IDENTITAS NASIONAL
Kelompok 1 :
Rifqi Nafis Mubaroq / 10218091
Carola Giovanni Danira Mayorga / 10418003
Ghiffari Emir M. / 13316005
Madani Ighfir Sulaeman / 17018017
Muhammad Naufal Syarif / 17518006
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Pesatnya perkembangan teknologi di dunia ini membuat masyarakat mengetahui berbagai
macam hal termasuk juga tentang identitas dari negara lain. Namun dengan demikian, banyak dari
masyarakat malah acuh terhadap identitas negaranya sendiri. Selain itu, kurangnya sosialisasi dari
pihak pemerintah tentang betapa pentingnya identitas di suatu negara. Oleh sebab itu, pengetahuan
tentang identitas nasional sangatlah penting.
Dibuatnya makalah ini untuk berbagi ilmu tentang betapa pentingnya identitas bagi suatu
negara dan kita sebagai mahasiswa/i berhak tahu tentang masalah – masalah yang akan terjadi
berkaitan dengan identitas nasional. Untuk itu identitas nasional dapat kita pahami dan mengambil
manfaatnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori
2.1.1 Pengertian Identitas Nasional
Identitas nasional berasal dari dua kata : “identitas” dan “nasional”, yang memiliki
maknanya masing-masing. Identitas berarti hal yang melekat pada diri seseorang atau sesuatu
yang membedakannya dengan orang atau sesuatu yang lain. Identitas ini menjadi ciri, tanda, dan
jatidiri yang khas, yang diharap dapat merepresentasikan pemiliknya secara menyeluruh. Kata
“nasional” berarti identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar dan
berdasarkan pada kesamaan-kesamaan yang dimiliki. Kesamaan tersebut bisa berupa sesuatu
yang fisik seperti budaya, bahasa, dan agama, atau nonfisik seperti harapan, mimpi, dan cita-cita.
(ICEE dalam Hibah Materi Pembelajaran Non Konvensional : Identitas Nasional, 2012 ).
Menurut Kaelan dalam Hibah Materi Pembelajaran Non Konvensional : Identitas Nasional,
(2012), identitas nasional pada hakikatnya adalah “manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh
dan berkembang dalam aspek kehidupan satu bangsa (nation) dengan ciri-ciri khas, dan dengan
ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya.” Nilai-
nilai budaya dan bangsa yang menjadi identitas nasional, ciri khas yang membedakan suatu
negara dengan negara lain, bisa diturunkan dari berbagai aspek. Syaratnya, nilai-nilai itu harus
mencerminkan sejarah, keadaan, dan harapan dari bangsa itu sendiri. Oleh karena itu, identitas
nasional tidak tertutup melainkan terbuka untuk pengembangan dan pembaharuan mengikuti
keberjalanan sejarah dari bangsanya.
Identitas nasional penting untuk menjadi faktor pemersatu dalam mencapai tujuan bangsa.
Dengan identitas ini, Indonesia berjalan tidak sendirian melainkan berdampingan dalam
keberagaman. Identitas nasional juga dapat memunculkan sense of belonging masyarakat
terhadap bangsanya, sehingga memunculkan semangat untuk terus memajukan dan
membanggakan bangsa.
4. Sejarah Negara
Pada zaman dahulu, sebuah negara dapat merasakan kejadian-kejadian yang menderita,
seperti zaman penjajahan. Tetapi, dengan kejadian pada masa lalu ini sebuah negara dapat
memperkuat solidaritas antar warga untuk meraih tujuan yang sama.
5. Bhineka Tunggal Ika
Prinsip bersatu dalam perbedaan (Unity in diversity) sangat dipentingkan jika ingin
membentuk sebuah bangsa-negara. Dalam sebuah negara, warga-warga negara akan
dilahirkan dengan suku bangsa, adat-istiadat, ras atau agama yang berbeda. Tetapi dengan
perbedaan tersebut, mereka akan selalu memiliki kesetiaan kepada pemerintah dan negara
untuk membuat negara yang dicintainya semakin berjalan dengan baik..
Imam menyatakan dalam kasus ini pihaknya bersikap netral dan tidak sependapat dengan isu
rasial yang berkembang di publik. Dia menduga situasi itu juga didorong oleh emosi sesaat
tanpa bermaksud menyinggung secara rasial.
Meski demikian, pihaknya menyesalkan ada makian yang kemudian dianggap sarat isu
rasial.
"Perlu kami sesalkan ada makian seperti itu, ada kata-kata seperti itu. Pihak yang
berwenang mungkin akan menindaklanjuti, siapa yang bertindak seperti itu," kata Imam
kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Selasa (20/8).
Imam membenarkan peristiwa tersebut memang terjadi di Surabaya. Namun, dia
belum bisa memastikan apakah ada anggota TNI yang berada di tempat itu. Menurutnya,
seragam loreng juga biasa digunakan oleh anggota ormas tertentu.
"Perlu kami cek lagi, apakah itu betul seragam TNI. Banyak juga ormas yang mirip seragam
kami," ujarnya.
Dia menegaskan apabila terbukti ada anggotanya yang melakukan pelanggaran dalam kasus
ini, maka pihaknya akan memberikan sanksi tegas.
"Kalau anggota TNI, akan kami cek dari kesatuan mana dan pasti ditindaklanjuti prosesnya
sesuai ketentuan," ujarnya.
Namun Imam menyatakan Kodam Brawijaya tidak memberikan instruksi apapun kepada
anggotanya untuk turun ke Asrama Papua di Surabaya. Prajurit TNI akan turun ke lapangan
dalam situasi tertentu.
"Saya pikir kurang tepat [TNI di Asrama Papua]. Sebenarnya saat itu ada pihak lain, Satpol
PP atau kepolisian," katanya.
Dia mengatakan pihak TNI telah berkoordinasi dengan kepolisian. Menurutnya, koordinasi
di lapangan dilakukan antara Kodim dan Polres setempat.
Sebelumnya, Polda Jawa Timur menyatakan akan menyelidiki dugaan aksi rasial
berupa makian terhadap mahasiswa Papua di Kota Surabaya. Kapolda Jatim Irjen Pol Luki
Hermawan menyatakan pihaknya menjalin komunikasi dengan instansi terkait dalam kasus
ini.
"Ini kami lagi selidiki dan sudah kami komunikasikan berita-berita ini. Kita ada pihak-pihak
yang memang akan komunikasikan dengan instansi terkait," kata Luki saat ditemui usai
bertemu dengan tokoh Papua di Surabaya, Senin (19/7) malam.
2. Isu Degradasi Bahasa
Kepala Daerah Perlu Keluarkan Rekomendasi (Agung, 2019)
UNGARAN, suaramerdeka.com - Penyuluhan Penggunaan Bahasa di Media Massa
terus disebarluaskan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah. Tahun ini secara bertahap,
penyuluhan melibatkan badan publik dan perwakilan OPD itu digelar di 26 kabupaten/kota.
“Tujuan utamanya adalah memartabatkan bahasa Indonesia. Karena
kecenderungannya, saat ini masyarakat kita abai terhadap bahasa Indonesia,” kata Kepala
Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Tirto Suwondo, ketika menjadi pemateri Penyuluhan
Penggunaan Bahasa di Media Massa di Hotel C3 Ungaran, Senin (16/9).
Imbasnya, masyarakat lebih banyak menggunakan bahasa asing. Padahal menurut
Tirto, penggunaan bahasa Indonesia diatur di Undang-undang RI Nomor 2004 tentang
bendera, bahasa, lambang negara, serta lagu kebangsaan. Dengan begitu, jelas disebutkan
harus mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia bukan bahasa asing.
“Memang tidak dilarang menggunakan bahasa asing, bahkan dianjurkan. Tetapi
jangan lupa, kita punya bahasa Negara, bahasa persatuan yakni bahasa Indonesia,” ujarnya.
Pihaknya sebagai instansi yang ditugasi oleh Negara untuk membina,
mengembangkan, dan melindungi bahasa maka rutin menggelar penyuluhan terkait
penggunaan bahasa. Dalam kesempatan kemarin, Tirto Suwondo menyebutkan bila kosakata
bahasa Indonesia setiap tahunnya terus bertambah jumlahnya. Pertambahan itu merupakan
hasil penyerapan dari bahasa lain, bisa dari bahasa asing maupun bahasa daerah.
“Penempatan bahasa Indonesia sesuai kedudukan dan fungsinya memerlukan upaya
dari berbagai pihak, terutama pemerintah setempat. Kami pun sudah meminta agar kepala
daerah menerbitkan rekomendasi peraturan yang intinya mengutamakan penggunaan bahasa
Indonesia,” jelasnya.
3. Isu Pengakuan Identitas Budaya oleh Negara Lain
8 Warisan Budaya Indonesia yang Pernah Diklaim Malaysia (Lahitani, 2016)
Citizen6, Jakarta Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan budaya
karena beragam suku yang ada di Indonesia. Beberapa negara tetangga mempunyai
kemiripan budaya dengan Indonesia karena kesamaan akar budaya. Namun tentunya hal
tersebut bukan alasan untuk mengklaim warisan budaya yang jelas-jelas asli Indonesia.
Contohnya saja Malaysia. Negara tetangga ini kerap mengklaim budaya-budaya asli
Indonesia sebagai warisan budaya mereka. Hal tentu saja memancing kemarahan masyarakat
Indonesia. Lalu apa saja budaya-budaya Indonesia yang pernah diklaim Malaysia?
1. Wayang Kulit
Wayang kulit pernah diklaim oleh Malaysia sebagai bagian dari budaya mereka. Hal
ini dikarenakan beberapa orang Indonesia yang menetap di sana kerap mengadakan
pertunjukan wayang kulit. Untunglah, pada tanggal 27 November 2003 UNESCO
mengakui Wayang Kulit sebagai warisan kebudayaan Indonesia
2. Lagu Rasa Sayange
Lagu yang satu ini pernah digunakan Malaysia di salah satu iklan pariwisata
Malaysia. Selanjutnya meluncur pernyataan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan
kebudayaan milik Malaysia. Ricuh tersebut segera disudahi oleh Menteri Kebudayaan,
Kesenian, dan Warisan Budaya Malaysia Rais Yatim yang mengakui lagu Rasa Sayange
adalah milik Indonesia.
3. Batik
Malaysia pernah mengklaim budaya Indonesia yang satu ini sebagai bagian dari
budaya mereka. Untuk menghindari polemik berkepanjangan, pemerintah Indonesia pun
segera mendaftarkan batik ke UNESCO untuk mendapatkan pengakuan. Meski telah
didaftarkan sejak 3 September 2008, UNESCO baru mengakui batik sebagai warisan
budaya Indonesia pada 2 Oktober 2009 setelah dilakukan pengujian.
4. Reog Ponorogo
Klaim Malaysia yang mengatakan Reog adalah bagian dari budaya mereka, jelas
mengada-ngada. Dari namanya saja sudah tampak bahwa Reog berasal dari Ponorogo.
Untuk menutupi hal tersebut, Duta Besar Malaysia untuk Indonesia segera membantah
bahwa Malaysia pernah mengklaim Reog sebagai warisan budaya mereka.
5. Rendang
Masakan yang disebut-sebut sebagai masakan terenak di dunia versi CNN ini pun tak
lepas dari klaim Malaysia. Rendang pernah diklaim Malaysia sebagai warisan budaya
mereka karena banyak orang Sumatera Barat yang tinggal di sana dan memasak rendang.
6. Angklung
Alat musik khas Sunda ini pun pernah diklaim oleh Malaysia sebagai warisan budaya
mereka. Kisruh berakhir setelah angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan
Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia di UNESCO pada bulan November 2010.
7. Tari Pendet dan Tari Piring
Masyarakat Indonesia pernah dikejutkan dengan munculnya dua tarian ini di iklan
pariwisata Malaysia. Malaysia menganggap dua tarian ini merupakan warisan budaya
mereka. Padahal sudah jelas-jelas Tari Pendet berasal dari Bali dan Tari Piring berasal
dari Sumatera Barat.
8. Kuda Lumping
Meski berasal dari Jawa, Malaysia pernah mengklaim kuda lumping sebagai budaya
mereka. Hal ini dikarenakan banyaknya orang-orang Jawa yang menetap di Malaysia
mewariskan budaya tersebut kepada anak-anaknya di sana.
Sebenarnya masih banyak lagi warisan budaya Indonesia yang pernah diklaim
Malaysia sebagai budaya mereka. Misalnya saja gamelan jawa, keris, nasi goreng, cendol,
bahkan jamu! Pemerintah Indonesia perlu bergerak cepat dalam mendaftarkan warisan
budaya kita ke UNESCO. Dan sebagai warga Indonesia, tugas kitalah mewariskan budaya
tersebut. Jangan hanya ribut ketika budaya kita diklaim Malaysia saja.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Identitas nasional adalah ciri-ciri, tanda, dan jati diri yang melekat pada suatu bangsa dan
membedakan bangsa itu dari bangsa lainnya dengan membawa nilai-nilai yang telah ada dan
dicita-citakan oleh negara.
2. Sejarah identitas nasional di Indonesia dimulai oleh masyarakat Indonesia dari sebelum
tahun 1908 yang perjuangannya masih bersifat kedaerahan, setelah tahun 1908 yang
perjuangannya berbasis nasional dan berpusat pada organisasi terdidik, hingga merdeka.
3. Faktor pembentuk identitas nasional meliputi faktor objektif, yaitu faktor geografis,
ekologis, demografis negara, dan faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan
kebudayaan yang dimiliki bangsa.
4. Bentuk-bentuk identitas nasional dikategorikan menjadi 3, yaitu identitas fundamental,
identitas instrumental, dan identitas alamiah.
5. Pelaksanaan identitas nasional di Indonesia berdasarkan tiap bentuknya telah tercantum pada
poin 2.1.5.
6. Beberapa isu-isu kontekstual terkait identitas nasional di Indonesia antara lain isu
keberagaman, degradasi bahasa, dan pengambilan budaya oleh negara lain, dengan analisis
tiap isu yang tercantum pada poin 2.3.
3.2 Saran
Sebagai generasi penerus bangsa, sebaiknya terus menggali lebih dalam mengenai identitas
nasional Indonesia. Pengertian dan penerapannya harus lebih disebarkan lagi agar terus dijiwai
sebagai nilai-nilai yang akan dibawa untuk memajukan bangsa sesuai dengan karakternya. Selain
identitas nasional, diperlukan pula penghayatan untuk toleransi keberagaman yang ada di
Indonesia agar identitas nasional dapat terwujud secara utuh. Karena pada dasarnya, tanpa
toleransi, Indonesia juga akan kehilangan integrasi nasionalnya dan pergerakan tidak akan terarah
pada cita-cita bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Acemoglu, Daron dan Robinson, J.A. 2012. Why Nations Fail : The Origin of Power,
Prosperity, and Poverty. New York : Random House Inc.
2. CNN Indonesia. 2019. “TNI Sesalkan Ada Makian di Asrama Mahasiswa Papua Surabay”,
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190820115932-20-422984/tni-sesalkan-ada-
makian-di-asrama-mahasiswa-papua-surabaya, diakses pada 9 September 2019
3. Kartodirjo, Sartono, dkk. 2008. Jayalah Bangsaku! Satu Abad Kebangkitan Nasional 1908-
2008. Jakarta : Markas Besar Legiun Veteran Republik Indonesia
4. Kelas SHM-23 Universitas Mataram. 2016. Identitas Nasional. Makalah
5. Lahitani, Sulung. 2016. 8 Warisan Budaya Indonesia yang Pernah Diklaim Malaysia,
https://www.liputan6.com/citizen6/read/2156339/8-warisan-budaya-indonesia-yang-pernah-
diklaim-malaysia , diakses pada 9 Sepember 2019.
6. Lubis, Mochtar. 2012. Manusia Indonesia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia
7. Ranin, Agung. 2019. “Kepala Daerah Perlu Keluarkan Rekomendasi”,
https://www.suaramerdeka.com/news/baca/198335/kepala-daerah-perlu-keluarkan-
rekomendasi. Diakses pada 16 September 2019
8. Sugianto, Natalia, dkk. 2015. Identitas Nasional. Makalah.
9. Sulaiman. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Banda Aceh :
PeNa. Halaman 35-45
10. Sulisworo, Dwi, Tri Wahyuningsih, dkk. 2012. Hibah Materi Pembelajaran Non
Konvensional : Identitas Nasional. Yogyakarta : Universitas Ahmad Dahlan
LAMPIRAN
Beberapa bukti daftar pustaka