Anda di halaman 1dari 16

60

Metode Probing-Prompting dalam Meningkatkan Kemampuan Melengkapi Puisi


bagi Siswa Sekolah Dasar

Reza Syehma Bahtiar


Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
E-mail: syehma@gmail.com

Abstrak
Sesuai dengan standar isi Kurikulum 2013 siswa diharapkan dapat melengkapi puisi
berdasarkan gambar. Namun, pada kenyataannya dalam menemukan ide yang sesuai
dengan gambar yang dilihatnya untuk dituangkan ke dalam bentuk puisi siswa
mengalami kesulitan. Sehingga selama ini saat pembelajaran menulis puisi siswa masih
mengalami kesulitan yaitu dalam berimajinasi sehingga sulit dalam menemukan kata-
kata yang tepat untuk disusun menjadi sebuah puisi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peningkatan kemampuan melengkapi puisi melalui penggunaan metode
probing prompting dalam pembelajaran. Jenis penelitian yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek yang bisa
dijelaskan dengan kata-kata. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan
data yang mendalam. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Jajartunggal III Surabaya yang
dilaksakan pada tahun ajaran 2019/2020 pada semester ganjil. Subjek dalam penelitian
ini adalah siswa kelas I Sekolah dasar dengan jumlah siswa 31 siswa yang terdiri dari 14
siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan tes hasil belajar, observasi, dan wawancara. Untuk menjawab pertanyaan
penelitian, maka data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Data
yang diperoleh meliputi ketuntasan belajar siswa, aktifitas siswa dalam pembelajaran,
dan keefektifan dalam penggunaan metode pembelajaran probing-prompting.
Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mencapai
ketuntasan klasikal sebesar 83,87 % (ketuntasan terpenuhi), hasil observasi aktivitas
siswa dalam pembelajaran sebesar 90 % (kategori aktif terpenuhi), dan hasil wawancara
guru leluasa dalam mengajar (kategori positif terpenuhi). Berdasarkan hasil tersebut,
maka metode probing-prompting mampu meningkatkan kemampuan melengkapi puisi
siswa sekolah dasar.

Kata Kunci: metode probing-prompting, puisi, sekolah dasar

Probing-Prompting Method in Improving Students’ Ability


to Complete Elementary Students’ Poetry

Abstract
By the 2013 Curriculum content standards, students are expected to complete poetry
based on images. However, in reality in finding ideas that are by the picture he saw to
be poured into poetry, students had difficulty. So far, while learning to write poetry,
students still experience difficulties in imagining, making it difficult to find the right
words to compile a poem. This study aims to determine the increase in the ability to

Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.11 No. 1, Februari 2020


61

complete poetry through the use of the probing prompting method in learning. The type
of research used is descriptive qualitative. Qualitative descriptive research is research
that aims to explain or describe a situation, event, the object that can be explained in
words. Qualitative research methods are used to obtain in-depth data. This research
was conducted at Jajartunggal III Surabaya Elementary School which was conducted in
the 2019/2020 school year in the odd semester. The subjects in this study were grade 1
students of elementary schools with 31 students consisting of 14 female students and 17
male students. The instrument used in this study used tests of learning outcomes,
observation, and interviews. To answer the research questions, the data obtained were
analyzed using descriptive analysis. The data obtained include completeness of student
learning, student activities in learning, and effectiveness in the use of probing-
prompting learning methods. Based on the results of data analysis shows that student
learning outcomes achieve classical completeness of 83.87% (completeness fulfilled),
observations of student activity activities in learning by 90% (active categories are
met), and the results of teacher interviews are free in teaching (positive categories are
met). Based on these results, the probing-prompting method can improve the ability to
complete the poetry of elementary school students.

Keywords: probing-prompting method, poetry, elementary school

1. PENDAHULUAN bernalar, serta kemampuan memperluas


Bahasa merupakan alat wawasan.
komunikasi. Melalui bahasa manusia Pembelajaran bahasa Indonesia
dapat saling berkomunikasi, saling mencakup aspek mendengarkan
berbagi pengalaman, saling belajar dari (menyimak), berbicara, membaca, dan
yang lain, dan saling meningkatkan menulis. Keempat aspek tersebut harus
kemampuan intelektual. Bahasa dilaksanakan secara terpadu dan
merupakan syarat mutlak bagi anak mendapat porsi yang seimbang.Menulis
untuk aktif belajar. Untuk mengetahui sebagaimana berbicara, merupakan
dan memahami apa yang dipelajari, keterampilan produktif dan ekspresif
seorang siswa terutama harus mengerti Pembelajaran bahasa Indonesia
bahasa yang digunakan, sehingga mencakup komponen berbahasa dan
dengan mengerti bahasa yang kemampuan bersastra. Kemampuan
digunakan dalam buku-buku, maka berbahasa memiliki 4 (empat)
memudahkan baginya untuk aktif komponen, yaitu keterampilan
belajar. Mata Pelajaran Bahasa dan menyimak (listening skill),
Sastra Indonesia adalah program untuk keterampilan membaca (reading skill),
mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbicara (speaking skill),
keterampilan berbahasa, dan sikap dan keterampilan menulis (writing
positif terhadap bahasa Indonesia. skill). Untuk menumbuhkan semangat
Selain itu, pembelajaran bahasa peserta didik dalam bersastra dengan
Indonesia juga diarahkan untuk baik, pendidik dapat memberikan
meningkatkan kemampuan siswa dalam rangsangan (apersepsi) yang menarik
berkomunikasi dengan bahasa Indonesia sehingga dapat memotivasi peserta
baik secara lisan maupun tertulis, didik untuk menggali dan
meningkatkan kemampuan berpikir dan mengembangkan kemampuan dirinya
dalam mengasah keterampilan bersastra.

Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.11 No. 1, Februari 2020


62

Dalam kehidupan sehari-hari menulis diajarkan dengan tujuan agar siswa


mempunyai fungsi utama yaitu sebagai mempunyai kemampuan dalam
alat komunikasi tidak langsung, oleh menuangkan ide, gagasan, pikiran,
karena itu dalam menulis yang paling pengalaman, dan pendapatnya dengan
penting adalah dapat menyampaikan benar. Begitu juga dalam keterampilan
pesan kepada pembaca sehingga siswa menulis puisi ataupun melengkapi
pembaca memahami maksud yang puisi, siswa dituntut untuk dapat
dituangkan dalam tulisan. Kemampuan menuangkan ide, gagasan, pikiran,
menulis merupakan salah satu pengalaman, atau pendapatnya kedalam
kemampuan dasar yang sangat bentuk puisi.
diperlukan baik di sekolah maupun Dalam pembelajaran Bahasa
dalam kehidupan sehari-hari. Di sekolah Indonesia kelas I sesuai dengan standar
diperlukan dalam kegiatan mencatat, isi Kurikulum 2013 siswa diharapkan
menyalin, dan menyusun/membuat dapat melengkapi puisi berdasarkan
karya tulis pada semua mata pelajaran gambar. Namun, pada kenyataannya
mulai di tingkat pendidikan dasar dalam menemukan ide yang sesuai
sampai dengan pendidikan tinggi, dengan gambar yang dilihatnya untuk
sedangkan dalam kegiatan sehari-hari dituangkan ke dalam bentuk puisi siswa
kemampuan menulis diperlukan dalam mengalami kesulitan. Berdasarkan
kegiatan tulis menulis (berbahasa tulis) wawancara yang penulis lakukan
pada semua bidang kehidupan, misalnya bersama guru kelas I SDN Jajartunggal
digunakan dalam transaksi jual beli III Surabaya, diperoleh hasil bahwa
(menulis nota belanja), membuat surat, selama ini disaat pembelajaran menulis
atau yang lainnya. Kegiatan menulis puisi siswa masih mengalami kesulitan
dapat bermanfaat bagi seseorang untuk yaitu dalam berimajinasi sehingga sulit
mengungkapkan gagasan agar dibaca dalam menemukan kata-kata yang tepat
dan dipahami oleh pembaca. Dengan untuk disusun menjadi sebuah puisi.
menulis, seseorang mampu Pembelajaran melengkapi puisi di
mengungkapkan gagasan secara Sekolah Dasar merupakan pembelajaran
sistematis, jelas, logis, serta mampu yang berkenaan dengan menulis puisi
berkomunikasi sesuai dengan konteks yaitu dengan cara melengkapi baris
(Oktaria et al., 2017). Keterampilan puisi dengan kata-katanya sendiri
menulis sebagai sarana sehingga menjadi bait puisi, selain itu
mengekspresikan ide gagasan dalam siswa juga harus bisa
bentuk tulisan. Isi tulisan yang dibuat mempresentasikannya, dua hal yang
siswa tentu sangat beragam sesuai tidak terpisahkan karena orientasi dari
dengan isi materi yang dipelajarinya pembelajaran adalah kompetensi
(Susilo & Ramdiati, 2019). Selanjutnya berpuisi. Dengan kata lain pembelajaran
(Meilasari et al., 2018) menambahkan melengkapi puisi adalah pembelajaran
Keterampilan menulis merupakan salah yang penekanannya yaitu pada aspek
satu keterampilan berbahasa yang cukup kinerja atau praktik langsung membuat
sulit. Keterampilan menulis perlu puisi. Dalam pembelajaran ini, siswa
dikembangkan dalam dunia pendidikan kelas III Sekolah Dasar tidak perlu
untuk melatih siswa berpikir kritis penekanan secara teori tentang istilah-
dalam menanggapi sesuatu, karena itu istilah dalam berpuisi akan tetapi yang
untuk dapat menguasai keterampilan lebih penting adalah bagaimana praktek
menulis maka harus terus berlatih dan membuat dan mempresentasikan puisi,
berlatih. Sehingga keterampilan menulis yang materinya sesuai dengan

Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.11 No. 1, Februari 2020


63

kehidupan siswa sehari-hari, dengan yang didasari oleh pikiran dalam


menggunakan pembendaharaan kata perasaan/jiwa penyair/penulis puisi
yang luas, susunan kata-kalimat yang sebagai suatu karya sastra, demikian
logis, gaya bahasa yang tepat, dan juga dalam melengkapi puisi kegiatan
memuat unsur esensial puisi yaitu rima, yang dilakukan yaitu meneruskan atau
ritme, diksi, larik, amanat, irama, dan melengkapi puisi yang sudah ada
tipografi. Puisi adalah ragam karya dengan ungkapan jiwa penulis
sastra yang menggunakan bahasa atau berdasarkan ilustrasi yang ada.
peristiwa kebahasaan sebagai Dengan adanya permasalahan
mediumnya sebagai usaha untuk tersebut, penulis berupaya untuk
mengekspresikan kepribadian mengatasinya yaitu mengubah strategi
pengarang yang mungkin berisikan pembelajaran yang biasanya dipakai,
pesan atau gambaran suasana tertentu, yaitu strategi pembelajaran langsung
baik fisk maupun batin (Citraningrum, diubah menjadi strategi pembelajaran
2016). Selanjutnya (Fadhillah, 2019) kontekstual dengan metode probing-
menambahkan bahwa keterampilan prompting. Metode pembelajaran
menulis bagi siswa merupakan Probing Prompting Learning (PPL)
keterampilan yang paling sulit. Mereka dapat meningkatkan tanggung jawab
harus mampu menyusun kata-kata ke pada siswa tentang hal-hal yang
dalam sebuah puisi. Banyak siswa yang dipelajari dengan cara yang
sangat kesulitan menulis sebuah puisi menyenangkan (Dewi & Kocimaheni,
daripada menulis sebuah karangan. 2019). Probing prompting question
Keterampilan menulis puisi perlu adalah pertanyaan yang diajukan untuk
ditanamkan kepada siswa sejak dini, mengarahkan siswa ke pemahaman
sehingga mereka mempunyai konsep dan pertanyaan yang diajukan
kemampuan untuk mengapresiasikan untuk pendalaman konsep dalam
puisi dengan baik. Mengapresiasikan memecahkan suatu permasalahan
sebuah puisi bukan hanya ditujukan (Firdaus, 2019). Sedangkan (Kariani et
untuk penghayatan dan pemahaman al., 2014) menambahkan menurut arti
puisi, melainkan berpengaruh katanya, Probing adalah penyelidikan
mempertajam terhadap kepekaan dan pemeriksaan sedangkan Prompting
perasaan, penalaran, serta kepekaan berarti mendorong atau menuntun.
anak terhadap masalah kemanusiaan Pembelajaran dengan menggunakan
(Rahmadani et al., 2015). Pada dasarnya metode Probing-Prompting berkaitan
menulis puisi merupakan suatu kegiatan erat dengan pertanyaan. Seingga jika
yang mencerminkan keadaan dikaitkan dengan pembelajaran
masyarakat, artinya menulis puisi tidak melengkapi puisi tersebut, guru
bertolak dari kekosongan, tetapi selalu memberi pertanyaan-pertanyaan kepada
berangkat dari kenyataan. Kemampuan siswa untuk memancing daya imajinasi
menulis puisi merupakan kemampuan siswa.
mewujudkan gagasan yang dilakukan Metode probing promting erat
secara tertulis dengan bahasa yang kaitannya dengan keterampilan
padat dan ekspresif (Ika & Riana, bertanya. Keterampilan bertanya harus
2016). Berdasarkan kedua pendapat dikuasai oleh guru sehingga saat
tersebut, penulis menyimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar di kelas,
menulis puisi merupakan kegiatan pertanyaan diberikan kepada siswa
melukis atau mencerminkan suatu memiliki makna yang mudah dipahami
obyek yang nyata dalam bentuk teks oleh siswa. Keterampilan bertanya

Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.11 No. 1, Februari 2020


64

terdiri dari keterampilan bertanya dasar supaya siswa terlibat


aktif dalam proses
dan keterampilan bertanya lanjut. Hal pembelajaran. Dalam
ini akan dijeliskan legih lanjut pada penyebaran pertanyaan
table dibawah ini. tersebut antara siswa
satu dengan yang
lainnya mendapatkan
Tabel 1. Keterampilan bertanya dasar pertanyaan yang
Keterampilan berbeda.
No Deskripsi
Bertanya 6 Pemberian Pemberian waktu
1 Pengungkapan Pertanyaan guru harus Waktu berpikir berguna bagi
Pertanyaan diungkapkan secara Berpikir siswa dalam
Secara Jelas jelas dan singkat, menemukan dan
dan Singkat sehingga dapat menyusun jawaban.
dipahami siswa. Selain Sesudah mengajukan
itu susunan kata-kata satu pertanyaan ke
dalam pertanyaan perlu seluruh siswa, guru
disesuaikan dengan perlu memberikan
usia dan tingkat waktu beberapa detik
perkembangan siswa. untuk berpikir sebelum
2 Pemberian Sebelum mengajukan menunjuk salah
Acuan pertanyaan, guru seorang siswa untuk
memberi acuan berupa menjawabnya.
pertanyaan yang berisi 7 Pemberian Dalam memberi
informasi yang relevan Tuntunan tuntunan (prompting)
dengan jawaban yang ada tiga cara yang
diharapkan. Pemberian dapat dipakai guru,
acuan tersebut yaitu: (a)
memungkinkan siswa mengungkapkan sekali
memakai serta lagi pertanyaan itu
mengolah informasi itu dengan cara lain yang
untuk menemukan lebih sederhana dan
jawaban pertanyaan dengan susunan kata
dan menolong siswa yang lebih mudah
tetap mengarahkan dipahami siswa; (b)
pikirannya pada topik mengajukan
yang sedang pertanyaan lain yang
dibicarakan. Pemberian lebih sederhana yang
acuan ini dapat jawabannya dapat
diberikan pada dipakai menuntun
permulaan pelajaran siswa menemukan
atau saat pelajaran jawaban pertanyaan
berlangsung. semula; dan (c)
3 Pemusatan Dalam memberi mengulangi
pertanyaan, pertama- penjelasan-penjelasan
tama gunakan sebelumnya yang
pertanyaan yang berhubungan dengan
berfokus luas pertanyaan itu.
kemudian diikuti
pertanyaan yang lebih
khusus, yang berfokus
Tabel 2. keterampilan bertanya lanjut
sempit. Keterampilan
No Deskripsi
4 Pemindahan Ajukan pertanyaan Bertanya
Giliran kepada seluruh siswa 1 Pengubahan Pertanyaan-
dalam kelas kemudian Tuntutan pertanyaan disusun
pilih beberapa siswa Tingkat dengan
untuk menjawab Kognitif dalam memperhatikan
dengan menyebutkan Menjawab taksonomi Bloom
nama mereka secara Pertanyaan yang terdiri dari
bergilir. ingatan, pemahaman,
5 Penyebaran Pengajuan pertanyaan penerapan, analisis,
dilakukan secara acak sintesa, dan evaluasi.
dan merata kepada 2 Pengaturan Pertanyaan yang
siswa dimaksudkan Urutan diajukan kepada siswa
Pertanyaan untuk

Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.11 No. 1, Februari 2020


65

mengembangkan didiskusikan agar


tingkat kognitif diatur siswa dapat
urutannya dari yang mempelajari
sifatnya lebih rendah bagaimana cara
ke tingkat yang lebih memberi komentar
tinggi dan kompleks. yang wajar terhadap
3 Penggunaan Jika jawaban yang pertanyaan temannya.
Pertanyaan diberikan siswa
Pelacak dinilai oleh guru
benar, tetapi masih Pada penelitian ini juga
dapat ditingkatkan mengacu pada penelitian-penelitian
menjadi lebih sebelumnya. Penelitian-penelitian
sempurna maka guru
dapat mengajukan tersebut antara lain (1) pada tahun 2016
pertanyaan- penelitian Taufik Nur Rahmadi dengan
pertanyaan pelacak judul Pengaruh Penerapan Metode
kepada siswa tersebut.
Ada tujuh teknik Probing-Prompting pada Pembelajaran
pertanyaan pelacak IPA SMP Kelas VII Terhadap
yang dapat digunakan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
guru, di antaranya
yaitu; a) Klarifikasi, dengan hasil terdapat perbedaan
b) Meminta siswa kemampuan berpikir kritis antara kelas
memberi alasan, c) VII yang menggunakan metode
Meminta kesepakatan
pandangan, d) probing-promptingvdan kelas VII yang
Meminta ketepatan menggunakan metode direct instruction
jawaban, e) Meminta pada pembelajaran IPA di SMP N 4
jawaban yang lebih
relevan, f) Meminta Wonosari semester genap tahun
contoh, dan g) pelajaran 2015/2016 dengan nilai
Meminta jawaban (thitung = 3,018 > ttabel = 2,007) pada
yang lebih kompleks
4 Peningkatan Hindarkan peran guru taraf signifikansi 5%.; dan 2) besarnya
Terjadinya sebagai penanya pengaruh dari penerapan metode
Interaksi sentral dengan cara pembelajaran probing prompting
mengurangi atau
mengilangkan terhadap kemampuan berpikir kritis
peranan tersebut, agar siswa kelas VII SMP Negeri 4
siswa lebih terlibat Wonosari semester genap tahun
secara pribadi dan
lebih bertanggung pelajaran 2015/2016 adalah 62,61% dari
jawab atas kemajuan pengambilan data menggunakan
dan hasil diskusi. instrumen tes dan 69,72%
Cara tersebut dapat
dilakukan dengan cara menggunakan instrument nontes; (2)
guru mencegah pada tahun 2015 penelitian Ani Royani
pertanyaannya dengan judul Penerapan Metode
dijawab oleh seorang
siswa, tetapi siswa Probing Prompting nntuk Meningkatkan
diberi kesempatan Motivasi Belajar Siswa Bidang Studi
untuk mendiskusikan IPS Kelas VII SMP Negeri 3 Palimanan
dengan temannya.
Selain itu dapat Cirebon dengan hasil Penggunaan
dilakukan dengan cara metode pembelajaran Probing
jika siswa Prompting dalam pembelajaran IPS
mengajukan
pertanyaan, guru tidak (Ekonomi) dapat diterapkan dengan
segera menjawab baik pada siswa kelas VII E SMP
pertanyaan tersebut, Negeri 3 Palimanan Cirebon. Hal ini
melainkan
melontarkan kembali dapat dilihat dari hasil observasi guru
pertanyaan tersebut dan aktivitas siswa. Pada siklus I hasil
kepada siswa untuk observasi aktivitas siswa sebesar 57.5 %

Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.11 No. 1, Februari 2020


66

sedangkan kinerja guru sebesar 65 % Learning dalam Pembelajaran Menulis


dan ketuntasan belajar klasikal sebesar Argumentasi dengan hasil kemampuan
27.77 %. Pada siklus II observasi menulis argumentasi kelas eksperimen
aktivitas siswa sebesar 80 % sedangkan sebelum mengikuti pembelajaran
kinerja gurunya sebesar 82.5 % dan menggunakan metode probing
ketuntasan belajar klasikal sebesar prompting learning berada dalam
52.77 % . Adapun pada siklus III kategori kurang. Hal ini terbukti dari
observasi aktivitas siswa sebesar 92.5 % rata – rata nilai pretest menulis
sedangkan kinerja gurunya sebesar 97.5 argumentasi kelas eksperimen adalah
% dan ketuntasan belajar klasikalnya 65,65. Kemampuan menulis
sebesar 100 %, dari hasil pengamatan argumentasi kelas eksperimen setelah
peningkatan motivasi belajar siswa mengikuti pembelajaran menggunakan
dapat di simpulkan sebagai berikut. metode probing prompting learning
Pada siklus I siswa yang termotivasi berada dalam kategori yang lebih baik.
dalam belajar pada pokok bahasan Hal ini terbukti dari rata – rata nilai
kegiatan pokok ekonomi sebanyak 10 postes menulis argumentasi kelas
siswa dengan nilai ketuntasan eksperimen adalah 76,4. Perubahan
belajarnya sebesar 27.77 %. Pada siklus nilai rata – rata tersebut menjadi bukti
II siswa yang termotivasi dalam belajar adanya pengaruh metode pembelajaran
dalam pokok bahasan kegiatan pokok probing prompting learning terhadap
ekonomi sebanyak 19 siswa dengan kemampuan siswa dalam menulis
nilai ketuntasan belajarnya sebesar argumentasi. Rata – rata kemampuan
52.77%. Kemudian pada siklus III siswa menulis argumentasi kelas kontrol
yang termotivasi dalam belajar dalam sebelum mendapatkan perlakukan
pokok bahasan kegiatan pokok ekonomi pembelajaran oleh guru yang lain
sebanyak 36 siswa dengan nilai adalah 66,06. Sedangkan sesudah
ketuntasan belajarnya sebesar 100% mendapatkan perlakuaan pembelajaran
tuntas. Sesuai dengan KKM yaitu 75. yang dilakukan guru Bahasa Indonesia
Semua siswa sudah mencapai KKM yang lain dengan tidak menggunakan
maka oleh karena itu 100% ini termasuk metode pembelajaran probing
kategori sangat baik, peningkatan hasil prompting learning adalah 72,9.
belajar siswa pada materi kegiatan Terdapat perbedaan yang signifikan
pokok ekonomi setelah menggunakan antara kemampuan menulis argumentasi
metode Probing Prompting sebagai peserta didik di kelas eksperimen
berikut. Pada siklus I hasil belajar siswa yangmendapatkan perlakuan
pada setiap akhir siklus nilai rata-rata pembelajaran dengan menggunakan
siswa sebesar 67.22 kemudian pada metode probing prompting learning
siklus II hasil belajar dengan nilai dengan kemampuan menulis
ratarata siswa sebesar 73.33 dan pada argumentasi peserta didik kelas kontrol
siklus III hasil belajar siswa nilai rata- yang mendapatkan perlakukan
ratanya sebesar 83.75 dengan kategori pembelajaran dengan metode
sangat baik sebab berada pada rentang pembelajaran yang lain. Berdasarkan
81%-100. Hal ini menunjukan bahwa perhitungan uji t, diperoleh thitung
dalam masingmasing siklus ini terlihat sebesar 2,59 sedangkan ttabel (α 0,05)
adanya suatu peningkatan karena sudah diperoleh sebesar 2,03. Maka dapat kita
mencapai KKM; (3) penelitian Fajar ketahui ttabel < thitung > ttabel yaitu
Gumelar pada tahun 2016 dengan judul 2,03 < 2,59 >2,03 sehingga H1
Efektivitas Metode Probing Prompting diterima. Oleh karena itu dapat

Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.11 No. 1, Februari 2020


67

disimpulkan H1 diterima sedangkan H0 SD Negeri 21 Pemecutan Denpasar


ditolak, artinya terdapat perbedaan yang Utara Tahun Ajaran 2013/2014.
signifikan antara kemampuan menulis
argumentasi peserta didik kelas 2. METODE
eksperimen dengan peserta didik kelas Jenis penelitian yang digunakan
kontrol. Hal tersebut menandakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian
bahwa penggunaan metode probing deskriptif kualitatif merupakan
prompting learning pada pembelajaran penelitian yang bertujuan untuk
menulis argumentasi lebih dapat menjelaskan atau mendeskripsikan
meningkatkan kemampuan menulis suatu keadaan, peristiwa, objek yang
argumentasi peserta didik dibanding bisa dijelaskan dengan kata-kata.
dengan metode pembelajaran yang telah Metode penelitian kualitatif digunakan
digunakan guru bahasa Indonesia yang untuk mendapatkan data yang
lain saat pembelajaran argumentasi; (4) mendalam, suatu data yang
penelitian Kariani dkk pada tahun 2014 mengandung makna. Makna adalah data
dengan judul Model Problem Based yang sebenarnya, data yang pasti yang
Learning Menggunakan Metode merupakan suatu nilai di balik data
Probing - Prompting Berpengaruh yang tampak.
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Penelitian ini dilaksanakan di
dengan hasil analisis uji hipotesis SDN Jajartunggal III Surabaya yang
menggunakan uji t diperoleh thitung > dilaksakan pada tahun ajaran 2019/2020
ttabel pada taraf signifikansi 5% (α pada semester ganjil. Subjek dalam
=0,05) dengan dk = 78 yaitu thitung = penelitian ini adalah siswa kelas I
4,83 > ttabel = 2,00. Selain itu, Sekolah dasar dengan jumlah siswa 31
berdasarkan hasil penelitian serta siswa yang terdiri dari 14 siswa
analisis yang telah dilakukan perempuan dan 17 siswa laki-laki.
menunjukkan pula bahwa ratarata nilai Instrumen yang digunakan dalam
pada kelompok eksperimen lebih besar penelitian ini menggunakan tes hasil
dibandingkan dengan rata-rata nilai belajar, observasi, dan wawancara.
pada kelompok kontrol yaitu= 80,34 > Lembar tes hsil belajar digunakan untuk
= 71,17. Hal ini menunjukkan bahwa mengetahui ketuntasan belajar siswa,
hipotesis alternative (Ha) diterima yang lemba observasi digunakan untuk
berarti terdapat perbedaan yang mengetahui aktifitas siswa, dan
signifikan hasil belajar IPA antara siswa instrument wawancara digunakan untuk
yang dibelajarkan melalui penerapan mengetahui efektifitas metode probing
model Problem Based Learning promting yang dilakukan dalam
menggunakan metode Probing pembelajaran
Prompting dengan yang dibelajarkan Untuk menjawab pertanyaan
melalui pembelajaran konvensional penelitian, maka data yang diperoleh
pada siswa kelas V SD Negeri 21 dianalisis menggunakan analisis
Pemecutan Tahun Ajaran 2013/2014. deskriptif. Data yang diperoleh meliputi
Berdasarkan perbedaan nilai rata-rata ketuntasan belajar siswa, aktifitas siswa
kedua kelompok dan hasil uji hipotesis, dalam pembelajaran, dan keefektifan
maka dapat disimpulkan bahwa dalam penggunaan metode pembelajaran
penerapan model Problem Based probing-prompting. Data-data tersebut
Learning menggunakan metode dijabarkan dalam uraian berikut ini: (1)
Probing-Prompting berpengaruh Analisis data hasil belajar siswa dilihat
terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V dari ketuntasan hasil belajar siswa

Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.11 No. 1, Februari 2020


68

selama mengikuti pembelajaran menulis 26 PAS 100 Tuntas


27 RW 100 Tuntas
puisi yaitu pada nilai akhir dalam tes 28 RD 80 Tuntas
individu. Siswa akan dinyatakan lulus 29 SZM. 100 Tuntas
apabila siswa mendapatkan nilai lebih 30 VBP 100 Tuntas
31 ZA 100 Tuntas
dari atau sama dengan 75 dari nilai
standart sempurna yaitu 100, dan suatu
Dari data di atas maka
kelas dinyatakan tuntas dalam belajar
perhitungan untuk mengetahui siswa
apabila terdapat lebih dari atau sama
yang tuntas secara klasikal pada
dengan 75% siswa mencapai ketuntasan;
pembelajaran materi melengkapi puisi
(2) untuk menganalisis data hasil
sebagai berikut:
pengamatan aktivitas siswa dalam setiap
Ketuntasan Klasikal =
aspek selama proses pembelajaran
digunakan rumus presentase (%)= f/N x
100 %, adapun rumus untuk menghitung Ketuntasan Klasikal =
presentase rata-rata adalah NR =
%
(∑X)/(∑N); (3) untuk mengetahui
keefektifan dalam penggunaan metode Sedangkan siswa yang tidak tuntas
pembelajaran probing-prompting maka secara klasikal dapat dihitung
digunakan bentuk wawancara secara menggunakan cara sebagai berikut:
langsung kepada guru. 100 % - 83,87 % = 16,13 %
Sehingga dapat digambarkan dengan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN diagram 1
Berikut ini akan dibahas tentang Tidak
data hasil belajar siswa dalam Tuntas;
16,13
pembelajaran materi melengkapi puisi.
Data tersebut disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Data Hasil Belajar Siswa Tuntas;


83,87
dalam Pembelajaran Sekolah dasar
No Inisial Nama Siswa Nilai Keterangan
1 AM. 80 Tuntas
2 AD 80 Tuntas
Diagram 1. Data Hasil Belajar Siswa
3 AN 70 Tidak Tuntas dalam Pembelajaran Sekolah dasar
4 AR 50 Tidak Tuntas
5 ADR. 100 Tuntas
6 APP. 100 Tuntas
Berdasarkan penelitian yang
7 ASY 80 Tuntas dilakukan di kelas I SDN Jajartunggal III
8 AMP 50 Tidak Tuntas Surabaya dengan menggunakan
9 ADA 70 Tidak Tuntas
10 AGA 100 Tuntas
kurikulum 2013, siswa dikatakan tuntas
11 ABJ 90 Tuntas belajar secara individu apabila skor yang
12 CN 100 Tuntas diperoleh minimal atau ≥75 sedangkan
13 DF 80 Tuntas
14 FMP 90 Tuntas
siswa dianggap tuntas belajar secara
15 FAV 70 Tidak Tuntas klasikal apabila skor yang diperoleh 70%
16 IRP 90 Tuntas dari jumlah siswa. Dari data yang
17 KQ 90 Tuntas
18 MA 90 Tuntas
disajikan pada tabel 1 dan diagram 1
19 MAM 80 Tuntas terdapat 26 siswa yang tuntas belajar
20 MBF 80 Tuntas dengan presentase secara klasikal 83,87
21 MAR 90 Tuntas
22 MOT 80 Tuntas
% sedangkan siswa yang tidak tuntas
23 NNI 100 Tuntas belajar sebanyak 5 siswa dengan
24 NF 100 Tuntas presentase secara klasikal 16,13 %.
25 ODF 100 Tuntas

Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.11 No. 1, Februari 2020


69

Dengan demikian penelitian dikatakan Aspek Belajar Siswa (Aspek Jumlah


No (%)
Keaktifan) Siswa
berhasil apabila mencapai ketuntasan 1. Melakukan pengamatan atau 31 100 %
belajar ≥75 sehingga dapat dikatakan melengkapi teks puisi
dengan baik
bahwa metode probing-prompting 2. Membaca dengan aktif (misal 29 93,5 %
mampu meningkatkan kemampuan dengan pensil/bulpoin di
tangan untuk menggaris
melengkapi puisi dengan memeroleh bawahi atau membuat catatan
presentase tinggi. kecil atau tanda-tanda tertentu
pada buku)
Berikut ini akan dibahas tentang 3. Mendengarkan dengan aktif 28 90,3 %
data aktivitas siswa dalam pembelajaran (menunjukkan respon, misal
tersenyum atau tertawa saat
materi melengkapi puisi. Data tersebut mendengar hal-hal lucu yang
disajikan dalam tabel berikut: disampaikan, terkagum-kagum
bila mendengar sesuatu yang
menakjubkan, dsb)
Tabel 3. Data Aktivitas Siswa dalam Presentase Nilai Rata-Rata 94,6 %
Aspek Belajar Siswa (Aspek Jumlah
Pembelajaran Sekolah dasar No (%)
Partisipasi) Siswa
Aspek Belajar Siswa (Aspek Jumlah 1. Berlatih (misalnya mencobakan 28 90,3 %
No (%)
Perhatian) Siswa sendiri konsep-konsep misal
1. Memperhatikan penjelasan / berlatih dengan soal-soal)
30 96,7
mendengarkan guru
2. Tidak mengganggu teman / 2. Mampu menjelaskan dan 26 83,9 %
Tidak berbicara ketika guru 29 93,5 mengemukakan pendapat
menjelaskan 3. Berdiskusi 27 87,1 %
3. Fokus pada diskusi kelompok 25 80,6 Presentase Nilai Rata-Rata 87,1 %
Presentase Nilai Rata-Rata 90.3

pertama jumlah siswa yang


Aspek Belajar Siswa (Aspek Jumlah memperhatikam penjelasan /
No (%)
Pemahaman) Siswa
1. Mengomentari dan 28 90,3 % mendengarkan guru adalah 30 siswa dari
menyimpulkan proses seluruh siswa kelas 1D dengan
pembelajaran
2. Memperbaiki kesalahan atau 29 93,5 % presentase sebesar 96,7 %. Aktivitas
kekurangan dalam proses belajar yang kedua jumlah siswa yang
pembelajaran
3. Menyimpulkan materi 25 80,6 % tidak mengganggu teman / tidak
pembelajaran dengan kata- berbicara ketika guru menjelaskan
katanya sendiri
Presentase Nilai Rata-Rata 88.1 % adalah 29 siswa dari seluruh siswa kelas
Total Rata-Rata 4 Aspek Belajar Siswa 90 % 1D dengan presentase sebesar 93,5 %.
Aktivitas belajar yang ketiga jumlah
Dalam pengamatan aktivitas siswa yang fokus pada diskusi kelompok
siswa dalam pembelajaran, peneliti adalah 25 siswa dari seluruh siswa kelas
membawa absensi dan pedoman 1D dengan presentase sebesar 80,6 %.
pengamatan. Peneliti akan mengamati Pada aspek keaktifan presentase
aktivitas sesuai dengan pedoman nilai rata-rata yang diperoleh adalah 94,6
pengamatan dengan mencatat jumlah %. Dengan rincian aktivitas belajar yang
siswa yang disesuaikan dengan setiap pertama jumlah siswa yang melakukan
aktivitas yang terdapat pada pedoman pengamatan atau melengkapi teks puisi
pengamatan. Terdapat empat aspek dengan baik adalah 31 siswa dari seluruh
belajar siswa dan di setiap aspek siswa kelas 1D dengan presentase
tersebut terbagi menjadi beberapa sebesar 100 %. Aktivitas belajar yang
aktivitas siswa. Keempat aspek belajar kedua jumlah siswa yang membaca
siswa tersebut adalah: dengan aktif adalah 29 siswa dari
Pada aspek perhatian presentase seluruh siswa kelas 1D dengan
nilai rata-rata yang diperoleh adalah 90,3 presentase sebesar 93,5 %. Aktivitas
%. Dengan rincian aktivitas belajar yang belajar yang ketiga jumlah siswa yang

Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.11 No. 1, Februari 2020


70

mendengarkan dengan aktif adalah 28 90 % ≤ NR ≤ 100 % = Sangat Baik


siswa dari seluruh siswa kelas 1D 80 % ≤ NR ≤ 90 % = Baik
dengan presentase sebesar 90,3 %. 70 % ≤ NR ≤ 80 % = Cukup
Pada aspek partisipasi presentase 60 % ≤ NR ≤ 70 % = Kurang
nilai rata-rata yang diperoleh adalah 87,1 0 % ≤ NR ≤ 60 % = Sangat Kurang
%. Dengan rincian aktivitas belajar yang Pada data menunjukkan bahwa
pertama jumlah siswa yang berlatih nilai rata-rata yang diperoleh dari empat
(misalnya mencobakan sendiri konsep- aspek aktivitas siswa kelas 1D SDN
konsep misal berlatih dengan soal-soal) Jajartunggal III Surabaya adalah 90 %.
adalah 28 siswa dari seluruh siswa kelas Berdasarkan taraf keberhasilan tindakan
1D dengan presentase sebesar 90,3 %. di atas, maka taraf keberhasilan
Aktivitas belajar yang kedua jumlah aktivitas siswa dalam kategori Sangat
siswa yang mampu menjelaskan dan Baik.
mengemukakan pendapat adalah 26 Peneliti melakukan wawancara
siswa dari seluruh siswa kelas 1D dengan guru ketika selesai pembelajaran
dengan presentase sebesar 83,9 %. di kelas. Peneliti mewawancarai guru di
Aktivitas belajar yang ketiga jumlah ruang kelas ID. Peneliti mewawancarai
siswa yang berdiskusi adalah 27 siswa guru sesuai dengan pedoman wawancara
dari seluruh siswa kelas 1D dengan yang sudah disusun sebelumnya yaitu
presentase sebesar 87,1 %. berkaitan dengan lama mengajar di SDN
Pada aspek partisipasi presentase Jajartunggal III Surabaya, lama mengajar
nilai rata-rata yang diperoleh adalah 88,1 dikelas 1D, jumlah peserta didik kelas
%. Dengan rincian aktivitas belajar yang 1D, metode pembelajaran yang sering
pertama jumlah siswa yang digunakan pada pembelajaran
mengomentari dan menyimpulkan proses melengkapi puisi, respon siswa terhadap
pembelajaran adalah 28 siswa dari pembelajaran, apakah dalam proses
seluruh siswa kelas 1D dengan pembelajaran pernah menggunakan
presentase sebesar 90,3 %. Aktivitas metode probing prompting, bagaimana
belajar yang kedua jumlah siswa yang hasil belajar siswa antara tidak
mampu memperbaiki kesalahan atau menggunakan metode probing
kekurangan dalam proses pembelajaran prompting dan menggunakan metode
adalah 29 siswa dari seluruh siswa kelas probing prompting, apakah guru merasa
1D dengan presentase sebesar 93,5 %. leluasa dalam mengajar dengan
Aktivitas belajar yang ketiga jumlah menggunakan metode probing
siswa yang menyimpulkan materi prompting, bagaimana kesan guru
pembelajaran dengan kata-katanya setelah menerapkan metode probing
sendiri adalah 25 siswa dari seluruh prompting pada pembelajaran, apakah
siswa kelas 1D dengan presentase ada kesulitan pada saat menjelaskan
sebesar 80,6 %. materi, bagaimana aktivitas siswa selama
pembelajaran dengan menggunakan
Nilai Rata-Rata = metode probing prompting. Dari
pertanyaan-pertanyaan di atas, dapat
= disimpulkan bahwa guru menerapkan
metode probing prompting sesuai materi
= pembelajaran yang akan disampaikan.
= 90 % Aktifitas guru dalam pembelajaran
Adapun kriteria taraf keberhasilan sangat leluasa ketika menggunakan
tindakan yaitu : media ular tangga. Respon siswa ketika

Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.11 No. 1, Februari 2020


71

guru menerapkan media pembelajaran, 4 metode Biasanya


siswa lebih memperhatikan pelajaran, pembelajaran metode
lebih berkonsentrasi, menyukainya dan yang sering langsung,
senang. Ketika siswa senang dalam digunakan pada metode
mengikuti pembelajaran maka siswa pembelajaran penugasan
memahami penjelasan yang telah melengkapi puisi
disampaikan oleh guru. Hasil belajar ?
siswa terdapat peningkatan yaitu pada
saat tidak menggunakan metode probing 5 Bagaimana Memerhatik
prompting masih banyak siswa yang respon siswa an
nilainya dibawah 75, sedangkan pada terhadap pembelajara
saat menggunakan metode probing pembelajaran ? n, tetapi
prompting siswa yang mendapat nilai 75 terkdang
meningkat, namun ada beberapa siswa juga kurang
yang slow learning jadi memerlukan memerhatik
bantuan dan bimbingan dari guru. an jika
Berikut ini akan dibahas tentang siswa sudah
mengetahui keefektifan dalam bosan
penggunaan metode pembelajaran
probing-prompting 6 apakah dalam Belum
proses pernah
IDENTITAS NARASUMBER pembelajaran
Nama : Rizky Widyaningrum pernah
Jenis Kelamin : Perempuan menggunakan
Umur : 28 Tahun metode probing
Agama : Islam prompting?
Pendidikan : S1 PGSD UNESA
Jabatan : Guru Kelas ID 7 Apakah dengan Sangat
metode probing leluasa
Tabel 5. Hasil wawancara dengan guru prompting, ibu sekali
NO PERTANYAAN JAWABAN merasa leluasa
1 Berapa lama ibu 3 tahun dalam mengajar?
mengajar di SDN
Jajartunggal III 8 Bagaimana kesan Tertarik,
Surabaya ? anda setelah tetapi saya
menerapkan kira siswa
2 Berapa lama ibu 6 bulan metode probing bermain ular
mengajar dikelas prompting? tangganya
2-A? itu
mengukur
3 Berapa jumlah 31 siswa , panjang
peserta didik siswa jarak antara
yang belajar perempuan satu kotak
dikelas ibu saat 14 orang ke kotak
ini? dan siswa lain,
laki-laki 17 ternyata
orang enggak di
setiap kotak

Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.11 No. 1, Februari 2020


72

terdapat judul Pengaruh Penerapan Metode


soalnya Probing-Prompting pada Pembelajaran
masing- IPA SMP Kelas VII Terhadap
masing, jadi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
ya kreatif dengan hasil terdapat perbedaan
sih kemampuan berpikir kritis antara kelas
VII yang menggunakan metode
9 Apakah ada Belum ada probing-promptingvdan kelas VII yang
kesulitan pada menggunakan metode direct instruction
saat menjelaskan pada pembelajaran IPA di SMP N 4
materi saat Wonosari semester genap tahun
menggunakan pelajaran 2015/2016 dengan nilai
metode probing (thitung = 3,018 > ttabel = 2,007) pada
prompting? taraf signifikansi 5%.; dan 2) besarnya
pengaruh dari penerapan metode
10 Apa saran ibu Semoga pembelajaran probing prompting
untuk siswa-siswi lebih terhadap kemampuan berpikir kritis
kelas 1D ini? ditingkatkan siswa kelas VII SMP Negeri 4
dalam hal Wonosari semester genap tahun
ketertiban, pelajaran 2015/2016 adalah 62,61% dari
lebih pengambilan data menggunakan
antusias lagi instrumen tes dan 69,72%
dalam menggunakan instrument nontes; (2)
pembelajara pada tahun 2015 penelitian Ani Royani
n, semoga dengan judul Penerapan Metode
lebih pintar Probing Prompting nntuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Berdasarkan hasil wawancara Bidang Studi IPS Kelas VII SMP
dengan guru diatas dapat disimpulkan Negeri 3 Palimanan Cirebon dengan
bahwa guru sangat leluasa mengajar dan hasil Penggunaan metode pembelajaran
siswa pun senang dengan metode Probing Prompting dalam pembelajaran
probing prompting dalam melengkapi IPS (Ekonomi) dapat diterapkan dengan
puisi siswa kelas I SDN Jajartunggal III baik pada siswa kelas VII E SMP
Surabaya. Negeri 3 Palimanan Cirebon. Hal ini
Berdasarkan hasil analisa data dapat dilihat dari hasil observasi guru
diatas menunjukkan bahwa (1) hasil dan aktivitas siswa. Pada siklus I hasil
belajar siswa mencapai ketuntasan observasi aktivitas siswa sebesar 57.5 %
klasikal sebesar 83,87 % (ketuntasan sedangkan kinerja guru sebesar 65 %
terpenuhi); (2) hasil observasi aktivitas dan ketuntasan belajar klasikal sebesar
siswa dalam pembelajaran sebesar 90 % 27.77 %. Pada siklus II observasi
(kategori aktif terpenuhi); dan (3) hasil aktivitas siswa sebesar 80 % sedangkan
wawancara guru leluasa dalam kinerja gurunya sebesar 82.5 % dan
mengajar (kategori positif terpenuhi). ketuntasan belajar klasikal sebesar
Pada penelitian ini juga 52.77 % . Adapun pada siklus III
mengacu pada penelitian-penelitian observasi aktivitas siswa sebesar 92.5 %
sebelumnya. Penelitian-penelitian sedangkan kinerja gurunya sebesar 97.5
tersebut antara lain (1) pada tahun 2016 % dan ketuntasan belajar klasikalnya
penelitian Taufik Nur Rahmadi dengan sebesar 100 %, dari hasil pengamatan

Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.11 No. 1, Februari 2020


73

peningkatan motivasi belajar siswa mengikuti pembelajaran menggunakan


dapat di simpulkan sebagai berikut. metode probing prompting learning
Pada siklus I siswa yang termotivasi berada dalam kategori yang lebih baik.
dalam belajar pada pokok bahasan Hal ini terbukti dari rata – rata nilai
kegiatan pokok ekonomi sebanyak 10 postes menulis argumentasi kelas
siswa dengan nilai ketuntasan eksperimen adalah 76,4. Perubahan
belajarnya sebesar 27.77 %. Pada siklus nilai rata – rata tersebut menjadi bukti
II siswa yang termotivasi dalam belajar adanya pengaruh metode pembelajaran
dalam pokok bahasan kegiatan pokok probing prompting learning terhadap
ekonomi sebanyak 19 siswa dengan kemampuan siswa dalam menulis
nilai ketuntasan belajarnya sebesar argumentasi. Rata – rata kemampuan
52.77%. Kemudian pada siklus III siswa menulis argumentasi kelas kontrol
yang termotivasi dalam belajar dalam sebelum mendapatkan perlakukan
pokok bahasan kegiatan pokok ekonomi pembelajaran oleh guru yang lain
sebanyak 36 siswa dengan nilai adalah 66,06. Sedangkan sesudah
ketuntasan belajarnya sebesar 100% mendapatkan perlakuaan pembelajaran
tuntas. Sesuai dengan KKM yaitu 75. yang dilakukan guru Bahasa Indonesia
Semua siswa sudah mencapai KKM yang lain dengan tidak menggunakan
maka oleh karena itu 100% ini termasuk metode pembelajaran probing
kategori sangat baik, peningkatan hasil prompting learning adalah 72,9.
belajar siswa pada materi kegiatan Terdapat perbedaan yang signifikan
pokok ekonomi setelah menggunakan antara kemampuan menulis argumentasi
metode Probing Prompting sebagai peserta didik di kelas eksperimen
berikut. Pada siklus I hasil belajar siswa yangmendapatkan perlakuan
pada setiap akhir siklus nilai rata-rata pembelajaran dengan menggunakan
siswa sebesar 67.22 kemudian pada metode probing prompting learning
siklus II hasil belajar dengan nilai dengan kemampuan menulis
ratarata siswa sebesar 73.33 dan pada argumentasi peserta didik kelas kontrol
siklus III hasil belajar siswa nilai rata- yang mendapatkan perlakukan
ratanya sebesar 83.75 dengan kategori pembelajaran dengan metode
sangat baik sebab berada pada rentang pembelajaran yang lain. Berdasarkan
81%-100. Hal ini menunjukan bahwa perhitungan uji t, diperoleh thitung
dalam masingmasing siklus ini terlihat sebesar 2,59 sedangkan ttabel (α 0,05)
adanya suatu peningkatan karena sudah diperoleh sebesar 2,03. Maka dapat kita
mencapai KKM; (3) penelitian Fajar ketahui ttabel < thitung > ttabel yaitu 2,03 <
Gumelar pada tahun 2016 dengan judul 2,59 >2,03 sehingga H1 diterima. Oleh
Efektivitas Metode Probing Prompting karena itu dapat disimpulkan H1
Learning dalam Pembelajaran Menulis diterima sedangkan H0 ditolak, artinya
Argumentasi dengan hasil kemampuan terdapat perbedaan yang signifikan
menulis argumentasi kelas eksperimen antara kemampuan menulis argumentasi
sebelum mengikuti pembelajaran peserta didik kelas eksperimen dengan
menggunakan metode probing peserta didik kelas kontrol. Hal tersebut
prompting learning berada dalam menandakan bahwa penggunaan metode
kategori kurang. Hal ini terbukti dari probing prompting learning pada
rata – rata nilai pretest menulis pembelajaran menulis argumentasi lebih
argumentasi kelas eksperimen adalah dapat meningkatkan kemampuan
65,65. Kemampuan menulis menulis argumentasi peserta didik
argumentasi kelas eksperimen setelah dibanding dengan metode pembelajaran

Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.11 No. 1, Februari 2020


74

yang telah digunakan guru bahasa Surabaya. Metode probing-prompting


Indonesia yang lain saat pembelajaran dalam kemampuan melengkapi puisi
argumentasi; (4) penelitian Kariani dkk siswa sekolah dasar, diharapkan dapat
pada tahun 2014 dengan judul Model menjadi pertimbangan bagi guru kelas I
Problem Based Learning Menggunakan untuk mengembangkan pembelajaran
Metode Probing - Prompting dengan implementasi metode probing-
Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar prompting pada mata pelajaran lain yang
IPA Siswa dengan hasil analisis uji sesuai. Kepada pihak sekolah untuk
hipotesis menggunakan uji t diperoleh memfasilitasi metode probing-prompting
thitung > ttabel pada taraf signifikansi agar guru dapat memilih metode
5% (α =0,05) dengan dk = 78 yaitu pembelajaran yang sesuai dengan
thitung = 4,83 > ttabel = 2,00. Selain pembelajaran yang diajarkannya
itu, berdasarkan hasil penelitian serta sehingga siswa lebih aktif dalam
analisis yang telah dilakukan mengikuti pembelajaran yang
menunjukkan pula bahwa ratarata nilai disampaikan oleh guru. Sedangkan bagi
pada kelompok eksperimen lebih besar penelitian selanjutnya, penelitian ini
dibandingkan dengan rata-rata nilai dapat digunakan sebagai bahan rujukan
pada kelompok kontrol yaitu= 80,34 > untuk melakukan penelitian tentang
= 71,17. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran khususnya metode
hipotesis alternative (Ha) diterima yang probing-prompting.
berarti terdapat perbedaan yang
signifikan hasil belajar IPA antara siswa REFERENCES
yang dibelajarkan melalui penerapan Citraningrum, D. M. (2016). Menulis
model Problem Based Learning Puisi Dengan Teknik Pembelajaran
menggunakan metode Yang Kreatif. Jurnal Umum
ProbingPrompting dengan yang Jember, 1(1), 82.
dibelajarkan melalui pembelajaran http://jurnal.unmuhjember.ac.id/in
konvensional pada siswa kelas V SD dex.php/BB/article/view/75/55
Negeri 21 Pemecutan Tahun Ajaran
2013/2014. Berdasarkan perbedaan nilai Dewi, O., & Kocimaheni, A. A. (2019).
rata-rata kedua kelompok dan hasil uji Pengaruh Penggunaan Metode
hipotesis, maka dapat disimpulkan Pembelajaran Probing Prompting
bahwa penerapan model Problem Based Learning (PPL) Terhadap
Learning menggunakan metode Kemampuan Membaca Kosakata
Probing-Prompting berpengaruh Bahasa Jepang Siswa Kelas XI
terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V IPA 1 SMAN 1 Papar Kediri
SD Negeri 21 Pemecutan Denpasar Tahun Ajaran 2018/2019. HIKARI,
Utara Tahun Ajaran 2013/2014. 3(2), 1–9.
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id
4. KESIMPULAN /index.php/kejepangan-
Berdasarkan hasil penelitian pada unesa/article/view/30569/27855
bagian sebelumnya, metode probing-
prompting mampu meningkatkan Fadhillah, D. (2019). Pengaruh Metode
kemampuan melengkapi puisi siswa Tebak Kata terhadap Keterampilan
sekolah dasar. Hal ini didukung oleh Menulis Puisi Siswa Kelas IV
data hasil belajar, pengamatan atau SDN Taman Cibodas Kota
observasi, dan data hasil wawancara Tangerang. Silampari Bisa: Jurnal
siswa kelas 1D SDN Jajartunggal III Penelitian Pendidikan Bahasa

Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.11 No. 1, Februari 2020


75

Indonesia, Daerah, Dan Asing, ndex.php/parole/article/view/972


2(1), 118–128.
https://doi.org/10.31540/silamparib Oktaria, D., Andayani, & Saddhono, K.
isa.v2i1.332 (2017). Penguasaan Kalimat
Efektif sebagai Kunci Peningkatan
Firdaus, E. F. (2019). Pengaruh Keterampilan Menulis Eksposisi
Keaktifan Siswa dalam (The Mastery of Effective
Pembelajaran Metode Probing Sentences as the Key to Improve
Prompting terhadap Kemampuan Exposition Writing Skill).
Pemecahan Masalah Matematis Metalingua, 15(2), 165--177.
Materi Logika. JES-MAT, 5(2),
137–144. Rahmadani, P., Kaswari, & Rosnita.
https://www.journal.uniku.ac.id/in (2015). Penggunaan Metode
dex.php/JESMath/article/view/192 Latihan (Drill) untuk
5/1487 Meningkatkan Kemampuan
Menulis Puisi Siswa Kelas III C.
Ika, M., & Riana, D. L. (2016). Jurnal Pendidikan Dan
Hubungan Minat Baca dan Pembelajaran Khatulistiwa, 4(9).
Kebiasaan Membaca Karya Sastra http://jurnal.untan.ac.id/index.php/j
Terhadap Kemampuan Menulis pdpb/article/view/11431/10829
Puisi. Jurnal Semantik STKIP
Siliwangi, 5(2), 15–31. Susilo, S. V., & Ramdiati, T. (2019).
https://doi.org/10.22460/semantik. Penerapan Model Multiliterasi
5.2. untuk Meningkatkan Keterampilan
Menulis Karangan Persuasi pada
Kariani, N. K., Kt, D. B., Semara, N., & Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Ardana, I. K. (2014). Model di Sekolah Dasar. Jurnal
Problem Based Learning Cakrawala Pendas, 5(1), 24–31.
Menggunakan Metode Probing - http://www.jurnal.unma.ac.id/inde
Promting Berpengaruh terhadap x.php/CP/article/view/1199/1127
Hasil Belajar IPA Siswa Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar ,
FIP Universitas Pendidikan
Ganesha. Jurnal Mimbar PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha,
2(1).
https://ejournal.undiksha.ac.id/inde
x.php/JJPGSD/article/view/3098

Meilasari, N. R., Junianto, & Mustika, I.


(2018). Efektivitas Penggunaan
Metode Image Streaming dalam
Pembelajaran Menulis Cerita
Pendek pada Siswa Kelas XI SMA
Darul Falah Cihampelas. Parole
Jurnal Pendidikan Bahasa Dan
Sastra Indonesia, 1(5), 707–712.
https://journal.ikipsiliwangi.ac.id/i

Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.11 No. 1, Februari 2020

Anda mungkin juga menyukai