Anda di halaman 1dari 5

Nama : Anwar Abdurrahman Hadi Kusumo

NIM : K3120013
Kelas : 2B Bimbingan dan Konseling
Dosen : Dr. Ribut Purwaningrum, M.Pd

Rangkuman Mata Kuliah Pengantar Konseling


“Proses-proses Konseling”

A. Proses dan Langkah Konseling


❖ Menurut Namora Lumongga Lubis (2011), proses konseling bersifat
sistematis. Untuk mencapai proses konseling yang sukses, konselor harus
melakukan intake interview.
❖ Manfaat intake interview menurut Gunarsa (1996) adalah memperoleh data
pribadi atau hasil pemeriksaan klien.
❖ Proses konseling dapat ditempuh dalam beberapa langkah:
1. Menentukan masalah
• Dimulai dengan melakukan identifikasi masalah yang dialami klien.
• Menentukan prioritas masalah untuk dipecahkan menggunakan prinsip
skala prioritas.
• Penetapan skala prioritas ditentukan oleh dasar akibat yang lebih besar
terjadi apabila masalah tersebut tidak segera diselesaikan.
• Konselor diharapkan aktif dalam mencegah permasalahan klien, dengan
cara lebih banyak memberikan pertanyaan terbuka dan mendengar aktif
terhadap apa yang dikemukakan oleh klien.
2. Pengumpulan data
Mengumpulkan data klien secara menyeluruh. Meliputi data diri, data
orang tua, data pendidikan, data kesehatan, dan data lingkungan.
3. Analisis data
Melakukan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan. Data yang
berifat tes dianalisis secara kuantitatif, sedangkan data non tes dianalisis
secara kualitatif. Dari data tersebut dapat diketahui masalah konseli
sesungguhnya.
4. Diagnosis
Merupakan usaha konselor menetapkan latar belakang masalah atau
faktor penyebab timbulnya masalah pada klien
5. Prognosis
Menetapkan jenis dan langkah-langkah bantuan yang diambil
6. Terapi
Melaksanakan jenis dan langkah bantuan yang telah ditetapkan
7. Evaluasi dan follow up
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keberhasilan upaya bantuan yang
telah diberikan. Konselor mengevaluasi berdasarkan performance klien
yang terlihat dari ucapan, sikap, dan tindakan. Untuk langkah follow up
dilihat dari perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih
lama

B. Tahap-tahap Proses Konseling


❖ Tahap awal
1. Membangun hubungan
Merupakan kunci kesusksesan konseling. Bertujuan agar klien dapat
menjelaskan masalahnya, keprihatinannya, kesulitannya, serta alasannya
datang pada konselor. Dalam membangun hubungan harus berlandaskan
pada rasa percaya, keterbukaan, dan kejujuran berekspresi. Tahap ini
penting untuk menentukan sejauh mana klien mengenali kebutuhannya
untuk mendapatkan bantuan dan kesediaannya berkomitmen.
2. Identifikasi dan penilaian masalah
Konselor melakukakan eksplorasi dan melakukan diagnosis masalah dan
untuk mengetahui hasil yang diharapkan dari konseling.
3. Membuat penafsiran dan penjajakan
Konselor menjajaki kemungkinan pengembangan masalah, merancang
bantuan dengan membangkitkan potensi klien, dan menentukan alternatif
untuk antisipasi masalah.
4. Menegosiasikan kontrak
Membuat kesepakatan atau perjanjian antara konselor dengan klien, yang
meliputi kontrak waktu, kontrak tugas, dan kontrak kerjasama

❖ Tahap kerja atau pertengahan


Tahap kerja bertujuan untuk menjelajahi dan mengeksplorasi masalah, isu, dan
kepedulian klien lebih jauh. Konselor berusaha agar klien mempunyai
prespektif dan alternatif terhadap masalahnya, serta mengadakan reassesment
(penilaian kembali). Selain itu juga bertujuan agar proses konseling berjalan
sesuai kontrak
Tahap kerja meliputi:
1. Penjelajahan masalah klien: Mencari tau masalah yang dihadapi oleh
klien.
2. Bantuan yang diberikan atau pemberian bantuan: Pemberian bantuan
berdasarkan penilaian kembali tentang masalah yang telah dijelajah.

❖ Tahap tindakan atau tahap akhir


Tahap akhir merupakan tahap untuk mengakhiri hubungan konseling, tahap ini
ditandai dengan berbagai hal. Diantaranya:
• Menurunnya kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor
menanyakan keadaan kecemasanya.
• Adanya perubahan perilaku klien kearah yang lebih positif, sehat, dan
dinamis.
• Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas.
• Terjadinya perubahan sikap positif, yaitu mulai dapat mengoreksi diri dan
meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar. Klien sudah berfikir
realistik dan percaya diri.

Adapun tujuan dari tahap akhir meliputi:


• Memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang memadahi
Klien dapat melakukan keputusan tersebut karena dia sejak awal sudah
menciptakan berbagai alternatif dan mendiskusikanya dengan konselor,
lalu dia putuskan alternatif mana yang terbaik.
• Terjadinya transfer of learning pada diri klien
Klien belajar dari proses konseling mengenai perilakunya dan hal-hal
yang membuatnya terbuka untuk mengubah perilakunya diluar proses
konseling. Artinya, klien mengambil makna dari hubungan konseling
untuk kebutuhan akan suatu perubahan.
• Melaksanakan perubahan perilaku
Pada akhir konseling klien sadar akan perubahan sikap dan perilakunya.
Sebab ia datang minta bantuan adalah atas kesadaran akan perlunya
perubahan pada dirinya.
• Mengakhiri hubungan konseling
Mengakhiri konseling harus atas persetujuan klien. Sebelum konseling
diakhiri, ada beberapa tugas untuk klien, yaitu: Membuat kesimpulan-
kesimpulan mengenai hasil proses konseling; Mengevaluasi jalanya
proses konseling; Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.

C. Teknik Konseling
Menurut Makarao (2010), teknik-teknik konseling adalah cara yang digunakan oleh
konselor untuk membantu klien mengembangkan potensinya serta mampu mengatasi
masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan yakni nilai
sosial, budaya, dan agama. Ada beberapa teknik konseling menurut Makarao antara
lain:
1. Perilaku attending: Perilaku attending dapat dilakukan dengan
menghampiri klien, kontak mata, bahasa badan, bahasa lisan. Hal ini dapat
meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana yang aman, dan
mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
2. Empati: Kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien
serta merasa dan berpikir bersama klien. Konselor merasakan apa yang
dirasakan klien, tetapi tidak larut dalam perasaan klien.
3. Refleksi: Keterampilan konselor untuk memantulkan kembali kepada
klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman klien sebagai hasil
pengamatan terhadap perilaku verbal dan nonverbal.
4. Eksplorasi: Keterampilan konselor untuk menggali perasaan,
pengalaman, dan pikiran klien.
5. Paraphrasing: Konselor dapat menangkap pesan utama dan
menyatakannya secara sederhana. Paraphrasing yang baik adalah
menyatakan kembali pesan utama klien secara seksama dengan kalimat
yang mudah dan sederhana.
6. Open question: Terkadang konselor sulit membuka percakapan karena
merasa sulit menduga apa yang dipikirkan klien, sehingga sulit untuk
mengajukan pertanyaan yang pas.
7. Close question: Bentuk-bentuk pertanyaan tertutup diajukan kepada klien
agar klien dapat menjawab dengan mudah misalnya: Ya, Tidak.
8. Dorongan minimal (Minimal encouragement): Suatu dorongan langsung
dan singkat terhadap perkataan klien dan memberikan dorongan singkat
seperti: oh, ya, lalu. Konselor harus dapat mengupayakan agar kliennya
terlibat dalam pembicaraan dan terbuka tentang dirinya.
9. Interpretasi: Upaya konselor untuk mengulas pikiran, perasaan, perilaku,
dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori. Tujuan
interpretasi yaitu memberikan rujukan, pandangan, dan perilaku klien agar
berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan.
10. Mengarahkan (Directing): Mengajak klien berpartisipasi secara penuh
dalam proses konseling, perlu ada ajakan dan arahan dari konselor.
11. Menyimpulkan sementara (Summarizing): Setiap periode waktu tertentu
perlu menyimpulkan sementara hasil pembicaraan agar pembicaraan
semakin jelas. Hal ini membutuhkan kebersamaan dan rasa tanggung
jawab sehingga klien dapat mengambil keputusan. Tujuan tahap ini adalah
memberi umpan balik, menyimpulkan, dan meningkatkan kualitas
diskusi.
12. Memimpin (Leading): Konselor mampu memimpin arah pembicaraan
demi tercapai tujuan konseling yaitu agar klien tidak menyimpang dari
fokus pembicaraan.
13. Fokus: Konselor mampu membuat fokus melalui perhatiannya yang
terseleksi dari pembicaraan dengan klien. Fokus membuat klien untuk
memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan.
14. Konfrontasi: Suatu teknik konseling yang menantang klien untuk melihat
adanya diskrepansi atau inkonsistensi antar perkataan dengan bahasa
badan, ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan.
15. Menjernihkan (Clarifying): Suatu keterampilan untuk menjernihkan
ucapan-ucapan klien yang samar-samar, kurang jelas, dan meragukan.
Tujuan teknik ini yaitu agar klien dapat menyatakan pesan dengan jelas
dan menjelaskan, mengulang, mengilustrasikan perasaannya.
16. Memudahkan (Facilitating): Keterampilan membuka komunikasi agar
klien mudah berbicara dan menyatakan perasaan, pikiran, dan
pengalamannya secara bebas.
17. Diam: Teknik diam yaitu melakukan komunikasi melalui perilaku
nonverbal. Idealnya, diam dilakukan selama 5-10 detik, dan selebihnya
dapat diganti dengan dorongan minimal.
18. Mengambil inisiatif: Mengambil inisiatif perlu dilakukan konselor ketika
klien kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan kurang
partisipasif. Konselor dapat mengucapkan kata-kata yang mengajak klien
untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi.
19. Memberi nasihat: Pemberian nasihat dilakukan apabila klien yang
meminta. Meskipun demikian, konselor harus mempertimbangkannya.
Sebab dalam memberi nasihat tetap dijaga agar tujuan konseling yakni
“kemandirian klien” tetap tercapai.
20. Pemberian informasi: Dalam hal pemberian informasi, sama halnya
dengan pemberian nasihat. Jika konselor mengetahui informasi tersebut,
sebaiknya disampaikan. Apabila konselor tidak memiliki informasi maka
katakan dengan jujur.
21. Merencanakan: Konselor membantu klien untuk dapat membuat rencana
berupa program untuk action, perbuatan nyata yang produktif bagi
kemajuan dirinya.
22. Menyimpulkan: Konselor menyimpulkan hasil pembicaraan. Contohnya
menyimpulkan keadaan perasaan klien saat ini, memantapkan rencana
klien, dan pokok-pokok pembicaraan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai