Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MERINGKAS

“KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN


KOPERASI DI INDONESIA”

DISUSUN OLEH :

DEPI ALPIANINGSIH (A1A019052)


KELAS B IESP SEMESTER V

ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2021
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
1.1 Pembangunan Koperasi dan Perundang – undangan ................................................... 1
1.2 Tantangan, Kendala dan Peluang dalam Pembangunan Koperasi ............................... 3
1.3 Arahan, Sasaran, dan Kebijaksanaan Pembangunan Koperasi .................................... 7
DAFTAR PUSTAKA

ii
PEMBAHASAN

1.1 Pembangunan Koperasi dan Perundang – undangan


Koperasi sesuai dengan watak sosialnya adalah wadah ekonomi untuk
menanggulangi kemiskinan dan keterbelakangan dalam upaya untuk menciptakan
pembangunan yang berkeadilan. Selain itu, koperasi juga merupakan organisasi
ekonomi yang paling banyak melibatkan peran serta rakyat. Oleh karena itu, koperasi
sebagai gerakan ekonomi rakyat perlu lebih banyak diikutsertakan dalam upaya
pembangunan, untuk mewujudkan pembangunan yang lebih merata, tumbuh dari
bawah, berakar di masyarakat dan mendapat dukungan luas dari rakyat.Pembangunan
koperasi dalam Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I) telah menunjukkan
berbagai keberhasilan yang sangat berarti, baik ditinjau dari jumlah koperasi, jumlah
anggota koperasi, maupun nilai usaha koperasi.
Koperasi juga telah berperan aktif dalam kegiatan ekonomi rakyat dan sekaligus
mulai dapat meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Keadaan tersebut tercermin,
antara lain dari peningkatan jumlah dan ragam koperasi, jumlah dan ragam dalam
bidang koperasi, jumlah simpanan anggota, jumlah modal usaha, serta jumlah nilai
usaha koperasi. Kemajuan pembangunan koperasi ini cukup menggembirakan karena
telah menunjukkan bahwa koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat dan badan usaha
semakin berperan aktif dan terlibat lebih luas dalam berbagai kegiatan ekonomi serta
sekaligus telah meningkatkan kesejahteraan para anggotanya yang pada umumnya
masih terbatas kemampuan ekonominya. Sesuai dengan tahapan pembangunan nasional
dalam PJP I, peranan pemerintah dalam pembangunan koperasi pada masa itu masih
besar, terutama ada kegiatan yang bersifat perintis dan kegiatan perekonomian lainnya
yang belum sepenuhnya mampu dilaksanakan sendiri oleh gerakan koperasi.
Kebijaksanaan pembinaan usaha koperasi sejak Rencana Pembangunan Lima Tahun
Pertama, yang diprioritaskan untuk mendukung keberhasilan program pengadaan
pangan nasional melalui Koperasi Unit Desa (KUD),didukung dengan pemberian kredit
pengadaan pangan beserta penyediaan jaminan kreditnya yang kemudian telah
memberikan sumbangan besar bagi tercapainya swasembada beras sejak tahun 1984.
Sejalan dengan perkembangan pembangunan nasional yang ditandai oleh
kemajuan yang pesat di berbagai sektor di luar sektor pertanian, bidang usaha koperasi

1
juga turut berkembang. Dewasa ini, lingkup bidang usaha koperasi mencakup baik
usaha pertanian maupun usaha non-pertanian, seperti industri pangan, penyaluran
pupuk, pemasaran kopra, pemasaran cengkeh, pemasaran susu, pemasaran hasil
perikanan, petemakan, pertambangan rakyat, kerajinan rakyat, penyaluran BBM,
penyaluran semen, usaha pakaian jadi, usaha industri logam dan tambang rakyat,
pemasaran jasa telekomunikasi, pemasaran jasa kelistrikan pedesaan, penyaluran kredit
candak kulak (KCK) dan sebagainya. Sumbangan koperasi secara nasional dalam
pengadaan maupun penyaluran beberapa komoditas penting cukup besar.
Gerakan koperasi Indonesia juga telah memiliki organisasi tunggal, yaitu Dewan
Koperasi Indonesia (Dekopin) yang berfungsi sebagai wadah perjuangan dan membawa
aspirasi bagi kepentingan gerakan koperasi. Selain itu, selama PJP I juga telah terbentuk
prasarana penunjang bagi PJP II. Prasarana penunjang tersebut di antaranya adalah
Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin) dan Akademi Koperasi (Akop) sebagai
lembaga pendidikan pencetak sarjana dan kader pembangunan koperasi yang ahli di
bidang manajemen koperasi. Pada saat itu, telah berdiri pula Koperasi Jasa Audit (KJA)
yang tersebar di 20 provinsi dan berfungsi sebagai pusat pelayanan jasa audit, jasa
bimbingan dan manajemen, serta jasa pelatihan. Di bidang asuransi, gerakan Koperasi
juga telah memiliki Koperasi Asuransi Indonesia (KAI). Di bidang keuangan, telah
dibentuk Perusahaan Umum Pengembangan Keuangan Koperasi (Perum PKK) yang
merupakan penyempurnaan dari Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK) dan
berfungsi memberikan jaminan atas kredit kepada koperasi yang diberikan oleh bank.
Selain itu, juga dibentuk Bank Umum Koperasi Indonesia (Bank Bukopin) dan lembaga
keuangan lainnya, seperti Koperasi Pembiayaan Indonesia (KPI), Koperasi Bank
Perkreditan Rakyat (KBPR), dan Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Modal penting
lainnya dalam pengembangan koperasi pada PJP II adalah UU Nomor 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian yang memberikan landasan hukum yang kuat bagi pembangunan
koperasi yang maju dan mandiri. Pada prinsipnya, UU perkoperasian yang baru
memberikan keleluasaan yang lebih besar kepada gerakan koperasi untuk menentukan
arah pengembangan usaha agar sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan para anggota.
Disamping itu, pemerintah tetap memberikan bimbingan, kemudahan, dan perlindungan
dalam rangkamendirikan koperasi.

2
1.2 Tantangan, Kendala dan Peluang dalam Pembangunan Koperasi
Pembangunan koperasi pada PJP I telah berhasil meningkatkan perannya dalam
perekonomian nasional. Hal ini terlihat antara lain dengan semakin tumbuhnya
koperasi mandiri dan semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat mengenai koperasi.
Memasuki PJP II perlu lebih dikenali adanya berbagai tantangan yang akan dihadapi.
Dengan memanfaatkan peluang dan mengatasi kendala yang ada, diharapkan
pembangunan koperasi pada PJP II akan lebih berhasil.

1. Tantangan

Meskipun banyak hasil yang telah dicapai dalam pembangunan koperasi selama
PJP I, masih banyak pula masalah yang belum terselesaikan, yang harus
dilanjutkan dan ditingkatkan penangan¬annya dalam PJP II, sebagai tantangan
untuk mewujudkan cita-cita perkoperasian seperti yang diamanatkan dalam UUD
1945.Hingga saat ini karena berbagai alasan ekonomi dan non ekonomi, koperasi
pada umumnya belum dapat melaksanakan sepenuhnya prinsip koperasi
sebagaimana yang dicita-citakan, sehinagga koperasi sebagai badan usaha dan
gerakan ekonomi rakyat belum dapat mengembangkan sepenuhnya potensi dan
kemampuannya dalam memajukan perekonomian nasional dan meningkatkan
kesejahteraan para anggotanya. Di samping itu berbagai kondisi struktural dan
sistem yang ada masih menghambat koperasi untuk sepenuhnya dapat
menerapkan kaidah ekonomi untuk meraih dan memanfaatkan berbagai
kesempatan ekonomi secara optimal. Sementara itu dengan terbukanya
perekonomian nasional terhadap perkembangan perekonomian dunia, akan
menghadirkan perubahan-perubahan besar dalam kehidupan ekonomi nasional.
Persaingan usaha akan makin ketat, peranan ilmu pengetahuan dan teknologi
meningkat, tuntutan akan sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu
mengantisipasi dan merencanakan masa depan meningkat pula. Kedudukan dan
ke¬beradaan koperasi akan makin mantap apabila koperasi makin ter¬integrasi
dan berperan menentukan ke dalam perekonomian nasio¬nal. Oleh karena itu,
tantangan dalam pembangunan koperasi adalah mengembangkan koperasi
menjadi badan usaha yang sehat, kuat, maju, dan mandiri serta memiliki daya
saing sehingga mampu meningkatkan perannya dalam perekonomian nasional
sekaligus kesejahteraan anggotanya.

3
Dengan memperhatikan kedudukan koperasi, baik sebagai sokoguru
perekonomian nasional maupun sebagai bagian integral tata perekonomian
nasional, peran koperasi sangat penting dalam menumbuhkan dan
mengembangkan potensi ekonomi rakyat. Dalam hal ini, koperasi sebenarnya
memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas terutama dalam hal yang
menyangkut kepentingan kehidupan ekonomi rakyat. Dalam kenyataannya,
koperasi masih menghadapi berbagai hambatan struktural dan sistem untuk
dapat berfungsi dan berperan sebagaimana yang diharapkan, antara lain dalam
memperkukuh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional. Dengan demikian, yang menjadi tantangan adalah
mewujudkan koperasi, baik sebagai badan usaha maupun sebagai gerakan
ekonomi rakyat agar mampu berperan secara nyata dalam kegiatan ekonomi
rakyat.Inti kekuatan koperasi terletak pada anggota yang berpartisipa-si aktif
dalam organisasi koperasi,dan kesadaran masyarakat untuk bergabung dalam
wadah koperasi. Sementara itu, kepercayaan masyarakat terhadap koperasi
makin meningkat, tetapi belum cukup memadai antara lain disebabkan oleh
masih adanya berbagai hambatan untuk meningkatkan manfaat koperasi bagi
anggotanya. Hal ini antara lain telah menyebabkanlambatnya koperasi meng-
akar dalam masyarakat. Sebagai gerakan ekonomi rakyat, koperasi masih harus
meningkatkan kemampuannya dalam menggerakkan dan menampung peran
serta masyarakat secara luas. Oleh karena itu, mewujudkan koperasi sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berakar kuat dalam masyarakat juga merupakan
tantangan pemba-ngunan koperasi dalam PJP II.

2.Kendala

Pengalaman pembangunan koperasi dalam PJP I telah mem-berikan petunjuk


bahwa untuk menjawab berbagai tantangan dalam PJP II, masih terdapat
beberapa kendala yang membutuhkan perha-tian dalam rangka menggariskan
kebijaksanaan dan menyusun program untuk mencapai sasaran yang
dikehendaki.Kendala utama yang dihadapi, yang juga merupakan kendala bagi
dunia usaha pada umumnya, adalah tingkat kemampuan dan profesionalisme
sumber daya manusia koperasi yang umumnya belum memadai. Kendala ini
menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan koperasi dalam menjalankan

4
fungsi dan peranannya dan berakibat antara lain pada kurang efektif dan
efisiennya orga-nisasi dan manajemen koperasi. Hal ini tercermin pada
pengelolaan koperasi dan tingkat partisipasi anggota yang belum optimal.
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan
profesionalisme antara lain melalui berbagai pela¬tihan, hasilnya masih jauh
dari memadai.Berkaitan dengan kendala utama tersebut, terdapat pula kenda-la
lain yang lebih spesifik, yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembangunan
koperasi. Kendala tersebut adalah lemahnya struktur permodalan koperasi,
rendahnya usaha pemupukan permodalan dari anggota dan dari dalam koperasi,
serta terbatasnya akses koperasi ke sumber permodalan dari luar. Meskipun
permodalan bukan faktor utama yang menentukan keberhasilan koperasi,
kelemahan permodalan ditambah dengan kendala lainnya akan menghambat
perkembangan dan pertumbuhan koperasi. Kendala penting lainnya adalah
terbatasnya penyebaran dan penyediaan teknologi secara nasional bagi koperasi,
yang berpengaruh antara lain pada rendahnya kemampuan koperasi untuk
meningkatkan efisiensi dan produktivitas usahanya, sehingga menyebabkan pula
terbatasnyadaya saing koperasi.Mekanisme kelembagaan dan sistem koperasi
yang seharusnya berpijak pada prinsip koperasi, belum berjalan dengan baik.
Hal ini antara lain disebabkan oleh kurangnya kesadaran anggota akan hak dan
kewajibannya, serta belum berfungsinya secara penuh meka-nisme kerja
antarpengurus dan antara pengurus dengan pengelola koperasi.Masih kurangnya
kepercayaan untuk saling bekerja sama, merupakan kendala pula bagi
terwujudnya kerja sama dan terben-tuknya jaringan usaha antara koperasi
dengan pelaku ekonomi lainnya.Kurang memadainya prasarana dan sarana yang
tersedia di wilayah tertentu, terutama kelembagaan keuangan baik bank rnaupun
bukan bank, produksi dan pemasaran, khususnya di daerah tertinggal, turut pula
menjadi kendala bagi pengembangan koperasi di daerah tersebut. Kurang
efektifnya koordinasi dan sinkronisasi dalam pelaksanaan program pembinaan
koperasi antarsektor dan antardaerah merupakan kendala pula bagi
pembangunan koperasi.Kendala lainnya adalah kurangnya kesadaran dan
pemahaman masyarakat tentang koperasi, serta kurangnya kepedulian dan
kepercayaan masyarakat terhadap koperasi, yang tercermin dari masih
rendahnya peran serta dan dukungan masyarakat dalam pem¬bangunan

5
koperasi.
3.Peluang

Selaras dengan perkembangan pembangunan yang dinamis dan pertumbuhan


ekonomi, dalam Repelita VI terbuka berbagai pelu¬-ang usaha yang dapat
dimanfaatkan dalam pengembangan koperasi. Pembangunan nasional dalam
PJP II khususnya Repelita VI yang mendahulukan aspek pemerataan akan
membuka peluang yang lebih besar bagi pembangunan koperasi.
Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian sebagai landasan
hukum baru, juga memberikan peluang yang diharapkan akan mampu
mendorong koperasi agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi lebih kuat
dan mandiri. Koperasi primer yang berskala kecil agar berhimpun dalam
koperasi sekunder secara lebih mantap sehingga lebih terkonsolidasi menjadi
kekuatan ekonomi yang besar dan tangguh serta mampu memanfaatkan
peluang keterbukaan perekonomian Indonesia terhadap perekono¬miandunia.

Selain itu, terdapat juga berbagai peluang lainnya dalam pembangunan


koperasi dalam Repelita VI, di antaranya adalah kemauan politik yang kuat
dari Pemerintah dan berkembangnya tuntutan masyarakat untuk lebih
membangun koperasi dalam rangka mewujudkan demokrasi ekonomi yang
berlandaskan Panca¬sila dan UUD 1945. Pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi sebagai hasil pembangunan yang berkelanjutan sejak PJP I juga akan
menciptakan peluang bagi berkembangnya usaha koperasi di masa depan.
Sementara itu, makin terbukanya perekonomian dunia turut pula menciptakan
berbagai peluang baru bagi koperasi, di antara-nya adalah makin terbukanya
pasar internasional bagi hasil produk- si koperasi Indonesia, serta makin
terbukanya kesempatan kerja sama internasional antargerakan koperasi di
berbagai bidang.Perubahan struktur perekonomian nasional menciptakan
peluang untuk lebih berkembangnya koperasi di perdesaan/KUD yang
berusaha di bidang agrobisnis, agroindustri, dan industri perdesaan lainnya.
Sementara itu, Undang-Undang No.12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman akan mendorong diversi-fikasi usaha koperasi sesuai dengan
kepentingan masyarakat se-tempat.
Dalam PJP II tuntutan terhadap perlindungan dan jaminan kesejahteraan

6
ekonomi dan sosial bagi tenaga kerja, yang telah mulai dirasakan pada saat ini,
diperkirakan akan semakin mening-kat. Di samping itu, diperkirakan pula
terjadi pertumbuhan yang pesat di sektor industri yang akan meningkatkan
jumlah dan jenis perusahaan. Keadaan ini menciptakan peluang bagi
tumbuhnya koperasi karyawan baru.
Berbagai tantangan, kendala, dan peluang tersebut akan mempengaruhi
keberhasilan pembangunan koperasi dalam PJP II. Untuk menjawab berbagai
tantangan, dan mengatasi kendala terse-but serta memanfaatkan peluang yang
tersedia, disusun berbagai kebijaksanaan dan program dalam rangka
pencapaian sasaran pembangunan koperasi dalam PJP II, khususnya Repelita
VI.
1.3 Arahan, Sasaran, dan Kebijaksanaan Pembangunan Koperasi
Adapun sasaran pembangunan koperasi dalam RepelitaVI adalah koperasi yang
makin maju, makin mandiri dan makin berakar dalam masyarakat, serta menjadi
badan usaha yang sehat dan mampu berperan di semua bidang usaha, terutama
dalam kehidupan ekonomi rakyat.
a. Arahan Pembangunan Koperasi Pembangunan koperasi
Sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat diarahkan agar semakin
memiliki kemampuan menjadi badan usaha yang efisien, menjadi gerakan
rakyat yang tangguh, dan berakar dalam masyarakat sehingga mampu
memajukan kesejahteraan ekonomi anggotanya. Pembangunan koperasi juga
diarahkan menjadi gerakan ekonomi rakyat yang didukung oleh jiwa dan
semangat yang tinggi dalam mewujudkan demokrasi ekonomi berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Untuk mewujudkan hal tersebut, khususnya
koperasi di pedesaanperlu dikembangkan mutu dan kemampuannya serta
ditingkatkan peranannya dalam kehidupan ekonomi di pedesaan.
Pelaksanaan fungsi dan peranan koperasi dapat ditingkatkan melalui upaya
peningkatan semangat kebersamaan, meningkatkan peran aktif masyarakat
dalam menumbuhkembangkan koperasi, meningkatkan kesadaran,
kegairahan, dan kemampuan berkoperasi di seluruh lapisan masyarakat.
Fungsi dan peran koperasi juga menjadi tanggung jawab lembaga
gerakan koperasi, dimana lembaga tersebut merupakan wadah perjuangan
kepentingan dan pembawa aspirasi gerakan koperasi yang bekerja sama
dengan pemerintah sebagai pembina dan pelindungnya. Pengembangan
koperasi didukung melalui pemberian kesempatan berusaha seluas-luasnya

7
di segala sektor kegiatan ekonomi, baik di dalam maupun luar negeri yaitu
dengan menciptakan iklim usaha yang mendukung kemudahanmemperoleh
permodalan. Potensi koperasi untuk tumbuh menjadi usaha skala besar dapat
terus ditingkatkan, salah satunya melalui perluasaan jaringan usaha koperasi,
pemilikan saham, serta keterkaitan usaha dengan usaha hulu dan usaha hilir,
baik dalam usaha negara maupun usaha swasta.

b. Sasaran Pembangunan Koperasi


Garis-garis Besar Haluan Negara 1993 menetapkan bahwa sasaran
koperasi dalam PJP II adalah terwujudnya koperasi sebagai badan usaha
dan sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang sehat, tangguh, kuat,
mandiri, serta sebagai soko guru perekonomian nasional sehingga mampu
berperan dalam meningkatkan kondisi ekonomi dan kesejahteraan rakyat.
Beberapa sasaran operasional pembangunan koperasi yang ditetapkan oleh
pemerintahdalam Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam, yaitu
sebagai berikut :
1. Semakin meningkatnya kualitas sumber daya manusia koperasi yang
berdampak pada semakin meningkatnya kemampuanorganisasi dan
manajemen koperasi.
2. Semakin meningkatnya pemanfaatan, pengembangan, dan
penguasaan teknologi tepat guna.
3. Semakin kukuhnya struktur permodalan dan jaringan usaha koperasi
secara horizontal dan vertikal.
4. Semakin berfungsi dan berperannya lembaga gerakan koperasi.
Selain sasaran operasional yang bersifat umum tersebut, ditetapkan juga
sasaran pengembangan koperasi di pedesaan dan perkotaan. Sasaran
pengembangan koperasi di pedesaan , diantaranya yaitu:
1. Semakin berkembangnya koperasi di pedesaan yang mampu
memberikan kesempatan untuk meningkatkan usaha yang sesuai
dengan kebutuhannya dan mampu memberikan pelayanan yang
bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraannya.
2. Semakin menyebarnya Koperasi Unit Desa (KUD) yang mandiri di
seluruh pelosok tanah air.

8
3. Semakin meningkatnya kualitas KUD yang mandiri.
4. Semakin meningkatnya kemampuan usaha dan peran KUD yang
mendorong berkembangnya agribisnis, agriindustri, industri

pedesaan, jasa keuangan, dan jasa lainnya termasuk penyediaan


kebutuhan pokok.
5. Semakin meningkatnya kualitas pelayanan KUD kepada para
anggota dan masyarakat di daerah tertinggal, terisolasi, terpencil, dan
permukiman transmigrasi.
6. Semakin luas dan kukuhnya jaringan kerja sama antar koperasi dan
kemitraan usaha dengan badan usaha lainnya.
Selanjutnya, yang menjadi sasaran pengembangan koperasi di perkotaan,
diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Semakin berkembangnya koperasi berbasis konsumen yang mampu
melayani kebutuhan pokok para anggota dan masyarakat di daerah
permukiman rakyat.
2. Semakin berkembangnya koperasi karyawan, koperasi pegawai
negeri, dan koperasi di lingkungan TNI atau Polri.
3. Semakin berkembangnya koperasi simpan pinjam atau unit simpan
pinjam koperasi dan koperasi jasa keuangan lainnya.
4. Semakin berkembangnya koperasi jasa di berbagai bidang.
5. Semakin meningkatnya kualitas pelayanan koperasi kepada anggota
dan masyarakat di daerah perkotaan yang tertinggal.
6. Makin luas dan kukuhnya jaringan kerja sama antar koperasi dan
kemitraan usaha dengan badan usaha lainnya.
c. Kebijaksanaan Pembangunan Koperaso
Secara umum, kebijaksanaan umum pembangunan koperasi dalam
Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam adalah peningkatan kualitas
sumber daya manusia, pemanfaatan, pengembangan, serta penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan dan
memantapkan kelembagaan usaha dan sistem koperasi untuk mewujudkan
peran utamanya di segala bidang kehidupan ekonomi rakyat.
Secara khusus, kebijaksanaan pembangunan koperasi dalam Rencanan
Pembangunan Lima Tahun Keenam adalah meningkatkan akses dan pangsa
pasar yang dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:

9
1. Meningkatkan keterkaitan usaha, kesempatan usaha dan kepastian usaha,
memperluas akses terhadap informasi usaha, mengadakan pencadangan
usaha, membantu penyediaan sarana dan prasarana usaha

yang memadai, serta menyederhanakan perizinan. Upaya ini ditunjang


dengan menyusun berbagai peraturan perundang-undangan yang
mendukung pengembangan koperasi dan menghapus peraturan yang
menghambat perkembangan koperasi.
2. Meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen, antara lain
dengan meningkatkan kemampuan kewirausahaan dan profesionalisme
para anggota, pengurus, pengawas, dan karyawan koperasi.
3. Mendorong koperasi agar benar-benar menerapkan prinsip koperasi dan
kaidah usaha ekonomi, mendorong proses pengembangan karir
karyawan koperasi, mendorong tata hubungan kerja yang efektif,
mendorong berfungsinya perangkat organisasi koperasi, meningkatkan
partisipasi anggota, serta mendorong terwujudnya keterkaitan antar
koperasi, baik secara vertikal maupun horizontal.
4. Meningkatkan pemahaman terhadap nilai-nilai dan semangat operasi
melalui peningkatan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan
perkoperasian baik bagi anggota koperasi, pengelola koperasi maupun
masyarakat.
5. Meningkatkan akses terhadap teknologi dengan meningkatkan kegiatan
penelitian dan pengembangan, pemanfaatan hasil penelitian atau
pengkajian lembaga lain, meningkatkan kegiatan alih teknologi,
memberikan kemudahan untuk modernissi peralatan, serta
mengembangkan dan melindungi teknologi yang telah dikuasai oleh
anggota koperasi secara turun-temurun.
6. Mengembangkan kemitraan, yaitu dengan mengembangkan kerja sama
antar koperasi, baik secara horizontal, vertikal maupun kerja sama
internasional; mendorong koperasi sekunder agar lebih mampu
mengonsolidasi dan memperkukuh jaringan keterkaitan dengan koperasi
primer serta mendorong kemitraan usaha dengan badan usaha lainnya,
baik dengan bentuk dagang, subkontrak, usaha patungan maupun bentuk
kemitraan lainnya, yang dilandasi oleh prinsip yang

10
saling membutuhkan, saling menunjang, dan saling menguntungkan.
Mengingat lingkup pembangunan koperasi sangat luas dan terkait
dengan berbagai sektor pembangunan lainnya, maka pelaksanaan dan
kebijaksaan tersebut hendaknya dilakukan secara terpadu dan selaras
dengan pelaksaan kegiataan pembinaan dan pengembanganperkoperasian di
sektor tersebut.
Memperluas akses terhadap permodalan, memperkukuh struktur
permodalan dan meningkatkan kemampuan pemanfaatan modal koperasi, antara
lain dengan meningkatkan jumlah pqgubdan jenis pinjaman untuk koperasi;
mendorong pemupukan dana internal koperasi; menciptakan berbagai
kemudahan untuk memperoleh pembiayaan dan jaminan pembiayaan. Dalam
rangka menyebarkan dan mendayagunakan sumber dana yang tersedia bagi
koperasi dan gerakan koperasi, yaitu antara lain yang berasal dari penyisihan
laba bersih BUMN, penyertaan modal pemerintah serta dana lainnya yang
berasal dari gerakan koperasi, agar makin mampu melayani kebutuhan
pengembangan usaha anggota koperasi.

Meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen antara lain dengan


meningkatkan kemampuan kewirausahaan dan profesionalisme anggota,
pengurus, penvawas dan karyawan koperasi; mendorong proses pengembangan
karier karyawan koperasi; dan meninghkatkan pemahaman terhadap nilai-nilai
dan semangat koperasi melalui peningkatan pendidikan, baik bagi anggota
koperasi, karyawan koperasi maupun masyrakat.

Meningkatkan akses terhadap teknologi dan lainnya dengan


meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan, pemanfaatan hasil
penelitian/pengkajian lembaga lain, meningkatkan kegiatan alih teknologi,
memberikan kemudahan untuk modernisasi peralatanm, serta mengembangkan
dan melindungi teknologi yang telah dikuasai oleh anggota koperasi secara
turun-temurun.Mengembangkan kemitraan, antara lain dengan mengembangkan
kerja sama antar koperasi, baik secra horizontal, vertikal maupun kerjasama
internasional. Kemitraan usaha ini juga dilakukan dengan meningkatkan
pemberian berbagai insentif dan kemudahan kepada kedua pihak serta didukung
oleh peraruran perundang-undangan yang memadai.Kebijaksanaan tersebutjuga
dilaksanakn didaerah tertinggal dalam rangka meningkatkan kemampuan dan
kesejahteraan kelompok masyrakat yang masih berada dibwah garis kemiskinan

11
DAFTAR PUSTAKA

https://pdfcoffee.com/1-pembangunan-koperasi-dan-perundang-undangan-pdf-free.html ,
(Diakses pada 23 September 2021).
https://123dok.com/document/zlvxoory-tantangan-kendala-dan-peluang-dalam-pembangunan-
koperasi.html?utm_source=search_v3,(Diakses pada 23 September 2021).
http://hanifahfebrillaa.blogspot.com/2016/10/v-behaviorurldefaultvmlo_13.html,(Diakses
pada23 September 2021).
Dwick Filipuslo. 2013. “Kebijakan pemerintah dalam pembangunan koperasi”
http://filipuslodwick.blogspot.com/2013/06/bab-1-pengertian.html ,(Diakses pada
23September 2021).
http://olgadealissaputri.blogspot.com/2014/01/kebijaksanaan-pemabangunan-
koperasi.html,( Diakses pada 23)

12

Anda mungkin juga menyukai