Anda di halaman 1dari 13

ALIRAN-ALIRAN SESAT PADA MASA KLASIK DAN PENGARUHNYA

TERHADAP GERAKAN RADIKALISME PADA MASA MODEREN

Oleh: Muammar, Lc., M.IRKH.


Dosen STAI DDI Pangkep

A. PENDAHULUAN

Penulis memulai tulisan ini dengan pesan singkat Imam Ibn Taimiyyah
dalam fatwanya sebagaimana yang dinukil oleh Imam Abdul Qahir1 dalam Kitab
Al Farqu Baina Al Firaq “Golongan yang selamat adalah mereka yang menempuh
jalan tengah dari pemahaman beku Jahmiyyah dan kebebasan dan kelonggaran
dari pandangan Mutasyabbihah tentang sifat Allah Swt. Mereka itulah yang
berada diantara pemahaman Jabariyyah dan Qadariyyah”.2
Aliran Khawārij adalah salah satu cikal bakal terbentuknya beberapa aliran-
aliran sesat yang berpayungkan Islam. Ketika didengarkan nama Khawārij
disebutkan, tergambar di fikiran kita tentang kekerasan dan sebuah kelompok
yang tidak bisa kompromi terhadap perbedaan. Itu betul, tetapi setelah menelusuri
beberapa kitab-kitab sirah yang membahas kejadian pada masa kekhalifaan
didapati sebuah fakta unik bahwa golongan khawarij yang tidak mengakui
kepemimpinan dan keputusan Ali bin Abi Thalib ra. adalah mereka ahli Ibadah,
tergambar titik-titik hitam di dahi mereka sebagai tanda atsar sujud dalam
beribadah.3
Muncul dalam benak Penulis, bagaimana mungkin seseorang yang ahli
Ibadah, di dahinya terdapat atsar sujud membunuh menantu dan pemimpin perang
tangguh Rasulullah Saw.; Ali bin Abi Thalib ra, bahkan mengkafirkan seluruh
kaum muslimin yang mendukung kubu Ali bin Abi Thalib dan kubu Muawiah bin
Abi Sufyan.
Tulisan ini memaparkan beberapa sample aliran-aliran sesat dalam Teologi
Islam pada masa Klasik dan bagaimana mencegah pengaruhnya terhadap gerakan-
gerakan dan ajaran radikalisme pada masa moderen.

B. Pengertian Aliran Sesat


Ajaran adalah sebuah aqidah dan ideologi, atau sering disebut kepercayaan.
Dari segi bahasa ”Aqidah” berasal dari perkataan arab: “Aqada, Ya’qidu,

1
Beliau adalah Imam Abū Manshūr Abdul Qahir Ibn Thahir Ibn Muhammad al-Faqîh al-
Syafi‘ī al-Baghdādī al-Isfarāyīnī, wafat tahun 429H/1037M.
2
Abdul Qahir bin Tahir bin Muhammad, Al Farqu Baīna al Firaq (Cairo: Maktabah at-
Taūfiqiyyah, t.th), h. 5.
3
Salah satu dari 3 pimpinan khawarij adalah Abdurrahman bin Amr yang lebih dikenal
dengan Ibn Muljam, dialah pembunuh Ali bin Abi Thalib ra,. Imam Ibn Katsir di dalam Al
Bidāyah Wa An Nihāyah menggambarkan pembunuh Ali bin Abi Thalib di dahinya terdapat
terdapat atsar sujud karena ibadah. (Lihat: Ismaīl bin Umar bin Katsir, Al Bidayah Wa Annhayah,
Juz 7, (Cairo: Dar Hajr, 1997), h.361).

1
‘Aqdan”, yang berarti “mengikat”4. Dari pengertian ini, Aqidah dapat diartikan
sebagai ikatan yang kokoh dan pegangan yang kuat. Adapun menurut istilah,
Aqidah bermakana perkara-perkara yang wajib dibenarkan sepenuhnya oleh hati,
dan merasa tenang dengan keyakinan tersebut, sehingga tidak timbul sama sekali
keraguan dalam hati.5
Ketika membuka lembaran buku-buku turats, terdapat beberapa
pengistilahan ulama tentang ajaran-ajaran sesat, diantaranya: Al’Aqā`id Az
Zāighah, Al’Aqā`id Al Munharifah, dan Al’Aqā`id Ad Dhalāalah. Kesemua istilah
tersebut berarti Ajaran Sesat, yaitu segala ajaran atau amalan yang dianggap
sebagai ajaran Islam, namun pada hakikat dan intinya berlawanan dan tidak sesuai
dengan Alquran dan Sunnah. Istilah Ad Dhalālah sendiri sering digunakan Ibnu
Hazam dalam kitabnya Al Fishal fi Al Milal wa Al Ahwā wa An Nihal, terutama
ketika mengkritisi pandangan-pandangan Syi’ah dan Mu’tazilah.6

C. SEJARAH SINGKAT TENTANG AJARAN SESAT DALAM


ALIRAN TEOLOGI ISLAM DAN PERKEMBANGANNYA.

1. Pada Zaman Nabi Saw.

Rasulullah membangun podasi keislaman selama 23 tahun. Kota Mekkah


menjadi podasi dasar agama tauhid yang dibawa oleh Nabi Terakhir Rasulullah
Saw., sampai Umat Islam mencapai kesempurnaan bagunan Islam di Kota
Madinah. Hal itu ditandai turunnya Ayat terakhir pada haji wada. Allah
berfirman:

Terjemahannya: Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu


agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam
itu jadi agama bagimu.(Q.S. Almaidah: 03).7
Pada masa Rasulullah Saw., Jika sahabat mendapai perkara dalam agama
maka mereka bertanya langsung kepada Rasulullah Saw., jika Nabi belum
mengetahui hukum ataupun informasi yang ditanyakan maka Allah Swt.
menurunkan ayat Alqur’an sebagai jawaban dari orang yang menanyakannya.8

4
Muhammad bin Makram bin Manzdur, Lisān al Arab, Jilid 8 (Bairut: Dārul Shādir, t.th),
h. 6.
5
Abdullah bin Abdul Hamīd Al Utsarī, Al Wajīz fi Aqidah As Salafi As Sālih -Ahlu As
Sunnah Wa Al Jamaah-, (Saudi Arabiah: Kementerian Urusan Islam, Wakaf, Dakwah dan
Penyuluhan, 1422 H), h. 11.
6
Sebagai contoh lihat paparan Ibnu Hazm ketika mendebat Golongan Mu’tazilah pada
pembahasan apakah perbuatan manusia yang berupa, gerakan, diam, perkataan, perbuatan dan
perjanjian adalah Allah yang menciptakannya.
Ali bin Ahmad bin Said bin Hazm, Al Fishal fi Al Milal wa Al Ahwā wa An Nihal, Juz4,
(Cairo: Maktabah Al Khānji, t.th), h. 147.
7
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Surabaya: Mahkota, 2005), h.55.
8
Rasulullah pernah dites oleh orang Yahudi tentang berapa lama Pemuda Ashabul Kahfi
terdidur dalam goa? Lalu Nabi Saw. bersabda “besok saya jawab”, akan tetapi Allah menunda

2
Secara logika, ajaran-ajaran sesat tidak mungkin terjadi di kalangan para
Sahabat ra. karena Rasulullah Saw. hidup ditengah-mereka mereka, Beliau
menjadi rujukan tehadap problematika yang dialami ummat pada zamannya.

2. Zaman Khulafau ar Rasyidin (Zaman kekhalifaan)

Sepeninggalan Rasululah Saw. Ummat Islam secara ij’ma membai’at


Sahabat yang paling dituakan dan dihormati, beliau adalah Abu Bakar As Shiddiq
ra. sebagai kepala negara atau khalifah. Abu Bakar kemudian terpilih sebagai
khalifah umat Islam yang pertama diikuti oleh Umar bin Khattab ra. pada periode
berikutnya. Pada masa pemerintahan Usman Bin Affan ra. timbul fitnah dan
provokasi yang dimunculkan oleh mantan Yahudi Abdullah bin Saba’ yang
mengakibatkan pertikaian diantara ummat Islam dan fitnah kepada Khalifah yang
ketiga Usman bin Affan ra. Pergerakan Abdullah bin Saba’ berhasil
mengumpulkan massa mengepung rumah Usman Bin Affan ra. dan membunuh
Khalifah dengan ratusan tusukan panah dan pedang.
Peristiwa pembunuhan Usman menimbulkan munculnya perseteruan antara
Mua’wiyah dan Ali, di mana pihak Mu’awiyah menuduh pihak Ali sebagai otak
pembunuhan Usman. Ali diangkat menjadi khalifah keempat oleh masyarakat
Islam di Madinah. Pertikaian keduanya juga berlanjut dalam memperebutkan
posisi kepemimpinan umat Islam setelah Mu’awiyah menolak diturunkan dari
jabatannya sebagai gubernur Syria. Konflik Ali-Muawiyah adalah starting point
dari konflik politik besar yang membagi-bagi umat ke dalam kelompok-kelompok
aliran pemikiran seperti Syiah, Khawārij, Rāfidah, Marji’ah dan Qadariah.

3. Pada Zaman Dinasti

Perkembangan aqidah Islam di zaman dinasti keislaman9 beragam. Ummat


Islam sudah terpecah dalam beberapa golongan, dari suatu golongan terpecah lagi
kebeberapa pemahaman. Contoh sederhana bisa dilihat dari golongan Syiah, ia
terpecah ke beberapa golongan salah satunya adalah Syiah Imāmiyyah dan Isnā
Asyariayyah. Golongan Rafidah terpecah lebih banyak lagi kebeberapa golongan
seperti Sulaēmaniyyah, Butriayyah, Imāmiyyah, Kāmiliyyah dan sebagainya.
Perpecahan berawal dari pelemik perpolitikan meningkat menjadi masalah
teologi . Ummat Islam tidak jarang mereka saling menyalahkan dan menyesatkan,
bahkan mengkafirkan. Disamping itu, power sebuah kepemimpinan terkadang
mengotori sebuah ajaran-ajaran yang murni disebabkan karena ambisi. Sebagai
contoh sederhana, peristiwa yang menimpa umat Islam pada masa Dinasti

menurunkan Alqur’an sebagai jawaban sampai 15 hari, kemudian Allah menurunkan Surah Al
Kahfi ayat 25: “Mereka tertidur di dalam goa selama 309 tahun”. (Lihat: Ismaīl bin Umar bin
Katsir, Tafsir Al Qur’an Al Karīm, Juz 5, (Riyādh: Dar Thaībah, 1999), h.149.
9
Baca; Dinasti Umayyah (40 H/661 M - 132 H/750 M), Abbasiyyah 132/750 M - 656
H/1258 M, Fatimiyyah 296 H/909 M - 566 H/1171 Mdan Usmaniyyah 699 H/1300 M - 1341
H/1922 M.

3
Keislaman dalam kepemimpinan Khalifah Al Mu’tsahim Billah tentang fitnah
khalqu Al Qur’an’.10 Imam Ahmad bin Hambal sangat tegar menghadapi tekanan
penguasa yang memaksan untuk mengakui bahwa alqur’an itu makhluq, namun
dengan tegas ia menyatakan bahwa Alqur’an adalah kalamullah, bukan makhluk
sebagaimana yang didoktrin oleh Khalifah. Ketegaran Imam Ahmad bin Hambal
yang memaksanya harus menerima penjara dan hukum pukulan dan cambukan.
Ideologi tentang Alqur’an sebagai mahluk menjadikan Aliran Mu’tazilah menjadi
salah satu aliran-aliran klasik yang memberikan dampak pemikiran kepada para
cendikiawan muslim moderen.

D. MENGENAL ALIRAN-ALIRAN SESAT PADA MASA KLASIK DAN


PENGARUHNYA TERHADAP GERAKAN RADIKALISME PADA
MASA MODEREN.

Aliran-aliran sesat yang dimaksudkan disini adalah mereka yang


mengatasnamakan diri mereka sebagai ajaran Islam akan tetapi ada beberapa
pembahasan-pembahasan tentang aqidah yang bertentangan dengan Aqidah Islam
yang murni. Perlu diluruskan bahwa tidak semua ajaran aliran-aliran pada masa
klasik bertentangan dengan tuntunan Rasulullah Saw., hanya ada persoalan-
persoalan sesat yang patut untuk dipaparkan di tulisan ini. Aliran-aliran tersebut
mayoritas muncul pada masa klasik yaitu pada masa kekhalifaan kemudian
berkembang dan bercabang pada masa dinasti Islam. Diantaranya Syiah, Khawārij
dan Mu’tazilah.

1) Aliran Syi’ah
Aliran Syiah secara umum berpandangan bahwa masalah As Siyasah;Politik
dan Kepemimpinan adalah salah satu Arkān ad Din/rukun Agama yang harus
diyakini. Mereka berpandangan bahwa masalah Imāmah/kepemimpinan
diserahkan dan menjadi hak mutlak kepada golongan tertentu yaitu ahlu al Bait,
mereka adalah garis keturunan Ali Bin Abi Thalib ra. Dalam pandangannya,
Imam Ali merupakan pelanjut Nabi Saw. yang sah dengan penunjukan langsung
dari Nabi Saw. bukannya Abu Bakar As Shiddiq, Umar bin Khattab dan Usman
bin Affan. Kedudukan para Imām dalam Ideologinya yaitu setara dengan
kedudukan Nabi Muhammad Saw.
Salah satu aliran dari Syiah yang bertentangan dengan Ahlu as Sunnah
yaitu syi’ah Imāmiyah dan syi’ah Ismāiliyyah. Berikut beberapa pemahaman-
pemahan yang sesat.
- Tentang Alqur’an.
Golongan ini menolak mushaf Usmaniyah yang berhasil dikumpulkan dan
dirampungkan pada masa Kepemimpinan Usman bin Affan ra. karena mereka
mengkafirkan semua khalifah selain Ali bin Abi Thalib ra. termasuk Usman bin

10
Sebuah ujian yang penah menimpa ummat dan para ulama Islam tentang opini apakah
alqur’an mahluk atau kalamu Allah/ucapan Allah Swt.

4
Affan ra, sedangkan keyakinan Ahlu As Sunnah wa al Jamaah menyakini bahwa
Mushaf Usmaniyyah adalah mushaf yang sah dalam Islam.
- Pengistilahan Sahabat
Pengistilahan Sahabat memunculkan perbedaan terhadap golongan-
golongan syi’ah. Salah satu aliran Syiah yang sejalan dengan keyakinan Ahlu as
Sunnah yaitu Zaidiyyah, Ia mendefenisikan sahabat adalah: Kaum Muhajirin dan
Anshar atau siapa saja dari sahabat yang dekat dan menimbah ilmu dari
Rasulullah Saw. Adapun syi’ah Imāmiyah dan syi’ah Ismāiliyah mengatakan
bahwa siapa saja dari mereka yang mendukung Imam Ali bin Abi Thalib ra maka
adalah Sahabat Nabi Saw., akan tetapi bagi mereka yang tidak mendukung maka
tidak dikategorikan sebagai Sahabat.
- Tentang Imam Ma’sum.
Orang yang ditunjuk menjadi Imām bagi mereka setara dan selevel dengan
Rasulullah Saw. dalam kema’suman, yaitu keterjagaan diri dari dosa, noda dan
salah . Jika imam tidak ma’sum maka ia akan dapat dengan mudah terjebak dalam
kesalahan, dan juga berpotensi untuk melakukan hal-hal yang tidak layak
dilakukkan, seperti, berbohong dan berdusta.
Adapun pengaruh syiah terhadap masa moderen lebih terlihat pada sistem
perpolitikan dan konsep Imāmiyyah.

2) Golongan Mu’tazilah
Secara bahasa Mu’tazilah isim fail dari kata “i’tazala, ya’tazilu” artinya
memisahkan diri atau orang yang memisahkan diri. Mu’tazilah adalah istilah yang
digunakan bagi kelompok pengikut Wāshil bin Atha (80 H-131 H) yang
memisahkan diri dari halaqah gurunya Hasan Al Bashri (21 H-110 H) .
Golongan Mu’tazilah adalah terpenting dalam aliran teologi Islam. Ciri
utama aliran teologi ini adalah pandangan-pandangan teologisnya lebih banyak
ditunjang oleh dalil-dalil logika dibanding dalil syara’, dan lebih bersifat filosofis,
sehingga sering disebut aliran rasionalis Islam. Sebab bagi mereka akal adalah
sebagai kata pemutus dalam segala hal. Golongan Muktazilah berkembang di
kalangan golongan intelek pada masa pemerintahan Khalifah Al Ma’mun dari
dinasti Abbasiyah. Dalam perjalanan selanjutnya, kedudukan Muktazilah semakin
kuat dan tangguh setelah Khalifah al-Ma'mun menjadikannya sebagai ideologi
atau mazhab rasmi negara ketika itu.
Secara umum golongan ini tidaklah searah pada garis radikalisme akan
tetapi lebih sejalan dengan garis pemikiran, rasionalisme dan liberalisme dalam
Islam. Jika ditinjau dari munculnya Aliran ini yaitu hanyalah pebedaan pendapat
antara seorang guru dan murid dimana sang guru mendahulukan dalil Naqli
(Alqur’an dan Assunnah) dibandingkan dalil ‘Aqli (logika).

3) Aliran Khawārij
Kelompok Khawārij merupakan aliran teologi pertama yang muncul
dalam dunia Islam. Khawārij muncul setelah peristiwa peperangan Shiffin antara
tentara Ali dengan Muawiyah. Khawārij merupakan pendukung tentara Ali ketika
terjadinya perang pada bulan Safar tahun 37 H. dalam peristiwa itu banyak tentara
di kedua belah pihak yang gugur. Ketika Ali hampir memperoleh kejayaan dan

5
kemenangan, Amr ibn al-Ash yang berada di barisan Mu’awiyah mengangkat
mushaf untuk mengadakan perdamaian. Maka peperangan ketika itu dihentikan
sementara dan diadakan tahkim (arbitrase) antara kedua belah pihak. Dalam
tahkim ini pihak Ali diwakilkan oleh Abu Musa al Asy’ari yang dipecundangi
oleh siasat Amr yang mewakili Mu’awiyah. Arbitrase ini menghasilkan keputusan
yang timpang, Ali diturunkan dari jabatan dan Mu’awiyah naik menjadi khalifah.
Kekecewaan kelompok Khawārij terhadap Ali dan Muawiyah
menyebabkanya berlaku anarkis dan radikal. Mereka menganggap pendukung
kedua pihak semuanya kafir dan halal darahnya untuk dibunuh. Puncak
pergerakan radikalnya ketika khalifah Ali bin Abi Thalib terbunuh oleh
ambisinya.
Pergerakan radikalisme moderen pada hakikatnya cikal bakal dari
radikalisme Khawārij pada masa klasik, sebuah pergerakan yang pernah berhasil
dibendung oleh ulama-ulama terdahulu, menyuguhkan bantahan-bantahan Ilmiah
tentang ketidakpahaman mereka dalam memahami dalil. Akan tetapi, pergerakan
ini muncul kembali di era kita, masa dimana melemahnya khasanah keislaman
sehingga memunculkan penafsiran ambigu terhadap nash-nash. Mereka mengutip
dalil-dalil jihad tanpa penguasaan tafsir Alqur’an dan Sunnah.

E. MENCEGAH PENGARUH ALIRAN-ALIRAN SESAT DAN


RADIKALISME PADA MASA MODEREN

Ada beberapa hal yang perlu digerakkan dalam meluruskan aliran sesat
dan radikalisme diantaranya:

a. Mewaspadai Provokasi dan Intervensi dari sang Munafik


Terbunuhnya Usman bin Affan ra. adalah sebuah ibrah yang sangat
relevan untuk menggambarkan penyebab utama terjadinya sebuah ajaran
sesat dan radikalisme ditengah mansyarat kita. Jauh sebelum terjadinya
kasus berdarah ini, Rasulullah Saw. telah memprediksi sesuatu yang akan
menimpa lelaki yang mempersunting dua anaknya, dialah khalifah yang
ketiga Usman Bin Affan ra. Rasulullah Saw. bersabda::

Artinya: Dari Abu Musa Al Asy’ari berkata: pada suatu hari Nabi Saw.
masuk ke sebuah kebun dari kebun-kebun yang ada di Madinah…. lalu
datanglah Utsman, aku berkata (Abu Musa): Tunggu dulu! Sehingga aku
memohon izinkan engkau (kepada Rasulullah Saw.), kemudian Nabi Saw.

11
Muhammad bin Ismāil Al Bukhāri, Shahih Bukhāri, Juz 6, (Cet.: III; Beirut: Dār Ibn
Katsīr: 1987), h.2599.

6
Bersabda: Izinkanlah dia (Usman), berilah kabar kepadanya dengan
Surga, bersamanya ada musibah yang akan menimpanya. (HR. Bukhari)
Setalah 24 tahun12 setelah wafatnya Rasulullah Saw., tepatnya pada
bulan Dzul Hijjah tahun 35 H prediksi Nabi yang disampaikan oleh Abu
Musa Al Asy’ari terbukti ketika pasukan Abdullah bin Saba13 –sang
munafiq- dari koalisi pembrontak dari Mesir mengepung kota Madinah
kemudian menuju kediaman Khalifah Usman Bin Affan ra. Mereka
berhasil membunuh Khalifah yang sedang membaca Alqur’an dengan
ratusan tusukan dan pedang.14
Para pembrontak yang notabene dari kaum sipil Islam melakukan
anarkisme dengan merusak fasilitas Negara, merampok kas Baitul Mal.
Mereka menuntut keadilan semu dari Khalifah, berjihad yang diinginkan
akan tetapi sejarah mencatat nama mereka sebagai pelaku fitnah terbesar
sepanjang sejarah dalam Islam. Kaum muslimin terprovokasi dari ulah
sang munafiq yang ingin mengobrak-abrik Ummat Islam untuk saling
bertkai.
Genderang jihad yang dikobarkan kaum muslimin saat ini,
khususnya daerah-daerah konflik di Timur Tengah dan belahan dunia
lainnya patut dikaji ulang, intervensi Asing dari Negara-negara berkuasa
pastilah memiliki keinginan tertentu, tiada lain kecuali menghancurkan
Islam dari dalam. Mari merenungkan kembali firman Allah Swt.:
َ ‫إَّلل فَا ذن ذ‬
‫إَّلل َع ِز ٌيز‬ َ ‫ول إلْ ُمنَا ِف ُق‬
ْ ‫ون َو ذ ِإَّل َين ِِف قُلُوِبِ ِ ْم َم َر ٌض غَ ذر َه ُؤ ََل ِء ِديُنُ ُ ْم َو َم ْن ي َ َت َو ذ‬
ِ ‫َّك عَ ََل ذ‬ ُ ‫إ ْذ ي َ ُق‬
ِ ِ
)94 :‫َح ِك ٌمي (إ ألنفال‬
Terjemahannya: Ingatlah, ketika orang-orang munafik dan orang-orang
yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: Mereka itu (orang-orang
mukmin) ditipu oleh agamanya dan Barangsiapa yang bertawakkal
kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.15 (Q.S: Al Anfal: 49)

b. Tafaqquh Fi Addin
Tafaqquh fi addin berarti memperdalam ilmu-ilmu Agama, bukan
hanya membaca kitab suci Alqur’an dengan terjemahan Departemen
Agama atau membaca kumpulan hadis-hadis pilihan kemudian
diterjemahkan secara kata per kata. Akan tetapi, untuk memahami
persoalan agama secara mendalam diperlukan tools atau perangkat untuk

12
Karena Rasulullah Saw. wafat pada tahun 11 H./632 M.
13
Abdullah bin Saba Al Yahudi, dia berasal dari yaman. Masuk Islam pada masa
kepemimpinan Khalifah Umar Bin Khattab ra. (Pendapat lain pada masa Usman Bin Affan ra).
Abdullab bin Saba adalah orang munafik yang bersaksi atas nama Islam akan tetapi membenci
Islam, dia dikenal pelopor aliran sesat yang radikal Rafidah.
14
Muhammad bin Abd. Wahab At Tamīmi, Mukhtashir Sīah Ar Rasul Saw., (Riyadh:
Univ. Imam Muhammad bin Su’ud, t.th), h. 315-316.
15
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, h.261.

7
mengkajinya seperti penguasaan Ilmu Alqur’an dan Ilmu Tafsir, Ilmu
Hadis dan Tafsir Hadis, Ilmu Ushul Fiqh, menguasai perbandingan
mazhab dan perangkat-perangka ilmu lainnya.
Sebuah contoh yang nyata yang pernah terjadi pada diskusi antara
seseorang pemuda16 pembenci Usman bin Affan ra. yang berasal dari
Mesir dengan Ibnu Umar ra.
Khawārij: Tahukah kamu bahwasanya Usman tidak ikut perang Uhud?
Ibnu Umar: Ya, benar
Khawārij: kamu pasti tahu dia absen di perang Badar?
Ibnu Umar: Betul
Khawārij: Dia juga tidak menghadiri pada Bai’at Ridwan?
Ibnu Umar: Ya, betul
Tiba-tiba Pemuda Khawārij tersebut berteriak dengan lantang
mengucapkan “Allahu Akbar” dalam benaknya, Usman memang pantas
dicela dan dibunuh.
Tiba-tiba Abdullah bin Umar menjawab:
Saya jelaskan alasannya: Adapun ketidak sertaanya pada perang uhud,
saya bersaksi Allah pasti mengampuni dan memaafkannya. Sedangkan di
perang Badar, beliau tidak hadir karena menjalankan perintah Rasulullah
Saw. untuk menjaga Istrinya Ruqayyah17 yang sedang terbaring sekarat
karena sakit keras. Adapun di Bai’at Ridwan, Rasulullah menugaskannya
di kota Mekkah.18
Riwayat diatas memperlihatkan sisi lemahnya pemahaman terhadap
persoalan-persoalan agama, dengan mudah menyalahkan Usman bin
Affan ra. bahkan ada diatara kaum Khawārij dan Rāfidah yang
mengkafirkannya padahal Allah dan RasulNya memuliakannya.

Artinya: Dari Anas bin Malik ra. dari Nabi Saw. besabda: Ummatku
yang paling penyayang adalah Abu Bakar ra., yang paling tegas pada
perintah Allah adalah Umar ra dan yang paling tinggi rasa sirinya
(malunya) adalah Usman ra. (HR. Attirmidzi.
Langkah yang paling konkrit untuk mencegah aliran sesat
dan radikalisme yaitu memberikan pemahaman terhadap Ummat tetang
agama Islam seutuhnya, membangun kembali sekolah-sekolah
Ibtida’iyyah dan madrasah sebagai wadah dalam menciptakan peserta
didik yang tafaqquh fi Addin. Nabi Saw. bersabda:

16
Dia dari golongan Khawārij, pendapat lain mengatakan dari golongan Rāfidah.
17
Ruqayyah adalah anak Rasululah Saw yang diperistrikan Usman ra. Setelah Ruqayyah
wafat Nabi Saw. menikahkan kembali Usman dengan dengan anak perempuannya Immu kalsum.
Oleh karena itu, Usman diberi gelar ‘Dzannurain’; Dua cahaya.
18
Muhammad bin Ismāīl Al Bukhāri, Shahih Bukhāri, Juz 3, h.1352.
19
Muhammad bin Isā Attirmīdzī, Al Jami’ As Sahih, Juz 5, (Beirut: Dār Ihyā At Turāts
Al Arabī, t.th), 664.

8
Artinya: Dari Muawiyah bin Abi Sufyan, dia sedang bekhutbah dan
mengatakan, saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa
yang dikehendaki olehnya kebaikan maka akan diberikan pemahaman
Ilmu Agama. (HR. Muslim)
Radikalisme tidak mungking ditumpas jet tempur dan rudal yang
mumpuni akan tetapi ia hanya bisa dilenyapkan dengan meluruskan cara
befikir mereka dengan tuntunan ilmu-ilmu agama dan khasanah
keislaman karena Agama Islam sebuah ajaran yang mengedepankan
perdamaian dengan khasanah Ilmu pengetahuan.

c. Bersikap Tasamuh dan Menghormati Penganut Agama Lain dan


Tegas dalam mencegah kesesatan dalam Islam
Islam adalah agama tasamuh (toleran), agama yang menghormati
perbedaan di tengah masyarakat karena Agama Islam itu sendiri
berkembang di kota yang masyarakatnya majemuk, sebuah kota yang
didominasi oleh Agama Yahudi dan Nasrani, kota Thaif dan Yatsrib yang
kemudian menjadi kota Madinah.
Ketika membuka lembaran Firman Allah Swt, ada satu ayat yang
sangat erat kaitannya bagaimana bersosialisasi dan bermuamalah dengan
masyarakat yang berbeda keyakinan, bahkan Allah mencontohkan
hubungan atara seorang anak dan ibu yang berbeda Agama. Allah
berfirma:

)51 :‫َوإ ْن َجاهَدَ إكَ عََل َأ ْن ت ُ ْْشِكَ ِِب َما لَي َْس َ ََل ِب ِه ِع ْ ٌْل فَال ت ُِط ْع ُه َما َو َصا ِحْبْ ُ َما ِِف إدلُّ نْ َيا َم ْع ُروفًا (لقامن‬
ِ
Terjemahannya: Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik.20 (QS. Luqman: 15)

Imam Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini turun kepada
sahabat Nabi Saw. Said bin Malik, dia sangat patuh dan berbakti kepada Ibunya
sampai Allah Swt. memberikan hidayah kepadanya sedangkan Ibunya tetap
berada dalam kemusyrikan. Sang Ibu mengancam said tidak akan makan dan
minum sehingga Said kembali ke agama nenek moyang sebagai penyembah
berhala. Jawaban said yang begitu tegas kepada Ibunya sengaja penulis paparkan
di tulisan ini sebagai sebuah analisa bagaimana memahami arti toleransi antar
Agama.

20
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, h.619.

9
Artinya: Said menjawab: Wahai Ibuku, Anda tau, demi Allah Jika Ibu memiliki
100 nafas kemudian keluar satu per satu niscaya saya tidak akan meninggalkan
agamaku (Islam).
Sebuah panutan yang baik dari Said bin Malik ra. bahwa berbeda Agama
bukanlah penghalang untuk memutus hubungan silaturrahmi, kerjasama dan unsur
duniawi, akan tetapi apabila yang berkaitan dengan aqidah dan keyakinan maka
tidak boleh ikut-ikutan terhadap ajaran agama manapun. Namun, jika kesesatan
itu terjadi pada penganut Agama Islam maka harus tegas meluruskan keyakinan
salah demi terciptanya masyarakat yang beriman dan toleran.

F. PENUTUP
Secara ringkasan bahwa perkembangan aliran-aliran Sesat dan
Radikalisme dalam Islam pada masa klasik dan pertengahan bermula dari
pergolakan politik yang ada diantara kubu Islam itu sendiri, namum pada masa
moderen ajaran-ajaran sesat dan radikalisme bisa saja dari unsur klasik; politik
dan bisa juga muncul dari segala aspek yang ada di lapisan masyarakat kita. Tugas
kita sebagai insan akademis meluruskan pemikiran dan ajaran sesat yang ada
dibawah payung Islam kemudian tasamuh terhadap ajaran-ajaran agama lain baik
agama samawi maupun agama wad’i’ dengan prinsip “Lakum dīnukum
waliyadīn”

21
Ismaīl bin Umar bin Katsir, Tafsir Al Qur’an Al Karīm, Juz 6, h.337.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alqur’an Al Karim

Al Utsarī, Abdullah bin Abdul Hamīd, Al Wajīz fi Aqidah As Salafi As


Sālih -Ahlu As Sunnah Wa Al Jamaah-. Saudi Arabiah: Kementerian Urusan
Islam, Wakaf, Dakwah dan Penyuluhan, 1422 H.
At Tamīmi, Muhammad bin Abd. Wahab, Mukhtashir Sīah Ar Rasul
Saw. Riyadh: Univ. Imam Muhammad bin Su’ud, t.th.

Attirmīdzī, Muhammad bin Isā, Al Jami’ As Sahih, Juz 5. Beirut: Dār


Ihyā At Turāts Al Arabī.

Bukhari, Muhammad bin Ismāil, Shahih Bukhāri, Juz 6. Cet.: III; Beirut:
Dār Ibn Katsīr: 1987.

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya. Surabaya :


Mahkota, 2005.

Ibn Hazm, Ali bin Ahmad, Al Fishal fi Al Milal wa Al Ahwā wa An


Nihal, Juz4. Cairo: Maktabah Al Khānji, t.th.

Ibn Katsīr, Ismaīl bin Umar, Tafsir Al Qur’an Al Karīm, Juz 5. Riyādh:
Dar Thaībah, 1999.

---------------------------------, Al Bidayah Wa Annhayah, Juz 7. Cairo: Dar


Hajr, 1997.

Ibn Madzur, Muhammad bin Makram, Lisān al Arab, Jilid 8. Bairut:


Dārul Shādir, t.th.

Nurdin, Kamaluddin, Ajaran Sesat dalam Aliran-Aliran Teologi Islam.


Kuala Lumpur: USIM Pub, 2010.

Tahir bin Muhammad, Abdul Qahir, Al Farqu Baina al Firaq. Cairo:


Maktabah at-Taufiqiyyah, t.th.

11

Anda mungkin juga menyukai