7. Pathway
8. Cara Pengeluaran Cairan
Menurut Tarwoto & Wartonah (2010) Pengeluaran cairan melalui organ
organ seperti :
a) Ginjal
1) Merupakan pengatur utama Keseimbangan cairan yang menerima
170 liter darah untuk disaring setiap hari.
2) Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam
3) Pada orang dewasa produksi urine sekitar 1,5 liter/hari
4) Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH
dan aldosteron.
b) Kulit
1) Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang
merangsang aktivitas kelenjar keringat.
2) Rangsangan kelenjar keringat dihasilkan dari aktivitas otot,
temperatur lingkungan yang meningkat, dan demam.
3) Disebut juga Isensible Water Loss (IWL) sekitar 15 sampai dengan
20 ml/24 jam.
c) Paru-paru
1) Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari
2) Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons terhadap
perubahan kecepatan dan kedalaman nafas akibat pergerakan atau
demam.
d) Gastrointestinal
1) Dalam kondisi normal cairan yang hilang di gastrointestinal setiap
hari 100 - 200 ml.
2) Perhitungan iwl secara keseluruhan adalah 10 sampai dengan 15
cc/kgBB/ 24 jam dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap
kenaikan temperatur 1 derajat Celcius.
9. Penatalaksanaan
a) Memberikan selimut atau pakaian ekstra.
b) Memberikan intake cairan yang adekuat.
c) Mengobservasi tanda-tanda vital.
d) Memberikan baju tipis dan selimut yang tipis menyerap keringat.
e) Membatasi aktivitas.
f) Meningkatkan sirkulasi udara untuk meningkatkan rasa nyaman.
g) Pemberian cairan infus
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan dengan cara memasukkan cairan melalui intravena dengan bantuan
infus set, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta
sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan.
h) Penatalaksanaan Kompres
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI, 2014) penggunaan kompres
air hangat di lipat ketiak dan lipat selangkangan (inguinal) selama 10-15
menit akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat
pori-pori kulit melalui proses penguapan. Selain itu indikasi penggunaan
kompres hangat digunakan untuk meredakan nyeri otot atau sendri yang
sudah berlangsung lama (kronik). Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa
kompres hangat tidak dianjurkan digunakan pada luka yang baru atau kurang
dari 48 jam karena akan memperburuk kondisi luka akibat penumpukan
cairan pada lokasi yang cedera dan meningkatkan nyeri. Penggunaan
kompres dingin tidak di rekomendasikan untuk mengatasi demam karena
dapat meningkatkan pusat pengatur suhu (set point) hipotalamus,
mengakibatkan bdan menggigil sehingga terjadi kenaikan suhu tubuh.
Kompres dingin mengakibatkan pembuluh darah mengecil (vasokonstriksi)
yang meningkatkan suhu tubuh. Selain itu, kompres dingin mengakibatkan
anak merasa tidak nyaman. Karena metode ini paling baik digunakan untuk
cedera olahraga seperti terkilir, terbentur atau memar. Kompres dingin
digunakan 24-48 jam setelah terjadinya cedera dengan tujuan untuk
meminimalisir terjadinya infalamasi (Mulya Karuatin, 2016).
B. Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Cairan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat keperawatan
1) Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral dan parenteral)
2) Tanda umum masalah elektrolit
3) Tanda kekurangan cairan seperti rasa dahaga, kulit kering, membrane
mukosa kering, konsentrasi urine dan urine output.
4) Tanda kelebihan cairan: seperti kaki bengkak, kesulitan nafas dan BB
meningkat.
5) Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status
cairan
6) Status perkembangan seperti usia atau situasi social
b. Pengukuran klinik
1) Berat badan: kehilangan / bertambahnya berat badan menunjukkan
adanya masalah keseimbangan cairan:
+/- 2 % : ringan
+/- 5 % : sedang
+/- 10 % : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
2) Keadaan umum: pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah,
nadi dan pernapasan. Tingkat kesadaran.
3) Pengukuran pemasukan cairan: cairan oral (NGT dan oral), cairan
parenteral termasuk obat-obatan IV, makanan yang cenderung
mengandung air, irigasi kateter atau NGT.
4) Pengukuran pengeluaran cairan: urine (volume, kejernihan atau
kepekatan), feses (jumlah dan konsistensi), muntah, tube drainase,
IWL.
5) Ukur keseimbanagn cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200 cc.
c. Pemeriksaan fisik
1) Integumentum: keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan
otot, tetani, dan sensasi rasa.
2) Kardiovaskuler: distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin,
dan bunyi jantung
3) Mata: cekung, air mata kering
4) Neurologi: refleks, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran
5) Gastrointestinal: keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-
muntah, diare dan bising usus
d. Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, pH,
berat jeins urine dan analisis gas darah. HCT, HB, BUN, CVP, darah
vena (sodium, potassium, klorida, kalsium, magnesium, pospat,
osmolalitas serum), pH urine.
2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
ketidakseimbangan cairan tubuh antara lain (Nanda, 2016):
a. Defisit volume cairan b.d. kehilangan volume cairan secara aktif,
kegagalan mekanisme pengaturan.
b. Kelebihan volume cairan b.d. kelebihan intake cairan, kompensasi
mekanisme pengaturan.
c. Risiko kekurangan volume cairan.
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
N Diagnosa
Hasil Intervensi
o Keperawatan
4. Implementasi
Merupakan pelaksanaan tindakan yang sudah direncanakan dengan
tujuan kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal dalam rencana keperawatan.
Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independent), saling
ketergantungan/kolaborasi, dan tindakan rujukan atau ketergantungan
(dependent),
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Haswita & Reni S. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan
dan Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media
Karyanti, Mulya Rahma, (2014). Penanganan Demam Pada Anak. Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI), Jakarta
Nurarif, Kusuma. (2015). Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Mediaction Jogja.
Tarwoto & Wartonah, 2010. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba
Medika