Pembuatan Pulp Dari Alang Alang Feb6d371
Pembuatan Pulp Dari Alang Alang Feb6d371
ABSTRAK
Alang-alang merupakan tanaman gulma yang jumlahnya cukup besar di Indonesia. Hingga saat ini
pemanfaatan dalam jumlah yang besar terhadap alang-alang di Indonesia belum ada. Alang-alang mempunyai
kandungan selulosa yang cukup tinggi. Pada penelitian pendahuluan terhadap bahan baku alang-alang
mengandung kadar alfa selulosa sekitar 41,7% dan mempunyai bilangan Kappa sebesar 37,1886. Maka alang-
alang bisa dijadikan sebagai bahan dari pulp untuk pembuatan kertas.
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh waktu hidrolisis, pengaruh suhu pemasakan dan
pengaruh penambahan larutan pemasakan dengan beda konsentrasi dalam pembuatan pulp kertas dengan
menggunakan proses asetosolv terhadap kadar alfa selulosa dan bilangan Kappa berdasarkan acuan terhadap
pulp yang digunakan sebagai bahan kertas. Mula-mula, pada penelitian ini dibuat pulp dari alang-alang dengan
proses asetosolv. Pulp alang-alang yang telah dibuat tersebut kemudian diuji nilai KAS untuk menentukan kadar
alfa selulosa dan uji bilangan Kappa untuk menentukan jumlah ligninnya, dan juga dihitung nilai yield.
Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan kondisi terbaik untuk pemasakan pulp alang-alang
dengan proses asetosolv, yaitu dengan kadar asam asetat 90% dan pada suhu proses 100ºC, dengan waktu
proses 1 jam, menghasilkan pulp dengan kadar alfa selulosa 84,6%, yield 62,8%, dan bilangan Kappa sebesar
23,6628.
Selulosa
Selulosa (C6H10O5)n adalah polimer
berantai panjang polisakarida karbohidrat, dari
beta-glukosa. Selulosa merupakan komponen
utama dalam pembuatan kertas. Selulosa adalah
senyawa organik penyusun utama dinding sel
dari tumbuhan. Adapun sifat dari selulosa
adalah berbentuk senyawa berserat, mempunyai
tegangan tarik yang tinggi, tidak larut dalam air
dan pelarut organik.
12
Wibisono: PEMBUATAN PULP DARI ALANG-ALANG
jenis serat, mudah larut dalam alkali, dan tanpa adanya proses pembakaran bahan bekas
mudah terhidrolisis oleh asam mineral menjadi pemasak. Tidak seperti proses pemasakan pulp
gula dan senyawa lain. Hemiselulosa lebih dengan metode kraft, yang limbah larutan
mudah larut daripada selulosa, dan dapat pemasaknya atau black liquor harus
diisolasi dari kayu dengan ekstraksi. dimasukkan ke dalam furnis yang panas, dan
bertekanan tinggi untuk mendapatkan sisa
larutan pemasak yang mengandung senyawa
sulfur dalam bentuk abu, yang kemudian abu
ini harus dicampur dengan lime atau CaO untuk
menghilangkan bahan kimia asal seperti NaOH,
Na2S, dan Na2CO3 membentuk green liquor.
Lime ditambahkan lagi dalam green liquor
untuk mengubah sodium karbonat menjadi
sodium hidroksida agar menjadi white liquor
dan baru bisa dipake menjadi larutan pemasak
lagi pada pulp[17].
Gambar 3. Senyawa Hemiselulosa[14]
Proses asetosolv lebih menguntungkan
karena tidak perlu menggunakan dapur untuk
Proses Asetosolv
Proses pemisahan serat dengan pembakaran daur ulang black liquor, karena
menggunakan bahan kimia organik seperti hanya dengan pemisahan secara distilasi saja
misalnya: metanol, etanol, aseton, asam asetat, sudah bisa, tidak terlalu memakan biaya untuk
dan lain-lain dinamakan dengan proses bahan bakar pada pembakaran di dapur.
organosolv. Proses ini telah terbukti Dari penelitian dengan penggunaan
memberikan dampak yang baik bagi lingkungan proses asetosolv, telah dilakukan pembuatan
dan sangat efisien dalam pemanfaatan sumber pulp berbahan ampas tebu dan enceng gondok
daya hutan. yang didapatkan nilai KAS untuk ampas tebu
Dengan menggunakan proses organosolv sebesar 83,93% dan nilai KAS untuk eceng
diharapkan permasalahan lingkungan yang gondok 75,2%[11]. Nilai KAS yang diperoleh
dihadapi oleh industri pulp dan kertas akan dari proses acetosolv untuk pemasakan eceng
dapat diatasi. Proses organosolv memberikan gondok dan ampas tebu masih lebih rendah jika
beberapa keuntungan, yaitu rendemen pulp dibandingkan nilai KAS dari pulp yang
yang dihasilkan tinggi, daur ulang lindi hitam dipersyaratkan oleh pabrik kertas yaitu sebesar
dapat dilakukan dengan mudah, tidak 86%. Perbandingan antara data yang digunakan
menggunakan unsur sulfur sehingga lebih aman pada enceng gondok terhadap ampas tebu
terhadap lingkungan, dapat menghasilkan by- disajikan pada Tabel 1.
products (hasil sampingan) berupa lignin dan
Tabel 1. Perbandingan Antara Data yang Digunakan
hemiselulosa dengan tingkat kemurnian tinggi. pada Enceng Gondok terhadap Ampas Tebu[11]
Ini secara ekonomis dapat mengurangi biaya Variabel Enceng Ampas tebu
produksi, dan dapat dioperasikan secara Gondok
ekonomis pada kapasitas terpasang yang relatif Suhu yang 180°C 60-110°C
kecil yaitu sekitar 200 ton pulp per hari[6]. digunakan
Penggunaan asam asetat sebagai pelarut Tekanan yang Tekanan yang Tekanan yang
organik disebut dengan proses asetosolv. dipakai terjadi pada terjadi pada
Kekuatan tarik pulp asetosolv setara dengan saat suhu saat suhu
kekuatan tarik pulp kraft. Proses asetosolv tersebut tersebut
dalam pengolahan pulp memiliki beberapa Konsentrasi Dipakai dengan Dipakai dengan
keunggulan, antara lain: bebas senyawa sulfur, asam asetat kisaran kisaran 60, 80,
sebagai larutan 50-90% 100 %
daur ulang limbah dapat dilakukan hanya
pemasak
dengan metode penguapan dengan tingkat Waktu 120 menit 30-90 menit
kemurnian yang cukup tinggi, yaitu dengan pemasakan
distilasi saja daur ulang pemakaian asam asetat Pemakaian Katalis HCl Katalis HCl
sebagai bahan pemasaknya, dan nilai hasil daur Katalis 0,5% 0,5-3%
ulangnya jauh lebih mahal dibanding dengan Kadar alfa 64% 47,7%
hasil daur ulang limbah kraft. Keuntungan lain selulosa
dari proses asetosolv adalah bahwa bahan Kadar lignin 8% 19,6%
pemasak yang digunakan dapat diambil kembali
13
WIDYA TEKNIK Vol. 10, No. 1, 2011 (11-20)
14
Wibisono: PEMBUATAN PULP DARI ALANG-ALANG
komersial yang biasa dipakai oleh pabrik kertas Ukuran partikel bahan baku alang-alang dibuat
pada umumnya. seragam sekitar 80 mesh. Partikel terlebih
dahulu dikecilkan lalu dimaksudkan agar
Rangkaian Alat Penelitian selama pemasakan area dari partikel dapat
Rangkaian alat yang digunakan dalam terkontak semua dengan larutan pemasak,
penelitian ini disajikan pada Gambar 1. sehingga proses pemasakan berlangsung lebih
baik. Akan tetapi, partikel tidak bisa dikecilkan
lagi sebab ketika partikel menjadi sangat kecil,
kandungan dari alfa selulosa akan rusak[17].
Volume asam asetat yang digunakan
pada penelitian kali ini mempunyai
perbandingan 10:1 dari massa/berat alang-
alang yang dimasak. Volume yang digunakan
tidak lebih kecil daripada perbandingan 10:1
karena dari penelitian pendahuluan, jika
semakin kecil volume asam asetat yang
digunakan, luas kontak permukaan dengan
bahan baku akan lebih kecil, serta adanya bahan
baku yang menumpuk di bagian bawah labu
leher tiga. Pada penelitian ini digunakan
pengadukan dengan kecepatan 150 rpm. Proses
ini perlu pengadukan agar bahan baku tidak
menumpuk di bagian bawah serta bahan baku
Gambar 4. Rangkaian Alat Pemasak Alang-Alang
dapat terkontak secara baik dengan larutan
pemasak. Kecepatan pengadukan tidak
Produk yang dihasilkan berupa pulp dilakukan melebihi 150 rpm karena akan
alang-alang yang dipisahkan terlebih dahulu menimbulkan vorteks yang menyebabkan
dari larutan pemasaknya, lalu dimasukkan ke sebagian alang-alang menempel di dinding
dalam oven, setelah kering terhadap pulp labu leher tiga.
dilakukan pengukuran kadar alfa selulosa,
lignin, dan yield pulp. Analisis variabel yang Pengaruh Konsentrasi Larutan Asam Asetat
dipakai terhadap proses pemasakan produk pulp (CH3COOH) Terhadap Jumlah Kadar Alfa
antara lain: ukuran bahan baku, volume larutan, Selulosa Yang Dihasilkan
kecepatan pengadukan, konsentrasi larutan Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa
pemasak, suhu, dan waktu. semakin meningkatnya konsentrasi asam asetat
yang digunakan sebagai larutan pemasak akan
HASIL PENELITIAN DAN mempengaruhi kadar alfa selulosa yang didapat.
PEMBAHASAN Semakin besar konsentrasi larutan asam asetat
akan memberikan kadar alfa selulosa yang lebih
Analisis Bahan Baku besar. Hal tersebut terlihat pada Gambar 5,
Pembuatan pulp dilakukan dengan bahwa pada konsentrasi asam asetat 90%
berbagai variasi waktu hidrolisis, suhu memiliki titik maksimum kadar alfa selulosa
hidrolisis dan konsentrasi larutan asam asetat yang lebih tinggi daripada konsentrasi asam
yang dipakai. Analisis yang dilakukan terhadap asetat 75% dan 60% yaitu sebesar 84,6% pada
pulp meliputi kadar alfa selulosa (KAS) dan waktu pemasakan 60 menit dengan suhu 100°C.
bilangan Kappa (untuk mengukur kadar lignin) Begitu juga dengan konsentrasi asam asetat
serta yield pulp hasil dari hidrolisis. Pada 75% pada waktu pemasakan 90 menit pada
proses pemasakan bahan baku, dilakukan suhu 100°C memiliki titik maksimum kadar
penambahan katalis HCl 1%. Penambahan alfa selulosa sebesar 74,3% yang lebih tinggi
katalis berupa HCl 1% dilakukan untuk daripada titik maksimum konsentrasi asam
mempercepat reaksi serta membuat konversi asetat 60% pada waktu 90 menit suhu 100°C
reaksi berlangsung lebih baik. Katalis yang yang hanya menghasilkan kadar alfa selulosa
digunakan sebesar 1% dari jumlah volume sebesar 65.2%. Hal ini disebabkan karena
larutan pemasak yang digunakan. Penambahan dengan semakin tingginya konsentrasi asam
katalis tidak dilakukan melebihi sebesar 1% asetat yang digunakan, menyebabkan lebih
karena akan menimbulkan korosi sebab larutan banyak asam asetat yang dapat mengikat lignin.
katalis yang digunakan bersifat asam kuat[17].
15
WIDYA TEKNIK Vol. 10, No. 1, 2011 (11-20)
100
60
40
16
Wibisono: PEMBUATAN PULP DARI ALANG-ALANG
90 100
70
70
60
60
50
Konsentrasi asam asetat 60% 50
Konsentrasi asam asetat 75%
Konsentrasi asam asetat 90%
40
40 0 20 40 60 80 100 120 140 160
0 20 40 60 80 100 120 140 160
waktu ( menit )
waktu ( menit ) Gambar 8. Hubungan Antara Waktu Terhadap Yield
Gambar 7. Hubungan Antara Waktu Terhadap Pulp Untuk Berbagai Suhu Pemasakan Pada
Yield Pulp Untuk Berbagai Konsentrasi Asam Asetat Konsentrasi Asam Asetat 90%
Pada Suhu 100°C
Hal ini disebabkan karena lignin yang
Hal ini dikarenakan pada konsentrasi terdapat pada alang-alang dapat dihidrolisis
asam asetat yang lebih besar, dengan melihat dengan baik karena proses berlangsung pada
persamaan reaksi pemasakan, mengakibatkan sistem endotermis, di mana pada sistem
mol asam asetat yang bereaksi dengan lignin endotermis semakin banyak panas yang
menjadi semakin besar sehingga lignin yang diterima semakin baik hasil reaksi yang didapat.
dapat didegradasi menjadi lebih banyak. Dengan lignin yang semakin banyak
Dengan lignin yang semakin banyak didegradasi menyebabkan sisa hasil reaksi
didegradasi menyebabkan sisa hasil reaksi menjadi lebih kecil. Hasil reaksi yang semakin
menjadi lebih kecil. Hasil reaksi yang semakin kecil mengakibatkan yield pulp yang
kecil mengakibatkan yield pulp yang didapatkan menjadi lebih rendah. Pengurangan
didapatkan menjadi lebih rendah. yield pulp juga dipengaruhi oleh alfa selulosa
Penurunan yield pulp juga dipengaruhi yang rusak, semakin banyak alfa selulosa yang
oleh alfa selulosa yang rusak, semakin banyak mengalami kerusakan pada rantai polimerisasi,
alfa selulosa yang mengalami kerusakan pada akan menyebabkan hasil sisa reaksi yang lebih
rantai polimerisasi maka menyebabkan hasil kecil pula[20].
sisa pemasakan lebih kecil pula[16].
17
WIDYA TEKNIK Vol. 10, No. 1, 2011 (11-20)
Pengaruh Konsentrasi Larutan Asam Asetat semakin meningkat. Sehingga lignin yang
Terhadap Bilangan Kappa Yang Dihasilkan tersisa di dalam pulp semakin kecil.
Dalam penelitian ini, bilangan Kappa
menunjukkan seberapa banyak lignin yang Pengaruh Suhu Pemasakan Terhadap
masih terdapat dalam pulp, jika bilangan Kappa Bilangan Kappa Yang Dihasilkan
tinggi, maka kadar lignin dari pulp juga tinggi, Hubungan antara waktu terhadap
dan jika bilangan Kappa menurun, maka kadar bilangan Kappa untuk berbagai suhu
lignin dalam pulp juga menurun, hal ini pemasakan disajikan pada Gambar 10.
disebabkan oleh penggunaan larutan asam Dalam penelitian ini, bilangan Kappa
asetat dalam pemasakan. Dari hasil penelitian menunjukkan banyaknya lignin dalam pulp.
dapat dilihat bahwa bilangan Kappa akan Dari hasil penelitian pada Gambar 10, terlihat
mengalami penurunan seiring dengan bahwa semakin tinggi suhu yang digunakan
meningkatnya persentase konsentrasi asam untuk pemasakan menggunakan asam asetat
asetat dan lamanya waktu hidrolisis yang dapat 90% menghasilkan hidrolisis lignin yang lebih
dilihat pada Gambar 9. baik. Pada Gambar 10 juga terlihat bahwa suhu
cukup berperan dalam reaksi hidrolisis lignin,
40 misal pada suhu 70°C hasil degradasi lignin
lebih rendah daripada yang bersuhu 85°C
35 ataupun 100°C. Begitu juga dengan yang
bersuhu 85°C hasil degradasi lignin lebih
Kappa numbers
25 40
20 35
15 30
Konsentrasi asam asetat 75%
Konsentrasi asam asetat 90%
10 25
0 20 40 60 80 100 120 140 160
waktu ( menit ) 20
Gambar 9. Hubungan Antara Waktu Terhadap Suhu pemasakan 70°C
Bilangan Kappa Untuk Berbagai Konsentrasi Asam 15 Suhu pemasakan 85°C
Asetat Pada Suhu 100°C Suhu pemasakan 100°C
10
Hal ini disebabkan karena semakin tinggi 0 20 40 60 80 100 120 140 160
18
Wibisono: PEMBUATAN PULP DARI ALANG-ALANG
Perbandingan Antara Pulp Dari Alang- terkandung dalam pulp menyebabkan kertas
alang, Ampas Tebu dan Eceng Gondok yang dihasilkan menjadi lebih gelap. Jika
Dengan Pulp Yang Dipersyaratkan Oleh ditinjau dari jumlah produk pulp yang
Pabrik Kertas dihasilkan, pemasakan dengan menggunakan
Pada penelitian yang telah dilakukan, bahan baku ampas tebu, memiliki yield pulp
asam asetat dengan konsentrasi 90% dan pada yang lebih tinggi dari yield pulp alang-alang,
suhu pemasakan 100°C selama 60 menit, sehingga yield pulp yang dihasilkan menjadi
memberikan pulp dengan kadar alfa selulosa lebih tinggi.
sebesar 84,6% dan lignin sebesar 23,6628. Jika
dibandingkan dengan pulp yang dipersyaratkan KESIMPULAN
oleh pabrik kertas yang mengandung kadar alfa Dari hasil penelitian dan pembahasan,
selulosa sebesar 86% dan lignin 19,2041, kadar dapat disimpulkan bahwa:
alfa selulosa pulp dari alang-alang tersebut 1. Kadar alfa selulosa tertinggi didapat pada
masih lebih rendah, sedangkan untuk lignin konsentrasi asam asetat yang digunakan 90%
masih lebih tinggi. Lebih tingginya kadar alfa dan pada suhu proses pemasakan 100°C
selulosa dan lebih rendahnya lignin yang pada waktu 60 menit dengan kadar alfa
didapat untuk pulp yang dipersyaratkan oleh selulosa sebesar 84,6%;
pabrik kertas dapat dipengaruhi oleh berbagai 2. Bilangan Kappa terendah didapat pada
faktor seperti pemilihan jenis bahan baku dan konsentrasi asam asetat yang digunakan 90%
jenis proses pemasakan yang digunakan. dan pada suhu proses pemasakan 100°C
Umumnya pabrik menggunakan bahan baku pada waktu 150 menit dengan bilangan
berjenis hardwood yang mengandung kadar alfa Kappa sebesar 20,4100;
selulosa dan lignin yang lebih besar dari 3. Yield pulp tertinggi didapat pada konsentrasi
nonwood, tetapi jenis proses pemasakan pada asam asetat yang digunakan 60% dan pada
pabrik yang umumnya memakai proses kraft suhu proses pemasakan 70°C pada waktu 30
memberikan kadar alfa selulosa dan degradasi menit dengan yield pulp sebesar 88,2%.
lignin yang lebih baik.
Berdasarkan studi literatur yang didapat DAFTAR PUSTAKA
untuk proses pemasakan menggunakan proses [1] Kumitir, M., Culture Library, Penerbit PT.
asetosolv diketahui kadar alfa selulosa, lignin Gramedia, Jakarta, 2010
dan yield pulp yang didapat untuk bahan baku [2] Paskawati, Y. A., dan Susyana, Skripsi:
alang-alang, ampas tebu dan eceng gondok Pembuatan Pulp dari Sabut Kelapa sebagai
sebagaimana disajikan pada Tabel 2. Bahan Baku Kertas Komposit, Hlm. 1-30,
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Tabel 2. Perbandingan Kadar Alfa Selulosa, Lignin Universitas Katolik Widya Mandala,
Dan Yield Pulp Untuk Tiap Jenis Bahan Baku Hasil Subabaya, 2010
Dari Proses Asetosolv[18] [3] Muzzie, M. D., Hemiselulosa and Lignin,
Alang- Ampas Eceng New Jersey, 2006
alang tebu gondok
[4] Smook, G. A., Handbook for Pulp & Paper
Kadar alfa 84,6% 83,93% 75,2%
Technologist, Edisi Keenam, Hlm. 146-148,
selulosa
Lignin 23,6628 39,13 8,71
1989
Yield Pulp 62,8% 64,79% - [5] Mudjijati and Lourentius, S. , Laporan
Penelitian: Pembuatan Pulp Alang-alang
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa kadar alfa dengan Proses Soda, Hlm. 10-40, Hlm. 12-
selulosa dari alang-alang memiliki nilai 14, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
tertinggi dibandingkan dengan jenis bahan baku Universitas Katolik Widya Mandala,
yang lain, dengan kadar alfa selulosa yang Surabaya, 1996
semakin tinggi mengakibatkan daya tarik kertas [6] Bocah, Teknologi Ramah Lingkungan
semakin kuat dan daya hapus juga semakin baik Untuk Industri Pulp Dan Kertas, Penerbit
sehingga kualitas dari kertas yang dihasilkan Liberty, Yogyakarta, 2009
oleh pulp berbahan baku alang-alang lebih baik [7] Judi, R., Penentuan Kondisi Optimum Awal
jika dibandingkan dengan pulp dari ampas tebu Pada Proses Enzimatis Pembuatan Pulp
dan eceng gondok. Akan tetapi pulp dari alang- Kertas Dari Pelepah Pisang, Surabaya,
alang memiliki intensitas kecerahan kertas yang 2000
lebih jelek jika dibandingkan dengan pulp dari [8] Surjoseputro, W. dan Tjanarko, L. S.,
eceng gondok, karena banyak lignin yang Skripsi: Pembuatan Kertas Komposit Dari
Serat Alang-alang Dan Polipropilen, Hlm.
19
WIDYA TEKNIK Vol. 10, No. 1, 2011 (11-20)
20