OLEH :
NRP:2309100040
I. Limbah Biomassa
secara terbaharukan. Limbah biomasa didefinisikan sebagai hasil residu dari proses-
proses produksi yang sudah tidak terpakai tetapi masih mengandung bahan-bahan
organik. Limbah ini banyak dihasilkan pada kegiatan pertanian, perkebunan dan
kehutanan, diantaranya adalah jerami padi, serbuk gergajian kayu, bagas (ampas tebu
pada industri gula), tongkol jagung, tandan kosong kelapa sawit (TKKS), kulit kacang
kedelai, sekam padi, limbah tahu, serabut dan cangkang kelapa sawit, serta alang-
alang.
sampai terurai kembali ke lingkungan, ada yang langsung dibakar, ada pula yang
sudah dimanfaatkan tetapi masih belum maksimal. Padahal banyak sekali kegunaan
yang bisa diperoleh dari limbah biomasa ini yang pada akhirnya berpeluang
terciptanya lapangan-lapangan pekerjaan dan industri baru yang lebih mapan karena
didukung oleh bahan baku yang melimpah dan murah (zero cost) seperti limbah
biomasa tersebut.
limbah bagas yang dihasilkan pada produksi gula dari tebu mencapai 86-90% berat
tebu setiap kali produksi. Oleh karena itu tidak mengherankan jika terdapat berton-ton
onggokan bagas di pabrik-pabrik gula. Demikian pula dengan jerami padi, merupakan
salah satu limbah pertanian yang cukup besar jumlahnya. Produksi jerami padi
bervariasi tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang digunakan, tetapi
setidaknya mencapai 12-15 ton perhektar setiap kali panen atau sekitar 4-5 ton bobot
kering. Belum lagi tongkol jagung, TKKS, kulit kacang kedelai, dan alang-alang yang
tersebut dapat dimanfaatkan untuk produksi pupuk, panel papan partikel, briket, dan
industri otomotif. Saat ini sudah terdapat industri papan partikel yang memanfaatkan
serbuk gergajian kayu, dan industri kampas rem yang memanfaatkan bagas.
Dengan teknologi yang lebih modern, bahan kimia yang terkandung di dalam
langsung ataupun tidak langsung dapat digunakan oleh industri kimia seperti produksi
secara biologis) pada industri pulp dan kertas. Kandungan bahan kimia di dalam
ethanol untuk mensubstitusi penggunaan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi
semakin meningkat. Hal ini dikarenakan dua hal, pertama karena ketersediaan minyak
bumi sebagai bahan bakar tak terbaharui semakin menipis dan semakin mahal,
sehingga perlu dicarikan solusi bahan bakar lain yang renewable (dapat diperbaharui).
Kedua, campuran bensin dan etanol 10 % ternyata mampu menurunkan emisi karbon
dioksida dan hidrokarbon yang lebih efektif dibandingkan dengan premuim dan
II. Bioetanol
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil
fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen
lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton.
Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk
menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya. Respirasi
anaerobik dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang tidak memiliki akseptor
elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk fermentasi.
Reaksi
Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang
digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang
merupakan gula paling sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol
(2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi
makanan.
Dijabarkan sebagai
Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) → Alkohol (etanol) + Karbon dioksida +
Energi (ATP)
Jalur biokimia yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung jenis gula yang
terlibat, tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang merupakan bagian dari
tahap awal respirasi aerobik pada sebagian besar organisme. Jalur terakhir akan
bervariasi tergantung produk akhir yang dihasilkan.
2.3.1. Fermentasi dengan Bahan Baku Gula (Molasses) dan Pati.
2.3.2 Fermentasi dengan bahan baku Lignoselulosa
Lignoselulosa mengandung tiga komponen penyusun utama, yaitu selulosa
(30-50%-berat), hemiselulosa (15-35%-berat), dan lignin (13-30%-berat). (Majari
magazine.com). Salah satu BBN yang dapat dihasilkan dari lignoselulosa adalah
bioetanol generasi kedua. Bioetanol generasi kedua adalah bioetanol yang bukan
dibuat dari gula (tebu, molases) atau pati-patian (jagung, singkong, dll). Bahan-bahan
tersebut adalah bahan pangan atau pakan.termasuk sumber pangan manusia.
Proses konversi lignoselulosa menjadi bioetanol terjadi melalui tiga tahap
dasar, yaitu:
1. Pengolahan awal atau delignifikasi, agar selulosa dapat dicapai oleh enzim selulase
dan air,
2. Hidrolisis dengan enzim khusus, dan
3. Fermentasi menjadi etanol
Selulosa dapat dihidrolisis menjadi glukosa dengan bantuan enzim selulase atau,
tetapi umumnya tak dipilih, dengan bantuan asam. Hemiselulosa dapat dihidrolisis
menjadi pentosa (terutama xilosa) dan heksosa (minor) dengan bantuan asam encer
atau enzim hemiselulase.
Glukosa dan heksosa lain dapat difermentasi menjadi etanol oleh ragi Saccharomyces
cerevisiae dengan reaksi :
C6H12O6 –>2 C2H5OH + 2 CO2
Xilosa dan pentosa lain dapat difermentasi menjadi etanol oleh ragi yang sesuai
(seperti Pichia stipitis) dengan mekanisme reaksi :
3 C5H10O5 –> 5 C2H5OH + 5 CO2
atau dikonversi menjadi produk lain (xilitol, furfural, dan lain-lain).
Skema lain pemanfaatan bahan lignoselulosa untuk memproduksi bioetanol
Sumber :
http://www.ristek.go.id/makalah-menteri
http://www.thealchemistsite.com