KERJA PRAKTEK
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1
Pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Disusun Oleh:
NIM : 18522207
Mengetahui,
(Gustian Quddus)
iii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-1
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia
Disusun Oleh :
Mengetahui,
Ketua Prodi Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia
2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, nikmat, dan karunianya
sehingga penulis dapat melaksanakan kegiatan kerja praktek di PT Pertamina (Persero)
Refinery Unit VI Balongan serta dapat menyelesaikan laporan kerja praktik dengan lancar
tanpa ada suatu kendala apapun. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW. Adapun maksud dari penyusunan laporan kerja praktek ini adalah
memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program studi di Jurusan Teknik
Industri.
Pelaksanaan kerja praktik bertujuan untuk memberikan pengalaman dan wawasan
kepada mahasiswa mengenai dinamika dunia kerja serta implementasi ilmu-ilmu teoritis
yang diperoleh dibangku perkuliahan. Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan
Kerja Praktik ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, dukungan, bimbangan, dan
doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulisan
menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hari Purnomo, M.T. selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia
2. Bapak Muhammad Ridwan Andi Purnomo, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Ketua
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam
Indonesia.
3. Bapak Taufiq Immawan, S.T., M.M. selaku Ketua Program Studi Teknik Industri,
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia.
4. Bapak Winda Nur Cahyo, S.T., M.T., Ph.D. selaku dosen pembimbing Kerja
Praktik yang telah membimbing dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan kerja
praktik.
vi
5. Bapak Gustian Quddus selaku Assitant Manager HC Business Partner yang telah
memberikan izin untuk melakukan kerja praktik di PT Pertamina (Persero)
Refinery Unit VI Balongan
6. Bapak Deby Irawan Sanjaya selaku Supply Chain and Distribution Section Head
yang telah memberikan izin melakukan kerja praktik di PT Pertamina (Persero)
Refinery Unit VI Balongan di bagian Supply Chain and Distribution
7. Bapak Muhammad Irfan Wirandono selaku pembimbing yang telah membagikan
ilmu dan membimbing penulis saat melakukan kerja praktik
8. Bapak dan Ibu beserta keluarga besar yang selalu memberikan dorongan dan doa
untuk penulis
9. Kawan-kawan Lembaga Pers Mahasiswa HIMMAH Universitas Islam Indonesia
yang selalu memberikan masukan dan semangat untuk penulis
10. Rusdi, Muria, Fakhrul, dan Mahfud selaku kawan senasib seperjuangan yang
selalu memberikan bantuan serta dukungan
11. Kawan selama Kerja Praktik yaitu Farrel Alfaiz yang telah memberikan dukungan
selama satu bulan pelaksanaan kerja praktik.
12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Demikian penulisan laporan kerja praktik ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan sehingga kritik dan saran dari
berbagai pihak sangat dibutuhkan agar penulis dapat memperbaiki laporan ini.
Akhir kata saya berharap semoga laporan kerja praktik ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca. Terima Kasih.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Seiring dengan tuntutan dunia kerja yang semakin kompetitif, maka dibutuhkan
lulusan yang tidak hanya cakap secara kemampuan akademis namun juga dinamis
mengikuti perkembangan serta kebutuhan industri mendatang. Kenyataannya, proses
yang terjadi di perusahaan baik dari sisi teknologi maupun budaya kerja belum disajikan
dibangku perkuliahan maupun laboratorium, hingga saat ini masih sebatas gambaran
dunia industri semata.
Tujuan yang ingin dicapai dari Kerja Praktek ini bagi mahasiswa adalah:
1. Memberikan pengenalan dan orientasi kepada mahasiswa tentang dinamika dunia
kerja
2. Menerapkan dan mengimplementasikan ilmu teoritis yang telah diperoleh di bangku
perkuliahan ke dalam praktek nyata serta mendapatkan pengalaman terkait kerja
teknis di lapangan sehingga dapat memberikan gambaran yang nyata mengenai dunia
kerja yang aplikatif.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami sistem produksi, distribusi, dan
pemasaran yang ada di perusahaan.
Adapun Batasan dari kerja praktek yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Lingkup kerja praktek di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) VI Balongan
pada bagian Refinery Planning and Optimization.
3
Adapun manfaat yang didapatkan oleh berbagai pihak yang terkait dari terselenggaranya
program kerja praktek ini sebagai berikut.
a. Dapat menjalin kerjasama atau relasi antara universitas dan perusahaan tempat
kerja praktek.
b. Sebagai bahan evaluasi bagi universitas untuk dapat meningkatkan kualitas
lulusannya
a. Sebagai bahan evaluasi bagi perusahaan dalam meningkatkan kualitas produk atau
layanan.
b. Terjalin hubungan atau relasi Kerjasama antara pihak instansi perusahaan dengan
perguruan tinggi.
c. Membantu perusahaan dalam memecahkan permasalahan sesuai dengan
kualifikasi yang telah ditentukan.
4
BAB II
PT Pertamina adalah perusahaan perseroan dibawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bergerak di bidang industri minyak dan gas. Didirikan pada 10 Desember 1957
dengan nama PT Permina. Tiga tahun setelahnya, PT Permina beralih sebagai Perusahaan
Negara (PN) Permina dan melakukan merger dengan PN Pertamin menjadi PN
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (Pertamina) pada tanggal 20 Agustus 1968.
Beberapa tahun kemudian, pemerintah menata kedudukan Pertamina sebagai perusahaan
yang berperan untuk mengolah dan menyuplai bahan bakar dan gas di Indonesia.
Peraturan tersebut tertuang dalam UU No.8 tahun 1971 yang kemudian sebutan
perusahaan menjadi Pertamina. Berdasarkan PP No.31 tahun 2003 bahwa Pertamina
resmi berkedudukan sebagai perusahaan perseroan yang berperan mengelola kegiatan
usaha migas pada sektor hulu hingga hilir
dari sektor minyak dan gas ke energi terbarukan. Adapun rincian sejarah perjalanan
berdirinya PT Pertamina (Persero) tertera pada tabel 2.1.
Visi dan misi perusahaan merupakan landasan tujuan suatu perusahaan untuk mencapai
target, PT. Pertamina (Persero) mempunyai visi dan misi sebagai berikut.
Visi : “Menjadi perusahaan energy nasional kelas dunia.”
Misi : “Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara
terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.”
Sejak tahun 1976 gagasan transformasi logo telah digagas hingga kemudian,
gagasan tersebut dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya dan di perkuat melalui tim
rekstrukturisasi Pertamina pada tahun 2000 (Tim Citra). Tim Citra melakukan kajian yang
mendalam dan komprehensif sampai pada pembuatan ICR dan perhitungan biaya. Akan
tetapi program tersebut belum terlaksana karena adanya perubahan kebijakan/pergantian
direksi. Wacana terakait gagasan perubahan logo tetap berlangsung sampai terbentuknya
PT Pertamina (Persero) pada tahun 2003. Adapun pertimbangan pergantian logo untuk
dapat membangun semangat / spirit baru, mendorong perubahan budaya perusahaan bagi
seluruh pekerja, mendapatkan image yang lebih baik diantara perusahaan minyak dan gas
global serta mendorong daya saing perusahaan dalam menghadapi perubahan-perubahan
yang terjadi, antara lain :
a. Perubahan peran dan status hukum perusahaan menjadi Perseroan.
b. Perubahan strategi perusahaan untuk menghadapi persaingan pasca Public Service
Obligation (PSO) serta semakin banyak terbentuknya entitas bisnis baru di bidang
hulu dan hillir.
Adapun logo pertamina yang baru memiliki filosofi makna sebagai berikut.
a. Visualisasi Logo perusahaan merupakan representasi huruf “P” berbentuk tanda
panah bermakna Pertamina yang bergerak maju dan progresif
b. Warna-warna kontras bermakna berani menunjukan bahwa Pertamina mampu
mengambil langkah besar dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih
positif dan dinamis. Berikut adalah warna-warna dari logo Pertamina beserta
maknanya.
Merah :Melambangkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam
menghadapi berbagai macam keadaan.
Hijau : Melambangkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan
Biru : Melambangkan andal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab
Dalam menunjang ketercapaian visi dan misi perusahaan, PT. Pertamina (Persero)
berkomitmen penuh untuk menerapkan tata nilai yang menjadi prinsip bagi seluruh
karyawan dalam menjalankan perusahaan. Adapun tata nilai perusahaan sebagai berikut.
1. Clean
Pertamina sebagai perusahaan BUMN dikelola secara bersih dan profesional,
yaitu menghindari benturan kepentingan, tidak menolerir suap, menjunjung tinggi
kepercayaan dan integritas serta mengacu pada tata kelola perusahaan yang baik
2. Competitive
Mampu berkompetisi dalam skala regional dan internasional, mendorong
pertumbuhan melalui investasi, memangun budaya sadar biaya, dan menghargai
kinerja
3. Confident
9
Pertamina adalah perusahaan energi nasional yang bergerak di bidang minyak dan gas
bumi. Status Pertamina sebagai perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
100% kepemilikan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. Melalui UU
No.8 tahun 1971 bahwa pemerintah telah mengatur Pertamina sebagai Perusahaan
BUMN untuk menghasilkan dan mengelola migas dari ladang-ladang minyak serta
menyuplai persediaan kebutuhan bahan bakar dan gas di Indonesia. Sejak diterbitkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 Pertamina resmi berstatus
sebagai perusahaan perseroan.
menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi serta kegiatan usaha lain yang
berkaitan di bidang minyak dan gas bumi.
PT Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan, adalah Refinery Unit atau kilang
keenam dari tujuh kilang yang dimiliki PT Pertamina (Persero). Refinery Unit VI
Balongan dibangun ada tanggal 1 September 1990 dengan nama awal PT Pertamina
(persero) UP VI Balongan yang merupakan proyek EXOR (Export Oriented Refinery) I
dimana kilang akan difokuskan untuk produk-produk bahan bakar ekspor. Pada
perkembangan selanjutnya pengoperasian kilang tersebut sejak terbentuknya OPI
(Operational Performance Improvement) diubah nama menjadi PT. Pertamina RU VI
Balongan. Refinery Unit VI Balongan mulai beroperasi sejak tahun 1994, tetapi baru
diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995 yang dilaksanakan oleh 2
kontraktor utama yaitu Japan Gasoline Coorporation dan Foster Wheeler Indonesia.
Peresmian tersebut sempat tertunda dikarenakan terdapat kerusakan pada Unit Residue
Catalitic Cracker (RCC)
Kilang Refinery Unit VI memiliki nilai strategis bagi Indonesia, karena turut
menjaga kestabilan pasokan BBM yang disalurkan ke sentra bisnis dan pemerintahan
Indonesia khususnya di DKI Jakarta, Banten, dan sebagian Jawa Barat. Dengan
11
negeri yang masih sangat dibutuhkan, di lain pihak ini juga dapat mengatasi kendala
sulitnya mengekspor beberapa jenis minyak di dalam negeri. Keberadaan kilang
Balongan ini juga merupakan langkah maju dari Pertamina untuk dapat memanfaatkan
peluang ekspor minyak ke mancanegara terutama kawasan Asia Pasifik.
Daerah Balongan telah menjadi lokasi eksploitasi minyak dan gas bumi sejak
tahun 1970. Sebanyak 224 buah sumur berhasil digali dan diproduksi diantaranya adalah
Jatibarang, Cemara, Kandang Haur Barat dan Timur, Tugu Barat dan lepas pantai.
Sedangkan produksi gas alam sebanyak 239,65 MMscfd disalurkan ke PT Krakatau Steel,
PT Pupuk Kujang, PT Indocement, PT Semen Cibinong, dan Palimanan. Selanjutnya,
pada tahun 1980 telah dibangun terminal Balongan UPPDN III yang berfungsi untuk
menyalurkan BBM guna menunjang kebutuhan daerah Cirebon dan sekitarnya. Ditinjau
dari segi lokasi, kilang PT Pertamina RU VI Balongan cukup strategis dengan adanya
faktor pendukung, antara lain:
1. Air
Sumber air yang terdekat terletak di Waduksalam Darma, Rejasari, kurang lebih 65
km dari Balongan ke arah Subang. Pengangkutan dilakukan secara pipanisasi dengan
pipa berukuran 24 inci dan kecepatan operasi normal 1.100 m3 serta kecepatan
maksimum 1.200 m3. Air tersebut berfungsi untuk steam boiler, heat exchanger
(sebagai pendingin) air minum, dan kebutuhan perumahan. Dalam pemanfaatan air,
kilang Balongan ini mengolah kembali air buangan dengan sistem wasted water
treatment, dimana air keluarannya di-recycle ke sistem ini. Secara spesifik tugas unit
ini adalah memperbaiki kualitas effluent parameter NH3, fenol, dan COD sesuai
dengan persyaratan lingkungan.
2. Transportasi
14
Lokasi kilang RU VI Balongan berdekatan dengan jalan raya dan lepas pantai utara yang
menghubungkan kota-kota besar sehingga memperlancar distribusi hasil produksi,
terutama untuk daerah Jakarta dan Jawa Barat. Marine facilities 15 adalah fasilitas yang
berada di tengah laut untuk keperluan bongkar muat crude oil dan produk kilang.
Fasilitas ini terdiri dari area putar tangker, SBM, rambu laut, dan jalur pipa minyak.
Fasilitas untuk pembongkaran peralatan dan produk (propylene) maupun pemuatan
propylene dan LPG dilakukan dengan fasilitas yang dinamakan jetty facilities.
3. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang terlibat di PT Peramina (Persero) RU VI Balongan terdiri dari 2
golongan pertama, yaitu golongan pertama yang bertugas pada fungsi proses
pendirian Kilang Balongan seperti tenaga kerja lokal non-skill sehingga
meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar. Kemudian golongan kedua, yang
dipekerjakan untuk proses pengoperasian, berupa tenaga kerja ahli dari PT Pertamina
dari berbagai kilang minyak di Indonesia.
Kegiatan operasi Refinery Unit VI yaitu mengolah bahan baku (raw material) berupa
minyak mentah dan naphta menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Non BBM.
Produk-produk yang dihasilkan Refinery Unit VI dapat dilihat pada tabel 2.3
Kegiatan pemasaran produk Refinery Unit VI dilakukan melalui tahapan order online
dengan menggunakan ROAS (Refinery Oil Accounting System). Melalui sistem ROAS,
seluruh aktivitas pemasaran akan terdokumentasi, seperti Instruksi Permintaan
Penyaluran (IPP), Surat Permintaan Penyaluran (SPP), Loading Order (LO), dan
Discharge Order. Dalam pemasarannya PT Pertamina (Persero) mendistribusikan
produk-produk jadi ke beberapa tempat antara lain :
1. TTU (Terminal Transit Utama)
Produk-produk yang dihasilkan Refinery Unit VI hanya disalurkan ke TTU Balongan
sebagai sentral distribusi BBM. Produk-produk tersebut adalah Premium, Pertamax,
16
Pertamax Turbo, dan Solar. Penggunaan sistem pipeline berperan untuk menunjang
proses distribusi produk ke TTU Balongan
2. Gas Domestik
PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan memiliki produk berupa gas yaitu LPG,
untuk proses penyaluran LPG RU VI Balongan menyalurkan produknya kepada Gas
Domestik dengan menggunakan sistem penyaluran Pipeline.
3. PT Polytama Propindo Balongan dan PT Chandra Asri Petrochemical
Untuk produk berupa propylene yang dihasilkan oleh PT Pertamina (Persero) RU VI
Balongan, disalurkan kepada PT Polytama Propindo Balongan dan PT Chandra Asri
Petrochemical sebagai bahan baku utama perusahaan tersebut. Cara pendistribusian
ke PT Polytama Propindo Balongan dan PT Chandra Asri Petrochemical dengan
menggunakan sistem Pipeline.
4. Refinery Unit Pertamina lainnya
Produk unggulan lainya dari RU VI Balongan adalah High Octane Mogas
Component (HOMC), produk tersebut digunakan untuk RU Pertamina lainya yang
berada di seluruh Indonesia sebagai bahan pendukung atau campuran. Cara
pendistribusian HOMC dari RU VI Balongan ke RU lain adalah dengan
menggunakan Kapal Tanker.
5. Ekspor Produk
PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan juga mengekspor produknya berupa Decant
Oil dengan menggunakan Kapal Tanker.
17
BAB III
Sistem adalah kumpulan dari subsistem/bagian/komponen apapun, baik fisik ataupun non
fisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk
mencapai satu tujuan tertentu (Djahir & S. M. Dewi Pratita, 2015). Sementara
menurut (Render & Heizer, 2005) produksi adalah proses penciptaan barang maupun
jasa. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem produksi
berkaitan dengan kumpulan dari beberapa elemen yang saling terhubung satu sama lain
untuk menunjang proses transformasi raw material menjadi barang dengan nilai tambah.
Unit proses Refinery Unit VI secara umum terbagi menjadi 3 bagian yang
berperan untuk menunjang proses produksi minyak mentah, naphta, dan gas alam. 3 unit
proses tersebut antara lain:
1. Unit Proses Utama
a. CDU (Crude Distillation Unit)
CDU merupakan unit pemrosesan utama yang dirancang untuk mengolah
minyak mentah sebanyak 125000 BPSD. Unit ini berfungsi memisahkan
minyak mentah menjadi beberapa produk. Proses tersebut dilakukan dengan
melakukan pemisahan fisik berdasarkan titik didih dengan proses yang
disebut distilasi. Feed pada CDU masih mengandung kontaminan logam
serta komponen lain yang tidak diperlukan dalam proses pengolahan. Bahan
baku diolah dengan proses fraksinasi atmosferis (atmospheric
fractionation). Produk yang dihasilkan adalah Straight Run Naphta,
Kerosene, Gas oil, dan Atmospheric Residue (AR).
b. ARHDM (Atmospheric Residue Hydrodemetalizzation)
ARHDM dirancang untuk mengolah Atmospheric residue (AR) dari proses
CDU sebesar 58.000 BPSD sebagai feed untuk unit RCC (Residue Catalytic
Cracking) dengan produk yaitu Naptha, kerosene, gasoil dan residue. Unit
ini berperan untuk mengurangi senyawa-senyawa yang terkandung seperti
Nickel, Vanadium, Carbon Residue, Nitrogen Compounds dan Sulphur
Compounds.
19
Peramalan adalah metode untuk memperkirakan rencana kebutuhan di masa depan yaitu
dengan melibatkan pengambilan data historis dan memproyeksikannya ke masa
mendatang dengan suatu bentuk model matematis (Render & Heizer, 2009). Metode
peramalan yang digunakan PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilakukan dengan
mengumpulkan data-data persediaan masing-masing bahan baku seperti minyak mentah,
Naptha, dan gas alam. Data-data tersebut didapat dari data historis persediaan tangki
bahan baku, tangki intermediate, dan tangki produk. Seluruh data akan direkapitulasi
dalam Rencana Pengolahan dan Produksi Bulanan (STS) serta Rencana Pengolahan &
Produksi Tahunan (RK).
oleh bagian Refinery Planning and Optimization yang memiliki fungsi kegiatan dalam
pengelolaan serta perencanaan bahan baku dan produk kilang. Proses perencanaan
kapasitas dilakukan dengan dukungan data dari perhitungan STS. Perhitungan data STS
dilakukan untuk perencanaan produksi bulanan sedangkan RK untuk perencanaan
produksi tahunan.
Perencanaan Agregat adalah suatu perencanaan produksi untuk menentukan berapa unit
volume produk yang harus diproduksi setiap periode bulannya dengan menggunakan
kapasitas maksimum yang tersedia (Nasution, 2006:66). Dalam lingkungan industri,
pertimbangan perencanaan agregat mencakup persediaan, penjadwalan, kapasitas, dan
sumber daya (Hendra Kusuma, 2004:60). Data perhitungan perencanaan agregat akan
digunakan untuk menyusun Master Production Schedule (MPS). PT Pertamina (Persero)
RU VI Balongan menghasilkan berbagai produk dari olahan crued oil dan gas alam
sehingga perlu dilakukan perencanaan agregat dengan mengelompokkan produk-produk
tersebut berdasarkan kesamaan dari proses pengolahannya serta spesifikasi nilai oktan.
Selanjutnya hasil dari perencanaan agregat akan divalidasi dengan rencana kebutuhan
sumber daya (Resource Requirement Plant).
3.1.6 Penjadawalan
Tata letak kilang minyak didesain untuk memudahkan alur produksi serta
mempertimbangkan aspek prioritas keamanan dan lingkungan. Di samping itu, peletakan
lokasi disesuaikan dengan unit-unit yang memiliki keterkaitan erat. Semakin erat
hubungan antar unit maka semakin dekat lokasi tata letaknya sehingga penggunaan pipa
akan jauh lebih efektif dan efisien serta energi yang dikeluarkan untuk distribusi aliran
dapat diperkecil. Kemudian, area perkantoran diletakkan pada lokasi yang cukup jauh
dari kilang minyak. Hal ini dilakukan sebagai langkah mitigasi apabila terjadi kebakaran
atau kebocoran pada unit-unit yang memiliki risko tinggi seperti RCC, ARHDM, dan
lain-lain. Unit-unit yang berisiko diletakkan di tengah-tengah komplek kilang minyak
sedangkan unit terdekat dengan area perkantoran adalah utilitas dan tangki-tangki yang
berisi air sehingga relatif aman. Berikut denah PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan
dapat dilihat pada gambar 3.2
23
PT Pertamina (Persero) RU VI terbagi atas 2 sarana utama yaitu sarana kilang dan
sarana perumahan. Pada sarana kilang terdapat 2 daerah yang masing-masing memiliki
luas 250 ha untuk daerah konstruksi kilang dan 200 ha untuk daerah konstruksi
penyangga sedangkan sarana perumahan memiliki luas 200 ha. Berdasarkan tinjauan
aspek teknis dan ekonomis, adanya faktor pendukung menjadikan kilang ini cukup
strategis yaitu persediaan bahan baku seperti minyak mentah Duri, Riau (awalnya 80%,
saat ini 50% feed). Minyak mentah Minas, Dumai (awalnya 20%, saat ini 50% feed). Gas
alam dari Jawa Barat bagian Timur sebesar 18 MMSCFD.
Untuk menunjang proses dan kegiatan di lingkup PT Pertamina (Persero) RU VI
Balongan terdapat unit-unit diantaranya:
a. Unit Utilitas
Unit ini menyediakan berbagai keperluan utilitas guna mendukung keberjalanan
proses produksi di kilang seperti air, listrik, nitrogen, dan lainnya. Beberapa unit
utilitas di PT Pertamina RU VI Balongan yaitu Steam Turbin Generator (STG),
Boiler, Water System, Raw Water, Cooling Water, Instrument and Plant Air
System, Nitrogen Plant, Fuel System, dan Sistem udara
b. Unit Offsite
Unit ini berfungsi sebagai sarana incoming dan outgoing untuk penerimaan dan
penyaluran produk. Detail fasilitas dapat dilihat pada tabel 3.1.
24
c. Fasilitas Lain
Fasilitas lain terdapat Oil Movement atau OM merupakan penunjang
kegiatan operasional kilang dengan melakukan kegiatan bongkar muat crude
oil, naphta feed, premium, solar, kerosene, High Octane Mogas Component
(HOMC) dan decant oil, pengaturan tangki crude oil, produk antara, dan
produk akhir. Selain itu juga mengatur penyaluran produk, dan pengolahan
limbah cair laboratorium. Berbagai analisis parameter dilakukan di
laboratorium untuk terus meningkatkan kualitas produk. Akurasi analisa
produk BBM yang dihasilkan RU VI sudah terjamin oleh adanya sertifikat ISO
17025.
Dalam proses pengendalian mutu atau kualitas produk yang dihasilkan, PT Pertamina
(Persero) RU VI Balongan melalui bagian Quality Management (QM) akan melakukan
pengujian kualitas produk agar sesuai dengan spesifikasi serta standar kelayakan produk.
Bagian QM akan memiliki banyak pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan
kelayakan suatu produk sehingga perlu mengacu dari standar ISO yang ada. Berikut
adalah standar ISO yang digunakan PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan:
25
3.1.9 Procurement
Rekrutmen adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menemukan dan menarik
pencari kerja dengan memotivasi, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan
untuk mengimbangi kekurangan yang ditemukan dalam rencana kepegawaian
(Simamora, 1997: 212).PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan melakukan proses
rekrutmen untuk mencari individu yang memiliki kecakapan serta keahlian seusai dengan
bidangnya. Dalam proses rekrutmen pekerja tersebut terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Bagi lulusan sarjana atau S1, berpengalaman maupun tidak berpengalaman akan
diselenggarakan oleh Human Resource PT Pertamina (Persero) di Jakarta.
31
2. Bagi lulusan pendidikan diploma 3 (D3), proses rekrutmen akan diurus oleh HR
area yang salah satunya adalah PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan. Dalam
proses rekrutmen.
Proses rekrutmen PT Pertamina (Persero) dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu:
a. Seleksi berkas pendaftar yang telah diunggah di website rekrutmen Pertamina
b. Tahapan wawancara dengan bagian Human Resources (HR) atau initial
interview
c. Mengikuti tahapan tes psikotes dan wawancara dengan psikolog
d. Mengikuti tahapan tes kesehatan dan kebugaran
3.2.4 Penggajian
Gaji diberikan setiap akhir bulan berupa gaji pokok dengan tunjangan-tunjangan
yang ada. Besar gaji pokok tersebut selain ditentukan oleh golongan dan jabatan
juga beradasarkan tanggung jawab pekerjaan masing – masing. Adapun susunan
gaji adalah sebagai berikut.
a. Tunjangan (gaji) pokok
b. Tunjangan jabatan struktural
c. Tunjangan jabatan fungsional
d. Tunjangan pendidikan
e. Uang lembur
f. Biaya transportasi
2. Tenaga harian lepas
Gaji dibedakan setiap hari sabtu, besarnya upah bergantung pada jumlah jam kerja
masing – masing karyawan. Selain gaji rutin, tiap karyawan akan mendapat bonus
keuntungan yang jumlahnya tergantung pada laju produksi. Karyawan lembur
juga diberikan upah tambahan dengan perhitungan sebagai berikut.
a. Lembur hari biasa
Untuk 1 jam pertama upahnya satu setengah kali upah perjam, untuk 2 jam
berikutnya dua kali upah perjam.
b. Lembur hari Minggu/libur
Untuk setiap jam besarnya dua kali upah per jam Jika karyawan dipanggil
untuk bekerja di pabrik di luar jam kerjanya, akan diberi upah tambahan.
Berdasarkan jam kerja, karyawan dapat dibedakan atas karyawan shift dan karyawan
regular.
1. Jam Kerja Shift
Jam kerja shift diberlakukan secara bergilir berlaku bagi karyawan yang terlibat
langsung dalam kegiatan produksi dan pengamanan pabrik. Jam kerja shift diatur
sebagai berikut:
Day shift : 08.00 – 16.00 WIB
Swing shift : 16.00 – 24.00 WIB
33
3. PP No. 11/1979
Mengenai persyaratan teknis pada kilang pengolahan untuk keselamatan kerja.
4. UU No. 4/1982
Mengenai ketentuan pokok pengolahan dan lingkungan hidup yang dikeluarkan
oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH).
5. PP No. 29/1986
Mengenai amdal yang dikeluarkan oleh KLH.
3.3.1 Produk
Produk yang dihasilkan dari PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan berasal dari bahan
baku diantaranya crued oil, Naptha, dan gas alam. Dari bahan baku tersebut dihasilkan
beberapa produk yaitu Premium, Solar, Pertamax Turbo, Pertamax, Propylene, HOMC,
LPG, Decant Oil, dan Aviation Turbine
3.3.2 Distribusi
BAB IV
TUGAS KHUSUS
Sektor energi memegang peranan yang penting dalam pembangunan nasional. Hal ini
menjadikan masyarakat sangat bergantung akan kebutuhan energi salah satunya adalah
bahan bakar minyak (BBM). Disisi lain, banyaknya jumlah kendaraan mobil dan motor
berdampak pada peningkatan permintaan BBM di Indonesia. Dorongan permintaan
tersebut harus diimbangi dengan adanya suplai bahan yang cukup sehingga tidak terjadi
kelangkaan BBM.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah
bagaimana perencanaan persediaan kebutuhan bahan baku blending Pertamax
dengan menggunakan metode MRP?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun rencana jadwal pemesanan dan
melakukan perhitungan jumlah bahan baku blending Pertamax yang dibutuhkan dalam
proses blending dengan menggunakan metode Material Requirement Planning (MRP)
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka batasan masalah dari penelitian ini adalah
sebagai berikut.
39
Persediaan memiliki peran penting bagi perusahaan untuk menjembatani antara urutan
operasi dalam produksi dan menyampaikan kepada konsumen. Menurut Heizer dan
Render (2011), persediaan adalah salah satu aset termahal dari banyak perusahaan,
mewakili sebanyak 50% dari keseluruhan modal yang diinvestasikan. Hal ini disadari
oleh para pelaku bisnis bahwa persediaan merupakan aspek vital dalam bisnis perusahaan
untuk menunjang kelancaran investasi. Tanpa adanya persediaan yang memadai, maka
akan berdampak pada penurunan kepuasan konsumen serta terjadi ketidakseimbangan
antara investasi persedian dengan pelayanan pelanggan.
Perencanaan adalah proses untuk mengupayakan tujuan atau target tertentu di masa yang
akan datang yang disertai adanya tahapan-tahapan untuk mencapai tujuan tersebut.
Perencanaan merupakan hasil dari proses penyeleksian dari beberapa aternatif tahapan
dengen menyesuaikan keadaan atas pertimbangan efektifitas dan efisiensi. George R.
Terry dan Leslie W. Rue (2009) menyatakan bahwa planning atau perencanaan adalah
menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan datang dan
apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.
40
Master production schedule (MPS) merupakan suatu pernyataan produk akhir dari suatu
perusahaan industri manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan
dengan kuantitas dan periode waktu (Gaspersz, 2012). MPS merupakan aktivitas lanjutan
dari perencanaan agregat yaitu berupa perencanaan produksi jangka pendek yang
dilakukan perusahaan yang merangkum rencana produksi secara utuh dan rinci untuk
menghasilkan produk akhir.
Heizer dan Render (2014) menjelaskan MRP merupakan permintaan terikat yang terdiri
dari daftar kebutuhan bahan (BOM), dan catatan persediaan yang akurat. Berdasarkan
pengertian tersebut maka diartikan bahwa MRP adalah sebuah metode untuk merencakan
kebutuhan material dengan mengacu pada data bill of material dan dokumen persediaan
untuk unit produk yang dihasilkan.
Tujuan dari metode MRP yaitu untuk meningkatkan efisiensi, fleksibilitas, dan
profitabilitas operasi manufaktur sehingga dapat membuat pekerja industri lebih
produktif, meningkatkan kualitas produk dan meminimalkan biaya material dan tenaga
kerja. MRP juga membantu produsen untuk merespon peningkatan permintaan produk
mereka dengan lebih cepat dan menghindari penundaan produksi dan kehabisan
persediaan yang dapat mengakibatkan hilangnya pelanggan, yang pada gilirannya
berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas pendapatan.
41
Pada proses ini dilakukan untuk setiap komponen pada setiap periode waktu perencanaan.
Menurut Hendra (2009) ada empat langkah dasar sistem MRP, yaitu:
1. Proses Netting
Netting adalah proses perhitungan untuk menetapkan jumlah kebutuhan bersih
yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan
persediaan (yang ada dalam persediaan dan yang sedang dipesan). Masukan yang
diperlukan dalam proses perhitungan kebutuhan bersih ini adalah:
a. Kebutuhan kotor (yaitu jumlah produk akhir yang akan dikonsumsi) untuk
tiap periode selama periode perencanaan.
b. Rencana penerimaan dari subkontraktor selama periode perencanaan.
c. Tingkat persediaan yang dimilki pada awal periode perencanaan.
2. Proses Lotting
Proses lotting ialah proses untuk menentukan besarnya pesanan yang optimal
untuk masing-masing item produk berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan
bersih. Proses lotting erat kaitannya dengan penentuan jumlah komponen/item
yang harus dipesan/disediakan. Proses lotting sendiri amat penting dalam rencana
kebutuhan bahan. Penggunaan dan pemilihan teknik yang tepat sangat
mempengaruhi keefektifan rencana kebutuhan bahan. Ukuran lot dikaitkan
dengan besarnya ongkos-ongkos persediaan, seperti ongkos pengadaan barang
(ongkos setup), ongkos simpan, biaya modal, serta harga barang itu sendiri.
3. Proses Offsetting
Proses ini ditujukan untuk menentukan saat yang tepat guna melakukan rencana
pemesanan dalam upaya memenuhi tingkat kebutuhan bersih. Rencana
pemesanan dilakukan pada saat material yang dibutuhkan dikurangi dengan
waktu ancang.
4. Proses Explosion
Proses explosion adalah proses perhitungan kebutuhan kotor item yang berada
pada tingkat yang lebih bawah, didasarkan atas rencana pemesanan yang telah
disusun pada proses offsetting. Dalam proses explosion ini data struktur produk
42
Menurut Heizer dan Render (2014), sebuah sistem MRP adalah cara yang sangat baik
untuk menentukan jadwal produksi dan kebutuhan bersih sebuah proses produksi.
Dengan kata lain apabila diperoleh kebutuhan bersih, maka hasilnya adalah berapapun
kebutuhan yang dipesan maka harus dibuat sehingga perlu dilakukan sebuah keputusan
penentuan ukuran lot (lot sizing decision). Adapun teknik pengukuran jumlah (lot sizing
tecniques) adalah sebagai berikut.
1. Economic Order Quantity (EOQ)
2. Lot for Lot (L4L)
3. Periode Order Quantity (POQ)
Berdasarkan teknik diatas, EOQ dan L4L mengacu kepada tingkat kebutuhan. Teknik
tersebut kuantitas order yang sama dengan kebutuhan produksi dalam gabungan periode
periode perencanaan yang berurutan. Penggunaan metode L4L biasa digunakan pada
kondisi dimana data yang dikumpulkan terbatas.
Pengumpulan data diperoleh dari data lampau pada bagian Refinery Planning and
Optimization PT Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan. Adapaun hasil
pengumpulan data yang dilakukan di bagian Refinery Planning and Optimization adalah
sebagai berikut.
Perencanaan pegolahan produk yang telah ditentukan sesuai dengan kebutuhan bulan
Februari 2021 dalam memproduksi produk. Berikut jumlah volume yang harus
43
Volume
Produk
Bbl/hari Bbl/bulan KL/Hari Kl/Bulan
Berdasarkan tabel diatas bahwa volume perencanaan produksi dalam satu hari adalah
sebanyak 1958,62 KL.
Persediaan komponen dan produk diambil dari data awal bulan Februari 2021. Adapun
rincian persedian tabel dilihat pada tabel 4.2
Volume
Jenis Minyak
BBl KL
Pada tabel diatas menunjukan bahwa persediaan awal pada bulan Februari 2021 untuk
HOMC sebanyak 14.467 KL, RCC Naptha sebanyak 15.898 KL, dan Pertamax sebanyak
4.928 KL
Adapun komponen dari produk Pertamax dapat dilihat pada Gambar 4.1
44
Pertamax
(1.958,6 KL)
Berdasarkan susunan bill of material diatas menunjukan bahwa produk penyusun dari
pertamax adalah RCC Naptha dan HOMC Ex KLBB.
Motor gasoline adalah jenis produk akhir berupa bensin yang dalam pengolahannya
merupakan campuran kompleks dari hidrokarbon dengan titik didih rendah. Komponen-
komponen penyusun motor gasoline terdiri atas komponen olahan dengan oktan yang
berbeda- beda yaitu hasil pengolahan minyak mentah. Selanjutnya komponen tersebut
akan menjadi bahan baku untuk blending agar didapat oktan (RON) yang sesuai dengan
spesifikasi nilai oktan produk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan
Tabel 4.4.
Tabel 4.3 RON Motor Gasoline
Produk RON
Premium 88
Motor Gasoline Pertalite 90
Pertamax 92
Pertamax Turbo 98
Tabel 4.4 RON Komponen Pertamax
Produk Komponen RON
RCC Naphta 93
Pertamax
HOMC Ex KLBB 92
45
Dalam pengolahan bahan baku pertamax, maka dilakukan proses blending yaitu proses
pencampuran bahan baku seperti HOMC dan RCC Naptha dengan perbandingan yang
telah ditentukan untuk menghasilkan nilai oktan yang sesuai. Adapun rumus perhitungan
blending komponen dapat dilihat pada persamaan (4.1)
𝑉1 × 𝑂1 + 𝑉2 × 𝑂2 +⋯+ 𝑉𝑛 × 𝑂𝑛
𝐻= (4.1)
𝑉1 + 𝑉2 +⋯+ 𝑉𝑛
Dimana :
H = Octane Blending
V1, V2,..., Vn = Volume
O1, O2,..., O3 = Nilai Oktan
HOMC Ex
Pertamax 646,34 90 58.171,01 33%
KLBB
Total
1.958,62 92,01 180.212,62 100%
Blending
Lead time blending merupakan durasi waktu yang dibutuhkan dalam proses blending.
Berikut adalah perhitungan blending untuk produk Pertamax tercantum pada tabel 4.6
46
WAKTU
PREDIKSI BLENDING
PROSES
Dur
% blending
VOLUME
DATE Rate
LEVEL (
asi
MM )
RON
(KL)
ANAL
COMPONENT TANGKI
ISA KL/Ja
Jam
LAB m
42-T- 88,2
Low Level 2300 0 0% 0,5
301G
42-T-
Polygasoline 0% 99 200 13,5
202 A
42-T-
RCC Naphtha 16415 67% 93 800 20,51
205 A
HOMC Ex 42-T- 8085 33
92 800 10,10
KLBB 301 E %
Mixer 2
Settling 1
Analisa 3
Transfer / Gravity 42-T-
ke 301 A
42-T- 12300 24500 100
TOTAL
301G %
RENCANA 24500 -30,6
800
TRANSFER
KL MB
CAP.NETT 26500 166,679 HASIL BLENDING
MAX Total 20,01
NETT. STOCK 24500 154,1
Jam
24500 92,
ULLAGE 2000 12,579 01
Dalam pengolahan data kebutuhan bahan baku Pertamax digunakan metode lot sizing
untuk menentukan jumlah pesanan. Salah satu teknik yang digunakan yaitu lot for lot
47
(L4L). Pemilihan teknik ini atas dasar pertimbangan keterbatasan data dan kemudahan
dalam pengolahannya.
0 0 0 0 0 0 0
1958,62 1958,62 1958,62 1958,62 1958,62 1958,62 1958,62
1958,62 1958,62 1958,62 1958,62 1958,62 1958,62 1958,62
1958,62 1958,62 1958,62 1958,62 1958,62 1958,62 1958,62
48
0 0 0 0 0 0 0
1958,62 1958,62 1958,62 1958,62 1958,62 1958,62 1958,62
1958,62 1958,62 1958,62 1958,62 1958,62 1958,62 1958,62
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
1312,27 1312,27 1312,27 1312,27 1312,27 1312,27 1312,27
1312,27 1312,27 1312,27 1312,27 1312,27 1312,27 1312,27
1312,27 1312,27 1312,27 1312,27 1312,27 1312,27 1312,27
50
22 23 24 25 26 27 28
0 0 0 0 0 0 0
646,34 KL. Kemudian, mengacu pada rumus persamaan blending octane, dari hasil
blending tersebut diperoleh nilai oktan sebesar 92,01. Adapun perbandingan jumlah
komponen penyusun antara RCC naptha dan HOMC adalah 67:33.
Berdasarkan perhitungan MRP Pertamax dengan menggunakan teknik lot for lot, maka
diperoleh jadwal kebutuhan bahan baku Pertamax. Adapun tabel jadwal dan jumlah
kebutuhan bahan baku produk Pertamax dapaat dilihat pada tabel 4.10
Berdasarkan rencana pemesanan (Planned Order Release) bahan baku dengan metode lot
for lot, untuk memenuhi kebutuhan produk Pertamax dengan nilai oktan 92 sebesar
54.841,39 KL per bulan atau 344.942 Barrel per bulan, maka diperlukan pemesanan
bahan baku komponen RCC naptha sebesar 20.845,56 KL. Sedangkan komponen HOMC
Ex KLBB diperlukan pemesanan sebesar 2199,52 KL.
54
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Djahir, M. D., & S. M. Dewi Pratita. (2015). bahan Ajar Sistem Informasi Manajemen.
Yogyakarta: Deepublish.
Heizer, J., & Render Barry. (2015). Manajemen Operasi : Manajemen Keberlangsungan
dan Rantai Pasokan edisi 11. Jakarta: Salemba Empat.
Hendra, K. (2009). Manajemen Produksi:Perencanaan dan Pengendalian. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Irwansyah, D. E. (2010). Penerapan Material Requirements Planning (MRP) dalam
Perencanaan Persediaan Bahan Baku Jamu Sehat Perkasa pada PT.Nyonya
Meneer. Diakses pada 7 April 2021.
Render, H. d. (2014). Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat.
Ristono, A. (2009). Manajemen persediaan edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Zainal A., M., Nur Fadli, Arifsyah M. Nasution, Rika Astuti, Marzuki, & Darmawi
Musni. (Agustus 2012). Analisis subsidi bahan bakar minyak (BBM) solar bagi
nelayan di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Depik, 107-113.
56
LAMPIRAN
57
58