Kerangka Konseptual bukan merupakan PSAK sehingga tidak
mendefinisikan standar untuk pengukuran atau isu pengungkapan tertentu. Kerangka
Konseptual ini tidak mengungguli PSAK tertentu. Jika terdapat perbedaan antara PSAK dan
KKPK, maka persyaratan yang ada dalam PSAK mengungguli persyaratan yang ada dalam
Kerangka Konseptual. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK
IAI) telah mengesahkan Exposure Draft Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (ED
KKPK) menjadi Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) dalam rapatnya pada
tanggal 28 September 2016.

Maksud dan Status KPPK


Apa sebenarnya yang dimaksud dengan KKPK? KKPK berisi konsep-konsep dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan dengan menetapkan tujuan laporan keuangan;
menyatakan karakteristik-karakteristik kualitatif yang seharusnya terpenuhi agar informasi
dalam laporan keuangan bermanfaat; serta mendefinisikan dan menetapkan konsep-konsep
pengakuan dan pengukuran elemen-elemen dasar laporan keuangan. Melalui KKPK, profesi
akuntansi mendefinisikan peran dan fungsi keberadaannya agar pihak lain tidak berharap
terlalu tinggi atau terlalu rendah atas layanan yang diberikan oleh profesi akuntansi.
Penyusunan laporan keuangan bukan merupakan penggambaran pasti, tetapi
didasarkan pada estimasi, pertimbangan (judgments), dan model. Sebagai contoh, entitas bisa
memilih model biaya atau model nilai wajar untuk melaporkan aset tetap. Entitas juga memiliki
cukup keleluasaan dalam menentukan apakah gugatan hukum yang sedang berlangsung diakui
sebagai liabilitas atau hanya diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, atau dalam
menetapkan masa manfaat paten yang dibeli dari pihak lain. KKPK menyediakan konsep-
konsep yang mendasari ketidakpastian-ketidakpastian terkait estimasi, pertimbangan, dan
model yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan.
Elemen-elemen laporan keuangan adalah pengelompokan-pengelompokan secara
umum untuk menunjukkan dampak keuangan transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang
terkait dengan suatu entitas. Elemen laporan keuangan
mencakup aset, liabilitas, ekuitas, penghasilan, dan beban. Untuk dimasukkan dalam laporan
keuangan, kejadian atau transaksi harus memenuhi syarat-syarat definisi, pengakuan, dan
pengukuran, yang dinyatakan dalam Kerangka Konseptual.
Tujuan utama perumusan KKPK adalah membantu penyusun standar (IASB/DSAK-
IAI) dalam menyusun standar akuntansi keuangan (SAK) baru dan mereview standar-standar
akuntansi yang ada. KKPK juga bisa membantu penyusun laporan keuangan, auditor,
pengguna, dan pihak-pihak lain dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Meskipun KKPK
diterbitkan bersama-sama dengan PSAK, KKPK bukan PSAK dan tidak bisa
mengungguli PSAK jika terjadi pertentangan antara KKPK dengan PSAK. PSAK itulah yang
dimaksud standar akuntansi memiliki otoritas mengatur dan KKPK hanyalah kerangka teoretis
yang melandasi penyusunan PSAK.
Laporan keuangan sebagian besar disusun sesuai dengan model akuntansi berbasis
biaya historis terpulihkan (recoverable historical cost) serta konsep pemeliharaan modal
keuangan nominal (nominal financial capital maintenance concept). Model dan konsep lain
bisa saja lebih tepat, tetapi saat ini belum ada konsensus untuk melakukan perubahan. KKPK
disusun untuk dapat diterapkan terhadap berbagai model akuntansi dan konsep modal dan
pemeliharaan modal. Tujuan dan karakteristik kualitatif dalam KKPK diharapkan bisa
digunakan untuk mengambil keputusan terkait model dan konsep yang tepat.

Tujuan Laporan Keuangan


Menurut KKPK, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi mengenai
posisi keuangan, kinerja keuangan, serta arus kas suatu entitas, untuk digunakan oleh beraneka
ragam pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. KKPK memandang kebutuhan
informasi investor sebagai fokus utama. Meskipun demikian, laporan keuangan yang dirancang
untuk mememnuhi kebutuhan investor juga akan memenuhi kebutuhan pengguna-pengguna
laporan keuangan lainnya. Menurut KKPK, sebagian besar pengguna laporan keuangan akan
mengevaluasi kemampuan entitas dalam menghasilkan kas serta waktu dan kepastian
dihasilkannya kas. Posisi keuangan dipengaruhi oleh sumber daya ekonomi yang dikendalikan
oleh entitas, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas, serta kemampuan entitas dalam
beradaptasi dengan perubahan lingkungan tempat entitas beroperasi.

Karakteristik Kualitatif
KKPK menetapkan karakteristik kualitatif laporan keuangan yang bermanfaat dalam
pengambilan keputusan, yaitu kualitas terpahami (understandability), relevansi (relevance),
terandalkan (reliability), dan kualitas terbandingkan (comparability). Kualitas terandalkan
mencakup penggambaran sejujurnya (representational faithfulness), substansi mengungguli
bentuk, lengkap, netral, dan hati-hati (prudence). Menurut KKPK, pemenuhan karakteristik-
karakteristik kualitatif tersebut dibatasi oleh kendala biaya/manfaat. KKPK juga menyatakan
bahwa dalam praktiknya karakteristik tertentu bisa saja mengorbankan karakteristik lainnya
sehingga penyeimbangan (trade-off) antar-karakteristik seringkali diperlukan. KKPK
menyatakan bahwa penerapan karakteristik-karakteristik kualitatif tersebut seharusnya akan
menghasilkan penyajian laporan keuangan yang wajar.
IAS 1 yang sebagian besar ketentuannya diadopsi di Indonesia menjadi PSAK 1
menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan penggambaran terstruktur posisi keuangan
dan kinerja keuangan entit yang bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas, yang bermanfaat bagi beraneka ragam
pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut IAS 1/PSAK 1, penyajian wajar
mengharuskan penggambaran jujur (apa adanya) pengaruh transaksi, kejadian, dan kondisi
entitas sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan yang dinyatakan dalam KKPK Penerapan
IFRS/SAK, dengan pengungkapan tambahan yang diperlukan, dianggap akan menghasilkan
laporan keuangan yang tersaji secara wajar.”
Sejak tahun 2005, IASB dan FASB meninjau kembali kerangka konseptual masing-
masing. Berdasarkan pada kerangka konseptual masing-masing, kedua penyusun standar
utama dunia itu bersepakat untuk menghaluskan dan memperbaharui serta mengembangkan
satu kerangka bersama yang bisa digunakan untuk mengembangkan standar akuntansi. Tujuan
proyek kerangka konseptual itu adalah untuk menciptakan fondasi yang kokoh bagi standar
akuntansi masa depan yang berbasis prinsip, memiliki konsistensi internal serta konvergensi
internasional. IASB dan FASB telah menuntaskan Fase A dari Proyek Pembaharuan Kerangka
Konseptual mereka, Tujuan dan Karakteristik Kualitatif, pada bulan September 2010. Dengan
tuntasnya Fase A tersebut, IASB telah menerbitkan Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan
2010 (Conceptual Framework for Financial Reporting 2010), yang berisi dua bab baru serta
kerangka konseptual lama yang belum direvisi. FASB menerbitkan Concepts Statement 8 yang
menggantikan Concepts Statements 1 dan 2.

Tujuan Pelaporan Keuangan Menurut Kerangka Koseptual 2010


Meskipun belum diadopsi di Indonesia, Kerangka Konseptual baru yang diterbitkan
pada bulan September 2010, selanjutnya disebut Kerangka Konseptual. Kerangka Konseptual
menetapkan tujuan laporan keuangan bertujuan umum (general-purpose financial statements)
menyediakan informasi keuangan mengenai entitas pelapor yang bermanfaat bagi investor
yang ada dan investor potensial, pemberi pinjaman, dan kreditor lainnya dalam mengambil
keputusan penyediaan sumber daya kepada entitas. Tujuan tersebut menegaskan orientasi
manfaat keputusan yang menjadi dasar pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan tidak
menyediakan informasi mengenai nilai entitas pelapor, tetapi membantu dalam melakukan
penilaian tersebut. Kebutuhan informasi investor, pemberi pinjaman, dan kreditor lainnya
menjadi fokus utama. Mereka adalah pengguna utama karena mereka tidak bisa meminta
informasi langsung dari entitas pelapor. Mereka mengambil keputusan mengenai pembelian
atau penjualan instrumen ekuitas dan instrumen utang atau menyediakan dana bagi entitas.
Kerangka Konseptual memandang pengguna perlu mengevaluasi prospek arus kas
bersih yang akan masuk ke entitas pelapor di masa depan. Untuk menilai arus kas bersih,
pengguna membutuhkan informasi mengenai sumber daya entitas, klaim terhadap sumber daya
itu, serta kemampuan jajaran manajemen dan direksi dalam memikul tanggung jawab untuk
menggunakan sumber daya tersebut. Dengan demikian, penilaian kepengurusan (stewardship)
tercakup dalam kemampuan pengguna dalam menilai arus kas bersih entitas. Laporan
keuangan bertujuan umum menyediakan informasi mengenai posisi keuangan entitas, sumber
daya yang dikendalikannya, serta klaim atas sumber daya tersebut. Posisi keuangan
dipengaruhi oleh sumber daya ekonomi yang dikendalikan oleh entitas, struktur keuangan,
likuiditas dan solvabilitas, serta kapasitasnya dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan
tempat entitas beroperasi. Informasi disediakan mengenai kekuatan dan kelemahan entitas serta
kemampuannya untuk memperoleh dana.
Perubahan sumber daya dan klaim entitas merupakan akibat dari kinerja keuangan
entitas serta berasal dari transaksi-transaksi lain seperti penerbitan instrumen utang dan
instrumen ekuitas. Kinerja keuangan dinilai baik melalui proses akuntansi akrual maupun
perubahan arus kas. Proses tersebut membantu pengguna dalam memahami imbal hasil atas
sumber daya entitas dan sejauh mana manajemen memikul tanggung jawab kepengurusan
sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Baik perubahan maupun implikasi dari
perubahan yang tercermin dalam informasi historis membantu menilai kinerja masa depan.

Karakteristik Kualitatif Menurut Kerangka Konseptual 2010


Karakteristik kualitatif (qualitative characteristics) berarti kualitas-kualitas informasi
yang paling bermanfaat dalam pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan mencakup informasi
dalam laporan keuangan serta informasi keuangan lainnya yang disediakan melalui sarana
berbeda. Karakteristik kualitatif terdiri dari karakteristik kualitatif fundamental (fundamental
qualitative characteristics) dan karakteristik kualitatif peningkat/yang meningkatkan
(enhancing qualitative characteristics). Karakteristik kualitatif fundamental adalah relevansi
(relevance) dan penggambaran jujur/apa adanya (faithful representation). Karakteristik
kualitatif peningkat adalah terbandingkan (comparability), terverifikasi (verifiability), tepat
waktu (timeliness), dan terpahami (understandability). Terkait karakteristik kualitatif tersebut,
Kerangka Konseptual tidak menerapkan hirakhi penerapannya. Kerangka Konseptual
memandang penerapan karakteristik kualitatif sebagai proses. Entitas harus menerapkan
karakteristik fundamental melalui proses yang terdiri dari tiga tahap. Pertama, entitas
mengidentifikasi fenomena ekonomi yang mungkin akan bermanfaat untuk diketahui
pengguna laporan keuangan. Kedua, entitas mengidentifikasi tipe informasi mengenai
fenomena itu yang paling relevan yang dapat digambarkan sejujurnya. Ketiga, entitas
menentukan apakah informasi itu tersedia dan dapat digambarkan sejujurnya.
Informasi keuangan yang relevan mampu menunjukkan perbedaan dalam pengambilan
keputusan. Informasi mampu menunjukkan perbedaan jika informasi itu memiliki nilai
prediksi (predictive value), nilai konfirmasi (confirmatory value), atau kedua-duanya.
Informasi keuangan memiliki nilai prediksi jika pengguna bisa menggunakan informasi itu
sebagai input dalam proses untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan. Informasi
memiliki nilai konfirmasi jika informasi itu memberikan umpan balik mengenai evaluasi yang
dilakukan sebelumnya. Materialitas tercakup dalam relevansi. Informasi yang material, jika
tidak disajikan atau salah disajikan, bisa mempengaruhi keputusan pengguna.
Penggambaran sejujurnya berarti menggambarkan fenomena sebagaimana adanya.
Karakteristik kualitatif ini mencakup tiga karakteristik: lengkap, netral, dan bebas dari
kesalahan. Penggambaran lengkap memasukkan seluruh informasi yang diperlukan untuk
memahami fenomena. Penggambaran netral berarti tanpa bias. Bebas dari kesalahan berarti
tidak ada yang salah atau yang disembunyikan dalam memaparkan fenomena dan dalam proses
yang diterapkan.
Terbandingkan berarti bisa digunakan untuk menemukan adanya kesamaan dan
perbedaan. Konsistensi (penggunaan kebijakan dan prosedur akuntansi yang sama dalam satu
entitas dari periode ke periode, atau dalam satu periode antar-entitas) akan membantu dalam
mencapai karakteristik kualitatif terbandingkan.
Karakteristik kualitatif terverifikasi membantu pengguna dalam memastikan bahwa
informasi menggambarkan fenomena ekonomi sebagaimana adanya. Terverifikasi berarti
pengamat yang independen dan berpengetahuan akan mencapai satu konsensus umum
(meskipun bukan berarti kesepakatan absolut) bahwa informasi memang menggambarkan
fenomena ekonomi sebagaimana adanya, tanpa kesalahan material atau bias, atau bahwa suatu
metode pengakuan atau pengukuran diterapkan sebagaimana mestinya tanpa kesalahan
material atau bias. Terverifikasi berarti pengamatan-pengamatan independen akan
menghasilkan ukuran atau kesimpulan yang esensinya sama.
Ketepatan waktu berarti informasi disediakan pada waktu informasi itu mampu
mempengaruhi keputusan. Semakin lampau informasi umumnya semakin berkurang
manfaatnya bagi pengguna.
Terpahami berarti mengklasifikasi, mengkarakterisasi, dan menyajikan informasi
secara jelas dan ringkas. Informasi dengan karakteristik terpahami menjadikan pengguna yang
memiliki cukup wawasan mengenai aktivitas bisnis, ekonomi, dan keuangan serta pelaporan
keuangan, dan siapa saja yang memiliki cukup ketekunan untuk memahami informasi, dapat
mengetahui posisi keuangan dan hasil operasi entitas, sebagaimana yang dimaksudkan oleh
informasi itu.
Biaya menjadi satu-satunya batasan yang diperhitungkan terkait penyediaan informasi
yang bermanfaat dalam laporan keuangan. Pertanyaannya adalah apakah manfaat penyediaan
informasi lebih besar daripada biaya penyediaan dan penggunaan informasi itu. Biaya
tampaknya menjadi kendala dibebankannya aturan-aturan baru. Seiring teknologi informasi
yang terus berkembang, biaya penyusunan dan publikasi informasi keuangan dan informasi
lainnya akan turun, yang juga berarti berkurangnya kendala penyediaan informasi. Kerangka
Konseptual menggunakan asumsi kelangsungan usaha (going concern assumption) sebagai
asumsi yang mendasari (underlying assumption). Laporan keuangan menggunakan asumsi
awal bahwa bisnis entitas pelapor sedang berjalan baik dan entitas pelapor akan terus
beroperasi untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Jika asumsi awal tersebut tidak terpenuhi,
entitas harus mengungkapkan fakta tidak terpenuhinya asumsi awal itu dan laporan keuangan
harus disajikan dengan basis pengukuran yang berbeda.
Elemen Laporan Keuangan
Laporan keuangan menunjukkan dampak keuangan transaksi-transaksi dan kejadian-
kejadian lainnya dengan mengelompokkan transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian itu ke
dalam klasifikasi-klasifikasi umum berdasarkan karakteristik ekonomi masing-masing
transaksi dan kejadian. Klasifikasi-klasifikasi umum itu disebut elemen-elemen laporan
keuangan. Elemen-elemen laporan keuangan yang secara langsung terkait dengan posisi
keuangan adalah aset, liabilitas, dan ekuitas. Elemen-elemen laporan keuangan yang secara
langsung terkait dengan kinerja keuangan adalah penghasilan dan beban. Laporan arus kas
merefleksikan baik elemen-elemen kinerja maupun perubahan elemen-elemen posisi keuangan
tertentu.
Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat dari kejadian
yang sudah lampau yang dari sumber daya itu manfaat ekonomi akan mengalir kepada entitas
di masa depan. Liabilitas adalah kewajiban entitas sekarang yang timbul dari kejadian yang
sudah lampau yang penyelesaiannya akan mengakibatkan arus keluar sumber daya (manfaat
ekonomi) dari entitas di masa depan. Ekuitas adalah kepentingan/klaim residual atas aset
entitas setelah dikurangi seluruh liabilitasnya.
Penghasilan adalah bertambahnya manfaat ekonomi selama periode akuntansi berupa
arus masuk atau peningkatan potensi jasa aset atau berkurangnya liabilitas yang mengakibatkan
bertambahnya ekuitas, selain yang terkait dengan kontribusi dari pemilik. Beban adalah
berkurangnya manfaat ekonomi selama periode akuntansi berupa arus keluar atau penurunan
potensi jasa aset atau timbulnya liabilitas yang mengakibatkan berkurangnya ekuitas, selain
yang terkait dengan distribusi kepada pemilik. Definisi penghasilan mencakup pendapatan
(revenue) dan keuntungan (gains). Pendapatan timbul dari aktivitas rutin entitas. Penjualan,
pendapatan jasa, bunga, dividen, royalti, dan sewa adalah contoh-contoh pendapatan bagi
entitas sesuai dengan bisnis yang dijalankannya. Keuntungan merepresentasikan item-item
lainnya yang memenuhi definisi penghasilan dan berasal dari aktivitas non-rutin, meskipun
bisa saja dari aktivitas rutin entitas. Keuntungan merepresentasikan bertambahnya manfaat
ekonomi, sehingga pada hakikatnya sama dengan pendapatan. IFRS tidak memandang
pendapatan dan keuntungan masing-masing sebagai elemen terpisah.
Definisi beban juga mencakup kerugian (losses). Beban pokok penjualan, upah, dan
depresiasi adalah contoh-contoh beban yang timbul dari aktivitas rutin. Beban terjadi dalam
bentuk arus keluar atau berkurangnya potensi jasa aset seperti kas dan setara kas, persediaan,
dan aset tetap. Kerugian merepresentasikan item-item lainnya yang memenuhi definisi beban
dan berasal dari aktivitas non-rutin, meskipun bisa saja dari aktivitas rutin entitas. Kerugian
merepresentasikan berkurangnya manfaat ekonomi, sehingga pada hakikatnya sama
denganbeban. IFRS tidak memandang beban dan kerugian masing-masing sebagai elemen
terpisah.
Kriteria Pengakuan
Pengakuan adalah proses dimasukkannya suatu item dalam laporan keuangan. Untuk
dapat diakui, item itu harus memenuhi definisi salah satu elemen laporan keuangan serta
memenuhi kriteria pengakuan berikut:
• Manfaat ekonomi masa depan yang terkait dengan item itu hampir dapat dipastikan
akan mengalir kepada atau dari entitas.
• Biaya atau nilai item itu bisa diukur dengan andal.
Berdasarkan kriteria pengakuan secara umum tersebut:
• Aset diakui dalam laporan posisi keuangan ketika manfaat ekonomi terkait aset akan
mengalir kepada entitas di masa depan dan biaya atau nilai aset bisa diukur dengan
andal.
• Liabilitas diakui dalam laporan posisi keuangan ketika timbul kewajiban sekarang yang
penyelesaiannya di masa depan akan mengakibatkan arus keluar sumber daya (manfaat
ekonomi) dan jumlah penyelesaiannya bisa diukur dengan andal.
• Penghasilan diakui dalam laporan laba-rugi dan penghasilan komprehensif lain ketika
manfaat ekonomi bertambah yang terkait dengan bertambahnya aset atau berkurangnya
liabilitas. Besarnya penambahan manfaat ekonomi itu dapat diukur dengan andal.
Dengan kata lain, pengakuan penghasilan terjadi secara simultan dengan pengakuan
bertambahnya aset atau berkurangnya liabilitas.
• Beban diakui dalam laporan laba-rugi dan penghasilan komprehensif lain ketika
manfaat ekonomi berkurang yang terkait dengan berkurangnya aset atau bertambahnya
liabilitas. Besarnya pengurangan manfaat ekonomi itu dapat diukur dengan andal.
Dengan kata lain, pengakuan beban terjadi secara simultan dengan pengakuan
bertambahnya liabilitas atau berkurangnya aset.

Basis Pengukuran
Pengukuran berarti menentukan jumlah rupiah elemen laporan keuangan yang akan
disajikan dalam laporan keuangan. Kerangka Konseptual menyatakan bahwa berbagai basis
pengukuran digunakan saat ini yang di antaranya adalah:
• Biaya historis (historical cost)
• Biaya kini (current cost)
• Nilai realisasi bersih (net realisable value)
• Nilai sekarang (present value)
Biaya historis adalah basis pengukuran yang paling lazim digunakan saat ini, tetapi
tetap dikombinasikan dengan basis pengukuran lainnya. Kerangka Konseptual tidak mencakup
konsep-konsep atau prinsip-prinsip untuk memilih basis pengukuran yang harus digunakan
untuk elemen laporan keuangan tertentu atau dalam situasi tertentu. Panduan pengukuran
dicakup dalam standar dan interpretasi.

Anda mungkin juga menyukai