No : 26
Kelas: XllP5
Untuk pertama kalinya agama Hindu mulai berkembang di lembah Sungai Shindu di India. Di lembah
sungai ini para
Rsi menerima wahyu dari ”Sang Hyang
Widhi” (Tuhan) dan diabadikan ke dalam
bentuk Kitab Suci Weda. Agama Hindu
sering disebut dengan sebutan Sanātana
Dharma (Bahasa Sanskerta) berarti
”Kebenaran Abadi”, dan Vaidika-Dharma
”Pengetahuan Kebenaran”. Agama Hindu
merupakan sebuah agama yang berasal dari
anak benua India. Agama ini merupakan
lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme)
yang merupakan kepercayaan bangsa
Indo-Iran (Arya).
Agama Hindu sebagaimana istilah yang dikenal sekarang ini, pada awalnya
tidak disebut demikian, bahkan dahulu ia tidak memerlukan nama, karena
pada waktu itu ia merupakan agama satu-satunya yang ada di muka bumi.
Sanatana Dharma adalah nama sebelum nama Hindu diberikan. Kata ”Sanatana
dharma” bermakna ”kebenaran yang kekal abadi” dan jauh belakangan setelah
ada agama-agama lainnya barulah ia diberi nama untuk membedakan antara
satu dengan yang lainnya. Sanatana dharma pada zaman dahulu dianut oleh
masyarakat di sekitar lembah sungai Shindu, penganut Weda ini disebut oleh
orang-orang Persia sebagai orang indu (tanpa kedengaran bunyi s), selanjutnya
lama-kelamaan istilah indu ini menjadi Hindu. Sehingga sampai sekarang
penganut sanatana dharma disebut Hindu.
Tidaklah mudah untuk menentukan dengan kata-kata yang singkat, apakah
sebenarnya Hinduisme itu. Lebih tepat rasanya jika Hinduisme kita namakan
sebagai suatu sistem sosial yang diperkuat oleh cita-cita keagamaan dan dengan
demikian lalu mempunyai tendensi keagamaan. Tak ada seorang pun yang
dapat menjadi seorang Hindu dengan jalan menganut suatu agama tertentu.
Menjadi seorang Hindu adalah berkat kelahirannya.
Terhitung sejak ribuan tahun yang lalu, India telah dikenal oleh berbagai
macam bangsa-bangsa di dunia. Disekitar tahun 4000 SM negeri India
sudah banyak didiami oleh berbagai macam suku bangsa, yang kemudian
membentuk system pemerintahan Kota yang berpisah-pisah. Mohenjodara
dan Harappa adalah Kota yang paling maju, dan didiami oleh bangsa Dravida.
Disekitar (3000 – 1500) SM. Kebudayaan Mohenjodaro dan Harappa sedang
suburnya, datanglah bangsa Arya (bangsa kulit putih) menyerang India
dan menghancurkan hasil-hasil kebudayaannya. Dalam kondisi seperti itu
terjadilah percampuran kebudayaan (kebudayaan asli bangsa Dravida – India
dengan bangsa Arya – Kaspia) dan akhirnya munculah kebudayaan Weda.Pengelompokan yang
dimaksud adalah
sebagai berikut; Zaman Weda, Zaman Brahmana, dan Zaman Upanisad.
1. Zaman Weda.
Zaman Weda diperkirakan berlangsung lebih kurang dari tahun 1500 SM
sampai dengan tahun 600 SM.
2. Zaman Brahmana.
Kata Brahmana berarti penjelasan atau ekspresi dari seorang pendeta yang
cerdas dan bijaksana dalam hal ilmu upacara. Brahmana dapat diartikan
kumpulan pertanyaan-pertanyaan dan diskusi-diskusi mengenai ilmu
upacara.
3. Zaman UpanisadKitab Upanisad merupakan bagian Jnana kanda dari kitab weda sruti, yang
isinya bersifat ilmiah, spekulatif, tetapi tetap pada ruang lingkup keagamaan.
Pada umumnya kitab-kitab upanisad berisi pembahasan tentang hakekat
Brahman, atman, hubungan Brahman dengan atman, hakikat maya, hakikat
widya, serta mengenai moksa atau kelepasan
Agama Hindu di Indonesia
di Bali diperkirakan pada abad ke-8. Hal ini dibuktikan dengan adanya
prasasti-prasasti, Arca Siwa yang bertipe sama dengan Arca Siwa di
Dieng Jawa Timur, yang berasal dari abad ke-8. Menurut uraian lontarlontar di Bali, bahwa Empu
Kuturan sebagai pembaharu agama Hindu di
Bali. Pengaruh Empu Kuturan di Bali cukup besar.Perkembangan agama Hindu selanjutnya, sejak
ekspedisi Gajahmada ke
Bali (tahun 1343) sampai akhir abad ke-19 masih terjadi pembaharuan dalam
teknis pengamalan ajaran agama. Dan pada masa Dalem Waturenggong,
kehidupan agama Hindu mencapai zaman keemasan dengan datangnya
Danghyang Nirartha (Dwijendra) ke Bali pada abad ke-16. Jasa beliau
sangat besar dibidang sastra, agama, arsitektur. Demikian pula dibidang
bangunan tempat suci, seperti Pura Rambut Siwi, Peti Tenget dan Dalem
Gandamayu (Klungkung).
Perkembangan selanjutnya, setelah runtuhnya kerajaan-kerajaan di Bali
pembinaan kehidupan keagamaan sempat mengalami kemunduran.
Namun mulai tahun 1921 usaha pembinaan muncul dengan adanya Suita
Gama Tirtha di Singaraja. Kemudian pada tanggal 17-23
November tahun 1961 umat Hindu berhasil menyelenggarakan Dharma
Asrama para Sulinggih di Campuan Ubud yang menghasilkan piagam
Campuan yang merupakan titik awal dan landasan pembinaan umat Hindu.
Pada tahun 1964 (7 s.d 10 Oktober 1964), diadakan Mahasabha Hindu Bali
dengan menetapkan Majelis keagamaan bernama Parisada Hindu Bali yang
selanjutnya menjadi Parisada Hindu Dharma Indonesia. Perkembangan
dan kemajuan selanjutnya tentu terjadi, seirama dengan perkembangan
atau kemajuan Negera Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan dunia
pada umumnya.