Anda di halaman 1dari 77

PENERAPAN PERAWATAN KAKI PADA ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA DENGAN KASUS DIABETES MILITUS


DI PUSKESMAS MAPANE

Karya Tulis Ilmiah

DISUSUN OLEH :
MISNAWATI DEWI
PO0220216024

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


PALU JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM
STUDI DIII KEPERAWATAN POSO
TAHUN 2019

i
ii
iii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN POSO

Dewi, Misnawati : “Penerapan Perawatan Kaki Pada Asuhan keperawatan


Keluarga Dengan Kasus Diabetes Melitus Di kelurahan Mapane.” Karya Tulis
Ilmiah yang dibimbing oleh : (1) Abdul Malik Lawira. (2) Agusrianto.

ABSTRAK

IV + 59 Halaman + 9 Tabel + 1 Gambar+ 6 Lampiran

Latar Belakang : Menurut WHO (2015) tingkat prevalensi global penderita DM


pada tahun 2014 sebesar 308 dari keseluruhan penduduk di dunia dan meningkat
pada tahun 2015 sebesar 415 juta jiwa. Sedangkan data Riskesdas (2018) angka
kejadian DM di Indonesia mengalami peningkatan dari 1,5 % pada tahun 2013
meningkat menjadi 2,0 % di tahun 2018. Angka kejadian DM di propinsi
Sulawesi Tengah pada tahun 2014 sebanyak 16.330 kasus dan pada tahun 2015
meningkat menjadi 16.456 kasus. Berdasarkan data Laporan Dinkes Kabupaten
Poso pada tahun 2017 jumlah pasien DM yang berkunjung ke Puskesmas
sebanyak 3.168 kasus dan data yang diperolah dari Puskesmas Mapane pada tahun
2017 jumlah pasien DM yang berkunjung berjumlah 134 kasus dan pada tahun
2018 meningkat menjadi 193 kasus. Tujuan : Memberikan asuhan keperawatan
secara holistik serta menerapkan Perawatan Kaki Pada Asuhan keperawatan
Keluarga Dengan Kasus Diabetes Melitus Di kelurahan Mapane. Jenis Penelitian
: deskriptif dengan pendekatan studi kasus. SubyekPenelitian : Klien Yang
menderita penyakit Diabetes Melitus yang belum terjadi luka. Hasil Penelitian :
Klien dapat melakukan perawatan kaki secara mandiri selama 3 menit dilakukan
sebelum tidur 1x/sehari, dan mau memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk
memeriksakaan kesehatannya. Kesimpulan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan dengan Perawatan kaki, klien mampu melakukanya secara mandiri.
Saran : agar dapat lebih meningkatkan asuhan keperawatan keluarga khususnya
dalam melaksanakan perawatan kaki secara mandiri dalam keluarga.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan Keluarga Penerapan Perawatan Kaki,


Diabetes Melitus.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat yang

telah diberikan-Nya, sehingga proposal penelitian yang berjudul “Penerapan

Perawatan Kaki Untuk Mencegah Ulkus Diabetik Pada Asuhan Keperawatan

Keluarga Dengan Kasus Diabetes Militus Di Puskesmas Mapane” ini bisa

terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Studi kasus penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai

pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada berbagai pihak

yang telah membantu penulis, diantaranya:

Kepada kedua orang tua saya Bapak Bedjo dan ibu saya Sulastri yang telah

membesarkan dan mendidik saya sehingga menjadi seperti sekarang. Selalu

mendukung dan memberikan nasihat agar saya selalu sabar dan ikhlas selama

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

1. Nasrul, SKM,M.Kes. Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan

Palu

2. Selvi Alfrida Mangundap,S.Kp.M,Si Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kementrian K

3. Abd. Malik Lawira, S.Kep.Ns.M.Kes. Ketua Program Studi Keperawatan

Politekknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu Prodi D-III Keperawatan

Poso. Sebagai pembibing 1 yang selalu sabar dan tidak pernah lelah

memberikan masukan dan bimbingannya,

iv
4. Agusrianto, S.Kep.Ns, MM sebagai pembimbing 2 yang telah memberikan

saran dan masukan dalam penyelesaian penulisan proposal studi kasus ini.

5. Tasnim. S,Kep. Ns, MM selaku Pembimbing Akademik yang telah

membimbing penulis selama belajar di Poltekkes Kemenkes Palu Prodi Poso

6. Bapak/Ibu dan Tenaga Kependidikan Program Studi Keperawatan Poso yang

selama ini telah banyak memberikan bantuan kepada penulis

7. Kepada sahabat-sahabat saya Dian Nurvitasari, Siti Nurhalizah, Adhe Fitri

Febrianti dan Miftahul Jannah yang telah memberikan dukungan, motivasi dan

selalu menemani dalam senang maupun susah, sehingga saya dapat

menyelesaikan Proposal Studi Kasus ini.

8. Kepada teman-teman seangkatan 2016 yang selalu menyemangati dan

memberikan dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan Proposal Studi

kasus ini.

Penulis menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan dan

kemampuan yang dimiliki penulis maka Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka dari itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

diharapkan penulis untuk dijadikan sebagai perbaikan dalam penyusunan hasil

penelitian.

Poso, 27 Agustus 2019

Penulis,

vi
DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Pengambilan Data Awal

Lampiran 2 : Infor Consert

Lampiran 3 : Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 4 : Penjelasan Sebelum Penelitian

Lampiran5 : Biaya selama penelitian

Lampiran 6 : Format Pengkajian

Lampiran 7: SOP

Lampiran 8 : Format Constipation Assessment Scale

ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam kesehatan baik

di dunia maupun di Indonesia. DM adalah suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin atau kedua-duanya. Lebih dari 90 persen dari semua populasi

diabetes adalah diabetes melitus tipe 2 yang ditandai dengan penurunan sekresi

insulin karena berkurangnya fungsi sel beta pankreas secara progresif yang

disebabkan oleh resistensi insulin (American Diabetes Association, 2012).

Menurut WHO (2015) tingkat prevalensi global penderita DM pada tahun

2014 sebesar 308 dari keseluruhan penduduk di dunia dan meningkat pada tahun

2015 sebesar 415 juta jiwa. Sedangkan data Riskesdas (2018) angka kejadian DM

di Indonesia mengalami peningkatan dari 1,5 % pada tahun 2013 meningkat

menjadi 2,0 % di tahun 2018. Angka kejadian DM di propinsi Sulawesi Tengah

pada tahun 2014 sebanyak 16.330 kasus dan pada tahun 2015 meningkat menjadi

16.456 kasus. Berdasarkan data Laporan Dinkes Kabupaten Poso pada tahun 2017

jumlah pasien DM yang berkunjung ke Puskesmas sebanyak 3.168 kasus dan data

yang diperolah dari Puskesmas Mapane pada tahun 2017 jumlah pasien DM yang

berkunjung berjumlah 134 kasus dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 193

kasus.

Diabetes Melitus merupakan suatu gangguan metabolisme karbohidrat,

protein dan lemak akibat dari ketidakseimbangan antara ketersediaan insulin dan

1
2

kebutuhan insulin (Damayanti, 2015). Diabetes Melitus dapat menyebabkan

komplikasi pada berbagai sistem tubuh yaitu hipoglikemia, hiperglikemia,

penyakit makrovaskuler mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung

koroner, penyakit mikrovaskuler mengenai pembuluh darah kecil retinopati,

nefropati dan neuropati saraf sensorik (Rendy, 2012). Neuropati disebabkan oleh

gabungan dari beberapa faktor. Faktor utamanya adalah kadar gula darah yang

tinggi dalam waktu lama yang membuat dinding pembuluh darah menjadi lemah

sehingga tidak bisa memberi asupan oksigen dan gizi pada saraf.

Pada akhirnya sel saraf menjadi rusak, sehingga semakin lama sel saraf

tersebut tidak mendapat suplai makanan dan oksigen hal ini akan memudahkan

terjadinya luka kaki diabetik yang menyebabkan masalah kerusakan integritas

kulit. Neuropati perifer sering dirasakan pada ekstremitas bagian bawah. Hal

tersebut ditunjukan dengan gejala rasa tertusuk-tusuk, kesemutan dan rasa seperti

terbakar hingga makin lama kaki akan terasa ball (matirasa) serta penurunan

terhadap sensibilitas nyeri dan suhu. Terjadinya neuropati pada penderita DM

meningkatkan resiko terjadinya cidera dan infeksi pada kaki tanpa diketahui oleh

penderita DM. sehingga jika tidak segera ditangani dapat berujung pada nekrosis

jaringan dan amputasi (Smalzer & Bare, 2008). Penatalaksanaan yang dapat

dilakukan pada pasien diabetes melitus untuk menurunkan resiko integritas kulit

dan mencegah neuropati adalah dengan salah satu intervensi yaitu perawatan kaki.

Perawatan kaki merupakan suatu upaya pencegahan primer terjadinya

komplikasi neuropati diabetik yaitu ulkus diabetik. Menurut Tambunan (2011)

mengatakan bahwa masyarakat yang mengalami neuropati diabetik sangat penting


3

melakukan perawatan kaki untuk menghindari terjadinya ulkus gangren dan juga

amputasi akibat nekrosis jaringan alam perawatan kaki tindakan yang harus

dilakukan oleh masyarakat yang yaitu terdiri darimenjaga kebersihan kaki,

melakukan perawatan pada kuku, kulit kaki, pemeriksaan kaki, serta

menggunakan alas kaki kemanapun pergi (Egum et al 2010).

Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, memiliki tanggung jawab

untuk mengatasi masalah pasien salah satu masalah keperawatan pada pasien

antara lain yaitu kerusakan integritas kulit dengan intervensi keperawatan mandiri

yaitu dengan perawatan kaki. Berdasarkan fenomena di masyarakat kebanyakan

penyakit yang di derita oleh lansia itu sendiri mereka tidak tau cara mengelola

penyakitnya sendiri, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan studi kasus

tentang “Penerapan perawatan kaki pada asuhan keluarga dengan kasus diabetes

militus dikelurahan mapane.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang tersebut diatas maka yang menjadi

rumusan masalah adalah sebagai berikut; “Bagaimanakah Penerapan

Perawatan Kaki Pada Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Kasus Diabetes

Melitus di Puskesmas Mapane?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dibagi menjadi:

a. Tujuan Umum

Untuk melakukan Penerapan Perawatan Kaki Pada Asuhan Keperawatan

Keluarga Dengan Kasus Diabetes Militus Di Puskesmas Mapane.


4

b. Tujuan Khusus

1. Dapat melakukan pengkajian pada Asuhan Keperawatan Keluarga

dengan Kasus Diabetes Melitus.

2. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada Asuhan Keperawatan

Keluarga dengan Kasus Diabetes Melitus.

3. Dapat menyusun perencanaan keperawatan pada Asuhan Keperawatan

Keluarga dengan Kasus Diabetes Melitus.

4. Dapat melakukan tindakan keperawatan tentang Penerapan Perawatan

Kaki pada Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Kasus Diabetes

Melitus.

5. Dapat Melaksanakan evaluasi keperawatan pada Asuhan Keperawatan

Keluarga dengan Kasus Diabetes Melitus.

D. Manfaat Penelitian

a. Pelayanan Keperawatan

Diharapkan dapat menjadi masukan ataupun sebagai acuan dalam

pertimbangan terhadap perencanaan keperawatan untuk pembuatan Standar

Prosedur Operasional (SPO), melalui SPO yang telah dibuat dapan

meningkatkan asuhan keperawatan yang di berikan terutama terjadi

peningkatan kualitas hidup pada klien DM.

b. Institusi Pendidikan Keperawatan

Memberikan informasi mengenai hasil penelitian dan sebagai tambahan

untuk bahan bacaan pada perpustakaan Poltekkes Kemenkes Palu khususnya

Program Studi Keperawatan Poso.


5

c. Peneliti

Memperoleh pengetahuan dalam mengimplementasikan proses penerapan

perawatan kaki untuk mencegah ulkus diabetik pada asuhan keperawatan

Keluarga dengan kasus diabetes melitus.

d. Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bahwa penelitian

ini dapat digunakan sebagai pembanding dengan penelitian lainnya yang

berkaitan dengan diabetes mlitus diri sehinga dapat dikembangkan dengan

variable-variabel yang lebih luas.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Diabetes Militus

a. Pengertian Diabetes Melitus

Menurut American Diabetes Association, DM merupakan suatu

kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang

terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.

DM juga disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak,

dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara

relatif maupun absolut (ADA, 2013; Perkeni, 2011).

Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu keadaan hiperglikemia yang

disebabkan penurunan kecepatan insulin oleh sel-sel beta pulau

langerhans dalam pankreas (Guyton & Hall, 2012). American Diabetes

Association (ADA) tahun 2013, mendefinisikan diabetes mellitus

adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya

hiperglikemia yang terjadi karena pankreas tidak mampu mensekresi

insulin, gangguan kerja insulin, ataupun keduanya. Dapat terjadi

kerusakan jangka panjang dan kegagalan pada berbagai organ seperti

mata, ginjal, saraf, jantung, sertapembuluh darah apabila dalam

keadaaan hiperglikemia kronis.

b. Etiologi

Dalam kemajuan yang telahdi capai di bidang patologi, biokimia

immunologi kini di ketahui bahwa diabetes melitus adalah suatu

6
7

penyakit yang mempunyai etiologi lebih dari satu (etiologi yang

berbeda-beda), dimana faktor genetik dan faktor lingkungan

memegang peran besar. Etiologi diabetes melitus dapat di bagi dalam

dua golongan besar, yaitu : Misdiniarly, (2012).

1. Faktor genetik

Bahwa faktor keturunan pada diabetes melitus ada, sudah

lama di ketahui tetapi bagaimana terjadi transmisi-transmisi dari

seseorang penderita ke anggota keluarga lain belum di ketahui

secara pasti.

2. Faktor non-genetik

Faktor non-genetik yang menyebabkan diabetes melitus

antara lain infeksi, nutrisi, stress, obat-obatan, penyekit-penyekit

endokrin (hormonal) dan penyakit-penyakit pankreas.

c. Klasifikasi

Menurut Smeltzer (2008) klasifikasi utama diabetes melitus adalah :

1. Tipe I : Diabetes Melitus tergantung insulin (non-insulin

dependent diabetes melitus NIDDM).

2. Tipe II : Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (non-insulin

dependent diabetes melitus NIDDM).

3. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindroma

lainnya

4. Diabetes Gestasional (gestation diabetes melitus GDM).


8

Sedangkan menurut Amerikan Diabetes Association sesuai anjuran

perkumpulan endokrinologi Indonesia (PERKENI) klasifikasi diabetes

melitus berdasarkan etiologi adalah :

1. Diabetes Melitus tipe I (IDDM/DMTI) di sebabkan distribusi sel b

pulau Langerhans ke difinisi insulin absolute

2. Diabetes Melitus tipe II (NIDDM/DMTTI) di sebabkan oleh

kegagalan relative sel b dan resistensi insulin dan terjadi defisiensi

relative insulin

3. Diabetes Melitus gestasional terjadi pada kehamilan

4. Diabetes Melitus tipe lain :

a) Endokrinopati, akromegali, sindrom chusing, hipertiroidisme

b) Penyakit eksokrin pancreas : pankreatitis, tumor/pankreatomi,

pankreatopati fibrokalkulus

c) Infeksi : rubella congenital, sitomegalovirus

d) Penyebab imunologi : antibodi anti insulin (PERKENI, 2015)

d. Patofisiologi

Pada Diabetes tipe I.terdapat ketidakmampuan untuk

menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan

oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produksi

glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang

berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap

berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia prosprandial

(sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi


9

maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang

tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin

(glikosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di eksresikan ke dalam

urin, eksresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang

berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat

dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan

dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia) (Smeltzer dan

Bare, 2012).

Difisiensi insulin juga akan menganggu metabolisme protein

dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat

mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya

simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.

Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis

(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis

(pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino dan substansi lain).

Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa

hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.

Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan

peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping

pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menganggu

keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.

Ketoasidosis yang disebabkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan

gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas


10

berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perunahan

kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan

dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat

kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta

ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah

yang sering merupakan komponen terapi yang penting (Smeltzer dan

Bare, 2012)

DM tipe 2 merupakan suatu kelainan metabolik dengan

karakteristik utama adalah terjadinya hiperglikemik kronik. Meskipun

pola pewarisannya belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki

peranan yang sangat penting dalam munculnya DM tipe 2. Faktor

genetik ini akan berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan seperti

gaya hidup, obesitas, rendahnya aktivitas fisik, diet, dan tingginya

kadar asam lemak bebas (Smeltzer dan Bare, 2012). Mekanisme

terjadinya DM tipe 2 umumnya disebabkan karena resistensi insulin

dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan

reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin

dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam

metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada DM tipe 2

disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin

menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh

jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah


11

terbentuknya glukosa dalam darah, harus terjadi peningkatan jumlah

insulin yang disekresikan (Smeltzer dan Bare, 2012).

Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi

akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan

dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.

Namun demikian, jika sel-sel tidak mampu mengimbangi peningkatan

kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan

terjadi DM tipe 2. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang

merupakan ciri khas DM tipe 2, namun masih terdapat insulin dengan

jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi

badan keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetik tidak

terjadi pada DM tipe 2. Meskipun demikian, DM tipe 2 yang tidak

terkontrol akan menimbulkan masalah akut lainnya seperti sindrom

Hiperglikemik Hiperosmolar Non-Ketotik (HHNK) (Smeltzer dan

Bare, 2012).

Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama

bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan DM tipe 2 dapat berjalan

tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering

bersifat ringan, seperti: kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka

pada kulit yang lama-lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan

kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi). Salah satu konsekuensi

tidak terdeteksinya penyakit DM selama bertahun-tahun adalah

terjadinya komplikasi DM jangka panjang (misalnya, kelainan mata,


12

neuropati perifer, kelainan vaskuler perifer) mungkin sudah terjadi

sebelum diagnosis ditegakkan (Smeltzer dan Bare, 2012)

Diabetes Melitus dapat mengganggu metabolisme karbohidrat,

protein dan lemak akibat ketidakefektifan fungsi insulin, yang dapat

mempengaruhi berbagaisistem tubuh, sehingga dapat menyebabkan

komplikasi jangka Panjang dan menurunnya kualitas hidup penderita.

Salah satu komplikasi penyakit diabetes melitus yang sering dijumpai

adalah kaki diabetic (diabetic food). Yang dapat dimanifestasikan

sebagai ulkus, infeksi dan gangren (Reptuz, 2009). Komplikasi kaki

diabetic merupakan penyebab tersering dilakukannya amputasi yang di

dasari oleh kejadian non traumatik. Penderita diabetes melitus

memiliki resiko yang tinggi terhadap luka ulkus diabetikum. Ada 3

dasar penderita diabetes melitus beresiko terhadap ulkus, diantaranya :

sirkulasi darah dari kaki ke tungkai menurun, berkurangnya perasaan

pada ke dua kaki, berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi

(Misdiniarly, 2012).
13

Patway

Defisiensi Insulin

Glukagon Penurunan pemakaian


glukosa oleh sel
Glukoneogenesis
Hiperglikemia

Lemak Protein Glyecosuria

Katogenesis BUN Osmotik deuresis

Katonemia Nitrogen urine Dehidrasi


Kekurangan
Mual muntah Ph Hemokosentrasi Volume Cairan

Asidosis Trombosis

• Koma Ateroskerosis
Resti Gangguan Nutrisi
Kurang Dari • Kematian Makrovaskuler Mikrovaskuler
Kebututuhan
Jantung Selebral ekstremitas retina Ginjal

Miokard Infark stroke Ganggreen Retinopati Nefropati

Retinopati Nefropati
Gangguan Diabetik
IntegritasKulit
Gangguan Penglihatan Gagal
Ginjal

Resiko Injury

e. Tanda dan Gejala

Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya sering kali tidak

dirasakan dan tidak di sadari oleh penderita, beberapa keluhan dan

gejala yang perlu mendapat perhatian adalah :


14

1. Keluhan Klasik

a) Banyak Kencing (polyuria)

Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan

menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam

jumlah banyak dan sangat mengganggu penderita terutama

pada waktu malam hari.

b) Banyak Minum (polydipsia)

Rasa haus amat sering di alami penderita karena banyaknya

cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering

disalahtafsirkan dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang

panas atau beban kerja yang berat untuk menghilangkan rasa

haus itu penderita banyak minum.

c) Banyak Makan (polifagia)

Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita

Diabetes Melitus karena pasien mengalami keseimbangan

kalori negatif, sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar.

Untuk menghilangkan rasa lapar itu penderita harus banyak

makan.

d) Penurunan Berat Badan dan Rasa Lemah

Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif

singkat harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah yang hebat

yang menyebabkan penurunan prestasi dan lapangan olahraga

juga mencolok. Hal ini di sebabkan glukosa dalam darah tidak


15

dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan

bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup,

sumber tenaga terpaksa di ambil dari cadangan lain yaitu sel

lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak

dan otot menjadi kurus (Price & Wilson, 2012).

2. Keluhan lain

a) Gangguan Saraf Tepi Kesemutan

Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada

kaki di waktu malam hari sehingga mengganggu tidur

b) Gangguan penglihatan

Pada fase awal diabetes sering di jumpai gangguan penglihatan

yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya

berulang kali agar tetap dapat melihat dengan baik.

c) Gatal Bisul

Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah

kemaluan dan daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah

payudara. Sering pula di keluhkan timbulnya bisul dan luka

yang lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul karena akibat hal

yang sepele seperti luka lecet karena sepetu atau tertusuk peniti.

d) Gangguan Ereksi

Gangguan ereksi ini menjadi masalah, tersembunyi karena

sering tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal

ini terkait denga budaya masyarakat yang masih merasa tabu


16

membicarakaan masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan

atau kejantanaan seseorang.

e) Keputihaan

Pada wanita, keputihaan dan gatal merupakan keluhan yang

sering ditemukan dan kadaang-kadang merupakan satu-satunya

gejala yang di rasakan.

f. Komplikasi

Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien DM tipe 2

akan menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe 2

terbagi dua berdasarkan lama terjadinya yaitu: komplikasi akut dan

komplikasi kronik (Smeltzer & Bare, 2012; PERKENI, 2015).

1. Komplikasi akut

a) Ketoasidosis diabetik (KAD)

KAD merupakan komplikasi akut DM yang ditandai dengan

peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dL),

disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma

keton (+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320

mOs/mL) dan terjadi peningkatan anion gap (PERKENI,

2015).

b) Hiperosmolar non ketotik (HNK)

Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat

tinggi (600-1200 mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis,

osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/mL),


17

plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat

(PERKENI, 2015).

c) Hiperglikemi

Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa

darah mg/dL. Pasien DM yang tidak sadarkan diri harus

dipikirkan mengalami keadaan hipoglikemia. Gejala

hipoglikemia terdiri dari berdebar-debar, banyak keringat,

gementar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan kesadaran menurun

sampai koma (PERKENI, 2015).

2. Komplikasi Kronik

Komplikasi jangka panjang menjadi lebih umum terjadi

pada pasien DM saat ini sejalan dengan penderita DM yang

bertahan hidup lebih lama. Penyakit DM yang tidak terkontrol

dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya komplikasi

kronik. Kategori umum komplikasi jangka panjang terdiri dari:

a) Komplikasi makrovaskuler

Komplikasi makrovaskular pada DM terjadi akibat

aterosklerosis dari pembuluh-pembuluh darah besar, khususnya

arteri akibat timbunan plak ateroma. Makroangiopati tidak

spesifik pada DM namun dapat timbul lebih cepat, lebih sering

terjadi dan lebih serius. Berbagai studi epidemiologis

menunjukkan bahwa angka kematian akibat penyakit

kardiovaskular dan penderita DM meningkat 4-5 kali


18

dibandingkan orang normal. Komplikasi makroangiopati

umumnya tidak ada hubungan dengan kontrol kadar gula darah

yang baik.

Tetapi telah terbukti secara epidemiologi bahwa

hiperinsulinemia merupakan suatu faktor resiko mortalitas

kardiovaskular dimana peninggian kadar insulin dapat

menyebabkan terjadinya risiko kardiovaskular menjadi

semakin tinggi. Kadar insulin puasa > 15 mU/mL akan

meningkatkan risiko mortalitas koroner sebesar 5 kali lipat.

Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar antara lain

adalah pembuluh darah jantung atau penyakit jantung koroner,

pembuluh darah otak atau stroke, dan penyakit pembuluh

darah. Hiperinsulinemia juga dikenal sebagai faktor aterogenik

dan diduga berperan penting dalam timbulnya komplikasi

makrovaskular (Smeltzer & Bare, 2012)

b) Komplikasi mikrovaskuler

Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penyumbatan pada

pembuluh darah kecil khususnya kapiler yang terdiri dari

retinopati diabetik dan nefropati diabetik. Retinopati diabetik

dibagi dalam 2 kelompok, yaitu retinopati non proliferatif dan

retinopati proliferatif. Retinopati non proliferatif merupakan

stadium awal dengan ditandai adanya mikroaneurisma,

sedangkan retinopati proliferatif, ditandai dengan adanya


19

pertumbuhan pembuluh darah kapiler, jaringan ikat dan adanya

hipoksia retina. Seterusnya, nefropati diabetik adalah gangguan

fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring darah.

Nefropati diabetik ditandai dengan adanya proteinuria

persisten (>0,5 gr/24 jam), terdapat retinopati dan hipertensi.

Kerusakan ginjal yang spesifik pada DM mengakibatkan

perubahan fungsi penyaring, sehingga molekul-molekul besar

seperti protein dapat masuk ke dalam kemih (albuminuria).

Akibat dari nefropati diabetik tersebut dapat menyebabkan

kegagalan ginjal progresif dan upaya preventif pada nefropati

adalah kontrol metabolisme dan kontrol tekanan darah

(Smeltzer & Bare, 2012)

c) Neuropati

Diabetes neuropati adalah kerusakan saraf sebagai

komplikasi serius akibat DM. Komplikasi yang tersering dan

paling penting adalah neuropati perifer, berupa hilangnya

sensasi distal dan biasanya mengenai kaki terlebih dahulu, lalu

ke bagian tangan. Neuropati berisiko tinggi untuk terjadinya

ulkus kaki dan amputasi. Gejala yang sering dirasakan adalah

kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, dan lebih terasa sakit

di malam hari.

Setelah diagnosis DM ditegakkan, pada setiap pasien perlu

dilakukan skrining untuk mendeteksi adanya


20

polineuropatidistal. Apabila ditemukan adanya polineuropati

distal, perawatan kaki yang memadai akan menurunkan risiko

amputasi. Semua penyandang DM yang disertai neuropati

perifer harus diberikan edukasi perawatan kaki untuk

mengurangi risiko ulkus kaki (PERKENI, 2015).

g. Penatalaksanaan

Dalam Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di

Indonesia Tahun 2011, terdapat empat pilar penatalaksanaan DM,

yaitu (Perkeni, 2011):

1. Edukasi

Edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi

dibutuhkan untuk memberikan pengetahuan mengenai kondisi

pasien dan untuk mencapai perubahan perilaku. Pengetahuan

tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda, dan gejala

hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan kepada

pasien.

2. Terapi nutrisi medis

Terapi nutrisi medis merupakan bagian dari penatalaksanaan

diabetes secara total. Prinsip pengaturan makanan penyandang

diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat

umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan

kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada pasien diabetes

perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal


21

makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada pasien yang

menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. Diet pasien

DM yang utama adalah pembatasan karbohidrat kompleks dan

lemak serta peningkatan asupan serat.

3. Latihan jasmani

Latihan jasmani berupa aktivitas fisik sehari-hari dan olahraga

secara teratur 3-4 kali seminggu selama 30 menit. Latihan jasmani

selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat

badan dan memperbaiki sensitivitas insulin. Latihan jasmani yang

dianjurkan berupa latihan yang bersifat aerobik seperti jalan kaki,

bersepeda santai, joging, dan berenang. Latihan jasmani

disesuaikan dengan usia dan status kesehatan.

4. Terapi farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan

makanan dan latihan jasmani. Terapi berupa suntikan insulin dan

obat hipoglikemik oral, diantaranya adalah metformin dan

gibenklamid. Metformin adalah obat golongan biguanid yang

berfungsi meningkatkan sensitivitas reseptor insulin. Selain itu,

metformin juga mencegah terjadinya glukoneogenesis sehingga

menurunkan kadar glukosa dalam darah. Masa kerja metformin

adalah 8 jam sehingga pemberiannya 3 kali sehari atau per 8 jam.

Metformin digunakan untuk menjaga kadar glukosa sewaktu tetap

terkontrol (Wicaksono, 2013).


22

Glibenklamid adalah golongan sulfonilurea yang

mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta

pankreas dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat

badan normal ataupun kurang. Penggunaan obat golongan

sulfonilurea lebih efektif untuk mengontrol kadar gula 2 jam

setelah makan (Wicaksono, 2013; Andrew, 2005).

h. Pemeriksaan Penunjang

1. Glukosa darah sewaktu

2. Kadar glukosa darah puasa

3. Tes toleransi glukosa

Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis

DM (mg/dl)

Tabel 2.1 Pemeriksaan kadar Gula Darah

Bukan DM Belum Pasti DM


DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena <110 110-199 >200
- Darah kapiler <90 90-199 >200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena <110 110-125 >126
- Darah kapiler <90 90-109 >110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes melitus pada sedikitnya 2 kali

pemeriksaan (Ruben G, 2016)

1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)


23

Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemuadian sesudah

mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl)

(Mansjoer, 2009).

B. Konsep Dasar Perawatan kaki

a. Pengertian

Perawatan kaki merupakan suatu upaya pencegahan primer

terjadinya komplikasi neuropati diabetik yaitu ulkus diabetik. Menurut

Tambunan (2011) mengatakan bahwa masyarakat yang mengalami

neuropati diabetik sangat penting melakukan perawatan kaki untuk

menghindari terjadinya ulkus gangren dan juga amputasi akibat

nekrosis jaringan alam perawatan kaki tindakan yang harus dilakukan

oleh masyarakat yang yaitu terdiri darimenjaga kebersihan kaki!

melakukan perawatan pada kuku! kulit kaki! pemeriksaan kaki serta

menggunakan alas kaki kemanapun pergi ( egum et al 2010).

b. Tujuan Perawatan Kaki

Kegiatan perawatan kaki tersebut bertujuan untuk :

1. Pencegahan awal atau deteksi dini untuk mengetahui kelainan kaki

secara dini

2. Menghindarkan penderita terjadinya ulkus diabetik dan resiko

amputasi

3. Mengurangi resiko infeksi kaki.

4. Meningkatkan kebersihan dan kesehatan kaki.

5. Mencegah tingkat keparahan ulkus apabila telah terjadi ulkus


24

c. SOP Perawatan Kaki

SOP Perawatan Kaki Diabetes Melitus


Pengertian Perawatan kaki merupakan suatu upaya pencegaha primer
terjadinya komplikasi neuropati diabetik yaitu ulkus diabetik.
Tujuan 1. Pencegahan awal atau deteksi dini untuk mengetahui
kelainan kaki secara dini
2. Menghindarkan penderita terjadinya ulkus diabetikdan
resiko amputasi
3. mengurangi infeksi kaki
4. Meningkatkan kebersihan dan kesehatan kaki
5. Mencegah tingkat keparahan ulkus apabila terjadi ulkus.
Tahap 1. Menyiapkan alat dan bahan
Preinteraksi 2. Mencuci tangan
Tahap 1. Beri salam
orientasi 2. Perkenalkan nama
3. Menjelaskan waktu dan tujuan tindakan
4. Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan
Tahap Kerja 1. Mencuci kaki setiap hari dengan sabun secara lembut
Lakukan perendaman kaki dengan air bersih dengan
suhu kira-kira 37-38 derajat celsius selama 3-5 menit, lalu
bersihkan dengan sabun secara lembut hingga kaki bersih.
2. Keringkan kaki dengan dengan lembut
Setelah mencuci kaki, lalu keringkan kaki dengan
menggunakan kain bersih dan lembut dan mudah menyerap
air untuk mengeringkan.
3. Olesi kaki dengan saleb krim pelembab agar tidak retak
Krim ini untuk mencegah kaki retak sehingga
meminimalkan terjadinya perlukaan.
4. Pemeriksa kaki secara teratur dan menyeluruh
Pemeriksaan kaki ini dilakukan setiap hari terutama
pada bagian telapak kaki dan juga ruas-ruas jari dan juga
sela-sela jari secara menyeluruh untuk melihat dan
mendeteksi kemungkinan terjadi cedera yang dapat meliputi
robekan kulit,ruam,iritasi, melepuh dan lain-lain yang tidak
disadari oleh individu dengan neuropati diabetik.
Pemeriksaan ini juga membutuhkan bantuan dari anggota
keluarga untuk membantu indi/idu tersebut memeriksa
kakinya.
5. Potong kuku-kuku jari kaki dengan hati-hati
Potong kuku jari dengan hati-hati dan jangan sampai
melukai kaki atau bila perlu meminta bantuan keluarga atau
kerabat untuk memotongkan. Jangan biarkan kuku jari
menjadi kotor dan jagalah kebersihan kuku untu menghindari
timbulnya infeksi pada sela-sela kuku.
6. Gunakan alas kaki
25

Gunakan alas kaki kemana kemanapun dan jangan


berjalan tanpa alas kaki. Alas kaki yang digunakan
seharusnya alas kaki yang nyaman tidak terlalu kesempitan
dan tidak kebesaran serta berbantalan yang lembut.
7. pemeriksaan rutin ke pelayanan kesehatan
Selain melakukan perawatan kaki tersebut! klien harus
rajin melakukan pemeriksaan sebagai bentuk deteksi dini atau
pemeriksaan dini untuk mencegah terjadinya ulkus diabetik
pada klien dengan neuropati.
Tahap 1. Tanyakan perasaan klien setelah tindakan dilakukan
terminasi 2. merapikan alat
3. Cuci tangan
4. Beri salam
Tahap 1. Catat waktu, tangga dan tempat saat dilakukan
dokumentasi tindakan.
Sumber : Damaiyanti, 2015.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Menurut NANDA (2013), fase pengkajian merupakan sebuah

komponen utama untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi

data, mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data.

Pengumpulan data antara lain meliputi :

1. Biodata

a) Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama,

pendidikan, pekerjaan, agama, suku, alamat,status, tanggal

masuk, tanggal pengkajian, diagnose medis)

b) Identitas penanggung jawab (nama,umur,pekerjaan, alamat,

hubungan dengan pasien)


26

2. Riwayat kesehatan

a) Keluhan utama , biasanya keluhan utama yang dirasakan pasien

saat dilakukan pengkajian.

b) Riwayat kesehatan sekarang

Data diambil saat pengkajian berisi tentang perjalanan penyakit

pasien dari sebelum dibawa ke puskesmas sampai dengan

mendapatkan perawatan di ruangan.

c) Riwayat kesehatan dahulu

Adakah riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita oleh

pasien tersebut, seperti pernah menjalani operasi berapa kali,

dan dirawat di RS berapa kali.

d) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat penyakit keluarga, adakah anggota keluarga dari

pasien yang menderita yang menurun.

3. Pola Fungsional Gordon

a) Pola persepsi kesehatan: persepsi pasien dan keluarga

mengenai pentingnya kesehatan bagi anggota keluarganya.

b) Pola nutrisi dan cairan : pola makan dan minum sehari – hari,

jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi, jeni makanan

dan minuman, waktu berapa kali sehari, nafsu makan menurun

/ tidak, jenis makanan yang disukai, penurunan berat badan.


27

c) Pola eliminasi : mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan

selama sakit , mencatat konsistensi,warna, bau, dan berapa kali

sehari, konstipasi, beser.

d) Pola aktivitas dan latihan : reaksi setelah beraktivitas (muncul

keringat dingin, kelelahat/ keletihan), perubahan pola nafas

setelah aktifitas, kemampuan pasien dalam aktivitas secara

mandiri.

e) Pola tidur dan istirahat : berapa jam sehari, terbiasa tidur siang,

gangguan selama tidur (sering terbangun), nyenyak, nyaman.

f) Pola persepsi kognitif : konsentrasi, daya ingat, dan

kemampuan mengetahui tentang penyakitnya

g) Pola persepsi dan konsep diri : adakah perasaan terisolasi diri

atau perasaan tidak percaya diri karena sakitnya.

h) Pola reproduksi dan seksual

i) Pola mekanisme dan koping : emosi, ketakutan terhadap

penyakitnya, kecemasan yang muncul tanpa alasan yang jelas.

j) Pola hubungan : hubungan antar keluarga harmonis, interaksi ,

komunikasi, car berkomunikasi

k) Pola keyakinan dan spiritual : agama pasien, gangguan

beribadah selama sakit, ketaatan dalam berdo’a dan beribadah.


28

4. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum

Tanda-tanda vital pasien (peningkatan suhu, takikardi),

kelemahan akibat sisa reaksi obat anestesi.

b) Sistem pernapasan

Inspeksi perkembangan dada, Auskultasi suara napas.

c) Sistem kardiovaskuler

Denyut jantung, pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi,

perkusi dan auskultasi pada permukaan jantung, tekanan darah

dan nadi meningkat.

d) Sistem pencernaan

Dilakukan pengkajian tentang nafsu makan, bising usus, berat

badan.

e) Sistem musculoskeletal

Pada penderita ulkus diabetic biasanya ada masalah pada

sistem ini karena pada bagian kaki biasannya jika sudah

mencapai stadium 3 – 4 dapat menyerang sampai otot. Dan

adanya penurunan aktivitas pada bagian kaki yang terkena

ulkus karena nyeri post pembedahan.

f) Sistem intregumen

Pemeriksaan Turgor Kulit .


29

D. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:

a. Defisit pengetahuan tentang penyakit dalam keluarga Bp A

b. Ketidaksanggupan mengenal masalah keluarga Bp I b/d Ketidatahuan

keluarga tentang fakta

c. Ketidak mampuan memelihara lingkungan yang bisa mempengaruhi

kesehatan keluarga Bp S b/d Ketidaktahuan tentang pentingnya higiene

sanitasi

E. Intervensi Keperawatan

Tujuan Kriteria Hasil/Standar Intervensi

Setelah dilakukan Pengetahuan 1. Keluarga dpt 1. Diskusikan


tindakan/Kunjungan memyebutkan bahahaya lingkunga
rumah yang Ke 3, bahahaya yg tdk memenuhi
keluarga mengerti lingkunga yg syarat kes.
Lingkungan sehan dan tdk memenuhi 2. Diskusikan akibat
menyediakan fasilitas syarat kes. yg ditimbulkan
pembuangan sampah 2. Keluarga dpt lingkungan yg tdk
menyebutkan memenuhi syarat
akibat yg kes.
ditimbulkan 3. Melakukan cara
lingkungan yg mencegah bahaya
tdk memenuhi yang di timbulkan
syarat kes. penyakit yg
3. Keluarga dpt ditimbulkan akibat
menyebutkan lingk. Tdk
cara mencegah memenuhi syarat
penyakit yg kes
ditimbulkan
akibat lingk.
Tdk memenuhi
syarat kes.
30

F. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang

dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien

dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang

dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan

(Nursallam, 2011).

G. Evaluasi

Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu

a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana

evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai.

b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode

evaluasi ini menggunakan SOAP.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian

deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian studi kasus ini

adalah mengeksplorasi suatu masalah keperawatan yang di batasi

oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari berupa

peristiwa, aktivitas atau individu yang di observasi selama 7 hari.

B. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian akan dilakukan di Kelurahan Mapane.

2. Waktu penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 selama 7

hari.

C. Subyek Studi Kasus

Subyek studi kasus adalah klien yang menderita Diabetes

Melitus di Kelurahan Mapane.

D. Fokus Studi

Fokus studi dalam studi kasus ini adalah Penerapan

Perawatan Kaki Pada Asuhan Keperawatan dengan Kasus Diabetes

Melitus di Kelurahan Mapane.

31
32

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah rumusan tentang ruang lingkup

serta ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembahasan dan

penelitian suatu karya ilmiah ( Nani Darmayanti, 2015 ).

1. Perawatan kaki merupakan suatu upaya pencegahan terjadinya

komplikasi neuropati diabetik yaitu seperti ulkus diabetik.

2. Diabetes Melitus adalah penyakit yang berlangsung lama atau

kronis serta ditandai dengan kadar gula (glukosa) darah yang

tinggi atau di atas nilai normal.

F. Pengumpulan data

1. Data Primer

a. Wawancara

Metode wawancara digunakan untuk melakukan

pengkajian yaitu anamnesis identitas pasien, keluhan utama

serta riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit dahulu

klien.

b. Observasi

Dengan metode observasi, peneliti dapat memantau

perkembangan tingkah laku klien.

c. Pemeriksaan Fisik

Melalui pemeriksaan fisik, dapat diperoleh data

menggunakan panca indra ( lihat, dengar, raba, cium ) yaitu


33

seperti tekanan darah, suhu, frekuensi nadi, pernafasan, edema

dan berat badan.

2. Data sekunder

Penulis mengambil data dari buku status klien, atau

catatan keperawatan untuk di analisa sebagai yang yang

mendukung masalah

G. Etika Penelitian

Yang harus ditaati oleh peneliti dalam melaksanakan suatu

studi kasus adalah :

1. Respect Of Human Dignity ( menghomati harkat dan martabat

manusia)

Peneliti mempertimbangkan hak-hak subyek utntuk

mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya

penelitian serta memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan

dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan

penelitian.

2. Informed consent (lembar persetujuan)

Merupakan lembar persetujuan yang diberikan pada

responden. Penelitian menjelaskan maksud dan tujuan yang

akan dilaksanakan serta dampak yang mungkin terjadi selama

dan sesudah pengumpulan data.


34

3. Anominity (tanpa nama)

Memberikan inisial nama responden yang diteliti untuk

menjaga kerahasiaan pada data penelitian.

4. Confidentiality (Kerahasiaan)

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang telah

dikumpulkan, hanya data tertentu saja yang disajikan pada

peneliti.

5. Respect For Juistice and Inclusivennes (Keadilan dan

Inklusivitas)

Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, professional,

berprikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,

kesaksamaan, kecermatan, intimitas psikologis serta perasaan

religius subyek penelitian. Peneliti mempertimbangkan aspek

keadilan gender dan hak subyek untuk mendapatkan perlakuan

yang sama baik sebelum, selama maupun sesudah berpartisipasi

dalam penelitian.

6. Balancing Harms and Benefist (Memperhitungkan manfaat dan

kerugian yang ditimbulkan)

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai prosedur

penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat yang

semaksimal mugkin bagi subyek penelitian dan dapat

digeneralisasikan ditingkat populasi (beneficence).Peneliti


35

meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek(

nonmalefience).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Peneliti di lakukan di Kelurahan Mapane Kecamatan Poso Pesisir, wilayah

kerja puskesmas mapane, Tempat penelitian pada keluarga Ibu H bertempat

tinggal di RT 03 kelurahan mapane, penelitian dilaksanakan dalam satu

minggu dengan 6x tindakan.

Peneliti melakukan kunjungan pada keluarga ibu H dengan Diabetes

Miletus, Kunjungan di mulai pada tanggal 13-19 Agustus 2019 di lakukan 6x

kunjungan yaitu kunjungan pertama (pengkajian) tanggal 13 Agustus 2019,

Kunjungan kedua (implementasi) pemeriksaan Glukosa dan perawatan kaki,

pemeriksaan ini lakukan selama 5 hari dan di lakukan evaluasi pada hari ke

enam tanggal 18 Agustus 2019, dokumentasi tanggal 19 agustus 2019.

B. Hasil Penelitian

1. Pengkajian

a. Data Umum

Pengkajian dilakukan tanggal 13 Agustus 2019 Pukul 10.00 WITA.

Biodata Keluarga Tn S yang bernama Ibu H umur 65 Tahun jenis

kelamin Perempuan, Suku bugis, Agama Islam. Suami Klien bernama

bapak S, Umur 67 Tahun, pekerjaan petani, pendidikan terakhir Tn S

SMP, dan pendidikan terakhir ibu H SMA.

36
37

Keluarga Tn S merupakan keluarga inti (nuclear family) yang

terdiri dari seorang ayah, ibu, dan 2 orang anak. Ibu H tinggal dengan

suami, anak keduanya sudah menikah dan di karun iai 3 orang anak.

Pendapatan keluarga Tn. S dalam sebulan kurang dari Rp. 1.000.000

cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Rumah Ibu H adalah rumah permanen mempunyai pencahayaan

matahari dan ventilasi serta jendela rumah yang cukup. Barang-barang

rumah tangga tertata rapi. Lantai rumah Ibu H Tehel. Lingkungan rumah,

dapur dan jamban keluarga dalam keadaan bersih.

b. Riwayat Keluarga

Anggota keluarga Tn.s selain ibu H dalam 5 tahun terakhir tidak ada

yang menderita penyakit yang serius sementara ibu H menderita DM

sejak 5 tahun terakhir. Ibu H mengeluh sering keram bagian kaki, sering

kecapean dalam beraktivitas. Ibu H sering sering buang air kecil dan

mudah lapar. Jika penyakit Ibu H kambuh ia membeli obat diapotik dan

memeriksa kadar Gula Darah diapotik terdekat, Tn S mengatakan kurang

paham tentang penyakit DM yang di derita ibu H, Ibu H tidak memiliki

riwayat penyakit keturunan.

c. Struktur Keluarga

Komunikasi dalam keluarga ibu H terjalin dengan baik. Ibu H

berperan sebagai seorang istri yang mengurus rumah tangga dan seorang

ibu bagi anak-anak serta berperan sebagai nenek bagi cucunya (dari anak

pertamanya). Apabila terdapat permasalahan dalam keluarga selalu di


38

musyawarakan dan yang mengambil keputusan adalah Tn. S setiap ada

waktu senggang Ibu H bersama suaminya pergi ke kebun untuk bercocok

tanam padi. Ibu H aktif dalam kegiatan olahraga di wilayah setempat.

d. Fungsi keluarga

Tn.S Sudah mengetahui penyakit yang di derita istrinya, sehingga Tn S

melarang istrinya bekerja terlalu banyak karena takut penyakit kambuh

bila Ibu H merasa kesemutan, dan kelelahan langsung memeriksakan diri

ke puskesmas.

e. Stressor dan koping keluarga

Tn S dalam menjalani hidupnya tidak mempunyai beban. Yang

membuat ibu H stres adalah saat ia mengalami kesemutan, kelelahan,

sering kencing dan mudah lapar. Ia merasa gulanya mulai naik. Jika

ada masalah yang tidak bisa diselesaikan ibu H dan keluarga mencari

jalan keluarga dan ibu H menerima apapun yang terjadi pada ibu H

terkait dengan penyakitnya. Suami ibu H sangat setia menemani setiap

saat.

f. Pengkajian status fungsional

Pada Pengkajian pola eliminasi ibu H mengalami poliuri (sering kencing

± 5 kali sehari). Ibu H mengatakan BAB 1 kali sehari pada pagi hari

konsistensi lembek. Urin warna kuning pekat bau khas (asetor).

Pola istrahat dan tidur teratur, ibu H tidur malam hari mulai pukul 21.00

sampai 05.00, tidur siang pukul 14.30. Gangguan tidur hanya terjadi pada

malam hari karna terasa BAK, setelah BAK dapat tidur kembali.
39

Pola kebersihan saat dilakukan pengkajian ibu H mengatakan mandi 3

kali sehari menggunakan sabun mandi, sikat gigi 3 kali sehari pada saat

mandi.

g. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan metode head to toe dan pemeriksaan

antromopemetri, pemeriksaan gula darah, dan pengukuran tanda-tanda

vital pada keluarga Tn.S yaitu Tn.S umur 66 tahun, TD 140/90 mmhg,

BB 55 kg, dan anak A umur 25 tahun, BB 50 kg, untuk pemeriksaan ibu

H adalah :

1) Kepala

Bentuk kepala bulat, nampak bersih, rambut hitam terdapat uban, kulit

kepala bersih tidak tampak ketombe, telinga nampak bersih, tidak ada

serumen, fungsi pendengaran naik, hidung tidak ada kelainan, septum

tidak bengkok, rongga mulut bersih, tidak ada sariawan, ggi dalam

keadaan bersih, fungsi pengecapan baik, penglihatan ibu H tidak

berfungsi dengan baik (kabur-kabur).

2) Leher

Tidak ada pembesaran kelejar tiroid dan vena jugularis.

3) Dada

Bentuk dada simetris, tidak ada bunyi napas tambahan, tidak ada

pengunaan otot bantu pernapasan, tidak ada benjolan, frekuwensi

pernapasan.
40

4) Abdomen

Kulit abdomen tidak ada kelaianan, gerakan dinding abdomen

seirama dengan pernapasan, peristaltik terdengar 12x/menit,

bunyi perkusi timpani, tidak ada nyeri tekan, dan tidak teraba

massa, tidak ada keluhan dalam saluran pencernaan.

5) Genetalia

Saat pengkajian melalui wawancara dengan ibu H mengatakan

tidak ada masalah dengan genetalia.

6) Ektremitas dan kulit

Ektremitas atas tidak ada kelainan, jari tangan kanan dan kiri

lengkap kuku dalam keadaan bersih dan ektremitas bawah

terdapat lengkap kiri dan kanan, turgor kulit tidak elastis

(keriput).

h. Status psikologis

Ibu H nampak tenang saat dilakukan pengkajian, ibu H menerima

keadaan sakitnya dan berkeinginan kuat untuk mempelajari pencegahan

luka dan peningkatan kadar gulanya.

i. Analisa Data

Tabel 4.1 analisa data

No Data Etiologi Masalah


1 Ds: Tidak mengetahui keadaan Ketidakmampuan
1) Tn.S mengatakan pnyakit (sifat,penyebaran, merawat / menolong
kurang paham tentang komplikasi, proknosis, dan anggota keluarga yang
penyakit yang di derita perawatan) sakit.
ibu H.
2) Ibu H mengatakan
merasa kesemutan,
41

sering kencing, dan


mudah lapar.

Do:
1) Ibu H menderita
DM sejak 5 tahun
terakhir.
2) Ibu H membeli
obat diapotik.
3) TTV
TD: 130/80 mmhg
N: 80X/menit
S: 36oc
RR: 70x/menit
4) Pemeriksaan GDS:
168 mg/dl
2 Ds: Ketidakmampuan Ketidakmampuan
1) Tn. S mengatakan khawatir meggunakan sumber kelurga mengambil
terhadap kesehatan ibu H. dimasyarakat guna keputusan mengenai
2) Ibu H mengatakan saat kaki memelihara kesehatan tindakan kesehatan
nya kesemutan ia berharap yang tepat
akan berkurang saat
mengonsumsi obat.
3) Ibu H mengatakan tidak perlu
ke puskesmas.

Do:
1) Pada kartu berobat terakhir ke
puskesmas tahun 2017.

j. Skoring

1. Ketidakmampuan keluarga Tn,S merawat/menolong anggota keluarga

yang sakit b/d tidak mengetahui keadaan penyakit (sifat, penyebaran,

komplikasi, proknosis, dan perawatan).

Tabel 4.2 Skoring

No Kriteria skor bobot nilai Pembenaran


1. Sifat masalah : 2 1 2/3x1=2/3 Kurang mengetahui
Ancaman tentang penanganan
kesehatan penyakit diabetes
melitus.
42

2. Kemungkinan 1 2 1/2x2=1 Ibu H mengatakan


masalah dapat hanya minum obat
durubah : Sebagian saat kambuh
3. Potensi masalah 3 1 3/3x1=1 Masalah diabetes
dapat dicegah : melitus dapat diatasi
Tinggi asal keluarga,
terutama ibu H bisa
mengatur pola
makan istrahat dan
menghindari faktor-
faktor pencetus DM.
4. Menonjolnya 2 1 2/2x1=1 Keluarga
masalah : Masalah menanggapi
berat perlu penyakit DM ini
ditangani segera saangat mengaggu
aktivitas ibu H.
TOTAL 32/3

2. Ketidakmampuan keluarga Tn.S mengambil keputusan mengenai

kesehatan yang tepat b/d ketidakmampuan mengunakan sumber

dimasyarakat guna memelihara kesehatan.

No Kriteria skor bobot nilai pembenaran


1. Sifat masalah : 2 1 2/3x1=2 Ibu H mengalami
ancaman kekambuhan penyakit
kesehatan dengan meningkatnya
kadar gula darah dan
keluarga kurang paham
tentang
2. Kemungkinan 2 2 2/2x2=2 Memberikan pendidikan
masalah dapat kesehatan, kesadaran
dirubah : mudah keluarga untuk
mencegah kekambuhan,
kemauan ibu H menjaga
pola makan,istrahat, dan
menghindari pencetus
terjadinya gula darah.
3. Potensi masalah 2 1 2/3x1=2/3 Ibu H mau hidup sehat
dapat dicegah : dengan menjaga pola
cukup makan,istrahat, dan bisa
menghindari faktor
pencetus meningkatnya
kadar gula darah.
43

4. Menonjolnya 2 1 2/2x1=1 Keluarga tau bahwa


masalah : berat, penyakit DM yang
harus segera dialami ibu H bisa
ditangani menimbulkan
komplikasi bila segera
ditangani.
TOTAL 41.3

3. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas

Tabel 4.3 diagnosa

Prioritas Diagnosa keperawatan Skor


1. Ketidakmampuan keluarga Tn.S mengambil 41/3
keputusan mengenai tindakan kesehatan yang ada
b/d ketidakmampuan menggunakan sumber
dimasyarakat guna memelihara kesehatan.
2. Ketidakmampuan keluarga Tn.S merawat 32/3
menolong anggota keluarga yang sakit b/d tidak
mengetahui keadaan penyakit (sifat,penyebaran,
komplikasi,proknosis, dan perawatan).

4. Intervensi

Tabel 4.4 Inervensi

No Diagnosa Tujuan Kriteria/standar Intervensi


keperawatan
1. Ketidakmampuan Tum : Selama 5 kali Kriteria 1.Diskusikan
keluarga mengambil kunjungan kerumah, pengetahuan bersama
keputusan mengenai ketidakmampuan keluarga
tindakan kesehatan keluarga mengambil tentang
yang tepat pada ibu keputusan mengenai pentingnya
H. tindakan kesehatan pemeriksaan
yang tepat pada ibu H kesehatan.
(65 tahun) 2.Diskusikan
- Menyebutkan pada keluarga
penyebab diabetes tentang dari
melitus peleyanan.
- Menyebutkan tanda Pelayanan
dan gejala dari Psikomotor kembali
diabetes melitus tentang DM
- Menyebutkan yang telah
44

penanganan diabetes disampaikan.


melitus. 3.Berikan
- Menyebutkan respon positif
komplikasi diabetes atau jawaban
melitus. yang tepat.

5. Implementasi

Tabel 4.5 implementasi

No Tanggal Diagnosa keperawatan Implementasi Evalasi


Dx jam
1. Rabu 1. Ketidakmampuan keluarga mengambil 1. Mendiskusikan S:
14/8/2019 keputusan mengenai tindakan kesehatan bersama keluarga - Ibu H
Jam yang tepat pada ibu H (65 tahun) pada tentang pentingnya mengatakan
10.00 keluarga Tn.S (66 tahun) b/d pemeriksaan mudah lelah saat
ketidakmampuan mengunakan sumber kesehatan secara beraktivitas yang
dimasyarakat guna memelihara berkala dengan berlebihan
kesehatan. tujuan agar dapat - Ibu H
meningkatkan mengatakan akan
kesehatan. beristirahat saat
2. Mendiskusikan lelah.
bersama keluarga - Ibu H
mengenai pelayanan mengatakan
kesehatan yang merasa keram
tersedia dilakukan dikaki.
untuk mengetahui O:
kondisi kesehatan - Perawat
saat ini. melakukan
3. Membicaraan agar perawatan kaki
menggunakan pada ibu H.
fasilitas kesehatan - Ibu H nampak
dengan cara datang binggung dengan
kepelayanan penjelasan yang
kesehatan terdekat. diberikan.
4. Keluarga - Glukosa : 268
memberikan mg/dl
keputusan agar A;
membawa keluaraga Masalah dapat
yang sakit teratasi
kepelayanan P : Lanjutkan
kesehatan. intervensi
5. Mendorong
keluaraga agar
berobat ke
45

puskesmas.
6. Mendorong
keluaraga dan pasien
agar melakukan
pemeriksaan
kesehatan secara
rutin dipuskesmas.
2. Rabu 2. Ketidakmampuan merawat atau 1. Menjelaskan kepada S:
14/8/2019 menolong anggota keluarga yang sakit keluarga tentang - Ibu H
Jam pada ibu H (65 tahun) pada keluarga pengertian DM, mengatakan
14.00 Tn.S (66 tahun) b/d tidak mengetahui tanda dan gejala binggung
keadaan penyakit DM, penanganan dengan
(sifat,penyebaran,komplikasi,proknosis, DM, komplikasi penjelasan
dan perawatan). DM, pencegahan dengan
komplikasi DM diabetes
dengan melitus.
menggunakan lifleat. O:
2. Motifasi keluarga - Ibu H
untuk menyebutkan menyebutk
kembali yang sudah an definisi,
dijelaskan, terlihat penyebab,
pasien dapat tanda dan
menyebutkan gejala, tata
tentang diabetes laksana,
melitus. obat dan
3. Memberikan pujian serta
pada pasien saat yag komplikasi
dikatakan itu benar. penyakit
dan
pencegaha
n
komplikasi
.
- Klien
terlihat
binggung.
A: masalah
dapat
teratasi.
P:lanjutkan
intervensi
1. Kamis 3. Ketidakmampuan keluarga mengambil 1. Mendiskusikan S:
15/8/2019 keputusan mengenai tindakan kesehatan bersama keluarga - Ibu H
Jam yang tepat pada ibu H (65 tahun) pada tentang pentingnya mengatakan
10.00 keluarga Tn.S (66 tahun) b/d pemeriksaan kakinya terasa
ketidakmampuan mengunakan sumber kesehatan secara keram ketika
46

dimasyarakat guna memelihara berkala dengan tujuan saat melakukan


kesehatan. agar dapat aktivitas.
meningkatkan - Ibu H
kesehatan. mengatakan
2. Mendiskusikan ketika gejala
bersama keluarga kambuh klien
mengenai pelayanan akan beristirahat.
kesehatan yang O:
tersedia dilakukan - Ibu H nampak
untuk mengetahui binggung
kondisi kesehatan saat tentang
ini. penjelasan yang
3. Membicaraan agar diberikan.
menggunakan fasilitas - Glukosa 250
kesehatan dengan cara mg/dl
datang kepelayanan A:
kesehatan terdekat. Masalah teratasi.
4. Keluarga memberikan P: Lanjutkan
keputusan agar intervensi.
membawa keluaraga
yang sakit
kepelayanan
kesehatan.
5. Mendorong keluaraga
agar berobat ke
puskesmas.
6. Mendorong keluaraga
dan pasien agar
melakukan
pemeriksaan
kesehatan secara rutin
dipuskesmas.
Kamis 4. Ketidakmampuan merawat atau 1. Menjelaskan kepada S:
15/8/2019 menolong anggota keluarga yang sakit keluarga tentang - Ibu H nampak
jam 16.00 pada ibu H (65 tahun) pada keluarga Tn.S pengertian DM, tanda mengatakan
(66 tahun) b/d tidak mengetahui keadaan dan gejala DM, sudah mulai
penyakit penanganan DM, paham tentang
(sifat,penyebaran,komplikasi,proknosis,d komplikasi DM, diabetes melitus.
an perawatan). pencegahan - Ibu H
komplikasi DM mengatakan saat
dengan menggunakan gejala mulai
lifleat. muncul Ibu H
2. Motifasi keluarga memeriksakan
untuk menyebutkan gula darah
kembali yang sudah diapotik dan
dijelaskan, terlihat hanya minum
47

pasien dapat obat.


menyebutkan tentang O:
diabetes melitus. - Ibu H sudah
3. Memberikan pujian mampu
pada pasien saat yag menyebutkan
dikatakan itu benar. definisi,
4. Melakukan perawatan penyebab,
kaki pada klien. tanda dan
gejala, tata
laksanaan, obat
dan serta
komplikasi
penyakit DM
dan
pencegahan
komplikasi.
A: masalah
teratasi.
P: lanjutkan
intervensi.
3. Jumat 5. Ketidakmampuan keluarga mengambil 1. Menginstruksikan S:
16/8/2018 keputusan mengenai tindakan kesehatan klien untuk mencegah - Ibu H
Jam yang tepat pada ibu H (65 tahun) pada terjadinya faktor mengatakan
10.00 keluarga Tn.S (66 tahun) b/d resiko komplikasi. mudah lelah saat
ketidakmampuan mengunakan sumber 2. Menganjurkan klien beraktivitas
dimasyarakat guna memelihara untuk beristirahat saat berlebihan
kesehatan. merasa lelah. - Ibu H
3. Memerikan mengatakan
penjelasan tentang akan mencegah
penyebab DM. faktor resiko
4. Melakukan perawatan peningkatan
kaki pada klien. terjadinya kadar
gula darah
seperti mengatur
pola makan dan
pola istrahat.
O:
- Perawat akan
melakukan
perawatan kaki
pada ibu H.
- TTV
TD: 130/80
mmhg
RR: 20x/menit
N: 80x/menit
48

S : 36oc
Glukosa :248
mg/dl
A: masalah
teratasi
P : lanjutkan
intervensi
Jumat 6. Ketidakmampuan merawat atau 1. Menjelaskan kepada S ;
16/8/2028 menolong anggota keluarga yang sakit keluarga tentang - Ibu H mengatakan
jam 16.00 pada ibu H (65 tahun) pada keluarga Tn.S pengertian DM, tanda sudah paham
(66 tahun) b/d tidak mengetahui keadaan dan gejala DM, dengan tentang
penyakit penanganan DM, penyakitnya.
(sifat,penyebaran,komplikasi,proknosis,dan komplikasi DM,
perawatan). pencegahan komplikasi O :
DM dengan - Ibu H
menggunakan lifleat. Menyebutkan
2. Motifasi keluarga definisi,
untuk menyebutkan penyebab, tanda
kembali yang sudah dan gejala,
dijelaskan, terlihat penyakit DM.
pasien dapat - Klien sudah tidak
menyebutkan tentang binggung.
diabetes melitus.
3. Memberikan pujian A : masalah
pada pasien saat yag teratasi
dikatakan itu benar. P : lanjutkan
4. Perawat melakukan intervensi
perawatan kaki pada
klien.
Sabtu Ketidakmampuan keluarga mengambil 1. Menginstruksikan S:
17/8/2019 keputusan mengenai tindakan kesehatan klien untuk - Ibu H
Jam yang tepat pada ibu H (65 tahun) pada mencegah terjadinya mengatakan
10.00 keluarga Tn.S (66 tahun) b/d faktor resiko sudah mencegah
ketidakmampuan mengunakan sumber komplikasi. resiko terjadinya
dimasyarakat guna memelihara kesehatan. 2. Menganjurkan klien peningkatan
untuk beristirahat kadar gula darah
saat merasa lelah. - Ibu H
3. Memerikan melakukan
penjelasan tentang perawatan kaki
penyebab DM. dengan andiri
4. Melakukan dibantu oleh
perawatan kaki pada keluarga.
klien.
O:
- Ibu H paham
tentang penjelasan
49

yang diberikan
- TTV :
TD: 130/80 mmhg
RR: 20x/menit
N : 80x/menit
Glukosa : 249
mg/dl
A : masalah
teratasi
P : lanjutkan
intervensi
Sabtu Ketidakmampuan merawat atau menolong 1. Menjelaskan kepada S:
17/8/2019 anggota keluarga yang sakit pada ibu H (65 keluarga tentang - Ibu H
tahun) pada keluarga Tn.S (66 tahun) b/d pengertian DM, tanda mengatakan
tidak mengetahui keadaan penyakit dan gejala DM, paham dengan
(sifat,penyebaran,komplikasi,proknosis,dan penanganan DM, penjelasan
perawatan). komplikasi DM, tentang DM dan
pencegahan sudah
komplikasi DM mendiskusikan
dengan menggunakan bersama
lifleat. keluarga.
2. Motifasi keluarga - Klien nampak
untuk menyebutkan paham tentang
kembali yang sudah DM.
dijelaskan, terlihat
pasien dapat A : masalah
menyebutkan tentang sudah teratasi
diabetes melitus. P : intervensi
3. Memberikan pujian dipertahankan.
pada pasien saat yag
dikatakan itu benar.
4. Melakukan
perawatan kaki pada
klien.

C. Pembahasan
Setelah dilakukan penerapan asuhan keperawatan keluarga pada

ibu H dengan diabetes melitus diwilayah kerja puskesmas mapane sejak

tanggal 13 agustus sampai 19 agustus 2019 sebanyak 6 kali kunjungan,

maka pada bab pembahasan penulis akan menjabarkan adanya kesesuaian


50

maupun kesenjangan yang terdapat pada pasien antara teori dan kasus.

Tahapan pembahasan sesuai dengan tahapan asuhan keperawatan yang

dimulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa, merumuskan rencana

tindakan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi tindakan.

1. Asuhan keperawatan keluarga pada ibu H dengan kasus diabetes

melitus.

a. Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan pasien mengatakan

mersaa keram pada kaki saat merasa kelelahan, sering buang air

kecil, mudah lapar, keluarga mengatakan tidak tau atau tidak

mengerti dengan penyakit pada ibu H baik itu mengenai

pengertian, tanda gejala, etiologi maupun pencegahan dan

perawatannya. Ibu H mengatakan jika gejala itu muncul dia hanya

datang ke apotik untuk memeriksakan kadar gula darah dan hanya

minum obat yang dibeli diapotik, ibu H mengatakan kurang paham

tentang penyakit diabetes melitus yang diderirta ibu H, ibu H sudah

menderita diabetes melitus sejak 5 tahun terakhir, ibu H hanya

mengonsumsi obat yang dibeli diapotik, ibu H mengatakan saat

kadar gula daranya naik dia hanya berharap akan berkurang saat

mengonsumsi obat, ibu H mengatakan tidak perlu kepuskesmas

untuk berobat karna ia mengatakan penyakit gula yang dia derita

adalah gula kering, ibu H mengatakan jarang kepuskesmas saat ia

merasa gula darahnya naik, pada kartu terakhir kepuskesmas tahun


51

2016, ttv: td 130/80mmhg, nadi 80x/menit, suhu 36oc, respirasi

20x/menit, glukosa 268. Ibu H tidak memiliki penyakit keturunan

diabetes melitus pada keluarga.

Berdasarkan hasil pengkajian tersebut Jika konsentrasi

glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat

menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya

glukosa tersebut muncul dalam urin (glikosuria). Ketika glukosa

yang berlebihan di eksresikan ke dalam urin, eksresi ini akan

disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan

ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan

cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam

berkemih (poliuria), rasa haus (polidipsia), dan mudah lapar

(polifagia),(Smeltzer dan Bare, 2012). Ibu H menderita diabetes

melitus sejak 5 tahun terakhir, jika dilihat dari pengalaman dalam

melakukan menejemen dalam menghadapi penyakit, ibu H belum

mengetahui cara mengatasi penyakitnya. Pekerjaan ibu H hanyalah

seorang petani namun, pada keadaan kasus ibu H belum

mengetahui cara pencegahan diabetes melitus yang diakibatkan

kurangnya informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan

masyarakat. Menrut suarni (2009) dalam Ristio s,imam A.M dan

Nahariani P (2012) mengatakan bahwa pendidikan dapat

meningkatkan kematangan intelektual seseorang. Kemampuan

intelektual ini berpengaruh pada wawasan, cara berfikir, baik


52

dalam cara mengambilan keputusan maupun dalam pembuatan

kebijakan.

b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa yang dapat ditegakkan pada pasien diabetes melitus

menurut bailon dan maglaya, 1978 yaitu ketidakmampuan keluarga

mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang ada dan

ketidakmampuan menolong anggota keluarga yang sakit.

1) Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data dari ibu H bahwa

ibu H mengeluh mudah lelah, sering bak, dan mudah lapar, jika

ibu H mengalami gejala tersebut ia hanya memeriksakan gula

darah diapotik dan membeli obat diapotik, ibu H kurang paham

mengenai penyakitnya, ibu H nampak binggung, glukosa 268

mg/dl. Sehingga penulis merumuskan diagnosa keperawatan

yang muncul yaitu ketidakmampuan keluarga mengambil

keputusan mengenai tindakan keseshatan yang tepat b/d

ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakan mudah

memelihara kesehatan.

2) Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan ibu H mengeluh, jika

gula darahnya naik dia berharap berkurang setelah

mengonsumsi obat, ibu H mengatakan tidak perlu kepuskesmas

untuk berobat, saat gula darahnya naik ibu H jarang

kepuskesmas, keluarga nampak khawatir dengan kesehatan ibu

H. Sehingga peneliti merumuskan diagnosa ketidakmampuan


53

merawat atau menolong anggota keluraga yang sakit b/d tidak

mengetahui keadaan penyakit (sifat, penyebaran, komplikasi,

proknosis, perawatan)

c. Intervansi

1) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan mengenai

tindakan kesehatan yang tepat pada ibu H (65 tahun) pada

keluarga Tn.S (66 tahun) b/d ketidakmampuan mengunakan

sumber dimasyarakat guna memelihara kesehatan.

Intervensi yang diberikan pada keluarga Tn.S yaitu

diskusikan bersama keluarga tentang pentingnya pemeriksaan

kesehatan, diskusikan bersama kelurga tentang peran dari

pelayanan kesehatan yang tersedia, keluarga membicarkan

tentang menggunakan fasilitas kesehatan terdekat, keluarga

mampu memutuskan agar keluarga membawa kelurga yang

sakit ke pelayanan kesehatan, keluarga dapat mendororng

pasien agar mau berobat ke puskesmas, keluarga dapat

mendorong pasien agar melakukan pemeriksaan secara rutin

dipuskesmas, lakukan tindakan penerapan perawatan kaki.

Alasannya dipilih intervensi ini ibu H mengeluh sering merasa

keram pada kaki tujuannya untuk mencegah terjadinya luka.

Dengan kriteria untuk mengetahui tujuan perawatan kaki ibu H

mengatakan merasa nyaman.


54

2) Ketidakmampuan merawat atau menolong anggota keluarga

yang sakit pada ibu H (65 tahun) pada keluarga Tn.S (66 tahun)

b/d tidak mengetahui keadaan penyakit (sifat, penyebaran,

komplikasi, proknosis, dan perawatan).

Intervensi yang diberikan pada keluarga Tn.S yaitu

diskusikan bersama keluarga dengan mengunakan lifleat

motifasi keluarga untuk menyebutkan kembali tentang diabetes

melitus seperti yang disampaikan, berikan respon positif atas

jawaban yang tepat dengan kriteria mampu menyebutkan

pengertian DM dapat menyebutkan penyebab dan tanda gejala

dari penyakit DM, mampu menyebutkan penanganan penyakit

DM, dan mampu menyebutkan komplikasi DM.

d. Implementasi

1) Untuk intervensi diagnosa ketidakmampuan keluarga

mengambil keputusan mengenai tindakan keseshatan yang

tepat b/d ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat

guna memelihara kesehatan pada keluarga Tn.S.

Untuk intervensi pemberian perawatan kaki dilakukan 1 kali

dalam sehari selama 3 menit. Dengan tindakan tersebut

diharapkan dapat membantu untuk mencegah terjadinya luka

pada ibu H.

Berdasarkan penelitian Miftahul ulum 2017 perawatan kaki

mampu mencegah terjadinya ulkus gangre. (Ulum miftahul,


55

2017). penelitian lain yang mendukung penerapan perawatan

kaki yang mampu mencegah terjadinya ulkus yaitu penelitian

Srimiyati (2018). Dimana perawatan kaki mampu

memperlancar aliran darah dari kaki ke seluruh tubuh.

2) Ketidakmampuan merawat atau menolong anggota keluarga

yang sakit pada ibu H (65 tahun) pada keluarga Tn.S (66 tahun)

b/d tidak mengetahui keadaan penyakit (sifat, penyebaran,

komplikasi, proknosis, dan perawatan) pada kelurga Tn.S.

Untuk intevensi pada diagnosa kedua lebih memfokuskan

untuk meningkatkan tentang pengetahuan diabetes melitus,

diman peneliti memberikan edukasi tentang pengertian,

penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, dan pencegahan

diabetes melitus. Intervensi ini diberikan selama 6 hari dan

diharapkan dapat menambah pengetahuan ibu H sehingga

pasien mampu mengenal, menghindari faktor pemicu terjadinya

peningkatan kadar gula darah dalam tubuh serta mengetahui

cara mencegahan penyakit.

e. Evaluasi

Setelah melakukan implementasi keperawatan keluarga sesuai

dengan masalah maka penulis mengevaluasi dari pemberian

implementasi tersebut yaitu :

1) Setelah dilakukan implementasi selama 6 hari dan melakukan

evaluasi keperawatan keluarga, masalah ketidakmampuan


56

keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan

yang tepat teratasi dengan kriteria keluarga sudah memahami

dengan adanya fasilitas kesehatan, keluarga Tn.S mengatakan

akan membawa kelurga yang sakit kepuskesmas. Dari 6

intervansi yang direncanakan oleh peneliti semua dapat

dilaksanakan. Tujuan intervensi tercapai pada hari ke 6.

Berdasarkan teori Miftahul ulum 2017 perawatan kaki sering

dilakukan untuk mencegah terjadinya ulkus dan melancarkan

peredaran darah. Penelitian Srimiyati 2018 dimana perawatan

kaki mampu mencegah terjadinya ulkus gangren.

2) Setalah dilakukan impelementasi selama 5 hari dan melakukan

evaluasi keperawatan keluarga untuk diagnosa

ketidakmampuan merawat atau menolong anggota keluarga

Tn.S sudah dapat menolong anggota keluarga yang sakit dan

keluraga ibu H dapat melakukan perawatan kaki secara mandiri

tanpa bantuan peneliti.

2. Penerapan perawatan kaki

Pada tanggal 13 agustus 2019 dilakukan pengkajian pada pasien

ibu H didapatkan data klien mengalami keram kaki, sering bak,

mudah haus dan lapar, jika ibu H mengalami hal tersebut ia hanya

memeriksa keapotik dan membeli obat diapotik, ibu H kurang

paham dengan penyakitnya, ibu H nampak binggung, glukosa

yaitu 268 mg/dl, Setelah mendapatkan data tersebut peneliti


57

mencoba dengan kriteria pasien yang telah ditetapkan. Ibu H

memenuhi keiteria yang telah ditetapkan maka peneliti

menjelaskan tujuan dari perawatan kaki. Prosedur pelaksanaan

perawatan kaki.

a. Mencuci kaki setiap hari dengan sabun secara lembut.

Lakukan perendaman kaki dengan air bersih dengan suhu kira-

kira 37-38 derajat celsius selama 3-5 menit, lalu bersihkan

dengan sabun secara lembut hingga kaki bersih.

b. Keringkan kaki dengan dengan lembut.

Setelah mencuci kaki, lalu keringkan kaki dengan menggunakan

kain bersih dan lembut dan mudah menyerap air untuk

mengeringkan.

c. Olesi kaki dengan saleb krim pelembab agar tidak retak.

Krim ini untuk mencegah kaki retak sehingga meminimalkan

terjadinya perlukaan.

d. Pemeriksa kaki secara teratur dan menyeluruh.

Pemeriksaan kaki ini dilakukan setiap hari terutama pada bagian

telapak kaki dan juga ruas-ruas jari dan juga sela-sela jari secara

menyeluruh untuk melihat dan mendeteksi kemungkinan terjadi

cedera yang dapat meliputi robekan kulit,ruam,iritasi, melepuh

dan lain-lain yang tidak disadari oleh individu dengan neuropati

diabetik. Pemeriksaan ini juga membutuhkan bantuan dari


58

anggota keluarga untuk membantu indi/idu tersebut memeriksa

kakinya.

e. Potong kuku-kuku jari kaki dengan hati-hati.

Potong kuku jari dengan hati-hati dan jangan sampai melukai

kaki atau bila perlu meminta bantuan keluarga atau kerabat

untuk memotongkan. Jangan biarkan kuku jari menjadi kotor

dan jagalah kebersihan kuku untu menghindari timbulnya infeksi

pada sela-sela kuku.

f. Gunakan alas kaki.

Gunakan alas kaki kemana kemanapun dan jangan berjalan

tanpa alas kaki. Alas kaki yang digunakan seharusnya alas kaki

yang nyaman tidak terlalu kesempitan dan tidak kebesaran serta

berbantalan yang lembut.

g. pemeriksaan rutin ke pelayanan kesehatan

Selain melakukan perawatan kaki tersebut! klien harus rajin

melakukan pemeriksaan sebagai bentuk deteksi dini atau

pemeriksaan dini untuk mencegah terjadinya ulkus diabetik pada

klien dengan neuropati.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penerapan perawatan kaki dengan 4 kali pemberian selama 6 hari

dapat mencegah terjadinya ulkus diabetik pada Ibu H. Glukosa hari

pertama pada ibu H 268 mg/dl, setelah di lakukan perawatan kaki kaki

berangsur-angsur menurun menjadi hari ke dua yaitu 250 mg/dl, hari ke

tiga 249 mg/dl, hari ke empat 248 mg/dl, keram kaki yang di rasakan juga

mulai menurun.

B. Saran
1. Klien di harapkan dapat memahami informasi tentang Penerapan

perawatan kaki untuk mencegah ulkus diabetik yang di alami dengan

penerapan non-farmakologi ( Perawatan kaki ) sehingga klien tidak

hanya menggantungkan pada obat-obatan farmakologi dalam

menurunkan skala nyeri sendi

2. Di harapkan bagi tenaga kesehatan untuk lebih mengaktifkan kader

kesehatan dalam penerapan terapi non-farmakologi seperti

menggunakan kompres kayu manis

3. Bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan materi penelitian ini

sebagai data dasar dalam penelitian dengan Diabetes melitus dengan

menggunakan terapi non-farmakologi penerapan Perawatan kaki

sehingga hasil penelitian dapat lebih berkembang.

59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70

Anda mungkin juga menyukai