Anda di halaman 1dari 5

Nama : Andang Agus Tri Sanjaya

NIM : 1851700142
1. Melihat kembali sejarah tentang perkembangan K3 di Indonesia. Atas permintaan
pemerintah RI (Depertemen Perburuhan saat itu), pada tahun 1953, dilakukkan survei
oleh seorang ahli dari International Labor Organization (ILO), yaitu Dr. Thiis Evenson.
Hasil survei tersebut antara lain menyatakan bahwa inspeksi industri dilakukan hanya
oleh Departemen Perburuhan, yakni Jawatan Pengawas Perburuhan. Departemen
Kesehatan hanya berfungsi sebagai konsultan. Dasar inspeksi ialah beberapa peraturan
perburuhan dan Veiligheids Ordonatie/Reglement (VO) yang dibuat pada tahun 1910,
dicabut pada tahun 1970dengan di umumkannya UU No. 1 Tahun 1970 tenang
Keselamatan Kerja (Lembaran Negara RI No. 1 Tahun 1970). Setelah selesai survei yang
dilakukan oleh ILO, disadari pentingnya kesehatan kerja sehingga ditempatkan seorang
dokter ahli di Departemen Perburuhan yang berwenang melakukan inspeksi (alm. Prof dr.
Karimudin). Kemudian, dibentuk Lembaga K3di bawah Departemen Perburuhan yang
saat ini menjadi Lembaga Nasional K3. Lembaga ini mempunyai fungsi sebagai pusat
pendidikan, penelitian, publikasi, pelayanan industri, dan sebagai badan penghubung
dengan organisasi internasional. (Salami, dkk, 2016) Menurut World Healt Organization
(WHO), Kesehatan kerja adalah semua yang berkaitan dengan keselamatan dan
kesehatan dalam tempat kerja dan memiliki tujuan kuat dalam pencegahan langsung
bahaya yang ada. Kecelakaan kerja di Indonesia masih sangat tinggi, 80% dinyatakan
akibat perilaku yang tidak aman sehingga upaya pencegahan kecelakaan berubah dari
teknik rekayasa (menghilangkan unsafe conditions) ke arah manajemenagar tidak terjadi
kerugian yang besar. Sistem Manajemn K3 (SMK3) bertujuan untuk menciptakan suatu
sistem K3 dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan
kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit
akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Sistem
manajemen K3 dipandang sebagai sistem yang efektif dalam menghadapi tantangan K3
di era globalisasi. Akan tetapi di sisi lain, tidak terkait dengan sistem internasional yang
berlaku di pasar bebas, yakni OHSAS 18001 yang bersifat sukarela. (Salami, dkk, 2016)
Mengingat pentingnya tenaga kerja bagi suatu negara, terjadinya kerusakan lingkungan
akibat industrialisasi dan masih banyaknya kecelakaan kerja, dunia internasional
menekankan mutu proses K3 yang dikenal sebagai Occupational Healt and Safety
Assessment Series (OHSAS) 18001. OHSAS juga mendukung reputasi perusahaan dan
tanggung jawab pengusaha terhadap pelanggan, pemangku kepentingan, dan masyarakat
secara umum. OHSAS 18001 akan memasukan struktur K3 ke dalam perusahaan/bisnis.
Di dalamnya terdapat proses perencanaan, pelaksanaan, Monitoring – Evaluasi, dan
tindak lanjut yang berkelanjutan sehingga tercapai kondisi zero accident. Di Indonesia,
sistem pengendali mutu K3 ini dikenal sebagai Sistem Manajemen K3 (SMK3),
dilaksanakan atas dasar permenaker No. 05 Tahun 1996. Semua perusahaan besar
( mempunyai lebih dari 100 orang pekerja ) wajib mempunyai SMK3, begitu pula
perusahaan kecil apabila ada proses atau materi yang berbahaya. Keadaan ini didasari
fakta bahwa kecelakaan di Indonesia 80% disebabkan oleh perilaku pekerja yang tidak
aman. Berbeda dari dunia lain, sistem mutu biasanya bersifat sukarela. Sangat
disayangkan bahwa SMK3 ini tidak ada hubungannya dengan OHSAS. (Salami, dkk,
2016)
2. A. Ada 5 jenis sumber bahaya antara lain yaitu : Bahaya Mekanis, Bahaya Listrik,
Bahaya Kimiawi, Bahaya Fisik, Bahaya Biologis
B. Menurut saya Potensi bahaya yang ada di ruangan tempat kerja saya yaitu adanya
bahay fisik dan biologis, Dikarenakan ruangan saya terkadang terlalu panas, terlalu
dingin karena ruang ber-AC, Radiasi dari layer laptop/cahay layer laptop karena
mayoritas pekerjaan sekitar tempat kerja menggunakan laptop untuk mengentri data.
3. A. Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan yang
mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda atau kerugian waktu.
B. Faktor dari kecelakaan :
Faktor Teknis
a.Tempat Kerja Tempat kerja harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja, seperti
ukuran ruangan tempat kerja, penerangan, ventilasi udara, suhu tempat kerja, lantai dan
kebersihan luangan, kelistrikan ruang, pewarnaan, gudang dan lain sebagainya.Jika
tempat kerja tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, maka kecelakaan kerja
sangat mungkin terjadi.
b. Kondisi Peralatan Mesin-mesin dan peralatan kerja pada dasarnya mengandung bahaya
dan menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja. Misalnya karena mesin atau peralatan
yang berputar, bergerak, bergesekan, bergerak bolak-balik, belt atau sabuk yang berjalan,
roda gigi yang bergerak, transmisi serta peralatan lainnya. Oleh karena itu, mesin dan
perlatan yang potensial menyebabkan kecelakaan kerja harus diberi pelindung agar tidak
membahayakan operator atau manusia.
c. Bahan-bahan dan peralatan yang bergerak
Pemindahan barang-barang yang berat atau yang berbahaya (mudah meledak, pelumas,
dan lainnya) dari satu tempat ke tempat yang lain sangat memungkinkan terjadi
kecelakaan kerja.
d. Transportasi Kecelakaan kerja yang diakibatkan dari penggunaan alat transportasi juga
cukup banyak. Dari penggunaan alat yang tidak tepat (asal-asalan), beban yang
berlebihan (overloading), jalan yang tidak baik (turunan, gelombang, licin, sempit),
kecepatan kendaraan yang berlebihan, penempatan beban yang tidak baik, semuanya bisa
berpotensi untuk terjadinya kecelakaan kerja. Upaya untuk mengatasi hal tersebut di atas,
diantaranyaadalah memastikan jenis transportasi yang tepat dan aman, melaksanakan
operasi sesuai dengan standart operational procedure (SOP), jalan yang cukup,
penambahan tanda-tanda keselamatan, pembatasan kecepatan, jalur khusus untuk
transportasi (misal dengan warna cat) dan lain sebagainya.
– Faktor Non-Teknis
a. Ketidaktahuan Dalam menjalankan mesin-mesin dan peralatan otomotif diperlukan
pengetahuan yang cukup oleh teknisi.Apabila tidak maka dapat menjadi penyebab
kecelakaan kerja. Pengetahuan dari operator dalam menjalankan peralatan kerja,
memahami karakter dari masing-masing mesin dan sebagainya, menjadi hal yang sangat
penting, mengingat apabila hal tersebut asal-asalan, maka akan membahayakan peralatan
dan manusia itu sendiri.
b. Kemampuan yang kurang Tingkat pendidikan teknisi otomotif sangat dibutuhkan
untuk proses produksi dan proses maintenance atau perawatan. Orang yang memiliki
kemampuan tinggi biasanya akan bekerja dengan lebih baik serta memperhatikan faktor
keslamatan kerja pada pekerjannya. Oleh sebab itu, untuk selalu mengasah kemampuan
akan menjadi lebih baik.
c. Ketrampilan yang kurang Setelah kemampuan pengetahuan teknisi baik, maka
diperlukan latihan secara terus-menerus.Hal ini untuk lebih selalu mengembangkan
ketrampilan gunasemakin meminimalkan kesalahan dalam bekerja dan mengurangi angka
kecelakaan kerja.Di dunia keteknikan, kegiatan latihan ini sering disebut dengan training.
e. Bekerja tanpa peralatan keselamatan Pekerjaan tertentu, mengharuskan pekerja
menggunakan peralatan keselamatan kerja. Peralatan keselamatan kerja dirancang untuk
melindungi pekerja dari bahaya yang diakibatkan dari pekerjaan yang baru dilaksanakan.
Dengan berkembangnya teknologi, saat ini telah dibuat peralatan keselamatan yang
nyaman dan aman ketika digunakan.Perlatan keselamatan tersebut diantaranya pakaian
kerja (wearpack), helm pengaman, kacamata, kacamata las, sarung tangan, sepatu kerja,
masker penutup debu, penutup telinga dari kebisingan, tali pengaman untuk pekerja di
ketinggian dan sebaginya. Terkadang orang yang sudah merasa mahir justru tidak
menggunakan peralatan keselamatan, misal dalam mengelas tidak menggunakan topeng
las.
– Faktor Alam
a. Gempa bumi Meskipun setiap perusahaan/industri telah menerapakan
keselamatankerja sesuai standar untuk meminimalisir angka kecelakaan kerja, namun
faktor alam sangat sulit diprediksi. Gempa bumi dapat mengakibatkan kecelakaan kerja
dengan menghancurkan tempat perusahaan /industri berada akibat pergerakan tanah atau
patahan lempeng bumi secara tektonik maupun vulkanik dan dapat menimbulkan
kerugian materi dan korban jiwa yang besar dan akan bertambah jika gempa bumi
tersebut juga disusul dengan tsunami
b. Banjir Banjir bandang juga dapat berpengaruh terhadap keselamatan kerja, terlebih
perusahaan berada dekat dengan aliran air. Air banjir selain dapat merendam peralatan
dan mesin produksi serta dapat menimbulkan kerusakan dan konsleting listrik juga dapat
menghanyutkan para pekerja/operator.
C. Penjelasan piramida : menyatakan bahwa ketika di suatu organisasi industri ada 1
kecelakaan yang menyebabkan kecederaan besar (major injury), akan ada 29 kecelakaan
yg akan menyebabkan kecederaan ringan (minor injury), dan akan ada 300 kecelakaan
yang tidak menyebabkan kecederaan (nearmiss).
4. Pemeriksaan Kesehatan sebelum bekerja ditujukan agar tenaga kerja yang diterima
berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit
menular yang akan mengenai tenaga kerja lainnya, dan cocok untuk pekerjaan yang akan
dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang akan melamar
pekerjaan terbukti sehat tidak mengalami gangguan jiwa/psikis/mental social, yang dapat
bekerja optimal.
5. A. Penerapan sistem K3 memiliki beberapa manfaat antara lain:
1. Untuk Melindungi Karyawan
Pekerja atau karyawan merupakan aset yang sangat penting bagi sebuah perusahaan.
Penerapan SMK3 di dalam perusahaan bertujuan untuk melindungi semua bentuk
kesalahan proses kerja yang dapat mengakibatkan kerugian (baik fisik, psikis maupun
materil). Penerapan SMK3 diharapkan mampu mengurangi tingkat kecelakaan kerja.
Selain membuat karyawan merasa aman, perusahaan juga akan diuntungkan.
2. Untuk Mematuhi Aturan dan Undang-undang yang Berlaku
Untuk menjalankan bisnis, perusahaan harus beroperasi sesuai dengan aturan dan
undang-undang yang berlaku. Selain terlihat lebih ‘sehat’, perusahaan yang patuh
pada aturan akan lebih tertib dan lebih baik citranya di mata publik. Tidak sedikit
contoh perusahaan yang mengabaikan prosedur K3 harus berakhir mendapatkan
masalah. Baik masalah dengan pekerja, pihak berwenang hingga penduduk setempat.
3. Untuk Menaikkan Tingkat Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan
Dalam sebuah bisnis, banyak pelanggan yang memberikan syarat pada supplier atau
pemasok mereka agar menerapkan SMK3 atau OHSAS 18001. Adanya salah satu
sertifikat yang membuktikan hal tersebut akan memberikan jaminan bahwa semua
proses yang terjadi di dalam perusahaan berlangsung aman dan tertib. Artinya,
produksi barang yang rusak maupun cacat dapat diminimalisir.Selain itu, angka
kecelakaan yang rendah juga menjadi bukti perusahaan mampu beroperasi penuh dan
normal. Ini menjadi jaminan kontinuitas kemampuan perusahaan dalam menyediakan
stok yang dibutuhkan pelanggan. Tidak sedikit pelanggan yang bahkan langsung
melakukan audit K3 untuk memastikan bahwa perusahaan yang mereka ajak berbisnis
mampu bekerja sama dalam waktu lama dengan mereka.
4. Untuk Menciptakan Sistem Manajemen yang Efektif
Penerapan SMK3 atau OHSAS 18001 akan membuat sistem manajemen keselamatan
tertata lebih efektif. Di dalam prosedur pelaksanaan K3, disyaratkan adanya
dokumentasi sehingga semua kegiatan akan lebih terorganisir, terarah dan berada
pada jalur yang tepat. Dokumentasi ini juga kelak bisa dijadikan bukti jika ternyata
terjadi ketidaksesuaian di lapangan.
B. Dasar Hukum Penerapan K3 :

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4279);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2918);

Anda mungkin juga menyukai