NIM : K3120013
Kelas : 2B Bimbingan dan Konseling
Dosen : Dr. Ribut Purwaningrum, M.Pd
C. Teknik Konseling
Menurut Makarao (2010), teknik-teknik konseling adalah cara yang digunakan oleh
konselor untuk membantu klien mengembangkan potensinya serta mampu mengatasi
masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan yakni nilai
sosial, budaya, dan agama. Ada beberapa teknik konseling menurut Makarao antara
lain:
1. Perilaku attending: Perilaku attending dapat dilakukan dengan
menghampiri klien, kontak mata, bahasa badan, bahasa lisan. Hal ini dapat
meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana yang aman, dan
mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
2. Empati: Kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien
serta merasa dan berpikir bersama klien. Konselor merasakan apa yang
dirasakan klien, tetapi tidak larut dalam perasaan klien.
3. Refleksi: Keterampilan konselor untuk memantulkan kembali kepada
klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman klien sebagai hasil
pengamatan terhadap perilaku verbal dan nonverbal.
4. Eksplorasi: Keterampilan konselor untuk menggali perasaan,
pengalaman, dan pikiran klien.
5. Paraphrasing: Konselor dapat menangkap pesan utama dan
menyatakannya secara sederhana. Paraphrasing yang baik adalah
menyatakan kembali pesan utama klien secara seksama dengan kalimat
yang mudah dan sederhana.
6. Open question: Terkadang konselor sulit membuka percakapan karena
merasa sulit menduga apa yang dipikirkan klien, sehingga sulit untuk
mengajukan pertanyaan yang pas.
7. Close question: Bentuk-bentuk pertanyaan tertutup diajukan kepada klien
agar klien dapat menjawab dengan mudah misalnya: Ya, Tidak.
8. Dorongan minimal (Minimal encouragement): Suatu dorongan langsung
dan singkat terhadap perkataan klien dan memberikan dorongan singkat
seperti: oh, ya, lalu. Konselor harus dapat mengupayakan agar kliennya
terlibat dalam pembicaraan dan terbuka tentang dirinya.
9. Interpretasi: Upaya konselor untuk mengulas pikiran, perasaan, perilaku,
dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori. Tujuan
interpretasi yaitu memberikan rujukan, pandangan, dan perilaku klien agar
berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan.
10. Mengarahkan (Directing): Mengajak klien berpartisipasi secara penuh
dalam proses konseling, perlu ada ajakan dan arahan dari konselor.
11. Menyimpulkan sementara (Summarizing): Setiap periode waktu tertentu
perlu menyimpulkan sementara hasil pembicaraan agar pembicaraan
semakin jelas. Hal ini membutuhkan kebersamaan dan rasa tanggung
jawab sehingga klien dapat mengambil keputusan. Tujuan tahap ini adalah
memberi umpan balik, menyimpulkan, dan meningkatkan kualitas
diskusi.
12. Memimpin (Leading): Konselor mampu memimpin arah pembicaraan
demi tercapai tujuan konseling yaitu agar klien tidak menyimpang dari
fokus pembicaraan.
13. Fokus: Konselor mampu membuat fokus melalui perhatiannya yang
terseleksi dari pembicaraan dengan klien. Fokus membuat klien untuk
memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan.
14. Konfrontasi: Suatu teknik konseling yang menantang klien untuk melihat
adanya diskrepansi atau inkonsistensi antar perkataan dengan bahasa
badan, ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan.
15. Menjernihkan (Clarifying): Suatu keterampilan untuk menjernihkan
ucapan-ucapan klien yang samar-samar, kurang jelas, dan meragukan.
Tujuan teknik ini yaitu agar klien dapat menyatakan pesan dengan jelas
dan menjelaskan, mengulang, mengilustrasikan perasaannya.
16. Memudahkan (Facilitating): Keterampilan membuka komunikasi agar
klien mudah berbicara dan menyatakan perasaan, pikiran, dan
pengalamannya secara bebas.
17. Diam: Teknik diam yaitu melakukan komunikasi melalui perilaku
nonverbal. Idealnya, diam dilakukan selama 5-10 detik, dan selebihnya
dapat diganti dengan dorongan minimal.
18. Mengambil inisiatif: Mengambil inisiatif perlu dilakukan konselor ketika
klien kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan kurang
partisipasif. Konselor dapat mengucapkan kata-kata yang mengajak klien
untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi.
19. Memberi nasihat: Pemberian nasihat dilakukan apabila klien yang
meminta. Meskipun demikian, konselor harus mempertimbangkannya.
Sebab dalam memberi nasihat tetap dijaga agar tujuan konseling yakni
“kemandirian klien” tetap tercapai.
20. Pemberian informasi: Dalam hal pemberian informasi, sama halnya
dengan pemberian nasihat. Jika konselor mengetahui informasi tersebut,
sebaiknya disampaikan. Apabila konselor tidak memiliki informasi maka
katakan dengan jujur.
21. Merencanakan: Konselor membantu klien untuk dapat membuat rencana
berupa program untuk action, perbuatan nyata yang produktif bagi
kemajuan dirinya.
22. Menyimpulkan: Konselor menyimpulkan hasil pembicaraan. Contohnya
menyimpulkan keadaan perasaan klien saat ini, memantapkan rencana
klien, dan pokok-pokok pembicaraan selanjutnya.