Anda di halaman 1dari 2

Diskusi

Komplikasi yang diasosiasikan dengan molar ketiga tidak biasa pada prosedur bedah dental dan
maksilofasial. Komplikasi bervariasi dari reaksi inflamasi minor seperti sakit dan bengkak pada
kerusakan saraf, fraktur mandibula dan infeksi severe life-threatening.

Studi saat ini menunjukkan komplikasi berasosiasi dengan ekstraksi molar ketiga mandibula lebih
sering daripada molar ketiga maksila

Pada kasus ini. Komplikasi intraoperative terdapat 40 kasus. 12 kasus fraktur akar yang tidak diambil,
fragmen akar dari apical dekat dengan struktur vital seperti Inferior Alveolar Canal (IAC) atau sinus
maksilaris dan membutuhkan pembuangan tulang tambahan untuk mengambil Kembali akar tsb.
Pada postoperasi, tidak ada kasus yang dilaporkan terjadi komplikasi sekunder.

Terdapat 8 kasus perdarahan (0.7%) intraoperative . variasi dari rate kasus yang dilaporkan juga
tergantung dari definisi dan parameter estimasi perdarahan yang digunakan.

Study ini menemukan fraktur tuberositas dan diatasi secara konservatif. 6 kasus cedera jaringan
lunak yang terjadi karena robek dari jaringan mukosa mulut yang berdekatan.

Terdapat kasus iatrogenic, restorasi korona pada gigi sebelahnya menjadi patah. Kasus kedua, gigi
m2 yang berdekatan juga terluksasi dari soketnya namun langsung di reposisi dan stabilisasi. Selama
follow up, gigi tsb memiliki stabilitas yang baik dan tidak membutuh perawatan selanjutnya.

Yang sering dilaporkan pada komplikasi post operasi adalah dry socket, infeksi, perdarahan dan
gangguan sensori akibat cedera saraf.

Ekstraksi molar ketiga sering diasosiasikan pada sakit, bengkak dan trismus; gejala ini akan timbul
selama minggu pertama post operasi dan membuukan tambahan perawatan seperti antibiotic
selama follow up visit.

Pada kasus ini, dry socket ratenya cukup rendah (0.5%) dengan kasus terjadi pada m3 mandibula
pada pasien 30-39 tahun. Namun, konstras dengan literatur yang ada, dry socket terjadi pada 4 laki
laki non-smoker dan 2 wanita yang sedang tidak menjalani kontrasepsi oral.

Pada kasus cedera Lingual Nerve, berhubungan dengan molar ketiga yang sudah diekstraksi dan
melibatkan elevasi muperiosteal flap, retraksi lingual flap dan menghilangkan tulang. Namun,
retraksi lingual flap dan cedera lingual nerve, tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Ada
perkembangan progresif saat follow up dari gejala cedera LN, dengan kebanyakan kasus selesai pada
3 bulan pertama post operasi. Satu kasus, delay hingga 12 bulan, pada kasus yang lain, LN terlibat
bilateral dan selesai pada waktu 1 bulan. Pada 3 kasus, tidak ada perbaikan gejala sama sekali, mati
rasa pada lidah selama 2 tahun follow up dan kasus ini diklasifikasikan memiliki kerusakan
permanen.

Pada kasus cedera IAN, pasien biasanya kehilangan sensasi pada bibir bawah dengan atau tanpa
melibatkan dagu. Pasien juga merasakan tingling, tickling dan sensasi terbakar. Pada studi semua
kasus trauma IAN secara radiograf menunjukkan bahwa akar dari gigi yang diekstraksi dekat dengan
IAC. Bagaimanapun, secara statistic ang menunjukkan hubungan yang signifikan antara trauma IAN
dan dekatnya gigi dengan IAC. Pada pasien yang dilaporkan dengan trauma IAN, hampir seluruhnya
(90%) pulih dalam waktu 3-6bulan. Pada 1 kasus, tidak ada peningkatan pada bibir yang mati rasa
selama 2 tahun follow up dan dikategorikan kerusakan permanen.
Faktor pasien (umur. Status medis. Regimen medikasi, dan kebiasaan sosial), tooth factors (tipe
impaksi dan posisi gigi), factor operasi (durasi, Teknik, dan pengalaman dokter) dan factor anastesi
(anastesi local dan umum) telah dilaporkan berhubungan dengan komplikasi ekstraksi molar ketiga.
Bagaimanapun, tidak ada hubungannya secara statistic pada factor ini dengan komplikasi kecuali
usia dan banyaknya tulang yang dibuang.

Pasien usia 30-39tahun memiliki rata-rata lebih tinggi untuk terjadinya dry socket. Kerusakan IAN
lebih sering terjadi saat M3 mandibular diekstraksi di dalam GA dibandingkan anastesi local. Hal ini
bisa saja terjadi karena kesulitan pembedahan patologi preoperative, umur dan posisi anatomi

Infeksi post operasi setelah ekstraksi m3, sering sekali dilaporkan pada literatur dengan kisaran dari
0.8-4.2%. namun, pada kasus ini tidak da infeksi post operasi yang terjadi.

KAsus ini memiliki limitasi, kasus dalam local anastesi tidak dimasukkan dalam sampel, termasuk
kasus ini bisa menghasilkan ukuran sampel yang lebih besar dan data yang lebih komplikasi yang
lebih komprehensif. Dan karena studi ini adalah studi restroprektif, kasus dengan data yang terbatas
dan hilang tidak dimasukkan dalam data.

Anda mungkin juga menyukai