PENDAHULUAN
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
wilayah, dihuni oleh sejumlah penduduk dan mempunyai adat istiadat untuk
Negeri, Indonesia memiliki jumlah desa hingga tahun 2015 mencapai 74.093
desa. 2 Ini artinya bahwa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia begitu
desa sangat penting baik sebagai alat untuk mencapai tujuan pembangunan
1
Hanif Nurcholis, Pertumbuhan & penyelenggaraan pemerintahan Desa, (Jakarta: Erlangga,
2002), hlm. 4.
2
Jumlah desa mengacu pada PEMENDAGRI No 39 Tahun 2015 Tentang kode dan data wilayah
administrasi pemerintahan.
sejenis desa atau masyarakat adat dan lain sebagainya, telah menjadi bagian yang
tentang Desa (UU Desa) menendai babak baru dan perubahan dalam politik
perhatian serius.
yang lebih maju. 4 Sebagai dasar hukum bagi keberadaan Desa, UU Desa
mengatur dan mengurus dirinya sendiri dalam arti lainnya dapat dikatakan bahwa
saat ini desa membangun yang artinya desa diharapkan mampu mengatur dirinya
sendiri.
masyarakat memiliki daya desak yang efektif untuk mewujudkan tatakelolah desa
3
Ni’matul Huda,Perkembangan Hukum Tata Negara (Perdebatan dan Gagasan Penyempurnaan),
( Yogyakarta: FH UI Press, 2004), hlm.361.
4
Ibid., hlm. 78.
aspirasi masyarakat.
bertujuan: 5
pihak ketiga ( Pasal 112, ayat 4 UU Desa dan Pasal 128, ayat 2 PP 43 ). 6Tenaga
ahli professional yang dimaksud adalah pendamping desa, tenaga teknik dan
termasuk diantaranya asalah pendamping lokal desa ( Pasal 129,ayat 1 (a) PP No.
47 Tahun 2015).
5
Modul pelatihan pratugas pendamping lokal desa implementasi undang undang nomor 6 tahun
2014 tentang desa, (Jakarta: kementrian desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi
republik Indonesia, 2016), hlm. 3.
6
Ibid., hlm. 4.
langsung secara intensif dengan pemerintah dan masyarakat desa, menjadi actor
paradigma dan konsep baru kebijakan tata kelolah desa secara nasional termasuk
7
Wawancara dengan Dianto Manik, tanggal 9 januari 2017 di kantor kecamatan simanindo.
Simanindo.
Undang Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa maka hadirlah peraturan menteri
desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi No. 3 tahun 2015 tentang
pendamping desa. 8Oleh karena itu para pendamping desa harus mampu
memahami apa yang menjadi tujuan dari pendampingan mereka dan harus
memahami apa yang menjadi amanat dalam Undang Undang desa agar fungsi
8
Peraturan menteri desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi republik indonesia
nomor 3 tahun 2015 tentang pendamping desa.
Simanindo terdapat hampir duapuluh desa dan satu kelurahan yaitu Desa
memiliki jalan yang bagus termasuk jalan infrastruktur yang menjadi penghubung
antara desa satu dengan desa yang lainnya. Di kecamatan Simanindo juga
sering di kunjungi wisatawan pada saat liburan. Selain hal tersebut pendidikan
dan pertanian merupakan potensi yang sangat pesat di kecamatan tersebut salah
satu buktinya adalah tanaman kopi yang merupakan tanaman perkebunan yang
Kecamanatan Simanindo.
9
Profil Kecamatan Simanindo, Wikipedia, disadur melalui
https://id.wikipedia.org/wiki/Simanindo,_Samosirpada tanggal 21-02-2017 ; 10.45 WIB
sejahtera bagi masyarakat desa. Sesuai amanat UU desa no 6 tahun 2014 tentang
pendampingan desa dan pasal 129 tentang pendamping desa yang bertujuan untuk
ditugaskan harus benar-benar Mengetahui apa yang menjadi tugas di bidang yang
diharapkan.
dilakukan. Dalam hal ini kepala daerah harus secara tegas menolak karena
pendamping desa yang bukan memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai
desa juga harus di perhatikan agar fungsi pendampingan dapat berjalan dengan
desa sebanyak 20 desa hanya terdapat dua orang pendamping desa yang membagi
bagi tugasnya dalam turun kelapangan untuk mendampingi setiap kegiatan yang
ada didesa sehingga dengan sedikitnya jumlah pendamping desa tersebut fungsi
pendampingan kurang optimal jika mereka harus memfasilitasi 20 desa dan lima
10
Wawancara dengan Dianto Manik, tanggal 9 januari 2017 di kantor kecamatan simanindo.
1. Secara Teoritis, Penelitian ini merupakan salah satu kajian ilmu politik
Kebijakan publik dalam defenisi yang mashur dari Dye adalah whatever
segala sesuatu yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh pemerintah.
11
Dwiyanto indiahono, Kebijakan Publik, (Yogyakarta, Gava Media, 2009), hal. 17.
bidang aktivitas. 2). Sebagai ekspektasi tujuan umum atau aktivitas negara yang
5). Sebagai otoritasi formal. 6). Sebagai sebuah program. 7). Sebagai output. 8).
Sebagai hasil ( outcome ). 9). Sebagai teori atau model. 10). Sebagai sebuah
proses.
Kebijakan memang menjadi rana yang amat berbau kekuatan untuk saling
mempengaruhi dan melakukan tekanan para pihak. 13 Sehingga, tak heran jika
mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah
publik maka warna administrasi publik akan lebih terasa kental. 14 Kebijakan
berada dalam rel kebijakan yang beraras pada sebesar besar kepentingan publik.
12
Ibid., hlm. 18.
13
Amin ibrahim, Pokok pokok analisi kebijakan publik ( AKP ), ( Bandung: Mandar Maju, 2004 ),
hlm. 12.
14
Ibid., hlm. 13.
10
proses kebijakan publik yang lahir dari siklus pendek dan siklus panjang: Siklus
kebijakan. 15
akan lahir kembali dengan perubahan secara inkremental dan tidak menutup
terjadi. Oleh karenanya tidaklah heran jika teori kebijakan inkrementalism lebih
banyak menemui kebenarannya dalam artian lebih banyak terjadi. Jika melihat
dalam sisitem politik dan mengandalkan input yang berupa tuntutan (demand)
dan dukungan (support). Model Easton ini tergolong dalam model sederhana.
15
Ibid., hlm. 24.
11
Mulanya “teori elit” lahir dari diskusi para ilmuan sosial Amerika tahun
melacak tulisan tulisan para pemikir Eropa masa awal munculnya Fasisme.16
kecil orang yang mempunyai kualitas kualitas yang diperlukan bagi kehadiran
mereka pada kekuasaan sosial dan politik yang penuh. 17 Mereka yang bisa
yang dikenal sebagai elit. Elit merupakan orang yang berhasil, yang mampu
menduduki jabatan tinggi dalam lapisan masyarakat. Mereka terdiri dari para
Pareto juga percaya bahwa elite yang ada pada pekerjaan dan lapisan
masyarakat yang berbeda itu umumnya datang dari kelas yang sama yaitu orang-
orang yang kaya dan juga pandai, yang mempunyai kelebihan dalam matematika,
bidang musik, karakter moral dan sebagainya. Karena itu menurut Pareto,
masyarakat terdiri dari dua kelas: 18 1) Lapisan atas, yaitu elit yang terbagi
kedalam elit yang memerintah ( governing elite ) dan elit yang tidak memerintah
16
SP.Varma, Teori Politik Modern, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2001), hlm. 199.
17
Ibid., hlm. 200.
18
Ibid., hlm. 201.
12
Teori klasik tentang elit memberikan tekanan pada sekelompok kecil yang
mempunyai pengaruh besar atau kekuasaan politik besar dalam sebuah sistem
politik. Mosca, dalam karya klasiknya the rulling class mengemukakan hal itu
sebagai berikut, Dalam setiap masyarakat, terdapat dua kelas penduduk satu kelas
menguasai dan satu kelas dikuasai. Kelas pertama jumlahnya selalu lebih kecil,
kedua jumlahnya jauh lebih besar diatur dan di kendalikan oleh kelas pertama
dalam mengkaji konsep-konsep elit itu telah dikemukakan oleh Pareto, Mosca,
2. Secara internal, elit itu bersifat homogen, bersatu, dan memiliki kesadaran
sebaliknya
19
Sudijono sastroamodjo, Perilaku Politik, ( Semarang: IKIP Semarang Press, 1995 ), hlm. 142.
20
Ibid., hlm. 144.
13
4. Kelompok elit itu hakikatnya bersifat otonom, kebal akan gugatan baik
Dalam konsep klasik, elit oleh pareto dan mosca telah dikaitkan dengan
bahwa elit yang memerintah itu merupakan kelas politik dan kelompok sosial
yang terhormat yang oleh Pareto disebut sebagai aristokrasi dan yang bersifat
baik militer, religius, komersial, maupun plutokrasi. 21 Secara umum, Pareto dan
dalam setiap masyarakat senantiasa ada dan harus ada suatu kelompok minoritas
yang memerintah masyarakat itu. Kelompok yang kecil itu merupakan kelas
politik, elit yang menduduki pos pos komando yang memerintah dan memegang
21
Ibid., hlm. 146.
22
P. Anthonius Sitepu, Teori Teori Politik, ( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012 ), hlm. 190.
14
desa yang study kasusnya peran pendampingi desa untuk mendampingi desa di
kecamatan simanindo sesuai UU No. 6 Tahun 2014 masih sangat jarang diteliti
oleh para akademisi karena judul tersebut masih dapat dikatakan tergolong
kebijakan yang baru buku buku yang berhubungan mengenai pendamping desa
masih sangat langkah di jual di pasaran. Akan tetapi penulis menemukan skripsi
Selain skripsi tersebut, study terdahulu berupa jurnal online yang ditulis
Dalam proses pembangunan tersebut dengan adanya bantuan atau fasilitas dari
23
Ramadhan S, Peran Pendamping Desa dalam upaya Optimalisasi Pembangunan Desa, [
Skripsi ], disadur melalui http://repository.unpas.ac.id/12245/pada tanggal 21-02-2017 ; 10.40
WIB
15
penulisan skripsi ini. Dalam skripsinya tersebut berisi mengenai evaluasi peran
menciptakan program desa mandiri dan juga perannya dalam menciptakan desa
mandiri di kecamatan Bantul. Serta pengertian desa mandiri dan bagaimana desa
tersebut dikatakan menjadi desa mandiri. Dalam skripsi tersebut dijelaskan peran
pendamping desa tersebut yang menjadi fasilitator anatara pemerintah desa dan
Selain dari skripsi tersebut modul yang di terbitkan oleh kementrian desa
yang berisi mengenai cara pelatihan pendamping desa termasuk cara penempatan
dan tugas umumnya. Dalam modul tersebut juga dibahas mengenai desa dan visi
24
Aldy Al Maqassary, Efektivitas pendamping desa dalam pembangunan infrastruktur pedesaan
di desa Sekodi, [ Jurnal ], disadur melaluihttp://www.e-jurnal.com/2015/08/efektivitas-
pendampingan-desa-dan.html/ pada tanggal 03-03-2017 ; 13.40
25
Mahadi Kusuma, Evaluasi Peran Pendamping Desa Terhadap Keberhasilan Desa Mandiri di
Kabupaten Bantul, [ Skripsi ], disadur melalui https://repository.ugm.ac.id/evaluasi peran
pendamping terhadap keberhasilan desa mandiri di kabupaten Bantul/pada tanggal 03-03-2017 ;
14.40 WIB
16
pendampingan dan kinerja pendamping. Selain dari modul tersebut penulis juga
memperoleh sumber yang dapat memenuhi tulisan ini antara lain peraturan
pemerintan, undang undang, dan buku buku tentang desa yang telah di tulis oleh
peneliti terdahulu.
berdasarkan fakta, dan data-data yang ada. sehingga penelitian ini memberikan
gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena melalui fakta-
bermaksud untuk memberi makna atas fenomena secara holistik dan harus
17
analisi data secara induktif, bersifat deskriftif, membatasi studi dengan fokus.
Pada penelitian ini, lokasi peneliti yang akan di jadikan sebagai sumber
Utara.
melakukan teknik pengumpulan data primer dan skunder. Adapun yang menjadi
data Primer adalah data yang di proleh secara langsung berdasarkan informan di
Oberlin Sitio. Camat Simanindo yaitu Dapot Simbolon. Masyarakat desa yaitu G.
pengelolaan Alokasi Anggaran Dana dan pendamping desa sesuai dengan tema
18
Maka teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil berbagai sumber dan
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah
untuk mendampingi desa sesuai Undang Undang No 6 tahun 2014 Tentang desa.
hal-hal yang akan ditulis yang secara garis besar terdiri dari bagian awal, bagian
isi dan bagian akhir agar lebih mudah dan terarah untuk menyusun karya ilmiah.
28
Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2002), hlm. 89.
19
BAB I: Pendahuluan
BAB III: Analisi Peran Pendamping Desa Untuk Mendampingi Desa di Kecamatan
Simanindo.
BAB IV : Penutup
implikasi teori.
20