net/publication/349789706
CITATIONS READS
0 798
1 author:
Ade Heryana
Universitas Esa Unggul
84 PUBLICATIONS 14 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Kajian Antrian Pelayanan Pendaftaran Pasien BPJS Kesehatan RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2018 View project
All content following this page was uploaded by Ade Heryana on 05 March 2021.
Ade Heryana
UNIVERSITAS ESA UNGGUL Jakarta
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
PRAKATA
Awal tahun 2021 merupakan tahun ke 3 penulis dipercaya mengajar mata kuliah Asuransi
Kesehatan dan Managed Care di program studi Kesehatan Masyarakat Universitas Esa Unggul.
Selama bekerja di industri pelayanan kesehatan penulis belum pernah secara langsung bekerja
di perusahaan asuransi, namun dalam pekerjaan sehari-hari banyak bersingungan dengan
urusan jaminan kesehatan terutama asuransi kesehatan swasta dan ditunjang dengan tesis
penulis yang masih bersinggungan dengan jaminan sosial. Inilah yang memutuskan penulis
berani memberi pengajaran tentang asuransi kesehatan kepada mahasiswa.
Buku berformat digital ini terdiri dari 150 lebih halaman, dan merupakan kumpulan paper yang
penulis buat sebagai bahan ajar atau modul kuliah. Versi ini penulis putuskan di “gratiskan”
kepada siapa saja yang memerlukan referensi tentang asuransi kesehatan. Mateir dapat diunduh
pada akun Ade Heryana laman academia.com.
Mohon masukan yang konstruktif dari praktisi, dosen yang berkompetensi di bidang asuransi
kesehatan dalam rangka perbaikan buku ini.
Penulis
1
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Materi yang ada pada buku ini merupakan koleksi digital penulis dan belum pernah
dicetak baik dalam format digital atau cetak fisik oleh penerbit manapun.
Segala bentuk kutipan terhadap materi dalam buku ini agar dilakukan sesuai kaidah
pengutipan akademis.
2
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
DAFTAR ISI
PRAKATA................................................................................................................................. 0
PERNYATAAN HAK CIPTA .................................................................................................. 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB 1: Pengantar Mata Kuliah ................................................................................................. 4
BAB 2: Pengertian Asuransi Kesehatan .................................................................................. 14
Bab 3: Pengertian dan Konsep Risiko ..................................................................................... 25
Bab 4: Rating dan Underwriting .............................................................................................. 37
Bab 5: Kontrak dan Prinsip Hukum Asuransi.......................................................................... 48
Bab 6: Adverse Selection ......................................................................................................... 61
Bab 7: Moral Hazard dalam Asuransi Kesehatan .................................................................... 72
Bab 8: Fraud dalam Asuransi Kesehatan ................................................................................. 84
Bab 9: Mencegah Moral Hazard dengan Manajemen Utilitas ................................................. 98
Bab 10: Health Coverage Benefit .......................................................................................... 110
Bab 11: Provider Payment ..................................................................................................... 122
Bab 12: Pengertian Managed Care ........................................................................................ 130
Bab 13: Jenis Organisasi Managed Care ............................................................................... 141
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 156
3
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
1. Pendahuluan
Asuransi kesehatan dapat berperan sebagai salah satu instrumen pembiayaan yang
dapat mencapai tujuan univerisal health coverage. World Health Organization (WHO)
mendorong negara-negara di dunia agar memberikan jaminan kesehatan kepada
masyarakatnya baik dalam bentuk asuransi kesehatan komersil atau sosial. Bahkan
sejak tahun 2001 WHO menganjurkan program asuransi kesehatan sebagai alternatif
pembiayaan untuk mensukseskan program imunisasi.
1
https://www.globenewswire.com/news-release/2020/09/30/2101076/0/en/Global-Health-Insurance-
Market-Is-Expected-to-Reach-USD-2021-62-billion-by-2027-Fior-Markets.html
4
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
tidak mampu menaikkan status kesehatan2. Hal ini menunjukkan ada aspek pelayanan
yang masih luput dari perhatian pemerintah sebagai pemilik program JKN.
Bab ini akan memperkenalkan kepada mahasiswa tentang mata kuliah asuransi
kesehatan dan managed care sebagai mata kuliah wajiib peminatan Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan (AKK). Salah satu kompetensi mahasiswa AKK adalah mampu
mengelola sumberdaya untuk menghasilkan pelayanan atau program kesehatan yang
efektif dan efisien. Salah satu sumberdaya yang harus dikelola adalah sumberdaya
pendanaan melalui asuransi kesehatan.
Berdasarkan gambar 1, dimulai dari gambar paling kiri bahwa setiap orang memiliki
risiko dalam hidupnya termasuk salah satunya adalah risiko sakit/sehat. Risiko
sakit/sehat yang dimiliki setiap orang dapat ditanggung dengan dua jenis jaminan yaitu
asuransi kesehatan komersil dan asuransi kesehatan sosial. Asuransi kesehatan
2
https://finansial.bisnis.com/read/20190801/215/1131429/opini-mengukur-efektivitas-asuransi-kesehatan-
nasional
5
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Jika risiko sakit seseorang ditanggung asuransi kesehatan sosial, maka jaminan yang
diberikan kepadanya merupakan tanggung jawab negara untuk menjamin hak
warganya dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Jika risiko sakit seseorang
ditanggung asuransi kesehatan komersil maka jaminan yang diberikan kepadanya
merupakan upayanya untuk menawarkan pertanggungan risiko kepada pihak yang
bersedia menanggung (insurer).
Pada asuransi kesehatan sosial mekanisme pengelompokkan risiko, besaran iuran dan
pemberian pelayanan kesehatan kepada anggotanya ditetapkan dalam
regulasi/kebijakan publik. Di Indonesia, kebijakan jaminan kesehatan dituangkan
dalam Undang-undang Dasar 1945 dan Undang-undang (UU) terkait seperti UU
kesehatan, UU Sistem Jaminan Sosial Nasional, UU Badan Pengelola Jaminan Sosial,
hingga kebijakan tingkat teknis seperti Peraturan Menteri Kesehatan tentang
pelayanan kesehatan pada jaminana kesehatan nasional, dan sebagainya. Dengan
adanya kebijakan publik ini otomatis warga negara mengikuti ketentuan yang berlaku
dalam peraturan tersebut. Hal ini berbeda dengan askes komersil.
Pada asuransi kesehatan komersil yang bersifat sukarela, seseorang dapat menerima
atau menolak mekanisme pengelompokkan risiko dan besarnya premi yang ditawarkan
insurer. Artinya orang dapat sesukanya menawarkan pertanggungan risiko yang
dimilikinya kepada beberapa insurer hingga didapatkan manfaat dan premi yang sesuai
dengan minatnya. Ketika seseorang minat dengan manfaat dan premi, maka kedua
pihak (insured dan insurer) akan menandatangani kontrak asuransi kesehatan. Kontrak
berisi kondisi-kondisi, serta hak dan tanggung jawab yang harus dijalankan kedua
6
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
belah pihak. Rincian manfaat dan premi dituangkan pada dokumen yang disebut
dengan polis asuransi kesehatan. Kontrak yang sudah ditandatangi kedua pihak
menimbulkan konsekuensi-konsekuensi yang akan dialami dan diterima insured
maupun insurer. Konsekuensi tersebut dapat berbentuk perubahan perilaku dan
konsekuensi teknis.
Dari sudut pandang psikologis, hampir setiap orang cenderung mengalami perubahan
perilaku ketika dirinya terikat kontrak dibandingkan ketika dirinya belum terikat
perjanjian tertentu. Seperti halnya pasangan suami istri yang terikat perjanjian
pernikahan, maka perilakunya akan berubah dibanding ketika masih lajang. Seseorang
yang sudah terikat perjanjian kerja perilakunya akan berbeda dengan ketika dirinya
menganggur.
Pencegahan perilaku adverse selection, moral hazard dan fraud dapat dilakukan saat
pelayanan kesehatan belum dijalankan atau diberikan, dan saat pelayanan kesehatan
diberikan dan/atau sudah dilaksanakan. Jika pencegahan dilakukan sebelum pelayanan
kesehatan diberikan maka metodenya dapat dimasukkan dalam kontrak asuransi dalam
bentuk urun biaya (cost sharing). Dalam asuransi kesehatan dikenal tiga macam cost
sharing yaitu co-insurance, co-payment, dan deductible. Jika pencegahan dilakukan
saat dan/atau setelah pelayanan kesehatan diberikan maka teknik yang dipakai adalah
manajemen utilitas atau utilization review (UR). Hasil dari UR digunakan pengelola
asuransi untuk menilai proses klaim dan pembayaran kepada insured.
7
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
dan pemberian manfaat asuransi mengikuti kebijakan publik yang berlaku (pada askes
sosial) dan polis/kontrak yang berlaku (pada askes komersial). Catatan historis
seseorang yang berkaitan dengan klaim dan manfaat asuransi berpengaruh terhadap
risiko sakit/sehat seseorang. Siklus ini kembali ke depan pada gambar 1.
Bab mata kuliah asuransi kesehatan dan managed care ini mengacu pada siklus yang
dideskripsikan pada gambar 1. Pembahasan dimulai dari konsep risiko dan diakhir
dengan pemberian manfaat.
Dari uraian tentang mekanisme asuransi kesehatan dapat disimpulkan bahwa terdapat
tiga pihak yang terlibat dalam asuransi kesehatan yaitu pihak tertanggung (insured,
nasabah), pihak yang menanggung (insurer, perusahaan/pengelola dana asuransi) dan
pihak pemberi pelayanan kesehatan (provider kesehatan). Dengan demikian terdapat
tiga jenis kegiatan yang berkaitan dalam asuransi kesehatan yakni
Insurer
• Mengumpulkan risiko
• Menanggung risiko sakit
insured (sebagai payer)
Independen Independen
Dalam jaminan kesehatan terdapat dua jenis asuransi yaitu askes tradisional dan askes
modern. Sebagaimana kita perhatikan pada gambar 2, setiap pihak menjalankan
fungsinya masing-masing. Insurer hanya mengurusi pengumpulan risiko (risk pool)
dan menanggung risiko insured dengan membayarkan klaim biaya pelayanan
kesehatan dari provider. Pihak insured hanya menjalankan tugas membayar
iuran/premi dan melakukan pemeriksaan kesehatan ketika mengalami sakit sesuai
8
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
dengan manfaat yang diterima. Sementara itu pihak provider hanya menjalankan peran
sebagai pemberi pelayanan kesehatan kepada insured sesuai ketentuan dan menagih
biaya pelayanan kesehatan kepada insurer. Kondisi seperti inilah yang disebut dengan
asuransi kesehatan tradisional, dimana masing-masing pihak dengan pihak lain saling
independen.
Kenapa disebut tradisional? Karena di dalamnya tidak ada upaya yang dilakukan agar
dapat saling menguntungkan seluruh pihak yang terlibat. Setiap pihak berupaya
menncari keuntungan masing-masing sehingga muncul inefisiensi, moral hazard,
hingga fraud. Buntutnya adalah terjadi pelayanan dengan biaya yang tinggi sekali
namun tidak diikuti dengan kualitas pelayanan yang baik. Artinya tidak ada upaya
untuk mengendalikan mutu pelayanan dan biaya pelayanan.
Hingga kemudian pada tahun 1970an muncul konsep yang disebut dengan asuransi
kesehatan modern yang menyatukan atau mengintegrasikan tiga fungsi pokok dalam
asuransi kesehatan yaitu pembiayaan, pelayanan, dan pengumpulan risiko (risk
pooling). Konsep ini dikenal dengan nama Managed-Care yang akan dipelajari pada
akhir dari buku ini (lihat gambar 3).
Insurer
Insured Provider
pelayanan
Mata kuliah asuransi kesehatan dan managed-care merupakan mata ajar yang wajib
diikuti mahasiswa program studi kesehatan masyarakat peminatan Administrasi dan
9
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Mata kuliah terdiri dari 2 satuan kredit semester (SKS) dan diberikan dalam 14 kali
pertemuan. Topik yang diberikan selama perkuliahan disusun berdasarkan Rencana
Pembelajaran Semester (RPS) yang berisikan tujuan pembelajaran, materi yang
diberikan, metode pembelajaran, dan indicator penilaian (lihat lampiran).
Pada dasarnya topik yang diberikan terdiri dari konsep-konsep utama antara lain:
konsep asuransi, konsep risiko, konsep hukum asuransi, konsep perilaku berasuransi,
konsep pencegahan kerugian, konsep manfaat dan pembayaran, serta konsep asuransi
kesehatan modern atau managed-care.
a. Konsep asuransi
b. Konsep risiko
10
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Konsep hukum yang berlaku dalam asuransi kesehatan hanya diberikan pada
sesi-6. Pada sesi-6 topik yang akan diajarkan adalah pengertian kontrak dan
hukum dalam asuransi kesehatan. Tujuan pembelajaran pada sesi ini adalah
mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan definisi, komponen dan jenis-
jenis kontrak asuransi berdasarkan prinsip hukum yang berlaku.
• Sesi-9 akan dipelajari salah satu perilaku yang paling merugikan yaitu
fraud. Tujuan dari pembelajaran pada sesi-8 adalah mahasiswa dapat
memahami dan menjelaskan tentang defines fraud, jenisnya, dan faktor
penyebab kemunculan fraud
11
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Konsep asuransi kesehatan modern atau managed care akan diberikan pada
sesi-13 dan sesi-14.
12
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
C. REFERENSI
D. LATIHAN
1. Sebutkan tujuan secara umum mahasiswa mempelajari ilmu asuransi kesehatan dan
managed care
13
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan asuransi kesehatan sebagai salah satu
mekanisme pembiayaan kesehatan
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan skema managed care sebagai pola
asuransi kesehatan modern
1. Pendahuluan
Pembiayaan kesehatan adalah bagian yang vital dalam sistem kesehatan. Menurut
Goldstein dkk sistem kesehatan masyarakat terdiri dari lima komponen utama yaitu
organisasi, pembiayaan, manajemen, kinerja, dan masalah kesehatan(Goldstein et al.,
2015). Menurut WHO, sistem kesehatan terdiri enam bagian utama yaitu (1)
pemberian pelayanan kesehatan; (2) tenaga kesehatan; (3) informasi; (4) alat
kesehatan, vaksin dan teknologi; (5) kepemimpinan dan pemerintahan; dan (6)
pembiayaan dan percepatan akses pelayanan kesehatan secara universal serta
pengurangan ketimpangan dalam kesehatan (Tulchinsky et al., 2014).
Atas dasar hal tersebut, tugas pemerintah dalam kesehatan masyarakat bukan
hanya mencegah penyakit namun juga mendanai atau membiayai pelayanan kesehatan
bagi warganya. Begitu pentingnya pembiayaan kesehatan, sehingga kesehatan
masyarakat di negara yang masih memisahkan (tidak mengintegrasikan) antara
pemberian pelayanan dengan pembiayaan kesehatan harus berurusan dengan
penduduk yang mengalami kondisi keterbelakangan atau kemiskinan serta terlupakan
dalam perawatan (Tulchinsky et al., 2014).
14
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Pemberian
yankes
Tenaga
PEMBIAYAAN
kesehatan
Kepemimpinan
Informasi
& pemerintah
Alkes, vaksin,
teknologi
2. Pembiayaan Kesehatan
15
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Semua negara memiliki tujuan yang sama berdasarkan kesepakatan global dalam
Sustainable Development Goals (SDGs) yakni mencapai satu kondisi dimana
kesehatan seluruh warga negaranya dilindungi oleh pemerintah atau disebut Universal
Health Coverage (UHC). Pembiayaan kesehatan dibutuhkan untuk mencapai UHC,
karena sifatnya yang dapat mengumpulkan seluruh sumberdaya kunci dalam upaya
kesehatan sehingga tidak terlalu menekan masalah finansial di tingkat rumah tangga
(Global Burden of Disease Health Financing Collaborator Network, 2018).
Pembeli
Penjual jasa
jasa
Pihak
ketiga
Pembiayaan
16
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
• Pembiayaan • Pembiayaan
langsung individu kesehatan dari
atau melalui asuransi seluruh komunitas
kesehatan melalui pajak
17
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Revenue •Pengumpulan
dana dari rumah
tangga, bisnis dan
collection sumber eksternal
•Mengumpulkan
dan mengelola
Pooling pendanaan/iuran
agar ada
pertukaran risiko
•Membeli/
memanfaatkan
Purchasing pelayanan dari
swasta atau
pemerintah
1. Ada insentif jika tercapai kinerja dalam pencegahan penyakit dan promosi
kesehatan
5. Perubahan paradigma dari perencanaan pada sisi penawaran menjadi biaya per
kapita
18
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
11. Mengurangi rawat inap akut menjadi < 3 per 1.000 populasi
13. Pemberian penalti jika terjadi kelebihan hospitalisasi dan tindakan bedah
Pembiayaan kesehatan dapat berasal dari tiga sumber yaitu publik, swasta, dan
bantuan internasional. Asuransi kesehatan merupakan sumber pembiayaan kesehatan
yang dapat berasal dari publik (berbentuk asuransi kesehatan sosial, misalnya Jaminan
Kesehatan Nasional), dan dapat berasal dari swasta (dalam bentuk asuransi kesehatan
swasta) (Tulchinsky et al., 2014). Iuran atau kontribusi pada asuransi kesehatan sosial
umumnya berdasarkan pada pendapatan, sedangkan pada asuransi kesehatan swasta
umumnya berdasarkan risiko atau penyakit yang diderita(McKee et al., 2013).
19
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Asuransi kesehatan
Publik
sosial (wajib)
Pembiayaan
Kesehatan
Asuransi kesehatan
Swasta swasta atau
komersial (sukarela)
Disamping itu sumber pembiayaan kesehatan dari suatu negara dibagi berdasarkan
sistem kesehatan yang dianut. Tabel berikut menjelaskan perbedaan sumber
pembiayaan menurut sistem kesehatan nasional(Tulchinsky et al., 2014).
20
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
1. Akan mengurangi klaim obat dan lebih mendekatkan diri dengan pelayanan
kesehatan untuk melakukan tindakan medis segera(Wolpert, 2020)
4. Terjadi pergeseran tujuan penggunaan asuransi lebih kepada dampak dan nilai
kesehatan yang diinginkan(EY Insurance, 2015)
Insurer
Asuransi
Kesehatan
Tradisional
Health
Insured provider
21
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Supaya terjadi efisiensi dalam bagi ketiga pihak pelaku asuransi kesehatan, maka
muncullah konsep yang disebut dengan managed-carei atau asuransi kesehatan
modern. Konsep ini menggabungkan ketiga pihak tersebut, sehingga mengintegrasikan
antara pelayanan, pembiayaan dan pengumpulan risiko (risk pooling). Gambar 7
menjelaskan skema managed-care.
Insurer
Health
Insured
provider
22
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
KESIMPULAN
Menurut WHO, sistem kesehatan terdiri enam bagian utama yaitu (1) pemberian pelayanan
kesehatan; (2) tenaga kesehatan; (3) informasi; (4) alat kesehatan, vaksin dan teknologi; (5)
kepemimpinan dan pemerintahan; dan (6) pembiayaan dan percepatan akses pelayanan
kesehatan secara universal serta pengurangan ketimpangan dalam kesehatan.
Asuransi kesehatan merupakan sumber pembiayaan kesehatan yang dapat berasal dari
publik (berbentuk asuransi kesehatan sosial, misalnya Jaminan Kesehatan Nasional), dan dapat
berasal dari swasta (dalam bentuk asuransi kesehatan swasta atau komersil).
LATIHAN
KUIS
2. Pada negara dengan sosial justice model, pembiayaan kesehatan berasal dari:
A. Pajak
3. Asuransi kesehatan merupakan sumber pembiayaan kesehatan yang dapat berasal dari:
23
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
A. Publik
B. Swasta
C. Bantuan internasional
A. Revenue collecting
B. Risk pooling
C. Purchasing
A. Pembiayaan kesehatan
B. Tenaga kesehatan
C. Informasi kesehatan
24
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
1. Konsep Risiko
Terminologi “risk” atau risiko sering dipakai pada berbagai disiplin ilmu. Disiplin
tersebut misalnya pada ilmu ekonomi, ilmu perilaku, statistik, aktuaria, ilmu sejarah,
dan keselamatan kerja. Dalam ilmu ekonomi ada risiko hutang luar negeri, dalam ilmu
perilaku ada tindakan yang mendekati risiko atau risk taking, dalam ilmu statistik
terdapat perhitungan probabilitas yang menunjukkan nilai risiko, dalam ilmu aktuaria
terdapat perhitungan risiko kerugian, dalam ilmu sejarah terdapat risiko, dan dalam
keselamatan kerja terdapat risiko kecelakaan yang akan dialami pekerja. Pada
dasarnya istilah risiko berkaitan dengan suatu kejadian atau kondisi.
Secara definitif, risiko atau risk adalah suatu kondisi ketidakpastian yang bekaitan
dengan kejadian yang merugikan (Geroge E. Rejda & McNamara, 2016). Pada
masyarakat umum, risiko berkaitan dengan kondisi ketidakpastian (uncertainty).
Ketidakpastian tersebut berkaitan dengan kejadian mengalami kerugian. Misalnya:
risiko meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, dan risiko kanker paru pada perokok.
Kedua risiko tersebut terjadi karena adanya kondisi ketidakpastian. Pada pekerja
asuransi, istilah risiko berkaitan dengan “benda” atau “jiwa” yang akan diasuransikan.
Misalnya: supir memiliki risiko buruk (kecelakaan, kesehatan, dan sebagainya), atau
gedung itu memiliki risiko rendah (terbakar, hancur, dan sebagainya).
25
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Sementara menurut (Vaughan & Vaughan, 2014), adanya risiko menimbulkan kondisi
ketidakpastian (uncertainty) pada individu atau seseorang. Ketidakpastian merupakan
reaksi psikologis akibat kurangnya pengetahuan seseorang terhadap kejadian yang
akan datang. Dengan demikian ketidakpastian pada seseorang tergantung pada
pengetahuan dan sikap yang dimiliki. Seseorang dengan latar belakang pendidikan
dokter lebih mudah menilai kepastian mengalami sakit, dibanding orang yang sama
sekali tidak terpapar informasi kesehatan.
Demikian pula dalam penilaian risiko pada asuransi kesehatan. Perusahaan asuransi
tidak mengukur si A memiliki risiko sakit sekian persen, namun mengelompokkan
mereka ke dalam kelompok yang bersifat kualitatif yaitu “Risiko sangat tinggi” “risiko
tinggi” “risiko sedang” “risiko rendah” dan “tidak berisiko”.
Dalam kaitannya dengan asuransi kesehatan, (Vaughan & Vaughan, 2014) risiko
didefinisikan sebagai suatu kondisi yang memungkinkan adanya penyimpangan yang
26
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
tidak diharapkan dari tujuan yang akan dicapai. Dengan demikian risiko memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Merupakan kondisi yang riil terjadi yang berasal dari lingkungan eksternal
seseorang, sehingga situasi yang hanya rekaan atau dugaan tanpa ada bukti
kejadiannya bukan dianggap risiko. Meskipun seseorang dapat meramalkan suatu
risiko kapan terjadi, namun ramalan tersebut didasarkan pada kejadian empirik
sebelumnya.
3. Sulit diukur secara pasti (tidak pasti/uncertainty), namun hanya dapat ditentukan
kemungkingan munculnya risiko. Berapa persen risiko Anda tertular Covid-19?
Jawaban ini sulti dijawab karena adanya ketidakpastian. Kita dengan mudah dapat
menentukan kapan seseorang tertular Covid-19 yaitu ketika tidak menerapkan
protokol kesehatan memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Namun
berapa persen seseorang terkena Covid-19 sulit ditentukan.
Dalam dunia asuransi, sering terdapat salah pengertian tentang perbedaan antara risiko
dengan peril dan hazard. Penyebab dari kerugian disebut dengan peril. Misalnya:
penyebab kebakaran, penyebab hujan badai, penyebab kemalingan, dan sebagainya.
Sedangkan kondisi yang dapat menyebabkan timbulnya atau meningkatkan penyebab
kerugian (peril) disebut dengan hazard. Suatu kondisi bisa dikategorikan peril atau
hazard, misalnya kondisi sakit. Penyebab kerugian ekonomi pada seseorang adalah
kondisi sakit (peril). Namun kondisi sakit bisa sebagai hazard, yaitu dapat
menimbulkan atau meningkatkan terjadinya kematian.
27
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Lingkungan
Risiko sakit
(Hazard)
Gaya hidup
(Hazard)
Hazard terdiri dari empat yaitu physical hazard, moral hazard, morale hazard, dan
legal hazard.
a. Atribut fisik yang dapat meningkatkan kemungkinan kerugian oleh suatu peril
disebut dengan physical hazard. Misalnya: kebakaran (peril) dapat meningkat
karena adanya hazard seperti tipe bangunan, lokasi bangunan, dan tingkat hunian
gedung.
b. Moral hazard dapat meningkatkan kerugian peril dalam bentuk karakter yang
cenderung tidak jujur dari seseorang yang ditanggung kerugiannya.
Kerugian atau loss merupakan satu kondisi seseorang mengalami hal-hal yang tidak
diharapkan seperti kehilangan, sakit, kebakaran dan sebagainya. Kemungkinan suatu
28
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
kerugian terjadi pada seseorang disebut dengan chance of loss yaitu probabilitas suatu
kejadian kerugian akan terjadi. Probabilitas tersebut ada yang sifatnya obyektif
(objective probability) dan subyektif (subjective probability).
4. Jenis Risiko
Dilihat dari pihak yang menilainya, risiko terbagi menjadi: a) Risiko obyektif
(objective risk) dan b) Risiko subyektif (subjective risk). Perbedaan keduanya akan
dijelaskan sebagai berikut:
a. Risiko obyektif merupakan jenis risiko yang dapat diukur secara rasional dan
merupakan selisih relatif antara kerugian aktual (loss actual) dengan kerugian yang
diharapkan (expected loss). Misalnya dari populasi 10.000 penduduk desa ada
kemungkinan 100 atau 1% yang mengalami kanker darah pada tahun ini. Pada
tahun berikutnya kemungkinan hanya 90 penduduk, atau 110 penduduk yang
mengalami kaknker darah. Selisih antara 100 dengan 90, atau 100 dengan 110 ini
disebut dengan risiko obyektif. Risiko obyektif akan berkurang jika
paparan/pajanan risiko semakin meningkat. Untuk menghitungnya secara statistik
bisa menggunakan ukuran sebaran seperti standar deviasi atau koefisien variasi.
Konsep risiko obyektif menghasilkan hukum yang terkenal dalam asuransi yaitu
law of large numbers. Hukum ini menyatakan bahwa semakin tinggi jumlah
subyek yang terpapar risiko, maka selisih risiko aktual terhadap risiko yang
diharapkan semakin kecil.
b. Risiko subyektif (subjective risk) atau perceived risk adalah kondisi ketidakpastian
yang didasarkan atas dugaan orang yang memiliki risiko tersebut. Misalnya
29
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
seorang supir yang mengalami demam panas dan memaksakan diri untuk
mengendarai mobil. Dirinya mengalami kondisi ketidakpatian apakah akan sampai
rumah dengan selamat atau demamnya bertambah parah. Risiko subyektif akan
berbeda antara satu orang dengan orang lain. Ada orang yang menganggap kopi
tidak berisiko terhadap kesehatan, ada yang berusaha mengindari minum kopi
karena dianggap berisiko terhadap kesehatan. Risiko subyektif pada orang yang
berpandangan konservatif dan hati-hati dalam menjalani hidup, lebih tinggi
dibanding orang yang lebih modern.
Berdasarkan perubahan yang terjadi secara ekonomi, risiko terbagi menjadi risiko
dinamis (dynamic risk) dan risiko statis (static risk).
Berdasarkan sumber dan konsekuensi kerugian, risiko dibagi menjadi risiko mendasar
(fundamental risk), dan risiko khusus (particular risk).
30
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Misalnya: investasi saham di bursa efek yang bersifat spekulatif karena bisa
menimbulkan kerugian atau malah mendapat keuntungan, dalam perjudian,
investasi bisnis, dll.
2. Risiko kepemilikan (property risk), yaitu jenis risiko yang muncul akibat
terjadi pencurian atau kerusakan barang. Dalam risiko kepemilikan terdapat
dua kerugian yang muncul yaitu kerugian yang bersifat langsung (direct loss)
dan tidak langsung (indirect loss atau consequential loss). Contoh direct loss
adalah kebakaran rumah. Akibat kebakaran maka pemilik rumah akan
memperbaikinya dan menimbulkan kerugian yang bersifat tidak langsung
(indirect loss) yaitu menempati rumah yang sudah rusak.
3. Risiko ganti rugi (liability risk), yaitu jenis risiko yang muncul akibat kejadian
yang tidak disengaja atau akibat kecerobohan atau kelalaian orang lain.
Misalnya: kendaraan ditabrak pengendara lain.
4. Risiko yang muncul akibat kegagalan orang lain. Misalnya: kerugian akibat
rekanan gagal menyelesaikan proyek
31
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Particular/ Speculative
Subjective Static
khusus risk
5. Pengendalian Risiko
Setiap orang dapat mengatasi kerugian yang mungkin akan dialami dengan cara
mengendalikan risiko atau risk management. Hungelmann menyatakan manajemen
risiko merupakan cara seseorang dalam mengendalikan kerugian yang akan dialami
tanpa menawarkan pertanggungan ke pihak lain. Sehingga dalam pengendalian risiko,
menurut Hungelmann pertama kali orang akan mencegah kerugian tidak menggunakan
asuransi, lalu kemudian dengan membeli asuransi (Hungelmann, 2009).
Pengendalian risiko dapat dilakukan dengan empat cara yaitu menghindari (avoid),
mengurangi (reduce), menahan (retain), dan memindahkan (transfer) (Hungelmann,
2009).
Cara ini dilakukan dengan sama sekali risiko dihindari atau tidak memberi
kesempatan untuk menghadapi risiko. Hal ini mirip dengan ketika Anda
menghindar bertemu dengan orang yang diperkirakan akan memberikan risiko
waktu hilang akibat perilakunya yang selalu bergosip. Anda berusaha sama sekali
tidak berkomunikasi dengan dirinya bahkan melakukan blocking terhadap nomor
teleponnya. Beberapa contoh lainnya adalah:
32
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
• Menyantap makanan yang sehat, tidak merokok, dan cukup waktu istirahat
untuk mengurangi risiko terkena penyakit
Pada metode ini orang berupaya menahan risiko dengan mengorbankan sejumlah
dana. Menahan risiko dapat dilakukan secara sukarela (voluntary) dan dipaksakan
(involuntary).
Menahan risiko yang bersifat dipaksakan yaitu membayar sejumlah uang ketika
terjadi kerugian. Misalnya ketika harus dirawat membayar sejumlah tagihan
pelayanan rumah sakit karena tidak memiliki asuransi kesehatan.
33
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Menghindari risiko
(Risk avoid)
Mengurangi risiko
(Risk reduce)
Menahan risiko
(Risk retain)
Memindahkan
risiko (Risk transfer)
Cara yang terakhir adalah memindahkan risiko yang dimiliki ke pihak lain. Metode
inilah yang dikenal dengan asuransi. Perusahaan asuransi umumnya menanggung
lima risiko utama dalam kehidupan manusia, yaitu (Hungelmann, 2009):
• Kematian premature
Terkait dengan asuransi kesehatan, risiko yang ditanggung adalah risiko yang
bersifat murni (pure risk). Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah:
34
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
• Risiko yang terjadi bukan karena kesengajaan serta bukan kejadian yang
sukar diprediksi.
KESIMPULAN
Risiko atau risk adalah suatu kondisi ketidakpastian yang bekaitan dengan kejadian yang
merugikan.
Dalam dunia asuransi, sering terdapat salah pengertian tentang perbedaan antara risiko dengan
peril dan hazard. Penyebab dari kerugian disebut dengan peril. Hazard terdiri dari empat yaitu
physical hazard, moral hazard, morale hazard, dan legal hazard.
Kerugian atau loss merupakan satu kondisi seseorang mengalami hal-hal yang tidak diharapkan
seperti kehilangan, sakit, kebakaran dan sebagainya. Kemungkinan suatu kerugian terjadi pada
seseorang disebut dengan chance of loss yaitu probabilitas suatu kejadian kerugian akan terjadi.
Probabilitas tersebut ada yang sifatnya obyektif (objective probability) dan subyektif
(subjective probability).
Dilihat dari pihak yang menilainya, risiko terbagi menjadi: a) Risiko obyektif (objective risk)
dan b) Risiko subyektif (subjective risk). Berdasarkan perubahan yang terjadi secara ekonomi,
risiko terbagi menjadi risiko dinamis (dynamic risk) dan risiko statis (static risk). Berdasarkan
kemungkinan menerima kerugian atau manfaat, maka risiko terbagi menjadi risiko murni (pure
risk) dan risiko spekulatif (speculative risk).
Pengendalian risiko dapat dilakukan dengan empat cara yaitu menghindari (avoid),
mengurangi (reduce), menahan (retain), dan memindahkan (transfer)
LATIHAN
35
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
15. Dari konsep risiko yang sudah kalian pelajari, kira-kira menurut Anda mengapa
sebagian orang tidak mau atau belum bersedia membeli asuransi?
36
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
1. Pendahuluan
Dalam media online bisnis.com tertulis sebuah artikel berita yang secara umum
menyatakan bahwa pada masa pandemi covid-19 perusahaan asuransi kembali
meluncurkan produk “murni” asuransi kesehatan tanpa embel-embel investasi. Seperti
kita ketahui, di Indonesia banyak bermunculan produk asuransi kesehatan yang
digabung dengan investasi dengan nilai premi yang tinggi. Selama masa pandemi, daya
beli masyarakat berkurang namun permintaan terhadap asuransi kesehatan tinggi
sehingga produk asuransi kesehatan diluncurkan ke pasar kembali ke cara tradisional
yaitu tanpa dibarengi dengan investasi (Gunawan, 2020). Penurunan nilai premi
asuransi kesehatan akibat perubahan produk asuransi membutuhkan perhitungan yang
tepat dengan memperhitungkan berbagai faktor.
Gambar 1 memperlihatkan deficit dana JKN akibat target penerimaan tidak tercapai.
Opsi kenaikan iuran menjadi salah satu keputusan pemeintah Jokowi (sumber:
bisnis.com)
37
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Pada bab ini akan dibahas seleksi dan penentuan risiko calon nasabah asuransi
kesehatan serta menjelaskan bagaimana peran underwriting dalam menentukan risiko
dan nilai premi asuransi kesehatan.
2. Pengertian Rating
Rating adalah metode untuk menentukan premi asuransi yang harus dibebankan
kepada calon nasabah individu atau kelompok. Rating juga berkaitan dengan
pemberian harga pada produk asuransi. Perusahaan asuransi tentunya menginginkan
agar pendapatan yang diperoleh dari pembayaran premi dan hasil investasi dapat
menutupi seluruh klaim dan biaya serta menghasilkan profit (George E. Rejda, 2008).
Proses untuk memprediksi kerugian dan beban insurer serta mengalokasikan biaya-
biaya tersebut pada kelompok insured disebut dengan ratemaking (Vaughan &
Vaughan, 2014).
Premi asuransi dan rate ditentukan oleh professional yang khusus menanganinya yaitu
Aktuaris (Actuary), seorang ahli matematika terapan dalam perencanaan, pemberian
harga dan penelitian yang berkaitan dengan asuransi. Khusus dalam asuransi jiwa
(termasuk kesehatan), seorang aktuaria akan mempelajari data-data statistik penting
data kelahiran, kematian, pernikahan, penyakit, pekerjaan, pension, dan kecelakaan
(George E. Rejda, 2008). Aktuaris umumnya menyelesaikan masalah-masalah aktual
di perusahaan bisnis khususnya yang berkaitan dengan risiko (Persatuan Aktuaris
Indonesia, n.d.). Pada perusahaan asuransi besar terdapat Departemen Aktuaria yang
menentukan harga premi, sementara pada perusahaan kecil melakukan kerjasama
dengan perusahaan konsultan aktuaria (Vaughan & Vaughan, 2014).
Rate asuransi yang ditentukan oleh Aktuaris harus cukup untuk menutup biaya
operasional, tidak terlalu mahal dan tidak ada diskriminasi. Berkaitan dengan hal
tersebut ada dua jenis rate yang dihitung oleh Aktuaris yaitu rate kelompok atau class
rate, dan rate individu atau individual rate (Vaughan & Vaughan, 2014).
Rate kelompok atau class rate merupakan metode perhitungan harga premi asuransi
untuk seluruh kelompok atau kelas berdasarkan usia atau jenis kelamin. Rate
kelompok merupakan metode yang paling banyak digunakan saat ini dalam asuransi
kesehatan (Vaughan & Vaughan, 2014). Class rate disebut juga community rating yaitu
metode pemeringkatan yang menempatkan seluruh anggota komunitas dalam satu
38
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
kumpulan risiko. Dengan metode ini, satu kelompok akan mendapatkan hasil nilai
premi yang sama (R. Kongstvedt, 2020).
Rate individu diterapkan jika calon insured sangat bervariatif sehingga perhitungannya
bukan dalam satu kelompok. Terdapat tiga pendekatan dalam metode rating yaitu: 1)
judgment rating; 2) manual rating; 3) schecule rating; 4) experience rating (Morissey,
2008; Vaughan & Vaughan, 2014).
b. Manual rating adalah metode rating menggunakan rate based atau dasar
pemeringkatan berdasarkan karakteristik individu atau kelompok. Karakteristik
individu yang diukur adalah usia, jenis kelamin, domisili, jenis pekerjaan, dan
status kesehatan. Cara ini merupakan pendekatan yang sudah lama dilakukan
dalam industri asuransi, dan umumnya diterapkan pada calon nasabah individu.
Contoh manual rating sebagaimana digambarkan pada tabel 1 berikut:
d. Experience rating adalah metode rating yang memisahkan risiko yang berbeda-
beda pada komunitas (R. Kongstvedt, 2020), yang menetapkan besar premium
berdasarkan jumlah klaim saat ini atau sebelumnya dari suatu kelompok. Metode
ini terdiri dari dua jenis, yaitu:
39
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Untuk menghitung besar premi asuransi atau gross premium atau gross rate, formula
berikut dapat digunakan
Pure Premium = premi yang diperoleh dengan cara aktuaria berdasarkan data klaim
sebelumnya. Loading percentage atau risk load = penyesuaian untuk menutupi risiko,
keuntungan, biaya pemasaran, biaya pengajuan klaim, biaya proses klaim, biaya
koordinasi manfaat, dan biaya pembentukan jaringan pelayanan, termasuk
memperhitungkan aspek kompetisi. Loading percentage sering disebut dengan
expense ratio.Besarnya loading percentage bervariasi di antara berbagai kelompok
atau individu (Morissey, 2008; Vaughan & Vaughan, 2014). Studi yang dilakukan
Pauly & Percy (2000) menunjukan nilai loading percentage bagi cakupan kelompok
sekitar 10%, dan bagi individu sekitar 50% (Pauly et al., 2012).
Pure premium dihitung dengan membagi ekspektasi kerugian (losses) terhadap jumlah
insured (exposure units) sehingga (Vaughan & Vaughan, 2014):
𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 (1)
𝑃𝑢𝑟𝑒 𝑝𝑟𝑒𝑚𝑖𝑢𝑚 =
𝐸𝑥𝑝𝑜𝑠𝑢𝑟𝑒 𝑢𝑛𝑖𝑡𝑠
Misalnya jumlah insured ada 100,000 dan kemungkinan nilai kerugian adalah Rp 30
miliar, maka besarnya pure premium adalah 30 miliar dibagi 100.000 atau sebesar Rp
300.000.
Studi tentang perhitungan premi asuransi kesehatan untuk perawatan rumah sakit pada
kontrak asuransi perorangan dan joint life, menunjukkan hasil sebagai berikut (Maysita
et al., 2019):
40
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
a. Usia tertanggung, tingkat suku bunga, besar santunan, dan jangka waktu polis
berpengaruh terhadap besaran premi tahunan asuransi kesehatan perawatan rumah
sakit
c. Premi asuransi kesehatan perawaran rumah sakit yang digabungkan nilainya lebih
besar dibandinkan premi asuransi kesehatan skema joint life
Orang atau tenaga yang melakukan fungsi underwriting disebut underwriter. Secara
teknis, underwriter turut menyetujui perjanjian asuransi dan menentukan penerimaan
risiko bagi sebagian atau seluruhnya. Dikatakan field underwriter, bila pekerjaan
underwriting ini dilakukan juga oleh tenaga penjual asuransi (Rovner, 2013). Petugas
yang sehari-hari menjalankan teknis underwriting disebut dengan line underwriter
(George E. Rejda, 2008).
Proses underwriting membutuhkan pijakan dasar atau kebijakan umum yang disebut
dengan underwriting policy yang ditetapkan oleh menajemen level atas yang
mengurusi masalah ini. Kebijakan ini sebaiknya sejalan dengan tujuan perusahaan
asuransi dan harus dijalankan oleh seluruh petugas underwiter. Secara detail isi dari
underwriting policy dijabarkan dalam pedoman underwriting atau underwriting guide.
Pedoman ini secara umum menentukan jenis produk asuransi yang dikerjakan, area
yang harus dikembangkan, format dan rating yang digunakan, ketentuan
penerimaan/penolakan, nilai asuransi yang dikerjakan, hal-hal yang harus mendapat
41
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
• Kelompok usia tua memiliki kemungkinan pengajuan klaim lebih besar dari usia
muda, karena risiko penyakit kronis
• Pada kelompok wanita usia muda kemungkinan klaim lebih besar dibanding
kelompok wanita usia lebih tua, karena beban memiliki anak
• Pada kelompok pekerja dengan risiko kecelakaan tinggi, kemungkinan klaim lebih
besar dibanding yang risiko kecelakaan rendah
1. Pengisian data calon insured oleh agen penjual asuransi disebut juga dengan field
underwriting. Dari pengisian ini diperoleh informasi awal tentang calon insured,
apakah termasuk kelompok yang dapat diterima (acceptable), yang masih
42
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Dalam melakukan proses underwriting terdapat beberapa hal yang harus dijadikan
pertimbangan. Pertimbangan tersebut adalah:
1. Medical underwriter hanya diberi hanya diberi kesempatan satu kali untuk
menilai risiko calon nasabah, dan penilaian tersebut digunakan selama satu
periode kontrak (Gleeson, 2004).
43
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
N = jumlah cakupan
3
Pembahasan adverse selection akan diberikan pada sesi tersendiri
44
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
mendaftar tidak gagal membayar premi dan tidak melakukan kecurangan (fraud)
pada periode waktu tertentu, umumnya 60 hari. Sedangkan renewability
merupakan komitmen bahwa setiap calon nasabah asuransi kesehatan baik
individu atau kelompok memiliki kesempatan untuk memperbaharui manfaat yang
diterimanya sepanjang patuh membayar premi dan tidak melakukan kecurangan
(R. Kongstvedt, 2020).
f. Mempertimbangkan rasio kerugian medis (Medical Limitation Ratio atau MLR),
yaitu jumlah persentase premi yang dipakai untuk membiayai layanan kesehatan
dan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan. ACA membatasi rasio
tersebut yaitu 85% pada kelompok nasabah besar, serta 80% pada kelompok
nasabah kecil atau individu (R. Kongstvedt, 2020).
g. Mempertimbangkan batasan usia (Age banding atau age brackets). Faktor ini
memiliki pengertian agar perusahaan asuransi kesehatan menerapkan premi yang
berbeda-beda berdasarkan batasan usia atau rata-rata usia. Umumnya individu
berusia tua cenderung membutuhkan biaya pelayanan kesehatan yang lebih besar
dibanding usia muda. Menurut ACA rata-rata perbandingan biaya antara
kelompok tua dengan muda adalah 1:3. Dengan demikian age banding bertujuan
menghindari kelompok usia tua mendapatkan biaya pelayanan kesehatan yang
rendah, dan sebalikya (R. Kongstvedt, 2020).
a. Kebiasaan merokok pada calon nasabah yang akan meningkatkan nilai premi
sebesar 50%
c. Urun biaya (cost sharing) dan rancangan produk (product design). Semakin
tinggi urun biaya yang dibebankan kepada calon nasabah maka nilai premi
semakin rendah.
45
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
d. Ukuran polis atau kontrak (policy or contract size). Faktor ini menentukan
besar kecilnya premium karena berkaitan dengan sbesar nilai manfaat yang
akan diterima. Umumnya ada empat jenis kontrak/polis yaitu 1) lajang dengan
manfaat tunggal (single coverage only); 2) menikah tanpa anak (two adult
only); 3) suami/istri plus 1-2 anak (one adult plus one or more children); dan
4) pasangan suami istri plus 1-2 anak (two adults plus one or more children).
Berdasarkan uraian di atas maka pada dasarnya peran underwriting adalah sebagai
berikut (R. Kongstvedt, 2020):
46
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
5. Kesimpulan
Rating adalah metode untuk menentukan premi asuransi yang harus dibebankan
kepada calon nasabah individu atau kelompok. Terdapat tiga pendekatan dalam
metode rating yaitu: 1) community rating; 2) manual rating; dan 3) experience rating.
C. LATIHAN
6. Faktor apa saja yang harus diperhatikan underwriter dalam menentukan premi asuransi
kesehatan?
47
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Pada tahun 2017 dunia asuransi kesehatan diramaikan dengan kasus gugatan nasabah
terhadap perusahaan asuransi akibat penolakan klaim salah satu produk asuransi
kesehatan dengan nama generik Hospital Cash Plan. Kasus ini berbuntut pada
penahanan Manajer Klaim dan Direktur perusahaan asuransi swasta. Dalam sebuah
seminar yang diselenggarakan di Jakarta, pakar asuransi kesehatan, Kornelius
Simanjuntak, menyatakan biang kerok masalah ini ada pada jenis kontrak asuransi,
yang tidak bersifat indemnity.
Begitu pentingnya kontrak dalam asuransi sehingga beberapa definisi asuransi selalu
diawali dengan kontrak atau perjanjian. Salah satunya definisi asuransi menurut Green
& Rowell (2011) di berikut ini, yaitu asuransi adalah “kontrak/perjanjian mengikat”
yang melindungi pemilik asuransi (nasabah) dari kerugian (Green & Rowell, 2011).
Dari definisi tersebut, jelaslah bahwa unsur utama pada asuransi merupakan Kontrak
atau Perjanjian yang sifatnya mengikat.
Menurut Vaughan & Vaughan (2014), setiap pemindahan risiko dari insured kepada
insurer harus diperkuat dengan pernyataan-pernyataan kontraktual dalam kontrak
yang dibuat oleh perusahaan asuransi. Intinya kontrak tersebut berisi aturan tentang
pembayaran premi oleh insured, perjanjian pihak insured untuk terikat oleh isi kontrak,
dan perjanjian insurer untuk membayar ganti rugi atau membayar sejumlah nominal
yang disetujui bila ada kejadian yang menyebabkan kerugian (Vaughan & Vaughan,
2014).
48
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
2. Pengertian Kontrak
Macinko & Hetico (2006) dalam buku “Dictionary of Health Insuranse and Managed
Care” menyebutkan beberapa definisi kontrak (Marcinko & Hetico, 2006). Kontrak
atau Contract atau agency agreement adalah
• “A legal document containing the terms of the contract between the agent and
company, signed by both parties” atau secara bebas diterjemahkan sebagai
berikut: “dokumen legal yang berisi terminologi/klausul perjanjian antara agen
dengan perusahaan, dan ditandatangi/disetujui oleh kedua pihak. Klausul atau
clause adalah pernyataan tertulis yang terdapat dalam asuransi kesehatan yang
menjelaskan cakupan pelayanan, pengecualian, premi, hak dan kewajiban, dan
sebagainya”. atau
49
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Dari definisi di atas, kontrak merupakan perjanjian yang bersifat legal dan di dalamnya
terdapat pernyataan-pernyataan yang harus ditaati masing-masing pihak. Kontrak
biasanya terbatas atau dibatasi hanya periode 12 bulan atau 1 tahun dan ditujukan
untuk memperbaharui kontrak selanjutnya. Bahasa dalam kontrak tidak bersifat kaku
seperti dalam perundang-undangan atau regulasi, sehingga dibuat dengan formalitas
yang rendah.
Menurut Vaughan & Vaughan (2014) terdapat lima elemen yang harus ada dalam
kontrak asuransi yaitu 1) Penawaran (offering) dan penerimaan (acceptance); 2)
Pertimbangan-pertimbangan (consideration); 3) Obyek hukum (legal object); 4) Pihak
yang berkompeten (competent parties); dan 5) Pernyatan hukum (legal form)
(Vaughan & Vaughan, 2014). Lihat gambar 2.
Kontrak asuransi harus berisi pernyataan bahwa ada pihak yang menawarkan serta
ada pihak yang menerima penawaran tersebut. Dalam asuransi kesehatan, pihak
insured (calon nasabah kesehatan) “menawarkan” kepada perusahaan asuransi
untuk menanggung risiko yang timbul akibat keadaan sehat/sakit, dan pihak
insurer (perusahaan asuransi) “menerima” tawaran yang diajukan oleh insured.
Bila insurer menyetujui penawaran insured tersebut, maka sebaiknya dituangkan
dalam kontrak asuransi kesehatan.
Dalam proses penawaran dan penerimaan ini terdapat dua jenis kontrak yang dapat
dibuat oleh kedua pihak yaitu written contract (kontrak tertulis) dan oral contract
(kontrak secara lisan). Umumnya kontrak asuransi kesehatan dibuat secara tertulis
terutama untuk mencegah perbuatan fraud terutama oleh pihak insured. Beberapa
kondisi membutuhkan kontrak secara lisan terutama kontrak pada asuransi
property dan hutang, namun sulit untuk membuktikan pernyataan dalam kontrak
lisan yang telah dilanggar oleh salah satu pihak.
50
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
a. Express authority
b. Implied authority
c. Apparent authority
b. Consideration
51
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
c. Legal Object
d. Competent parties
e. Legal Form
Kontrak asuransi harus memenuhi standar formal hukum yang berlaku di negara
tempat kontrak tersebut dijalankan. Polis asuransi umumnya mengikuti standar
yang berlaku di seluruh negara, namun untuk polis asuransi kesehatan tidak
demikian. Meskipun demikian, pada polis asuransi kesehatan terdapat 12
pernyataan/provisi yang secara khusus harus dimasukkan dan diterjemahkan ke
dalam kontrak berdasarkan hukum yang berlaku.
52
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Offering &
Consideration
Acceptance
Competent
Legal object
parties
Legal form
Vaughan & Vaughan (2014) menjelaskan terdapat tujuh prinsip hukum dalam kontrak
asuransi yaitu: contract of indemnity, personal contract, unilateral contract,
conditional contract, contract of adhesion, aleatory conract, dan contract of utmost
good faith (Vaughan & Vaughan, 2014). Berdasarkan hal ini, kita bisa
mengidentifikasi karakter dari kontrak asuransi kesehatan. Lihat gambar 3 berikut:
53
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Interest
insurable
Prinsip Hukum
Conditional
kontrak asuransi
contract
kesehatan
Contract of
adhesion
Aleatory
contract
Contract of
utmost good
faith
A. Contract of indemnity
Kontrak asuransi kesehatan pada dasarnya adalah kontrak indemnity yakni insurer
membayar ganti rugi maksimal sesuai dengan kerugian yang diterima oleh insured.
Sehingga dengan kontrak ini, diharapkan insured tidak berusaha mencari
keuntungan, misalnya dengan membeli lebih dari satu polis asuransi. Prinsip yang
berlaku dalam kontrak indemnitas ada empat yaitu:
a. Sebuah kontrak asuransi secara hukum mengikat kedua pihak jika pihak
insured tertarik atau berminat (interest) terhadap subyek yang akan
diasuransikan, serta subyek ini dapat diasuransikan (insurable). Pada asuransi
kesehatan, subyek tersebut berhubungan dengan kondisi sakit/sehat seseorang
atau faktor risiko sakit yang dimilikinya. Prinsip ini dijalankan untuk
mencegah kontrak asuransi digunakan untuk tujuan untung-untungan
(perjudian) dan mengurangi tindakan moral hazard. Prinsip ini disebut dengan
insurable interest.
54
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
b. Nilai penggantian kerugian harus berdasarkan nilai aktual dari kerugian yang
diterima insured, sehingga kerugian yang bukan aktual atau yang akan
diterima insured setelah kejadian tidak akan dibayarkan. Prinsip ini disebut
dengan actual cash value dan merupakan prinsip yang menguatkan interest
insurable. Sehingga berdasarkan prinsip ini ada dua jenis polis asuransi yaitu:
• Cash payment policies (polis dengan metode pembayaran kas jika insured
mengalami kerugian dengan nilai yang ditentukan insurer, misalnya
Hospital Cash Plan pada asuransi kesehatan). Pada asuransi kesehatan,
cash payment policies digunakan untuk menutup kehilangan pendapatan
saat insured mengalami cacat akibat sakit, dan dibayarkan hanya jika
benar-benar mengalami kecacatan. Penerapan polis cash payment pada
asuransi kesehatan didasarkan pada kenyataan bahwa menghitung nilai
moneter kerugian pada orang sakit/cacat sangat sulit, sehingga prinsip
indemnity tidak bisa diterapkan.
d. Jika insured mengalami kerugian yang disebabkan oleh kelalaian pihak lain
(pihak ketiga), maka hak untuk menagih kerugian dilakukan oleh perusahaan
asuransi. Hal ini dilakukan untuk mencegah insured mencari keuntungan
dengan menagih kerugian kepada perusahaan asuransi dan kepada pihak yang
lalai. Dalam asuransi kesehatan, hal ini jarang diterapkan. Prinsip ini disebut
dengan subrogation provision.
B. Personal Contract
55
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Konsekuensi dari kondisi di atas adalah seseorang memiliki hak untuk menyetujui
kontrak asuransi yang menanggung risiko kerugian dari orang lain. Misalnya pada
asuransi kesehatan, risiko sakit pada bayi, anak di bawah umur, dan lansia dapat
diasuransikan dan kontraknya ditandatangani oleh orang tua atau wali yang
bersangkutan. Sementara di lain pihak pada kasus ini, perusahaan asuransi terikat
kontrak menerima risiko sakit dengan orang yang tidak menandatangani kontrak.
C. Unilateral contract
Dijelaskan di awal bahwa salah satu elemen kontrak asuransi ada penawaran
(offering) oleh insured untuk mentransfer risiko, ada penerimaan (acceptance)
pihak insurer untuk menerima transfer risiko tersebut. Sehingga jelas bahwa
kontrak asuransi termasuk asuransi kesehatan bersifat unilateral, bukan bilateral.
Menurut Marcinko & Hetico (2006) kontrak bilateral atau Bilateral Contract
adalah “One that both parties have enforceable commitments, as in a contract of
sale, one party promises to deliver the item sold and the other party promises to
pay the stated price”. Sehingga dari definisi di atas, pada kontrak bilateral ada
kesepakatan kedua pihak untuk melakukan tindakan yang sama-sama
menguntungkan jika ada kejadian. Sedangkan pada kontrak unilateral salah satu
pihak (insured) sudah melakukan tindakan meskipun kejadian/kerugian belum
terjadi dalam bentuk pembayaran premi kepada insurer. Pihak insurer berjanji
akan menanggung risiko saat insured mengalami kerugian. Dengan demikian,
kontrak asuransi bersifat unilateral karena hanya satu pihak saja (yakni insurer)
yang membuat perjanjian untuk membayar, sementara pihak insured tidak dapat
diwajibkan untuk membayar premi. Sehingga dengan kontrak ini, seorang nasabah
56
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
yang tidak membayar premi tidak dapat dikenakan masalah hukum, namun hanya
berupa penolakan penggantian pelayanan kesehatan atau cakupan pelayanan.
Namun jika pihak insurer tidak menjalankan perjanjian untuk membayar atau
mengganti klaim, dapat terkena tuntutan hukum (Marcinko & Hetico, 2006).
D. Conditional Contract
E. Contract of Adhesion
F. Aleatory contract
(chance), sehingga jumlah uang yang dibayar insured dan yang digantikan oleh
insurer belum tentu sama.
Konsekuensi dari prinsip ini dalam auransi kesehatan adalah calon nasabah harus
menyertakan data risiko sakitnya secara lengkap dan jujur kepada perusahaan
asuransi. Sehingga tidak ada informasi kesehatan yang disembunyikan oleh
insured.
Dalam asuransi kesehatan, kontrak asuransi terdiri dari polis, pengajuan asuransi
(application), dan lampiran-lampiran lain yang dibutuhkan, amandemen atau dokumen
pendukung. Untuk memenuhi kriteria sebagai kontrak asuransi, maka polis asuransi
kesehatan harus memenuhi unsur-unsur tersebut di atas.
Menurut Vaughan & Vaughan (2014) sesuai gambar 4, sebuah polis asuransi
umumnya terdiri dari empat komponen yaitu (Vaughan & Vaughan, 2014):
58
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
c. Exclusions. Komponen exclusions berisi apa yang akan dan tidak akan dilakukan
insurer yang berhubungan langsung dengan insuring agreement, yang jumlahnya
sedikit pada polis dengan named-peril basis dan jumlahnya banyak pada open-
peril basis. dan
d. Conditions. Komponen conditions berisi hak dan kewajiban kedua belah pihak,
yang sebagian besar berisi kewajiban pihak insured jika terjadi kejadian yang
merugikan dan melindungi insurer dari kerugian akibat moral hazard insured.
Declaration (pernyataan-pernyataan)
Exclusions (pengecualian-pengecualian)
6. Kesimpulan
Menurut Vaughan & Vaughan (2014) terdapat lima elemen yang harus ada dalam
kontrak asuransi yaitu 1) Penawaran (offering) dan penerimaan (acceptance); 2)
Pertimbangan-pertimbangan (consideration); 3) Obyek hukum (legal object); 4) Pihak
yang berkompeten (competent parties); dan 5) Pernyatan hukum (legal form)
Vaughan & Vaughan (2014) menjelaskan terdapat tujuh prinsip hukum dalam kontrak
asuransi yaitu: contract of indemnity, personal contract, unilateral contract,
59
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Komponen polis asuransi terdiri dari empat yaitu declaration, insuring agreement,
exclusions dan conditions.
C. LATIHAN
1. Berikan alasan kenapa kontrak asuransi kesehatan sebaiknya dilaksanakan dengan prinsip
kontrak indemnitas atau contract of indemnity dan sebaiknya jangan dijalankan dengan
cash payment !
3. Kenapa dalam kontrak asuransi kesehatan, insured bukan pihak yang dapat dituntut secara
hukum bila melanggar kontrak?
60
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
1. Pendahuluan
Berita di media online Bisnis menginformasikan 64,7% ibu hamil segmen Pekerja
Bukan Penerima Upah (PBPU) baru menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) satu bulan sebelum hari kelahiran. Dari peserta ini, 43,2% menunggak iuran
sebulan setelah memperoleh manfaat pelayanan kesehatan. Hal ini menurut Badan
Pengelola Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan merupakan kecenderungan perilaku
Adverse Selection (AS) yang merugikan. Menghadapi hal ini, BPJS Kesehatan
mengusulkan langkah-langkah pencegahan yakni jaminan manfaat layanan persalinan
baru bisa diperoleh jika sudah terdaftar sebagai peserta minimal 6 bulan, melakukan
urun biaya layanan persalinan seperti di Amerika Serikat, pembayaran iuran 12 bulan
di muka setelah mendapat layanan persalinan(Pratama, n.d.).
61
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Konsep adverse selection pertama kali dikembangkan dan dibahas secara mendalam
dalam publikasi ilmiah yang dibuat oleh Rothschild & Stiglitz pada tahun 1976.
Menurut artikel ini kemungkinan setiap orang akan mendapat peristiwa yang tidak
diinginkan, sehingga masyarakat yang membutuhkan asuransi pada dasarnya
dikelompokkan menjadi yaitu a) kelompok dengan risiko baik (good risk); dan b)
kelompok dengan risiko buruk (bad risk) (Louberge, 2013a). Pada pasar asuransi
kesehatan bisa terjadi mereka yang dalam kategori good risks (sehat) menderita
kerugian finansial akibat membayar premi lebih mahal atau mendapat pelayanan
kesehatan yang berlebihan (irrasional treatment). Sementara itu bisa terjadi pula
mereka yang bad risks (sakit) membayar premi terlalu murah atau mendapat pelayanan
kesehatan yang minimal.
Dalam pemberian layanan kesehatan juga dapat terjadi asymmetric information, yaitu
salah satu pihak lebih mengetahui atau lebih memiliki banyak informasi tentang
kondisi kesehatan atau pelayanan kesehatan. Misalnya dalam pelayanan radiologi,
tenaga kesehatan memiliki informasi yang lebih banyak tentang pemeriksaan dengan
alat rontgen. Dalam bidang asuransi kesehatan, masalah asymmetric information bisa
muncul dalam hal calon nasabah (konsumen, insured) memiliki informasi lebih banyak
tentang kondisi kesehatannya dan jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
dibanding pihak perusahaan asuransi (produsen, insurer).
Katakanlah calon nasabah A memiliki risiko penyakit jantung. Secara logika ekonomi,
seseorang akan memilih sesuatu yang memerlukan sedikit pengorbanan sumber daya.
Dalam hal ini, calon nasabah A akan memilih produk asuransi kesehatan dengan plan
atau paket yang premi-nya lebih murah. Padahal calon nasabah A memiliki risiko
kesehatan yang tinggi, sehingga seharusnya ia membayar premi lebih tinggi. Di sisi
62
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
lain bisa terjadi seorang pasien yang sedang mendapatkan layanan rawat inap yang
seharusnya membutuhkan 7 hari perawatan, namun “dipaksa” pulang pada hari
perawatan ke-3 untuk menghindarkan kerugian.
Pada kondisi tersebut di atas, jika perusahaan asuransi mengenakan premi bagi orang
sehat kepada calon nasabah yang memiliki risiko sakit maka mengalami kondisi
adverse selection. Sehingga dapat dikatakan adverse selection adalah suatu kondisi
salah satu pihak dalam asuransi kesehatan membebankan/mendapat premi atau
memberikan/mendapat pelayanan kesehatan yang tidak tepat/tidak sesuai dengan
risiko kesehatan yang ada.
Kondisi/
risiko
kesehatan
• Bad risk
• Good risk Adverse
Selection
•Insured dengan bad risk membayar premi lebih
murah, yankes lebih baik
•Insured dengan goog risk membayar premi lebih
mahal, yankes lebih buruk
Sebuah penelitian yang dilakukan Miller & Luft (1994) menyatakan bahwa terdapat
ketidaksinronan antara tingkat utilitas yang diberikan oleh pelayanan kesehatan kepada
pasien dibandingkan dengan kontrak asuransi, yakni pelayanan admision lebih rendah
26-37%, lama rawat inap lebih rendah 1-20%, lama pelayanan di rumah sakit lebih
rendah 18-29%, kunjungan dokter sama atau lebih tinggi, dan pelayanan dengan harga
mahal lebih rendah digunakan (Morissey, 2008).
63
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
adverse selection merupakan salah satu strategi yang diterapkan BPJS Kesehatan pada
tahun 2017 agar tetap survive. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
menetapkan tiga fokus utama yang menjadi landasan dalam menyusun arah dan
kebijakan yang akan dijalankan BPJS Kesehatan di 2017. Adapun fokus pertama
adalah keberlangsungan finansial untuk menjamin keberlangsungan program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) menuju cakupan semesta. Direktur Utama BPJS Kesehatan,
Fachmi Idris menjelaskan, cara yang dilakukan adalah dengan peningkatan rekrutmen
peserta potensial dan meminimalkan adverse selection, peningkatan kolektibilitas
iuran peserta dan seluruh segmen, peningkatan kepastian dan kemudahan pembayaran
iuran. "Penerapan law enforcement bagi fasilitas kesehatan, peserta JKN-KIS dan
Badan Usaha yang melanggar, serta efisiensi dan efektivitas pengelolaan dana
operasional serta optimalisasi kendali mutu dan kendali biaya Dana Jaminan Sosial
(DJS) Kesehatan," ujar dia dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa 23 Mei
2017. (Metronews.com, 23 Mei 2017).
Pertanyaan yang muncul selanjutnya, kapan Adverse selection muncul? Dalam kondisi
seperi apa AS terjadi dalam industri asuransi kesehatan? Louberge menjelaskan
terdapat dua kondisi munculnya adverse selection, yaitu (Louberge, 2013a):
2. Jika perusahaan asuransi tidak memiliki atau belum menentukan kelas risiko (risk
class) calon nasabah, sehingga bisa terjadi pemberlakukan premi asuransi yang
sama pada setiap nasabah dengan risiko yang berbeda.
64
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Populasi
atau
insured
heterogen
Tidak ada
klasifikasi
risiko oleh
insurer
ADEVERSE SELECTION
Pada saat pasien sudah menjadi nasabah asuransi kesehatan, informasi tentang risiko
sakit lebih banyak dimiliki pelayanan kesehatan yang bekerjasama dengan perusahaan
asuransi. Terdapat dua kondisi adverse selection oleh pelayanan kesehatan yaitu jika
jaminan penggantian pasien tidak terbatas atau jika terdapat pembatasan (plafon)
penggantian. Pada kondisi penggantian tidak terbatas, pelayanan kesehatan cenderung
65
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Insurer
Insured Provider
Pelaku
Adverse
Selection
Motif ekonomi dan motif spekulasi menjadi alasan kenapa adverse selection terjadi.
Sesuai prinsip ekonomi, setiap orang dalam menjalankan kegiatan yang bersifat
ekonomi akan berperilaku rasional yaitu mengorbankan sumberdaya yang sekecilnya
(prinsip scarcity). Pihak-pihak yang terlibat dalam asuransi kesehatan pun
menjalankan perilaku demikian. Dengan demikian, calon nasabah atau pasien berusaha
membayar premi asuransi yang minimum dengan mendapatkan pelayanan kesehatan
atau penggantian yang semaksimal mungkin. Pelayanan kesehatan berusaha
mengefisiensikan jenis tindakan medis yang diberikan kepada pasien, atau
mendapatkan keuntungan yang semaksimal mungkin dari tindakan medis yang
diberikan. Demkian pula, perusahaan asuransi berupaya memperoleh surplus dana
premi yang maksimal dengan memperhitungkan risiko secara cermat.
66
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Motif spekulasi dilandasi prinsip bahwa manusia tidak bisa dengan tepat meramalkan
apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Untuk menghindari kerugian, semua
pihak yang terlibat dalam asuransi kesehatan melakukan upaya “jaga-jaga”. Tindakan
calon nasabah mempengaruhi hasil pemeriksaan adalah untuk menghindari terkena
premi yang lebih mahal. Pelayanan kesehatan memangkas lama rawat inap untuk
menghindari kondisi medis yang lebih berat pada pasien. Perusahaan asuransi
membatasi cakupan pelayanan untuk mengantisipasi kondisi kesehatan nasabah yang
bisa memburuk.
Peran tenaga underwriter menjadi kunci penting dalam mencegah adverse selection
(Vaughan & Vaughan, 2014) dan terdapat berbagai cara untuk mencegah terjadinya
adverse selection. Louberge menyatakan cara untuk mencegah adverse selection yaitu
dengan menggunakan dua tools asuransi yaitu 1) experience rating; dan 2) risk
categorization (Louberge, 2013a). Sedangkan menurut Dionne dkk cara mencegah
yang umumnya dilakukan adalah dengan 1) self-selection mechanism; 2)
categorization of risks; dan 3) multi-priode contracting (George et al., 2013).
67
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Experience rating
• Menentukan rating terhadap kelompok masyarakat
dalam melakukan underwriting
Risk categorization
• Mengkategorisasikan atau mengelompokkan masyarakat
ke dalam risiko-risiko kesehatan tertentu
Self-selection mechanism
• Insured atau calon nasabah memilih sendiri paket
manfaat asuransi sesuai dengan kondisi kesehatannya
Multi-period contracting
• Menerapkan kontrak asuransi yang berjenjang sesuai
dengan kondisi kesehatan (health risk) insured
a. Experience rating
Untuk mencegah adverse selection yang dilakukan oleh calon nasabah atau
nasabah asuransi kesehatan, di beberapa negara (seperti Irlandia dan Australia)
memberlakukan sistem underwriting yang berdasarkan pada karakteristik
masyarakat sekitar seperti kombinasi antara usia dan jenis kelamin (disebut
community rating).
b. Risk categorization
Perusahaan asuransi kesehatan berusaha menghindari adverse selection dengan
secara aktif melakukan pemeriksaan kesehatan individu (medical check up)
terhadap calon nasabah. Dengan demikian perusahaan asuransi dapat memetakan
risiko calon nasabahnya (memiliki risk categorization), dan berupaya memilih
calon nasabah dengan risiko sakit yang rendah. Perusahaan asuransi kesehatan
dapat pula menawarkan berbagai produk asuransi (health plan) berdasarkan risiko
sakit.
c. Self-selection mechanism
68
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
7. Kesimpulan
Adverse selection terjadi ketika insured bersifat heterogen dan insurer tidak memiliki
pemetaan terhadap kondisi risiko calon nasabahnya. Dalam asuransi kesehatan,
adverse selection dapat dilakukan oleh pihak insured maupun insurer dengan motif
ekonomi dan spekulasi.
Adverse selection dapat dicegah dengan berbagai metode antara lain: experience rating
(community rating); risk categorization, self-selection mechanism; dan multi-priode
contracting (renewable term).
69
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
C. LATIHAN
1. Apakah adverse selection dapat terjadi pada asuransi kesehatan sosial (BPJS Kesehatan)?
Jelaskan jawaban Anda
2. Berikan contoh kasus adverse selection pada pelayanan kesehatan:
• Farmasi
• Laboratorium klinik
• Bedah
3. Berikan contoh asymmetric information pada pelayanan kesehatan di poli penyakit dalam
4. Perusahaan asuransi menerapkan dua jenis kontrak pada seorang calon nashabah dengan
mekanisme pada 5 tahun pertama besarnya premi adalah Rp 500.000,- dan pada kotntrak
5 tahun kedua premi meningkat jadi Rp 600.000,- Hal ini dilakukan untuk mencegah
adverse selection. Apakah sebutan untuk jenis pencegahan tersebut?
A. Renewable term
B. Experience rating
C. Community rating
D. Risk categorzation
E. Self-selection mechanism
5. Perusahaan asuransi yang akan menjual produk askes kepada suatu wilayah tidak memilki
data yang cukup tentang kondisi kesehatan masyarakat di sekitarnya. Hal ini menyebabkan
terjadi kondisi yang tidak diinginkan yaitu adverse selection. Apakah sebutan untuk
kondisi tersebut yang terjadi pada perusahaan askes?
A. Redundancy information
B. Asymmetric information
C. Symmetric information
D. Cross information
E. Over information
6. Sebuah wilayah berdasarkan data-data demografis memiliki komposisi penduduk
berdasarkan usia yang sangat luas dan hampir merata. Manajer underwriting sebuah
perusahaan asuransi mengingatkan agar underwriter hati-hati dalam mengontrol
kepesertaan agar tidak terjadi adverse selection. Apakah kondisi yang menyebabkan
adverse selection tersebut?
A. Informasi yang tidak simetris
B. Calon insured bersifat heterogen
70
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
71
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
4. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor determinan dari moral hazard dalam asuransi
kesehatan
1. Pendahuluan
Terminologi hazard sering dipakai dalam menjelaskan satu kondisi yang berkaitan
dengan risiko, seperti risiko kecelakaan, risiko sakit, risiko kerugian dan sebagainya.
Menurut Rejda & McNamara (2016) hazard adalah satu kondisi yang dapat
menghasilkan atau meningkatkan tingkat keseringan dan keparahan suatu kerugian.
Terdapat empat macam hazard, antara lain adalah (Geroge E. Rejda & McNamara,
2016):
1. Physical hazard, yaitu hazard yang berbentuk fisik seperti kondisi jalan yang
rusak memicu kecelakaan lalu lintas, bahan-bahan yang mudah terbakar memicu
kebakaran gedung, dan kunci pintu yang tidak rapat memicu adanya kemalingan.
2. Moral hazard, yaitu perilaku tidak jujur atau karakter merusak yang ada pada
individu yang memicu frekuensi dan keparahan kerugian. Misalnya: kecelakaan
yang dibuat-buat supaya mendapat ganti rugi asuransi, mengajukan klaim fiktif,
memperbedar jumlah klaim, dan secara sengaja membakar benda yang
diasuransikan.
3. Attitudinal hazard (morale hazard), yaitu sikap ceroboh dan abai yang dapat
meningkatkan potensi kerugian. Misalnya: kebiasaan meninggalkan kendaraan
dalam keadaan tidak terkunci atau kunci masih terpasang, memberi kesempatan
pencuri masuk rumah, membelokkan kendaraan tanpa memberikan lampu sinyal.
72
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
4. Legal hazard, yaitu sistem atau lingkungan legal/hukum dapat memicu potensi
kerugian. Misalnya: putusan hakim yang tidak adil, kebijakan yang meminta
perusahaan asuransi menanggung manfaat dalam asuransi kesehatan seperti
menjamin peminum alkohol, dan kebijakan yang melarang perusahaan asuransi
mundur dari perjanjian meskipun ada kesalahan dalam menilai risiko.
Dalam menjalankan usaha asuransi kesehatan terdapat dua tantangan yang harus
dihadapi oleh insurer yaitu 1) adverse selection; dan 2) moral hazard (Morissey,
2008). Dalam praktiknya terdapat pemahaman yang saling tertukar antara adverse
selection dan moral hazard, karena keduanya muncul akibat asymmetric information
yaitu suatu kondisi ketidakseimbangan informasi antara pihak satu dengan yang lain
yang berpotensi merugikan satu pihak atau menguntungkan pihak lainnya.
Konsep moral hazard pertama kali dikenal dalam asuransi kebakaran. Sebuah rumah
terbakar bisa disebabkan oleh berbagai risiko seperti instalasi listrik yang buruk,
ledakan kompor gas, lilin yang lupa dimatikan, bahkan disebabkan oleh kesengajaan
pemilik rumah agar dapat penggantian kerugian. Penyebab yang disebutkan terakhir
inilah yang disebut dengan moral hazard. Menurut Ibrahim dan Ragimun (NA) moral
hazard sering terjadi dalam industri asuransi, yaitu kemungkinan tindakan pemegang
asuransi dengan sengaja melakukan upaya-upaya yang dapat merugikan barang yang
diasuransikannya dengan harapan mendapat klaim penggantian.
Dalam Kamus Asuransi Kesehatan yang ditulis oleh Marcinko & Hetico (2006),
definisi moral hazard adalah dampak dari reputasi, karakter, jaringan, gaya hidup,
tanggung jawab keuangan, dan lingkungan hidup seseorang terhadap perilaku
seseorang dalam menjalankan kontrak asuransi (Marcinko & Hetico, 2006). Dengan
demikian moral hazard sangat berkaitan dengan perilaku terutama insured.
a. Tindakan seseorang yang umumnya dilakukan oleh mereka yang memiliki satu
polis asuransi kesehatan namun menggunakan lebih dari satu pelayanan kesehatan
(Morissey, 2008)
73
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Dari pengertian tersebut, moral hazard merupakan perilaku yang bertentangan dengan
konsep efisiensi dalam pelayanan kesehatan, sebagaimana dijelaskan pada tabel 1
berikut (Fradin, 2010):
74
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Berdasarkan waktu terjadinya, terdapat dua jenis moral hazard, yaitu 1) ex ante moral
hazard; dan 2) ex post moral hazard. Lihat gambar 1.
Ex ante moral hazard dianalogikan dengan sikap sebagai berikut: “bila saya
memilki asuransi kesehatan maka ketika sakit biaya pengobatan akan ditanggung,
sehingga saya tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk memelihara kesehatan
karena sudah ditanggung oleh pihak lain, dan saya akan tetap melakukan gaya
hidup yang tidak sehat seperti merokok, malas bergerak dan sebagainya”
(Finkelstein, 2015). Contoh perilaku ex ante moral hazard lainnya adalah: karena
sudah memiliki asuransi kesehatan, seseorang menghindari vaksinasi, tetap
konsumsi makan cepat saji, atau melakukan olahraga ekstrim.
Merupakan perilaku moral hazard yang dilakukan saat atau setelah mengalami
satu kejadian tertentu misalnya sakit (Louberge, 2013b). Ex post moral hazard
terjadi umumnya pada pelayanan kesehatan, dimana seseorang ketika dinyatakan
oleh dokter membutuhkan pengobatan/perawatan maka orang tersebut berupaya
memperoleh pelayanan kesehatan yang banyak di luar cakupannya (Winter, 2013).
75
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Faktor determinan penyebab moral harzard terdiri dari (lihat gambar 2):
Perbedaan ini disebut dengan price distortion yaitu perbedaan antara nilai yang
harus ditanggung insured dengan nilai penggantian insurer atau sebagai jumlah
pendapatan insured yang mungkin hilang. Semakin kecil perbedaan harga,
semakin kecil kemungkinan terjadi moral hazard. Pada kontrak asuransi yang
memiliki cakupan lengkap/paripurna, perbedaan harga sangat tinggi atau
kemungkinan insured membayar kerugian dari pendapatannya kecil karena
seluruh risiko ditanggung insurer dan kemungkinan terjadi moral hazard tinggi.
Sementara pada kontrak yang tidak paripurna, insured ikut menanggung sebagian
biaya penggantian pelayanan kesehatan dan kemungkinan terjadi moral hazard
rendah. Seseorang merespon perubahan harga dengan mengubah perilakunya
menjadi lebih mengambil risiko (risk taker) atau meminta pelayanan kesehatan
yang lebih banyak (Bhattacharya et al., 2014).
76
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Kondisi ini disebut juga dengan price elasticity atau price sensitivity yaitu tingkat
perubahan permintaan barang karena adanya perubahan harga. Dalam hal ini
permintaan barang adalah kejadian risiko atau kerugian sedangkan harga adalah
nilai pertanggungan atau ganti rugi. Nilai price elasticity tergantung pada jenis
risiko yang ditanggung oleh insurer dan seberapa besar risiko tersebut dapat
dikendalikan oleh insured. Terdapat beberapa risiko yang tidak mungkin
dikendalikan oleh insured meskipun telah bertindak hati-hati yang disebut natural
hazards, misalnya penyakit akibat genetik/keturunan. Di sisi lain terdapat risiko
yang sepenuhnya dapat dikendalikan oleh insured misalnya tangan tersayat pisau
ketika menyiapkan bumbu masakan. Semakin risiko sulit dikendalikan makan
semakin tinggi elastisitas harga, dan kemungkinan terjadi moral hazard semakin
tinggi (Bhattacharya et al., 2014). Kondisi risiko yang tidka dapat dikendalikan
karena bawaan/genetik disebut juga dengan inherent vice (R. Kongstvedt, 2020).
Pasar asuransi yang ideal adalah seluruh insured memiliki risiko yang sama
sehingga insurer terhindar dari kerugian. Namun kenyataannya sulit menghasilkan
kumpulan risiko insured yang sama. Perusahaan asuransi mengatasi hal ini dengan
membuat rating risiko dan menjalankan fungsi underwriting (R. Kongstvedt,
2020). Semakin banyak jenis risiko yang ditanggung oleh asuransi kesehatan,
kemungkinan terjadi moral hazard semakin tinggi (Bhattacharya et al., 2014).
Dalam asuransi kesehatan, risiko insured yang tidak sama disebabkan oleh adanya
karakteristik yang berbeda seperti usia dan tingkat keparahan/kronis penyakit (R.
Kongstvedt, 2020). Misalnya polis asuransi kesehatan yang menanggung penyakit
yang jarang sekali terjadi (seperti Huntington’s disease) akan jarang terjadi moral
hazard (Bhattacharya et al., 2014).
77
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Kondisi ini disebut dengan induce demand yaitu satu kondisi insured
mendapatkan pelayanan kesehatan melebihi yang seharusnya diberikan dan
muncul kesan dipaksakan. Induced demand dapat terjadi dalam dua kondisi yaitu
(R. Kongstvedt, 2020):
78
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Moral hazard dapat pula disebabkan oleh kebijakan atau klausul dalam kontrak
asuransi kesehatan yang mendorong perilaku moral hazard yaitu subsidi terhadap
pelayanan kesehatan. Misalnya: dengan diterapkan kebijakan subsidi silang pada
bedah kosmetik menyebabkan biayanya menjadi rendah. Hal ini mendorong
insured untuk lebih sering melakukan tindakan bedah dari biasanya (disebut
subsidies-induced overconsumption). Salah satu cara untuk menghindari moral
hazard adalah dengan mengenakan pajak pada pelayanan tesebut (Paolucci, 2011).
Pengaruh pemberian subsidi terhadap moral hazard sangat dipengaruhi oleh
elastisitas harga/nilai pertanggungan dari kondisi penyakit. Misalnya: subsidi
diberikan pada pelayanan transplantasi paru cenderung tidak menimbulkan moral
hazard jika dibandingkan subsidi terhadap pengobatan dengan Viagra. Elastisitas
harga pengobatan Viagra lebih tinggi dibandingkan transplantasi paru (Paolucci,
2011). Subsidi iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) juga memicu tindakan
moral hazard pada peserta, misalnya menjalani gaya hidup tidak sehat, dan
mengaku dalam kelompok masyarakat tidak mampu.
79
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Perbedaan Moral
nilai hazard Kebijakan
pertanggung asuransi subsidi
an
kesehatan
Berdasarkan kondisi dari penyebab terjadinya moral hazard maka dapat diupayakan
pencegahan (lihat gambar 3) sebagai berikut (Bhattacharya et al., 2014):
a. Cost sharing
Moral hazard terjadi bila marginal cost (biaya marjinal) yang harus ditanggung
insured adalah 0 (nol) atau insured sama sekali tidak menanggung biaya dan
biasanya terjadi pada kontrak asuransi yang lengkap (full-insurance contract).
Cost sharing merupakan metode yang standar digunakan oleh perusahaan asuransi
kesehatan dan disebut juga partial-insurance contract. Dengan cost sharing
diharapkan insured ikut “membiayai” harga pelayanan kesehatan.
Terdapat dua jenis metode cost sharing yang biasa dijalankan untuk menghindari
moral hazard yaitu:
80
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
b. Deductible
Istilah “deductible” berasal dari akar kata “deduct” yang berarti mengurangi,
sehingga dalam konteks ini artinya mengurangi biaya yang ditanggung oleh
insurer. Pada kontrak dengan deductible, pihak insurer menentukan batas minimal
pembiayaan yang dapat ditanggung atau diberikan untuk menggantikan biaya
pelayanan kesehatan kepada insured. Semakin tinggi nilai deductible,
kemungkinan terjadi moral hazard semakin kecil. Biasanya kontrak asuransi
menggabungkan deductible dengan coinsurance dan copayment. Misalnya
pelayanan operasi sebesar Rp 10.000.000 ditanggung minimal oleh insurer sebesar
Rp 7.000.000, sisanya ditanggung insured Rp 2.000.000,-.
Cara ini merupakan metode mengurangi moral hazard dengan secara langsung
“melawan” asymmetric information. Perbedaan monitoring dan gatekeeping
terdapat pada waktu pelaksanaannya. Monitoring dilakukan saat pelayanan
kesehatan telah dilakukan, sedangkan gatekeeping saat pelayanan kesehatan
akan/belum dilakukan.
81
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Co-insurance
Cost sharing
Co-payment
Pencegahan
Deductible
Moral Hazard
Monitoring &
Gatekeeping
6. Kesimpulan
Hazard berkaitan dengan pengendalian risiko dan terdiri dari empat jenis yaitu
physical hazard, moral hazard, attitudinal (morale) hazard, dan legal hazard. Dalam
industri asuransi khusus asuransi kesehatan, moral hazard merupakan kondisi yang
paling sering dijumpai.
Moral hazard dalam asuransi kesehatan berkaitan dengan perubahan perilaku individu
karena dirinya merasa telah dilindungi oleh asuransi. Perilaku ini umumnya cenderung
dapat meningkatkan biaya pelayanan kesehaan dan merugikan insurer, sehingga
bertentangan dengan efisiensi dalam pelayanan kesehatan.
Moral hazard dalam asuransi kesehatan disebabkan oleh adanya perbedaan nilai
pertanggungan, sifat elastisitas dari nilai pertanggungan, jumlah risiko yang
ditanggung dalam kontrak asuransi, informasi yang tidak simetris, adanya pemintaan
pelayanan kesehatan yang dipaksakan oleh salah satu pihak, dan adanya kebijakan
subsidi manfaat asuransi kesehatan.
82
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
C. LATIHAN
4. Seorang karyawan yang tadinya tidak memiliki asuransi kesehatan tiba-tiba membeli
asuransi yang ditawarkan perusahaan karena didiagnosa menderita penyakit berat,
merupakan contoh moral hazard
5. Cara yang paling ampuh menghindari moral hazard bagi insurer adalah dengan
copayment, dan cara lain tidak ada.
7. Moral hazard merupakan masalah yang umum terjadi pada kontrak asuransi dengan
beragam risiko
10. Ex-ante moral hazard dilakukan setelah insured mendapat pelayanan kesehatan
83
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
1. Pendahuluan
Kondisi fraud bukan hanya dialami asuransi kesehatan swasta, namun juga Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) sebagai asuransi sosial di Indonesia. Menurut laporan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada semester satu tahun 2015 terdapat sekitar
175.000 klaim dari Pemberi Pelayanan Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan. Dari ribuan klaim tersebut, senilai Rp 400 miliar terdeteksi
ada kecurangan tertutama dari praktik upcoding6.
4
Kontan online, “AAUI: Asuransi Kesehatan Bisa Tumbuh Sekitar 10%” 06 November 2017
5
BMAI: Badan yang memediasi dan menawarkan jasa arbritasi jika ada perselisihan mengenai klaim asuransi
antara perusahaan asuransi dengan nasabah
6
Kompas online, “Ada Indikasi 1 Juta Klaim Fiktif, ini Jawaban BPJS Kesehatan” 24 Februari 2017
84
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
62,1 miliar. BPJS Kesehatan bersama dengan berbagai pihak berupaya mengawal
program JKN agar tidak mengalami fraud, antara lain dengan ICW, Satuan Pengawas
Internal (SPI), Dewan Pengawas, Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), Otoritas
Jasa Keuangan (OJK), Badan Pengawas Kuangan (BPK), Badan Pengawas Keuangan
dan Pembangunan (BPKP), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan Kantor Audit
Publik (KAP). Bahkan BPJS Kesehatan bekerjasama dengan KPK dan Kemenkes RI
membentuk Tim Satgas Penanganan Kecurangan dalam Program JKN.7
Menurut data AAUI, kapitalisasi nilai premi asuransi kesehatan swasta sampai
pertengahan tahun 2017 mencapai Rp 2,36 triliun atau meningkat 10% dibanding
pertengahan 2016 yang mencapai Rp 2,14 triliun. Sementara dari nilai klaim
mengalami penurunan dari Rp 1,77 triliun (rasio klaim 82,5%) pada pertengahan 2016,
menjadi Rp 1,69 triliun pada pertengahan 2017 (rasio klaim 71,8%)8. Besarnya nilai
klaim ini sangat berpotensi untuk timbulnya praktik fraud pada asuransi kesehatan
swasta di Indonesia. Bab ini akan membahas fraud pada asuransi kesehatan, penyebab,
jenis-jenisnya, dan berbagai upaya pencegahannya.
2. Pengertian Fraud
Istilah fraud disebut juga fraude (Belanda) atau concealment atau “kecurangan” dalam
terminologi bahasa Indonesia. Definisi Fraud menurut beberapa literatur adalah
sebagai berikut:
1. Green & Rowell (2011) mengutip definisi dari HIPAA (The Health Insurance
Portability and Accountability Act) mendefinisikan Fraud sebagai berikut “an
intentional deception or misrepresentation that someone makes, knowing it is
false, that could result in an unauthorized payment”. (Green & Rowell, 2011)
2. Menurut Todd (2009) dalam bukunya berjudul “The Managed Care Contracting
Handbook Planning and Negotiating the Managed Care Relationship” (Todd,
2009), Fraud adalah
a. Intentional misrepresentations that can result in criminal prosecution, civil
liability, and administrative sanctions.
7
Kabar24, “BPJS Kesehatan Dorong Pengawasan Berlapis Cegah Fraud” 16 September 2017
8
Kontan online, “AAUI: Asuransi Kesehatan Bisa Tumbuh Sekitar 10%” 06 November 2017
85
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Dari berbagai definisi Fraud di atas, maka tindakan Fraud memiliki ciri-ciri atau
karakteristik sebagai berikut:
1. Terdapat niat dan perencanaan jahat atau tindakan penyimpangan. Tindakan fraud
mengandung unsur perbuatan melawan hukum dalam bentuk kesalahan.
2. Mengandung unsur penipuan, pemalsuan, dan pengelabuan. Menurut Sarwo
(2015) karakteristik ini berbentuk penyembunyian fakta material atau dalam
asuransi kesehatan disebut dengan medical fact seperti menyembunyikan riwayat
penyakit kronis.
3. Terdapat kekeliruan dalam tindakan, namun diketahui oleh pelaku atau ada
tindakan pembiaran. Dengan demikian tindakan fraud dilakukan secara sengaja
atau dibiarkan secara sengaja.
4. Menimbulkan pembayaran klaim yang tidak sah dan kerugian kepada pihak lain.
Suatu tindakan atau perbuatan dikatakan fraud jika ada korban yang dirugikan, dan
korban tersebut menuruti kemauan pelaku (Sarwo, 2015).
5. Berdampak pada tuntutan kriminal, kewajiban sipil, dan sanksi administratif.
Menurut Sarwo (2015) tindakan fraud bisa dikenakan pasal 381 KUHP dan tidak
pidana pemalsuan sesuai pasal 263 ayat (1) KUHP
6. Dapat dilakukan oleh insurer, insured, dan provider kesehatan. Asuransi kesehatan
melibatkan tiga pihak yang kemungkinan besar dapat melakukan tindakan fraud.
Pihak tersebut terdiri dari penerima manfaat pelayanan kesehatan (insured),
86
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Terdapat tumpang tindih pengertian antara Fraud, Abuse, dan Moral Hazard. Di
Amerika bahkan dikenal istilah Fraud, Waste and Abuse (FWA) yang menggambarkan
praktik atau perilaku kecurangan, penggunaan kekuasaan, dan pemborosan. Istilah
waste (pemborosan) sering disamakan dengan abuse. Waste berkaitan dengan dengan
efisiensi pelayanan kesehatan yang sering dikaitkan dengan utilitas pelayanan dalam
skema managed-care (R. Kongstvedt, 2020). Pembahasan tentang managed-care akan
dijelaskan pada bab tersendiri.
Untuk melihat perbedaan fraud dengan moral hazard, Picard (2013), membedakannya
menurut tingkatan keparahan, yaitu 1) Fraud yang tidak direncanakan (tambahan); 2)
Fraud yang direncanakan yang bersifat kriminal; dan 3) Fraud yang oportunistik.
Moral hazard sering disebut dengan fraud yang tidak direncanakan, sedangkan abuse
merupakan fraud bersifat oportunistik. Baik fraud maupun moral hazard mengandung
konotasi negatif dalam pelaksanaan asuransi. Dionne (2013) bahkan menyamakan
insurance fraud dengan ex-post moral hazard. Namun demikian Hoyt dkk menyatakan
bahwa Fraud memiliki tingkat keparahan moral yang lebih tinggi dibanding Moral
Hazard. Hoyt dkk menyatakan “fraud is an extreme version of moral hazard” (George
et al., 2013).
Perbedaan fraud dengan abuse dapat dilihat dalam niat yang dilakukan oleh individu.
Menurut Green & Rowell (2011), “abuse involves actions that are inconsistent with
accepted, sound medical, business, or fiscal practices. Abuse directly or indirectly
results in unnecessary costs to the program through improper payments. (Green &
Rowell, 2011). Dengan demikian abuse lebih kepada tindakan inkonsisten, bukan
perbuatan yang mengandung niat untuk merekayasa tagihan klaim (Rovner, 2013).
Sementara menurut Djasri (NA), suatu tindakan dikatakan abuse “jika sarana
pelayanan kesehatan tidak mengikuti standar pelayanan kedokteran yang
mengakibatkan adanya biaya yang tidak diperlukan”. Contoh abuse misalnya
memberikan harga pelayanan, obat, atau alat medis yang terlalu mahal (Djasri, n.d.).
Tindakan fraud dapat beraikibat sanksi hukum pidana bagi pelakunya, sedangkan
87
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
abuse tidak berdampak pada sanksi hukum. Adapun contoh tindakan abuse adalah (R.
Kongstvedt, 2020):
− Menaikkan tarif pelayanan atau menerapkan tarif pelayanan tidak sesuai standar
− Upcoding yaitu mengajukan klaim pelayanan dengan kode tindakan yang lebih
mahal dari seharusnya
− Memecah-mecah klaim yang seharusnya dalam satu paket menjadi satuan-satuan
(unbundling) agar lebih mahal
− Merujuk pelayanan kesehatan hanya dalam lingkungan bisnisnya sendiri (bukan
berdasarkan kompetensi)
− Memberikan pengobatan/tindakan melebihi yang seharusnya diberikan kepada
pasien
a. Faktor manusia
1. Karakteristik populasi. Semakin heterogen dan luas populasi maka fraud lebih
berpeluang terjadi. Menurut Hymes & Wells (2013) klaim asuransi fiktif
tersebar pada populasi orang yang banyak. Lebih mudah bagi asuransi
menemukan klaim fiktif dari perusahaan, instansi pemerintah, atau perusahaan
asuransi lainnya dibanding pada individu masyarakat
2. Motivasi dan sikap pelaku asuransi. Faktor ini lebih bersifat subyektif karena
tergantung pada pengalaman yang dihadapi masing-masing individu.
a. Ketidaksukaan terhadap perusahaan asuransi. Menurut Hymes & Wells
(2013) beberapa orang tidak menyukai perusahaan asuransi, berdasarkan
anggapan bahwa perusahaan asuransi hadir saat premi dibayar namun
akan hilang saat klaim asuransi ditagih.
b. Egoisme pengusaha. Beberapa pengusaha juga lebih mementingkan
kesejahteraan dirinya dibanding jaminan kesehatan karyawannya. Kondisi
ini mendorong orang melakukan kecurangan pada perusahaan asuransi.
88
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
5. Jenis-jenis Fraud
Dilihat dari kompleksitasnya, fraud ada yang dapat diatasi oleh insurer, namun ada
pula yang sulit diatasi. Dalam hai ini terdapat tiga tingkatan fraud, yaitu (Zweifel et
al., 2007):
a. Fraud yang merupakan tindakan ekstrim atau lanjutan dari moral hazard yang
dilakukan oleh insured.
89
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Seperti dijelaskan pada awal bab ini, fraud dapat dilakukan oleh seluruh pelaku
asuransi kesehatan. Sehingga bisa dilakukan oleh penerima manfaat asuransi (insured
atau nasabah), pemberi pelayanan kesehatan (provider), dan penanggung manfaat
asuransi kesehatan (insurer). Jenis fraud dapat dikelompokkan berdasarkan subyek
atau pelaku fraud, antara lain:
Fraud yang dilakukan oleh insured atau penerima manfaat atau nasabah, terdiri
dari empat macam yaitu:
90
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
91
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
92
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Dalam buku yang ditulis oleh Kongstvedt tahun 2020, terdapat tindakan yang
termasuk dalam kategori fraud namun tidak berpengaruh langsung terhadap klaim
manfaat. Tindakan tersebut antara lain merujuk pasien ke pelayanan kesehatan
bukan atas dasar kompetensi namun agar mendapatkan insentif/bonus, dan/atau
mendapat bonus dari perusahaan farmasi/alat kesehatan karena meresepkan merk
obat tertentu atau menggunakan alat kesehatan yang dipromosikan perusahaan
alkes (R. Kongstvedt, 2020).
6. Pencegahan Fraud
Mengingat Fraud dapat dilakukan oleh berbagai pihak dalam penyelenggaraan
asuransi kesehatan, maka sebaiknya pencegahan dilakukan berlapis sejak penyaringan
calon nasabah hingga pembayaran klaim ganti rugi. Sehingga pencegahan fraud dapat
dikelompokka dalam dua kategori besar yaitu pencegahan dalam skala mikro dan
makro.
93
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
9
CNN Indonesia, “Belajar Menangani Fraud Asuransi dari Jepang” 13 Oktober 2017
94
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
10
Bisnis online, “OJK Terbitkan Aturan Anti Fraud” 03 September 2017
95
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
atau Unit Syariah. Aturan itu diterbitkan sebagai aturan turunan dari Peraturan OJK
atau POJK No.69/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi.
Ketentuan dalam SEOJK tersebut mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan yaitu 25
Agustus 2017.
Beberapa poin penting mengenai anti fraud yang tertuang dalam SEOJK No.46/2017
antara lain ialah
7. Kesimpulan
Fraud dalam asuransi kesehatan merupakan risiko yang harus dihadapi oleh
perusahaan penjamin kesehatan. Kecenderungan kejadian fraud di Indonesia
meningkat baik dilihat dari jumlah klaim maupun nilai klaim. Jika didiamkan, fraud
akan merugikan industri asuransi kesehatan di Indonesia.
96
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
C. LATIHAN
1. Cari dari berbagai sumber tentang kondisi fraud asuransi kesehatan di negara lain (selain
Indonesia).
2. Cari definisi Fraud dari sumber pustaka selain yang disebutkan pada artikel ini.
3. Carilah teori penyebab Fraud dari sumber yang belum disebutkan dalam artikel ini.
4. Berikan satu contoh fraud pada pelayanan kesehatan di Puskesmas, dan jelaskan
penyebabnya menurut teori yang diberikan oleh Department of Justice Health Care AS.
5. Carilah contoh pencegahan fraud di negara selain Indonesia.
6. Apakah perbedaan antara fraud dengan abuse, dan fraud dengan moral hazard
97
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
1. Pendahuluan
Pada materi sebelumnya sudah dijelaskan tentang tiga konsekuensi ketika seseorang
menjalani kontrak dengan asuransi yaitu abuse, moral hazard dan fraud. Abuse
berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang yang ada pada dirinya, misalnya rumah
sakit memanfaatkan kewenangan untuk menentukan tindakan apa yang akan diberikan
kepada pasien selama tidak menyalahi kontrak pelayanan kesehatan. Moral hazard
berkaitan dengan tindakan tidak jujur atau berbohon untuk keuntungan dirinya sendiri,
misalnya dengan sengaja tidak melakukan tindakan bedah sesuai anjuran dokter
namun lebih memilih mengkonsumsi obat mahal dengan harapan mendapat
keuntungan. Fraud berkaitan dengan niat jahat seseorang untuk merugikan orang lain,
misalnya melakukan klaim fiktif.
Tentu saja yang bisa dilakukan secara nyata oleh perusahaan asuransi adalah mencegah
moral hazard sebagai titik sentral dari ketiga perilaku tersebut. Dengan mencegah
98
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
moral hazard maka orang yang cenderung abuse akan terhindar menjadi moral hazard.
Ketika moral hazard apat dicegah maka tindakan lebih berat yaitu fraud dapat dihindari
(Gambar 1).
•Rendah (ada
Abuse kesempatan)
Moral •Menengah
(tidak jujur)
Hazard
•Tinggi (niat
Fraud jahat,
pidana)
Bukan hanya dalam bidang asuransi, dalam bidang lainpun akan terjadi kondisi yang
mendorong seseorang menjadi fraud. Misalnya pada karyawan yang diangkat menjadi
pejabat penting. Pada tahap awal, karena posisinya yang penting menyebabkan dirinya
memiliki kesempatan untuk memanfaatkan kewenangan yang dimiliki. Jika tidak
dicegah, maka perilakunya akan cenderung menjadi tidak jujur, dan terus menerus
akan melakukan kejahatan (misalnya: korupsi) jika tidak dicegah.
99
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Co-insurance
Cost sharing
Sebelum
Co-payment
Kontrak
Pencegahan Deductible
Moral Hazard
Sesudah Utilization
kontrak Review
a. Menetapkan besaran biaya yang harus ditanggung oleh insured, dan insurer
membayar sisanya (disebut dengan cost sharing). Dalam program Jaminan
Kesehatan Nasional mekanisme ini disebut dengan Urun Biaya.
100
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Moral Hazard dapat dicegah ketika pelayanan kesehatan diberikan atau setelah
dilaksanakan. Dalam hal ini pencegahan dilakukan setelah insured menyetujui kontrak
asuransi kesehatan yang ditawarkan. Metode ini disebut dengan Manajemen Utilitas
yaitu metode untuk meninjau kembali pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh insured
dan provider.
101
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Sementara itu Green & Rowell (2011) mendefinisikan manajemen utilitas sebagai
berikut: “a method of controlling healthcare costs and quality of care by reviewing the
appropriateness and necessity of care provided to patients prior to the administration
of care (prospective review) or after care has been provided (retrospective review)”.
Jadi dalam manajemen utilitas terdapat dua metode review yaitu prospektif yang
dilakukan sebelum pelayanan, dan restrospektif yang dilakukan setelah menjalani
pelayanan kesehatan (Green & Rowell, 2011).
Dengan demikian dari definisi tersebut, Manajemen Utilisasi pada asuransi kesehatan
dan managed care berkaitan dengan komponen-komponen sebagai berikut:
1. Moral hazard
Dampak dari moral hazard adalah terjadi kelebihan utilisasi (over utilization)
terhadap pelayanan kesehatan, sehingga harus dikelola sedemikian rupa sehingga
dapat menghasilkan pembiayaan yang efisien.
102
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
2. Pertimbangan klinis
1. Gatekeeping
Teknik Gatekeeping disebut juga metode referrals (Samuel, 2012). Teknik ini
mewajibkan dokter pelayanan kesehatan primer (atau FKTP) memberikan
persetujuan kepada pasien yang akan melakukan pemeriksaan kesehatan ke
dokter spesialis. Jika pasien menjalankan pemeriksaan spesialis tanpa
persetujuan, maka ia wajib membayar sendiri pemeriksaan. Gatekeeping
berusaha agar pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter spesialis atau
yankes tingkat lanjut dapat dikendalikan sehingga tidak semua kasus penyakit
langsung dirujuk.
103
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
2. Pre-admission Certificate
1. Discharge Planning
104
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
2. Concurrent Review
Disebut juga second opnion programe. Prosedur ini adalah upaya agar pasien
wajib mendapatkan opini kedua (second opinion) dari dokter lain sebelum
mendapatkan tindakan medis, seperti tindakan operasi/bedah (kecuali kasus
emergency). Bila hasil dari second opinion tidak merekomendasikan pasien
untuk menjalani tindakan operasi, maka insured diminta memilih tindakan
yang harus dijalankan. Bila tetap harus menjalani tindakan operasi, maka
pasien menanggung biaya pelayanan tersebut. Disamping untuk mengawasi
pelaksanaan tindakan medis agar sesuai dengan dengan prosedur yang berlaku
(sebagai instrumen kontrol), second opinion program dapat digunakan sebagai
pengendalian kualitas pelayanan (Amelung, 2019).
1. Retrospective review
Disebut juga discharge review dan merupakan teknik klasik dalam UR untuk
mengontrol pemberian pelayanan kesehatan (Amelung, 2019). Teknik ini
105
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Ada tujuh metode yang dilakukan dalam retrospective review, antara lain
(Samuel, 2012):
106
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
3. Case Management
Teknik ini merupakan upaya yang dijalankan secara individual pada pasien
tertentu yang memiliki biaya pelayanan tinggi dan dengan kondisi medis yang
kompleks dan komplikatif.
5. Disease Management
107
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Faskes Rujukan
Setelah pelayanan kesehatan di
opinion
Faskes Rujukan
Saat Pelayanan Kesehatan di
Saat di FKTP & Admission
• Bill audits
• Retrospective claim review
• Fraudulents bills identification
2. Denial payment
3. Case management
4. Intensive case
management
5. Disease management
6. Kesimpulan
Teknik UR dapat dilakukan saat pasien menjalani pemeriksaan di faskes primer hingga
menjalankan admission di faskes sekunde (gatekeeping, dan pre-admission
certificate), saat pasien melakukan admission hingga menjalani perawatan di faskes
sekuder (discharge planning, concurrent review, dan mandatory second opinion), dan
108
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
C. LATIHAN
3. Identifikasi teknik Utilization Management yang pernah Anda jalankan sebagai tenaga
kesehatan atau Anda alami sebagai peserta asurnasi kesehatan, lalu Anda ceritakan dalam
bentuk narasi. Termasuk jenis teknik UM apakah?
4. Berikan tanda chekclist ( ) pada kotak yang kosong dan sesuai dengan jenis teknik
Utilization Management.
Teknik Utization Management Prospective Concurrent Retrospective
Appropriateness review
Bill audits
Case management
Concurrent review
Denial of payment
Discharge planning
Disease management
Gatekeeping
Intensive case management
Mandatory second opinion
Medical record review
Pattern analysis
Preadmission certificate
Preauthorization review
Procedures code review
Prospective authorization
Referrals technique
Surat Jaminan Asuransi
Sertifikat Pra Rawat Inap
109
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pihak-pihak yang terlibat atau terkait
dalam kegiatan asuransi kesehatan
3. Mahasiswa dapat memahami dan menejakan konsep health benefit dan health benefit
coverage
1. Pendahuluan
Pada bab terdahulu telah dijelaskan bahwa mekanisme kerja pada organisasi managed
care berbeda dengan asuransi kesehatan tradisional. Perbedaan mekanisme asuransi
kesehatan tradisional dan Managed Care (MC) dideskripsikan pada gambar 1 berikut.
Pada MC seluruh proses dari nomor 1 sampai 6 diintegrasikan.
Pada gambar-1 kotak nomor 2 terdapat kegiatan provider memberikan pelayanan
kepada insured. Pertanyaannya pelayanan apa yang diberikan? Dalam asuransi
kesehatan dan MC sudah tentu layanan yang diberikan adalah pelayanan kesehatan
yang merupakan bagian dari manfaat pelayanan kesehatan (MPK) atau healthcare
benefits (HB). Pada asuransi kesehatan tradisional, MPK yang diberikan provider
sesuai dengan kontrak atau polis. Sementara pada managed care, MPK umumnya
diberikan sesuai dengan kontrak antara MCO dengan provider.
110
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
INSURED
(Peserta)
5 1
6 2
3
INSURER PROVIDER
(Pengelola) (Yankes)
Sesuai gambar 2, secara makro sistem kesehatan suatu negara melibatkan lima pihak
antara lain (Amelung, 2019):
1. Individu (individuals) yang terdiri dari empat macam (lihat tabel 1) yaitu:
a. Peserta (member) yaitu individu yang mendapat cakupan MPK melaui kontrak
asuransi kesehatan atau managed care. Jika peserta tersebut sedang
mendapatkan pelayanan kesehatan dari provider, maka disebut dengan pasien.
Dengan demikian peserta tidak selalu bertindak sebagai pasien.
111
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
2. Pemberi Pelayanan Kesehatan atau PPK (providers), yaitu pihak yang bertugas
memberikan tindakan medis atau pelayanan kesehatan kepada individu yang
membutuhkan. PPK meliputi dokter, rumah sakit, klinik kesehatan, tenaga
kesehatan bersertifikat dan sebagainya.
112
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
REGULATOR
PRODUSEN
PENANGGUNG
REGULATOR
PEMBAYARAN
Seluruh pihak yang menanggung risiko peserta asuransi kesehatan atau payers wajib
mengelola manfaat pelayanan kesehatan yang harus diberikan baik dalam bentuk
barang atau jasa. Dalam bentuk barang misalnya pemberian jenis obat, alat kesehatan,
atau perbekalan kesehatan lainnya kepada peserta. Sedangkan dalam bentuk jasa
adalah pelayanan tidak berwujud seperti pemeriksaan dokter, program wellness dan
sebagainya yang dilakukan oleh dokter atau petugas kesehatan profesional.
Dalam hal ini payers harus memutuskan berapa rupiah pelayanan kesehatan yang harus
dibayar kepada pemberi pelayanan kesehatan atau langsung kepada beneficiaries.
Dengan demikian mengelola manfaat pelayanan kesehatan memiliki pegertian bahwa
payers hanya mengatur besaran benefit yang diterima oleh peserta. Jadi bukan jenis
pelayanan kesehatannya, namun dengan jumlah rupiah tertentu jenis pelayanan
kesehatan apa saja yang bisa diberikan.
113
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Berdasarkan uraian tentang pengertian MPK, maka dipastikan bahwa ada faktor-faktor
atau komponen yang menentukan payers dalam mengelola dan menentukan jenisnya.
Komponen tersebut menurut Amelung (2019) terdapat 3 jenis yaitu 1) manfaat yang
disepakati atau ditentukan (defined benefit); 2) urun biaya (cost sharing); dan 3)
batasan cakupan manfaat (coverage limitations) (Amelung, 2019).
A. Defined Benefit
Pada skema manfaat ini, payers hanya mempertimbangkan manfaat yang didapat
peserta yaitu jenis pemberian obat dan alat kesehatan serta pelayanan kesehatan
apa yang akan diberikan, tanpa memperhatikan biaya yang harus dikeluarkan.
Skema ini juga tidak memperhatikan kontribusi yang harus ditanggung peserta,
atau peserta sama sekali tidak mengeluarkan biaya untuk mendapatkan manfaat
pelayanan kesehatan.
Namun demikian untuk mencegah pelayanan kesehatan yang tidak efisien, payers
tetap menentukan aturan-aturan dan persyaratan pelayanan yang harus dijalankan
peserta. Misalnya pada skema HMO, peserta dapat memanfaatkan pelayanan
kesehatan (bukan emergensi) jika terdapat surat rujukan dari dokter layanan
primer, jika dilakukan di pelayanan kesehatan yang telah bekerjasama, dan lain-
lain.
Ketentuan lain yang diterapkan adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
peserta hanya ditujukan untuk tujuan medis tertentu yang sudah ditetapkan dalam
kontrak. Misalnya tindakan bedah plastik hanya ditanggung jika tujuannya untuk
menyembuhkan luka akibat kecelakaan, bukan untuk tujuan kosmetik.
B. Cost Sharing
Pada skema ini, manfaat pelayanan kesehatan diberikan kepada peserta dengan
mempertimbangkan urun biaya yang harus dikeluarkan secara mandiri (out of
pocket). Manfaat pelayanan kesehatan tersebut berikan berdasarkan kontrak yang
telah ditetapkan.
Terdapat tiga jenis mekanisme urun biaya antara payers dengan peserta yaitu:
114
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
C. Coverage Limitations
115
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
a. Subsidi pemerintah
116
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
b. Pembiayaan mandiri
Subsidi
pemerintah
Sumber
dana
manfaaat
yankes
Perusahaan
Pembiayaan
atau
mandiri
Komunitas
Setiap individu harus melewati tahapan seleksi jika akan menjadi peserta manage care
dan akan mendapatkan manfaat pelayanan kesehatan yang ditawarkan. Proses ini
disebut dengan penelusuran kepatutan peserta (eligibility). Menurut Institute of
Medicine dalam bukunya berjudul “Coverage Matters: Insurance and Healthcare”
117
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Eligibilitas individu semakin tinggi jika memiliki asuransi kesehatan yang didanai
secara mandiri dan bukan kelompok. Kepesertaan individu pada asuransi ini
sangat dipengaruhi oleh status kesehatannya.
− Pendapatan keluarga
− Kebijakan pemerintah
d. Status pekerjaan
118
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Penerima Upah, sedangkan pekerja dengan upah tidak tetap disebut dengan
Pekerja Bukan Penerima Upah.
6. Kesimpulan
Dalam asuransi kesehatan dan MC sudah tentu layanan yang diberikan adalah
pelayanan kesehatan yang merupakan bagian dari manfaat pelayanan kesehatan
(MPK) atau healthcare benefits (HB). Pada asuransi kesehatan tradisional, MPK yang
diberikan provider sesuai dengan kontrak atau polis. Sementara pada managed care,
MPK umumnya diberikan sesuai dengan kontrak antara MCO dengan provider
Seluruh pihak yang menanggung risiko peserta asuransi kesehatan atau payers wajib
mengelola manfaat pelayanan kesehatan yang harus diberikan baik dalam bentuk
barang atau jasa.
Berdasarkan uraian tentang pengertian MPK, maka dipastikan bahwa ada faktor-faktor
atau komponen yang menentukan payers dalam mengelola dan menentukan jenisnya.
Komponen tersebut menurut Amelung (2019) terdapat 3 jenis yaitu 1) manfaat yang
disepakati atau ditentukan (defined benefit); 2) urun biaya (cost sharing); dan 3)
batasan cakupan manfaat (coverage limitations)
119
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
C. LATIHAN
1. Mengapa dalam managed care perlu dilakukan integrase (penggabungan) antara
pelayanan kesehatan dengan pembiayaan?
2. Mengapa regulator termasuk pihak yang berperan penting dalam sistem pelayanan
kesehatan di suatu negara?
3. Mengapa manfaat pelayanan kesehatan bukan hanya berbentuk jasa, namun juga
berbentuk barang/produk?
8. Mengapa individu yang memiliki asuransi kesehatan yang dijamin perusahaan lebih
elijibel untuk mendapatkan manfaat pelayanan kesehatan?
9. Mengapa individu yang memiliki asuransi kesehatan mandiri lebih elijibel untuk
mendapatkan manfaat pelayanan kesehatan?
120
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
10. Mengapa individu dengan status kesehatan prima lebih elijibel untuk mendapatkan
manfaat pelayanan kesehatan?
121
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
1. Pendahuluan
Mengapa pembayaran kepada provider menjadi satu hal yang penting diputuskan oleh
payer?
a. Jenis skema organisasi managed care yang berkembang terus dari waktu ke waktu
menyebabkan pelayanan kepada peserta semakin kompleks, sehingga
bermunculan jenis-jenis pembayaran ke provider. Variasi bentuk pelayanan
tersebut menyebabkan payer harus menentukan skema pembayaran yang efisien,
karena tidak mungkin payer mengaplikasikan hanya satu jenis pembayaran.
Contoh kasus pada pembayaran pelayanan kepada pasien yang terlambat
b. Biaya pelayanan kesehatan pada managed care merupakan fungsi perkalian dari
antara utilisasi dengan jenis pembayaran, atau Total healthcare cost = Medical
122
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Utilization
Sisi volume
review
Kendali biaya
pelayanan
Provider
Sisi harga
payment
Bab ini akan membahas tentang metode pembayaran pelayanan kesehatan kepada
pemberi pelayanan kesehatan (provider) pada asuransi kesehatan. Sub bab 2
menjelaskan perbedaan antara metode provider payment dengan provider
reimbursement. Dilanjutkan dengan menjelaskan pembahasan secara mendalam
tentang provider payment. Sub bab terakhir membahas metode pembayaran kepada
dokter, pelayanan kesehatan.
Tentu dalam pelaksanaan asuransi kesehatan kita sering mendengar istilah provider
reimbursement. Provider payment dan provider reimbursement merupakan biaya yang
harus dikeluarkan oleh payer, namun keduanya memiliki perbedaan yang mendasar.
Dalam mekanisme provider payment, biaya yang dikeluarkan oleh pasien dan payer
merupakan pendapatan akan diterima oleh provider. Sehingga ketika payer berupaya
menekan biaya pelayanan kesehatan, maka pendapatan provider akan berkurang.
Artinya keputusan payer untuk mengendalikan biaya mempengaruhi perilaku provider
dalam memberikan pelayanan kesehatan.
123
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Metode provider payment dapat berbeda-beda tergantung kondisi atau jenis pelayanan
yang diberikan. Provider payment dapat dibedakan berdasarkan risiko pembiayaan
yang mungkin terjadi, sehingga terdapat dua jenis yaitu 1) jenis pembayaran kepada
provider dengan memperhitungkan risiko (risk-based provider payment); dan 2) jenis
pembayaran kepada provider tanpa memperhitungkan risiko (non-risk-based provider
payment).
Risk-based provider payment umumnya terbatas hanya dilakukan pada managed care
skema Health Maintanance Organization (HMO). Pada skema pembayaran ini,
provider ikut menanggung risiko keuangan akibat biaya pengobatan. Dalam skema
HMO, biaya pengobatan mudah diprediksi dibanding skema lainnya sehingga provider
bisa ikut dilibatkan dalam mengendalikan biaya. Jika biaya bisa dikendalikan, provider
akan mendapatkan pendapatan yang lebih besar. Misalnya: pada skema pembayaran
kapitasi kepada pelayanan kesehatan.
Contoh kasus kapitasi: klinik mendapat jatah/kuota 5.000 pasien per bulan. Jika tarif
pelayanan per pasien adalah 20.000, maka dengan menggunakan metode kapitas, yang
dibayarkan ke klinik adalah 5.000 x 20.000 = 100.000.000 per bulan. Jika kunjungan
pasien hanya 1.000, maka yang dibayarkan tetap 100.000.000. Jika pasien mencapai
6.000 orang maka yang dibayar juga tetap 100.000.000.
Contoh kasus fee for services: Jika pada kasus di atas, klinik menerapkan merode fee
for service maka yang dibayarkan untuk 1.000 pasien adalah 1.000 x 5.000 =
124
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Selain metode berdasarkan risk tersebut, terdapat metode yang pada dasarnya
merupakan pengembangan dari provider payment berdasarkan risiko. Metode ini
mempertimbangkan nilai tambah (value-added) yang diberikan proivider kepada
peserta, sehingga disebut dengan value-based payment (VBP). Nilai tambah yang
diberikan provider kepada peserta antara lain mutu pelayanan dan biaya pelayanan.
Pada skema ini, payer akan membayar provider jika menunjukkan kinerja yang baik
dalam mengendalikan mutu/kualitas pelayanan dan biaya pelayanan. Contohnya
adalah pembayaran kapitas berbasis kompetensi pada skema JKN.
Pembayaran manfaat pelayanan kesehatan kepada dokter dapat dilakukan dengan risk-
based atau non-risk-based provider payment. Tabel 1 berikut meringkas berbagai
metode pembayaran kepada dokter (R. Kongstvedt, 2020).
125
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Metode Fee for Service (FFS) merupakan metode pembayaran berdasarkan tarif
pelayanan yang telah disepakati. Keliatannya metode ini mudah, namun dalam
pelaksanaannya agak kompleks. Metode ini dipercaya sebagai penyabab tingginya
biaya pelayanan kesehatan karena memberikan rewards yang terlalu besar kepada
dokter, tarif yang terlalu mahal, dan cenderung memilih prosedur atau tindakan yang
mahal. Pengenaan potongan harga atau discount terhadap tarif pelayanan umumnya
disetujui jika pembayaran kepada dokter tidak ditunda atau langsung dibayarkan.
Seperti pada tabel 1 di atas, metode FFS banyak sekali varians atau jenis
pembayarannya.
Salah satu metode FFS yang sering diterapkan adalah RVS. Metode ini menerapkan
pembayaran dengan mempertimbangkan nilai tambah dari provider yang disebut
dengan unit nilai tambah (relative value unit atau RVUs). Berdasarkan RVUs, maka
pembayaran FFS dengan metode RVS mempertimbangkan komponen-kompen
sebagai berikut:
• Tingkat upaya mental dan pengetahuan yang dapat dilihat berbasarkan jenis
pelatihan yang dibutuhkan, dan
126
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Jika pembayaran kepada dokter memperhitungkan episode atau masa pelayanan maka
metode ini disebut case rate. Misalnya pada pembayaran tindakan bedah dan obstetric
yang akan berbeda pada tiaptindakan pada periode 1 hingga 90 hari.
Pada metode risk-based payment, metode yang paling sering dipakai adalah kapitasi.
Dokter akan mendapat pembayaran yang sama tiap bulan berdasarkan kuota pasien
yang diberikan sehingga disebut dengan per member per month (PMPM). Dengan
metode kapitasi, maka pendapatan dokter dapat diprediksi tiap bulannya sehingga
provider dapat fokus untuk mengurangi biaya pelayanan. Sebagian besar managed care
dengan HMO menggunakan metode ini dan menerapkan metode utilization review
untuk menghemat biaya terutama dengan gatekeeping. Pembayaran kapitasi kepada
kelompok dokter, tidak menjamin bahwa setiap dokter di dalamnya dibayar secara
kapitasi juga. Beberapa provider menerapkan metode gabungan dengan sistem lain,
misalnya FFS.
Baik pelayanan kesehatan rumah sakit atau klinik rawat jalan memiliki daftar harga
yang berisi ribuan jenis tarif pelayanan kesehatan yang disebut dengan Master Tarif
(Chargemaster). Master tarif merupakan dasar bagi pelayanan kesehatan untuk
menentukan nilai tagihan yang sangat kompleks serta menentukan metode pembayaran
yang akan ditetapkan dalam kontrak dengan payer.
Harga yang terdapat pada master tarif sebagian besar tidak sama satu dengan yang
lainnya dan umumnya berkaitan dengan biaya aktual. Hal ini disebabkan oleh sulitnya
melakukan penelusuran dan alokasi biaya, serta pelayanan kesehatan umumnya bebas
menentukan tarif sesuai yang diinginkan pada master tarif.
127
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Tarif yang diberikan kepada pasien antar fasilitas kesehatan dapat bervariasi.
Variasi tersebut dapat disebabkan oleh modifikasi tarif agar memberi keuntungan
bagi fasilitas kesehatan yaitu dengan melakukan mark-up harga. Kondisi ini dalam
managed care disebut dengan carve-outs terhadap tarif. Mark-up harga terjadi
karena adanya peningkatan harga pembelian alat kesehatan dan obat-obatan yang
kadang
Jenis pelayanan atau tindakan kepada pasien membutuhkan waktu yang berbeda-
beda tergantung kompleksitas dan kebutuhan sumberdaya. Pelayanan yang
membutuhkan waktu lama umumnya dibayar dengan metode Fee for Service.
D. Faktor lainnya turut berpengaruh antara lain: diagnosa penyakit, kasus tertentu,
kepatuhan kontrak, kuota pasien, jenis/kelompok pasien, dan pembayaran
mempertimbangkan kinerja.
128
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
6. Kesimpulan
Upaya pengendalian biaya pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan melihat dua
aspek yaitu aspek volume dan aspek harga. Aspek volume merupakan jenis pelayanan
yang diberikan kepada pasien dan dapat dikendalikan dengan utilization review.
Sedangkan aspek harga dikendalikan dengan metode provider payment.
C. LATIHAN
3. Bagaimanakah mekanisme provider payment jika dilihat dari risiko yang akan
dihadapi?
4. Bagaimanakah mekanisme provider payment dilihat dari nilai tambah (value added)
yang diberikan provider?
129
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
1. Pendahuluan
Di Amerika Serikat (sebagai negara lahirnya Managed Care pertama kali di dunia),
MC lahir akibat adanya kenaikan Produk Domestik Brutto (PDB) untuk sektor
kesehatan dari 7,4% (1970) menjadi 8,6% (1977) yang disebabkan oleh kenaikan
pembiayaan kesehatan oleh asuransi kesehatan, swasta (skema Medicare), dan
pemerintah (skema Medicaid) dibandingkan pembiayaan oleh pribadi. Akhirnya
berdasarkan diskusi oleh berbagai ahli muncullah konsep managed health care atau
130
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
sekarang dikenal dengan Managed Care (R. Kongstvedt, 2020). Managed care pertama
kali berkembang di Amerika Serikat pada tahun 1973 yang ditandai dengan lahirnya
peraturan yang disebut dengan Health Management Organization Act of 1973.
Peraturan ini memberi kewenangan kepada pemerintah federal Amerika Serikat untuk
menghimpun dana atau memberikan pinjaman untuk mengembangkan Health
Management Organizations atau HMO.
131
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Para ahli di bidang pembiayaan kesehatan dan asuransi kesehatan telah mendefinisikan
managed care dalam berbagai versi dan sudut pandang. Definisi managed care
menurut Marcinko & Hetico (2006) ada tiga pengertian antara lain (Marcinko &
Hetico, 2006):
132
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
2. Suatu sistem pembiayaan kesehatan atau pelayanan kesehatan yang dirancang agar
sebuah plan asuransi kesehatan dapat mengontrol dan mengkoordinasikan
pelayanan kesehatan dengan mewajibkan anggotanya untuk menekan belanja
kesehatan dan meningkatkan kualitas
Dari definisi di atas, Managed Care merupakan sebuah sistem yang menggabungkan
antara pelayanan kesehatan, pembiayaan kesehatan, dan upaya-upaya untuk
memindahkan risiko sehingga diperoleh efisiensi dalam pemberian pelayanan kepada
pasien.
Green & Rowell (2011) menyatakan managed care dibentuk untuk mengembangkan
suatu metode/cara yang dapat menghasilkan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan
komprehensif (menyeluruh) bagi pasien atau anggota managed care. Sering orang
menyebutnya sebagai asuransi kesehatan modern yang bersifat lebih kompleks
dibanding asuransi kesehatan konvensional (Green & Rowell, 2011).
Menurut Veeder (2013) “managed care is a complex health and behavior health care
services delivery system”, atau managed care merupakan sistem pemberian pelayanan
kesehatan yang kompleks. Kompleksitas ini disebabkan dua tujuan utama dari
managed care yaitu efisiensi biaya dan efektifititas dalam pelayanan kesehatan.
Bahkan Veeder (2013) menyatakan managed care bukan hanya meningkatkan
kesehatan pasien namun juga memperbaiki perilaku kesehatan masyarakat.
improve the structures of care from the perspective of the patient. Thus,
the approach is a consistent optimisation of the value chain from the
patient perspective”
Dengan demikian, managed care pada dasarnya adalah bentuk asuransi kesehatan yang
lebih modern karena mengintegrasikan tiga komponen yaitu insurer, insured, dan
provider pelayanan kesehatan. Pengintegrasian ini bertujuan untuk menghasilkan
biaya pelayanan kesehatan yang efisien serta kualitas pelayanan yang lebih
baik.Gambar 1 dan 2 berikut menjelaskan perbedaan antara skema asuransi tradisional
dengan managed care (asuransi kesehatan modern).
b. HMO membuktikan bahwa jumlah hari perawatan pasien dapat dikurangi tanpa
memperhatikan jenis penyakitnya
134
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
INSURED
(Peserta)
5 1
6 2
3
INSURER PROVIDER
(Pengelola) (Yankes)
INSURED
(Peserta)
5 1
6 2
3
INSURER PROVIDER
(Pengelola) (Yankes)
135
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Berdasarkan definisi yang dijelaskan pada sub bab sebelumnya, Managed Care
memiliki karakteristik sebagai berikut:
136
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Menurut Dictionary of Health Insurance and Managed Care, kontrak selektif atau
selective contracting adalah jenis kontrak asuransi kesehatan yang memungkinkan
perusahaan asuransi mengembangkan sistem kontrak yang kompetitif bagi
pelayanan kesehatan (Marcinko & Hetico, 2006). Dengan jenis kontrak ini,
perusahaan asuransi dapat menekan biaya untuk memberikan pelayanan kepada
beberapa pasien. Sedangkan menurut Morissey (2008) secara sederhana selective
contracting mengandung arti bahwa ada provider yang menjalankan
(menandatangani) kontrak dan ada yang tidak. Dengan demikian, insurer setuju
untuk membayar hanya kepada layanan Rumah Sakit dan Dokter yang diajukan
oleh sekelompok kecil rumah sakit, dokter, ahli terapi, dan apotik (Morissey,
2008).
Sudah menjadi hal yang umum bahwa sistem pelayanan kesehatan di berbagai
negara mengalami kekurangan pembiayaan. Menurut laporan lembaga
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) tahun 2016,
seluruh negara di dunia (kecuali Jerman, Islandia, Belanda, dan Swiss) mengalami
kenaikan dalam pembiayaan kesehatan. Akibatnya berbagai strategi pembiayaan
dikerahkan oleh negara-negara di dunia, termasuk penerapan managed care.
137
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Sejak awal tahun 2000 terjadi perubahan yang signifikan terhadap pola penyakit
yakni meningkatnya multi-morbiditas dan penyakit kronik yang menyebabkan
beban penyakit (disease burden) termasuk angka kematian. Hal ini berdampak
pada meningkatnya permintaan pelayanan kesehatan yang terintegrasi. Managed
care merupakan pilihan tepat untuk permasalahan tersebut karena yang skema ini
dijalankan dengan mengintegrasikan berbagai tingkat pelayanan (Amelung, 2019).
138
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
5. Kesimpulan
Managed care lahir pertama kali Amerika Serikat pada tahun 1970an untuk merespon
pembiayaan kesehatan yang terus meningkat dari sektor asuransi dan publik.
Managed care merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan asuransi atau
organisasi pembiayaan kesehatan untuk mengendalikan biaya dan mutu pelayanan
dengan sistem yang mengintegrasikan antara pembiayaan dan pelayanan kesehatan
dengan tetap mempertimbangkan pembagian risiko. Dengan sistem ini memungkinkan
terjadinya selective contract antara penyelenggara asuransi kesehatan dengan pemberi
pelayanan kesehatan dan peserta asuransi.
C. LATIHAN
1. Apa yang menyebabkan managed care pernah mengalami kemunduran pada tahun
1990an di Amerika Serikat?
139
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
7. Managed care pertama kali berkembang di Amerika Serikat pada tahun 1973 yang
ditandai dengan lahirnya peraturan yang disebut dengan Health Management
Organization Act of 1973. (Benar/Salah)
9. Managed care mengintegrasikan tiga pihak pada asuransi kesehatan yaitu insurer,
insured, dan provider (Benar/Salah)
10. Unitedhealthcare adalah perusahaan managed care terbesar di dunia tahun 2019 versi
BHM Healthcare Solutions dengan jumlah peserta mencapai sekitar 3 juta
(Benar/Salah)
140
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
1. Pendahuluan
Pada bab terdahulu telah dijelaskan bahwa mekanisme kerja pada organisasi managed
care berbeda dengan asuransi kesehatan tradisional. Perbedaan mekanisme asuransi
kesehatan tradisional dan managed care dideskripsikan pada gambar 1 berikut. Pada
managed care seluruh proses dari nomor 1 sampai 6 diintegrasikan.
INSURED
(Peserta)
5 1
6 2
3
INSURER PROVIDER
(Pengelola) (Yankes)
141
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Sebuah organisasi menjalankan skema managed care atau disebut Managed Care
Organization (MCO) jika (Amelung, 2019):
Menurut Green & Rowell (2011) dan Kongstad (2020) terdapat enam jenis atau model
dari pelayanan dengan managed care, yaitu: 1) Health maintenance organization
(HMO); 2) Preferred provider organization (PPO); 3) Point-of-Service plan (POS);
4) Exclusive provider organization (EPO); dan 5) Integrated delivery sistem (IDS) (R.
Kongstvedt, 2020)(Green & Rowell, 2011). Sementara Amelung (2019) membagi
organisasi mancaged care dalam tiga kelompok yaitu: (1) organisasi managed care
yang berbasis asuransi (insurance-based managed care); (2) organisasi managed care
yang berbasis pelayanan (provider-based managed care); dan (3) lembaga dalam
lingkungan managed care (Amelung, 2019).
Pada bab ini pembagian organisasi managed dikelompokkan dalam dua jenis yaitu MC
berbasis asuransi dan MC berbasis pelayanan. Lihat skema pada gambar 2 berikut.
142
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Merupakan bentuk MC yang pertama kali ditemukn dan tertua yang diusulkan
pada tahun 1970 di Amerika Serikat untuk mengantisipasi berkembangnya
pembiayaan kesehatan melalui asuransi kesehatan swasta dan asuransi kesehatan
sosial. Karakteristik HMO adalah sebagai berikut:
Close-panel model terdiri dari dua yaitu 1) Staff Model HMO dan 2) Group
Model HMO. Staff model merupakan model yang benar-benar murni HMO.
Persamaan antara staff model dengan group model adalah
a. Kurang popular dan sulit dipasarkan karena jarang dokter yang bersedia
dipekerjakan dengan gaji tetap, serta kurang popular di dunia asuransi
144
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
145
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
c. Network model HMO merupakan pengembangan dari group model HMO, dan
umumnya digunakan pada kontrak MC tertentu seperti pada grup pelayanan
kesehatan yang sangat besar. Pembayaran kepada grup umumnya dengan
metode kapitasi.
Skema POS pada dasarnya dikembangkan dari HMO, dan terdiri dari dua jenis
yaitu:
146
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
1. Cost Sharing POS Plan, yang terdiri dari (a) POS dengan cost sharing rendah
jika peserta memanfaatkan pelayanan di dalam jaringan HMO; dan (b) POS
dengan cost sharing tinggi jika peserta memanfaatkan pelayanan kesehatan di
luar jaringan HMO
2. Triple Option Plan, yaitu (a) POS dengan cost sharing rendah jika
menggunakan skema HMO dan memanfaatkan jaringan PPO sebagai bagian
dari skema; dan (b) POS dengan cost sharing tinggi jika memanfaatkan skema
HMO dan diikuti dengan skema PPO. Dengan demikian skema Triple Option
Plan memberikan pilihan pemeriksaan kesehatan kepada pasien lebih banyak
dibanding model managed care lainnya, dan disebut juga cafetaria plan atau
flexible benefit plan (Green & Rowell, 2011).
Meskipun skema ini sempat menarik minat perhatian, namun akhirnya dihentikan
atau tidak digunakan lagi. Penyebabnya antara lain (R. Kongstvedt, 2020):
6 2
3
INSURER PROVIDER
(Pengelola) (Yankes)
147
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Istilah preferred pada kependekan PPO muncul karena rumah sakit dan dokter
yang sepakat memberikan potongan harga kepada pasien merupakan pilihan
(preferred) perusahaan asuransi kesehatan (insurer). Adapun karakteristik PPO
adalah sebagai berikut (R. Kongstvedt, 2020):
a. Peserta yang ditanggung oleh kontrak PPO akan membayar lebih murah
(dalam bentuk cost sharing) jika berobat ke jaringan rumah sakit atau dokter
PPO, dibandingkan jika berobat ke rumah sakit/dokter di luar jaringan PPO
atau yang tidak melakukan kontrak PPO dengan perusahaan asuransi.
b. Berbeda dengan HMO, pada PPO pasien tidak perlu mendapatkan rujukan dari
fasker primer untuk berobat ke dokter spesialis jaringan PPO, karena ada
perjanjian untuk mengendalikan biaya pelayanan
c. Kontrak dengan provider dapat terjadi dalam dua mekanisme: (1) non-
selective PPO yaitu kontrak antara penyeleggara MC dengan provider yang
tidak ditentukan kriterianya. Biasanya non-selective PPO terjadi pada wilayah
dengan jumlah provider yang berminat kontrak PPO lebih sedikit dibanding
jumlah total provider di wilayah tersebut; dan (2) selective PPO yaitu kontrak
dengan memberlakukan kriteria selektif bagi provider yang ingi bergabung
dalam jaringan. Kriteria tersebut ditentukan dengan metode-metode meliputi
menganalisis jarak terhadap jaringan yang ada (location-based network need),
melakukan penilaian terhadap parameter-parameter yang ditetapkan
(credentials), dan menganalisis pola pelayanan/praktik. Selective PPO
148
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
e. Jika terjadi tindakan medis yang tidak sesuai dengan aturan PPO, maka yang
mendapat sangsi atau denda adalah provider, bukan member/pasien
INSURED
(Peserta)
5 1
6 2
3
INSURER PROVIDER
(Pengelola) (Yankes)
EPO pada dasarnya hampir sama dengan PPO (R. Kongstvedt, 2020). EPO adalah
skema managed care yang memberikan manfaat pelayanan kesehatan
menggunakan jaringan provider (network provider) kepada anggota yang
149
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
5 1
6 2
IDS adalah jenis managed care yang ditawarkan kepada sekelompok orang/pasien
oleh sekelompok provider (seperti: rumah sakit, klinik rawat jalan, atau kelompok
dokter). Model ini terdiri dari:
Pada model ini provider kesehatan, dokter, dan fasilitas pelayanan kesehatan
melakukan negosiasi dengan perusahaan asuransi, organisasi penyelenggara
managed care, atau penyelenggara jaminan kesehatan lainnya, untuk
memberikan pelayanan kesehatan.
150
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
INSURED
(Peserta)
5 1
6 2
• Provider (dokter dan faskes)
3
menawarkan pelayanan kesehaan
INSURER PROVIDER ke perusahaan managed care
(Pengelola) (Yankes)
Pada model ini rumah sakit, asosiasi dokter, atau pihak ketiga menjalankan
pelayanan kesehatan. Kontrak managed care dilakukan antara pihak pembayar
(misalnya perusahaan, kelompok orang) dengan rumah sakit atau dokter. Kontrak
umumnya berisi skedul pembayaran, penanganan administrasi pelayanan, dan
penagihan.
INSURED
(Peserta)
5 1
6 2
3
INSURER PROVIDER
(Pengelola) (Yankes)
151
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Pada model ini sekelompok dokter yang memiliki lisensi/ijin membentuk badan
hukum untuk memberikan pelayanan kesehatan. Pengertian group practice adalah
sekelompok orang yang memiliki kewenangan (lisensi) untuk menjalankan praktik
medis di suatu wilayah.
INSURED
(Peserta)
5 1
6 2
3
INSURER PROVIDER
(Pengelola) (Yankes) • Sekelompok dokter (berizin)
4 membentuk badan hukum atau
perusahaan managed care
Pada model ini dibentuk sebuah badan hukum untuk menawarkan pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh rumah sakit, dokter (sebagai karyawan IPO), dan
fasilitas kesehatan lainnya (misal: klinik).
INSURED
(Peserta)
5 1
152
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
e. Medical foundation.
Pada model ini managed care dijalankan organisasi nirlaba yang menjalankan
kontrak dengan klinik.
INSURED
(Peserta)
5 1
6 2
3
INSURER PROVIDER
(Pengelola) (Yankes)
Berdasarkan penjelasan di atas, jenis IDS dapat dibedakan sebagaimana disajikan pada
tabel 3 berikut.
153
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Penyelenggara
Pemberi Pelayanan
No Skema IDS Managed Care
Kesehatan
(Pembiayaan)
4 Integrated Provider Organisasi yang Rumah sakit dan dokter
Organization (IPO) dibentuk oleh RS dan IPO
sekelompok dokter
5 Medical foundation Yayasan kesehatan atau Rumah sakit, Klinik atau
organisasi nir laba Dokter
4. Kesimpulan
Managed care merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan asuransi atau
organisasi pembiayaan kesehatan untuk mengendalikan biaya dan mutu pelayanan
dengan sistem yang mengintegrasikan antara pembiayaan dan pelayanan kesehatan
dengan tetap mempertimbangkan pembagian risiko. Dengan sistem ini memungkinkan
terjadinya selective contract antara penyelenggara asuransi kesehatan dengan pemberi
pelayanan kesehatan dan peserta asuransi.
Terdapat dua bentuk skema/organisasi managed care yang utama yaitu MC berbasis
asuransi (insurance-based managed care) dan MC berbasis pelayanan (provider-based
managed care). MC berbasis asuransi terdiri dari Health Maintenance Organization
(HMO) dan Point-of-Service (POS). Sedangkan MC berbasis pelayanan meliputi
Preffered Provider Organization (PPO), Exclusive Provider Organization (EPO) dan
Integrated Delivery System (IDS).
C. LATIHAN
1. Sebutkan perbedaan antara non-selective PPO dengan selective PPO !
6. Sebutkan perbedaan antara staff model HMO dengan group model HMO ditinjau dari
mekanisme pembayaran
7. Sebutkan perbedaan antara IPA dengan Direct model HMO ditinjau dari risiko
154
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
9. Berdasarkan gambar berikut, bagaimana karakteristik insured dan provider pada jenis
EPO
155
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
DAFTAR PUSTAKA
156
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Louberge, H. (2013b). Development in Risk and Insurance Economics: The Past 40 Years. In
G. Diones (Ed.), Handbook of Insurance (2nd ed.). Springer Science+Business.
Marcinko, D. E., & Hetico, H. R. (2006). Dictionary of Health Insurance and Managed Care.
Springer.
Maysita, H., Rudi, R., Warsono, W., & Nusyirwan, N. (2019, October 24). MENENTUKAN
PREMI ASURANSI KESEHATAN UNTUK PERAWATAN RUMAH SAKIT PADA
STATUS PERORANGAN DAN JOINT LIFE. Seminar Nasional SMIAP V 2019.
http://snsmiap.fmipa.unila.ac.id/2019/
McKee, M., Khoshaba, B., & Karanikolos, M. (2013). Evaluating Health Care Systems. In
Oxford Handbook of Public Health Practice. Oxford University Press.
Morissey, M. A. (2008). Health Insurance. AUPHA Press.
Paolucci, F. (2011). Healthcare Financing and Insurance: Options for Design. Springer
Berlin Heidelberg.
Pauly, M. V., McGuire, T. G., & Baros, P. P. (2012). Handbook of Health Economics.
Elsevier.
Persatuan Aktuaris Indonesia. (n.d.). Siapa itu Aktuaris? AKTUARIS.ORG.ID | Society Of
Actuaries Of Indonesia. Retrieved November 24, 2020, from
https://www.aktuaris.or.id/page/content/9/kenapa-menjadi-aktuaris
Powell, D., & Goldman, D. (2016). Moral Hazard and Adverse Selection in Private Health
Insurance. In NBER (No. 21858). https://doi.org/10.7249/wr1032
Pratama, W. P. (n.d.). Banyak Ibu Hamil Daftar BPJS Kesehatan Sebelum Lahiran, Lalu
Menunggak - Finansial Bisnis.com. Bisnis.Com. Retrieved July 26, 2020, from
https://finansial.bisnis.com/read/20191021/215/1161360/banyak-ibu-hamil-daftar-bpjs-
kesehatan-sebelum-lahiran-lalu-menunggak
R. Kongstvedt, P. (2020). Health Insurance and Managed Care: What They Are and How
They Work (5th ed.). John and Bartlett.
Rejda, George E. (2008). Principles of Risk Management and Insurance (10th ed.). Pearson -
Addison Wesley.
Rejda, Geroge E., & McNamara, M. J. (2016). Principles of Risk Management and Insurance
(13th ed.). Pearson Education.
Rickel, A. U., & Wise, T. N. (2000). Understanding Managed Care: An Introduction for
Health Care Professional. Karger AG.
Rovner, J. (2013). Medical Underwriting. In Health Care Policy and Politics A to Z.
Springer. https://doi.org/10.4135/9781452240121.n220
Samuel, D. I. (2012). Managed Health Care in the New Millenium: Innovative Financial
Modelling for the 21th Century. CRC Press.
Sarwo, Y. B. (2015). Tinjauan Yuridis terhadap Kecurangan (Fraud) dalam Industri Asuransi
Kesehatan di Indonesia. Jurnal Ilmiah Hukum Unika Atma Jaya.
157
Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar | Ade Heryana, SST, MKM
Schieber, G., Baeza, C., Kress, D., & Maier, M. (2006). Financing Health Systems in the 21th
Century. In Disease Control Priorities in Developing Countries (2nd ed.). Oxford
University Press.
Todd, M. K. (2009). The Managed Care Contracting Handbook Planning and Negotiating
the Managed Care Relationship (2nd ed.). Productivity Press.
Tulchinsky, T. H., Varavikova, E. A., Bickford, J. D., & Fielding, J. (2014). The New Public
Health (2nd ed.). Elsevier.
Vaughan, E. G., & Vaughan, T. M. (2014). Fundamental of Risk and Insurance. John Wiley
& Sons.
Winter, R. A. (2013). Optimal Insurance Contracts under Moral Hazard. In D. George (Ed.),
Handbook of Insurance (2nd ed.). Springer Science+Business.
Wolpert, C. (2020). Trends Shaping Health Insurance and Health Care in 2020 – Group
Benefit Solutions. Group Benefit Solutions. https://gbsbenefitsgroup.com/trends-
shaping-health-insurance-and-health-care-in-2020/
Yuniarti, E., & Mukti, A. G. (2011). Evaluasi Pelaksanaan Utilization Review Badan
Pengelola Jaminan Kesehatan Sosial Provinsi Daerah Istmewa Yogyakarta. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan, 14(3).
Zweifel, P., Krey, B. B., & Tagli, M. (2007). Supply of Private Voluntary Health Insurance in
Low-income Countries. In A. S. Praker, R. M. Scheffer, & M. C. Bassett (Eds.), Private
Voluntary Health Insurance in Development: Friend or Foe? The World Bank.
158