Anda di halaman 1dari 3

Apa itu Hukum???

"Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung", ungkapan pribahasa ini seringkali kita
dengar dalam kehidupan sehari- hari. Dimanapun kita berada, kita harus menghormati
adat/ hukum di daerah tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari, kita berpegang teguh
dengan hukum yang berlaku. Hal ini karena Indonesia adalah negara hukum yang telah
diterangkan dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945. Konsep negara hukum mengarah pada
tujuan terciptanya kehidupan demokratis, dan terlindungi hak asasi manusia, serta
kesejahteraan yang berkeadilan.

Hukum dapat diartikan sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan


manusia dengan manusia lainnya. Hukum juga sudah ada sejak sebelum manusia lahir
ke dunia sampai dengan manusia itu meninggal dunia.

Pengertian hukum secara etimologi berkaitan erat dengan:

1. Keadilan.
2. Kewibawaan.
3. Ketaatan/orde yang selanjutnya menimbulkan kedamaian.
4. Peraturan dalam arti peraturan yang berisi norma.

Secara umum, pengertian hukum dapat diartikan sebagai peraturan berupa norma
dan sanksi yang diciptakan untuk mengatur tingkah laku manusia dengan tujuan
menjaga ketertiban, keadilan, serta mencegah terjadinya tindak kejahatan. Selain itu,
hukum juga menjadi pedoman bagi masyarakat dalam melakukan suatu tindakan dan
mendapatkan kepastian terhadap perlindungan hukum.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memuat beberapa arti kata
hukum. Berikut ini pengertian hukum menurut KBBI:

1. Peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat yang dikukuhkan oleh
penguasa atau pemerintah;
2. Undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup
dalam masyarakat;
3. Patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dan sebagainya) yang
tertentu;
4. Keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim (dalam pengadilan);
vonis.
Tujuan hukum adalah untuk mewujudkan keadilan yang terdiri dari keadilan
komutatif, keadilan distributif, keadilan vindikatif, keadilan protektif.

Berikut pengertian hukum menurut para ahli :

1. Aristoteles Aristoteles adalah seorang filsuf terkenal asal Yunani, ia


mendefinisikan hukum menjadi dua yaitu tertentu dan hukum universal. Dilansir dari
Law Explorer, hukum tertentu adalah aturan yang menetapkan atau melarang berbagai
jenis tindakan. Sedangkan hukum universal adalah hukum alam yang memiliki
keteraturan dan pengarahan internalnya sendiri.
2. Ernst Utrecht adalah seorang pakar hukum asal Indonesia, mengutip dari buku
Dasar-Dasar Ilmu Hukum (2000) karya Prof. Chainur Arrasjid menyatakan bahwa
hukum menurut Ernest Utrecht adalah: “Hukum adalah himpunan petunjuj hidup
(perintah atau larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang
seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota
masyarakat dan jika dilanggar dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah dari
masyarakat itu.
3. Immanuel Kant berpendapat Hukum adalah keseluruhan syarat berkehendak
bebas dari orang untuk dapat menyesuaikan dengan kehendak bebas dari orang lain,
dan mengikuti peraturan tentang kemerdekaan. Dilansir dari Stanford Encyclopedia of
Philosophy, Kant berpandangan manusia tergerak untuk bertindak di bawah hukum
yang merupakan standar otoritatif dan mengikat secara perasaan yang mirip dengan
kekaguman dan ketakutan. Bahwa manusia akan bertindak sesuai kehendaknya sendiri
namun tidak bertentangan dengan moral yang berlaku di masyarakat.
4. Mochtar Kusumaatmaja beranggapan bahwa hukum adalah kaidah dan asas-asas
yang mengatur hubungan bermasyarakat dan dibuat berdasarkan pada keadilan.
Mochtar Kusumaatmadja memandang hukum sebagai alat untuk memelihara,
melindungi, dan mengankan ketertiban dalam masyarakat. Selain mengemukakan
konsep hukum, Mochtar Kusumaatmadja memandang hukum untuk membantu segala
macam proses perubahan dalam masyarakat sehingga dipandang sangat relevan.
5. EM Meyers dalam bukunya yang berjudul De Algemene Begrippen van het
Burgerlijk Recht mengemukan bahwa hukum adalah kumpulan aturan tingkah laku
manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Aturan-aturan tersebut dibuat dengan
pertimbangan kesusilaan dan juga bertujuan menjadi pedoman bagi penguasa negara.
6. Thomas Hobbes adalah seorang filsuf asal Inggris, dia beranggaan bahwa :
“Hukum adalah perekat formal yang menyatukan masyarakat yang pada dasarnya tidak
teroganisir". Aturan-aturan tersebut dibuat dengan pertimbangan kesusilaan dan juga
bertujuan menjadi pedoman bagi penguasa negara. Sehingga hukum dipandang
sebagai suatu aturan yang mengusai suatu masyarakat baik secara memaksa ataupun
memerintah dan dibuat oleh pihak-pihak yang berkuasa.
7. JCT Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto, berpendapat “Hukum adalah
peraturan-peraturan bersifat memaksa yang dibuat oleh badan-badan resmi yang
berwajib, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat,
pelanggaran terhadap perturan tesebut akan berakibat diambilnya tindakan berbentuk
hukuman".
8. Hans Kelsen adalah seorang filsuf Eropa yang menggagas pengertian hukum
sebagai teori hukum murni. Kelsen berpendapat bahwa hukum adalah norma-norma
yang yang berisi kondisi dan konsekuensi dalam suatu tindakan. Konsekuensi
pelanggaran hukum tersebut dapat berupa ancaman sanksi dari penguasa.
9. Van Apeldoorn berpendapat, hukum adalah peraturan yang menghubungkan
manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Hukum bertujuan untuk mengatur tingkah
laku serta pergaulan manusia dan bertujuan untuk mencapai perdamaian.
10. John Austin berpendapat, “Hukum adalah aturan yang ditetapkan sebagai
pedoman makhluk berakal oleh makhluk berakal yang memiliki kekuasaan atas dirinya”.
Roger BM Cotterell dalam buku berjudul The Politics of Jurisprudence: A Critical
Introduction to Legal Philosophy (1989) menyebutkan bahwa konsep hukum Austin
menjelaskan adanya kedudukan di dalamnya. Bahwa manusia yang lebih superior di
bidang politik akan menentukan hukum bagi yang lebih inferior.

Dari beberapa pendapat para ahli hukum di atas, dapat disimpulkan unsur-unsur
hukum, sebagai berikut:

1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.


2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
3. Peraturan itu bersifat memaksa.
4. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas (pasti dan dapat
dirasakan nyata bagi yang bersangkutan).

Tidak semua orang atau lembaga memiliki kewenangan untuk membuat suatu produk
hukum. Hanya badan resmi yang telah disepakati bersama oleh masyarakat yang
berwenang untuk membuat peraturan. Peraturan tersebut dibuat untuk mengatur
tingkah laku atau tindakan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Pemberlakuan
hukum bersifat memaksa atau wajib untuk ditaati oleh semua orang dalam masyarakat.
Agar dipatuhi oleh semua orang, maka hukum tersebut harus dilengkapi dengan sanksi.

Anda mungkin juga menyukai