Anda di halaman 1dari 8

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Korupsi dan

Modus Korupsi APBD di Malang Raya


Syamsul Bahri
Universitas Widyagama Malang

Abstract: Corruption has been widely discussed in many form. Public budget (APBD) corruption is abuse
action public budget to private or their groups interst. Many factor caused corruption, about: individual
behaviour, government organization, law enforcement, and controling. The objective of this study are to
obtain empirical evidences and to test factors that effec APBD corruption in Malang Raya.The hyphotesis are
tested using the partial regression and multiple regression. The sample in this risearch are Civil
Organization such as NGO, public figure, public organization, student, academic ect, amount 165
respondent. The result of study show that as partial individual behaviour not significant effect, government
organization significant effect, law enforcement significant effect, and controlling significant to APBD
corruption occured. The test used multiple regression support test used partioan regression.

Keywords: Individual Behaviour, Government Organzation, Low Enforcement, Controlling, APBD


Corruption, and Modus APBD Corruption.

Seiring gelombang otonomi daerah, ada be- samping itu, anggaran harus dikelola de-
berapa perubahan dalam hubungan antara ngan pendekatan kinerja (performence orien-
eksekutif dan legislatif, Pertama, eksekutif ted), prinsip efisiensi dan efektif (Value For
bersama dewan mempunyai otonomi penuh Money), keadilan dan kesejahteraan dan se-
untuk membuat kebijakan-kebijakan lokal; suai dengan disiplin anggaran (Mardiasmo,
dan kedua, anggota dewan memiliki otono- 2003).
mi penuh dan mempunyai peluang besar Namun eoforia otonomi daerah ternya-
dalam proses legislasi. Kewenangan dewan ta banyak memunculkan dampak negatif.
dalam membuat kebijakan tidak terbatas ha- Menurut Khudori (2004) salah satu yang
nya dalam berwenang membuat undang- –Ž—˜—“˜•1Š•Š•Š‘1–ž—Œž•—¢Š1 Ž“Š‘Š•Š—1’—œ-
undang, tetapi juga pengawasan, investiga- •’•žœ’˜—Š• ï1 Š’”1Ž”œŽ”ž•’•1–Šž™ž—1•Ž•’œ•Š•’•1
si, dan bersama-sama dengan eksekutif me- seringkali membuat peraturan yang tidak
nyusun APBDyang sebelumnya tidak dila- sesuai dengan logika kebijakan publik. Jika
kukan. Implikasi lain dari otonomi daerah kejahatan institusional itu dipraktikkan se-
adalah pelimpahan kewenangan anggaran cara kolektif antara eksekutif dan legislatif
ini dibarengi dengan dilaksanakannya refor- dimana legislatif yang semestinya menga-
masi penganggaran dan reformasi sistem wasi kinerja eksekutif justru ikut bermain
akuntansi keuangan daerah (Halim,2003). dan melakukan tindak pidana korupsi seca-
Reformasi penganggaran yang terjadi ra bersama-œŠ–Š1 •Ž—•Š—1 ŒŠ›Š1 ¢Š—•1 •Ž•Š• ï1
adalah munculnya paradigma baru dalam Ž•Š• 1 ”Š›Ž—Š1 •’•Ž•’•’–Šœ’1 •Ž—•Š—1 ”Ž™ž-
penyusunan anggaran yang mengedepan- tusan.
kan prinsip akuntabilitas publik, partisipasi Korupsi di Indonesia benar-benar sa-
masyarakat, dan transparansi anggaran. Di ngat sistemik, bahkan korupsi yang terjadi
sudah berubah menjadi Vampir state karena
Alamat Korespondensi: hampir semua infra dan supra struktural
Syamsul Bahri, Fakultas Ekonomi Universitas politik dan sistem ketatanegaraan sudah
Widyagama Malang
terkena penyakitkorupsi. Agenda pembe-
Jl Borobudur No. 35 Malang
Telp (0341) 492282 rantasan korupsi samapai detik ini hanyalah
dijadikan komoditas politik bagi elit politik,
449
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 26/DIKTI/Kep/2005
lebih banyak pada penghancuran karakter 454 anggota DPRD telah dijadikan tersangka
(character assanation) bagi elit yang terindika- karena telah melanggar pesangon. Di Kota
si korupsi dibanding pada proses hukum Padang Sumatra Barat 43 anggota DPRD
yang fair dan adil. Law enforcement bagi ko- telah dijatuhi vonis karena merugikan uang
ruptor juga menjadi angin lalu, padahal tin- negara sebanyak 10,4 M. Demikian juga
dak korupsi yang dilakukan koruptor sa- DPRD Bali telah melakukan penggelapan
ngatlah merugikan rakyat, Masduki (2002) uang Tirtayatra (persembahyangan di India)
dalam Klitgaard, dkk (2002). sejumlah 112 juta. Deretan kasus penyim-
Fenomena korupsi tersebut diatas me- pangan APBD juga terjadi di Jawa Timur se-
nurut Baswir (1996) pada dasarnya berakar perti di DPRD Kota Surabaya 2,7 M, DPRD
pada bertahannya jenis birokrasi patrimo- Sidoarjo 20,3 M, DPRD Tulungagung 1,6 M,
nial dinegeri ini. Dalam birikrasi ini, dilaku- DPRD Nganjuk 5,3 M, DPRD Banyuwangi
kannya korupsi oleh para birokrat memang 225 juta, DPRD Kota Blotar 1,5 M dan masih
sulit dihindari, sebab skandal politik terha- banyak lagi (Kompas,8/9/04).
dap kekuasaan dan birokrasi memang sa- Demkian pula kasus korupsi APBD ju-
ngat terbatas. Penyebab lainnya karena sa- ga terjadi di wilayah Malang Raya yang
ngat kuatnya pengaruh integralisme di da- menjadi objek penelitian. Di Kota Malang
lam filsafat kenegaraan bangsa ini, sehingga misalnya kasus sisa anggaran 2,1 M dan pe-
cenderung masih mentabukan sikap oposisi. sangon dewan senilai 1,7 sampai saat ini be-
Karakteristik negara kita yang merupakan lum ada kepastian hukum sementara uang
birokrasi patrimonial dan negara hegemonik tersebut sudah masuk ke kantong anggota
tersebut menyebabkan lemahnya fungsi pe- dewn yang terhormat. Di Kabupaten Ma-
ngawasan, sehingga merebaklah budaya ko- lang penyimpangan dana APBD juga dila-
rupsi itu. kukan untuk kepentingan pejabat dan ke-
Menurut Susanto (2001) korupsi pada luarganya seperti penyelewengan sekwan
level pemerintahan daerah adalah dari sisi 22,5 juta, umroh gate dan Dem-deman Mo-
penerimaan, pemerasan uang suap, pembe- bil. Di Kota Batu mark-up APBD telah digu-
rian perlindungan, pencurian barang-barang nakan untuk kepentingan Pilihan Kepada
publik untuk kepentingan pribadi. Sementa- Daerah (MCW,2004).
ra tipe korupsi menurut De Asis (2000) ada- Penelitian komprehensif mengenai
lah korupsi politik, misalnya perilaku cu- berbagai tindak pidana korupsi APBD di
rang (politik uang) pada pemilihan anggota masing-masing daerah dalam rangka mem-
legislatif ataupun pejabat-pejabat eksekutif, berikan pemikiran tentang tata pemerintah-
dana ilegal untuk pembiayaan kampanye, an lokal yang demokratis sesuai dengan
penyelesaian konflik parlemen melalui cara- prinsip-prinsip good governance yang bersih
cara ilegal dan teknik lobi yang menyim- dan bebas dari korupsi sangat diperlukan.
pang. Tipe korupsi yang terakhir yaitu clien- Oleh karena itu penulis sangat tertarik un-
tilism (pola hubungan langganan). tuk meneliti permasalahan ini, sehingga per-
Bentuk tindak pidana korupsi pada le- masalahan dalam penelitian ini adalah fak-
vel legislatif adalah korupsi APBDuntukpos tor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi
keuangan DPRD yang terjadi akhir-akhir ini terjadinya korupsi Anggaran Pendapatan
kebanyakan melanggar PP 110/2000 walau- belanja daerah (APBD) dan Modus Korupsi
pun sekarang telah diganti dengan PP APBD di Malang Raya?
24/2004 tentang kedusukan keuangan
DPRD, Kasus Kampar misalnya, sejumlah
450 MANAJEMEN, AKUNTANSI DAN BISNIS
Volume 6, Nomor 1, April 2008
ISSN: 1693-252X
METODE Variabel dependen yang digunakan
Jenis Penelitian dalam penelitian ini adalah korupsi APBD
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. yang terjadi di wilayah Malang Raya. Ko-
Data penelitian yang di butuhkan adalah da- rupsi APBD adalah tindak pidana yang be-
ta primer dalam bentuk persepsi responden rupa penyelewengan dana APBD untuk ke-
(subjek) penelitian dan data sekunder dalam pentunga individu atau kelompoknya yang
bentuk kasus korupsi APBD dan modus dapat dilakukan dengan berbagai cara se-
operandinya. Pengambilan data mengguna- perti mark up anggaran, titipan anggaran,
kan survey langsung dan instrumen yang duplikat anggaran dan lain-lain. Sedangkan
digunakan adalah kuesioner (angket). Kue- Variabel Independen yang digunakan dalam
sioner yang digunakan disusun sendiri oleh penelitian ini adalah faktor-faktor yang me-
peneliti berdasarkan teori yang terkait, se- nyebabkan terjadinya korupsi yaitu aspek
dang data sekunder yang dibutuhkan diper- perilaku individu, aspek organisasi kepeme-
oleh dari berbagai sumber diantaranya dari rintahan, aspek peraturan perundang-un-
Malang Coruption Watch, DPRD dan lain- dangan dan aspek pengawasan. Aspek indi-
lain. vidu dan perilaku adalah penyebab korupsi
yang berasal dari sikap mental seseorang
Sampel Penelitian yang berupa dorongan dari dalam dirinya.
Sampel dalam penelitian ini adalah or- Aspek organisasi kepemerintahan adalah
ganisasi masyarakat sipil (OMS) seperti lem- penyebab korupsi yang berasal dari buruk-
baga swadaya masyarakat (LSM), organisasi nya sistem organisasi kepemerintahan ter-
kepemudaan, organisasi profesi, akademisi, masuk sistem birokrasinya. Aspek perun-
tokoh masyarakat, media masa, mahasiswa dang-undangan adalah penyebab korupsi
dan lain-lain, Pemilihan sampel berdasarkan yang berasal dari lemahnya sistem perun-
metode acak (random sampling). Jumlah kue- dang-undangan yang ada. Aspek pengawas-
sioner yang disebar dan yang kembali ada an adalah penyebab korupsi karena minim-
dalam tabel 1. nya atau bahkan tidak adanya pengawasan
baik oleh pihak internal maupun eksternal.
Tabel 1 Pengiriman dan Tingkat Pengem-
balian kuesioner Analisis Data
No Keterangan Jumlah Hipotensis dalam penelitian ini akan
1 Kuesioner yang disebarkan 300 diuji dengan menggunakan multiple regres-
2 Kuesioner yang kembali 180 sion, Yaitu berdasarkan nilai p-value, nilai t,
3 Kuesioner yang tidak lengkap 15 nilai f dan kemudian juga akan dianalisis
4 Kuesioner yang diolah 165
koefisien regresi dan koefisien determinasi.
5 Respon rate ( Prosentase ) 55%
Untuk menganalisis data, digunakan soft-
ware SPSS for window realesed 12 Program.
Lokasi Penelitian
Adapun persamaan regresi dalam penelitian
Lokasi penelitian dilakukan diwilayah
ini adalah:
Malang Raya Jawa Timur yang terdiri dari 3
wilayah yaitu Kabupaten Malang, Kota Ma-
Y= a+ b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 ¸1‰
lang dan Kota Batu.
Keterangan:
Definisi Operasional dan Pengukuran
Y : Korupsi APBD
Variabel
a : Konstanta
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Korupsi dan Modus Korupsi APBD di Malang Raya 451

Syamsul Bahri
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 26/DIKTI/Kep/2005
b1, b2,b3,b4 : Koefisien regresi Tabel 2 Hasil Regresi Hipotesis Ketiga
No Keterangan n R2 F Sig Koef. t-value p-value
X1 : Aspek prilaku individu 1 Sampel 165 17,8 35,24 0,00
X2 : Aspek organisasi kepemerintahan Konstanta
Aspek Peraturan Per UU-an
3,00
0,25
17,48
5,93
0,00
0,00
X3 : Aspek peraturan perundang-undang-
an Hasil analisis regresi terhadap hipote-
X4 : Aspek pengawasan sis ketiga dapat dilihat bahwa aspek perun-
‰ : Variabel lain yang tidak diteliti dang-undangan secara signifikan mempe-
ngaruhi terjadinya korupsi APBD dengan
Sementara untuk menjawab permasa- melihat taraf signifikansinya yaitu sebesar
lahan penelitian yang kedua metode analisis 0,00. Hubungan yang ditunjukan oleh koefi-
yang digunakan adalah mentabulasi dan sien regresi adalah negatif 0,25, artinya se-
mendiskripsikan berbagai kasus korupsi makin berkualitas sistem perundang-un-
APBD serta modus operandinya yang terja- dangan maka korupsi akan semakin rendah,
di lima tahun terakhir di wilayah Malang Nilai t hitung dari hasil regresi adalah 5,93,
Raya. Hasil analisa regresi terhadap hipote- dimana t hitung ini lebih besar dari t tabel
sis kedua dapat dilihat bahwa aspek organi- (1,98), artinya hipotesis pertama didukung.
sasi kepemerintahan berpengaruh secara Dilihat dari F hitung sebesar 35,24 sedang F
signifikan terhadap terjadinya korupsi tabel sebesar 2,37, sehingga F hitung > dari F
APBD dengan melihat teraf signifikansinya tabel sementara nilai sig sebesar 0,00 adalah
yaitu sebesar 0.00. Hubungan yang ditun- < dari 0,05 sehingga model regresi dapat di-
jukan oleh koefisien regresi adalah negatif gunakan untuk memprediksi pengaruh va-
0,27, artinya semakin baik aspek organisasi riabel aspek perundang-undangan terhadap
kepemerintahan maka korupsi APBD akan korupsi APBD. Dilihat dari koefisien deter-
menurun. Nilai t hitung dari hasil regresi minasinya, pengaruh aspek perundang-un-
adalah 4,64, dimana t hitung ini lebih besar dangan terhadap terjadinya korupsi APBD
dari t tabel (1,98) artinya hipotesis kedua sebesar 17,8%. Artinya dari 100% faktor-fak-
didukung. Dilihat dari F hitung sebesar tor yang mempengaruhi terjadinya korupsi
21,61 sedangkan F tabel sebesar 2,37, sehing- 17,8% dipengaruhi oleh berkualitas tidaknya
ga F hitung > dari F tabel, sementara nilai sig sebuah sistem perundang-undangan.
sebesar 0,00 adalah < dari 0,05 sehingga mo-
del regresi dapat digunakan untuk mempre- Tabel 3 Hasil Regresi Hipotesis Keempat
diksi pengaruh variabel aspek organisasi ke- No Keterangan a R2 F Sig Koef. t-value p-value
1 Sampel 165 27 60,25 0,00
pemerintahan terhadap korupsi APBD. Ber- Konstanta 2,82 18,12 0,00
dasarkan hasil statistik dapat disimpulkan Aspek Pengawasan 0,30 7,76 0,00

bahwa hipotesis kedua diterima. Dilihat dari


koefisien determinasinya, pengaruh aspek Hasil analisis regresi keempat dapat
organisasi kepemerintahan terhadap terjadi- dilihat bahwa aspek pengawasan berpenga-
nya korupsi APBD sebesar 11,7% artinya ruh secara signifikan terhadap terjadinya
dari 100% faktor-faktor yang mempengaruhi korupsi APBD dengan melihat taraf signifi-
terjadinya korupsi APBD 11,75% dipe- kansinya yaitu sebesar 0,00. Hubungan yang
ngaruhi oleh aspek organisasi kepemerinta- ditunjukkan oleh koefisien regresi adalah
han. negatif 0,30, artinya semakin tinggi penga-
wasan maka korupsi APBD akan semakin
rendah. Nilai t hitung dari hasil regresi ada-
lah 7,76, dimana t hitung ini lebih besar dari

452 MANAJEMEN, AKUNTANSI DAN BISNIS


Volume 6, Nomor 1, April 2008
ISSN: 1693-252X
t tabel (1,98), artinya hipotesis keempat di- PEMBAHASAN
dukung. Dilihat dari F hitung sebesar 60,25 Berdasarakan penelitian Indonesia Cor-
sedangkan F tabel sebesar 2,37, sehingga F ruption Watch (ICW) ada beberapa modus
hitung > dari tabel, sementara nilai sig sebe- kejahatan korupsi di APBD. Pertama, peni-
sar 0,00 adalah < dari 0,05 sehingga model puan terhadap anggaran dengan mengambil
regresi dapat digunakan untuk mempredik- ™˜œ1 Š—••Š›Š—1 •Š’—1 •Ž—•Š—1 –Š”œž•1 –Ž-
si pengaruh variabel aspek pengawasan ter- nyem‹ž—¢’”Š— 1 —Š–Š1 ™˜œ1 ¢Š—•1 –žngkin
hadap variabel korupsi APBD. Dilihat dari dianggap terlalu mencolok atau mengada-
koefisien determinasinya, pengaruh aspek ada. Modus kedua, menciptakan anggaran
pengawasan terhadap terjadinya korupsi baru yang sebenarnya tidak diatur dalam PP
APBD sebesar 27%, Artinya dari 100% fak- 110/2000. Modus ketiga, mark up anggaran
tor-faktor yang mempengaruhi pengawasan dengan melebihkan berbagai tunjangan ang-
terjadinya korupsi 27% disebabkan lemah- gota dewan yang telah diatur dalam PP
nya pengawasan. 110/2000. Modus keempat, pengalokasian
anggaran yang sebetulnya sama dengan
Tabel 4 Hasil Multipel Regresi anggaran lain. Modus kelima, pembuat ang-
No Keterangan a R2 F Sig Koef t-value p-value
Sampel Konstanta 165 32,4 19,13 0,00 2,18 7,57 0,00
garan tanpa perincian, Modus ini dilakukan
1
2
Aspek perilaku individu
Aspek organisasi kepem
-0,01
0,18
-2,62
3,30
0,79
0,01
dengan cara membuat anggaran dalam ben-
3 Aspek Peraturan Per UU-an 1,98 3,03 0,03 tuk satuan tanpa diperinci lagi, Modus ke-
4 Aspek Pengawasan 0,26 4,934 0,00
enam, menghilangkan pos anggaran. Modus
ketujuh, pengalihan anggaran yang seharus-
Hasil analisis regresi secara simultan
menunjukkan bahwa secara bersama-sama nya diberikan dalam bentuk jaminan asu-
variabel aspek prilaku individu, aspek orga- ransi menjadi dalam bentuk uang. Secara
umum menurut penulis terdapat empat Mo-
nisasi kepemerintahan, aspek peraturan per-
undang-undangan dan aspek pengawasan dus korupsi DPRD dapat ditemui hampir di
berpengaruh signifikan terhadap terjadinya semua kasus. Modus pertama adalah de-
ngan menggelembungkan batas alokasi pe-
korupsi APBD di Malang Raya dengan me-
lihat taraf signifikasinya yaitu sebesar 0,00. nerimaan anggota dewan atau yang sering
Hasil analisis simultan mendukung analisis disebut sebagai mark-up. Dikatakan sebagai
mark-up karena PP110/2000 tentang kedu-
secara partial. Dilihat dari F hitung sebesar
19,13 sedangkan F tabel sebesar 2,37, se- dukan keuangan DPRD sebenarnya telah
hingga F hitung > dari F tabel, sementara ni- membatasi secara rinci penerimaan bagi
anggota dewan yang dapat ditoleransi se-
lai sig sebesar 0,00 adalah < dari 0,05 sehing-
ga model regresi dapat digunakan untuk suai dengan tingkat Pendapatan Asli Daerah
memprediksi pengaruh variabel aspek pe- (PAD). Modus kedua adalah menggandakan
(redundant) item penerimaan anggota dewan
ngawasan terhadap variabel korupsi APBD.
Dilihat dari koefisien determinasinya, melalui berbagai strategi. Strategi yang se-
pengaruh aspek individu, aspek organisasi ring digunakan adalah memasukan item
anggaran yang berbeda-beda untuk satu
kepemerintahan, aspek perundang-undang-
an dan aspek pengawasan secara bersama- fungsi. Modus ketiga adalah dengan cara
sama sebesar 32,4%. Hal ini berbeda jika mengada-adakan pos penerimaan anggaran
yang sebenarnya tidak diatur dalam
menggunakan analisis regresi partial.
PP110/2000. Kasus yang paling mencuat
adalah adanya pos purna tugas bagi anggota
dewan. Modus keempat adalah korupsi da-
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Korupsi dan Modus Korupsi APBD di Malang Raya 453

Syamsul Bahri
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 26/DIKTI/Kep/2005
lam pelaksanaan program kegiatan dewan. dap terjadinya korupsi APBD. Hubungan
Dari aspek tindakan, korupsi jenis ini adalah yang di tunjukan adalah negatif artinya se-
korupsi yang paling telanjang dan nyata. makin berkualitas peraturan perundang-un-
Dari keempat Modus korup tersebut, modus dangannya maka semakin rendah korupsi
keempat bisa dianggap paling konvensional APBD yang terjadi. Keempat, aspek penga-
dan umum terjadi diberbagai instansi peme- wasan merupakan faktor yang berpengaruh
rintahan. signifikan terhadap terjadinya korupsi
Seperti dijelaskan dalam usulan peneli- APBD. Hubungan yang di tunjukkan adalah
tian bahwa modus korupsi APBD di Malang negatif artinya semakin tinggi tingkat pe-
Raya akan dipaparkan menyajikan data se- ngawasan yang dilakukan maka semakin
kunder mengenai berbagai indikasi kasus rendah korupsi APBD yang terjadi. Semen-
korupsi APBD yang terjadi mulai lima tahun tara hasil analisis secara simultan mendu-
terakhir. Berdasarkan hasil tebulasi terjadi- kung hasil analisis secara partial, artinya se-
nya korupsi minimal terdapat 140 kasus ko- cara bersama-sama faktor individu prilaku,
rupsi di Malang Raya dengan 7 modus organisasi kepemerintahan peraturan per-
korupsi. Kasus korupsi terbanyak di kota undang-undangan, dan pengawasan secara
Malang 77 kasus, kemudian di Kabupaten signifikan mempengaruhi terjadinya korup-
Malang 45 kasus, dan di Kota Batu ada 18 si APBD. Sedangkan jumlah kasus korupsi
kasus.

Tabel 5 Modus Korupsi APBD


Kota Malang Kab Malang Kota Batu Total
No Modus korupsi
Ì % Ì % Ì % Ì %
1 Menyembunyikan Anggaran 10 13 7 16 2 11 19 14
2 Menciptakan anggaran baru 14 18 6 13 3 17 23 17
3 Mark-up Anggaran 22 29 12 27 5 28 39 28
4 Pengalokasian Anggaran yg sama 6 8 4 9 2 11 12 9
5 Anggaran tanpa rincian 12 15 8 18 2 11 22 16
6 Menghilangkan Pos Anggaran 7 9 5 11 3 17 15 10
7 Pengalihan Anggaran 6 8 3 6 1 5 10 7
77 100 45 100 18 100 140 100

KESIMPULAN DAN SARAN APBD di Malang Raya ada 140 kasus de-
Kesimpulan ngan 7 modus korupsi APBD.
Hasil penelitiannya menunjukkan bah-
wa pertama, aspek prilaku individu tidak Saran
berpengaruh signifikan terhadap terjadinya Penelitian ini diharapkan dapat ber-
korupsi APBD.Kedua, aspek organisasi ke- manfaat bagi pengembangan literatur akun-
pemerintahan merupakan faktor yang ber- tansi khususnya akuntansi sektor publik
pengaruh signifikan terhadap terjadinya ko- dan lebih spesifik mengenai korupsi APBD.
rupsi APBD. Hubungan yang ditunjukan Implikasi bagi penelitian selanjutnya me-
adalah negatif artinya semakin baik organi- ngembangkan sampel yang lebih luas kepa-
sasi kepemerintahan maka semakin rendah da masyarakat. Diharapkan sampel yang di-
korupsi APBD yang terjadi. Ketiga, aspek ambil adalah benar-benar mewakili penda-
peraturan perundang-undangan merupakan pat masyarakat yang mempunyai kepeduli-
faktor yang berpengaruh signifikan terha- an yang tinggi terhadap pemberantasan ko-
454 MANAJEMEN, AKUNTANSI DAN BISNIS
Volume 6, Nomor 1, April 2008
ISSN: 1693-252X
rupsi. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan Fadjar. A. Mukti. 2002. Korupsi dan Penegakan
dapat menambah variabel lain seperti pola- Hukum dalam Pengantar Kurniawan.
pola atau modus korupsi APBD, dampak- L.. 2002. Menyikap Korupsi di Daerah.
dampak korupsi APBD, serta strategi pem- Instansi Malang.
berantasan korupsiAPBD. Selain analisis, Halim. Abdul. 2003. Bunga Rampai keuangan
penelitian ini juga bisa dikembangkan ke Daerah. Yogyakarta: UPP AMP YPKN.
dalam berbagai model penelitian Haryadi. Dedi. 2004. Modus Korupsi
korelasional yang berpengaruh terhadap Anggaran Rakyat (APBD). http://www.
korupsi APBD, seperti partisipasi pikiran
masyarakat, transparansi dan akuntabilitas, rakyat.com/cetak/0204/17/0807.htm
performance budget, disiplin anggaran, value Helmi. dkk. 2003. Memahami Anggaran
for money, keadilan anggaran, anggaran peka Publik.Yogyakarta: Idea Press.
gender dan lain-lain. Hermien H.K.. 1994. Korupsi di Indonesia: dari
delik jabatan ke tindak Pidana
DAFTAR RUJUKAN Korupsi.Bandung: Citra Aditya Bakti.
Ardyanto. Donny. 2002. Korupsi di sektor Kaiser. H. Dan Rice. J.. 1974. Education and
pelayanan Publik dalam Basyaib. Psycological Measurement. Volume 34.
H..dkk. (ed.) 2002. Mencuri Uang No.1. hal 111-117.
rakyat: 16 kajian Korupsi di Indonesia. Khudori. Politik Anggaran Publik.
Buku 2. Jakarta: Yayasan aksara dan PikiranRakyat. Rabu. 04 Februari 2004.
Patnership for Good Governance Klitgaard. dkk. 2002. Penuntun
Reform. Pemberantasan Korupsi dalam
Baswir Revrisond. 1993. Ekonomi, Manusia Pemerintahan Daerah. Jakarta: Yayasan
dan etika. kumpulan Esai-esai terpilih. Obor Indonesia & Patnership for
Yogyakarta: BPFE. Governance in Indonesia.
---------------------. 1996. Ekonomi Politik Malang Corruption Watch. 2004. Laporan
Kesenjangan. Konglomerasi. dan Korupsi investigasi Kasus APBD Malang Raya.
di Indonesia. dalam buku tidak diterbitkan.
Pembangunan Ekonomi dan Mardiasmo. 2003. Konsep Ideal
Pemberdayaan rakyat. Yogyakarta: Akuntabilitas dan Transparansi
BPFE. Organisasi Layanan Publik. Majalah
Basyaib. H.. Holloway R.. dan Makarin NA. Swara MEP. Vol.3 No.8 Maret.
(ed.) 202. Mencuri Uang rakyat: 16 kajian Yogyakarta: MEP UGM.
Korupsi di Indonesia. Buku 3. Jakarta: Peraturan perundang-undangan Nomor 110
Yayasan Aksara dan Patnership for tahun 2000 dan 24 tahun 2004.
Good Governance Reform. Saptaatmaja. TS. Korupsi dan Hipokrisi.
Bernardi R.A. 1994. Fraud Detection: The Kompas. Rabu. 8 September 2004.
Effect of Client Integrity and Sulistyantoro. HT. Etika Kristen dalam
Competence and Auditor Cognitive Menyikapi Korupsi. Kompas. Senis. 2
Style. Auditing: A Journal of Practice Agustus 2004.
and Theory 13 (Supplement) Susanto. AA. 2002. Mengantisipasi Korupsi
De Asis. Maria Gonzales. Coation-Building to di Pemerintahan Daerah. http://www.
Fight Corruption. Peper Prepared for the transparansi.or.id/artikelpk/artikel15.html
Anti-Corruption Summit. Worid Bank
Institute. November 2000.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Korupsi dan Modus Korupsi APBD di Malang Raya 455

Syamsul Bahri
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 26/DIKTI/Kep/2005
Tunggal I.S. dan Tunggal A.W. 2000. Audit Tanzi. Vito. 1998. Corruption Around the
Kecurangan dan Akuntansi Forensik. World: Cause. Consequences. Scope.
Jakarta: Harvarindo. and Cures. IMF Wrking Paper.
WP/98/63. May 1998.

456 MANAJEMEN, AKUNTANSI DAN BISNIS


Volume 6, Nomor 1, April 2008

Anda mungkin juga menyukai