Anda di halaman 1dari 6

Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam biji kopi, daun teh, dan

biji coklat.
Alkaloid adalah senyawa yang mengandung atom nitrogen dalam strukturnya dan banyak ditemukan
dalam tanaman. Senyawa alkaloid umumnya memiliki rasa pahit dan seringkali memiliki sifat fisilogis
aktif bagi manusia. Kafein memiliki efek farmakologis yang bermanfaat secara klinis, seperti
menstimulasi susunan syaraf pusat, relaksasi otot polos terutama otot polos bronkus dan stimulasi
otot jantung (Irwandi, 2014: 17).

Irwandi, Dedi.2014. Experiment s of organic chemistry. Jakarta: FITK UIN press.

Kafein adalah stimulan dari sistem saraf pusat dan metabolisme,digunakan secara baik untuk
pengobatan dalam mengurangi keletihan fisikdan juga dapat meningkatkan tingkat kewaspadaan
sehingga rasa ngantuk dapat ditekan. Konsumsi kafein secara rutin dapat menyebabkan
terjadinyatoleransi. Tanda-tanda dan gejala-gejala dari konsumsi kafein secaraberlebihan
antara lain kecemasan, insomnia, wajah memerah, diuresis,gangguan saluran cerna, kejang otot,
takikardia, aritmia, peningkatan energidan agitasi psikomotor. Kafein dapat berinteraksi dengan
siprofloksasindimana mengakibatkan terjadinya penurunan metabolism hepatic kafeinsehingga efek
farmakologi kafein dapat meningkat (Sukandar dkk, 2008).

Sukandar, Elin Yulinah dkk. 2008. Iso Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI

Ekstraksi merupakan proses suatu zat atau beberapa dari suatu padatan atau cairan dengan
bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larutan yang berbeda dari komponen-
komponen tersebut. Ekstraksi biasa digunakan untuk memisahkan dua zat berdasarkan perbedaan
kelarutan. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid,
flavonoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya
belum diketahui (Siregar, 2013).

Siregar, Syofiyan, Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri. 2013.

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam bahan alam baik dari
tumbuhan, hewan dan biota laut dengan pelarut organic tertentu. Proses ekstraksi ini berdasarkan
pada kemampuan pelarut organik untuk menembus dinding sel dan masuk dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dalam pelarut organic dan karena adanya perbedaan
antara konsentrasi di dalam dan konsentrasi diluar sel, mengakibatkan terjadinya difusi pelarut
organik yang mengandung zat aktif keluar sel. Proses ini berlangsung terus menerus sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel (Akhyar, 2010).

Akhyar, (2010), Uji Daya Hambat dan Analisis KLT Bioatografi Ekstrak Akar Daun Bakau
(Rhizophora stylosa griff.) Terhadap vibrio harveyi, Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin, Makasar

Prinsip yang digunakan dalam proses ekstraksi cair-cair adalah pada perbedaan koefisien distribusi
zat terlarut dalma dua larutan yang berbeda fase dan tidak saling bercampur. Bila suatu zat terlarut
terdistribusi antara dua larutan yang saling bercampur, berlaku hukum mengenai konsen zat terlarut
dalam kedua fase pada kesetimbangan. Peristiwa ekstraksi cair-cair atau disebut ekstraksi saja
adalah pemisahan komponen suatu campuran cair dengan mengontakkan pada cairan lain. Sehingga
disebut juga ekstraksi cair atau ekstraksi pelarut (solvent extract). Prinsip kerjanya adalah pemisahan
berdasarkan perbedaan kelarutan (Yazid, 2005).
Yazid, Estien, 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Andi : Yogyakarta.

Pemisahan zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak salingmencampur antara lain
menggunakan corong pisah. Ada suatu jenispemisahan lainnya dimana pada satu fase dapat
berulang-ulang dikontakkandengan fase yang lain, misalnya ekstraksi berulang-ulang suatu
larutandalam pelarut air dan pelarut organik dalam hal ini digunakan suatu alatyaitu ekstraktor
sokshlet. Metode sokshlet ini merupakan metode ekstraksidari padatan dengan pelarut cair secara
continu (Estien, 2005).

Estien Yazid.2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis.Yogyakarta.Hal 181

Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang
pertarna sebagai media pembawa dan masuk ke dalam pelarut kedua sebagai media ekstraksi.
Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak. saling melarut atau hanya dalam
daerah yang sempit. Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi
yang besar haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua
cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes kecil. Tentu saja
pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan terbentuknya emulsi yang
tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisah. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya
penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat
mungkin segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi
menjadi tetes-tetes harus menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan
perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain. Kecepatan
Pembentukan fase homogen ikut menentukan keluaran sebuah ekstraktor cair-cair (Gilis, 2001).

Gillis, Oxtoby, 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Jilid I. Erlangga : Jakarta.

Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tumbuhan maupun hewan lebih mudah tarut dalam
petarut organik. Proses terekstraksinya zat aktif dimulai ketika pelarut organik menembus dinding
sel dan masuk ke dalam rongga set yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut sehingga
terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik di luar sel,
maka larutan terpekat akan berdifusi ke luar sel, dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi
keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel (Tobo F, 2001).

Tobo, F. 2001. Buku Pengangan Laboratorium Fitokimia I. Universitas Hasanuddin : Makassar

Ekstraksi memanfaatkan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat
tercampur. Untuk mengambil zat terlarut dari suatu pelarut ke pelarut lainnya, kesetimbangan
heterogen yang penting melibatkan pembagian suatu spesies antara dua fase pelarut yang tidak
dapat tercampur. Kesetimbangan ini terdapat dalam banyak proses pemisahan dalam penelitian
kimia maupun di industri. (Oxtoby, 2001)

Oxtoby, D. W. 2001. Kimia Modern. Jakarta : Erlangga

Pemilihan metode ekstraksi tergantung bahan yang digunakan. Bahan yang mengandung mucilago
dan bersifat mengembang kuat hanya boleh diekstrak dengan metode maserasi. Sedangkan kulit dan
akar diperkolasi. Untuk bahan yang tahan panas sebaiknya di ekstraksi dengan cara refluks
sedangkan simplisia yang mudah rusak karena pemanasan dapat di ekstraksi dengan metode soxlet
(Agoes, 2009).

Agoes, G. 2009. Teknologi Bahan Alam. Bandung : ITB Press

Teknik ekstraksi, tiga metode dasar pada ektraksi cair adalah : ekstraksi bertahap (batch), ekstraksi
kontinyu, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paing sederhana.
Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengektraksi yang tidak bercampur dengan pelarut
semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi zat yang akan
diekstraksi pada kedua lapisan. Setelah ini tercapai, lapisan didiamkan dan dipisahkan. Metode ini
sering digunakan untuk pemisahan analitik. Kesempurnaan ektraksi akan tergantung pada
banyaknya ektraksi yang dilakukan. Hasil yang baik diperoleh jika jumlah ektraksi yang dilakukan
berulang kali dengan jumlah pelarut sedikit-sedikit. Ektraksi bertahap baik digunakan jika
perbandingan distribusi besar. Alat yang biasa digunakan pada ekstraksi bertahap adalah corong
pemisah (Day, 2002).

Day, R. A. Jr dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta. Hal. 100-101.

Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air
merupakan metode pemisahan yang paling baik dan popular. Alasan utamanya adalah bahwa
peemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Seseorang tidak
memerlukan alat yang khusus atau canggih kecuali corong pisah. Prinsip metode ini didasarkan pada
distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur,
seperti benzene, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat di
transfer pada jumlah yang berbeda dalam keadaan dua fase pelarut. Teknik ini dapat digunakan
untuk kegunaan preparatif, pemurnian, pemisahan serta analisis pada semua skala kerja (Khopkar,
2008).

Khopkar, S.M., 2008. Dasar-Dasar Kimia Analitik. Erlangga : Jakarta

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah menurut Tobo (2001) :

a. Secara panas seperti refluks dan destilasi uap air karena sampel langsung dipanaskan dengan
pelarut; dimana umumnya digunakan untuk sampel yang mempunyai bentuk dan dinding sel yang
tebal.

b. Secara dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan soxhlet. Dimana untuk maserasi dilakukan
dengan cara merendam simplisia, sedangkan soxhlet dengan cara cairam penyari dipanaskan dan
uap cairan penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan turun menyari simplisia.

Tobo, Fachruddin, (2001), "Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia I", Laboratorium Fitokimia
Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.

Ekstraksi padat cair digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat pada padatan menggunakan
pelarut organik. Padatan yang akan di ekstrak dilembutkan terlebih dahulu, dapat dengan cara
ditumbuk atau dapat juga di iris-iris menjadi bagian yang tipis-tipis. Kemudian peralatan ekstraksi
dirangkai dengan menggunakan pendingin air. Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan pelarut
organik sampai semua analit terekstrak ( Khamidinal, 2009)
Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk memperlakukansampel atau clean-up sampel untuk
memisahkan analit-analit dari komponenmatrix yang mungkin menggangu pada saat kuantifikasi
atau deteksi analit.Disamping itu, ekstraksi pelarut juga digunakan untuk memekatkan analit yang
ada didalam sampel dalam jumlah kecil sehingga tidak memungkinkanatau menyulitkan untuk
deteksi dan kuantifikasinya(Rohman, 2009).

Rohman,. A,. 2009. Kromatografi untuk Analisis Obat. Graha Ilmu. Yogyakarta

Pemisahan komponen dengan ekstraksi cair-cair tergantung pada partisi kesetimbangan komponen-
komponen termodinamika antara dua fase cair. Partisi ini dugunakan untuk memilih rasio pelarut
ekstraksi untuk umpan yang masuk proses ekstraksi dan untuk mengevaluasi laju perpindahan massa
atau efisiensi teoritis pada peralatan. Sejak dua fase cair yang bercampur digunakan, kesetimbangan
termodinamika melibatkan larutan non-ideal (Chadijah, 2014).

Chadijah, Sitti, 2014. Pemisahan Kimia.: UIN Press, Makassar.

Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan suatu komponen dari fasa cair kefasa cair lainnya.
Operasi ekstraksi cair-cair terdiri dari beberapa tahap, yaitu :

1. Kontak antara pelarut (solvent) dengan fasa cair yang mengandung zat terlarut (diluent),
kemudian zat terlarut akan berpindah dari fasa diluent kefasa pelarut.

2. Pemisahan fasa yang tidak saling larut yaitu fasa yang banyak mengandung pelarut disebut fasa
ekstrak danfasa yang banyak mengandung pelarut asal disebut fasa rafinat. (Degaleesan, 1976 dalam
Martunus, 2007).

Martunus dan Helwani Z. 2007. Ekstraksi Doiksin dalam Limbah Air Buangan Industri Pulp
dan Kertas dengan Pelarut Toluene. Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 6, No. 1, hal 1-4.

Faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap kadar yang terekstraksi adalah komposisi pelarut.
Semakin tinggi konsentrasi pelarut, maka kadar dalam ekstrak semakin tinggi (Srijanto, 2006).

Srijanto, Bambang dan Imam Paryanto. 2006. Ekstraksi Kurkuminoid dari Temulawak (Curcuma
Xanthorriza Roxb.) Secara Perkolasi dengan Pelarut Etanol. Jakarta : Pusat Teknologi Farmasi dan
Medika.

Titik leleh suatu zat adalah temperature pada fase padat dan cair ada dalam kesetimbangan. Jika
kesetimbangan semacam ini diganggu dengan menambahkan atau menarik energy panas,
sistemakan berubah bentuk lebih banyak zat cair atau lebih banyak zat padat. Namun temperature
akan tetap pada titik leleh selama fase itu masih ada perubahan dari cair menjadi padat disebut
pembekuan dan proses kebalikannya disebut pelelehan atau peleburan. Titik leleh suatu padatan
sama dengan titik beku suatu cairan (Chang, 2004)

Chang, Raymond. 2004. Fisika dasar. Jakarta: Erlangga

Alkaloid adalah basa organik yang mengandung amina sekunder, tersier atau siklik. Diperkirakan ada
5500 alkaloid telah diketahui, dan alkaloid merupakan golongan senyawa metabolit sekunder
terbesar dari tanaman, Tidak ada satupun definisi yang memuaskan tentang alkaloid, tetapi alkaloid
umumnya mencakup senyawasenyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen, biasanya sebagai bagian dari sistem siklik. Secara kimia, alkaloid adalah golongan yang
sangat heterogen berkisar dari senyawa-senyawa yang sederhana seperti coniiene sampai ke
struktur pentasiklik strychnine. Banyak alkaloid adalah terpenoid di alam dan beberapa adalah
steroid. Lainnya adalah senyawa-senyawa aromatik, contohnya colchicine (Utami, 2008).

Utami, Nurul. 2008. Identifikasi Senyawa Alkohol dan Heksana Daun. FMIPA UNILA, Lampung. Hal:
136.

Alkaloid merupakan sekelompok metabolit sekunder alami yang mengandung atom nitrogen yang
aktif secara farmakologi yang berasal dari tanaman, mikroba atau hewan. Dalam kebanyakan
alkaloid, atom nitrogen merupakan bagian dari cincin. Alkaloid secara biosintesis diturunkan dari
asam amino dan ada pula yang bukan turunan asam amino. Sejumlah alkaloida dapat dikembangkan
sebagai obat untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti morfin, reserpin, kaffein, taxol dan
lain-lain. Alkaloid bersifat basa dan dapat membentuk garam dengan asam-asam mineral. Tingkat
kebasaan alkaloid sangat bervariasi tergantung pada struktur molekul dan keberadaan gugus
fungsional. Kebanyakan alkaloid adalah padatan kristal yang memiliki rasa pahit. (Sarker, 2009)

Sarker, S.D dan Nahar, L. 2009. Kimia untuk Mahasiswa Farmasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-analit dalam sampel
terdistribusi antara dua fase yaitu fase diam dan gerak. Fase diam dapat berupa bahan padat dalam
bentuk molekul kecil atau dalam bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung padat atau
dilapiskan pada dinding kolom. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan. Jika gas digunakan sebagai
fase gerak maka prosesnya dikenal sebagai kromatografi gas. Dalam kromatografi cair dan juga
kromatografi lapis tipis, fase gerak yang digunakan selalu cair (Rohman, 2009)

Rohman, Abdul dan Ibnu Gholib G. 2006. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kromatografi merupakan metode analisis campuran atau larutan senyawa kimia dengan absorpsi
memilih pada zat penyerap, zat cair dibiarkan mengalir melalui kolom zat penyerap, misalnya kapur,
alumina dan semacamnya sehingga penyusunnya terpisah menurut bobot molekulnya, mula-mula
memang fraksi-fraksi dicirikan oleh warna-warnanya (Puspasari, 2010).

Puspasari, Dian. 2010. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: Dwi Media Press, hal. 159.

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan komponen menggunakan fasa
diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert. KLT merupakan salah satu jenis kromatografi
analitik. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak keuntungan menggunakan KLT,
di antaranya adalah sederhana dan murah. KLT termasuk dalam kategori kromatografi planar, selain
kromatografi kertas. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat
sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa –
senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan
dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi
kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara
kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil (Fessenden,2003)
Fessenden R.J dan J.S Fessenden,. 2003. Dasar-dasar kimia organik. Jakarta: Erlangga.

Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut dapat
digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel. Senyawa yang
mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal
tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada
fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8.
Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya
(Gandjar,2007)

Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman,. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai