Anda di halaman 1dari 3

CREEPING PAIN

BASIC MANAJEMEN
Tatalaksana awal di IGD pada pasien dengan keluhan angina (sindron koroner akut) :

1. Oksigen nasal kanule 4 lpm.


2. Berikan nitrogliserin/nitrat sublingual (ISDN 5 mg), dapat diulang 3x selang 15 menit.
Jika nyeri belum berkurang dapat diberikan nitrogliserin drip dengan dosis awal 5
mcg/menit, dapat di titrasi setiap 2-3 menit (dosis max. 200 -300 mcg/menit).
3. Berikan Aspirin 160 – 325 mg di kunyah.
4. Berikan Clopidogrel 300 – 600 mg per oral.
5. Morfin intravena jika nyeri dada tidak teratasi dengan nitrgloserin

PEMERIKSAAN AWAL

Penilaian awal di IGD (< 10 menit) :

1. Cek tanda-tanda vital dan saturasi oksigen.


2. Pasang akses intravena.
3. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang singkat dan terarah.
4. Lengkapi checklist fibrinolitik dan cek kontraindikasi.
5. Lakukan pemeriksaan enzim jantung, elektrolit, dan pembekuan darah.
Enzim jantung Troponin T atau I diukur saat pasien datang dan jika hasil normal diulang
6-8 jam kemudian. Enzim CK-MB diperiksa pada pasien dengan onset < 6 jam dan pada
pasien pasca infark < 2 minggu dengan iskemik berulang untuk mendeteksi reinfark atau
infark periprosedural.
6. Pemeriksaan roentgen thorax portable (< 30 menit setelah pasien di IGD).

Setelah dilakukan pemeriksaan dan penanganan awal , maka penting dilakukan penilaian
stratifikasi risiko dini untuk menentukan strategi pengobatan. Stratifikasi Risiko Dini
ditentukan berdasarkan skor risiko TIMI (Thrombolysis in Myocardial Infarction)
menggunakan variable sebagai berikut (setiap variable diberi skor 1) :

a. Penggunaan aspirin dalam 7 hari terakhir.


b. Usia > 65 tahun
c. Memiliki > 3 faktor risiko penyakit jantung koroner.
d. Diketahui penderita PJK atau terdapat stenosis arteri koroner > 60%.
e. Lebih dari 2x episode angina dalam 24 jam terakhir.
f. Peningkatan enzim jantung (CK-MB atau troponin).
g. Adanya deviasi segmen ST di EKG.
Penilaian :
 Skor 0-2 : risiko rendah.
 Skor 3-4 : risiko sedang.
 Skor 5-7 : risiko tinggi.

Pada pasien dengan risiko sedang dan tinggi untuk terjadi kejadian kardiovaskular (Skor
TIMI > 3) maka Tindakan angiografi coroner dan intervensi coroner dini terbukti mampu
menurunkan kejadian kardiovaskular berulang dalam 14 hari kedepan dibanding terapi
konservatif tanpa intervensi.

DIAGNOSIS

Langkah diagnosis :

1. Anemnesis  Nyeri dada :


 Lokasi : daerah retrosternal, pasien sulit melokalisasi nyeri.
 Deskripsi nyeri : rasa berat seperti dihimpit, ditekan, diremas, panas atau dada terasa
penuh. Keluhan itu lebih dominan dibandingkan rasa nyeri yang sifatnya tajam. Perlu
diwaspadai juga jika pasien mengeluh nyeri epigastrik, sinkope atau sesak napas
(angina equivalent).
 Penjalaran nyeri : menjalar ke lengan kiri, bahu, punggung, epigastrium, leher terasa
tercekik, atau rahang bawah (ngilu), kadang terdapat penjalaran ke lengan kanan atau
kedua lengan.
 Durasi nyeri : nyeri pada SKA dapat berlangsung > 20 menit. Pada STEMi nyeri > 20
menit dan tidak membaik dengan istirahat atau nitrat sublingual.
2. Pemeriksaan fisik : biasanya normal.
3. EKG : dapat dijumpai depresi segmen ST atau elevasi segmen ST atau bahkan gambaran
EKG normal.
4. Biokimia Marker
Enzim jantung CK-MB dan Troponin T/I diperiksa saat pasien datang dan jika hasil
normal diulang 6-8 jam kemudian. Troponin T/I merupakan marker nekrosis miokard
yang lebih sesifik dibandingkan enzim kardiak konvensional CK-MB . Namun, terapi
tidak boleh ditunda karena menunggu hasil pemeriksaan enzim jantung.
5. Echocardiography : untuk menilai fungsi ventrikel kiri dan evaluasi gerakan otot jantung.
6. Modalitas pencitraan jantung : untuk menilai ada tidaknya iskemia atau menilai luas
daerah iskemia.

Jika pasien dengan nyeri dada khas tanpa elevasi segmen ST, namun terdapat peningkatan
enzim jantung (CK-MB dan/atau Troponin T/I) maka diagnosisnya disebut NSTEMI (Non
ST Elevation Miocardial Infarction) atau IMA tanpa elevasi segmen ST.

Jika nyeri dada khas tanpa elevasi segmen ST dan tanpa peningkatan enzim jantung,
maka diagnosisnya adalah angina pektoris tidak stabil (unstable angina pectoris / UAP).

Pasien di diagnosis STEMI (ST Elevation Miocardial Infarction) jika memiliki minimal 2
kriteria :

a. Riwayat nyeri dada/ perasaan tidak nyaman yang bersifat substernal, durasi > 20 menit,
tidak hilang dengan istirahat atau pemberian tablet nitrat sublingual disertai penjalaran,
mual, muntah, dan keringat dingin.
b. Terdapat elevasi segmen ST ≥2mm (≥ 2 kotak kecil) pada 2 sadapan perkordial atau ≥ 1
mm (≥ 1 kotak kecil) pada sadapan ekstremitas yang berhubungan, atau dijumpai LBBB
yang baru atau dianggap baru.
c. Terdapat peningkatan enzim jantung (CK-MB atau Troponin). Namun, hasil
laboratorium tidak perlu ditunggu untuk memulai terapi reperfusi akut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dharma, S., 2016. Cara Mudah Membaca EKG. EGC : Jakarta.


2. PERKI, 2020. Buku Ajar Kursus Bantuan Hidup Jantung Dasar. PP PERKI : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai