Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. KONSEP GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR CAIRAN


1. Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian
tubuh. (Haswita & Reni, 2017).
Keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa dalam tubuh
berfungsi untuk mempertahankan kesehatan dan fungsi semua sistem
tubuh keseimbangan ini dipertahankan melalui asupan dan keluaran cairan
dan elektrolit, penyebarannya dalam tubuh serta diatur melalui sistem
perkemihan dan pernapasan. Keseimbangan cairan adalah keseimbangan
antara cara masukan dan keluaran cairan. Cairan merupakan komponen
terbesar yang membentuk tubuh yakni 60% dari berat badan orang dewasa
terdiri atas cairan (Potter & Perry, 2009)
Kekurangan volume cairan adalah keadaan ketika seorang individu
yang tidak menjalani puasa mengalami atau berisiko mengelami dehidrasi
vaskular, interstitial atau intravaskular (Lynda Juall, 2007 : 168).
Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan intravaskuler,
interstisial, dan/ atau intraseluler yang mengacu pada dehidrasi,
kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada natrium (Nanda, 2012 : 264).
Kelebihan volume cairan adalah keadaan ketika seseorang individu
mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau
interstisial (Lynda Juall, 2007 : 172). Kelebihan volume cairan merupakan
peningkatan retensi cairan isotonik (Nanda, 2012). Resiko ketidakseimbangan
elektrolit merupakan berisiko mengalami perubahan kadar elektrolit serum
yang dapat mengganggu kesehatan (Nanda, 2012 : 262).
2. Mekanisme Pergerakan Cairan dan Elektrolit
Menurut Tarwoto & Wartonah (2010), mekanisme pergerakan cairan tubuh
melalui tiga proses, yaitu :
a) Difusi
Difusi merupakan proses perpindahan partikel cairan dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dak
elektrolit didifusikan menembus membran sel. Kecepatan difusi
dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsentrasi larutan dan temperatur.
b) Osmosis
Osmosis merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui
membran semipermiabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke
konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.
c) Transpor Aktif
Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena adanya daya
aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
3. Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan (Tarwoto & Wartonah, 2004).
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit, antara lain:
a. Usia
Pada bayi atau anak-anak, keseimbangan cairan dan elektrolit
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah asupan cairan
yang besar yang diimbangi dengan keluaran yang besar pula,
metabolisme tubuh yang tinggi, masalah yang muncul akibat
imaturitas fungsi ginjal, serta banyaknya cairan yang keluar melalui
ginjal, paru-paru dan proses penguapan. Pada orang tua atau lansia,
gangguan yang muncul berkaitan dengan masalah ginjal dan jantung
terjadi karena ginjal tidak lagi mampu mengatur konsentrasi urin.
b. Temperatur lingkungan
Lingkungan yang panas menstimulus sistem saraf simpatis yang
menyebabkan seseorang berkeringat. Pada cuaca yang sangat panas
seseorang akan kehilangan 700 - 2000 ml air/jam dan 15 sampai
dengan 30 gram garam/hari.
c. Kondisi stres
Kondisi stres mempengaruhi metabolisme sel, konsentrasi glukosa
darah, dan glikolisis otot. Kondisi stres mencetuskan pelepasan
hormon anti-diuretik sehingga produksi urine menurun.
d. Keadaan sakit
Kondisi sakit yang dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit antara lain luka bakar, gagal ginjal, dan payah jantung.
e. Diet
Diet dapat mempengaruhi asupan cairan dan elektrolit.Asupan nutrisi
yang tidak adekuat dapat berpengaruh terhadap kadar albumin serum.
Jika albumin serum menurun, cairan interstisial tidak dapat masuk ke
pembuluh darah sehingga terjadi edema. (Wahit Iqbal & Nurul
Chayatin, 2008)
4. Klasifikasi
Menurut Bennita (2013) cairan tubuh dibagi dalam 2 kelompok besar,
yaitu:
a) Cairan intraseluler (CIS)
Cairan intraseluler merupakan Cairan yang berada di dalam sel tubuh
dan berfungsi sebagai media tempat aktivitas kimia sel berlangsung.
Cairan ini merupakan 70% dari total cairan tubuh (total body water).
Pada individu dewasa CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh atau 2/3
dari berat tubuh (total body water).
b) Cairan ekstraseluler (CES)
Cairan ekstraseluler merupakan Cairan yang berada di luar sel dan
menyusun 30% dari total body water. 20% dari berat tubuh merupakan
cairan ekstraseluler. Cairan ini terdiri atas Cairan plasma (cairan
intravaskular) sebanyak 5% , cairan interstisial sebanyak 10 - 15% ,
cairan transeluler sebanyak 1 - 3% .
5. Masalah Gangguan Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit (Tarwoto &
Wartonah 2010)
a) Hipovolemia
Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit,
ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok
hipovolemia. Mekanisme kompensasi pada hipovolemia adalah
peningkatan rangsang saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung,
kontraksi jantung, dan tekanan vaskular), rasa haus, pelepasan
hormon ADH dan aldosteron..
b) Hipervolemia
Hipervolemia adalah penambahan atau kelebihan volume cairan
ekstraseluler dapat terjadi pada saat stimulasi kronis ginjal untuk
menahan natrium dan air, fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan
ekskresi natrium dan air, kelebihan pemberian cairan, perpindahan
cairan interstisial ke plasma.
c) Edema
Edema adalah kelebihan cairan dalam ruang interstisial yang
terokalisasi. Edema terjadi karena hal-hal berikut ini:
1) Meningkatnya tekanan hidrostatis kapiler akibat penambahan
volume darah..
2) Peningkatan permeabilitas kapiler seperti pada luka bakar dan
infeksi Keadaan ini memungkinkan cairan intravaskular akan
bergerak ke interstisial.
3) Penurunan tekanan plasma onkotik penurunan tekanan onkotik
karena kadar Protein plasma rendah seperti karena malnutrisi
penyakit ginjal dan hati.
4) Bendungan aliran limfa mengakibatkan aliran lambat, sehingga
cairan masuk kembali ke kompartemen vaskular.
5) Gagal ginjal dimana pembuangan air yang tidak adekuat
menimbulkan penumpukan cairan dan reabsorpsi natrium yang
berlebihan sehingga tertahan pada interstisial.
d) Hiponatremia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar
natrium dalam plasma darah, normalnya kadar natrium 135 mEq/I
- 145 mEq/I.
e) Hipernatremia, suatu keadaan kelebihan natrium dalam plasma
darah, normalnya kadar natrium 135 mEq/I - 145 mEq/I.
f) Hipokalemia, suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam
darah, normalnya kadar kalium 3,5 mEq/I - 5 mEq/I
g) Hiperkalemia, suatu keadaan kelebihan kadar kalium dalam darah,
normalnya kadar kalium 3,5 mEq/I - 5 mEq/I.
h) Hipokalsemia, suatu keadaan kekurangan kalsium dalam plasma
darah, normalnya kadar kalsium 4,3 mEq/I.
i) Hiperkalsemia, suatu keadaan kelebihan kalsium dalam plasma
darah, normalnya kadar kalsium 4,3 mEq/I. Dapat dijumpai pada
pasien yang mengalami kelenjar gondok dan makan vitamin D
yang berlebihan.
j) Hipomagnesia, suatu keadaan kekurangan magnesium dalam
plasma darah, normalnya kadar magnesium 1,3 - 2,5 mEq/I.
k) Hipermagnesia
Hipermagnesia adalah keadaan kelebihan magnesium dalam
plasma darah, normalnya kadar magnesium 1,3 - 2,5 mEq/I..
6. Tanda dan Gejala Gangguan Keseimbangan Cairan
a. Gangguan Keseimbangan Cairan (Potter, Perry. 2009)
Gangguan Keseimbangan Cairan Tanda dan Gejala
Kekurangan volume cairan – Pemeriksaan fisik: hipotensi postural,
kehilangan air dan elektrolit pada takikardia,membran mukosa kering, turgor
jumlah yang sama atau isotonik kulit buruk, haus, konfusi, kehilangan berat
badan berlebihan, pengisian vena lambat,
vena leher datar, letargi, oliguria (<30
mL/hari), denyut nadi lemah.
Hasil laboratorium: berat jenis urine
>1.030, meningkatnya kadar hematokrit
>50%, dan meningkatnya kadar BUN >25
mg/100 ml (hemokonsentrasi)
Kelebihan volume cairan – air Pemeriksaan fisik: berat badan meningkat,
dan natrium ditahan pada jumlah edema (terutama pada area yang
yang isotonik bergantung bebas), hipertensi, poliuria
(jika mekanisme hinjal normal), distensi
vena leher, meningkatnya tekanan darah
dan vena, bunyi krekles pada paru, konfusi
Hasil laboratorium: menurunnya kadar
hematocrit <38%, dan menurunnya kadar
BUN <10 mg/100 ml (hemodilusi)

b. Gangguan Keseimbangan Elektrolit (Potter, Perry. 2009)


Gangguan
Tanda dan Gejala
keseimbangan elektrolit
Hiponatremia Pemeriksaan fisik: pemahaman, perubahan
kepribadian,hipotensi postural, pusing karena
perubahan posisi,kram abdomen, mual dan muntah,
diare, takikardia
Hasil laboratorium: kadar natrium serum di bawah
135 mEq/L, osmolalitas serum 280 mOsm/kg, berat
jenis urine di bawah 1,010.

Hipernatremia Pemeriksaan fisik: haus yang berlebihan, kulit kering


dan panas, membran mukosa dan lidah kering dan
kasar, hipotensi postural, demam, agitasi, kejang,
kelelahan, dan iritabilitas.
Gangguan
Tanda dan Gejala
keseimbangan elektrolit
Hasil laboratorium: kadar natrium serum di atas 145
mEq/L, osmolalitas serum 300 mOsm/kg, berat jenis
urine 1,030
Hipokalemia Pemeriksaan fisik: kelemahan dan keletihan,
kelemahan otot, mual dan muntah, distensi intestinal,
pergerakan usus menurun, refleks tendon dalam
menurun, disritmia ventrikular, parastesia, dan
lemah, denyut irregular.
Hasil laboratorium: kadar kalium serum di bawah
3,5 mEq/L
Hiperkalemia Pemeriksaan fisik: ansietas, disritmia, parastesia,
kelemahan, kram abdomen, dan diare.
Hasil laboratorium: kadar kalium serum di atas 5
mEq/L
Hipokalsemia Pemeriksaan fisik: perasaan mati rasa dan geli pada
jari dan sirkumoral (sekitar mulut), refleks hiperaktif,
tanda Trousseau’s positif (spasme karpopedal disertai
hipoksia), tandan Chvostek’s positif (kontraksi otot
wajah ketika saraf wajah tidak berfungsi), tetanus,
kram otot, dan fraktur patologis (hipokalsemia
kronik) Hasil laboratorium: kadar kalsium serum
terionisasi di bawah 4,5 mEq/L dan total kalsium
serum di bawah 8,5 mEq/L
Hiperkalsemia Pemeriksaan fisik: anoreksia, mual dan muntah,
kelemahan, refleks hipoaktif, letargi, nyeri tumpul
(batu ginjal), tingkat kesadaran menurun, perubahan
kepribadian, dan henti jantung.
Hasil laboratorium: kadar kalsium serum terionisasi
di atas 5,5 mEq/L dan total kalsium serum di atas
10,5 mEq/L
Hipomagnesia Pemeriksaan fisik: tremor otot, refleks tendon dalam
hiperaktif, konfusi dan disorientasi, takikardia,
hipertension, disritmia, dan tanda Trousseau’s positif
(spasme karpopedal disertai hipoksia), tandan
Chvostek’s positif (kontraksi otot wajah ketika saraf
Gangguan Tanda dan Gejala
keseimbangan elektrolit
wajah tidak berfungsi)
Hasil laboratorium: kadar magnesium serum di
bawah 1,5 mEq/L
Hipermagnesia Pemeriksaan fisik: elevasi kadar magnesium akut;
refleks tendon dalam hipoaktif, kedalaman dan
kecepatan pernapasan menurun, hipotensi, dan
kemerahan (flushing)
Hasil laboratorium: kadar magnesium serum di atas
2,5 mEq/L

7. Pathway
8. Cara Pengeluaran Cairan
Menurut Tarwoto & Wartonah (2010) Pengeluaran cairan melalui organ
organ seperti :
a) Ginjal
1) Merupakan pengatur utama Keseimbangan cairan yang menerima
170 liter darah untuk disaring setiap hari.
2) Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam
3) Pada orang dewasa produksi urine sekitar 1,5 liter/hari
4) Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH
dan aldosteron.
b) Kulit
1) Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang
merangsang aktivitas kelenjar keringat.
2) Rangsangan kelenjar keringat dihasilkan dari aktivitas otot,
temperatur lingkungan yang meningkat, dan demam.
3) Disebut juga Isensible Water Loss (IWL) sekitar 15 sampai dengan
20 ml/24 jam.
c) Paru-paru
1) Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari
2) Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons terhadap
perubahan kecepatan dan kedalaman nafas akibat pergerakan atau
demam.
d) Gastrointestinal
1) Dalam kondisi normal cairan yang hilang di gastrointestinal setiap
hari 100 - 200 ml.
2) Perhitungan iwl secara keseluruhan adalah 10 sampai dengan 15
cc/kgBB/ 24 jam dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap
kenaikan temperatur 1 derajat Celcius.
9. Penatalaksanaan
a) Memberikan selimut atau pakaian ekstra.
b) Memberikan intake cairan yang adekuat.
c) Mengobservasi tanda-tanda vital.
d) Memberikan baju tipis dan selimut yang tipis menyerap keringat.
e) Membatasi aktivitas.
f) Meningkatkan sirkulasi udara untuk meningkatkan rasa nyaman.
g) Pemberian cairan infus
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan dengan cara memasukkan cairan melalui intravena dengan bantuan
infus set, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta
sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan.
h) Penatalaksanaan Kompres
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI, 2014) penggunaan kompres
air hangat di lipat ketiak dan lipat selangkangan (inguinal) selama 10-15
menit akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat
pori-pori kulit melalui proses penguapan. Selain itu indikasi penggunaan
kompres hangat digunakan untuk meredakan nyeri otot atau sendri yang
sudah berlangsung lama (kronik). Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa
kompres hangat tidak dianjurkan digunakan pada luka yang baru atau kurang
dari 48 jam karena akan memperburuk kondisi luka akibat penumpukan
cairan pada lokasi yang cedera dan meningkatkan nyeri. Penggunaan
kompres dingin tidak di rekomendasikan untuk mengatasi demam karena
dapat meningkatkan pusat pengatur suhu (set point) hipotalamus,
mengakibatkan bdan menggigil sehingga terjadi kenaikan suhu tubuh.
Kompres dingin mengakibatkan pembuluh darah mengecil (vasokonstriksi)
yang meningkatkan suhu tubuh. Selain itu, kompres dingin mengakibatkan
anak merasa tidak nyaman. Karena metode ini paling baik digunakan untuk
cedera olahraga seperti terkilir, terbentur atau memar. Kompres dingin
digunakan 24-48 jam setelah terjadinya cedera dengan tujuan untuk
meminimalisir terjadinya infalamasi (Mulya Karuatin, 2016).
B. Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Cairan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat keperawatan
1) Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral dan parenteral)
2) Tanda umum masalah elektrolit
3) Tanda kekurangan cairan seperti rasa dahaga, kulit kering, membrane
mukosa kering, konsentrasi urine dan urine output.
4) Tanda kelebihan cairan: seperti kaki bengkak, kesulitan nafas dan BB
meningkat.
5) Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status
cairan
6) Status perkembangan seperti usia atau situasi social
b. Pengukuran klinik
1) Berat badan: kehilangan / bertambahnya berat badan menunjukkan
adanya masalah keseimbangan cairan:
+/- 2 % : ringan
+/- 5 % : sedang
+/- 10 % : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
2) Keadaan umum: pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah,
nadi dan pernapasan. Tingkat kesadaran.
3) Pengukuran pemasukan cairan: cairan oral (NGT dan oral), cairan
parenteral termasuk obat-obatan IV, makanan yang cenderung
mengandung air, irigasi kateter atau NGT.
4) Pengukuran pengeluaran cairan: urine (volume, kejernihan atau
kepekatan), feses (jumlah dan konsistensi), muntah, tube drainase,
IWL.
5) Ukur keseimbanagn cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200 cc.
c. Pemeriksaan fisik
1) Integumentum: keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan
otot, tetani, dan sensasi rasa.
2) Kardiovaskuler: distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin,
dan bunyi jantung
3) Mata: cekung, air mata kering
4) Neurologi: refleks, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran
5) Gastrointestinal: keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-
muntah, diare dan bising usus
d. Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, pH,
berat jeins urine dan analisis gas darah. HCT, HB, BUN, CVP, darah
vena (sodium, potassium, klorida, kalsium, magnesium, pospat,
osmolalitas serum), pH urine.
2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
ketidakseimbangan cairan tubuh antara lain (Nanda, 2016):
a. Defisit volume cairan b.d. kehilangan volume cairan secara aktif,
kegagalan mekanisme pengaturan.
b. Kelebihan volume cairan b.d. kelebihan intake cairan, kompensasi
mekanisme pengaturan.
c. Risiko kekurangan volume cairan.
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
N Diagnosa
Hasil Intervensi
o Keperawatan

a. Defisit volume NOC : keseimbangan NIC : Manajemen cairan


cairan b.d. cairan,dengan kriteria a. Ukur intake dan output
kehilangan hasil: cairan serta timbang berat
volume cairan a. Tekanan darah, nadi, badan setiap hari.
secara aktif, suhu dalam batas b. Pasang kateter urin, jika
kegagalan normal ada.
mekanisme b. Nadi perifer dapat c. Monitor status hidrasi
pengaturan. teraba (misalnya kelembaban
c. Keseimbangan membran mukosa, nadi,
intake dan output dan tekanan darah
selama 24 jam ortostatik).
d. Tidak terdapat rasa d. Monitor hasil laboratorium
haus yang abnormal yang berhubungan dengan
retensi cairan
e. Monitor TTV
f. Pasang IV line, sesuai
dengan yang diresepkan.
g. Berikan cairan
h. Atur kemungkinan tranfusi

b. Kelebihan NOC: Keseimbangan NIC : Manajemen cairan


volume cairan cairan, dengan kriteria a. Ukur intake dan output
b.d. kelebihan hasil: cairan serta timbang berat
intake cairan, a. Tekanan darah badan setiap hari.
kompensasi dalam batas normal b. Monitor hasil laboratorium
mekanisme b. Berat badan stabil yang berhubungan dengan
pengaturan. c. Tidak terdapat asites kelebihan cairan
d. Tidak terdapat c. Kaji lokasi dan luas edema
distensi vena d. Lakukan pemberian
jugularis diuretik sesuai resep
e. Tidak terdapat e. Monitor TTV
edema perifer f. Pasang IV line, sesuai
f. Elektrolit serum dengan yang diresepkan.
dalam batas normal g. Batasi masukan cairan
pada keadaan hiponatrermi
dilusi dengan serum Na <
130 mEq/l
Tujuan dan Kriteria
N Diagnosa Hasil Intervensi
o Keperawatan
c. Risiko NOC: Keseimbangan NIC : Manajemen cairan
kekurangan cairan, dengan kriteria a. Monitor tanda-tanda vital
volume cairan hasil: b. Ukur intake dan output
a. Tekanan darah cairan serta timbang berat
dalam batas normal badan setiap hari.
b. Nadi perifer dapat c. Pasang kateter urin, jika
teraba ada.
c. Keseimbangan d. Monitor status hidrasi
intake dan output (misalnya kelembaban
selama 24 jam membran mukosa, nadi,
d. Tidak terdapat rasa dan tekanan darah
haus yang abnormal ortostatik).
e. Hidrasi kulit adekuat e. Pasang IV line, sesuai
f. Membran mukosa dengan yang diresepkan.
lembab f. Anjurkan kepada keluarga
g. Elektrolit serum dan untuk memberikan
hematokrit dalam pakaian yang tipis dan
batas normal menyerap keringat
g. Berikan kompres hangat

4. Implementasi
Merupakan pelaksanaan tindakan yang sudah direncanakan dengan
tujuan kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal dalam rencana keperawatan.
Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independent), saling
ketergantungan/kolaborasi, dan tindakan rujukan atau ketergantungan
(dependent),

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA

Haswita & Reni S. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan
dan Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media

Karyanti, Mulya Rahma, (2014). Penanganan Demam Pada Anak. Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI), Jakarta
Nurarif, Kusuma. (2015). Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Mediaction Jogja.

Potter & Perry.(2009). Fundemental Keperawatan. Buku 1 Edisi 7 Jakarta : EGC.

Tarwoto & Wartonah, 2010. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba
Medika

Vaughans, Bennita W. (2013). Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha Publishing

Anda mungkin juga menyukai