Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TUGAS KEWARGANEGARAAN

Kasus Disintegrasi yang terjadi di Indonesia

Disusun oleh :

Intan Analisa Nabilah 07201040


Anita Adetia 10201014
Intan Putrililintar 10201048
Yussar Varco Dewatama 10201089
Muhammad Yudistira Rahmatullah Huzaymah 12201045

Dosen Pengampu
Dr. Steven Y. Audy Luntungan, S.T., M.Si., M.Th.

Kelas : Kewarganegaraan A
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nasionalisme Indonesia merupakan suatu usaha untuk menggalang kekuatan dan
menekan dominasi kolonialisme. Untuk menggalang kekuatan tersebut, maka dibentuklah negara
Indonesia sebagai suatu negara kesatuan sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) Bab I pasal 1 ayat (1). Untuk
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), perlu dihadirkan dalam pikiran
seluruh komunitas Bangsa Indonesia kesadaran untuk bersatu sebagai suatu bangsa. Bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang plural, baik plural dari segi suku bangsa, etnik, agama, adat
istiadat, partai politik dan budaya kehadiran perasaan untuk bersatu sebagai suatu bangsa sangat
diperlukan. Keadaan NKRI yang plural tersebut, sangat rentan terjadi perpecahan jika tidak
diikat oleh suatu referensi nasionalisme yang dapat mengikat negara Indonesia sebagai suatu
negara kesatuan. Kekhawatiran terjadinya perpecahan dan tercerai berainya negara kesatuan
antara lain ditandai dengan fenomena terjadinya konflik antar etnik, antar agama dan munculnya
ancaman disintegrasi bangsa lainnya.
Ancaman terjadinya disintegrasi bangsa antara lain disebabkan lunturnya sikap
nasionalisme, wawasan kebangsaan sedang mengalami kemerosotan. Lunturnya sikap
nasionalisme tersebut dapat melunturkan kobaran patriotisme dan kecintaan terhadap NKRI dan
dapat mengakibatkan bubarnya NKRI. Untuk menghindari tercerai berainya NKRI antara lain
perlu ditanamkan terhadap seluruh warga negara Republik Indonesia sikap nasionalisme, yaitu
perasaan cinta kepada negara yang proporsional tidak dalam pengertian chauvinisme yakni
perasaan bahwa bangsanya merupakan bangsa yang superior. Perasaan Nasionalisme dapat
dikembangkan melalui pendidikan karakter pada semua mata pelajaran, terutama pada
Pendidikan Kewarganegaraan yang menekankan perlunya menjaga kesatuan dan persatuan
NKRI.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka dapat dikemukakan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa berita kasus disintegrasi yang ada di Indonesia?
2. Apa kaitan kasus tersebut dengan jenis disintegrasi?
3. Apa saja faktor penyebab disintegrasi?
4. Apa saja alternatif solusi permasalahan disintegrasi?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang dapat dicapai adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui kasus disintegrasi yang ada di Indonesia
2. Mengetahui kaitan kasus tersebut dengan disintegrasi di Indonesia
3. Mengetahui faktor penyebab disintegrasi
4. Mengetahui solusi dari permasalahan kasus disintegrasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Disintegrasi Bangsa


Disintegrasi secara harfiah dipahami sebagai perpecahan suatu bangsa menjadi
bagian-bagian yang saling terpisah (Webster’s New Encyclopedic Dictionary 1994). Pengertian
ini mengacu pada kata kerja disintegrate, “to lose unity or integrity by or asif by breaking into
parts”. Disintegrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan tidak bersatu
padu atau keadaan terpecah belah; hilangnya keutuhan atau persatuan, perpecahan.

2.1 Bahayanya Disintegrasi


Potensi disintegrasi bangsa di Indonesia sangatlah besar hal ini dapat dilihat dari
banyaknya permasalahan yang kompleks yang terjadi dan apabila tidak dicari solusi
pemecahannya akan berdampak pada meningkatnya konflik menjadi upaya memisahkan diri dari
NKRI. Kondisi ini dipengaruhi pula dengan menurunnya rasa nasionalisme yang ada di dalam
masyarakat dan dapat berkembang menjadi konflik yang berkepanjangan yang akhirnya
mengarah kepada disintegrasi bangsa, apabila tidak cepat dilakukan tindakan-tindakan yang
bijaksana untuk mencegah dan menanggulanginya sampai pada akar permasalahannya secara
tuntas maka akan menjadi problem yang berkepanjangan. Nasionalisme yang melambangkan jati
diri bangsa Indonesia yang selama ini demikian kukuh, kini mulai memperlihatkan keruntuhan.
Asas persamaan digerogoti oleh ketidakadilan pengalokasian kekayaan yang tak berimbang
antara pusat dan daerah selama ini.Menurut Aristoteles, persoalan asas kesejahteraan yang terlalu
diumbar, merupakan salah satu sebab ancaman disintegrasi bangsa, disamping instabilitas yang
diakibatkan oleh para pelaku politik yang tidak lagi bersikap netral. Meskipun barangkali filosof
politik klasik Aristoteles dianggap usang, namun bila dilihat dalam konteks masa kini,
orientasinya tetap bisa dijadikan sebagai acuan. Paling tidak untuk melihat sebab-sebab
munculnya disintegrasi bangsa
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Berita Kasus Disintegrasi Indonesia


BIN: Radikalisme, Separatisme di Papua, hingga Serangan Siber Jadi Ancaman
Nasional
JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Intelijen Negara (BIN) mencatat adanya sejumlah ancaman
nasional yang perlu mendapat perhatian bersama.

Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto mengungkapkan, salah satu
ancaman tersebut adalah radikalisme.

"Masalah radikalisme, media sosial disinyalir menjadi inkubator radikalisme, khususnya generasi
muda. Kecenderungan ini dikuatkan survei BNPT terbaru bahwa 85 persen generasi milenial
rentan terpapar radikalisme. Kondisi ini patut menjadi perhatian bersama mengingat Indonesia
sedang menghadapi bonus demografi," ujar Wawan dalam diskusi virtual yang digelar Persatuan
Alumni GMNI, Selasa (15/6/2021).
Ancaman lain yang patut diperhatikan yakni mengenai gerakan separatisme di Papua.

Wawan menyebut, separatisme di Papua merupakan salah satu ancaman yang dapat menciptakan
disintegrasi bangsa.

Selain merongrong kewibawaan negara, kata Wawan, kelompok separatisme terindikasi menjadi
salah satu sumber konflik dalam pembangunan di Papua.
"Dan ini kita lakukan upaya penanganan secara komprehensif dan berkelanjutan tanpa
menghambat upaya membangun Papua secara cepat supaya mengejar ketertinggalan dari
provinsi lain," kata Wawan.
Selanjutnya, serangan siber turut serta masuk dalam daftar ancaman nasional. Wawan menilai,
ancaman siber menjadi hal yang sulit dihindari di tengah masifnya penetrasi internet.
Terlebih, pemahaman mengenai keamanan siber masyarakat Indonesia masih perlu terus
dilakukan pembenahan.

Selain itu, penyebaran hoaks tak luput menjadi ancaman nasional.

Wawan menyebut, penyebaran hoaks di media sosial perlu mendapat perhatian serius, terutama
mengenai isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang masuk kategori sangat sensitif.

"Penyebaran kabar terkait isu sensitif tersebut akan berdampak luas karena sifat media sosial
yang mampu menyebarkan informasi secara cepat dan tidak terjangkau," ujar Wawan.
Kemudian, Wawan menyebut SARA menjadi ancaman nasional yang perlu diantisipasi.

Beberapa kasus SARA yang sering mengemuka antara lain sentimen keagamaan, konflik antar
etnis, rasisme terhadap etnis tertentu, situasi di Papua maupun konlfik antara Syiah dan Sunni.
Ia menegaskan, isu sensitif tersebut menjadi ancaman serius karena dapat menimbulkan konflik
horizontal.

Terakhir, ancaman pandemi Covid-19. Alasannya, pandemi Covid-19 berpotensi mengancaman


masyarakat luas.

"Pelonjakan kasus Covid-19 berpotensi mengancam keselamatan masyarakat, memperburuk


resesi ekonomi, mengakibatkan lumpuhnya fasilitas-fasilitas kesehatan, terhambatnya
pendidikan dan gelombang pengangguran yang semakin masif," kata dia
Judul : BIN: Radikalisme, Separatisme di Papua, hingga Serangan Siber Jadi Ancaman Nasional
Sumber : Kompas.com
Isi pokok berita :
Badan Intelijen Negara (BIN) mencatat adanya sejumlah ancaman nasional yang perlu
mendapat perhatian bersama. Masalah radikalisme, media sosial disinyalir menjadi inkubator
radikalisme, khususnya generasi muda. Kecenderungan ini dikuatkan survei BNPT terbaru
bahwa 85 persen generasi milenial rentan terpapar radikalisme. Separatisme di Papua merupakan
salah satu ancaman yang dapat menciptakan disintegrasi bangsa. Selanjutnya, serangan siber dan
penyebaran hoaks turut serta masuk dalam daftar ancaman nasional.

3.2 Kaitan dengan Jenis Disintegrasi


Pada Kasus di berita ini kaitannya adalah dengan Disintegrasi Bangsa. Ancaman
Nasional yang disebabkan oleh Separatisme, Radikalisme dan Penyebaran Hoaks akan memecah
kesatuan dan persatuan bangsa. Perbedaan Kelompok budaya atau Sosial tidak dapat
menghindari perselisihan yang berkelanjutan sehingga menimbulkan masalah - masalah baru.
a. Separatisme
Pergerakan Separatis yang terjadi saat ini dan terus berlanjut di Papua mengancam
kesatuan Wilayah NKRI. gerakan - gerakan masyarakat separatis Papua menunjukkan
bahwa mereka merasa tidak seharusnya masih menjadi bagian dari Indonesia. Keinginan
mereka untuk lepas dari bangsa ini juga di sebabkan oleh ketidakadilan pemerintah untuk
memberikan kesejahteraan di wilayah - wilayah yang tertinggal. Proses Integrasi bangsa
Akan sulit karena kelompok - kelompok Separatis sudah tidak mengakui dirinya sebagai
bagian dari bangsa ini.
b. Radikalisme
Media sosial saat ini menjadi sarana yang subur bagi penyebaran radikalisme, intoleransansi,
dan terorisme di Indonesia. Kemudahan akses dan kebebasan dalam menyebarkan konten di
medsos menyebabkan sangat mudahnya seseorang terhasut dengan Radikalisme oleh
kelompok / oknum tertentu. Jika ajaran radikal mempengaruhi banyak masyarakat di bangsa
ini, maka akan terbentuk kubu - kubu radikal dengan anti radikal. Contohnya seperti LGBT,
secara global LGBT mulai banyak diterima oleh bangsa lain. Jika paham ini meluas di
indonesia akan menyebabkan banyak pertentangan, perselisihan bahkan kekerasan. Hal ini
akan memecah kesatuan karena nilai pancasila telah di tentang, selanjutnya akan mengancam
ideologi bangsa dengan dorongan untuk mengubah Pancasila sebagai dasar negara. Integrasi
bangsa akan sangat terancam ketika doktrin telah merasuki sebagian besar masyarakat.
Karena paham Radikal sangat berbahaya untuk bangsa indonesia.
c. Penyebaran Hoaks
Secara umum kita mengenal kabar palsu itu dengan sebutan hoax. Hoax adalah berita
bohong yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya. Terdapat oknum yang
sengaja membuat masyarakat resah dan percaya. Internet memberikan kemudahan yang
mampu menjawab kebutuhan masyarakat akan informasi maupun pemanfaatan untuk
kepentingan sosial ekonomi. Dampak lain kehadiran internet membuka ruang lebar bagi
kehadiran informasi atau berita-berita bohong tentang suatu peristiwa. Melalui
kesalahpahaman informasi yang diterima masyarakat akan menciptakan keributan,
kegaduhan, dan memicu emosi masyarakat tertentu. Sehingga dampaknya akan meluas
bahkan menyebabkan tindak kriminal antak kelompok atau individu. Ketika hoaks sudah
sangat banyak tersebar dan masyarakat tidak mampu memilih dan memilah informasi yang
terpercaya maka akan menjadi tantangan berat untuk Proses Integrasi bangsa.

3.3 Faktor penyebab Disintegrasi


Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya kasus di berita ini adalah sebagai berikut :
- Kegagalan pembangunan di Papua. Gagalnya otonomi khusus terutama pembangunan di
bidang kesehatan dan pendidikan untuk kesejahteraan masyarakat.
- Adanya masalah operasi militer yang terjadi. Hal ini terjadi karena konflik masalah
pertama yang tidak selesai dan operasi militer yang berlangsung sejak tahun 1965 hingga
kini, membuat masyarakat Papua memiliki catatan panjang mengenai kekerasan negara
dan pelanggaran HAM.
- Penduduk Papua merasa tersingkir dengan kenyataan kondisi pendidikan dan kesehatan
yang buruk, masyarakat Papua juga semakin merasa terdiskriminasi oleh proses
modernisasi.
- Adanya perasaan traumatis dari masyarakat yang disebabkan oleh tindakan represif
aparat di masa lalu yang dikategorikan sebagai pelanggaran HAM namun tidak diusut
sampai tuntas hingga sekarang
- Masih adanya perbedaan persepsi tentang terintegrasinya masyarakat Papua ke dalam
wilayah NKRI melalui Pepera di tahun 1969

3.4 Solusi permasalahan Disintegrasi


Dari permasalahan disintegrasi diatas, maka dapat diperkirakan solusi yang tepat antara
lain yaitu :
- Memberantas hoax yang beredar di masyarakat terlebih yang dapat mengancam integrasi
Negara Indonesia, Serta memberikan arahan agar masyarakat mengecek validasi suatu
berita terlebih dahulu sebelum ikut menyebar luaskannya.
- Perhatian oleh pemerintah untuk pembangunan maupun perkembangan untuk setiap
daerah secara terorganisir dengan baik, agar tidak ada konflik karena ketidakadilan
perhatian pemerintah pusat pada suatu daerah.
- Memberikan pendidikan kewarganegaraan kepada rakyat Indonesia agar tidak ada
gerakan separatisme ataupun radikalisme yang mengancam integrasi negara dan
merugikan banyak pihak.
- Meredakan isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) yang merupakan isu
sensitif bagi banyak orang. Isu ini bisa berdampak luas karena sifat media sosial yang
mampu menyebarkan informasi secara cepat dan tidak terjangkau.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari berbagai hasil analisis tersebut diatas dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut.
Disintegrasi bangsa, separatisme merupakan permasalahan kompleks, akibat akumulasi
permasalahan politik, ekonomi dan keamanan yang saling tumpang tindih sehingga perlu
penanganan khusus dengan pendekatan yang arif serta mengutamakan aspek
hukum,keadilan dan sosial budaya.

4.2 Saran
Kita harus menyadari betapa susahnya para tokoh pendiri bangsa di masa
lalu untuk mencapai dan mendapatkan sebuah kemerdekaan, bahkan mereka sampai
mengorbankan seluruh jiwa dan dan raganya hanya demi bangsa ini, sementara kita sekarang
tinggal menikmati jerih payah mereka di masa lalu. Oleh karena itu, sebagai warga negara kita
diamanahkan dan dituntut untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan NKRI, meskipun
berbagai ancaman dan gangguan datang menghampiri. Bung Karno sendiri juga pernah
menyampaikan dalam isi pidatonya “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir
penjajah, perjuanganmu lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”
DAFTAR PUSTAKA

Miftahul Aliya, 2016. Aktualisasi Pemikiran Nasionalisme dalam Pengembangan Indonesia


Madani. Badung : Universitas Pendidikan Indonesia

Fia, 2020. Disintegrasi Bangsa. Palembang : SMA Negeri 3

HB. Amiruddin Maula, Drs, SH, Msi, 2001. Menjaga Kepentingan Nasional Melalui
Pelaksanaan Otonomi Daerah Guna Mencegah Terjadinya Disintegrasi Bangsa, Jakarta :
Lemhannas

Anda mungkin juga menyukai