Anda di halaman 1dari 10

Aulia Cahyani / Pengaruh Celah Terhadap Pola Difraksi yang Terbentuk 1

Pengaruh Celah Terhadap Pola Difraksi Yang Terbentuk


1
Aulia Cahyani, 2 Sang Gyn You De Paembonan, 3Muh. Sabrin Bayu
1
Laboratorium Fisika Dasar, Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Makassar Alamat email penulis pertama atau corresponding
auliaacahyanii03@gmail.com

Abstrak – Difraksi adalah kecenderungan gelombang yang dipancarkan dari sumber melewati celah yang terbatas untuk
menyebar ketika merambat. Pada umumnya difraksi terjadi jika gelombang yang lewat bukan kecil yang melewati sisi yang
tajam. Contoh difraksi apabila di antara sumber titik cahaya dan layar ditempatkan suatu objek gelap, perbatasan didaerah
bayangan dan pencahayaan pada layar tidak tajam. Untuk dapat memahami fenomena difraksi cahaya dan interferensi serta
pola yang dihasilkan yang terjadi pada saat difraksi cahaya, diperlukan suatu cara untuk dapat mengintrasikan difraksi cahaya
dan interferensi yang terjadi pada saat difraksi cahaya adalah dengan melakukan praktikum eksperimen fisika yang berjudul
“Difraksi” ini. Tujuan diadakan praktikum ini adalah untuk memahami pengaruh jarak antar celah pada pembentukan pola
difraksi pada celah ganda, memahami pengaruh lebar celah terhadap pembentukan pola difraksi pada celah ganda, memahami
pengaruh jumlah celah terhadap pembentukan pola difraksi, dan menentukan panjang gelombang laser. Prosedur kerja dari
percobaan ini terdiri atas lima kegiatan yaitu pertama, ketergantungan difraksi celah ganda pada jarak antar celah d. Kedua,
ketergantungan difraksi celah ganda pada lebar celah b. Ketiga, ketergantungan difraksi pada jumlah celah N. Keempat,
difraksi pada celah tunggal dan kisi. Dan kelima, difraksi pada celah lingkaran. Nilai panjang gelombang rata-rata kegiatan
satu adalah λ=|1,3 ± 0,2|10−3 mm. Untuk kegiatan dua adalah λ=|1,33 ± 0,02|10−3 mm. Untuk kegiatan tiga adalah
λ=|1,25 ± 0,04|10−3 mm. Untuk celah tunggal adalah λ=|0,5 ± 0,1|10−3 mm. Untuk kisi adalah
λ=|0,628 ± 0,004|10−3 mm . Hasil percobaan menunjukkan bahwa hubungan antara jarak antar celah dengan jarak rata-rata
pola difraksi yaitu berbanding terbalik, adapun lebar celah tidak berpengaruh terhadap terbentuknya pola difraksi, begitupun
dengan jumlah celah tidak berpengaruh terhadap pembentukan pola difraksi.
Kata kunci: celah, kisi, pola difraksi, jarak

Abstract – Diffraction is the tendency of a wave emitted from a source through a finite slit to propagate as it propagates. In
general, diffraction occurs when the passing wave is not small which passes through the sharp edge. An example of diffraction
is when between a point source of light and the screen is placed a dark object, the border in the shadow area and the lighting on
the screen is not sharp. To be able to understand the phenomenon of light diffraction and interference and the resulting patterns
that occur during light diffraction, we need a way to be able to integrate light diffraction and interference that occurs during
light diffraction is to do a physics experiment entitled "Diffraction". The purpose of this practicum is to understand the effect
of the distance between slits on the formation of diffraction patterns in double slits, understand the effect of slit width on the
formation of diffraction patterns in double slits, understand the effect of the number of slits on the formation of diffraction
patterns, and determine the laser wavelength. The working procedure of this experiment consists of five activities, namely first,
the dependence of double slit diffraction on the distance between slits d. Second, the dependence of double slit diffraction on
slit width b. Third, the dependence of diffraction on the number of slits N. Fourth, diffraction in single slits and lattices. And
fifth, diffraction at the circular slit. The average wavelength of activity one is λ=|1,33 ± 0,02|10−3 mm. For activity two,
λ=|1,25 ± 0,04|10−3 mm. For activity three λ=|1,25 ± 0,04|10−3 mm. For a single slit is λ=|0,5 ± 0,1|10−3 mm. For
a lattice it is λ=|0,628 ± 0,004|10−3 mm . The experimental results show that the relationship between the distance between
the slits and the average distance of the diffraction pattern is inversely proportional, while the slit width has no effect on the
formation of the diffraction pattern, as well as the number of slits does not affect the formation of the diffraction pattern.
Keywords: gap, lattice, diffraction pattern, distance

I. PENDAHULUAN perubahan fase maupun amplitudo. Semakin kecil halangan


Difraksi adalah kecenderungan gelombang yang maka penyebaran gelombang semakin besar. Hal ini bias
dipancarkan dari sumber melewati celah yang terbatas untuk diterangkan oleh prinsip Hyugens.
menyebar ketika merambat. Menurut prinsip Huygens, Prinsip Hyugens menerangkan bahwa setiap muka
setiap titik pada front gelombang cahaya dapat dianggap gelombang dapat dianggap memproduksi gelombang-
sebagai sumber sekunder gelombang bola. gelombang baru dengan panjang gelombang yang sama
Teori Difraksi pertama kali dikemukakan oleh Fransisco dengan gelombang sebelumnya. Prinsip Hyugens bisa
Grimaldi pada tahun 1665 dengan percobaannya tentang dipakai untuk menerangkan terjadinya difraksi cahaya pada
deviasi cahaya sepanjang garis lurus. Jika suatu cahaya celah kecil. Pada saat melewati celah kecil, maka gelombang
terkena penghalang, baik itu permukaan tembus cahaya atau akan menimbulkan gelombang baru yang jumlahnya tak
kurang tembus cahaya, daerah muka gelombang mengalami terhingga sehingga gelombang tidak mengalir lurus saja

Laboratorium Fisika Dasar II


Universitas Negeri Makassar
Aulia Cahyani / Pengaruh Celah Terhadap Pola Difraksi yang Terbentuk 2

tetapi menyebar. Ada beberapa macam difraksi yakni celah tunggal dan kisi, variable yang dimanipulasi yakni
difraksi frensel dan difraksi franhoufer dimana difraksi jenis celah; variable yang dikontrol yaitu jarak celah ke
franhoufer memiliki ciri khas yaitu sinar-sinar yang datang layar L (mm) dan jarak antar celah d (mm); dan variable
sejajar dan pola difraksi diamati pada jarak yang cukup jauh respon yakni jarak rata-rata pola difraksi dari terang pusat ke
sehingga secara efektif yang diterima adalah sinar-sinar orde ke-n (mm). Pada kegiatan kelima, difraksi pada celah
terdifraksi yang sejajar. Inilah yang membedakan difraksi lingkaran, variable yang dimanipulasi yakni diameter
franhoufer dan difraksi frensel. lingkaran; variable yang dikontrol yaitu jarak celah ke layar
Kita dapat melihat gejala ini dengan mudah pada cahaya L (mm) dan jarak antar celah d (mm); dan variable respon
yang melewati sela jari-jari yang kita rapatkan kemudian yakni jarak rata-rata pola difraksi dari terang pusat ke orde
kita arahkan pada sumber cahaya yang jauh, misalnya lampu ke-n (mm).
neon atau dengan melihat melalui kain kisi kain tenun yang Prosedur kerja untuk seluruh kegiatan yakni diletakkan
terkena sinar lampu yang cukup jauh. Dengan melewatkan celah di depan sumber laser He-Ne. Setelah itu, posisi L 2 di
berkas sinar laser yang koheren dan monokromatik pada atur agar sinar laser tepat terfokus di layar. Selanjutanya
sebuah tepi tajam maka akan terbentuk pola difraksi pada diukur jarak antar celah ke layar, kemudian di catat. Pada
layar. Pola difraksi juga dapat terjadi jika sinar laser kegiatan pertama digunakan diafragma dengan 4 celah (469
dilewatkan pada celah tunggal, lebar dari celah tunggal 85) dimasukkan tepat pada jalur yang dilalui sinar laser, dan
dapat diukur dengan mengamati pola difraksi yang terjadi. pola difraksi ganda celah diamati dengan jarak antar celah d
Tujuan diadakan praktikum ini adalah untuk memahami = 1,00 mm , 0,75 mm , 0,50 mm dan 0,25 mm satu demi
pengaruh jarak antar celah pada pembentukan pola difraksi satu. Pengukuran dilakukan pada setiap jarak d untuk
pada celah ganda, memahami pengaruh lebar celah terhadap mengetahui pengaruh jarak antara celah terhadap pola
pembentukan pola difraksi pada celah ganda, memahami interferensi. Pembentukan pola difraksi pada layar digambar
pengaruh jumlah celah terhadap pembentukan pola difraksi, dengan menandai pola yang terbentuk. Jarak pisah pusat
dan menentukan panjang gelombang laser. terang keterang berikutnya (orde 1, 2 dan seterusnya)
II. METODE PENELITIAN/EKSPERIMEN dicatat. Pada kegiatan kedua digunakan diafragma dengan 3
Metode penelitian yang kami gunakan adalah metode celah ganda (469 84) dimasukkan tepat pada jalur yang
eksperimen yaitu dengan mengetahui bagaimana pengaruh dilalui sinar laser, dan pola difraksi celah ganda diamati
celah dan kisi terhadap pola cahaya yang terbentuk. Pada untuk berbagai lebar celah b = 0,20 mm , 0,15 mm dan 0,10
Praktikum difraksi ini dilaksanakan pada hari Jumat, 23 mm satu demi satu. Pengukuran dilakukan pada setiap jarak
April 2021 bertempat di Laboratorium Fisika Dasar, Lantai b untuk mengetahui pengaruh lebar celah b terhadap pola
3, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam interferensi. Pembentukan pola difraksi pada layar digambar
Universitas Negeri Makassar. dengan menandai pola yang terbentuk. Jarak pisah pusat
Pada praktikum ini, digunakan alat yakni diafragma terang keterang berikutnya (orde 1, 2 dan seterusnya)
dengan tiga celah ganda 469 84, diafragma dengan empat dicatat. Pada kegiatan ketiga digunakan diafragma dengan 5
celah ganda 469 85, diafragma dengan lima nomor celah celah (469 86), dan pola difraksi dari 2 , 3 , 4 , 5 dan 40
469 86, diafragma dengan celah lingkaran, laser He-Ne celah diamati satu demi satu. Pengukuran dilakukan pada
terpolarisasi linear 471 830, dudukan dengan klip pegas 460 setiap jarak nomor celah yang ada untuk mengetahui
22, lensa dalam bingkai f = +50 mm 460 01, lensa dalam pengaruh jumlah celah terhadap pola interferensi.
bingkai f = +50 mm 460 02, presisi bangku optic 1 m 460 Pembentukan pola difraksi pada layar digambar dengan
32, pengendara 4 optik H=60 mm/B=36 mm 460 370, layar menandai pola yang terbentuk. Jarak pisah pusat terang
tembus 411 53, pelana dasar 300 11, penggaris, dan keterang berikutnya (orde 1, 2 dan seterusnya) dicatat. Pada
meteran. Sedangkan bahan yang digunakan yakni milimeter kegiatan keempat celah tunggal, dan kisi kemudian
blok dan kertas HVS. bentuklah pola difraksi pada layar dibentuk. Pembentukan
Pada kegiatan pertama, ketergantungan difraksi celah pola difraksi pada layar digambar dengan menandai pola
ganda pada jarak antar celah d, variable yang dimanipulasi yang terbentuk untuk celah tunggal dan kisi. Jarak pisah
yakni jarak antar celah d (mm); variable yang dikontrol pusat terang keterang berikutnya (orde 1, 2 dan seterusnya),
yakni jarak celah ke layar L (mm) dan lebar celah b (mm); diukur dan dicatat hasilnya dalam tabel hasil pengamatan.
dan variable respon yakni jarak rata-rata pola difraksi Pada kegiatan kelima celah lingkaran digunakan kemudian
maksimum berdekatan y (mm). Pada kegiatan kedua, pola difraksi pada layar dibentuk. Pembentukan pola
ketergantungan difraksi celah ganda pada lebar celah b, difraksi pada layar dibentuk dengan tiga diameter lingkaran
variable yang dimanipulasi yakni lebar celah b (mm); satu demi satu. Pembentukan pola difraksi pada layar
variable yang dikontrol yakni jarak celah ke layar L (mm) digambar dengan menandai pola yang terbentuk untuk celah
dan jarak antar celah d (mm); dan variable respon yakni lingkaran. Jarak pisah pusat terang ke terang berikutnya
jarak rata-rata pola difraksi maksimum berdekatan y (mm). (orde 1, 2 dan seterusnya), diukur dan dicatat hasilnya dalam
Pada kegiatan ketiga, ketergantungan difraksi pada jumlah suatu tabel hasil pengamatan.
celah N, variable yang dimanipulasi yakni jumlah celah N III. HASIL DAN PEMBAHASAN
(mm); variable yang dikontrol yaitu jarak celah ke layar L Hasil Pengamatan
(mm), lebar celah b (mm), dan jarak antar celah d (mm); dan Kegiatan 1. Ketergantungan difraksi celah celah ganda, pada
variable respon yaitu jarak rata-rata pola difraksi maksimum jarak antar celah d
berdekatan y (mm). Pada kegiatan keempat, difraksi pada

Laboratorium Fisika Dasar II


Universitas Negeri Makassar
Aulia Cahyani / Pengaruh Celah Terhadap Pola Difraksi yang Terbentuk 3

Jarak celah ke layar (L) = |5430,0 ± 0,5|mm o lingkaran pusat ke orde ke-n
Lebar celah (b) = 0,20 mm (mm)
Tabel 3.1 Pola difraksi pada celah ganda untuk beberapa 1 0,9 |7,0 ± 0,5||11,0 ± 0,5||14,0 ± 0,5|
jarak antar celah d 2 2,0 |5,0 ± 0,5||8,0 ± 0,5||11,0 ± 0,5|
N Jarak antar Jarak rata-rata pola difraksi 3 4,1
o celah d maksimum berdekatan |3,0 ± 0,5||5,0 ± 0,5||7,0± 0,5|
(mm)
1 0,25 Analisis Grafik
|11,0 ± 0,5||26,0 ± 0,5||42,0± 0,5| Kegiatan 1. Ketergantungan difraksi celah celah ganda, pada
2 0,50 |6,0 ± 0,5||13,0 ± 0,5||21,0 ±0,5| jarak antar celah d
3 0,75 |5,0 ± 0,5||9,0 ± 0,5||14,0 ±0,5|

Jarak rata-rata pola difraksi (mm)


30
4 1,00 |5,0 ± 0,5||9,0 ± 0,5||12,0 ±0,5| 25
20
Kegiatan 2. Ketergantungan difraksi celah ganda pada lebar 15
celah b 10
Jarak celah ke layar (L) = |5430,0 ± 0,5|mm 5
Jarak antar celah (d) = 0,25 mm 0
Tabel 3.2 Pola difraksi pada celah ganda untuk beberapa 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1
lebar celah b Jarak antar celah (mm)
N Lebar Jarak rata-rata pola difraksi
o celah b maksimum berdekatan
Grafik 3.1 Hubungan antara jarak antar celah dengan jarak
(mm)
rata-rata pola difraksi
1 0,25 |11,0 ± 0,5||26,0 ± 0,5||42,0± 0,5|
2 0,50 |6,0 ± 0,5||13,0 ± 0,5||21,0 ±0,5| Kegiatan 2. Ketergantungan difraksi celah ganda pada lebar
celah b
Jarak rata-rata pola difraksi (mm)

Kegiatan 3. Ketergantungan difraksi pada jumlah celah N 29.5


Jarak antar celah ke layar (d) = 0,25 mm 29
Lebar celah (b) = 0,20 mm
Tabel 3.3 Pola difraksi pada sejumlah celah (N) 28.5
N Jumlah Jarak rata-rata pola difraksi maksimum 28
o celah N berdekatan
27.5
1 2 |13,0 ± 0,5||27,0 ± 0,5||42,0 ± 0,5|
27
2 3 |13,0 ± 0,5||28,0 ± 0,5||43,0 ± 0,5| 0.14 0.15 0.16 0.17 0.18 0.19 0.2 0.21
3 4 |13,0 ± 0,5||28,0 ± 0,5||39,0± 0,5| Lebar celah (mm)
4 5 |13,0 ± 0,5||28,0 ± 0,5||41,0 ± 0,5|
5 40 |14,0 ± 0,5||27,0 ± 0,5||41,0 ± 0,5| Grafik 3.1 Hubungan antara lebar celah dengan jarak rata-
rata pola difraksi
Kegiatan 4. Difraksi pada celah tunggal dan kisi
Kegiatan 3. Ketergantungan difraksi pada jumlah celah N
Jarak antar celah ke layar (d) = 0,25 mm
Jarak rata-rata pola difraksi (mm)

28.5
Tabel 3.4 Difraksi pada celah tunggal dan kisi
28
N Jenis Jarak rata-rata pola difraksi dari terang
27.5
o celah pusat ke orde ke-n
27
1 Celah Orde I = |4,0± 0,5| 26.5
tunggal
Orde II =|6,0 ± 0,5| 26
Orde III =|8,0 ± 0,5| 25.5
2 Kisi 25
Orde I =|340,0 ± 0,5| 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Orde II =|680,0 ± 0,5| Jumlah celah
Orde III =|1030,0 ± 0,5|
Grafik 3.1 Hubungan antara banyak celah dengan jarak rata-
Kegiatan 5. Difraksi pada celah lingkaran rata pola difraksi
Jarak antar celah ke layar (d) = 0,25 mm
Table 3.5 Difraksi pada celah lingkaran Analisis Data
N Diameter Jarak rata-rata pola difraksi dari terang Kegiatan 1. Ketergantungan difraksi celah celah ganda, pada
jarak antar celah d

Laboratorium Fisika Dasar II


Universitas Negeri Makassar
Aulia Cahyani / Pengaruh Celah Terhadap Pola Difraksi yang Terbentuk 4

a. Untuk jarak antar celah 0,25 mm d=|0,75 ±0,50| mm


L=|5430,0± 0,5|mm y=|9,3 ±0,5| mm
d=|0,25 ±0,50| mm dy
λ=
y=|26,3± 0,5|mm nL
dy 0,75 × 9,3
λ= λ=
nL 1 ×5430,0
0,25× 26,3 λ=0,00128453 mm
λ=
1× 5430,0 ∆y ∆L
λ=0,001210866 mm ∆ λ= (| | | |)
y
+
L
×λ
∆y ∆L
∆ λ= (| | | |)
y
+
L
×λ ∆ λ=
0,5
+
0,5
(| | | |)
9,3 5430,5
×0,00128453
0,5 0,5
∆ λ= (| | | |)
+
26,3 5430,5
× 0,001210866 ∆ λ=6,91791 ×10−5 mm
KR=
∆λ
×100 %
∆ λ=2,31318 ×10−5 mm λ
∆λ 6,91791× 10−5
KR= ×100 % KR= × 100 %
λ 0,00128453
2,31318 ×10−5 KR=5,38 % (2 AB)
KR= ×100 %
0,001210866 PF=|12,8 ±0,6|10−4 mm
KR=1,91 % (3 AB) d. Untuk jarak antar celah 1,00 mm
PF=|1,21± 0,02|10−3 mm L=|5430,0± 0,5|mm
b. Untuk jarak antar celah 0,50 mm d=|1,00 ±0,50|mm
L=|5430,0± 0,5|mm y=|8,7 ± 0,5|mm
d=|0,50 ±0,50| mm dy
λ=
y=|13,3± 0,5|mm nL
dy 1,00 ×8,7
λ= λ=
nL 1 ×5430,0
0,50× 13,3 λ=0,00160221 mm
λ=
1× 5430,0 ∆y ∆L
λ=0,001224678 mm ∆ λ= (| | | |)
y
+
L
×λ
∆y ∆L
∆ λ= (| | | |)
y
+
L
×λ ∆ λ=
0,5
+
0,5
(| | | |)
8,7 5430,5
×0,00160221
0,5 0,5
∆ λ= (| | | |)
+
13,3 5430,5
× 0,001224678 ∆ λ=9,22286 × 10−5 mm
KR=
∆λ
×100 %
∆ λ=4,61533× 10−5 mm λ
∆λ 9,22286 ×10−5
KR= ×100 % KR= ×100 %
λ 0,00160221
4,61533 ×10−5 KR=5,76 % (2 AB)
KR= ×100 %
0,001224678 PF=|16,0 ±0,9|10−4 mm
KR=3,77 % (3AB)
Sehingga panjang gelombang rata-rata
PF=|1,22± 0,04|10−3 mm
λ 1=|1,21± 0,02|10−3 mm
c. Untuk jarak antar celah 0,75 mm
L=|5430,0± 0,5|mm λ 2=|1,22± 0,04|10−3 mm

Laboratorium Fisika Dasar II


Universitas Negeri Makassar
Aulia Cahyani / Pengaruh Celah Terhadap Pola Difraksi yang Terbentuk 5

λ 3=|12,8 ± 0,6|10−4 mm d=|0,25 ±0,50| mm


λ 4=|16,0± 0,9|10 mm −4
y=|29,0 ±0,5|mm
λ1 + λ2 + λ 3 + λ4 dy
λ́= λ=
4 nL
0,00121+ 0,00122+ 0,00128+0,00160 0,25× 29,0
λ́= λ=
4 1× 5430,0
λ́=0,00133 mm λ=0,001335175 mm
δ 1=|λ 1− λ́|=|0,001210866−0,001330571|=0,0001197 mm ∆y ∆L
δ 2=|λ 2− λ́|=|0,001224678−0,001330571|=00010589mm
∆ λ=
y
+
L
×λ (| | | |)
δ 3=|λ 3− λ́|=|0,00128453−0,001330571|=0,00004604 mm 0,5 0,5
δ 4 =|λ 4− λ́|=|0,00160221−0,001330571|=0,0002716 mm
∆ λ= (| | | |)
+
29,0 5430,5
× 0,001335175

∆ λ́=δ max =0,0002716 mm ∆ λ=2,31432 ×10−5 mm


∆ λ́ ∆λ
KR= ×100 % KR= ×100 %
λ́ λ
0,0002716 2,31432× 10−5
KR= ×100 % KR= × 100 %
0,001330571 0,001335175
KR=20,4 % (2AB) KR=1,73 % (3 AB)
PF=|1,3 ±0,2|10−3 mm
PF=|1,33 ±0,02|10−3 mm
Kegiatan 2. Ketergantungan difraksi celah ganda pada lebar
celah b Sehingga panjang gelombang rata-rata
a. Untuk lebar celah 0,15 mm λ 1=|1,27 ± 0,02|10−3 mm
L=|5430,0± 0,5|mm λ 2=|1,33 ±0,02|10−3 mm
d=|0,25 ±0,50| mm λ1 + λ 2
λ́=
y=|27,7 ±0,5| mm 2
dy (1,27 +1,33 ) 10−3
λ= λ́=
nL 2
0,25× 27,7 λ́=0,001305249 mm
λ=
1× 5430,0 δ 1=|λ 1− λ́|=|0,001275322−0,001305249|=2,99263 ×10−5 m
λ=0,001275322 mm δ 2=|λ 2− λ́|=|0,001335175−0,001305249|=2,99263× 10−5 m
∆y ∆L ∆ λ́=δ max =2,99263 ×10−5 mm
∆ λ= (| | | |)
y
+
L
×λ
KR=
∆ λ́
×100 %
0,5 0,5 λ́
∆ λ= (| | | |)
+
27,7 5430,5
×0,001275322
KR=
2,99263 ×10−5
×100 %
0,001305249
∆ λ=2,31377 ×10−5 mm KR=2,29 % (3 AB)
∆λ
KR= ×100 % PF=|1,30 ±0,02|10−3 mm
λ
2,31377 ×10−5 Kegiatan 3. Ketergantungan difraksi pada jumlah celah N
KR= ×100 % a. Untuk jumlah celah N=2
0,001275322
KR=1,81 % (3 AB) L=|5430,0± 0,5|mm
d=|0,25 ±0,50| mm
PF=|1,27 ± 0,02|10−3 mm
b. Untuk lebar celah 0,20 mm y=|27,7 ±0,5| mm
L=|5430,0± 0,5|mm

Laboratorium Fisika Dasar II


Universitas Negeri Makassar
Aulia Cahyani / Pengaruh Celah Terhadap Pola Difraksi yang Terbentuk 6

dy 0,25× 26,3
λ= λ=
nL 1× 5430,0
0,25× 27,7 λ=0,001210866 mm
λ=
1× 5430,0 ∆y ∆L
λ=0,001275322 mm ∆ λ= (| | | |)
y
+
L
×λ
∆y ∆L
∆ λ= (| | | |)
y
+
L
×λ ∆ λ=
0,5
+
0,5
(| | | |)
26,3 5430,5
× 0,001210866
0,5 0,5
∆ λ= (| | | |)
+
27,7 5430,5
×0,001275322 ∆ λ=2,31318 ×10−5 mm
KR=
∆λ
×100 %
∆ λ=2,31377 ×10−5 mm λ
∆λ 2,31318 ×10−5
KR= ×100 % KR= ×100 %
λ 0,001210866
2,31377 ×10−5 KR=1,91 % (3 AB)
KR= ×100 %
0,001275322 PF=|1,21± 0,02|10−3 mm
KR=1,84 % (3 AB) d. Untuk jumlah celah N=5
PF=|1,25 ±0,02|10−3 mm L=|5430,0± 0,5|mm
b. Untuk jumlah celah N=3 d=|0,25 ±0,50| mm
L=|5430,0± 0,5|mm y=|27,3± 0,5|mm
d=|0,25 ±0,50| mm dy
λ=
y=|28,0 ±0,5|mm nL
dy 0,25× 27,3
λ= λ=
nL 1× 5430,0
0,25× 28,0 λ=0,001256906 mm
λ=
1× 5430,0
λ=0,001289134 mm ∆ λ=|( ∆yy|+|∆LL|) × λ
∆y ∆L
∆ λ= (| | | |)
y
+
L
×λ ∆ λ=(|
0,5 0,5
27,3| |5430,5 |)
+ × 0,001256906
0,5 0,5
∆ λ= (| | | |)
+
28,0 5430,5
× 0,001289134 ∆ λ=2,3136 ×10−5 mm
KR=
∆λ
×100 %
∆ λ=2,3139 ×10−5 mm λ
∆λ 2,3136 ×10−5
KR= ×100 % KR= ×100 %
λ 0,001256906
2,3139 ×10−5 KR=1,84 % (3 AB)
KR= ×100 %
0,001289134 PF=|1,25 ±0,02|10−3 mm
KR=1,79 % (3 AB) e. Untuk jumlah celah N=40
PF=|1,28 ±0,02|10−3 mm L=|5430,0± 0,5|mm
c. Untuk jumlah celah N=4 d=|0,25 ±0,50| mm
L=|5430,0± 0,5|mm y=|27,7 ±0,5| mm
d=|0,25 ±0,50| mm dy
λ=
y=|26,3± 0,5|mm nL
dy 0,25× 27,7
λ= λ=
nL 1× 5430,0

Laboratorium Fisika Dasar II


Universitas Negeri Makassar
Aulia Cahyani / Pengaruh Celah Terhadap Pola Difraksi yang Terbentuk 7

λ=0,001275322 mm dy
λ 1=
∆y ∆L nL
∆ λ= (| | | |)
y
+
L
×λ
λ 1=
( 1,0 ) ( 4,0 )
( 1 ) ( 5430,0 )
0,5 0,5
∆ λ= (| | | |)
+
27,7 5430,5
×0,001275322 λ 1=0,000736648 mm
∆y ∆L
∆ λ=2,31377 ×10−5 mm
KR=
∆λ
×100 %
∆ λ 1=
[| | | |]
y
+
L
λ1

λ 0,5 0,5

KR=
2,31377 ×10−5
×100 %
∆ λ 1=
[| | | |]
+
4,0 5430
0,000736648

0,001275322 ∆ λ 1=9,21489 ×10−5mm


KR=1,81 % (3 AB) ∆ λ1
PF=|1,27 ± 0,02|10−3 mm KR¿ × 100 %
λ1
Sehingga panjang gelombang rata-rata 9,21489× 10−5
KR¿ × 100 %
λ 1=|1,25 ±0,02|10−3 mm 0,000736648
KR= 12,5 % (2 AB)
λ 2=|1,28 ±0,02|10−3 mm
PF = |λ ± ∆ λ|
λ 3=|1,21 ±0,02|10−3 mm
−3 PF = |7,3 ± 0,9|10−4 mm
λ 4= 1,25± 0,02 10 mm
| |
Dengan cara yang sama, maka diperoleh
λ 5=|1,27 ± 0,02|10−3 mm Tabel 4.1 Difraksi pada celah tunggal
λ1 + λ2 + λ 3 + λ 4 + λ 5
λ́= n y λ ∆λ KR PF
5
(mm) (mm) (mm) (%) (mm)
0,001256+0,001289+0,001210+0,001256+ 0,001275
λ́= 1 4 7,36648× 9,2148 ×1012,50 −5
|7,3 ± 0,9|10−4
5 −4
10
λ́=0,001257827 mm 2 6 5,52486× 4,6091 ×108,34
−5
|5,5 ± 0,4|10−4
δ 1=|λ 1− λ́|= 0,001256−0,001257827 =9,2081 ×10 mm
−7
| | 10 −4

δ 2=|λ 2− λ́|=|0,001289−0,001257827|=3,13076 ×10−5 mm3 8 4,91099× 3,0738 ×106,25


−5
|4,9± 0,3|10−4
−4
10
δ 3=|λ 3− λ́|=|0,001210−0,001257827|=4,69613 ×10−5 mmSehingga,
δ 4 =|λ 4− λ́|=|0,001256−0,001257827|=9,2081 ×10−7 mm Panjang gelombang rata-rata
λ +λ +λ
δ 5=|λ 1− λ́|=|0,001275−0,001257827|=1,74954 ×10−7 mmλ́ = 1 2 3
3
∆ λ́=δ max =4,69613 ×10 mm −5 0,000736648+0,000552486+0,000491099
λ́ =
∆ λ́ 3
KR= ×100 % = 0,000593411 mm
λ́ δ 1= |λ 1− λ́|= |0,000736648−0,000593411|
4,69613 ×10−5
KR= ×100 % = 0,000143237 mm
0,001257827 δ 2= |λ 2− λ́|= |0,000736648−0,000593411|
KR=3,73 % (2AB)
= 0,000040924 mm
PF=|1,25 ±0,04|10−3 mm δ 3= |λ 3− λ́|= |0,000491099−0,000593411|
Kegiatan 4 : difraksi pada celah tunggal dan kisi
a. Untuk celah tunggal = 0,000102312 mm
L = |5430,0 ± 0,5|mm ∆ λ́ = δ max= 0,000143237 mm
d =|1,0 ± 0,5|mm
∆ λ́
Orde 1 (n=1) KR¿ × 100 %
λ́

Laboratorium Fisika Dasar II


Universitas Negeri Makassar
Aulia Cahyani / Pengaruh Celah Terhadap Pola Difraksi yang Terbentuk 8

0,000143237 0,000626151+ 0,000626151+ 0,00063229


KR¿ ×100 % λ́ = =
0,000593411 3
KR¿ 24,13 % ( 2 AB ) 0,000628197 mm
PF = |λ́ ± ∆ λ́| δ 1= |λ 1− λ́|= |0,000626151−0,000628197|
PF = |0,5 ± 0,1|10−3mm = 2,04625×10−6mm
lines δ 2= |λ 2− λ́|= |0,000626151−0,000628197|
b. Untuk celah kisi/banyak 100
mm =2,04625×10−6mm
L = |5430,0 ± 0,5|mm δ 3= |λ 3− λ́|= |0,00063229−0,000628197|
1 1 =4,09249 ×10−6mm
d= = = 0,01 mm
N 100 ∆ λ́ = δ max= 4,09249 ×10−6mm
Orde 1 (n=1)
dy ∆ λ́
λ 1= KR¿ × 100 %
nL
λ́
( 0,01 ) ( 340 ) 4,09249 ×10−6
λ 1= KR¿ ×100 %
( 1 ) ( 5430 ) 0,000628197
λ 1=0,000626151mm KR¿ 0,65 % ( 4 AB )
∆y ∆L PF = |λ́ ± ∆ λ́|
∆ λ 1=
[| | | |]
y
+
L
λ1 PF = |0,628 ± 0,004|10−3mm
Kegiatan 5 : difraksi pada celah lingkaran
0,5 0,5
∆ λ 1=
[| | | |]
+
340 5430
0,000626151 a. untuk diameter lingkaran 0,9 mm
L = |5430,0 ± 0,5|mm
∆ λ 1=9,78467 ×10−7mm d =|0,9 ± 0,5|mm
∆ λ1 Orde 1 (n=1)
KR¿ × 100 % dy
λ1 λ 1=
nL
9,78467 ×10−7 ( 0,9 ) ( 7,0 )
KR¿ ×100 % λ 1=
0,000626151
( 1 ) ( 5430,0 )
KR= 0,15 % (4 AB)
PF = |λ ± ∆ λ|
λ 1=0,001160221 mm
PF = |6,261 ± 0,009|10−4 mm
Dengan cara yang sama, maka diperoleh
|[ ∆yy |+|∆LL|] λ
∆ λ 1= 1

Tabel 4.2 Difraksi pada celah kisi


0,5 0,5
n y
(mm)
λ ∆λ KR
(%)
PF
(mm)
[ 7,0 5430|] 0,001160221
∆ λ = | |+|
1

(mm) (mm) ∆ λ 1=8,29798 ×10−5mm


1 340 6,26151× 0,15
9,784 × 10−7 |6,261 ± 0,009|10 −4
∆ λ1
10−4 KR¿ × 100 %
2 680 6,26151× 0,08 |6,261 ± 0,05|10−4
5,180 ×10−7 λ1
−4
10 8,29798× 10−5
3 1030 6,3229× 0,05
−7 −4 KR¿ × 100 %
3,651 ×10 |6,322 ± 0,03|10 0,001160221
10−4 KR= 7,15 % (2 AB)
Sehingga,
PF = |λ ± ∆ λ|
Panjang gelombang rata-rata
λ1 + λ 2 + λ 3 PF = |11,6 ± 0,8|10−4mm
λ́ = Dengan cara yang sama, maka diperoleh
3
Tabel 5.1 Difraksi pada celah lingkaran dengan
diameter 0,9mm

Laboratorium Fisika Dasar II


Universitas Negeri Makassar
Aulia Cahyani / Pengaruh Celah Terhadap Pola Difraksi yang Terbentuk 9

n y λ ∆λ KR PF 18,4332×10−5
(mm) (mm) (mm) (%) (mm) KR¿ ×100 %
0,001841621
1 7 11,60221 7,15
8,29798 ×10 −5
|11,6 ± 0,8|10−4 KR= 10,01 % (2 AB)
×10−4
PF = |λ ± ∆ λ|
2 11 9,11602× 4,55
4,15204 ×10 −5
|0,91 ± 0,04|10−3
10 −4 PF = |1,8 ± 0,1|10−3mm
3 14 7,73481× 3,58
2,76955 ×10 −5
|0,77 ± 0,22|10−3 Dengan cara yang sama, maka diperoleh
10 −4
Tabel 5.2 Difraksi pada celah lingkaran dengan
Sehingga, diameter 2,0mm
Panjang gelombang rata-rata
λ1 + λ 2 + λ 3 n y λ ∆λ KR PF
λ́ = (mm) (mm) (mm) (%) (mm)
3
1 5 18,41621 10,01
18,4332× 10−5
|1,8 ± 0,1|10−4
0,001160221+0,000911602+0,000773481
λ́ = ×10−4
3 2 8 14,73297 6,25
−5
= 0,000948435 mm 9,22167 ×10 |14,7 ± 0,9|10−4
×10−4
δ 1= λ 1− λ́ = |0,001160221−0,00094845|
| | 3 11 13,50522 4,55
−5
6,15117 × 10 |1,35 ± 0,06|10−3
= 0,000211786 mm ×10−4
δ 2= λ 2− λ́ = |0,000911602−0,00094845|
| | Sehingga,
= 0,000036832 mm Panjang gelombang rata-rata
δ 3= |λ 3− λ́|= |0,000773481−0,00094845| λ1 + λ 2 + λ 3
λ́ =
= 0,000174954 mm 3
∆ λ́ = δ max= 0,000211786 mm λ́ =
∆ λ́ 0,001841621+ 0,001473297+0,001350522
KR¿ × 100 % =
λ́ 3
0,001555146 mm
0,000211786
KR¿ × 100 % δ 1= λ 1− λ́ = |0,001841621−0,001555146|
| |
0,00094845
= 0,000286474 mm
KR¿ 22,33 % ( 2 AB )
δ 2= λ 2− λ́ = |0,001473297−0,001555146|
| |
PF = |λ́ ± ∆ λ́|
= 0,000081849 mm
PF = |0,9 ± 0,2|10−3mm
δ 3= λ 3− λ́ = |0,001350522−0,001555146|
| |
b. untuk diameter lingkaran 2,0 mm
= 0,000204625 mm
L = |5430,0 ± 0,5|mm
∆ λ́ = δ max= 0,000286474 mm
d =|2,0 ± 0,5|mm
∆ λ́
Orde 1 (n=1) KR¿ × 100 %
dy λ́
λ 1= 0,000286474
nL KR¿ × 100 %
0,001555146
( 2,0 ) ( 5,0 )
λ 1= KR¿ 18,42 % ( 2 AB )
( 1 ) ( 5430,0 ) PF = |λ́ ± ∆ λ́|
λ 1=0,001841621mm PF = |1,5 ± 0,2|10−3mm

|[ ∆yy |+|∆LL|] λ
∆ λ 1= 1
c. untuk diameter lingkaran 4,1 mm
L = |5430,0 ± 0,5|mm
d =|4,1± 0,5|mm
0,5 0,5
[ 5,0 5430|]0,001841621
∆ λ = | |+|
1 Orde 1 (n=1)
dy
∆ λ 1=18,4332× 10−5mm λ 1=
nL
∆ λ1 ( 4,1 ) ( 3,0 )
KR¿ × 100 % λ 1=
λ1 ( 1 ) ( 5430,0 )

Laboratorium Fisika Dasar II


Universitas Negeri Makassar
Aulia Cahyani / Pengaruh Celah Terhadap Pola Difraksi yang Terbentuk
10

λ 1=0,002265193 mm δ 1= |λ 1− λ́|= |0,002265193−0,001971557|


∆y ∆L = 0,000293636 mm
∆ λ 1=
[| | | |]
y
+
L
λ1 δ 2= λ 2− λ́ = |0,001887661−0,001971557|
| |
= 0,000083896 mm
0,5 0,5
∆ λ 1=
[| | | |]
+
3,0 5430
0,002265193 δ 3= λ 3− λ́ = |0,001761817−0,001971557|
| |
= 0,00020974 mm
∆ λ 1=37,7741× 10−5mm ∆ λ́ = δ max= 0,000293636 mm
∆ λ1 ∆ λ́
KR¿ × 100 % KR¿ × 100 %
λ1 λ́
0,000293636
37,7741×10−5 KR¿ ×100 %
KR¿ ×100 % 0,001971557
0,002265193
KR¿ 14,89 % ( 2 AB )
KR= 16,68 % (2 AB)
PF = |λ́ ± ∆ λ́|
PF = |λ ± ∆ λ|
PF = |1,9 ± 0,2|10−3mm
PF = |2,2 ± 0,3|10−3mm
Dengan cara yang sama, maka diperoleh
IV. KESIMPULAN
Tabel 5.3 Difraksi pada celah lingkaran dengan Pengaruh jarak antar celah pada pembentukan pola
diameter 4,1mm difraksi pada celah ganda adalah berbanding terbalik.
Pengaruh lebar celah pada pembentukan pola difraksi pada
N y(mm) λ (mm) ∆ λ (mm) KR( PF (mm) celah ganda adalah tidak berpengaruh. Pengaruh jumlah
%) celah terhadap pembentukan pola difraksi adalah tidak
1 3 22,65193 16,68
37,7741× 10−5 |2,2 ± 0,3|10−3 berpengaruh. Panjang gelombang laser melalui percobaan
×10−4 difraksi pada celah tunggal sebesar |0,5 ± 0,1|10−3 mm,
2 5 18,87661 18,894 ×1010,01
−5
|1,8 ± 0,1|10−3 dan pada celah kisi sebesar |0,628 ± 0,004|10−3 mm .
×10−4 Kepada praktikan disarankan agar lebih teliti dalam
3 7 17,61817 7,20
12,6006 ×10 −5
|1,7 ± 0,1|10−3 pengambilan data serta tidak menggunakan alat dengan
×10−4 sembarang yang dapat mengakibatkan kerusakan alat.
Sehingga, Kepada asisten disarankan agar lebih bersabar dalam
Panjang gelombang rata-rata menghadapi praktikan-praktikan yang pemahamannya
λ1 + λ 2 + λ 3 kurang sehingga membutuhkan banyak petunjuk. Kepada
λ́ = praktikan selanjutnya disarankan agar menguasai materi dan
3 konsep praktikum sebelum memasuki ruangan laboratorium,
λ́ = serta teliti dan cermat saat menggunakan alat praktikum.
0,002265193+0,001887661+ 0,001761817
= DAFTAR PUSTAKA
3
0,001971557mm

Laboratorium Fisika Dasar II


Universitas Negeri Makassar

Anda mungkin juga menyukai