Anda di halaman 1dari 8

Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara

teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara umum, zat cair membentuk
kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal
tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur kristal
yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga
menghasilkan padatan polikristalin atau polimorf (Chairunnisa,2017)

Chairunnisa dan Yoga, 2017, Karakterisasi Kristal Bahan Padat Aktif Farmasi, Jurnal Farmaka
Suplemen Vol 14 No 1.

Kristalisasi dikatagorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien. Pada umumnya
tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk pemisahan dan pemurnian. Adapun sasaran dari
proses kristalisasi adalah menghasilkan produk kristal yang mempunyai kualitas seperti
yang diinginkan. Kualitas kristal antara lain dapat ditentukan dari tiga parameter berikut
yaitu : distribusi ukuran kristal (Crystal Size Distribution, CSD), kemurnian kristal (Crystal
purity) dan bentuk Kristal. Pada proses kristalisasi, suatu kristal dapat diperoleh dari lelehan
(Melt crystallization) atau larutan (Crystallization from solution). Dari kedua proses ini yang
paling banyak dijumpai di industri adalah kristalisasi dari suatu larutan (Setyopratomo, 2003).
Jenis pelarut berperan penting pada proses kristalisasi karena pelarutan merupakan faktor
penting pada proses kristalisasi (Maulin, 2001)

Setyopratomo., P. dkk, 2003,studi eksperimental pemurnian garam NaCl dengan cara


rekristalisasi,Jurnal unitas, Vol 11, No 2.

Maulin.,Z,2001, Crytalization 4 ed,Butterworth-Heinemann:Oxford.

Kristal dapat terbentuk karena suatu larutan dalam keadaan atau kondisi lewat jenuh
(supersaturated). Kondisi tersebut terjadinya karena pelarut sudah tidak mampu melarutkan zat
terlarutnya, atau jumlah zat terlarut sudah melebihi kapasitas pelarut. Sehingga dapat memaksa
agar kristal dapat terbentuk dengan cara mengurangi jumlah pelarutnya, sehingga kondisi lewat
jenuh dapat dicapai. Proses pengurangan pelarut dapat dilakukan dengan empat cara yaitu,
penguapan, pendinginan, penambahan senyawa lain dan reaksi kimia. (zulfikar, 2011)

Zulfikar, 2011. Kristalisasi Pemisahan Kimia dan Analisis. Jakarta: Kimia Kesehatan.

Pengotor yang ada pada kristal dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu pengotor yang terdapat pada
permukaan kristal dan pengotor yang terdapat di dalam kristal. Pengotor yang terdapat pada
permukaan kristal berasal dari larutan induk yang terbawa pada permukaan kristal pada saat proses
pemisahan padatan dari larutan induknya (retentionliquid). Pengotor pada permukaan kristal ini
dapat dipisahkan hanya dengan pencucian. Cairan yang digunakan untuk mencuci harus mempunyai
sifat dapat melarutkan pengotor tetapi tidak melarutkan padatan kristal. Pengotor yang berada di
dalam kristal tidak dapat dihilangkan hanya dengan cara pencucian. Cara yang dapat digunakan
untuk menghilangkan pengotor yang ada di dalam kristal yaitu dengan cara rekristalisasi (Puguh,
2003).
Puguh. Dkk, (2003). Studi Eksperimental Pemurnian Garam NaCl dengan CaraRekristalisasi.
Universitas Surabaya

Pemisahan dengan teknik kristalisasi didasari atas pelepasan pelarut dari zat terlarutnya dalam
sebuah campuran homogeen atau larutan, sehingga terbentuk kristal dari zat terlarutnya. Proses ini
adalah salah satu teknik pemisahab padat-cair yang sangat penting dalam industry, karena dapat
menghasilkan kemurnian produk hingga 100 %. (zulfikar, 2011)

Zulfikar, 2011. Kristalisasi Pemisahan Kimia dan Analisis. Jakarta: Kimia Kesehatan.

Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan, dimana zat-zat
tersebut atau zat-zat padat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali.
Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala suhu diperbesar. Karena
konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka
konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi
akan mengendap (Arsyad, 2001)

Arsyad, M. Natsir, 2001, Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah, Gramedia, Jakarta.

Rekristalisasi merupakan teknik pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya yang
dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut (solven)
yang cocok atau sesuai. Suatu pelarut dapat dikatakan cocok atau pelarut yang baik dalam proses
kristalisasi yaitu pelarut yang dapat memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat
yang dimurnikan dengan zat pengotor dan mudah dipisahkan dari kristalnya. Prinsip dasar
rekristalisasi yaitu perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat
pencampur atau pengotornya. Larutan yang terbentuk dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan
zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya (mencapai kondidi supersaturasi atau
larutan lewat jenuh) (Agustina, 2018).

Agustina, dkk, (2018). Rekristalisasi Garam Rakyat dari Daerah Demak untuk Mencapai SNI Garam
Industri.Jurnal Teknologi Kimia Dan Industri. Vol. 2, No.4.Universitas Diponegoro. Semarang.

Menurut Horizon (2003), secara umum tahap-tahap rekristalisasi adalah :

1. Pemilihan pelarut

Pelarut yang terbaik adalah pelarut dimana senyawa yang dimurnikan hanya larut sedikit pada suhu
kamar tetapi sangat larut pada suhu yang lebih tinggi, misal pada titik didih pelarut itu. Pelarut harus
melarutkan secara mudah zat-zat pengotor dan mudah menguap, sehingga dapat dipisahkan secara
mudah dari materi yang dimurnikan. Titik didih pelarut harus lebih rendah dari titik leleh padatan
untuk mencegah pembentukan minyak.

2. Kelarutan senyawa padat dalam pelarut panas

Padatan yang akan dimurnikan dilarutkan dalam sejumlah minimum pelarut panas. Pada titik
didihnya, sedikit pelarut ditambahkan sampai terlihat bahwa tidak ada tambahan materi yang
terlarut kagi. Hindari penambahan berlebih.

3. Penyaringan larutan
Larutan jenuh yang telah dipanaskan selanjutnya disaring menggunakan kertas saring yang
ditempatkan dalam suatu corong.

4. Kristalisasi

Filtrat hasil penyaringan selanjutnya dibiarkan kering. Zat padat murni akan memisah sebagai kristal.
Kristalisasi sempurna jika kristal yang terbentuk banyak. Larutan harus dalam keadaan jenuh karena
jika larutan telah mencapai derajat saturasinya, maka di dalam zat padat akan terbentuk zat padat
kristal. Apabila kristalisasi tidak terbentuk selama pendinginan filtrat dalam waktu cukup lama maka
larutan harus dibuat lewat jenuh.

5. Pemisahan dan pengeringan kristal

Kristal dipisahkan dari larutan induk dengan penyaringan. Penyaringan umumnya dilakukan dibawah
tekanan menggunakan corong Buchner. Kristal yang telah tersaring dicuci dengan pelarut dingin
murni untuk menghilangkan kotoran yang menempel. Kristal kemudian dikeringkan dengan
menekan kertas saring atau dioven.

Horizon. 2003. Analisa Kuaitatif. Jakarta: Erlangga.

Sublimasi merupakan cara yang digunakan untuk pemurnian senyawa – senyawa organic yang
berbentuk padatan. pemanasan yang dilakukan tehadap senyawa organic akan menyebabkan
terjadinya perubahan sebagai berikut: apabila zat tersebut pada suhu kamar berada dalam keadaan
padat, pada tekanan tertentu zat tersebut akan meleleh kemudian mendidih. Disini terjadi
perubahan fase dari padat ke cair lalu kefase gas. Apabila zat tersebut pada suhu kamar berada
dalam keadaan cair. Pada tekanan dan temperature tertentu (pada titik didihnya) akan berubah
menjadi fase gas. Apabila zat tersebut pada suhu kamar berada dalam keadaan padat, pada tekanan
dan temperature tertentu akan lansung berubah menjadi fase gas tanpa melalui fase cair terlebih
dahulu. Zat padat sebagai hasil reaksi biasanya bercampur dengan zat padat lain. Oleh karena itu,
untuk mendapatkan zat-zat padat yang kita inginkan perlu dimurnikan terlebih dahulu. Prinsip
proses ini adalah perbedaan kelarutan zat pengotornya. (Underwood,2002:169).

Undewood. 2002. Analisa Kualitatif Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Titik didih pelarut tidak melebihi titik leleh zat padat yang akan direkristalisasi.Cara rekristalisasi yang
dilakukan ditentukan oleh jenis pengotor yang akan dibuang atau di pisahkan (Harizon.2003;18)

Horizon. 2003. Analisa Kualitatif. Jakarta: Erlangga.

Titik leleh suatu zat adalah temperature pada fase padat dan cair ada dalam kesetimbangan. Jika
kesetimbangan semacam ini diganggu dengan menambahkan atau menarik energy panas,
sistemakan berubah bentuk lebih banyak zat cair atau lebih banyak zat padat. Namun temperature
akan tetap pada titik leleh selama fase itu masih ada perubahan dari cair menjadi padat disebut
pembekuan dan proses kebalikannya disebut pelelehan atau peleburan. Titik leleh suatu padatan
sama dengan titik beku suatu cairan (Chang, 2004:391)

Senyawa organik padat yang diisolasi dari reaksi organik jarang didapatkan dalam bentuk murni.
Senyawa tersebut biasanya terkontaminasi dengan sedikit pengotor atau senyawa lain (impuritis)
yang dihasilkan selama reaksi berlangsung. Pemurnian senyawa organik dapat dilakukan dengan
rekristalisasi yang didasarkan pada perbedaan kelarutannya dalam pelarut tertentu atau campuran
pelarut (Sulistyaningsih, 2010).

Sulistyaningsih, Triastuti.Dkk, (2010). Pemurnian Garam Dapur Melalui Metode Kristalisasi Air Tua
dengan Bahan Pengikat Pengotor Na2C2O4-NaHCO3 dan Na2C2O4-Na2CO3.Vol.8, No.1
Universitas Negri Semarang

Pemanasan yang dilakukan tehadap senyawa organik akan menyebabkan terjadinya perubahan. Zat
padat sebagai hasil reaksi biasanya bercampur dengan zat padat lain. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan zat-zat padat yang kita inginkan, perlu dimurnikan terlebih dahulu. Prinsip proses ini
adalah perbedaan kelarutan zat pengotornya. Rekristalisai dapat dilakukan dengan cara melarutkan
cuplikan kedalam pelarut yang sesuai (Underwood, 2002)

Undewood. 2002. Analisa Kualitatif Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Macam-macam pemurnian zat padat :

a. Filtrasi

Biasanya filtrasi alami yang digunakan, misalnya sampel yang akan disaring dituang kecorong yang
didasarnya ditaruh kertas saring. Fraksi cairan melewati kertas saring dan padatan tinggal diatas
kertas saring. Bila sampel cairan terlalu kental, filtrasi dilakukan dengan penghisapan. Digunakan alat
khusus untuk mempercepat filtrasi dengan menvakumkan penampung filtrat yang digunakan.
Filtrasi dengan penghisapan tidk cocok bila cairannya adalah pelarut organic mudh menguap. Dalam
kasus ini, tekanan perharus diberikan pada permukaan cairan atau larutan.

b. Rekristalisasi

Metode ini cukup sederhana, material padatan ini terlarut dalam pelarut yang cocok pada suhu
tinggi (pada atau dekat dengan titik didih pelarutnya) untuk mendapatkan larutan jenuh atau dekat
jenuh. Ketika larutan panas perlahan didinginkan, Kristal akan mengendap karna kelarutan padatan
biasanya menurun bila suhu diturunkan. Diharapkan pengotor tidak akan mengkristal karena
konsentrasinya dalam larutan tidak terlalu tinggi untuk mencapai jenuh.

Saran untuk membantu rekristalisasi :

• Kelarutan material yang akan dimurnikan harus memiliki ketergantungan yang besar pada
suhu.

• Kristal tidak harus dari larutan jenuh dengan pendinginan karena mungkin terbentuk super
jenuh.

• Untuk mencegah reaksi kimia antara pelarut dan zat terlarut, penggunaan pelarut polar
lebih disarankan. Namun, pelarut nonpolar cenderung merupakan larutan yang buruk untuk
senyawa polar. Kita harus hati-hati bila menggunakan pelarut polar.

• Pelarut dengan titik didih rendah umumnya lebih diinginkan. Namun, sekali lagi pelarut
dengan titik didih lebih rendah biasanya nonpolar. (Tekeuchi, 2006)

Takeuchi, Yashito. 2006. Buku Teks Pengantar Kimia Terjemahan. Tokyo: Iwanami Shouken.
c. Ekstraksi

Ekstraksi mempunyai peranan yang penting dalam laboratorium dan teknik. Di dalam laboratorium
ekstraksi pelarut digunakan untuk mengambil zat-zat terlarut dalam air dengan menggunakan
pelarut organic yang tidak bercampur dengan fase air seperti : eter, kloroform, dan benzene.
Ekstraksi pelarut juga digunakan untuk memekatkan suatu spesi yang dalam larutan air terlalu encer
untuk dianalisa. Dalam industri, umumnya ekstraksi pelarut digunakan dalam analisis untuk
memurnikan zat-zat dari pengotor yang tidak diinginkan dalam hasil. Berdasarkan bentuk campuran
yang diekstraksi, salah satu contoh ekstraksi adalah Ekstraksi padat-cair, zat yang diekstraksikan
terdapat didalam campuran yang berbentuk padatan (Yazid, 2005)

Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisik untuk Paramedis. Yogyakarta: Penerbit Andi.

d. Dekantasi (pengendapan).

Salah satu jenis reaksi umumnya berlangsung dalam larutan berair adalah reaksi pengendapan yang
cirinya adalah terbentuknya produk yang tidak larut, atau endapan. Endapan adalah padatan tak
larut yang terpisah dari larutan. Rekasi pengendapan biasanya melibatkan senyawa-senyawa ionik.

Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan, dimana zat-zat
tersebut atau zat-zat padat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali.
Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala suhu diperbesar. Karena
konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka
konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi
akan mengendap (Arsyad, 2001)

Arsyad, M. Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta: Gramedia

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan kristal :

• Derajat lewat jenuh.

• Jumlah inti yang ada, atau luas permukaan total dari kristal yang ada.

• Pergerakan antara larutan dan kristal.

• Viskositas larutan.

• Jenis serta banyaknya pengotor. (Handojo, 1995)

Handojo, Lienda, Dr. Ir, 1995. Teknologi Kimia. Jakarta: PT Pradya Paramita

Sublimasi merupakan cara yang digunakan untuk pemurnian senyawa – senyawa organic yang
berbentuk padatan. Pemanasan yang dilakukan tehadap senyawa organic akan menyebabkan
terjadinya perubahan sebagai berikut: apabila zat tersebut pada suhu kamar berada dalam keadaan
padat, pada tekanan tertentu zat tersebut akan meleleh kemudian mendidih. Disini terjadi
perubahan fase dari padat ke cair lalu kefase gas. Apabila zat tersebut pada suhu kamar berada
dalam keadaan cair. Pada tekanan dan temperature tertentu (pada titik didihnya) akan berubah
menjadi fase gas. Apabila zat tersebut pada suhu kamar berada dalam keadaan padat, pada tekanan
dan temperature tertentu akan lansung berubah menjadi fase gas tanpa melalui fase cair terlebih
dahulu. Zat padat sebagai hasil reaksi biasanya bercampur dengan zat padat lain. Oleh karena itu,
untuk mendapatkan zat-zat padat yang kita inginkan, perlu dimurnikan terlebih dahulu. Prinsip
proses ini adalah perbedaan kelarutan zat pengotornya. Rekristalisai dapat dilakukan dengan cara
melarutkan cuplikan kedalam pelarut yang sesuai (Underwood, 2002)

Undewood. 2002. Analisa Kualitatif Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Sublimasi merupakan suatu proses penguapan zat padat menjadi gas karena
pemanasan,yang akan terkondensasi jika di dinginkan. Sublimasi dapat terjadi pada tekanan
atmosfir,sedangkan untuk zat yang mempunyai titik didih rendah maka di gunakan vakum
untuk menurunkan tekanan (Rahman, 2007).

Rahman.,J,2007,Kimia Organik, Jakarta: Erlangga.

Sublimasi adalah proses perubahan fasa dari padat menjadi fase gas. proses perubahan fase ini
terjadi ketika suhu di bawah titik triple dan tekanan parsial uap lebih rendah dari tekanan saturasi.
Dari perspektif modeling, sublimasi dan penguapan merupakan cara alami untuk mendapatkan
formulasi eksplisit untuk tingkat sublimasi (Reitzle dkk, 2019). Rendemen merupakan suatu nilai
penting dalam pembuatan produk. Rendemen adalah perbandingan berat kering produk yang
dihasilkan dengan berat bahan baku. Rendemen ekstrak dihitung berdasarkan perbandingan berat
akhir (berat ekstrak yang dihasilkan) dengan berat awal (berat biomassa sel yang digunakan)
dikalikan 100% (Dewitasari, 2017).

Dewitasari, W. F., Leni R., Ismi R. 2018. Rendamen dan Skrining Fitokimia Pada Ekstrak Daun
Sanseviera Sp. Jurnal Penelitian Pertanian Te Reitzle, M., S. Ruberto., R. Stierle., J. Gross., T.

Janzen. dan B. Weigand. Direct Numerical Simulation of Sublimating Ice Particles. Journal of
Thermal Science.rapan.

Termometer adalah Sebuah alat sederhana yang digunakan untuk mengukur suatu zat. Cara
mengukur suhu suatu zat dengan cara mencelupkan bagian dari tabung yang berisi dengan cairan
pada daerah panas yang berbentuk fluida. Suhu panas yang mengenai tabung akan membuat cairan
pada dasar pipa kapiler memuai. Prinsip dari pemuaian ini selanjutnya dijadikan sebagai indikator
dari pertambahan suhu (Ahmad Dahlan, 2016).

Dahlan, Ahmad. 2016. Thermometer. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Termometer adalah alat untuk mengukur panas atau suhu. Pada umumnya, termometer terbuat dari
tabung kaca yang diisi zat cair termometrik. Termometer berasal dari bahasa Latin thermo, yang
artinya panas, dan meter, yang artinya untuk mengukur. Zat cair termometrik adalah zat cair yang
mudah mengalami perubahan fisis jika dipanaskan atau didinginkan, misalnya air raksa dan alkohol
(Giancoli, 2001).

Giancoli, Douglas C.2001. FisikaJilid 1 Edisikelima. Jakarta: Gramedia

Kalibrasi atau peneraan termometer adalah penetapan tanda-tanda untuk pembagian skala
termometer. Pembuatan skala pada termometer menggunakan dua titik tetap, yaitu titik tetap atas
dan titik tetap bawah. Suhu pada titik tetap atas didefinisikan sebagai suhu air dan uap yang berada
dalam keadaan setimbang pada tekanan 1 atm. Sedangkan titik tetap bawah adalah suhu
percampuran es dengan air dalam keadaan setimbang dengan udara jenuh pada tekanan 1 atm.
Pada skala celcius, kedua titik ini diberi angka 0 untuk titik tetap bawah dan angka 100 untuk titik
tetap atas (Zahra, 2014).

Zahra, Fatma. 2014. Peneraan termometer. Padang: Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan
Perintis.

Suhu adalah besaran yang menunjukkan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda . Alat
untuk mengukur suhu dinamakan termometer. Adapun jenis-jenis termometer menurut
Abdullah(2016) adalah sebagai berikut :

 Termometer Air Raksa

Termometer air raksa adalah termometer baku yang digunakan dalam percobaan ini dan
sudah dikalibrasi sehingga sudah terbukti keakuaratannya. Cara kerjanya adalah sebuah tabung
kaca dimana terdapat alkohol dan cairan raksa pada bagian tengah tabung. Ketika suhu meningkat
alkohol atau air raksa yang berada di dalam wadah akan memuai sehingga panjang kolom
alkohol atau air raksa akan bertambah. Sebaliknya, ketika suhu menurun, panjang kolom atau air
raksa akan berkurang.

Keuntungan termometer air raksa adalah :

A. Raksa mudah dilihat karena mengkilap.

B.Volume raksa berubah secara teratur ketika terjadi perubahan suhu.

C. Raksa tidak membasahi kaca ketika memuai atau menyusut.

Sedangkan kerugian dari termometer air raksa adalah

A. Raksa mahal

B. Raksa tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu yang sangat rendah.

C. Raksa termaksuk zat yang berbahaya sehingga termometer raksa berbahaya jika
tabungnya pecah

 Termometer Alkohol

Termometer alkohol digunakan untuk mengukur suhu yang sangat rendah karena titik beku
alkohol yang sangat rendah. Titik beku alkohol lebih rendah dibandingkan titik beku air raksa.
Keuntungan termometer alkohol adalah:

A. Alkohol lebih murah dibandingkan air raksa

B. Alkohol teliti, karena untuk kenaikan suhu yang kecil alkohol mengalami perubahan volume
yang besar

C. Alkohol dapat mengukur suhuyang sangat dingin.

Kerugian termometer alkohol adalah


A. Alkohol memiliki titk didih rendah

B. Alkohol tidak berwarna sehingga sulit dilihat

C. Alkohol membasahi pada dinding kaca

 Termometer Inframerah

Desain utama terdiri dari lensa pemfokus energi inframerah pada defector yang mengubah
energi menjadi sinyal menjadi bisa ditunjukkan menjadi unit temperatur setelah disesuaikan
dengan variasi temperature lingkungan.

 Temometer Termokopel

Termometer ini paling cocok digunakan untuk mengukur lentang suhu yang luas, hingga
1800 K. Sebaliknya kurang cocok untuk pengukuran dimana perbedaan suhu yang kecil harus
diukur dengan akurasi tingkat tinggi.

 Termometer Klinis

Termometer jenis ini biasa digunakan untuk mengukur suhu badan manusia biasa digunakan oleh
dokter dan perawat untuk mengukur suhu tubuh pasien.

 Termometer dinding

Umumnya termometer dinding dipasang tegak di dinding suatu anggan digunakan untuk
mengukur suhu ruangan Konversi Suhu. Pada teori sebelumnya, telah dijelaskan bahwa
termometer menggunakan berbagai skala. Untuk menggubah satu skala kesatuan skala lain,
kita perlu mengetahui cara mengkonversikannya.

Dengan perbandingan antara skala Celcius, Reamur, Fahrenheith dan Kelfin sebagai berikut :

1. Sekala Celcius, memiliki titik lebur 0°C dan titik didih 100°C

2. Sekala Reamur, memiliki titik lebur 0°R dan titik didih 80°K

3. Sekala Fahrenheith, memiliki titik lebur 32°F dan titik didih 212°F

4. Sekala Kelvin, memiliki titik lebur 273°K dan titik didih 373°K

Abdullah Mikrajuddin.2016.Fisika Dasar 1.Surabaya: UNESA

Anda mungkin juga menyukai