Anda di halaman 1dari 22

CRITICAL BOOK REVIEW PERPAJAKAN

DOSEN PENGAMPU : Pasca Dwi Putra

Mata Kuliah : Perpajakan

DISUSUN OLEH :
HAIRUL FAHMI (7193341036)

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan CRITICAL BOOK
REVIEW ini tentang perencanaan pembelajaran ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. BOOK
REVIEW ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai teori
danperhitungan pajak berdasarkan undang undang pajak
.Terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.Oleh
sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan critical book review yang telah saya buat,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga critical book review sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan critical book riview ini di waktu yang akan datang.

MEDAN, Oktober 2021


                                                                           Penyusun

Hairul Fahmi

IDENTITAS BUKU
BUKU 1 UTAMA

Nama buku : Perpajakan Indonesia Konsep, Aplikasi Dan Penuntun Praktis


Nama Pengarang : Supramono dan Theresia Wono Damayanti
Penerbit : Andi, Yogyakarta
Jmlh Halaman : 792
Tahun  : Edisi Revisi 2009

Ukuran Buku : 16 X 23

ISBN : 978-979-29-1634-8

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Memahami dan megetahui isi sebuah buku atau karangan, maka Pertanyaan dan latihan-
latihan untuk maksud tersebut akan membimbing dan menuntun agar cermat, dan bagaimana
harus menulisnya kembali dengan tepat.  Penulis tidak akan membuat ringkasan dengan baik bila
ia kurang cermat membaca, bila ia sanggup membeda-bedakan gagasan utama dari gagasan-
gagasan tambahan. Kemampuan membedakan tingkat-tingkat gagasan itu akan membantunya
mempertajam tingkat-tingkat gagasan itu akan membantunya mempertajam gaya bahasa, serta
menghindari uraian-uaraian yang panjang lebar yang mungkin menyelusup masuk dalam
karangan tersebut

MANFAAT

1. Agar kita lebih mengetahui isi bacaan tersebut dan kita akan mengetahui semua bacaan dalam
buku tetsebut.
2. Mengetahui isi pokok dari sebuh bahasan lebih mudah dibaca.
3. Sebagai sarana untuk membantu kita dalam mengingat isi sebuah buku atau suatu uraian yang
begitu panjang. Rangkuman memuat ide- ide pokok yang mewakili setiap bagian bacaan
aslinya

BAB II RESUME BUKU


BUKU 1 (UTAMA)

BAB 1 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan undang undang dengan tidak mendapatkan undangan secara
langsung yang digunakan untuk keperluan Negara. Semua wajib memenuhi persyaratan
subjektif, dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan berdasarkan
system self assement. WP wajb mendaftarkan diri pada kantor direktoral jenderal pajak untuk
dicatat sebagai wajib pajak dan mendapatkan NPWP.

Tata cara pendaftaran dan pemberian NPWP serta pelaporan dan pengukuhan

a. WP diberi kuasa khusus untuk mendaftarkan diri dan memperoleh NPWP dan
menyampaikan formulir pendaftaran kekantor pelayanan pajak.
b. Maka kantor pelayanan pajak menerbitkan NPWP dan suratg pengukuhan pengusaha
kena pajak.
c. Kantor pelayanan pajka menerbitkan surat kukuhan paling lama 3 hari kerja setelah
persyaratan diterima
d. Dalam hal wajib pajak melakukan pendaftaran sekaligus melaporkan usahanya yang
dikukuhkan sebagai wajib pajak.

Penyetoran Pajak

Surat setoran pajak berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh
pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validitas
yang ketentuanya diatur berdasarkan peraturan menteri keuangan.

Surat Tagihan Pajak

Merupakan surat untuk melakukan tagihan pajak dan sanksi administrasi berupa bunga atau
denda. Surat tagihan pajak menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah , harus
dilunasi dalam jangka panjang waktu 1 bulan sejak tanggal diterbitkan. Jumlah kekurangan pajak
yang terutang dalam surat tagihan pajak dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
perbulan untuk paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutang atau berakhirnya masa pajak
bagian tahun pajak.
BAB 2 SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

Surat pemberitahuan adalah surat yang digunakan oleh wajb pajak untuk melaporkan
penghitungan dan pembayaran pajak . fungsi surat pemberitahuan bagi wajip pajak adalah:

 Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan melalui pemotongan atau
pemungutan pihak lain dalam tahun berjalan
 Penghasilan yang merupakan objek pajak
 Harta dan kewajiban
 Pembayaran dan pemotongan atau pemungutan tentang pemotongan pajak orang pribadi
atau badan lain dalam masa pajak sesuai dengan ketentuan perundang undangan .
Jenis Surat Pemberitahuan
 Surat pemberitahuan tahunan , merupakan suatu tahunan pajak dalam jangka waktu 1
tahun kalender kecuali bila wajib pajak menggunakan tahun buku yang sama dengan
tahun kalender.
 Surat pemberitahuan Masa , merupakan jangka waktu yang menjadi dasar bagi wajib
pajak untuk menghitung , menyetor dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu
jangka panjang tertentu.
Sanksi Administrasi Bila SPT tidak disampaikan
Surat pemberitahuan dianggap tidak disampaikan apabila
 Surat pemberitahuan tidak ditandatangani
 Surat pemberitahuan tidak sepenuhnya dilampirkan keterangan dokumen seharusnya
 Surat pemeberitahuan yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah 3 tahun sesudah
berakhirnya masa pajak , bagian tahun pajak dan wajib pajak telah ditegur secara tertulis.
 Surat pemberitahuan disampaikan setelah direktur jederal pajak pajak melakukan
pemeriksaan atau menerbitkan surat ketetapan pakak.

Pelaporan Masa Pajak Dalam satu SPT Masa Dengan Kriteria Tertentu
Wajib pajak dapat menyampaikan 1 surat pemeberitahuan masa yang meliputi beberapa masa
pajak dengan kriteria:
1. Menyempaikan SPT masa pajak penghasilan pasal 25 untuk beberapa masa pajak
sekaligus dengan syarat pembayaran seluruh pajak yang wajib dilunasi paling lama masa
pajak berakhir.
2. Menyampaikan SPT masa pajak sekaligus dengan syarat pembayaran untuk masing
masing masa pajak dilakukan sesuai batas waktu untuk masa pajak yang bersangkutan
Perkecualian Dari Kewajiban Menyampaikan SPT
Wajib pajak yang dikecualikan dari kewajiban tersebut adalah :
1. Wajib pajak orang pribadi yang dalam satu tahun pajak menerima atau memperoleh
penghasilan neto tidak melebihi penghasilan tidak kenak pajak dikecualikan dari
kewajiban penyampaian SPT
2. Wajib pajak yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau tidak melakukan pekerjaan
bebas dikecualikan dari kewajiban penyampaian SPT

BAB 3 PAJAK PENGHASILAN UMUM

Subjek Pajak Penghasilan

1. a. orang pribadi , merupakan subjek pajak yang dapat bertempat tinggal atau berada
diindonesia atau diluar negeri
b. warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan menggantikan yang berhak.
2. Badan , merupakan sekumpulan orang atau modal yang melakukan usaha maupun tidak
melakukan usaha .
3. Bentuk Usaha Tetap (BUT), merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakanya
disamakn dengan subjek pajak badan

Subjek Pajak

1. Subjek pajak dalam negeri


2. Subjek pajak luar negeri

Perbedaan wajib pajak dalam negeri (WP DN) dengan wajib pajak luar negeri (WP LN)

Keterangan WP DN WP LN
Objek Pajak Penghasilan yang : diterima di Indonesia Penghasilan yang diterima
dan diterima dari luar negeri dari Indonesia
PKP Penghasilan neto Penghasilan bruto
Tarif Umum Sepadan dan bersifat final
Kewajiban Wajib Tidak wajib
menyampaikan SPT

Objek Pajak Penghasilan


1. Pergantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima termasuk
upah , gaji ,premi dll
2. Hadiah dari undian pekerjaan dan penghargaann
3. Laba usaha
4. Keuntungan penjulan karena pengalihan aktiva
5. Bunga , deviden, sewa dan keuntungan karena pembebasan hutang.
Bukan Objek Pajak
1. Bantuan atau sumbangan
2. Harta, hibah , bantuan yang diterima keluarga dan badan pendidikan
3. Warisan

Pembukuan Versus Norma Perhitungan Penghasilan Neto

1. Menggunakan pembukuan (cara perhitungan biasa) , yaitu norma perhitungan diusun


dengan berdasarkan hasil penelitian atau data lain dengan menyelenggarakan pencatatan
tentang beredarnya bruto
2. Menggunakan norma perhitungan khusus, yaitu mengatur norma perhitungan untuk
golongan wajib pajak tertentu perusahaan pelayaran, penerbangan dan perusahaan yang
berinvestasi dalam bangunan guna serah.
BAB 4 PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI

Pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi dalam negeri setahun dihitung dengan cara
mengalihkan pendapatan kena pajaknya dengan tarif pajak . Sedangkan besarnya penghasilan
kena pajaknya (PKP) dihitung dari penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan
menagih, dan memelihara serta dikurangi dengan pendapatan tidak kena pajak (PTKP).

Biaya Untuk Mendapatkan , Menagih , Dan Memelihara Penghasilan

1. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha
yakni; biaya pembelian bahan , upah, gaji dan bentuk uang , bunga
2. Penyusutan atau pengeluaran yang berwujud amortisasi
3. Iuran kepada dana pnsiun
4. Kerugian penjualan dan pengalihan harta
5. Biaya beasiswa, magang dan pelatihan

Penyusutan

Pengeluaran untuk memperoleh harta yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun harus
dibebankan sebagai biaya untuk mendapatkan penghasilan dengan mengalokasikan pengeluaran
selama masa manfaat harta berwujud melalui penyusutan. Metode Penyusutan yang
diperbolehkan adalah:

a. Metode garis lurus, merupakan metode dimana penyusutan berupa bagian bagian yang
sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan bagi harta
b. Metode saldo menurun , merupakan penyusutan berupa bagian yang menurun dengan
cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku
Amortisasi
Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan pengeluaran lainya termasuk
biaya perpanjangan hak guna bangunan , hak guna usaha , hak pakai yang mempunyai masa
manfaat 1 tahun . Amortisasi dimulai pada bulan dilakukan pengeluaran sehingga amortisasi
pada tahun pertama dihitung secara pro rata kecuali bidang usaha yang diatur dengan peraturan
menteri keuntungan.

Masa manfaat dan tarif amortisasi harta tak berwujud

Kelompok harta Masa manfaat Tariff amortisasi berdasarkan


tak berwujud metode
Garis lurus Saldo
menurun
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%

Penghasilan Tidak Kena Pajak

1. Rp 15.840.000,00 untuk wajib pajak orang pribadi


2. Rp 1.320.000,00 tambahan wajib pajak yang kawin
3. Rp 15.840.000,00 tambahan seorang istri yang penghasilan digabung
4. Rp 1.320.000,00 tambahan anggota keluarga 3 orang

Tarif Pajak Penghasilan

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif


Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000 5%
Diatas Rp 50.000.000 s.d Rp 250.000.000 15%
Diatas Rp 250.000.000 s.d Rp 500.000.000 25%
Diatas Rp 500.000.000 30%
BAB 5 PAJAK PENGHASILAN BADAN

Badan adalah sekumpulan orang yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha. Subjek Pajak Badan ialah:

a. Wajib pajak dalam negeri berupa badan usaha


b. Wajib pajak luar negeri kan berupa badan dan bentuk usaha tetap (BUT)
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurang Dalam Menghitung Pendapatan Kena Pajak
1. Pembagian laba dengan nama dalam bentuk apapun seperti deviden
2. Biaya biaya yang dikeluarkan
3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan
4. Premi asuransi
5. Penggantian atau imbalan
6. Pajak penghasilan

Bentuk Usaha Tetap (BUT)

a. Bentuk usaha yang digunakan orang pribadi yang tidak tinggal di Indonesia , orang
pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
b. Badan yang tidak didirikan dan tidk bertempat tinggal kedudukan di Indonesia untuk
menjalankan usaha

Objek Pajak BUT

1. Penghasilan dari usaha atau kegiatan bentuk usaha tetap


2. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan , penjualan , barang atau pemberian
jasa Indonesia yang sejenisnya dengan yang dijalankan atau yang dilakukan oleh bentuk
usaha tetap di Indonesia
3. Penghasilan yang diterima atau diperoleh kantor pusat , sepanjang terdapat hubngan
efektif antara bentuk usaha tetap dengan harta atau kegiatan yang berpenghasilan

Hubungan Istimewa Dan Penghindaran Pajak

Hubungan keistimewaan dapat terjadi karena ketergantungan atau keterikatan satu dengan yang
lain disebabkan :

a. Kepemilikan dan penyertaan modal , yaitu wajib pajak mempunyai penyertaan modal
langsung atau tidak langsung paling rendah 25% pada wajib pajak lain
b. Adanya penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi , yaitu hubungan
istimewa dapat terjadi karena penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi
walaupun tidak terdapat hubungan kepemilikan
c. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus
atau kesamping sederajat.

Wajib Pajak Badan Dalam Negeri Berbentuk Perseroan Terbuka

Untuk meningkatkan jumlah perseroan terbuka dan mendorong peningkatan kepemilikan public
pada perseroan terbuka serta menunjang peningkatan peran pasar modal sebagai sumber
pembiayaan dunia usaha , maka pemerintah memberikan penurunan tariff pajak penghasilan bagi
wajib pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka. Penurunan tariff pajak
penghasilan sebesar 5% kepada wajib pajak badan dalam negeri.

Laba Rugi Komersial Versus Fiskal Bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri

Koreksi fiscal atau penyesuaian fiscal adalah koreksi yang dilakukan akibat adanya perbedaan
antara laba/rugi komersial (menurut standar akuntansi keuangan/SAK) dengan laba/rugi fiscal
(menurut ketentuan perpajakan) . Koreksi fiscal dilakukan terhadap baika penghasilan dan
biaya , dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Beda waktu
2. Beda tetap
Oleh karena adanya perbedaan maka perlu dilakukan penyesuaian atau koreksi , terbagi menjadi
2, yakni:
1. Koreksi penyesuaian positif
2. Koreksi penyesuaian negatif

BAB 6 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Wajib Pajak Penghasilan Pasal 21

1. Pegawai
2. Penerima uang pasokan , pension, tunjangan dan ahli waris
3. Bugan pegawai yang menrima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan , jasa atau kegiatan .
Pemotongan PPH Pasal 21
1. Pemberian kerja
2. Bendahara pemerintah
3. Dana pensiun dan badan lain
4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan
5. Penyelenggara kegiatan
Biaya Jabatan Dan Biaya Pensiun
Cara prhitungan penghasilan neto (PN) yakni: Besarnya penghasilan neto pegawai ditentukan
berdasarkan penghasila bruto dikurangi dengan biaya jabatan 5% dan juga iuran terkait dengan
gaji yang dibayar oleh pegawai .

Tarif PPh Pasal 21


 0 Sampai dengan Rp 50 juta 5%
 Diatas Rp 50 juta s.d. Rp 250 juta 15%
 Diatas Rp 250 juta s.d. Rp 500 juta 25%
 Di atas Rp 500 juta 30%
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

No. Elemen PTKP

1 WP Sendiri Rp 24.300.000

2 Status Kawin Rp 2.025.000

3 PTKP bagi istri yang Rp 24.300.000


penghasilannnya digabung.

4 Tambahan untuk anggota Rp 2.025.000


Keluarga (maksimal 3 orang)

A. Penghitungan Pemotongan Pph Pasal 21 Terhadap Penghasilan Pegawai Tetap


1. Dengan Gaji Bulanan
Andi pada tahun 2016 bekerja pada perusahaan PT Abadi dengan memperoleh gaji sebulan Rp
5.750.000 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp 200.000. Andi menikah tetapi belum
mempunyai anak. Pada bulan januari penghasilan Andi dari PT. Abadi hanya dari gaji. Berapa
perhitungan PPh Pasal 21 selama bulan januari ?
Penyelesaian :
Gaji sebulan Rp 5.750.000
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan : 5% x Rp 5.750.000,00 Rp 287.500
2. Iuran pensiun Rp 200.000 (+)    
Rp 487.500 (-)
Penghasilan neto sebulan                       Rp 5.262.500
Penghasilan neto setahun
= 12 x Rp 5.262.500 Rp63.150.000
PTKP setahun (K/0)
– untuk WP sendiri Rp 54.000.000,00
– tambahan WP kawin Rp 4.500.000,00 (+)     
     Rp 58.500.000 (-)
Rp 4.650.000

Penghasilan Kena Pajak setahun


PPh Pasal 21 terutang :5% x Rp 4.650.000 = Rp 232.500
PPh 21 bulan Januari Rp 232.500 : 12 = Rp 19.375

2. Dengan Gaji Mingguan


Oka belum menikah, pada tahun 2016 bekerja sebagai pegawai tetap pada perusahaan PT
Mahagoni Gemilang menerima gaji yang dibayar mingguan sebesar Rp 2.000.000. berapakah
penghitungan PPh pasal 21 minggu pertama bulan Agustus 2016 apabila dalam minggu tersebut
hanya menerima penghasilan berupa gaji saja?
Penyelesaian:
Gaji 4 x Rp 2.000.000 Rp 8.000.000
Biaya jabatan 5% x Rp 8.000.000 Rp 400.000(+)
Penghasilan netto sebulan Rp 7.600.000
Penghasilan netto setahun 12 x Rp 7.600.000 Rp. 91.200.000
PTKP (TK/0)
-Untuk WP sendiri Rp 54.000.000 (+)
Penghasilan kena pajak setahun Rp 37.200.000
PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp 37.200.000 Rp 1.860.000
PPh pasal 21 sebulan
Rp 1.860.000 : 12 Rp 155.000
PPh Pasal 21 atas upah minggu pertama Rp 155.000: 4 Rp 38.750

3. Penghitungan PPh Pasal 21 Atas Pembayaran Uang Rapel


Pada awal tahun 2006 retno mendapat gaji sebulan Rp 5.750.000 pada perusahaan PT Jaya Abadi
kemudian juni 2016 retto menerima kenaikan gaji, menjadi Rp6.750.000 sebulan dan berlaku
surut sejak 1 januari 2016. Dengan adanya kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut retto
meniram rapel sejumlah Rp 5.000.000 (selisih gaji yang seharusnya diterima untuk masa januari
s,d. mei 2016). Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas uang rapel tersbut,terlebih dahulu dihitung
kembali PPh Pasal 21 untuk masa januari s.d. Mei 2016 atas dasar penghasilan setal ada kenakan
gaji. Dengan demikian penghitungan PPh Pasal 21 terutangnya Adalaha sebagai berikut:
Gaji Rp 6.750.000
Pengurangan:
1. Biaya jabatan 5% X Rp 6.750.000 Rp 337.500
2. Iuran pensiunan Rp 200.000
Rp 537.500 (-)
Penghasilan Netto sebulan Rp 6.212.500

Penghasilan Netto Setahun 12 x Rp 6.212.500 Rp 74. 550.000

PTKP(K/0)

- Untuk WP sendiri Rp 54.000.000

- Tambahan karena kawin Rp 4.500.000


Rp 58.500.000(-)

Penghasilan kenak pajak setahun Rp 16.050.000

PPH Pasal 21 terutang 5% x Rp 16.050.000 Rp. 802.500

PPh Pasal 21 sebulan Rp 802.5000:12 Rp 66.875

PPh Pasal 21 Januari s.d

Mei 2016 seharusnya adalah: 5 x Rp 66.875 Rp 334.375

PPh Pasal 21 yang sudah

dipotong januari s.d Mei 2016 5 x Rp. 19.375 Rp 96.875

PPh pasal 21 untuk uang rapel Rp 237.500

B. Penghitungan Pemotongan Pph Pasal 21 Terhadap Penghasilan Berupa : Jasa


Produksi, Tunjangan Hari Raya Atau Tahun Baru, Bonus Yang Sifatnya Tidak Tetap Dan
Pada Umumnya Diberikan Sekali Setahun
Sudiro (tidak kawin) bekerja pada PT Qolbu Jaya dengan memperoleh gaji sebesar Rp
5.000.000,00 sebulan. Pada bulan Maret 2016 sudiro memperoleh bonus sebesar Rp
8.000.000,00 sehingga pada bulan maret 2016 sudiro memperoleh penghasilan berupa gaji
sebesar Rp 5.000.000,00 dan bonus sebesar Rp 8.000.000,00. Setiap bulannya sudiro
membayaran iuran pensiun kedana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri
keuangan sebesar Rp 80.000,00. Cara menghitung PPh pasal 21 atas bonus adalah:

a. PPh pasal 21 atau gaji dan bonus (penghasilan setahun)

Gaji setahun 12 X Rp 5.000.000,00 Rp 60.000.000,00

Bonus Rp 8.000.000,00

Penghasilan bruto setahun Rp 68.000.000,00

Pengurangan:

1.Biaya jabatan5% X Rp 68.000.000,00 Rp 3.400.000,00

2.Iuran pensiun setahun 12 X Rp 80.000,00 Rp 960.000,00

Rp 4.360.000,00

Penghasilan neto setahun Rp 56.040.000,00

PTKP (TK/0)
-untuk WP sendiri Rp 54.000.000,00

Penghasilan kena pajak Rp 2.040.000,00

PPh pasal 21 terutang 5% X Rp 2.040.000,00 Rp 102.000,00 

c. PPh pasal 21 atas bonus

PPh pasal 21 atas bonus Rp 482.000,00 – Rp 102.000,00 = Rp 380.000,00

5. Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Yang Sebagai Atau


Seluruhnya Diperoleh Dalam Mata Uang Asing

Neil Mc Leary adalah seorang pegawai tetap memperoleh gaji pada bulan januari 2016
dalam mata uang asing sebesar US$2,000 sebulan.Kurs yang berlaku pada saat gaji dibayarkan
berdasarkan keputusan menteri keuangan adalah Rp 13.766,00 per US$1.00.Neil Mc Leary
berstatus menikah dengan 1 anak. Perhitungan PPh pasal 21 adalah:

Gaji sebulan adalah:

US$2,000 X Rp 13.766,00 Rp 27.532.000,00

Pengurangan:

5% X Rp 27.532.000,00 = Rp 1.376.600,00

Maksimum diperkenankan Rp 500.000,00

Penghasilan neto sebulan Rp 27.032.000,00

Penghasilan neto setahun:

12 X Rp 27.032.000,00 Rp 324.384.000,00

PTKP (K/I)

-untuk WP sendiri Rp 54.000.000,00

-tambahan karena kawin Rp 4.500.000,00

-tambahan 1 orang anak Rp 4.500.000,00

Rp 63.000.000,00

Penghasilan kena pajak setahun Rp 261.384.000,00

PPh pasal 21 di setahunkan:

5% X Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% X Rp 200.000.000,00 Rp 30.000.000,00

25% X Rp 11.384.000,00 Rp 2.846.000,00

Rp 35.346.000,00

PPh pasal 21 bulan januari: Rp 35.346.000,00 : 12 Rp 2.945.500,00

B. Penghitungan Pph Pasal 21 Atas Uang Pensiun Yang Dibayarkan Secara Berkala
(Bulanan)

Hari Irawan, berstatus kawin dengan 2 orang anak yang masih menjadi tanggungan, bekerja
sebagai pegawai tetap pada PT. Nusa Indah dengan gaji sebulan sebesar Rp 13.000.000. Hari
Irawan setiap bulan membayar iuran pensiun sebesar Rp 250.000 ke dana pensiun Artha Mandiri
yang pendiriannya telah di sahkan oleh Menteri Keuangan. Berdasarkan ketentuan yang berlaku
di PT. Nusa Indah terhitung mulai 1 juli 2016, Hari Irawan akan memasuki masa pensiun.
Penghitungan PPh pasal 21 sebulan :

Gaji sebulan Rp 13.000.000

Pengurangan

1. Biaya jabatan

5% x Rp 13.000.000 = Rp 650.000 Rp 500.000

2. Iuran pensiun Rp 250.000

Rp 750.000

Penghasil neto sebulan Rp 12.250.000

Penghasil neto 6 bulan (masa bekerja januari s.d juni 2016)Rp 12.250.000 x 6
Rp 73.500.000

TKP (K/2)

Untuk WP sendiri Rp 34.000.000

Tambahan karena kawin Rp 4.500.000

Tambahan 2 orang anak Rp 9.000.000

Rp 67.500.000

Penghasil kena pajak Rp 6.000.000


PPh pasal 21 terutang

5% x Rp 6.000.000 Rp 300.000

PPh pasal 21 terutang sebulan:

Rp 300.000 : 6 Rp 50.000

Pada saat Hari Irawan berhenti dan memasuki masa pensiun, maka pemberi kerja memberi bukti
pemotongan PPh pasal 21 dengan data sebagai berikut :

Gaji selama 6 bulan :

6 x Rp 13.000.000 Rp 78.000.000

Pengurangan :

1. Biaya jabatan :

5% x Rp 78.000.000 = 3.900.000 Rp 3.000.000

2. Iuran pensiun :

6 x Rp 250.000 Rp 1.500.000
Rp 4.500.000

Penghasilan neto selama 6 bulan Rp 73.500.000

PTKP (K/2)

Untuk WP sendiri Rp 54.000.000

Tambahan karena kawin Rp 4.500.000

Tambahan 2 orang anak Rp 9.000.000

Rp 67.500.000

Penghasilan kena pajak Rp 6.000.000

PPh pasal 21 terutang

(5% x Rp 6.000.000) Rp 300.000,00


PPh pasal 21 telah dipotong

(6 x Rp 50.000) Rp 300.000,00

PPh pasal 21 kurang (lebih) dipotong -


BAB 7 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Pajak penghasilan pasal 22 dipungut sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang
dan kegiatan dibidang impor dan ekspor .

Pemungutan Pajak Pasal 22

1. Bank devisa dan direktoral jenderal bead an cukai atas impor


2. Direktoral jenderal pembendaharaan atas pembelian barng
3. Badan usaha milik Negara yang melakukan pembelian barang
4. Bank Indonesia
5. Produsen dan eksportir.
Pemungutan PPH pasal 22 ataspenyerahan barang oleh pemungut pajak atas penjualan bahan
bakar kepada agen bersifat final .

BAB 8 PAJAK PENGHASILAN 23


Pajak penghasilan pasal 23 mengatur mengenai pemotongan pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang berasal dari
modal, penyerahan modal dan penyerahan jasa yang dipotong pajak pasal 21
Objek Pajak Penghasilan Pasal 23
a. deviden pembagian hasil usaha
b. bunga pengembalian hutang
c. hadiah dipotong setelah pajak penghasilan penyelenggara kegiatan
d. imbalan jasa yang telah dipotong pajak penghasilan 21
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23
1. badan pemerintah
2. subjek pajak dalam negeri
3. penyelengga kegiatan
4. bentuk usaha tetap

BAB 9 PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

Pada dasarnya pajak penghasilan pasal 24 ini merupakan pajak dalam negeri terutang
pajak atas seluruh penghasilan termasuk penghasilan yang diperoleh dari luar negeri. Untuk
meringankan pajak ganda yang dapat terjadi karena pengenaan pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh di luar negeri maka ketentuan mengatur tentang perhitungan besarnya
pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap
pajak yang terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak dalam negeri . Pajak yang dibayar atas
penghasilan dari luar negeri yang diterima oleh wajib pajak boleh dikreditkan terhadap pajak
yang terutang dalam tahun pajak yang sama.
Batas Maksimum Kredit Pajak Luar Negeri
Jumlah kredit pajak setinggi tingginya sama dengan jumlah pajak yang dibayar atau terutangb di
luar negeri tetapi tidak boleh melebihi jumlah yang dihitung menurut perbandingan dari luar
negeri terhadap penghasilan kena pajak dikalikan dengan pajak yang terutang . Apabila jumlah
pajak yang dibayar melebihi jumlah kredit yang dihitung maka kelebihan itu tidak dapat dihitung
dengan pajak tahun berikutnya

BAB 10 PAJAK PENGHASILAN 26


Penerima penghasilan yang dipotong PPH pasl 26 adalah orang pribadi dengan status
dengan subjek paja luar negeri menerima dengan status pengasilan dengan nama bentuk apapun
pemotongan pasal 26 sebagai imbalan sehubung dengan pekerjaan dan penerimaan pensiun.
Objek PPH pasal 26
1. penghasilan pegawaik tetap yang bersifat teratur yang ditetapka pemberi kerja dan
termasuk uang lembur
2. penghasilan pegawai tetap yang bersifatg tidak tearatur
3. penghasilan pegawai bebas
4. imbalan kepada bukan pegawai
Tarif Pajak
Tarif pajak yang berlaku menurut pasal 26 adalah 20% yang bersifatg final diterapkan atas
penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh sebagai imbalan atas pekerjaan dengan status
subjek luar negeri

Anda mungkin juga menyukai