Anda di halaman 1dari 120

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Konseling Bahaya Merokok


Untuk Meningkatkan Pengetahuan Dan Membentuk Sikap Positif
pada Remaja Di Wilayah Kerja Puskesmas Babakan

Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Menyelesaikan Mata Kuliah KTI
(Karya Tulis ilmiah) Pada Program Studi D.III Keperawatan
Mataram Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram
Tahun Akademik 2020/2021

OLEH :

AGENG MIRAHAYU SUGIARTHA


P07120118002

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN
MATARAM
2021

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tanngan dibawah ini:

Nama : Ageng Mirahayu Sugiartha

NIM : P07120118002

Program studi : DIII Keperawatan Mataram

Institusi : Politeknik Kesehatan Mataram Kementrian Kesehatan RI

Menyatakan dengan sebanarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini

adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan

pengambil alih tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil

tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulisan ini

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

...............,...... ............... 2021

Pembuat Pernyataan

Ageng Mirahayu Sugiartha


NIM. P07120118002

Mengetahui,
Pembimbing II
Pembimbing I

Ni Putu Sumartini, M.Kep Muhamad Hasbi, M.Kep.,Sp.Kep.Kom.


NIP.197905132002122001 NIP.197312312001121005

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Ageng Mirahayu Sugiartha

NIM. P07120118002 dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian

Konseling Bahaya Merokok Untuk Meningkatkan Pengetahuan Dan

Membentuk Sikap Positif pada Remaja Di Wilayah Kerja Puskesmas

Babakan ” telah diperiksa dan mendapatkan persetujuan untuk diujikan di depan

tim penguji Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Jurusan Keperawatan

Program Studi D.III Keperawatan Mataram Tahun Akademik 2019/2020.

Mataram, 2021

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ni Putu Sumartini, M.Kep Muhamad Hasbi, M.Kep.,Sp.Kep.Kom.


NIP.197905132002122001 NIP.197312312001121005

LEMBAR PENGESAHAN

ii
Proposal Karya Tulis Ilmiah Oleh AGENG MIRAHAYU SUGIARTHA

NIM. P07120118002 dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian

Konseling Bahaya Merokok Untuk Meningkatkan Pengetahuan Dan

Membentuk Sikap Positif pada Remaja Di Wilayah Kerja Puskesmas

Babakan”. Telah dipertahankan di depan dewan penguji Politeknik Kesehatan

Kemenkes Mataram Jurusan Keperawatan Program Studi DIII Keperawatan

Mataram Tahun Akademik 2020/2021 pada:

Hari :

Tanggal :

Tim Penguji,

Penguji Ketua Penguji Anggota I Penguji Anggota II

Drg. G.A Sri Puja WW, M.Kes. Ni Putu Sumartini, M.Kep. Muhamad Hasbi, M.Kep.,Sp.Kep.Kom.

NIP.196512171991012001 NIP.197905132002122001 NIP.197312312001121005

Mengetahui,

Ketua Jurusan Keperawatan,

RUSMINI, S.Kep.Ns., MM
NIP. 197010161989032001

KATA PENGANTAR

iii
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan

Pemberian Konseling Bahaya Merokok Untuk Meningkatkan Pengetahuan

Dan Membentuk Sikap Positif pada Remaja Di Wilayah Kerja Puskesmas

Babakan” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Penyelesaian Proposal Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan

banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Bapak H. Awan Dramawan, S.Pd.,M.Kes. selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Mataram.

2. Bapak H. Raden Hendra Taurus Sandi, S.Kep.,Ns selaku Kepala Puskesmas

Babakan

3. Ibu Rusmini, S.Kep. Ns.,MM. selaku Ketua Jurusan Keperawatan di

Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.

4. Bapak H. Moh. Arip, S.Kp.,M.Kes.selaku Ketua Program Studi D.III

Keperawatan Mataramdi Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.

5. Ibu Ni Putu Sumartini, M.kep. sekaligus sebagai pembimbing utama yang

telah memberikan bimbingan, pengarahan dengan penuh kesabaran, dan

memberikan motivasi serta saran – saran yang bermanfaat dalam menyusun

Proposal Karya Tulis Ilmiah.

6. Bapak Muhamad Hasbi, M.kep.,Sp.Kep.kom. selaku Pembimbing

Pendamping yang telah memberikan saran dan bimbingannya demi

kesempurnaan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

iv
7. Ibu Drg. G.A Sri Puja WW, M.kes selaku Penguji yang telah memberikan

saran dan bimbingannya demi kesempurnaan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Bapak Ibu dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

Mataram yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan bimbingan

kepada penulis.

9. Kedua orang tua Ibu dan Bapak tersayang, kakak dan semua keluarga terima

kasih atas kasih sayang, do’a, dorongan dan pengorbanannya, sehingga

penulis bisa tetap semangat dan terus maju dalam penyusunan Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini.

10. Semua teman-teman seperjuangan D.III Keperawatan Mataram angkatan

2020/2021, terima kasih atas support dan dukungan dalam penyusunan

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahawa Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya. demikian, semoga Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan bagi penulis dan para

pembaca pada umumnya.

Mataram , April 2021

penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................................ii

v
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................iv

KATA PENGANTAR.................................................................................iv

DAFTAR ISI................................................................................................vi

DAFTAR TABEL........................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................6

C. Tujuan Penelitian...........................................................................6

D. Manfaat Penelitian .......................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................8

A. Konsep Remaja..............................................................................8

B. Konsep Merokok..........................................................................12

C. Pathway........................................................................................22

D. Konsep Asuhan Keperawatan .....................................................23

E. Konsep Konseling Individu.........................................................32

F. Kerangka Konsep..........................................................................51

BAB III METODE STUDI KASUS..........................................................52

A. Rancangan Studi Kasus................................................................52

B. Subyek Studi Kasus......................................................................52

C. Fokus Studi Kasus........................................................................53

D. Definisi Oprasional.....................................................................53

E. Instrumen Studi Kasus..................................................................56

vi
F. Pengumpulan Data........................................................................56

G. Tempat dan Waktu.......................................................................57

H. Penyajian Data.............................................................................57

I. Etika Studi Kasus...........................................................................58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 60

A. Hasil Studi Kasus........................................................................ 60

B. Pembahasan................................................................................. 76

C. Keterbatasan................................................................................ 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 82

A. Kesimpulan................................................................................. 82

B. Saran............................................................................................ 83

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 84

vii
DFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional.....................................................................55

Tabel 4.1 Analisa Data.................................................................................67

Tabel 4.2 Rencana Asuhan Keperawatan.....................................................69

Tabel 4.3 Implementasi Keperawatan..........................................................71

Tabel 4.4 Evaluasi Keperawatan .................................................................75

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan Tentang Penelitian


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Format Askep Remaja
Lampiran 4 SOP Konseling
Lampiran 5 Kuesioner tentang sikap dan pengetahuan merokok
Lampiran 6 Lembar konsultasi
Lampiran 7 Buku Saku

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Merokok merupakan kegiatan yang berbahaya bagi kesehatan

tubuh. Karena menurut Badan Kesehatan Dunia World Health

Organization (WHO) rokok merupakan zat aditif yang memiliki

kandungan kurang lebih 4000 elemen, dimana 200 elemen di

dalamnya berbahaya bagi kesehatan tubuh [CITATION WHO16 \l 1057 ].

Merokok merupakan masalah besar yang masih dicari

pemecahannya hingga saat ini. Kebiasaan merokok di masyarakat

merupakan pemandangan yang tidak asing lagi, baik itu di kantor, di jalan,

di pasar, di sekolah dan di tempat umum lainnya, bahkan di kalangan rumah

tangga. Berbagai dampak dan bahaya merokok sebenarnya sudah sering di

publikasikan kepada masyarakat melalui berbagai media massa, akan tetapi

produksi dan kebiasaan merokok masih saja terus meningkat. Melihat

realitas di lapangan, kebiasaan merokok sudah sangat meluas hampir di

seluruh lapisan masyarakat di Indonesia terutama di kalangan remaja

(Gultom, 2017).

Para remaja lebih banyak menggunakan rokok di usia muda tanpa

memperhatikan akibat yang akan di timbulkan dan kurangnya kesadaran

pada diri mereka sehingga mereka tidak memperhatikan bahaya dari

penggunaan rokok tersebut. Alasan remaja merokok antara lain : coba-coba,

ikut-ikutan, keingin tahuan, sekedar ingin merasakan, kesepian, agar terlihat

1
gaya, meniru orang tua, iseng, menghilangkan ketegangan, agar tidak

dikatakan banci, lambang kedewasaan, mencari inspirasi. Alasan lain juga

sebagai penghilang stres, penghilang jenuh, gengsi, pengaruh lingkungan,

anti mulut asam, pencuci mulut, kenikmatan[ CITATION put20 \l 1057 ].

Tingginya jumlah perokok di kalangan remaja sangat

mengkhawatirkan, karena kurangnya pengetahuan siswa tentang rokok.

Merokok merupakan masalah yang masih sulit diselesaikan. Banyaknya

faktor yang mendorong di kalangan siswa untuk merokok. Salah satu yang

memengaruhi kebiasaan tersebut adalah pengetahuan dan sikap terhadap

bahaya rokok itu sendiri (Nessa, 2016).

Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai jumlah perokok

terbesar di dunia setelah China dan India. Jumlah perokok di Indonesia dari

tahun ke tahun mengalami peningkatan. Menurut data World Health

Organization WHO) tahun 2016 prevalensi perokok usia 10 tahun keatas di

Indonesia sebesar 46,8% pada laki-laki dan 3,1% pada perempuan, dengan

jumlah perokok mencapai 62,8 juta dimana 40% di antaranya berasal dari

kalangan sosial ekonomi rendah (Nessa, 2016).

Masyarakat umum lebih banyak terpapar iklan rokok melalui TV

(83,1%), banner (77,50%), billboard (69,90%), poster (67,80%), dan

tembok publik (56,50%). Responden dengan kategori dewasa dan remaja

lebih banyak terterpan iklan rokok melalui TV (86,2% ; 85%), Banner

(81,2% ; 76,3%), Billboard (74,1% ; 70,9%) dibandingkan dengan media

lainnya. Terpaan iklan rokok dari semua media lebih besar pada responden

2
dewasa dibandingkan pada remaja, kecuali pada media internet, anak dan

remaja mendapat terpaan yang lebih besar (Riskesdas 2018).

Responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih besar terterpaan

iklan rokok dibandingkan dengan perempuan. Responden dengan jenis

kelamin laki-laki (75,8%) dan perempuan (71,7%) lebih banyak terterpa

promosi dan sponsor rokok melalui plang toko yang menjual rokok

dibandingkan dengan sarana promosi dan sponsor rokok lainnya

(Riskesdas 2018).

Menurut Data Riskesdas 2018 di Indonesia menunjukkan bahwa

prevalensi merokok pada remaja usia 10 -18 tahun mengalami peningkatan

dari tahun 2013 (7,20%) ke tahun 2018 (9,10%). Angka tersebut masih

sangat jauh dari MN 2019 yaitu sebesar 5,4% . Sedangkan perokok laki-laki

usia >15 tahun pada tahun 2018 masih berada pada angka yang tinggi (62,9

%) dan masih menjadi prevalensi perokok laki-laki tertinggi di dunia.

Menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat

tahun 2019 persentase merokok tiap hari menurut umur sudah dimulai sejak

umur 10-14 tahun 2019 presentase penduduk usia 15 tahun keatas menurut

pendidikan tertinggi dan status merokok (persen). Pendidikan SD ke bawah

tahun 2019 sebanyak 28,82% yang tidak merokok sebanyak 71,18% rata-

rata batang rokok yang dihisap perminggu 72,00%. SMP ke atas yang

merokok sejumlah 31,43% tidak merokok 68,57% rata-rata batang rokok

yang dihisap perminggu 81,00.

3
Berdasarkan data Bappenas tahun 2019 Mataram menduduki

peringkat pertama dengan presentase 89,2% dengan usia remaja 15-19

tahun sebanyak 40,8%. Data tertinggi merokok pada Puskesmas di Mataram

terdapat pada Puskesmas Babakan sebanyak 53% dan terendah pada

Puskesmas Selaparang sejumlah 24%.

Data Puskesmas Babakan tahun 2020 menunjukan data di Wilayah

kerja Puskesmas Babakan khususnya pada lingkungan Dasan Cermen

jumlah remaja laki-laki 69 orang dan perempuan berjumlah 79 orang dari

usia 12 tahun sampai 18 tahun. Persentase jumlah perokok remaja di

lingkungan Dasan Cermen sebanyak laki-laki 47% perempuan 7%.

Secara psikologis, remaja berada pada tahapan dimana mereka mulai

mencari identitas, sehingga remaja sering terjebak dalam arus coba-coba.

Selain itu, remaja cenderung meniru dan mengikuti perilaku orang dewasa,

salah satunya merokok. Selain hanya ingin coba-coba merokok, rasa

keingintahuan remaja yang sangat besar juga dapat mendorong mereka ke

hal yang lebih buruk lagi seperti penyalahgunaan narkoba (Gultom, 2017).

Menurut Indah Riski, dkk (2019) Perokok yang masih remaja

memiliki status kesehatan yang buruk bila dibandingkana dengan remaja

yang tidak merokok merokok sama sekali. Berikut ini paling sering dialami

oleh pengguna rokok sebagai berikut sakit kepala, kemudian sakit dibagian

punggung yang sering sekali muncul. Selain itu rokok juga telah menjadi

salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Adapun penyebab kematian

utama para perokok tersebut adalah kanker, penyakit jantung, paru-paru,

dan stroke.

4
Masalah merokok di kalangan remaja merupakan masalah yang

harus segera diatasi, karena akibat yang ditimbulkan sangat berpengaruh

pada perkembangan generasi muda yang nantinya akan memimpin masa

depan Negara kita (WHO 2016).

Dampak bahaya dari merokok adalah kerusakan saluran pernafasan,

menyebabkan kanker mulut, penyakit kardiovaskuler, kanker paru-paru,

diabetes, kebutaan, penyakit lambung, kanker kulit dan tingkat kesuburan.

Konseling sebagai proses perubahan perilaku. Tujuan konseling

adalah untuk merubah perilaku individu, kelompok dan masyarakat

menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses belajar.

Perubahan perilaku mencakup 3 ranah perilaku, yaitu pengetahuan,

sikap, ketrampilan melalui proses pendidikan kesehatan. Hasil

perubahan perilaku yang diharapkan melalui proses konseling pada

hakikatnya adalah perilaku sehat. Perilaku sehat dapat berupa emosi,

pengetahuan, pikiran, keinginan, tindakan nyata dari individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat (Arwani, 2013).

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil

judul “Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Konseling Bahaya

Merokok Untuk Meningkatkan Pengetahuan Dan Membentuk Sikap Positif

pada Remaja Di Wilayah Kerja Puskesmas Babakan”.

5
B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Konseling

Bahaya Merokok Untuk Meningkatkan Pengetahuan Dan Membentuk Sikap

Positif pada Remaja Di Wilayah Kerja Puskesmas Babakan?

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Menggambarkan Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian

Konseling Bahaya Merokok Untuk Meningkatkan Pengetahuan Dan

Membentuk Sikap Positif pada Remaja Di Wilayah Kerja Puskesmas

Babakan

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada remaja yang merokok

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada remaja yang merokok

c. Menentukan rencana keperawatan pada remaja yang merokok

d. Melakukan tindakan keperawatan pada remaja yang merokok

e. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan yang diberikan pada

remaja merokok.

6
D. Manfaat Studi Kasus

1. Teoritis :

Meningkatkan pengetahuan dengan pemberian konseling bahaya

rokok dan membentuk sikap positif pada remaja di wilayah kerja

puskesmas babakan.

2. Praktis

a. Masyarakat :

Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya

rokok bagi kesehatan terutama pada remaja di wilayah babakan

b. Tempat pelayanan kesehatan Puskesmas Babakan :

Untuk membantu Puskesmas Babakan dalam upaya penurunan

jumlah remaja yang merokok dengan memberikan pendidikan

kesehatan di wilayah babakan

c. Peneliti lain :

Untuk membantu mengembangkan studi-studi yang sudah ada

sebelumnya.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Remaja

1. Definisi Remaja

World Health Oragnization mendefinisikan remaja merupakan

anak usia 10 – 19 tahun. Undang-Undang No. 4 tahun 1979 mengenai

kesejahteraan anak mengatakan remaja adalah individu yang belum

mencapai umur 21 tahun dan belum menikah. Menurut Undang-Undang

No. 13 Tahun 2003 tentang Tenagakerjaan , Undang-Undang ini

mengatur mengenai hal yang berhubungan dengan pekerjaan anak mulai

dari batas usia diperobolehkan bekerja yang telah mencapai umur 16-18

tahun siapa yang tergolong anak, pengupahan dan perlindungan bagi

pekerja anak.

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

Menurut Ade Wulandari 2014 mengatakan pertumbuhan dan

perkembangan remaja sebagai berikut :

1. Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan meningkat cepat dan mencapai puncak kecepatan.

Pada fase remaja awal (11-14 tahun) Karakteristik seks sekunder ini

tercapai dengan baik pada tahap remaja pertengahan (usia 14-17

tahun) dan pada tahap remaja akhir (17-20 tahun) struktur dan

8
pertumbuhan reproduktif hampir komplit dan remaja telah matang

secara fisik.

2. Kemampuan berpikir

Pada tahap awal remaja mencari-cari nilai dan energi baru serta

membandingkan normalitas dengan teman sebaya yang jenis

kelaminnya sama. Sedangkan pada remaja tahap akhir, mereka telah

mampu memandang masalah secara komprehensif dengan identitas

intelektual sudah terbentuk.

3. Identitas

Pada tahap awal,ketertarikan terhadap teman sebaya ditunjukkan

dengan penerimaan atau penolakan. Remaja mencoba berbagai peran,

mengubah citra diri, kecintaan pada diri sendri meningkat,

mempunyai banyak fantasi kehidupan, idealistis. Stabilitas harga diri

dan definisi terhadap citra tubuh serta peran jender hampir menetap

pada remaja di tahap akhir.

4. Hubungan dengan orang tua

Keinginan yang kuat untuk tetap bergantung pada orangtua adalah

ciri yang dimiliki oleh remaja pada tahap awal. Dalam tahap ini, tidak

terjadi konflik utama terhadap kontrol orang tua. Remaja pada tahap

pertengahan mengalami konflik utama terhadap kemandirian dan

kontrol. Pada tahap ini terjadi dorongan besar untuk emansipasi dan

pelepasan diri. Perpisahan emosional dan dan fisik dari orangtua

dapat dilalui dengan sedikit konflik ketika remaja akhir.

9
5. Hubungan dengan sebaya

Remaja pada tahap awal dan pertengahan mencari afiliasi dengan

teman sebaya untuk menghadapi ketidakstabilan yang diakibatkan

oleh perubahan yang cepat; pertemanan lebih dekat dengan jenis

kelamin yang sama, namun mereka mulai mengeksplorasi

kemampuan untuk menarik lawan jenis. Mereka berjuang untuk

mengambil tempat di dalam kelompok; standar perilaku dibentuk oleh

kelompok sebaya sehingga penerimaan oleh sebaya adalah hal yang

sangat penting. Sedangkan pada tahap akhir, kelompok sebaya mulai

berkurang dalam hal kepentingan yang berbentuk pertemanan

individu. Mereka mulai menguji hubungan antara pria dan wanita

terhadap kemungkinan hubungan yang permanen.

3. Masalah Mental Emosional

Perkembangan mental emosional adalah suatu proses

perkembangan seseorang dalam usaha menyesuaikan diri dengan

lingkungan dan pengalamanpengalamannya. Masalah mental emosional

dapat timbul jika terdapat sesuatu yang menghambat seseorang dalam

proses penyesuaian diri dengan lingkungan dan pengalaman-

pengalamannya. Dimensi Kehidupan Remaja Dimensi Moral Dimensi

Kognitif Dimensi Biologis Dimensi Psikologis Perempuan menstruasi

(estrogen, progesteron) Laki-laki perubahan suara, otot (testosteron)

Pola pikir sendiri Problem solving Pertanyakan fenomena di sekitar

Mood swing Self awareness Self image.

Masalah mental emosional pada anak dibagi menjadi dua kategori

10
yaitu internalisasi dan eksternalisasi. Masalah emosional internalisasi

termasuk gejala depresi, kecemasan, perilaku menarik diri, dan

digolongkan sebagai emosi yang menghukum diri seperti kesedihan,

perasaan bersalah, ketakutan dan kekhawatiran berlebih. Gejala

emosional mempunyai konsekuensi yang serius, misalnya, menghambat

kesuksesan akademik dan hubungan dengan teman sebaya. Gambaran

masalah mental emosional eksternalisasi antara lain: temperamen sulit,

ketidakmampuan memecahkan masalah, gangguan perhatian,

hiperaktivitas, perilaku bertentangan (tidak suka ditegur/diberi masukan

positif, tidak mau ikut aturan) dan perilaku agresif. Keberadaan

masalah-masalah tersebut pada usia muda diperkirakan akan

meningkatkan risiko kelainan fisik dan mental pada usia pertengahan.

Oleh karena itu sangat penting untuk dilakukan deteksi dan penanganan

masalah emosional sedini mungkin (Dian Putri Utami 2012).

4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Mental Emosional

Remaja

Perkembangan mental emosional remaja dipengaruhi oleh

interaksi dari berbagai macam faktor yang dapat meningkatkan maupun

menurunkan resiko masalah psikiatri. Berdasarkan teori yang

diungkapkan sebelumnya, maka dapat dilakukan identifikasi lanjut

mengenai faktor resiko dan faktor protektif yang berpengaruh terhadap

perkembangan mental emosional remaja dengan menggunakan sudut

pandang faktor intrinsik dan ekstrinsik dari individu.

11
Faktor intrinsik merupakan hal yang lebih mengacu pada dalam

diri seorang anak sedangkan faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar,

yaitu lingkungan dalam pertumbuhan seorang anak dapat dibagi menjadi

lingkungan mikro, mini, meso dan makro. (Dian Putri Utami 2012)

B. Konsep Merokok

1. Pengertian Merokok

Menurut Endra dalam Balan menjelaskan merokok adalah

perilaku orang dewasa yang mudah ditiru dan merupakan perilaku

yang paling nyata dalam menunjukkan sikap kedewasaan. Perilaku ini

ditunjukkan untuk membuktikan bahwa remaja ingin diakui

keberadaannya oleh orang-orang disekitarnya dan lingkungan (Balan,

2018).

2. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja

Menurut Rohmah, Siti A. (2018) Perilaku merokok adalah

perilaku yang dipelajari. Proses belajar dimulai dari sejak masa anak-

anak, sedangkan proses menjadi perokok pada masa remaja. Proses

belajar atau sosialisasi tampaknya dapat dilakukan melalui tranmisi

dan generasi sebelumnya yaitu tranmisi vertical yaitu lingkungan

keluarga, lebih spesifik sikap permisif orang tua terhadap perilaku

merokok remaja. Sosialisasi yang lain melalui transmisi horizontal

melalui lingkungan teman sebaya. Namun demikian, yang paling

besar memberikan kontribusi adalah kepuasan-kepuasan yang

diperoleh setelah merokok atau rokok memberikan kontribusi yang

positif. Pertimbanga-pertimbangan emosional lebih dominan

12
dibandingkan dengan pertimbangan-pertimbangan rasional bagi

perokok . Terdapat 4 faktor yang memiliki peran besar dalam perilaku

merokok dan berada sangat dekat dengan perokok yaitu :

a. Pengaruh orang tua

Perilaku orang tua dalam merokok, akan berpengaruh pada

anak. Sebab, anak akan memiliki kecenderungan untuk mengikuti

perilaku yang dicontohkan oleh orang tua.

b. Pengaruh teman

Hedman et al (2007) menyebutkan bahwa salah satu factor

resiko pencetus remaja untuk merokok adalah memiliki teman yang

juga sebagai perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87%

diantaranya memiliki satu atau lebih sahabat yang perokok, begitu

pula dengan remaja bukan perokok.

c. Factor kepribadian

Salah satu sifat kepribadian yang mempengaruhi remaja

mengonsumsi rokok dan obat-obat, yaitu sifat konformitus sisoal.

Individu yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas

social lebih mudah menjadi pengguna rokok dan obat-obatan

dibandingkan dengan individu yang memiliki skor rendah.

d. Pengaruh iklan

Remaja tertarik untuk mengikuti perilaku seperti pada iklan

rokok, baik dari media cetak ataupun media elektronik.

Terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi

perokok, yaitu:

13
1) Tahap preparatory

Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan

mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari

hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.

2) Tahap intiation

Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan

meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku merokok.

3) Tahap becoming a smoker

Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4

batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

perokok.

4) Tahap maintenance of smoking

Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara

pengaturan diri (selfregulating). Merokok dilakukan untuk

memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.

3. Dampak Dari Merokok

Dalam Karya Tulis Ilmiah Ai Siti Rohmah (2018) Sudah banyak

diteliti dan telah terbukti bahwa kandungan dalam rokok membahayakan

kesehatan seseoang baik asap yang dihisap langsung saat merokok maupun

yanh kelur dari ujung rokok, sama-sama mengandung bahan kimia

beracun, seperti nikotin, tar, nitrous oxide, fomic acid, caron monoksida,

dan lain-lain.

Bahan-bahan tersebut apabila beri nteraksi dan berakumulasi secara kronis

dalam waktu yang lama dapat menimbulkan penyakit kanker paru,bir,

14
kerongkongan, usus, penyakit jantung dan penyakit paru kronis. Rokok

yang merupakan penyebab kematian dini yang sebenarnya dapat dicegah.

Penyebab kematian utama yang disebabkan oleh rokok adalah

penyakit jantung (1,69 juta kematian), dan kanker paru (0.85 juta

kematian). Sekitar 90% kanker paru berhubungan dengan kebiasaan

merokok. Jenis kanker lain yang bisa terkait dengan rokok adalah kanker

kandung kemih, ginjal, kanker leher Rahim. Kanker esophagus, dan

kanker pancreas.

Nikotin adalah salah satu zat beracun yang bersifat adiktif yang

berperan besar dalam menimbulkan gangguan tubuh. Nikotin dapat

meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Nikotin dapat

mengaktivasi trombosit dan meningkatkan asam lemak, mencetuskan

aterosklerosis, penyempitan pembuluh coroner. Penyempitan arteri

coroner dapat menimbulkan serangan jantung. Sumbatan pembuluh

darah juga dapat terjadi di tempat lain. Apabila sumbatan terjadi di

pembuluh darah ginjal, menyebabkan terjadinya hipertensi dan gagal

ginjal. Apabila penyumbatan terjadi di otak bisa menyebabkan

terjadinya stroke.

Telah ditetapkan bahwa asap rokok mengandung lebih dari 40

macam karsinogen. Kemungkinan kanker paru pada perokok 22 kali

lebih besar dari pada non perokok. Kanker hidung, lidah, mulut, kelenjar

ludah2 kali lebih besar dari non perokok. Kanker pharynk 6-7 kali lebih

15
besar, kerongkongan 12 kali lebih besar, eshophagus 8-10 kali lebih

besar, ginjal 5 kali lebih besar dari non perokok.

Rokok juga beresiko menimbulkan impotensi. Rokok juga dapat

menyebabkan disfungsi ereksi pada umur 30-40 tahun. Hal ini

disebabkan karena bahan kimia dalam rokok menyebabkan penyempitan

pada pembuluh darah sekitar genital. Adanya disfungsu ereksi

merupakan tanda dini gangguan pembuluh darah ditempat lain.

Nikotin dalam rokok juga dapat menurunkan kadar estrogen,

sehingga menimbulkan menopause secara dini dan psteoporosis lebih

berat. Zat kimia yang ada dalam rokok dapat menstimulasi thrombosis di

otak besar yang dapat berakibat terjadinya serangan stroke atau

kelumpuhan. Selain itu rokok juga bisa menyebabkan keguguran

spontan, bayi dengan berat badan lahir rendah, dan meningkatkan resiko

kematian bayi baru lahir. Disamping keadaan diatas, kebiasaan merokok

memudahkan munculnya gangguan gusi dan gigi, kemandulan, asam

bronkial, dan gangguan pada mata terutama katarak.

4.  Cara Menghentikan Merokok dan Cara Menghindarinya

Menurut Ai Siti Rohmah (2018) Agar terhindar dari kebiasaan

merokok, maka sepatutnya kita menanamkan keyakinan yang kuat bahwa

kebiasaan merokok tidak akan pernah menguntungkan diri sendiri dan

orang lain. Kita harus terbiasa untuk bersikap asertif, untuk tetap

mengatakan tidak pada rokok. Apabila telah mampu kita terapkan, maka

teman sebaya atau kelompok kita bisa dijadikan kader pendidik sebaya.

16
Bagi para perokok, khususnya remaja, untuk berhenti dari kebiasaan

merokok bukanlah suatu hal yang mustahil. Apabila remaja meninggalkan

kebiasaan merokok hari ini, maka badan akan terbebas dari nikotin dalam

masa 8 jam. Setelah satu minggu efek dari kebiasaan merokok tersebut

akan hilang. Lama-kelamaan, tubuh akan memperbaiki kerusakannya

akibat tembakau dan bahan kimia lain yang pada rokok. Menghentikan

kebiasaan merokok, bisa tetap dilakukan, antara lain dengan cara sebagai

berikut :

1. Berhenti secara mendadak

Tidak ada suatu cara terbaik bagi perokok untuk berhenti

merokok, karena pengaruhnya terhadap setiap perokok adalah

berbeda. Namun, hanya ada satu hal yang sama diantara mantan

perokok yang berhasil, yaitu mereka semua memang berkeinginan

untuk berhenti merokok. Sebagaian besar, perokok memilih cara ini

untuk menghentikan kebiasaannya. Cara ini bisa dipilih sebagai salah

satu alternatif.

2. Cara menunda secara perlahan

Cara ini mengajak anda menunda masa menghisap batang rokok

yang pertama sehingga anda tetap dapat bertahan tanpa rokok. Atau

anda bisa menunda untuk menyalakan batang rokok dalam beberapa

menit, sampai anda bisa bertahan sepenuhnya setiap kali anda ingin

merokok.

17
3. Cara mengurangi

Cara ini dilakukan dengan mengurangi jumlah batang rokok yang

anda hisap setiap merokok. Dalam satu hari, setiap kali merokok, bisa

dikurangi jumlah rokok yang anda hisap, mulai dari hitungan satu

batang, dua batang, hingga separuh dari jatah rokok anda setiap

harinya, atau bahkan mengurangi sepenuhnya.

4. Tidak mengikuti kebiasaan perokok

Pada umumnya, merokok identik dengan minum kopi ataupun

minuman keras. Apabila seseorang mengkonsumsi kopi ataupun

minuman beralkohol, maka biasanya dilengkapi dengan sebatang atau

sebungkus rokok. Dengan mengurangi atau sama sekali tidak

mengkonsumsi kopi atau minuman beralkohol secara berlebihan,

maka keinginan untuk merokok bisa dikurangi.

5. Terapi penggantian nikotin

Terapi ini memanfaatkan koyo atau tempelan nikotin yang bisa

menembus kulit ke dalam tubuh dan bisa mengurangi efek adiksi

(ketagihan) akibat merokok. Cara ini bisa ditempuh tanpa anda harus

berhenti secara mendadak. Cara ini juga menolong anda untuk

menghadapi kebiasaan merokok serta ketergantungan psikologis.

Konsultasikan dengan dokter anda untuk keterangan lebih lanjut.

6. Pengalihan  aktivitas

Biasanya, remaja mulai merokok karena ada waktu yang tersisa.

Pada waktu tersebut bisa dilakukan aktivitas-aktivitas lain, yang

tentunya lebih positif, untuk menghindari kebiasaan merokok. Bagi

18
perokok yang ingin berhenti, alternatif ini juga bisa ditempuh setiap

anda ingin merokok. Misalnya, melakukan aktivitas-aktivitas yang

anda senangi, mulai dari berolah raga, rekreasi bersama teman,

membaca majalah atau komik kesukaan, bermain atau mendengarkan

musik, mengikuti kegiatan organisasi remaja, seperti OSIS di sekolah-

sekolah,organisasi kemahasiswaan di kampus, Sekeha Teruna-Teruni

di masyarakat, hingga mengerjakan tugas bersama teman-teman

kelompok belajar.

Tentunya hal ini akan berhasil apabila kodisi keluarga dan

tempat bergaul saling mendukung untuk mengurangi atau bahkan

menghentikan sama sekali kebiasaan merokok remaja. Tentu masih

banyak cara lain yang bisa dilirik untuk mengalihkan kebiasan

merokok. Yang terpenting, kebiasaan merokok tetap dialihkan pada

aktivitas lain yang positif dan bermanfaat.

7. Menanamkan sikap asertif pada diri serta pemahaman akan dampak

negatif rokok terhadap kesehatan

Sikap tegas untuk tidak merokok atau memang akan

menghentikan sama sekali kebiasaan ini, sangat diperlukan untuk

menunjang upaya berhenti merokok. Dengan pemahaman yang cukup

tentang berbagai dampak negatif merokok bagi kesehatan, akan

semakin menambah keyakinan serta motivasi diri untuk tetap

berusaha menghentikan kebiasaan merokok. Secara berangsur-angsur,

pemahaman ini akan semakin kuat karena setiap kita mulai terbiasa

berhenti merokok, akan terasa manfaatnya

19
8. Konsumsi makanan dengan menu seimbang

Menu seimbang adalah seperangkat makanan yang mengandung

hampir seluruh zat makanan yang diperlukan tubuh. Terdiri dari nasi,

sayur-sayuran, lauk-pauk, buah-buahan, air, serta dilengkapi dengan

susu. Sayur dan buah-buahan serta air mineral mengandung

antioksidan yang  dapat mengurangi efek negatif bahan kimia pada

rokok. Nasi, lauk-pauk dan susu pun memiliki sejumlah vitamin,

mineral, protein, serta serat yang diperlukan tubuh.

Untuk menambah keinginan mengkonsumsi menu ini, bisa

disiasati dengan tampilan menu yang menarik. Potongan lauk-pauk

ataupun sayuran bisa dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menarik

bentuknya. Buah-buahan tertentu juga bisa dikonsumsi dalam bentuk

jus buah segar.

9. Membentuk kelompok sebaya

Kelompok ini bisa dibentuk berdasarkan kesamaan prinsip para

remaja, yaitu terdiri dari sekelompok remaja yang sama-sama

menginginkan berhenti merokok. Selain memberi ruang yang cukup

bagi para remaja yang ingin berhenti merokok, kelompok ini juga bisa

menampung segala permasalahan yang dialami remaja, khususnya

yang berkaitan dengan upaya menghentikan kebiasaan merokok.

Kelompok ini bisa dikepalai oleh seorang pendidik ataupun

kolsultan yang mampu menggerakkan dan menampung remaja yang

ingin berhenti merokok, misalnya psikiater ataupun mahasiswa yang

peduli. Secara berangsur-angsur, kelompok ini akan menghasilkan

20
remaja-remaja yang benar-benar telah terbebas dari kebiasan

merokok, sehingga hal ini akan berguna bagi remaja yang lain yang

mempunyai keinginan yang sama untuk berhenti merokok. Apabila

kelompok semacam ini mendapat perhatian khusus dari pihak yang

berwenang, dan diberi kemudahan atau fasilitas tertentu, maka lama-

kelamaan akan dihasilkan kader pendidik sebaya yang semakin

bertambah dan tentunya semakin bermanfaat.

10. Senantiasa berdoa

Upaya sekeras apapun tidak akan pernah membuahkan hasil,

apabila tidak diikuti dengan doa. Selain bisa menambah keyakinan

diri, doa bisa memberikan semacam kekuatan pelindung, terutama

bagi remaja perokok untuk tetap melanjutkan upaya berhenti

merokok, dan tidak akan pernah merokok lagi. Selain itu, dukungan

keluarga, serta teman-teman dan masyarakat sekitar akan sangat

membantu remaja untuk menghentikan kebiasaan merokok.

Masih banyak terdapat cara-cara lain yang bisa ditempuh untuk

berhenti merokok. Remaja juga bisa memilih waktu yang tepat untuk

mulai berhenti. Anda boleh memilih hari atau tanggal tertentu yang

bermakna dalam hidup anda, misalnya hari ulang tahun, tahun baru,

atau hari-hari lain, seperti bulan Ramadhan, Galungan atau hari-hari

besar lainnya.

21
C. Pathway

Remaja

Lingkungan
Merokok

Keinginan
Remaja Terpapar
Mencoba Asap Rokok
Rokok

Resiko
Infeksi
Kurang
Paparan Koping Individu
Tentang Tidak Adekuat
Informasi
Bahaya
Rokok

Defisit Pengetahuan

Rasa Ingin
Merokok
Meningkat

Gangguan
Pernafasan

Bersihan
Jalan
Nafas

Bagan 1. Pathway Remaja Merokok

Sumber Huda N, Amin (2015)


22
D. Konsep Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan Remaja adalah layanan kesehatan yang

diberikan kepada remaja untuk meningkatkan kesejahteraan.

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke

dewasa (Yolanda S , Cinthya (2019))

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan pasien menurut Lyeret al ( 1996, dalam Setiadi 2013).

Pengkajian terdiri dari data subjektif dan objektif yaitu :

a. Data subjektif

1) Biodata

a) Nama

Nama jelas dan lengkap agar tidak terjadi kekeliruan

b) Umur

Umur dicatat dalam tahun untuk mengetahui termasuk

rentang remaja awal, pertengahan dan akhir

c) Suku

Untuk mengetahui kebiasaan adat yang dianut klien

d) Agama

Untuk mengetahui keyakinan yang dianut klien guna untuk

membimbing klien untuk berdoa.

23
e) Pekerjaan

Untuk mengetahui aktifitas klien sehari-hari

f) Pendidikan

Berpengaruh pada tingkat intelektual klien agar

memudahkan perawat memberikan konseling sesuai tingkat

pendidikan klien

g) Alamat

Diperlukan untuk kunjungan rumah

2) Riwayat Kesehatan

a) Keluhan utama :

Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan

klien meminta bantuan pelayanan seperti :

(1) Sejauh mana klien mengenal merokok

(2) Apakah klien pernah mencoba merokok

(3) Apakah klien mengenal dampak bahaya merokok

b) Riwayat penyakit sekarang :

Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien terhadap

masalah merokok pada remaja di lingkungan sekitar.

c) Riwayat kesehatan keluarga :

Mengkaji lingkungan keluarga klien untuk mengetahui

apakag ada keluarga yang merokok.

24
3) Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon

a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

b) Pola nutrisi dan metabolic

c) Pola cairan dan metabolic

d) Pola istirahat dan tidur

e) Pola aktivitas dan latihan

f) Pola eliminasi

g) Pola persepsi dan kognitif

h) Pola reproduksi dan seksual

i) Pola persepsi dan konsep diri

j) Pola mekanisme koping

k) Pola nilai dan kepercayaan

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan umum pasien

b) Kesadaran

c) Pemeriksaan TTV

Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan

dalam memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah :

Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dan Perkusi. Pengkajian

Psikososial : Mengkaji keterampilan koping, dukungan

keluarga, teman dan handai taulan serta bagaimana keyakinan

klien tentang sehat dan sakit.

Analisa (pengelompokan data)

25
2) Pemeriksaan fisik (Head To Toe)

a) Kepala

- Wajah

- Mata

- Hidung

- Bibir

- Telinga

b) Leher

c) Dada

d) Perut

e) Genetalia

f) Anus

g) Extremitas

2. Diagnosa Keperawatan

1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan

tentang bahaya merokok.

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

lingkungan merokok

3. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan hubungan

sosial yang tidak adekuat

4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer

yang tidak adekuat

26
3. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan/Kiteria hasil Intervensi Rasional


Keperawatan (NOC) (NIC)
1 Ketidak NOC : a. Modifikasi a. agar lingkungan
Efektifan - Knowledge : disease lingkungan menjadi bebas dari
Pemeliharaan process bebas dari putung rokok
Kesehatan - knowledge :health putung
berhubungan behavior rokok
dengan
Kurangnya Kriteria hasil : b. Berikan b. untuk mengetahui
Pengetahuan - klien menyatakan kuisoner tingkat
dan Informasi paham tentang bahaya terhadap pengetahuan
Kesehatan. merokok bahaya terhadap bahaya
- klien mampu merokok merokok
menjelaskan apa yang
dijelaskan perawat c. Berikan c. untuk
konseling meningkatkan
kesehatan pengetahuan
pengertian tentang merokok
merokok

d. Jelaskan d. untuk
faktor- meningkatkan
faktor pengetahuan
penyebab tentang faktor
merokok penyebab rokok

e. Jelaskan e. untuk
dampak meningkatkan
merokok pengetahuan
dampak merokok

f. Jelaskan f. untuk
cara meningkatkan
menghentik pengetahuan cara
an merokok menghentikan
dan cara rokok
menghinda
rinya.

27
No Diagnosa Tujuan/Kiteria hasil Intervensi Rasional
Keperawatan (NOC) (NIC)
2. Ketidakefektifan NOC : 1. auskultasi 1. untuk
bersihan jalan - respiratory status : jalan nafas mengidentifikasi
nafas ventilation suara nafas
berhubungan - respiratory status : abnormal
dengan airway patency
lingkungan 2. atur posisi 2. untuk
merokok Kriteria hasil : semi fowler atau memberikan posisi
- fowler nyaman pasien
mendemonstrasikan
batuk efektif dan
suara nafas yang 3. ajarkan klien 3. untuk membantu
bersih batuk efektif mengeluarkan secret
- menunjukan jalan
nafas yang paten 4. ajarkan tehnik 4. untuk membuat
- mampu relaksasi nafas rileks
mengidentifikasi dan dalam
mencegah faktor
yang menghambat
jalan nafas

3. Ketidakefektifan NOC : NIC :


koping Sosial suport
berhubungan 1. bantu klien 1. untuk mengetahui
dengan hubungan Kriteria hasil : identifikasi dampak bahaya
sosial yang tidak 1. mengidentifikasi keuntungan pengaruh
adekuat pola koping yang kerugian dari lingkungan sekitar
efektif keadaan
2. mampu lingkungan
mengidentifikasi
strategi tentang 2. bantu klien 2. untuk membantu
koping identifikasi klien terhindar dari
strategi positif pengaruh sosial
untuk mengatur lingkungan sekitar
pola sosial yang
sehat

28
No Diagnosa Tujuan/Kiteria hasil Intervensi Rasional
Keperawatan (NOC) (NIC)
4. Resiko infeksi NOC : 1. kaji 1. untuk mengetahui
berhubungan - immune status lingkungan area ada atau tindak
dengan - knowledge : bebas merokok putung rokok
pertahanan tubuh infection control disekitar lingkungan
primer yang tidak - risk control klien
adekuat
Kriteria Hasil : 2. anjurkan 2. untuk
- klien bebas dari menjauhi meningkatkan pola
tanda bahaya infeksi lingkungan yang hidup sehat
- menunjukann memperluas
kemampuan untuk resiko infeksi
mencegah timbulnya
infeksi 3. ajarkan cara 3. untuk
menghindari memperkecil
infeksi terjadinya resiko
infeksi

4. Implementasi

Implementasi Keperawatan :

a. Ketidak Efektifan Pemeliharaan Kesehatan

1) Diharapkan klien mampu memahami bahaya merokok

b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

1) Diharapkan mampu menunjukan jalan nafas yang paten

2) Diharapkan mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor

yang menghambat jalan nafas

c. Ketidakefektifan koping

1) Diharapkan mampu mengidentifikasi strategi tentang koping

d. Resiko infeksi

1) Diharapkan mampu untuk mencegah timbulnya infeksi

2) Diharapkan klien bebas dari tanda bahaya infeksi

29
Implementasi keperawatan adalah aplikasi atau wujud tindakan yang

dilaksanakan dari rencana yang telah disusun.

5. Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP

S: Pasien mengatakan sudah paham tentang pengertian merokok,

faktor-faktor penyebab merokok, dampak dari merokok, cara

menghentikan merokok dan cara menghindari

O: Pasien tampak paham tentang pengertian, pengertian merokok,

faktor-faktor penyebab merokok, dampak dari merokok, cara

menghentikan merokok dan cara menghindari.

A: Tujuan tercapai apabila respon pasien sesuai dengan tujuan dan

kriteria hasil yang telah ditentukan, tujuan belum tercapai apabila

respon pasien tidak sesuai dengan tujuan yang ditentukan.

P : Pertahankan kondisi pasien apabila tujuan tercapai , lanjutkan

perencanaan apabila terdapat tujuan yang belum mampu dicapai

oleh pasien (rohmah, 2016).

Hasil Evaluasi :

a. Ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan

1) Tujuan tercapai/masalah teratasi: jika klien mampu

memahami bahaya merokok perubahan sesuai dengan standar

yang telah ditetapkan.

2) Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian:

jika klien mampu memahami bahaya merokok perubahan

sebagian dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan.

30
3) Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi: jika klien tidak

menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan

timbul masalah baru.

b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

1) Tujuan tercapai/masalah teratasi: jika klien mampu

menunjukan jalan nafas yang paten perubahan sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan.

2) Tujuan tercapai/masalah teratasi: jika klien menunjukan suara

nafas tidak normal jalan nafas yang belum paten perubahan

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

3) Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi: jika klien tidak

menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali dan

bahkan timbul masalah baru.

c. Ketidakefektifan Koping

1) Tujuan tercapai/masalah teratasi: jika klien mampu

mengidentifikasi strategi koping perubahan sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan.

2) Tujuan tercapai/masalah teratasi: jika klien mampu

mengidentifikasi strategi koping perubahan sebagian sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan.

3) Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi: jika klien tidak

menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali dan

bahkan timbul masalah baru.

31
d. Resiko infeksi

1) Tujuan tercapai/masalah teratasi: jika klien mampu mencegah

terjadinya infeksi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

2) Tujuan tercapai/masalah teratasi: jika klien mampu mencgah

terjadinya infeksi sebagian sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan.

3) Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi: jika klien tidak

menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali dan

bahkan timbul masalah baru.

E. Konsep Konseling Individu

1. Pengertian Konseling Individu

konseling individu adalah sebagai pelayanan khusus dalam hubungan

langsung tatap muka antara konselor dan klien. Dalam hubungan itu

dicermati dan diupayakan pengentasan masalahnya, semampu dengan

kekuatan klien itu sendiri. Dalam kaitan itu, konseling dianggap sebagai

upaya layanan yang paling utama dalam pelaksanaan fungsi pengentasan

masalah klien. Bahkan dikatakan bahwa konseling merupakan “jantung

hatinya” pelayanan bimbingan secara menyeluruh. Apabila layanan

konseling telah memberikan jasanya, maka masalah klien akan teratasi

secara efektif dan upaya-upaya bimbingan lainnya tinggal mengikuti atau

berperan sebagai pendamping [ CITATION amt15 \l 1057 ]

32
2. Tujuan Konseling Individu

Konseling individu memiliki tujuan secara umum agar klien dapat

mengubah perilakunya ke arah yang lebih maju, melalui terlaksananya

tugas-tugas perkembangan secara optimal, kemandirian, dan kebahagiaan

hidup. Adapun menurut Prayitno tujuan umum layanan konseling

individu adalah mengentaskan masalah yang dialami klien. Apabila

masalah klien itu dicirikan sebagai:

a. Sesuatu yang tidak disukai adanya

b. Suatu yang ingin dihilangkan

c. Suatu yang dilarang

d. Sesuatu yang dapat menghambat proses kegiatan

e. Dan dapat menimbulkan kerugian

Layanan konseling tidak hanya bersifat penyembuhan atau

pengentasan (curative) masalah saja, melainkan konseling juga bertujuan

agar klien setelah mendapatkan pelayanan konseling, diharapkan ia dapat

mengghindari masalah- masalah dalam hidupnya (preventive),

memperoleh pemahaman diri dan lingkungannya, dapat melakukan

pemeliharaan dan pengembangan terhadap kondisi dirinya yang sudah

baik agar tetap menjadi baik, dan dapat juga dapat melakukan diri ke arah

pencapaian semua hak-haknya sebagai pelajar maupun sebagai warga

negara (advokasi).

Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan

dari konseling individu adalah mengentaskan permasalahan klien agar ia

33
dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya dan membuat klien menjadi

mandiri serta dapat mengantisipasi permasalahan yang sama sehingga

dapat dicegah.

3. Fungsi Konseling Individu

Layanan konseling mempunyai beberapa fungsi yang dipenuhi

melalui pelaksanaan kegiatan konseling. Adapun fungsi-fungsi

konseling tersebut adalah :

a. Fungsi pemahaman

Fungsi pemahaman adalah fungsi konseling yang

menghasilkan pemahaman bagi klien tentang dirinya (seperti bakat,

minat, pemahaman kondisi fisik), lingkungannya (seperti

lingkungan alam sekitar), dan berbagai informasi (misalnya

informasi tentang pendidikan dan informasi karir).

b. Fungsi pencegahan

Fungsi pencegahan adalah fungsi konseling yang

menghasilkan kondisi bagi tercegahnya atau terhindarnya klien dari

berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang dapat

mengganggu, menghambat, dan kerugian- kerugian tertentu dalam

kehidupan dan proses perkembangannya.

c. Fungsi pengentasan

Fungsi ini menghasilkan kemampuan klien untuk

memecahkan masalah dalam kehidupan dan perkembangannya.

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan

34
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi

konseling yang menghasilkan kemampuan klien untuk memelihara

dan mengembangkan berbagai potensi atau kondisi yang sudah baik

tetap menjadi baik untuk lebih dikembangkan secara mantap dan

berkelanjutan.

e. Fungsi advokasi

Fungsi konseling ini menghasilkan kondisi pembelaan

terhadap berbagai bentuk pengingkaran atas hak-hak atau

kepentingan pendidikan dan perkembangan yang dialami klien.

Beberapa fungsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

fungsi konseling individu adalah dimana koselor dapat memberikan

pemahaman kepada klien tentang permasalahan yang dihadapinya,

ketika klien telah memahami maka permasalahan tersebut dapat

dientaskan dan dicegah dampak dari permasalahan klien serta kllien

juga dapat memelihara dan mengembangkan potensi agar tetap

dalam keadaan menjadi lebih baik lagi.

4. Asas-asas Konseling Individu

Asas-asas konseling memperlancar pengembangan proses yang

ada di dalam layanan konseling individu. Konselor memasuki pribadi

klien dan klien memasuki pribadinya. Proses layanan konseling

dikembangkan sejalan dengan suasana yang demikian, sambil di

dalamnya dibangun kemampuan khusus klien untuk keperluan

kehidupannya. Ada beberapa asas-asas di dalam konseling di antaranya

sebagai berikut :

35
a. Kerahasiaan

Hubungan interpersonal yang amat intens sanggup

membongkar berbagai isi pribadi yang paling dalam sekalipun,

terutama pada sisi klien. Segenap rahasia pribadi klien yang

terbongkar menjadi tanggung jawab penuh konselor untuk

melindunginya. Keyakinan klien akan adanya perlindungan yang

demikian itu menjadi jaminan untuk suksesnya pelayanan.

b. Kesukarelaan

Dalam pelayanan konseling, seorang klien secara suka rela

tanpa ragu meminta bantuan kepada konselor. Klien adalah individu

yang membutuhkan konseling tanpa adanya paksaan dari pihak lain.

Jadi sebagai konselor harus memberikan bantuan dengan ikhlas

tanpa memaksa klien dalam proses konseling.

c. Keterbukaan

Keterbukaan artinya adanya perilaku yang terus terang, jujur

tanpa ada keraguan untuk membuka diri baik pihak klien maupun

konselor.Asas keterbukaan hanya bisa diwujudkan jika konselor

dapat melaksanakan asas kerahasiaan, dan klien percaya bahwa

konseling bersifat rahasia.

d. Kekinian

Masalah klien yang langsung dibahas dalam konseling

adalah masalah-masalah yang sedang dirasakan/dialami sekarang,

36
bukan masalah lampau, dan juga bukan masalah yang mungkin

akan dialami di masa mendatang.

e. Kemandirian

Pelayanan konseling bertujuan menjadikan klien memiliki

kemampuan untuk menghadapi dan memecahkan masalahnya

sendiri, sehingga ia dapat mandiri, tidak tergantung pada orang lain

ataupun konselor. Kemandirian konseling sebagai hasil konseling

menjadi fokus dari pelayanan konseling yang harus disadari baik

oleh konselor maupun klien, dengan demikian pelayanan konseling

dapat memberikan kontribusi nyata dalam kehidupan klien di

masyarakat.

f. Kegiatan

Kegiatan adalah seperangkat aktivitas yang harus dilakukan

klien untuk mencapai tujuan konseling. Aktivitas itu dibangun klien

bersama konselor dalam proses konseling, dengan demikian pada

diri konseli dapat mengalami kemajuan-kemajuan yang berarti

sesuai dengan harapan.

g. Kedinamisan

Usaha pelayanan konseling menghendaki terjadinya

perubahan pada diri klien, yaitu perubahan perilaku ke arah yang

lebih baik. Perubahan perilaku itu bersifat maju (progressive) bukan

perubahan kearah kemunduran dengan demikian klien akan

mengalami perubahan ke arah perkembangan pribadi yang

dihendeki.

37
h. Keterpaduan

Layanan konseling berusaha memadukan aspek kepribadian

klien, supaya mampu melakukan perubahan ke arah lebih maju.

Keterpaduan antara minat, bakat, intelegensi, emosi, dan aspek

kepribadian lainnya akan dapat melahirkan suatu kekuatan (potensi)

pada diri klien.

i. Kenormatifan

Dalam layanan konseling individu adalah normatif, sebab

tidak ada satupun yang boleh terlepas dari kaidah-kaidah norma

yang berlaku, baik norma agama, adat, hukum, ilmu, dan kebiasaan

harus serasi dengan norma- norma yang berlaku.

j. Keahlian

Konselor haruslah seorang yang ahli dan professional dalam

pengembangan konseling individu untuk kepentingan klien.

Keahlian konselor itu diterapkan dalam suasana yang sukarela,

terbuka dan aktif agar klien mampu mengambil keputusan sendiri

dalam kondisi kenormatifan yang tinggi.

k. Alih Tangan Kasus

Tidak semua masalah yang dialami konseli menjadi

wewenang konselor. Artinya konselor memiliki keterbatasan

kewenangan, bila klien mengalami masalah emosi yang berat

seperti stress berat, sakit jiwa, maka kasus ini di luar kewenangan

38
konselor dan harus dialih tangankan kepada pihak lain, misalnya

klien mengalami gangguan kepribadian berat maka menjadi

wewenang psikiater, gangguan fisik (medis) maka menjadi

wewenang dokter, dan sebagainya.

l. Tut Wuri Handayani

Asas ini memberikan makna bahwa layanan konseling

merupakan bentuk pengaruh konselor kepada klien dalam arti

positif, dan konselor juga mempengaruhi klien untuk dapat

memahami dirinya, lingkungannya, serta menggunakan lingkungan

sebagai aspek yang dapat berperan aktif dalam upaya mencapai

tingkat perkembangan optimal.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa asas-

asas konseling sangat diperlukan dalam menyelenggarakan

pelayanan konseling, dan asas-asas juga dianggap sebagai suatu

rambu-rambu dalam pelaksanaan konseling yang harus diketahui

dan diterapkan oleh konselor dan klien agar konseling dapat

berjalan dengan baik.

5. Tehnik Umum Konseling Individu

Teknik umum merupakan teknik konseling yang lazim

digunakan dalam tahapan-tahapan konseling dan merupakan teknik

dasar konseling yang harus dikuasai oleh konselor. Untuk lebih

jelasnya, di bawah ini akan disampaikan beberapa jenis teknik umum:

a. Perilaku Attending

Perilaku attending dapat juga dikatakan sebagai penampilan

39
konselor yang menampakkan komponen-komponen perilaku non

verbal, bahasa lisan, dan kontak mata.Karena komponen-komponen

itu tidak mudah, perlu diperhatikan secara bertahap dan terus-

menerus. Perilaku attending yang ditampilkan konselor akan

mempengaruhi kepribadian klien yaitu : meningkatkan harga diri

klien dan mencipatakan suasana yang aman bagi klien.

b. Empati

Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang

dirasakan klien, merasa dan berfikir, bersama klien dan bukan

untuk atau tentang klien. Empati dilakukan bersama attending,

tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati. Empati ada dua

macam, yaitu:

1) Empati primer yaitu bentuk empati yang hanya berusaha

memahami perasaan, pikiran, keinginan, dan keinginan klien,

dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka.

2) Empati tingkat tinggi yaitu keikutan konselor membuat klien

tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang

terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk

penderitaannya.

c. Refleksi

Refleksi adalah konselor memantulkan kembali kepada klien tentang

perasaan, pikiran, dan pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap

perilaku verbal dan non verbalnya.Refleksi ada tiga yaitu refleksi

perasaan, refleksi pengalaman dan refleksi pikiran.

40
d. Eksplorasi

Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pengalaman,

dan pikiran klien.Eksplorasi memungkinkan klien untuk bebas

berbicara tanpa rasa takut, tertekan, dan terancam.Eksplorasi ada tiga

macam yaitu eksplorasi perasaan, eksplorasi pengalaman, eksplorasi

pikiran.

e. Menangkap Pesan Utama (Parapharasing)

Menangkap pesan (parapharasing) adalah teknik untuk

menyatakan kembali esensi atau inti yang diungkapkan oleh klien

dengan teliti mendengarkan pesan utama klien, mengungkapkan

kalimat yang mudah dan sederhana.

f. Pertanyaan Terbuka (Open Question)

Pertanyaan terbuka yaitu teknik umum untuk memancing klien

agar mau berbicara mengungkapkan perasaan pengalaman dan

pemikirannya dapat digunakan dengan teknik pertanyaan

terbuka.Pertanyaan terbuka yang baik dimulai dengan kata-kata;

apakah, bagaimana, adakah, bolehkah, dan dapatkah.

g. Pertanyaan Tertutup (Closed Question)

Bentuk-bentuk pertanyaan yang sering dimulai dengan kata-

kata; apakah, adakah, dan harus dijawab oleh klien dengan kata ya

atau tidak atau dengan kata-kata singkat.

h. Dorongan Minimal

Suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang

dikatakan klien, dan memberikan dorongan singkat seperti oh…,

41
ya…, terus…, lalu…, dan…

i. Interpretasi

Yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan perilaku

atau pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan

pandangan subyektif konselor.

j. Mengarahkan (Directing)

Yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan

sesuatu.Misalnya menyuruh klien untuk bermain peran dengan

konselor atau menghayalkan sesuatu.

k. Menyimpulkan Sementara

Pembicaraan antara konselor dan klien maju secara bertahap ke

arah pembicaraan yang makin jelas maka setiap periode waktu

tertentu konselor bersama klien menyimpulkan pembicaraan yang

telah dilakukan.

l. Memimpin

Yaitu teknik untuk mengarahkan pembicaraan dalam wawancara

konseling sehingga tujuan konseling tercapai.

m. Fokus

Yaitu teknik membantu klien memusatkan perhatian pada pokok

pembicaraan.

n. Konfrontasi

Teknik yang menantang klien untuk melihat adanya

inskonsistensi antara perkataan dengan bahasa tubuh, ide awal dengan

42
ide berikutnya, senyum dan kepedihan dan sebagainya.

o. Menjernihkan

Teknik untuk menjernihkan ucapan-ucapan klien yang samar-

samar, kurang jelas dan agak meragukan.

p. Memudahkan

Yaitu teknik untuk membuka komunikasi agar klien dengan

mudah berbicara, menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya

secara bebas.

q. Diam

Konselor menunggu klien berfikir sejenak antara 5-10 detik.

r. Mengambil Inisiatif

Dilakukan konselor manakala klien kurang bersemangat untuk

berbicara, sering diam, dan kurang berpartisipatif.

s. Memberikan Nasehat

Jika klien meminta nasehat konselor harus mempertimbangkan

apakah pantas atau tidak.

t. Pemberian Informasi

Dalam hal ini informasi yang diminta klien sama halnya dengan

pemberian nasehat. Jika konselor tidak memiliki informasi sebaiknya

dengan jujur katakan tidak mengetahuinya, namun bila konselor

mengetahui informasi upayakan klien supaya tetap

mengusahakannya.

u. Merencanakan

43
Teknik ini digunakan menjelang akhir sesi konseling untuk

membantu agar klien dapat membuat rencana atau tindakan,

perbuatan yang produktif untuk kemajuan klien.

v. Menyimpulkan

Bersamaan dengan berakhirnya sesi konseling, maka sebaiknya

konselor dapat menyimpulkan hasil pembicaraan secara keseluruhan

yang menyangkut tentang pikiran, perasaan klien sebelum dan

setelah mengikuti proses konseling. Selain itu bantulah klien untuk

memantapkan rencana- rencana yang telah disusunnya.

Teknik umum konseling yang telah dijelaskan diatas sangatlah

penting dalam proses konseling. Karena teknik ini dapat dijadikan

panduan bagi konselor dalam membantu klien untuk mengatasi

masalah yang dihadapi serta konselor dapat mengidentifikasi masalah

klien.

6. Tahapan-tahapan Konseling Individu

Setiap tahapan proses konseling inidividu membutuhkan keterampilan-

keterampilan khusus. Oleh karena itu konselor seyogyanya harus dapat

menguasai berbagai teknik konseling. Namun keterampilan-

keterampilan itu bukanlah utama jika hubungan konselor dan klien

tidak mencapai rapport. Dengan demikian proses konseling individu

ini tidak dirasakan oleh peserta konseling (konselor klien) sebagai hal

yang menjamukan. Maka dari itu keterlibatan mereka (konselor klien)

dalam proses konseling sangat dibutuhkan sejak awal hingga akhir

44
supaya proses konseling dapat dirasakan, bermakna dan berguna.

Sehingga bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien dalam

rangka pengentasan masalahnya dapat berjalan secara efektif.

Secara umum proses konseling individu dibagi menjadi tiga

tahapan yang terdiri dari tahap awal, tahap pertengahan (kerja), dan

tahap akhir.

a. Tahap Awal Konseling

Tahapan ini sejak klien menemui konselor hingga berjalan

proses konseling sampai konselor dan klien menemukan definisi

masalah klien atas dasar isu, kepedulian, atau masalah klien.

Adapun proses konseling tahap awal sebagai berikut:

1) Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien

Hubungan konseling bermakna ialah jika klien terlibat

berdiskusi dengan konselor. Hubungan tersebut dinamakan a

working realitionship, yakni hubungan yang berfungsi,

bermakna, dan berguna. Keberhasilan proses konseling individu

amat ditentukan oleh keberhasilan pada tahap awal ini. Kunci

keberhasilan terletak pada :

a) Keterbukaan konselor

b) Keterbukaan klien, artinya dia dengan jujur mengungkapkan

isi hati, perasaan, harapan, dan sebagainya. Namun,

keterbukaan ditentukan oleh faktor konselor yakni dapat

dipercayai klien karena dia tidak berpura-pura, akan tetapi

jujur, asli, mengerti, dan menghargai.

45
c) Konselor mampu melibatkan klien terus menerus dalam

proses konseling. Karena dengan demikian, maka proses

konseling individu akan lancar dan segera dapat mencapai

tujuan konseling individu.

2) Memperjelas dan mendefinisikan masalah

Sering klien tidak begitu mudah menjelaskan masalahnya,

walaupun mungkin klien hanya mengetahui gejala-gejala yang

dialaminya. Karena itu amatlah penting peran konselor untuk

membantu memperjelas masalah klien. Demikian pula klien

tidak memahami potensi apa yang dimilikinya, maka tugas

konselorlah untuk membantu mengembangkan potensi,

memperjelas masalah, dan membantu mendefinisikan

masalahnya bersama-sama.

3) Membuat penafsiran dan penjajakan

Konselor berusaha menjajaki atau menaksir kemungkinan

mengembangkan isu atau masalah, dan merancang bantuan yang

mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua potensi

klien, dan dia proses menentukan berbagai alternatif yang sesuai

bagi antisipasi masalah.

4) Menegosiasikan kontrak

Kontrak artinya perjanjian antara konselor dan klien. Adapun

kontrak ini meliputi:

a) Kontrak waktu, artinya berapa lama diinginkan waktu

pertemuan oleh klien dan apakah konselor tidak keberatan.

46
b) Kontrak tugas, yaitu tugas apa saja yang harus dilakukan

konselor dan klien.

c) Kontrak kerjasama dalam proses konseling. Kontrak

menggariskan kegiatan konseling, termasuk kegiatan klien

dan konselor. Artinya mengandung makna bahwa konseling

adalah urusan yang saling ditunjang, dan bukan pekerjaan

konselor sebagai ahli. Disamping itu juga mengandung

makna tanggung jawab klien, dan ajakan untuk kerja sama

dalam proses konseling.

b. Tahap Pertengahan (Tahap Kerja)

Pada tahap pertengahan memfokuskan pada penjelajahan masalah

klien dan bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian

kembali apa-apa yang telah dijelajah tentang msalah klien. Menilai

kembali masalah klien akan membantu klien memperolah prespektif

baru, alternatif baru, yang mungkin berbeda dari sebelumnya, dalam

rangka mengambil keputusan dan tindakan. Dengan adanya

prespektif baru, berarti ada dinamika pada diri klien menuju

perubahan.Tanpa prespektif maka klien sulit untuk berubah. Adapun

tujuan-tujuan dari tahap kerja ini yaitu:

1) Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah, isu, dan kepedulian

klien lebih jauh. Dengan penjelajahan ini, konselor berusaha

agar kliennya mempunyai prespektif dan alternatif baru

terhadap masalahnya. Konselor mengadakan reassessment

(penilaian kembali) dengan melibatkan klien, artinya masalah

47
itu dinilai bersama-sama. Jika klien bersemangat, berarti dia

sudah begitu terlibat dan terbuka.

2) Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara. Hal ini

bisa terjadi apabila

a) Klien merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau

wawancara konseling, serta menampakkan kebutuhan

untuk mengembangkan potensi diri dan memecahkan

masalahnya.

b) Konselor berupaya kreatif dengan keterampilan yang

bervariasi, serta memelihara keramahan, empati, kejujuran,

keikhlasan dalam memberi bantuan.

Kreativitas konselor dituntut pula untuk membantu klien

menemukan berbagai alternatif sebagai upaya untuk

menyusun rencana bagi penyelesaian masalah dan

pengembangan diri.

3) Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak .Kontrak

dinegosiasikan agar betul-betul memperlancar proses konseling.

Karena itu konselor dan klien agar selalu menjaga perjanjian dan

selalu mengingat dalam pikirannya. Pada tahap pertengahan

konseling ada lagi beberapa strategi yang perlu digunakan

konselor yaitu :

a) Mengkomunikasikan nilai-nilai inti, yakni agar klien selalu

jujur dan terbuka, dan menggali lebih dalam masalahnya.

Karena kondisi sudah amat kondusif, maka klien sudah

48
merasa aman, dekat, terundang dan tertantang untuk

memecahkan masalahnya.

b) Menantang klien sehingga dia mempunyai strategi baru dan

rencana baru, melalui pilihan dari beberapa alternatif, untuk

meningkatkan dirinya.

c. Tahap Akhir Konseling (Tahap Tindakan)

Adapun pada tahap akhir konseling ditandai dengan

beberapa hal sebagai berikut:

1) Menurunya kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor

menanyakan keadaan kecemasanya.

2) Adanya perubahan perilaku klien kearah yang lebih positif,

sehat, dan dinamis.

3) Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program

yang jelas.

4) Terjadinya perubahan sikap positif, yaitu mulai dapat

mengoreksi diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan

dunia luar, seperti orang tua, guru, teman, keadaan tidak

menguntungkan dan sebagainya. Jadi klien sudah berpikir

realistik dan percaya diri.

Adapun tujuan-tujuan tahap akhir adalah sebagai berikut:

a) Memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang memadahi

.Klien dapat melakukan keputusan tersebut karena sejak awal

49
sudah menciptakan berbagai alternatif dan mendiskusikannya

dengan konselor, kemudian klien putuskan alternatif mana yang

terbaik. Pertimbangan keputusan itu tentunya berdasarkan

kondisi objektif yang ada pada diri dan di luar diri.

Saat ini dia sudah berpikir realistik dan dia tahu keputusan yang

mungkin dapat dilaksanakan sesuai tujuan utama yang ia

inginkan.

b) Terjadinya transfer of learning pada diri klien. Klien belajar dari

proses konseling mengenai perilakunya dan hal-hal yang

membuatnya terbuka untuk mengubah perilakunya diluar proses

konseling. Artinya, klien mengambil makna dari hubungan

konseling untuk kebutuhan akan suatu perubahan.

c) Melaksanakan perubahan perilaku. Pada akhir konseling klien

sadar akan perubahan sikap dan perilakunya. Hal ini dikarenakan

klien datang minta bantuan atas kesadaran akan seperlunya

perubahan pada dirinya.

d) Mengakhiri hubungan konseling. Mengakhiri konseling

harus atas persetujuan klien. Sebelum ditutup klien memiliki

beberapa tugas yaitu :

(1) Membuat kesimpulan-kesimpulan mengenai hasil proses

konseling

(2) Mengevaluasi jalanya proses konseling

(3) Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.

50
Berdasarkan uraian di atas, maka tahapan konseling sangat

penting diketahui oleh konselor, karena tahapan ini harus dilalui

untuk sampai pada pencapaian keberhasilan dan kesuksesan

konseling. Dibalik itu semua peran konselor dan klien juga

dibutuhkan untuk memiliki hubungan timbal balik yang baik.

51
51

F. Kerangka Konsep

Remaja yang memiliki Asuhan Keperawatan Pada Remaja Yang


kebiasaan merokok Merokok

Pengkajian Diagnosa Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi


1. Riwayat keluarga
2. Kurang aktifitas
fisik
3. Obesitas
4. Hipertensi Konseling Adanya perubahan
5. Diabetes Militus sikap positif dilihat
dari koesioner yang
diberikan
Meningkatkan
Sikap Positif 1. Masalah
Keterangan :
teratasi
: Diteliti
2. Masalah
teratasi
sebagian
: Tidak diteliti
3. Masalah tidak
teratasi

Bagan 2. Kerangka Konsep Asuhan Keperawatan Pada


Remaja Merokok

Sumber Arwani & Purnomo. (2013)


BAB III
METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Rancangan Studi Kasus merupakan rencana studi kasus yang

disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban

terhadap pertanyaan penelitian. Desain studi kasus mengacu pada jenis

atau macam studi kasus yang dipilih untuk mencapai tujuan studi kasus,

serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut

(Setiadi, 2013)

Rancangan studi kasus ini menggunakan metode desktiftif yaitu

menggambarkan prosedur tindakan asuhan keperawatan. Studi kasus

berorientasikan pada asuhan keperawatan dengan pendekatan yang

dilaksanakan secara komperehensif dimana bentuk pelaporannya lebih

memaparkan secara mendalam salah satu tindakan fokus sesuai masalah

(prosedur tindakan tertentu) dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

rencana keperawatan, tindakan keperawatan menurut asosisasi institusi

pendidikan vokasi keperawatan Indonesia (AIPViKI, 2017).

B. Subyek Studi Kasus

Subyek studi kasus adalah sumber dari mana data dapat diperoleh. Subyek

dalam penelitian ini adalah 1 (satu) orang remaja awal dengan rentang usia

11-14 tahun di Wilayah Puskesmas Babakan.

52
53

Kriteria Inklusi :

1. Remaja yang merokok rentan usia 11-14

tahun

2. Remaja yang kurang pengetahuan tentang bahaya merokok

3. Remaja yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas babakan

4. Remaja yang bersedia menjadi responden dari awal sampai akhir

5. Remaja yang berjenis kelamin laki-laki

Kriteria eksklusi

1. Remaja yang berjenis kelamin wanita

2. Remaja yang sudah diberikan

konseling tetapi belum bisa menunjukan sikap positif.

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus merupakan kajian utama dari permasalahan yang akan

dijadikan titik acuan studi kasus. Fokus studi kasus ini kepada remaja

dengan pemberian asuhan keperawatan konseling bahaya rokok dan

meningkatkan pengetahuan untuk membentuk sikap positif.

D. Definisi Oprasional

1. Asuhan Keperawatan adalah proses atau pendekatan dalam praktek

keperawatan yang diberikan secara langsung pada pasien. Proses

keperawatan terdiri dari 5 tahap yang meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, rencana keperawatan, tindakan keperawatan dan

evaluasi keperawatan.

2. Konseling Merokok adalah memberikan pengetahuan kepada remaja

tentang apa itu merokok bagaimana cara mencegah remaja untuk tidak
54

merokok serta dampak dari merokok, agar remaja bisa lebih mengerti

apa bahaya dari merokok dan menghindarinya.

3. Merokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Dampak bahaya dari

merokok adalah kerusakan saluran pernafasan, menyebabkan kanker

mulut, penyakit kardiovaskuler, kanker paru-paru, diabetes, kebutaan,

penyakit lambung, kanker kulit dan tingkat kesuburan.

4. Sikap adalah suatu pikiran, kecenderungan dan perasaan seseorang

untuk mengenal aspek-aspek tertentu pada lingkungan yang seringnya

bersifat permanen karena sulit diubah. Komponen yang dimaksud

adalah pengetahuan yang selama ini diperoleh semasa hidup, dimana

sangat mempengaruhi perilaku saat bertindak.

5. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau

disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi

pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang

secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
55

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Studi Kasus Definisi Parameter


Operasional
Memberikan Suatu kegiatan Pendidikan kesehatan
konseling Untuk memberikan bahaya rokok :
bahaya rokok Pengetahuan kepada a. Menjelaskan pengertian
untuk remaja tentang apa merokok
meningkatka itu merokok b. Menjelaskan faktor-
n bagaimana cara faktor yang
pengetahuan mencegah remaja mempengaruhi merokok
dan untuk tidak merokok c. Menjelaskan dampak
membentuk serta dampak dari merokok
sikap positif merokok, agar d. Menjelaskan cara
pada remaja remaja bias lebih berhenti merokok
yang mengerti apa bahaya
merokok dari merokok dan
menghindarinya.

Asuhan Asuhan a. Pengkajian


Keperawatan Keperawatan adalah b. Diagnosa
dalam proses atau c. Intervensi
memberikan pendekatan dalam d. Implementasi
konseling praktek keperawatan e. Evaluasi
bahaya rokok yang diberikan
untuk secara langsung pada
meningkatka pasien. Proses
n keperawatan terdiri
pengetahuan dari 5 tahap yang
dan meliputi pengkajian,
membentuk diagnosa
sikap positif keperawatan,
pada remaja rencana
yang keperawatan,
merokok tindakan
keperawatan dan
evaluasi
keperawatan.

E. Instrumen Studi Kasus


56

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang diperlukan atau dipergunakan untuk

mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam studi kasus ini

yaitu:

1. Format pengkajian asuhan keperawatan remaja

2. Kuisioner pengetahuan dan sikap tentang merokok

3. Buku saku tentang merokok

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek

dan proses pengumpulan karateristik subyek yang diperlukan dalam

suatu penelitian (nursalam 2015). Dalam studi kasus ini menggunakan

metode pengumpulan data deskriptif, yaitu :

1. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan tanya-jawab secara lisan untuk

memperoleh informasi. Wawancara pada kasus ini hasil anamnesis

berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit

sekarang-dahulu-keluarga. Sumber data dari klien, keluarga, perawat

lainnya. Metode ini memberikan hasil secara langsung dan dapat

dilakukan apabila peneliti ingin mengetahui secara mendalam serta

jumlah responden yang sedikit. Instrumen yang digunakan dapat

berupa kuisioner dan format Asuhan Keperawatan Remaja.

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti

baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data

yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Metode ini digunakan


57

untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan

agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang

permasalahan yang diteliti.

3. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses yang dilakukan dari seorang ahli

medis untuk memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda-tanda

vital.

G. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Babakan

2. Waktu

a. Persiapan studi kasus ini dimulai dari bulan desember 2020

sampai dengan bulan april 2021

b. Pelaksanaan studi kasus dilaksanakan pada bulan april 2021

sampai dengan selesai

H. Penyajian Data

Penyajian data merupakan kegiatan dalam pembuatan laporan hasil

penelitian yang telah dilakukan agar data yang telah dikumpulkan dapat

dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Penyajian data disesuaikan dengan desain studi kasus deskriptif

yang dipilih untuk studi kasus. Data disajikan secara terstruktur atau

narasi dan dapat disertai dengan cuplikan dari subyek studi kasus yang

merupakan data pendukungnya.

Dalam penelitian ini, setelah data terkumpul dari hasil wawancara


58

dan observasi dengan menggunakan asuhan keperawatan kemudian

disajikan dalam bentuk narasi.

I. Etika Studi Kasus

Pada bagian ini dicantumkan etika yang mendasari studi kasus,

yang terdiri dari:

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Inforemed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan,

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan informed consent agar subjek mengerti maksud tujuan

penelitian, serta mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden

tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.

Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent

tersebut antara lain; partisipasi responden, tujuan dilakukannya

tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur

pelaksanaan, potensial yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan,

informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat

ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
59

hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikampulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.

4. Azas Manfaat (Beneficience)

Beneficience adalah prinsip untuk memberi manfaat bagi orang

lain, bukan untuk membahayakan orang lain, melainkan bertanggung

jawab dalam memberikan perawatan serta berkewajiban untuk

melindung
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL STUDI KASUS

1. Pengkajian

a. Data subjektif

1) Biodata Pasien

a) Nama : An. H

b) Umur : 14 tahun

c) Suku : Sasak

d) Agama : Islam

e) Pekerjaan : Siswa

f) Pendidikan : SMP

g) Alamat : Dasan Cermen Barat

2) Riwayat Kesehatan

a) Keluhan utama

Klien mengatakan tidak mengetahui apa bahaya dari

merokok.

b) Keluhan saat dikaji

Klien mengatakan sudah merokok sejak setahun yang

lalu, klien mencoba merokok karena pengaruh teman dan

rasa penasaran ingin coba-coba. Klien mengatakan dalam

sehari menghabiskan 4 sampai 5 batang rokok. Klien

mengatakan sempat mengalami sesak nafas dan batuk

berdahak ketika malam hari dikarenakan merokok tetapi

60
61

klien tetap merokok dipagi hari. Klien mengatakan merokok

dilingkungan rumah tanpa memperhatikan kondisi orang

disekitar, klien mengatakan tidak mengetahui dampak

merokok bagi orang lain.

c) Riwayat kesehatan keluarga :

Klien mengatakan tidak ada keluarga yang merokok.

3) Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon

a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Klien mengatakan merokok dilingkungan rumah tanpa

memperhatikan lingkungan sekitar.

b) Pola nutrisi dan metabolic

Klien mengatakan makan 3 kali dalam sehari tidak pernah

mengalami gangguan pencernaan.

c) Pola cairan dan metabolic

Klien mengatakan kuat minum dengan jumlah 8 gelas

perhari.

d) Pola istirahat dan tidur

Klien mengatakan terkadang susah tidur karena mengalami

batuk dan sesak nafas.

e) Pola aktivitas dan latihan

Klien mengatakan aktifitas sehari-hari di pagi hari belajar

melalui online pada siang hari tidur siang kemudian di sore

hari bermain bersama teman dan olahraga futsal. Klien


62

mengatakan pada saat berkumpul bersama teman selalu

merokok.

f) Pola eliminasi

Klien mengatakan BAB 1 kali dalam sehari dengan

kosistensi lunak berwarna kuning kecoklatan dengan aroma

khas feses. BAK 4-8 kali dalam sehari dengan warna

kuning jernih aroma urea khas urin dan tidak ada keluhan.

g) Pola persepsi dan kognitif

Klien mengatakan apabila merokok ia merasa lebih percaya

diri sebagai laki-laki, namun ia tidak mengetahui dampak

bahaya dari merokok.

h) Pola reproduksi dan seksual

Klien belum menikah.

i) Pola persepsi dan konsep diri

Klien mengatakan percaya diri sering bergaul dengan teman

sebaya dan tetap interaksi dengan tetangga dilingkungan

rumah.

j) Pola mekanisme koping

Klien mengatakan cepat terpengaruh dengan ajakan teman

untuk mengikuti pergaulan.

k) Pola nilai dan kepercayaan

Klien beragama islam dan tetap menjalankan ibadah sehari

solat 5 kali.
63

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan umum pasien : Baik

b) Kesadaran : Compos Mentis

c) Pemeriksaan TTV :

- TD : 110/90Mmhg

- Suhu : 36,40C

- Nadi : 86x/menit

- RR : 18x/menit

2) Pemeriksaan fisik (Head To Toe)

a) Kepala

- Inspeksi : bentuk kepala bulat , penyebaran rambut

merata, warna rambut hitam, kulit kepala berminyak,

rambut berminyak

- Palpasi : tidak ada benjolan pada kepala dan tidak ada

nyeri tekan

b) Mata

- Inspeksi : gerakan bola mata simetris, konjungtiva merah

muda, sclera putih tidak icteric, tidak ada terlihat

kantung mata.

- Palpasi : tidak ada pembengkakan pada kelopak mata,

tidak ada nyeri tekan.


64

c) Hidung :

- Inspeksi : hidung simetris, tidak ada tampak pernapasan

cuping hidung, tidak ada sekret berlebih, tidak ada

pembengkakan

- Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada daerah sinus

d) Mulut

- Inspeksi : bibir atas dan bibir bawah simetris, warna bibir

merah muda, mukosa mulut merah muda, tidak ada

stomatitis, bibir tidak pecah-pecah, lidah tidak kotor

berwarna merah muda, gigi lengkap tidak ada gigi

berlubang.

- Palpasi : permukaan bibir lembut, tidak ada nyeri tekan

e) Leher

- Inspeksi : tidak ada pembesaran vena jugularis

- Palpasi : tidak ada teraba pembesaran tyroid

f) Dada

(1) Paru-paru

- Inspeksi : pengembangan dada simetris, tidak tampak

menggunakan otot bantu nafas, frekuensi pernapasan

20x/menit

- Palpasi : fremitus raba baik, tidak ada pembengkakan,

tidak ada nyeri tekan pada dada.

- Perkusi : suara dinding dada sonor


65

- Auskultasi : suara ronchi

(2) Jantung :

- Inspeksi : tidak tampak pulsasi iktus cordis

- Palpasi : teraba denyutan iktus cordis

- Perkusi : suara pekak/datar

- Auskultasi : denyut jantung 86x/menit, irama reguler

teratur

g) Ekstremitas :

(1) Ekstremitas Atas

- Inspeksi : kuku tampak bersih

- Palpasi : tidak ada pembengkakan Kekuatan otot 5/5

(2) Ekstremitas Bawah

- Inspeksi : tidak ada tampak pembengkakakn pada kedua

kaki pasien

- Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada edema

- Kekuatan otot 5/5


66

2. Diagnosa Keperawatan

a. Analisa Data

Tabel 4.1 Analisa Data

No Symtom Etiologi Problem

1. DS : klien mengatakan Remaja Defisit


tidak megetahui Pengetahuan
bahaya merokok
DO : Hasil kuesioner
didapatkan nilai :
1. perilaku merokok
responden :
2. pengetahuan tentang
merokok :
3. sikap :

2. DS : klien mengatakan Bersihan jalan


terkadang merasakan nafas tidak efektif
sesak dan batuk pada
malah hari
DO : terdengar bunyi
nafas ronchi
3. DS : klien mengatakan Koping individu
cepat terpengaruh tidak adekuat
dengan ajakan teman
merasa penasaran dan
ingin coba-coba.
DO : klien tampak
cepat terpengaruh
lingkungan
4. DS : klien mengatakan Resiko infeksi
sering merokok
dilingkungan rumah.
DO : tampak banyak
putung rokok
berserakan dihalaman
rumah
67

b. Rumusan Diagnosa

1) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan

informasi ditandai dengan klien mengatakan tidak megetahui

bahaya merokok. Hasil kuesioner :

2) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan

pernafasan ditandai dengan klien mengatakan terkadang

merasakan sesak dan batuk pada malah hari. Terdengar suara

nafas tambahan ronchi pada paru

3) Koping individu tidak adekuat berhubungan keinginan klien

mencoba merokok ditandai dengan klien mengatakan cepat

terpengaruh dengan ajakan teman merasa penasaran dan ingin

coba-coba. Klien tampak mudah terpengaruh

4) Resiko infeksi berhubungan dengan terpapar asap rokok ditandai

dengan klien mengatakan sering merokok dilingkungan rumah.

tampak banyak putung rokok berserakan dihalaman rumah


68

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Tabel 4.2 Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan/Kiteria hasil Intervensi Rasional


Keperawatan (NOC) (NIC)
1 Defisit NOC : a. Modifikasi a. agar lingkungan
Pengetahuan - Knowledge : disease lingkungan menjadi bebas dari
dan Informasi process bebas dari putung rokok
Kesehatan. - knowledge :health putung
behavior rokok

Kriteria hasil : b. Berikan b. untuk mengetahui


- klien menyatakan kuisoner tingkat
paham tentang bahaya terhadap pengetahuan
merokok bahaya terhadap bahaya
- klien mampu merokok merokok
menjelaskan apa yang
dijelaskan perawat c. Berikan c. untuk
konseling meningkatkan
kesehatan pengetahuan
pengertian tentang merokok
merokok

d. Jelaskan d. untuk
faktor- meningkatkan
faktor pengetahuan
penyebab tentang faktor
merokok penyebab rokok

e. Jelaskan e. untuk
dampak meningkatkan
merokok pengetahuan
dampak merokok

f. Jelaskan f. untuk
cara meningkatkan
menghentik pengetahuan cara
an merokok menghentikan
dan cara rokok
menghinda
rinya.
69

No Diagnosa Tujuan/Kiteria hasil Intervensi Rasional


Keperawatan (NOC) (NIC)
2. Ketidakefektifan NOC : 1. auskultasi 1. untuk
bersihan jalan - respiratory status : jalan nafas mengidentifikasi
nafas ventilation suara nafas
berhubungan - respiratory status : abnormal
dengan airway patency
lingkungan 2. atur posisi 2. untuk
merokok Kriteria hasil : semi fowler atau memberikan posisi
- fowler nyaman pasien
mendemonstrasikan
batuk efektif dan
suara nafas yang 3. ajarkan klien 3. untuk membantu
bersih batuk efektif mengeluarkan secret
- menunjukan jalan
nafas yang paten 4. ajarkan tehnik 4. untuk membuat
- mampu relaksasi nafas rileks
mengidentifikasi dan dalam
mencegah faktor
yang menghambat
jalan nafas

3. Ketidakefektifan NOC : NIC :


koping Sosial suport
berhubungan 1. bantu klien 1. untuk mengetahui
dengan hubungan Kriteria hasil : identifikasi dampak bahaya
sosial yang tidak 1. mengidentifikasi keuntungan pengaruh
adekuat pola koping yang kerugian dari lingkungan sekitar
efektif keadaan
2. mampu lingkungan
mengidentifikasi
strategi tentang 2. bantu klien 2. untuk membantu
koping identifikasi klien terhindar dari
strategi positif pengaruh sosial
untuk mengatur lingkungan sekitar
pola sosial yang
sehat

No Diagnosa Tujuan/Kiteria hasil Intervensi Rasional


70

Keperawatan (NOC) (NIC)


4. Resiko infeksi NOC : 1. kaji 1. untuk mengetahui
berhubungan - immune status lingkungan area ada atau tindak
dengan - knowledge : bebas merokok putung rokok
pertahanan tubuh infection control disekitar lingkungan
primer yang tidak - risk control klien
adekuat
Kriteria Hasil : 2. anjurkan 2. untuk
- klien bebas dari menjauhi meningkatkan pola
tanda bahaya infeksi lingkungan yang hidup sehat
- menunjukann memperluas
kemampuan untuk resiko infeksi
mencegah timbulnya
infeksi 3. ajarkan cara 3. untuk
menghindari memperkecil
infeksi terjadinya resiko
infeksi

4. Implementasi Keperawatan

Tabel 4.3 Implementasi Keperawatan

N TGL/JAM DX IMPLEMENTASI RESPON HASIL PARAF


o
1. 26/4/21 1 Mengkaji Klien kurang mengetahui
09.30 pengetahuan klien informasi tentang bahaya
tentang bahaya dari merokok. Hasil kuisioner
merokok pengetahuan klien dengan nilai 5
dari 10 yaitu pengetahuan
rendah dan sikap klien dengan
nilai 5 dari 10 yaitu sikap kurang
baik.
Melakukan Klien mau mendengarkan dan
konseling memperhatikan pada saat
kesehatan tentang diberikan konseling
bahaya merokok

2. 26/4/21 2 Mengkaji keluhan Klien mengatakan terkadang


09.40 pernafasan merasakan sesak dan batuk pada
malam hari terdengar suara nafas
tambahan
Mengatur posisi Klien merasa lebih nyaman
klien fowler
Mengajarkan klien Klien mampu mengikuti dan
cara batuk efektif memahami cara batuk efektif
71

yang benar
Mengajarkan Klien mampu mengikuti tehnik
tehnik relaksasi relaksasi nafas dalam dan
nafas dalam merasa lebih rileks
3 26/4/21 3 Membantu klien Klien mau mengidentifikasi
09.50 mengidentifikasi dampak bahaya pengaruh
keuntungan dan lingkungan sekitar
kerugian dari
keadaan
lingkungan
Membantu klien Klien akan mencoba
mengidentifikasi menghindari pengaruh sosial
strategi positif
untuk mengatur
pola sosial yang
sehat

4 26/4/21 4 Mengkaji Di lingkungan rumah masih


10.00 lingkungan bebas tampak banyak putung rokok
merokok yang berserakan
Menganjurkan Klien masih merokok disekitar
menjauhi rumah
lingkungan yang
memperluas resiko
infeksi
Mengajarkan cara Klien masih terbiasa merokok di
menghindari lingkungan rumah
infeksi
5 27/4/21 1 Menanyakan Klien tampak masih
09.30 kembali kebingungan
pengetahuan klien
tentang bahaya dari
merokok
Melakukan Klien mau berinteraksi dan
konseling mengajukan pertanyaan pada
kesehatan tentang saat diberikan konseling
bahaya merokok
6 27/4/21 2 Mengobservasi Masih terdengar suara tambahan
09.40 adanya suara ronchi
tambahan
Memantau Klien mampu
kemampuan klien mendemonstrasikan ulang cara
tentang batuk efektif yang benar
pemahaman batuk
efektif

7 27/4/21 3 Memantau Klien masih sering merokok


72

09.50 perkembangan bersama teman-teman


klien tentang
keuntungan dan
kerugian dari
keadaan
lingkungan

Membantu klien Klien masih belum mampu


mengidentifikasi mengontrol diri untuk
strategi positif mengurangi merokok
untuk mengatur
pola sosial yang
sehat
8 27/4/21 4 Memantau klien Klien masih belum bisa
10.00 untuk menghindari menghindari penyebaran infeksi
penyebaran infeksi dan masih merokok dirumah
9 28/4/21 1 Menanyakan Klien sudah memahami tentang
09.30 kembali bahaya merokok, pada saat
pengetahuan klien ditanya klien mampu menjawab
tentang bahaya dari
merokok
Memberikan Klien sudah mengetahui bahaya
konseling dari merokok namun belum
kesehatan tentang mampu mengurangi kebiasaan
merokok agar klien merokok
mampu
mengurangi
kebiasaan
merokok
10 28/4/21 2 Memantau adanya Tidak terdengar adanya suara
09.40 suara tambahan tambahan
Memantau Klien mampu melakukan batuk
kemampuan klien efektif secara mandiri
tentang batuk
efektif
11 28/4/21 3 Membantu klien Klien sudah mau mencoba
09.50 mengidentifikasi mengurangi kebiasaan merokok
keuntungan dan
kerugian dari
keadaan
lingkungan

Membantu klien Klien mengurangi kebiasaan


mengidentifikasi merokok dengan mengalihkan
strategi positif ke olahraga
untuk mengatur
pola sosial yang
73

sehat
12 28/4/21 4 Memantau klien Klien mampu mengurangi
10.00 untuk menghindari kebiasaan dirumah
penyebaran infeksi

13 29/4/21 1 Menanyakan Klien sudah memahami tentang


09.30 kembali bahaya merokok. Pada saat
pengetahuan klien ditanya klien mampu menjawab
tentang bahaya dari
merokok
Memberikan Klien sudah mengetahui bahaya
konseling dari merokok dan sudah mampu
kesehatan tentang mengurangi kebiasaan merokok
merokok agar klien
mampu
mengurangi
kebiasaan
merokok
14 29/4/21 2 Memantau adanya Tidak terdengar adanya suara
09.40 suara tambahan tambahan
Memantau Klien mampu melakukan batuk
kemampuan klien efektif secara mandiri
tentang batuk
efektif
15 29/4/21 3 Membantu klien Klien sudah mau mengurangi
09.50 mengidentifikasi kebiasaan merokok
keuntungan dan
kerugian dari
keadaan
lingkungan
Membantu klien Klien mengurangi kebiasaan
mengidentifikasi merokok dengan mengalihkan
strategi positif ke olahraga
untuk mengatur
pola sosial yang
sehat
16 29/4/21 4 Memantau klien Klien mampu mengurangi
untuk menghindari kebiasaan merokok dirumah
penyebaran infeksi
74

5. Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP

S: Pasien mengatakan sudah paham tentang pengertian merokok,

faktor-faktor penyebab merokok, dampak dari merokok, cara

menghentikan merokok dan cara menghindari

O: Pasien tampak paham tentang pengertian, pengertian merokok,

faktor-faktor penyebab merokok, dampak dari merokok, cara

menghentikan merokok dan cara menghindari.

A: Tujuan tercapai apabila respon pasien sesuai dengan tujuan dan

kriteria hasil yang telah ditentukan, tujuan belum tercapai apabila

respon pasien tidak sesuai dengan tujuan yang ditentukan.

P : Pertahankan kondisi pasien apabila tujuan tercapai , lanjutkan

perencanaan apabila terdapat tujuan yang belum mampu dicapai

oleh pasien (rohmah, 2016).

Tabel 4.4 Evaluasi Keperawatan

Hari/tanggal Diagnos Evaliasi Keperawatan paraf


a
29 April 2021 1 S:
- Klien sudah memahami
tentang bahaya merokok.
- Klien sudah mengetahui
bahaya dari merokok dan
sudah mampu
mengurangi kebiasaan
merokok
- O : Hasil kuisioner
menunjukan Hasil
kuisioner pengetahuan
klien dengan nilai 7 dari
10 yaitu pengetahuan
sedang dan sikap klien
dengan nilai 8 dari 10
75

yaitu sikap cukup baik.


A :Masalah teratasi
P :Intervensi dilanjutkan dengan
tetap mengontrol prilaku
merokok klien

29 April 2021 2 S:
- Klien mengatakan
mampu melakukan batuk
efektif dan relaksasi
nafas dalam secara
mandiri
O : tidak terdengar suara nafas
tambahan
A : masalah teratasi
P : intervensi dilanjutkan :
- Lakukan relaksasi nafas
dalam dan batuk efektif
apabila batuk dan sesak
timbul secara mandiri
29 April 2021 3 S:
- Klien mengatakan sudah
mau mengurangi
kebiasaan merokok
- Klien mengatakan
mengurangi kebiasaan
merokok dengan
mengalihkan ke olahraga
O : tidak tercium bau rokok
A : masalah teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
dengan keluarga

29 April 2021 4 S:
- Klien mengatakan
mampu mengurangi
kebiasaan merokok
dirumah
O : tampak tidak ada putung
rokok di sekitar rumah
A : masalah teratasi
P : Intervensi dilanjutkan dengan
keluarga
76
77

B. P embahasan

Pembahasan pada studi kasus ini akan membahas tentang

asuhan keperawatan remaja dengan masalah utama remaja yang

merokok dengan masalah utamanya kurang pengetahauan pada

remaja tentang bahaya merokok di wilayah kerja Puskesmas

Babakan Kota Mataram. Proses pengumpulan data studi kasus

dimulai dari pencarian data remaja yang merokok di Puskesmas

Babakan, kemudian menemui pasien, memperkenalkan diri dan

menjelaskan tujuan prosedur tindakan dan mengajukan informed

consent. Studi kasus dilakukan pada tanggal 25-29 April 2021. Studi

kasus hari dilakukan dengan kunjungan rumah sampai hari ke tiga

serta evaluasi dilakukan pada hari ke empat.

Setelah dilakukan penerapan asuhan keperawatan pada pasien

maka pada bagian pembahasan penulis akan menjabarkan adanya

keseuaian atau kesenjangan antara teori dan praktek yang didapatkan

pada saat studi kasus yang dimulai dari pengkajian, penentuan

diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi

keperawatan dan evaluasi keperawatan. Berikut penulis akan

mendeskripsikan hasil studi kasus secara narasi

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi


78

status kesehatan pasien. Pengkajian terdiri dari data subjektif dan

objektif menurut Lyeret al ( 1996, dalam Setiadi 2013).

Hasil yang didapatkan dari pengkajian meliputi biodata pasien,

riwayat kesehatan, pola kebiasaan sehari hari-pasien, pemeriksaan

fisik. Riwayat kesehatan terdahulu klien sudah merokok selama

kurang lebih 1 tahun. Proses pengkajian tidak mengalami

hambatan dan semua item dapat diperoleh dengan informasi yang

jelas karena klien cukup kooperatif.

2. Diagnosa Keperawatan

Hasil data yang diperoleh ditemukan 4 diagnosa dari kemungkinan

diagnosa yang muncul sesuai dengan tinjauan pustaka. Hal ini

menunjukan bahwa teori dan praktek sejalan. Diagnosa yang timbul

pada pasien diantaranya yaitu :

a. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan

informasi ditandai dengan klien mengatakan tidak megetahui

bahaya merokok. Hasil kuesioner : Hasil kuisioner pengetahuan

klien dengan nilai 5 dari 10 yaitu pengetahuan rendah dan sikap

klien dengan nilai 5 dari 10 yaitu sikap kurang baik.

b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan

pernafasan ditandai dengan klien mengatakan terkadang

merasakan sesak dan batuk pada malah hari. Terdengar suara

nafas tambahan ronchi pada paru

c. Koping individu tidak adekuat berhubungan keinginan klien

mencoba merokok ditandai dengan klien mengatakan cepat


79

terpengaruh dengan ajakan teman merasa penasaran dan ingin

coba-coba. Klien tampak mudah terpengaruh

d. Resiko infeksi berhubungan dengan terpapar asap rokok ditandai

dengan klien mengatakan sering merokok dilingkungan rumah.

tampak banyak putung rokok berserakan dihalaman rumah

Pada karya tulis ilmiah ini fokus diagnosa keperawatan yaitu defisit

pengetahuan.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Berdasarkan pada pengkajian dan diagnosis, rencana dibuat untuk

merubah atau menghilangkan masalah aktual atau potensial dan

intervensi keperawatan di implementasikan. Penulis menyusun

perencanaan yang akan diimplementasikan pada pasien sesuai dengan

masalah yang dirasakan pasien. Intervensi keperawatan pertama dengan

masalah defisit pengetahuan, penulis menyusun intervensi lakukan

pengkajian pengetahuan secara komprehensif, berikan kuisoner

terhadap bahaya merokok, berikan konseling kesehatan pengertian

merokok, jelaskan faktor-faktor penyebab merokok, jelaskan dampak

merokok, jelaskan cara menghentikan merokok dan cara

menghindarinya. Pada intervensi pertama tidak ada perbedaan antara

teori dan praktek karena semua intervensi di persiapkan untuk di

implementasikan.

Intervensi keperawatan dalam studi kasus kedua tentang ketidak

efektifan bersihan jalan nafas intervensi dilakukan untuk membantu

mengatasi bersihan jalan nafas menjadi paten. Intervensi yang


80

dilakukan auskultasi jalan nafas, atur posisi semi fowler atau fowler,

ajarkan klien batuk efektif, ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam secara

terus-menerus.

Intervensi yang ketiga yaitu untuk mengatasi masalah koping

individu tidak adekuat dengan menyusun intervensi bantu klien

identifikasi keuntungan kerugian dari keadaan lingkungan dan bantu

klien identifikasi strategi positif untuk mengatur pola sosial yang sehat.

Intervensi keempat yaitu untuk mengurangi terjadinya masalah resiko

infeksi dengan memyusun intervensi kaji lingkungan area bebas

merokok, anjurkan menjauhi lingkungan yang memperluas resiko

infeksi, ajarkan cara menghindari infeksi.

4. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan asuhan keperawatan disesuaikan dengan kondisi klien

dan situasi sarana yang tersedia pada saat praktek. Pada dignosa

pertama masalah terjadinya defisit pengetahuan karena klien kurang

terpapar informasi tentang bahaya merokok dan klien mengikuti

temannya untuk merokok. Sehingga penulis melakukan konseling

terhadap klien. Sebelum melakukan konseling, klien diberikan

kuisioner untuk mengukur tingkat pemahaman klien tentang bahaya

merokok. Konseling dilakukan selama 4 hari dengan durasi 10 menit

setiap pertemuan. Peningkatan pengetahuan diukur menggunakan

kuesioner.

Konseling dilakukan didampingi keluarga klien agar keluarga

dapat mengetahui bahaya dari merokok sehingga dapat mengontrol


81

prilaku klien. Tidak ada ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek

saat melakukan konseling.

Pada diagnosa kedua masalah bersihan jalan nafas tidak efektif

semua tindakan dapat dilakukan. Klien selalu menceritakan tentang

keluhan sesak dan batuk yang timbul biasanya pada malam hari. Klien

mampu mengatur posisi fowler, tehnik relaksasi nafas dalam dan batuk

efektif untuk membantu mengurangi sesak dan batuknya saat timbul.

Diagnosa ketiga dengan masalah koping individu tidak adekuat

dapat dilakuan dengan baik klien mampu mengalihkan kebiasaan

merokok dengan mengganti kebiasaan tersebut dengan melakukan

aktifitas olahraga.

Diagnosa keempat dengan masalah resiko infeksi dapat dilakukan

klien dengan tidak merokok di lingkungan sekitar rumah. Klien mampu

memahami bahaya dari penyebaran infeksi apabila terus merokok

dilingkungan sekitar rumah.

5. Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi merupakan tahap akhir untuk mengevaluasi

keberhasilan pemberian asuhan keperawatan. Pelaksanaan evaluasi

dilakukan dengan menggunakan metode SOAP dilakukan pada hari ke

empat setelah dilakukannya tindakan keperawatan selama 4 hari.

Diagnosa pertama tentang defisit pengetahuan didapatkan peningkatan

pengetahuan terjadi pada hari ke 4 hal ini dibuktikan dari hasil

kuesioner. Hasil kuisioner menunjukan Hasil kuisioner pengetahuan

klien dengan nilai 7 dari 10 yaitu pengetahuan sedang dan sikap klien
82

dengan nilai 8 dari 10 yaitu sikap cukup baik.

Diagnosa kedua dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan

nafas didapatkan bahwa klien sudah mampu mengatasi batuk dan sesak

pada saat timbul dimalam hari dengan mengatur posisi fowler dan

melakukan tehnik relaksasi nafas dalam dan batuk efektif. Tidak lagi

terdengar suara ronchi pada paru-paru klien.

Diagnosa ketiga adalah koping individu tidak adekuat dapat

teratasi karena klien mampu mengalihkan kebiasaan merokok dengan

melakukan aktifitas olahraga.

Diagnosa keempat yaitu masalah resiko infeksi didapatkan bahwa

selama dilakukan perawatan 4 hari masalah dapat teratasi hal ini

dibuktikan dengan klien sudah tidak merokok lagi disekitar lingkungan

rumahnya.

C. Keterbatasan

1. Keterbatasan waktu penulis melakukan observasi selama 24 jam

penuh.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan studi kasus tentang Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian

Konseling Bahaya Merokok Untuk Meningkatkan Pengetahuan Dan

Membentuk Sikap Positif pada Remaja Di Wilayah Kerja Puskesmas

Babakan yang telah dilakukan maka penulis dapat menarik kesimpulan yang

memuat intisari dari hasil pembahasan yang telah dijabarkan sebelumnya.

Sehingga kesimpulan yang muncul pada studi kasus ini adalah :

1. Tahap pengkajian dilakukan dengan tehnik wawancara dan observasi.

Hasil dari pengkajian didapatkan masalah defisit pengetahuan, ketidak

efektifan bersihan jalan nafas, koping individu tidak adekuat dan resiko

infeksi.

2. Tahap perumusan diagnosa didapatkan 4 diagnosa keperawatan sesuai

dengan masalah yang muncul yaitu defisit pengetahuan berhubungan

dengan kurang paparan informasi, bersihan jalan nafas tidak efektif

berhubungan dengan gangguan pernafasan, koping individu tidak

adekuat berhubungan keinginan klien mencoba merokok ditandai dengan

klien mengatakan cepat terpengaruh dengan ajakan teman merasa

penasaran dan ingin coba-coba. Klien tampak mudah terpengaruh, resiko

infeksi berhubungan dengan terpapar asap rokok. Fokus diagnosa pada

studi kasus ini adalah defisit pengetahuan berhubungan dengan

kurangnya paparan informasi.

83
84

3. Intervensi keperawatan dibuat untuk mengatasi masalah defisit

pengetahuan, ketidak efektifan bersihan jalan nafas, koping individu tidak

adekuat dan resiko infeksi dengan fokus intervensi dengan masalah defisit

pengetahuan yaitu pemberian konseling tentang bahaya merokok.

4. Implementasi keperawatan dilakukan selama 4 hari dengan kunjungan

rumah. Implementasi dengan fokus tindakan konseling dilakukan sebanyak

4 hari dengan durasi 10 menit setiap pertemuan.

5. Evaluasi keperawatan dilakukan pada hari keempat setelah semua tindakan

dilakukan didapatkan pemberian konseling dapat mengatasi masalah defisit

pengetahuan.

B. SARAN

1. Bagi Pasien dan keluarga

Hasil studi kasus ini sebaiknya dapat menambah ilmu dan kemampuan

klien dan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan tentang bahaya

merokok.

2. Bagi Puskesmas

Hasil studi kasus ini sebaiknya dapat dijadikan dan dibuatkan tindakan

konseling untuk remaja agar lebih mengetahui sejak dini tentang bahaya

merokok.

3. Bagi Institusi pendidikan

Buku saku tentang merokok sebaiknya disediakan media untuk menjadi

acuan penambahan ilmu tentang bahaya merokok.


85

DAFTAR PUSTAKA

AIPViKI, T .(2017). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Pendidikan


Diploma III Keperawatan Indonesia. Jakarta: AIPViKI

Arwani & Purnomo. (2013) Pengaruh Pendidikan Kesehatan Bahaya Merokok


Terhadap Perilaku Mengurangi Konsumsi Rokok Pada Remaja.

Balan, D. Widodo.D & Lastri. (2018). Hubungan Perilaku Merokok dengan


Konsep Diri pada Siswa SMAN 1 Mollo Selatan Kabupaten Timor Tengah
Selatan Propinsi Nusa Tenggara Timur. Nursing News. Vol 3

Dinas Kesehatan Provinsi Banten. (2017). Pengertian Merokok dan Akibatnya.


https://dinkes.bantenprov.go.id/

Gultom, D., 2017. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa Terhadap Bahaya
Merokok di Sekolah Harapan Baru Medan Johor. Medan: Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Medan.

Handoko,haris. 2016 . Pengaruh gambar motivasi lewat media line terhadap


motivasi berhenti merokok mahasiswa PSIK UMY. Skripsi

Hidayati, Indah R, Pujiana, Dewi, & Fadillah, Maya. (2019). Pengaruh


Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswa
Tentang Bahaya Merokok Kelas Xi Sma Yayasan Wanita Kereta Api
Palembang. Jurnal Kesehatan 12

Huda N, Amin (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis Nanda & NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction

Jaya, M., 2016. Pembunuh Berbahaya Itu Bernama Rokok.


Yogyakarta: Riz′ma

Kementrian Kesehatan RI. (2016). Masyarakat Hidup Sehat Indonesia Kuat.


https://promkes.kemkes.go.id/

Nessa, A., (2016). Analisis pelaksanaan program promosi kesehatan prilaku hidup
bersih dan sehat (phbs) berhenti merokok di wilayah kerja puskesmas pauh
padang tahun 2016.

Notoatmodjo, Sekidjo. (2013). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan . Jakarta :


Rineka Cipta

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika


86

Profil Kesehatan NTB (2018). Profil kesehatan nusa tenggara barat

Riset Kesehatan Dasar (2018)


Rohmah, Nikmatur & Saiful Walid. (2016). Proses Keperawatan: Teori dan
Aplikasi. Jogjakarta: AR-RUZZ Media

Rohmah, Siti A. (2018). Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. B Khususnya An.S


dalam Pemenuhan Oksigenasi dengan Gangguan Sistem Pernapasan
“Remaja Perokok” . KTI

Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan (Ed.2)


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Taylor, Cynthia M.(2016). Diagnosis Keperawatan : Dengan Rencana Asuhan,


Ed.10. Jakarta : EGC

Utami, Dian P. (2012). Masalah Mental Dan Emosional Pada Siswa Smp Kelas
Akselerasi Dan Reguler. Semarang. KTI

Wulandari, Ade.(2014) Karakteristik Pertumbuhan Perkembangan Remaja Dan


Implikasinya Terhadap Masalah Kesehatan Dan Keperawatannya.

World Health Organization (2016)

Yolanda S , Cinthya (2019). Asuhan Keperawatan Kepada Remaja


Lampiran 1

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

(PSP)

1. Kami adalah peneliti berasal dari Politeknik Kesehatan Mataram Jurusan

Keperawatan Program Studi Diploma III Keperawatan Mataram dengan ini

meminta anda untuk berpartisipasi dalam sukarela dalam penelitian yang

berjudul Asuhan Keperawatan Pada Remaja Yang Merokok Dengan

Pemberian Pendidikan Kesehatan Bahaya Rokok Untuk Meningkatkan

Pengetahuan Dan Membentuk Sikap Positif Di Wilayah Kerja Puskesmas

Babakan Tahun 2021.

2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah menggambarkan Asuhan

Keperawatan Pada Remaja Yang Merokok Dengan Pemberian Pendidikan

Kesehatan Bahaya Rokok Untuk Meningkatkan Pengetahuan Dan Membentuk

Sikap Positif Di Wilayah Kerja Puskesmas Babakan Tahun 2021, yang dapat

memberikan manfaat berupa meningkatkan pengetahuan remaja dalam

mengetahui bahaya merokok, menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan

bidang keperawatan dalam meningkatkan pengetahuan remaja dan

memperoleh pengetahuan dalam mengimplementasikan penjelasan tentang

bahaya merokok.

Penelitian ini akan berlangsung selama 3 x 24jam.

3. Prosedur pengambilan bahan data dengan wawancara terpimpin dengan

menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung kurang lebih 15-

20 menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak


perlu khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan

asuhan / pelayanan keperawatan.

4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian ini

adalah turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan / tindakan yang

diberikan.

5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan

akan tetap dirahasiakan.

6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,

seilahkan hubungi peneliti nomor HP : 081938257660

PENELITI

AGENG MIRAHAYU SUGIARTHA


Lampiran 2

INFORMED CONSENT

(persetujuan menjadi partisipan)

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah

mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang

akan dilakukan oleh AGENG MIRAHAYU SUGIARTHA dengan judul Asuhan

Keperawatan Pada Remaja Yang Merokok Dengan Pemberian Pendidikan

Kesehatan Bahaya Rokok Untuk Meningkatkan Pengetahuan Dan

Membentuk Sikap Positif Di Wilayah Kerja Puskesmas Babakan.

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini

secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan

mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa

sanksi apapun.

Mataram, Februari 2021

Saksi Yang memberilan persetujuan

________________ ________________

Mataram, Februari 2021

Peneliti

AGENG MIRAHAYU SUGIARTHA

Lampiran 3
FORMAT LAPORAN KASUS PRAKTIK KEPERAWATAN

PRODI DIII KEPERAWATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM

Nama Mahasiswa :
NIM :
Ruang :
No. Register :
Tanggal MRS : Jam:
Tanggal Pengkajian : Jam:

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : TN/NY/NN/AN.
Umur : Tahun/Bulan
Jenis Kelamin :
Suku/Bangsa :
Agama :
Status Marietal :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Bahasa yang digunakan :
Alamat :
Kiriman dari :
Cara Masuk :
Diagnosa Medis :
Alasan Dirawat :
B. IDENTITAS PENANGGUNGJAWAB
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Suku/Bangsa :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Bahasa yang digunakan :
Alamat :
Hubungan dengan Pasien :
C. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
1. Keluhan Utama:

2. Keluhan saat dikaji:

3. Riwayat Penyakit Sekarang:

4. Riwayat Penyakit Dahulu:

5. Riwayat Kesehatan Keluarga: (Buatkan Genogram jika ada


anggota keluarga memiliki riwayat penyakit keturunan dan atau
menular)

6. Keadaan Kesehatan Lingkungan:

7. Riwayat Kesehatan Lainnya : Alat bantu yang dipakai, alergi, dll

D. Riwayat Bio-psiko-sosial-spiritual
a. Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehat :
Sebelum
sakit: ....................................................................................................
..
Saat
sakit : .............................................................................................
........

b. Pola Nutrisi dan Metabolisme :


Sebelum
sakit: ......................................................................................................
Saat
sakit : .....................................................................................................

c. Pola Eliminasi:
Sebelum
sakit: ......................................................................................................
Saat
sakit : .....................................................................................................
d. Pola tidur dan Istirahat :
Sebelum
sakit: ......................................................................................................
Saat
sakit : .....................................................................................................
e. Pola Aktivitas dan latihan :
Sebelum
sakit: ......................................................................................................
Saat
sakit : .....................................................................................................
f. Pola Hubungan dan Peran :
Sebelum
sakit: ......................................................................................................
Saat
sakit : .....................................................................................................
.
g. Pola Sensori dan Kognitif :
Sebelum
sakit: ......................................................................................................
Saat
sakit : .....................................................................................................
.
h. Pola Persepsi Dan Konsep Diri :
Sebelum
sakit: ......................................................................................................
Saat
sakit : .....................................................................................................

i. Pola Seksual dan Reproduksi :


Sebelum
sakit: ......................................................................................................
Saat
sakit : .....................................................................................................
j. Pola mekanisme/Penanggulangan Stress dan koping :
Sebelum
sakit: ......................................................................................................
Saat
sakit : .....................................................................................................
.
k. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan :
Sebelum
sakit: .....................................................................................................
Saat
sakit : .....................................................................................................

E. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum : GCS: E V M
2. Tanda-tanda vital Kesadaran:
Tekanan darah : mmHg
0
Suhu : C Antropometri:

Nadi : X/menit. TB: cm


Respirasi : X/menit BB: Kg
IMT: LILA : cm
3. Body Systems (Untuk Gadar)
a. Pernafasan (B 1 : Breathing):

b. Cardiovascular (B 2 : Bleeding) :

c. Persyarafan (B 3 : Brain) :

d. Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder) :

e. Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel) :

f. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone) :

g. Sistem Endokrin :

4. Pemeriksaan Fisik (dari kepala s.d kaki) :


KEPALA;
Mata :...............................................................................................
..
Hidung :...............................................................................................
..
Mulut :...............................................................................................
..
Telinga :...............................................................................................
..
Rambut :...............................................................................................
..

WAJAH:
LEHER :

DADA :

PERUT :

INTEGUMEN dan EKSTREMITAS :

GENETALIA :

F. DIAGNOSTIC TEST/PEMERIKSAAN PENUNJANG (tgl/bln/thn)


1. Laboratoriun :

2. Rontgen :

3. USG :

4. ECG :

5. CT-SCAN
G. TERAPI (tgl/bln/thn): ................................................................................
...
No Nama Obat Dosis Rute Kegunaan Obat
H. DIET

Tanda Tangan Mahasiswa

( )
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : No. RM :
Umur : Ruangan :

A. ANALISA DATA

N DATA PENUNJANG
ETIOLOGI PROBLEM
O (SYMPTOM)
S :

O:

S :

O:

B. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.

2.
III. INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : No. RM :


Umur : Ruangan :

A. Prioritas Masalah
1.
2.

B. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO HARI DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


/TGL KEP
JAM
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ...x24
jam diharapkan.......,
dengan kriteria hasil:
1.
2.
3.

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Nama Pasien : No. RM :
Umur : Ruangan :

HARI/ JAM D TINDAKAN KEPERAWATAN RESPON HASIL PARAF


TGL X
V. EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : No. RM :


Umur : Ruangan :

TANGGAL JAM DX EVALUASI PARAF


S :

O:

A:

P:

I:

Mahasiswa

(____________________________)
Lampiran 5

SOP KONSELING REMAJA MEROKOK

N TAHAP KEGIATAN YANG DILAKUKAN


O
1. Membangun Hubungan 1. Tunjukkan sikap empati
(sejak awal pertemuan
sampai menutup pertemuan)
2. Ucapkan salam dan perkenalkan diri
3. Tanyakan identitas remaja perokok
4. Beri situasi yang nyaman bagi remaja
perokok dan atau keluarga (misalnya:
menawarkan pada remaja perokok ingin
sendiri atau ditemani, mempersilakan
duduk dengan nyaman dan santai/
tenang,dll)
5. Tunjukkan kemampuan menjaga
rahasia remaja perokok
6. Membuat remaja perokok merasa
seperti berbicara pada temanya sendiri.
7. Jelaskan bahwa kegiatan ini tidak
mengekang, sehingga remaja
merasa lebih bebas saat
mengexpresikan perilakunya.
2. Identifikasi dan Penilaian 1. Bantu remaja perokok untuk
Masalah mengidentifikasi masalah yang
dialami (bantu mengidentifikasi
masalah: “Selama saudara
merokok, pernah merasa ingin
berhenti merokok? kalau tidak
kenapa? apabila iya apakah ada
halangan untuk saudara berhenti
merokok?”), karena remaja
kebanyakn belum mengetahui
apabila merokok itu adalah masalah
untuk perkembangan remaja.
2. Menyambut (sikap, kalimat
pembuka: ”bolehka saya untuk
membantu menyelesaikan
masalahn yang dialami saudara?”
tidak dianjurkan “Ada masalah
apa?”)
3. Membahas dam mengidentifikasi
masalah lebih mendalam sesuai
yang dialami oleh klien (konseling
tidak bisa instant, perhatikan, dan
arahkan klien bila sulit
memformulasikan apa yang ingin
diungkapkan)
4. Memberikan Informasi mengenai
rokok untuk keuntungan dan
kerugian serta dampak bagi remaja,
tidak dianjurkan membuat
pernyataan seakan akan rokok itu
salah, namun memberikan gambaran
dampak yang diterima dengan
manfaat yang diterima lebih banyak
yang mana sehingga remaja merokok
memiliki pegangan saat memilih
alternatif penyelesaian.

3. Memfasilitasi Perubahan 1. Membantu menetapkan pilihan


Terapeutis (tidak dianjurkan segera memberi
nasihat, bila remaja perokok
sangat tegang, bantu dengan
mengajukan alternatif pilihan).
2. Mengingkatkan hal-hal penting.
(seperti resiko memilih pilihan
yang telah dipilih dan tujuannya)

4. Evaluasi dan terminasi 1. Melakukan penilaian terhadap


efektifitas konseling (misalnya
dengan menanyakan kepada klien
tentang langkah-langkah yang
ditetapkan untuk menyelesaikan
masalahnya)
2. Membuat kesimpulan
- Dapat dilakukan oleh kedua belah pihak
(misalnya, “jadi kesimpulannya…”)
- Menetapkan langkah selanjutnya
berdasarkan simpulan yang telah
disepakati (melanjutkan konseling, atau
sementara dapat berdiri sendiri, atau
dirujuk ke yang lebih ahli)
3. Mengakhiri konseling atas
persetujuan klien
Lampiran 6
KUISIONER

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Usia :
Kelas :
Nama Sekolah :
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan (lingkari
jawabanmu)

B. PERILAKU MEROKOK RESPONDEN


Lingkari jawaban yang kamu pilih.

1. 1. Pada usia berapa kamu pertama kali merokok? ............... tahun

2. Apa alasan kamu merokok?


a. Orang tua dan saudara kandung
b. Pengaruh teman
c. Pengaruh media massa seperti film,baliho, iklan rokok
d. Pengaruh media sosial seperti facebook,twiter
Lain-lain, sebutkan .....
3. Seberapa sering kamu mengkonsumsi rokok?
a. Beberapa kali dalam sehari
b. Beberapakali dalam seminggu, terutama saat weekend
c. Kapan pun saat sedang berkumpul dengan teman-teman yang
merokok
d. Lainnya......
4. Berapa jumlah rata-rata rokok yang kamu hisap dalam sehari?
a. 1-5 batang
b. 6-10 batang
c. 11-15 batang
d. 15-20 batang
e. Lebih dari 20 batang
5. Apakah kamu pernah mencoba berhenti merokok?
a. ya
b. tidak
jika ya, kali kamu pernah mencoba berhenti merokok sebelumnya?

a) 1 kali-2kali

b) 3 kali-5kali

b) lebihdari5kali
C. KUISIONER SIKAP POSITIF MEROKOK
1. Apakah anda ingin berhenti merokok?
Tidak 0
Ya 1
2. Nilai bagaimana ketertarikan anda untuk berhenti merokokdari 0 sampai
Sama sekali tidak 0
Sedikit 1
Cukup 2
Sangat tertarik 3
3. Apakah anda akan mencoba untuk berhenti merokok?
Tidak akan 0
Mungkin tidak akan 1
Mungkin aku akan 2
Aku akan 3
4. Berapa besar kemungkinan anda untuk menjalin seorang non-perokok
dalam enam bulan?
Pasti aku tidak akan 0
Mungkin aku tidak akan 1
Mungkin aku akan 2
Pasti aku akan 3

Keterangan :
Dari hasil perhitungan jawaban akan diskor dengan penggolongan skor 0-
6 sikap kurang baik, skor 7-9 sikap cukup baik dan skor 10 sikap sangat
baik. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert dengan data
ordinal.

D. PENGETAHUAN MEROKOK

1. Menurut kamu, apakah rokok berbahaya bagi kesehatan?


a. Ya 2
b. Tidak 0
2. Berbahaya bagi kesehatan siapa?
a. Perokok itu sendiri 0
b. Orang di sekitar perokok tersebut 1
c. Perokok dan orang di sekitar perokok 2
3. Menurut kamu, seberapa besar risiko/akibat buruk yang ditimbulkan
rokok pada orang di sekitar perokok?
a. Lebih kecil risikonya dari perokok 0
b. Sama risikonya dengan perokok 1
c. Lebih besar risikonya dari perokok 2
4. Orang yang tidak merokok tapi karena dia sering berada di dekat orang
yang sedang merokok dan ikut menghirup asap rokok tersebut disebut?
a. Perokok aktif 0
b. Perokok pasif 2
5. Menurut kamu, bahaya kesehatan apa yang dapat ditimbulkan oleh
rokok? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Gangguan pernafasan 2
b. Pikun 0
c. Gangguan jiwa 0

Keterangan :
Dari hasil perhitungan jawaban akan diskor dengan penggolongan skor 0-5
pengetahuan rendah, skor 6-9 pengetahuan sedang dan skor 10 pengetahuan
tinggi. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert dengan data
ordinal.

Sumber : Handoko Haris 2016


DOKUMENTASI PENELITIAN KTI

Anda mungkin juga menyukai