Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak

asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia 1.

Desa atau sebutan lainnya yang sangat beragam di Indonesia pada

awalnya merupakan organisasi komunitas lokal yang mempunyai batas-batas

wilayah, dihuni oleh sejumlah penduduk dan mempunyai adat istiadat untuk

mengelola wilayahnya sendiri. Menurut data yang ada di Kementerian Dalam

Negeri, Indonesia memiliki jumlah desa hingga tahun 2015 mencapai 74.093

desa. 2 Ini artinya bahwa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia begitu

banyak memiliki pemerintahan desa. Berdasarkan data tersebut maka kedudukan

desa sangat penting baik sebagai alat untuk mencapai tujuan pembangunan

nasional ataupun sebagai lembaga yang memperkuat struktur pemerintah negara

1
Hanif Nurcholis, Pertumbuhan & penyelenggaraan pemerintahan Desa, (Jakarta: Erlangga,
2002), hlm. 4.
2
Jumlah desa mengacu pada PEMENDAGRI No 39 Tahun 2015 Tentang kode dan data wilayah
administrasi pemerintahan.

Universitas Sumatera Utara


Indonesia. 3Jauh sebelum bangsa-negara modern terbentuk, kelompok sosial

sejenis desa atau masyarakat adat dan lain sebagainya, telah menjadi bagian yang

penting dalam suatu tatanan negara.Kehadiran undang-Undang No.6 Tahun 2014

tentang Desa (UU Desa) menendai babak baru dan perubahan dalam politik

pembangunan nasional, dimana Desa menjadi titik tumpuh yang mendapatkan

perhatian serius.

UU Desa diyakini sebagai gerbang harapan menuju kehidupan berdesa

yang lebih maju. 4 Sebagai dasar hukum bagi keberadaan Desa, UU Desa

mengonstruksi cara pandang baru praksis berdesa ( pemerintahan, pembangunan

dan pemberdayaan masyarakat desa ).Desa dikukuhkan sebagai subjek yang

mengatur dan mengurus dirinya sendiri dalam arti lainnya dapat dikatakan bahwa

saat ini desa membangun yang artinya desa diharapkan mampu mengatur dirinya

sendiri.

Pembangunan desa sebagai sistem yang dikontruksikan UU Desa,

menempatkan masyarakat pada posisi strategis,yaitu sebagai subjek

pembangunan. Dengan demikian, masyarakat memiliki peran strategis dalam

tatakelolah desa termasuk didalamnya penyelenggaraan pembangunan desa. Isu

penting dalam konteks ini adalah peningkatan keberdayaan masyarakat, sehingga

masyarakat memiliki daya desak yang efektif untuk mewujudkan tatakelolah desa

3
Ni’matul Huda,Perkembangan Hukum Tata Negara (Perdebatan dan Gagasan Penyempurnaan),
( Yogyakarta: FH UI Press, 2004), hlm.361.
4
Ibid., hlm. 78.

Universitas Sumatera Utara


yang baik dan penyelenggaraan pembangunan yang sesuai dan memenuhi

aspirasi masyarakat.

Dalam kerangka itulah, pemerintah menetapkan kebijakan menetapkan

pendampingan sebagaimana tercantum pada pasal 2 peraturan Menteri Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Tahun 2015, yang

bertujuan: 5

 Meningkatkan kapasitas, efektifitas, dan akuntabilitas pemerintahan desa

dan pembangunan desa

 Meningkatkan prakarsa, kesadaran dan partisipasi masyarakat desa dalam

pembangunan desa yang partisipatif

 Meningkatkan sinergi program pembangunan desa antar sector

 Meningkatkan asset lokal desa

Pemerintah dalam melaksanakan fungsi pendampingan dapat

melimpahkan sebagian kewenangannya kepada tenaga ahli professional dan

pihak ketiga ( Pasal 112, ayat 4 UU Desa dan Pasal 128, ayat 2 PP 43 ). 6Tenaga

ahli professional yang dimaksud adalah pendamping desa, tenaga teknik dan

tenaga pemberdayaan masyarakat desa ( Pasal 5 permendesa No.3/2015)

termasuk diantaranya asalah pendamping lokal desa ( Pasal 129,ayat 1 (a) PP No.

47 Tahun 2015).

5
Modul pelatihan pratugas pendamping lokal desa implementasi undang undang nomor 6 tahun
2014 tentang desa, (Jakarta: kementrian desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi
republik Indonesia, 2016), hlm. 3.
6
Ibid., hlm. 4.

Universitas Sumatera Utara


Dengan demikian pendamping desa yang dimaksud dapat berhubungan

langsung secara intensif dengan pemerintah dan masyarakat desa, menjadi actor

yang strategis menuju implementasi UU Desa secara optimal. Pendamping desa

adalah kegiatan untuk melakukan tindakan pemberdayaan masyarakat melalui

asistensi, pengorganisasian, pengarahan dan fasilitasi desa. Misi besar

pendamping desa adalah pemberdayaan masyarakat desa menjadi maju, kuat,

mandiri dan demokratis. Kegiatan pendampingan membentang dari pembangunan

kapasitas pemerintah, mengorganisasi dan membangun kesadaran kritis

masyarakat. Selain itu juga memfasilitasi pembangunan partisipatif, memfasilitasi

dan memperkuat musyawarah desa sebagai arena demokrasi dan akuntabilitas

lokal hingga mengisi kekosongan antara pemerintah dan masyarakat. Intinya

pendampingan desa adalah menciptakan suatu frekuensi yang sama antara

pendamping dengan yang didampingi. UU No.6 Tahun 2104 mengembangkan

paradigma dan konsep baru kebijakan tata kelolah desa secara nasional termasuk

mengenai fungsi dan peran pendampingan desa.

Dalam mendamping desa dan melakukan pemberdayaan masyarakat

haruslah didampinging oleh pendamping desa yang dimana tenaga pendamping

desa yang bertugas di kecamatan untuk mendampingi desa dan manmpu

mendampingi pendamping lokal desa (PLD). Adapun nama pendamping desa

yang di tempatkan di kecamatan Simanindo adalah: 7 (1). Dianto Manik,

7
Wawancara dengan Dianto Manik, tanggal 9 januari 2017 di kantor kecamatan simanindo.

Universitas Sumatera Utara


pendamping desa pada bidang teknik. (2). Friska Sibarani, pendamping desa pada

bidang pemberdayaan masyarakat.

Kedua pendamping desa tersebut harusnya dapat menjadi seorang

pendamping desa yang memegang teguh tujuan utama yaitu memberdayakan

masyarakat sesuai dengan bidang yang ditanganinya dan mampu berkomunikasi

antara pemerintah desa dan masyarakat. Artinya butuh ketekunan kesabaran

dalam mendampingi desa. Misalnya pendamping desa harus mampu memberikan

pangaruh kuat terhadap kemajuan suatu desa yang berada di kecamatan

Simanindo.

Dengan hadirnya kebijakan penempatan pendamping desa sebagai amanat

Undang Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa maka hadirlah peraturan menteri

desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi No. 3 tahun 2015 tentang

pendamping desa yang membahas mengenai pendamping desa termasuk di

dalamnya mengenai pemberdayaan masyarakat yang menjadi fokus utama

pendamping desa. 8Oleh karena itu para pendamping desa harus mampu

memahami apa yang menjadi tujuan dari pendampingan mereka dan harus

memahami apa yang menjadi amanat dalam Undang Undang desa agar fungsi

pendampingan dapat berjalan secara maksimal dan memenuhui target yang

diharapkan pemerintah serta masyarakat.

8
Peraturan menteri desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi republik indonesia
nomor 3 tahun 2015 tentang pendamping desa.

Universitas Sumatera Utara


1.2 Rumusan masalah

Kecamatan simanindo adalah sebuah kecamatan yang terletak di

kabupaten Samosir dan merupakan kecamatan terbesar nomor dua di kabupaten

Samosir. Ibukota kecamatan ini berada di desa Ambarita. Luas kecamatan

Simanindo 198,20 Km2 dengan jumlah 19.841 jiwa (2012). Kecamatan

Simanindo terdapat hampir duapuluh desa dan satu kelurahan yaitu Desa

Ambarita, Cinta Dame, Dosroha, Garoga, Huta Gijjang, Maduma, Marlumba,

Martoba, Parbalohan, Pardomuan, Parmonangan, Siallagan, Pindaraya, Sihusapi,

Simanindo, SimanindoSakkal, Simarmata, Tanjungan, Tomok, TomokParsaoran,

Unjur, TukTuk Siadong. 9

Kecamatan Simanindo merupakan kecamatan yang terletak di daerah

sekitaran pegunungan dan perairan Danautoba kecamatan ini sudah cukup

memiliki jalan yang bagus termasuk jalan infrastruktur yang menjadi penghubung

antara desa satu dengan desa yang lainnya. Di kecamatan Simanindo juga

terdapat objek objek wisata sehingga tidak mengherankan kecamatan Simanindo

sering di kunjungi wisatawan pada saat liburan. Selain hal tersebut pendidikan

dan pertanian merupakan potensi yang sangat pesat di kecamatan tersebut salah

satu buktinya adalah tanaman kopi yang merupakan tanaman perkebunan yang

produksinya paling besar. Tanaman ini sudah ditanam di seluruh desa di

Kecamanatan Simanindo.

9
Profil Kecamatan Simanindo, Wikipedia, disadur melalui
https://id.wikipedia.org/wiki/Simanindo,_Samosirpada tanggal 21-02-2017 ; 10.45 WIB

Universitas Sumatera Utara


Dengan potensi tersebut kecamatan yang merupakan daerah strategis yang

menjadi salah satu kecamatan terbesar di Kabupaten samosir maka pembangunan

harus lah dilakukan secara maksimal guna meningkatkan kehidupan yang

sejahtera bagi masyarakat desa. Sesuai amanat UU desa no 6 tahun 2014 tentang

desa yang terdapat di pasal 126 tentang pemberdayaan masyarakat dan

pendampingan desa dan pasal 129 tentang pendamping desa yang bertujuan untuk

melakukan tindakan pemberdayaan masyarakat melalui asistensi,

pengorganisasian, pengarahan dan fasilitasi desa. Para pendamping desa yang

ditugaskan harus benar-benar Mengetahui apa yang menjadi tugas di bidang yang

telah di tetapkan sehingga dapat memaksimalkan pendampingan yang

diharapkan.

Pendamping yang ditugaskan harus memiliki latar belakang pendidikan

yang sesuai dengan bidang yang ditanganinya. Misalnya dalam bidang

pemberdayaan masyarakat. Pendamping desa harus memiliki latar belakang

Pendidikan Sosial yang mengetahui bagaimana mengenai Pemberdayaan

Masyarakat dengan harapan dapat mengoptimalkan fungsi pendampingan yang

dilakukan. Dalam hal ini kepala daerah harus secara tegas menolak karena

pendamping desa yang bukan memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai

dengan pendampingan desa karena menyebakan tidak berjalannya program

pendampingan dengan baik. Selain latar belakang pendidikan jumlah pendamping

desa juga harus di perhatikan agar fungsi pendampingan dapat berjalan dengan

optimal di Kecamatan Simanindo sendiri jumlah pendamping desa sangatlah

Universitas Sumatera Utara


sedikit dibanding jumlah desa yang ada di Kecamatan Simanindo, dengan jumlah

desa sebanyak 20 desa hanya terdapat dua orang pendamping desa yang membagi

bagi tugasnya dalam turun kelapangan untuk mendampingi setiap kegiatan yang

ada didesa sehingga dengan sedikitnya jumlah pendamping desa tersebut fungsi

pendampingan kurang optimal jika mereka harus memfasilitasi 20 desa dan lima

pendamping lokal desa yang mendampingi setiap lima desa. 10

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang serta perumusan masalah yang telah

dipaparkan diatas, maka pertanyaan penelitiannya adalahBagaimana peran

pendamping desa di kecamatan Simanindo untuk mendampingi desa sesuai

Undang Undang No 6 tahun 2014 Tentang desa.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yangmenjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan pemerintah dalam penempatan

pendamping desa di kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.

2. Menganalisis peran pendamping desa diKecamatan Simanindo sesuai

dengan undang undang 6 tahun 2014.

10
Wawancara dengan Dianto Manik, tanggal 9 januari 2017 di kantor kecamatan simanindo.

Universitas Sumatera Utara


1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat peneitian ini adalah:

1. Secara Teoritis, Penelitian ini merupakan salah satu kajian ilmu politik

yang membahas tentang peran pendamping desa untuk mendampingi desa

di Kecamatan Simanindo. Sehingga dapat memberikan kontribusi dalam

ilmu politik khususnya kajian mengenai Desa.

2. Secara Praktis, Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi kepada

pembaca mengenai pendamping desa dan diharapkan dapat menjadi bahan

kajian akademisi sebagai pembelajaran pemerintahan desa.

3. Secara Kemasyarakatan, Penelitian dapat mengembangkan kemampuan

berfikir, memperluas wawasan kajian ilmu politik, serta menganalisis

kejadian-kejadian yang sedang terjadi.

1.6. Kerangka Teori

1.6.1 Kebijakan Publik

Kebijakan publik dalam defenisi yang mashur dari Dye adalah whatever

governments choose to do or not to do. Maknanya Dye ingin mengatakan bahwa

apapun kegiatan pemerintah baik yang eksplisit maupun impisit merupakan

kebijakan. 11 Thomas R.Dye juga mengatakan bahwa kebijakan publik merupakan

segala sesuatu yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh pemerintah.

11
Dwiyanto indiahono, Kebijakan Publik, (Yogyakarta, Gava Media, 2009), hal. 17.

Universitas Sumatera Utara


Sementara Hogwood dan Gunn mengatakan bahwa terdapat sepuluh istilah

kebijakan dalam pengertian modern, yaitu : 12 1) Sebagai lebel untuk sebuah

bidang aktivitas. 2). Sebagai ekspektasi tujuan umum atau aktivitas negara yang

diharapkan. 3). Sebagai proposal spesifik. 4). Sebagai keputusan pemerintah.

5). Sebagai otoritasi formal. 6). Sebagai sebuah program. 7). Sebagai output. 8).

Sebagai hasil ( outcome ). 9). Sebagai teori atau model. 10). Sebagai sebuah

proses.

Kebijakan memang menjadi rana yang amat berbau kekuatan untuk saling

mempengaruhi dan melakukan tekanan para pihak. 13 Sehingga, tak heran jika

Carl Friedrick pun mendefenisikan kebijakan sebagai suatu tindakan yang

mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah

dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan hambatan

tertentu seraya mencari peluang peluang untuk mencapai tujuan tertentu.

Kebijakan publik dalam kerangka substansif adalah segala aktifitas yang

dilakukan oleh pemerintah untuk memecahkan masalah publik yang dihadapi.

Dengan membawa kebijakan publik dalam ranah upaya memecahkan masalah

publik maka warna administrasi publik akan lebih terasa kental. 14 Kebijakan

publik diarahkan untuk memcahkan masalah publik untuk memenuhi kepentingan

dan penyelenggaraan urusan publik. Kebijakan publik mungkin diupayakan

berada dalam rel kebijakan yang beraras pada sebesar besar kepentingan publik.

12
Ibid., hlm. 18.
13
Amin ibrahim, Pokok pokok analisi kebijakan publik ( AKP ), ( Bandung: Mandar Maju, 2004 ),
hlm. 12.
14
Ibid., hlm. 13.

10

Universitas Sumatera Utara


Model tahapan kebijakan publik menurut Ripley ini hendak menyatakan dua

proses kebijakan publik yang lahir dari siklus pendek dan siklus panjang: Siklus

pendeknya adalah: penyusunan agenda pemerintah, agenda pemerintah, formulasi

dan legitimasi kebijakan, kebijakan. Sedangkan yang menjadi siklus panjangnya

adalah: Penyusunan agenda pemerintah, Agenda Pemerintah, formulasi dan

legitimasi kebijakan, kebijakan, tindakan kebijakan, kinerja dan dampak

kebijakan, evaluasi terhadap implementasi, keputusan tentang masa depan

kebijakan. 15

Dalam tahapan kebijakan ini, kebijakan dipandang sebagai sebuah siklus

yang dimungkinkan akan terjadi evolusi kebijakan. Sebuah kebijakan akan

melawati serangkaian proses implementasi, monitoring dan evaluasi. Kebijakan

akan lahir kembali dengan perubahan secara inkremental dan tidak menutup

kemungkinan akan terjadi perubahan yang mendasar meskipun amat jarang

terjadi. Oleh karenanya tidaklah heran jika teori kebijakan inkrementalism lebih

banyak menemui kebenarannya dalam artian lebih banyak terjadi. Jika melihat

kebijakan publik model Eeaston yang mengasumsikan proses kebijakan publik

dalam sisitem politik dan mengandalkan input yang berupa tuntutan (demand)

dan dukungan (support). Model Easton ini tergolong dalam model sederhana.

15
Ibid., hlm. 24.

11

Universitas Sumatera Utara


1.6.2 Teori Elit

Mulanya “teori elit” lahir dari diskusi para ilmuan sosial Amerika tahun

1950-an antara Schumpeter, Lasswell dan sosiolog C. Wringht Mills yang

melacak tulisan tulisan para pemikir Eropa masa awal munculnya Fasisme.16

Pareto (1848-1923) percaya bahwa setiap masyarakat diperintah oleh sekelompok

kecil orang yang mempunyai kualitas kualitas yang diperlukan bagi kehadiran

mereka pada kekuasaan sosial dan politik yang penuh. 17 Mereka yang bisa

menjangkau pusat kekuasaan adalah selalu merupakan yang terbaik. Merekalah

yang dikenal sebagai elit. Elit merupakan orang yang berhasil, yang mampu

menduduki jabatan tinggi dalam lapisan masyarakat. Mereka terdiri dari para

pengacara, mekanik, bajingan atau para gundik.

Pareto juga percaya bahwa elite yang ada pada pekerjaan dan lapisan

masyarakat yang berbeda itu umumnya datang dari kelas yang sama yaitu orang-

orang yang kaya dan juga pandai, yang mempunyai kelebihan dalam matematika,

bidang musik, karakter moral dan sebagainya. Karena itu menurut Pareto,

masyarakat terdiri dari dua kelas: 18 1) Lapisan atas, yaitu elit yang terbagi

kedalam elit yang memerintah ( governing elite ) dan elit yang tidak memerintah

( Non-governing elite). 2) Lapisan yang lebih rendah, yaitu non-elite. Pareto

sendiri lebih memusatkan perhatiannya pada elite yang memerintah, yang

16
SP.Varma, Teori Politik Modern, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2001), hlm. 199.
17
Ibid., hlm. 200.
18
Ibid., hlm. 201.

12

Universitas Sumatera Utara


menurut dia, berkuasa karena bisa menggabungkan kekuasaan dan kelicikan,

yang dilihatnya sebagai hal yang sangat penting.

Teori klasik tentang elit memberikan tekanan pada sekelompok kecil yang

mempunyai pengaruh besar atau kekuasaan politik besar dalam sebuah sistem

politik. Mosca, dalam karya klasiknya the rulling class mengemukakan hal itu

sebagai berikut, Dalam setiap masyarakat, terdapat dua kelas penduduk satu kelas

menguasai dan satu kelas dikuasai. Kelas pertama jumlahnya selalu lebih kecil,

menjalankan semua fungsi politik dan memonopoli kekuasaan sedangkan kelas

kedua jumlahnya jauh lebih besar diatur dan di kendalikan oleh kelas pertama

tersebut. 19 Adapun beberapa prinsip-prinsip umum yang dijadikan pedoman

dalam mengkaji konsep-konsep elit itu telah dikemukakan oleh Pareto, Mosca,

Michels. Prinsip-prinsipnya yang utama dapatlah dikemukakan sebagai berikut: 20

1. Hakikatnya orang hanya di kelompokkna kedalam dua kelompok, yaitu

mereka yang memiliki kekuasaan politik dan mereka yang tidak

memilikinya. Kaum elit klasik berpendapat bahwa distribusi kekuasaan

hampir dalam segala hal.

2. Secara internal, elit itu bersifat homogen, bersatu, dan memiliki kesadaran

kelompok. Elit itu tidak merupakan kumpulan individu yang saling

terpisah pisah atau sekedar merupakan penjumlahan orang saja. Tetapi

sebaliknya

19
Sudijono sastroamodjo, Perilaku Politik, ( Semarang: IKIP Semarang Press, 1995 ), hlm. 142.
20
Ibid., hlm. 144.

13

Universitas Sumatera Utara


3. Elit itu mengatur sendiri kelangsungan hidupnya dan anggotanya berasal

dari suatu lapisan masyarakat yang sangat terbatas. Pemimpin-pemimpin

selalu memilih sendiri penggantinya dari kalangan istimewa yang hanya

terdiri dari beberapa orang.

4. Kelompok elit itu hakikatnya bersifat otonom, kebal akan gugatan baik

diluar kelompoknya mengenai keputusan-keputusan yang dibuatnya.

Semua persoalan politik penting diselesaikan menurut kepentingan atau

tindakan kelompok ini.

Dalam konsep klasik, elit oleh pareto dan mosca telah dikaitkan dengan

pengertian kelompok orang-orang secara langsung atau karena posisinya sangat

kuat pengaruhnya dalam menjalankan kekuasaan politik. Mereka juga mengakui

bahwa elit yang memerintah itu merupakan kelas politik dan kelompok sosial

yang terhormat yang oleh Pareto disebut sebagai aristokrasi dan yang bersifat

baik militer, religius, komersial, maupun plutokrasi. 21 Secara umum, Pareto dan

Mosca memberikan Konsep-Konsep mengenai elit. Mereka berpendapat bahwa

dalam setiap masyarakat senantiasa ada dan harus ada suatu kelompok minoritas

yang memerintah masyarakat itu. Kelompok yang kecil itu merupakan kelas

politik, elit yang menduduki pos pos komando yang memerintah dan memegang

kendali atas pemegang keputusan politik. 22

21
Ibid., hlm. 146.
22
P. Anthonius Sitepu, Teori Teori Politik, ( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012 ), hlm. 190.

14

Universitas Sumatera Utara


1.6.3 Study Terdahulu

Penelitian yang berjudul kebijakan pemerintah menempatkan pendamping

desa yang study kasusnya peran pendampingi desa untuk mendampingi desa di

kecamatan simanindo sesuai UU No. 6 Tahun 2014 masih sangat jarang diteliti

oleh para akademisi karena judul tersebut masih dapat dikatakan tergolong

kebijakan yang baru buku buku yang berhubungan mengenai pendamping desa

masih sangat langkah di jual di pasaran. Akan tetapi penulis menemukan skripsi

yang dapat membantu jalannya penelitian. Ramadhan mahasiswa jurusan hukum

Universitas Pasundan. Dalam skripsi tersebut membahas mengenai peran

pendamping desa dalam upaya optimalisasi pembangunan desa dalam skripsi

tersebut di jelaskan secara detail mengenai pendamping desa termasuk

didalamnya mengenai peran pendamping desa. 23 Dan membahas bagaimana cara

pengoptimalan pembangunan desa.

Selain skripsi tersebut, study terdahulu berupa jurnal online yang ditulis

oleh Aldy Al Maqasarry dalam jurnal tersebut Aldy membahas mengenai

efektivitas pendamping desa dalam pembangunan infrastruktur pedesaan di

Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis. Dalam jurnal tersebut lebih

memfokuskan bahasan mengenai pembangunan dan partisipasi masyarakat.

Dalam proses pembangunan tersebut dengan adanya bantuan atau fasilitas dari

23
Ramadhan S, Peran Pendamping Desa dalam upaya Optimalisasi Pembangunan Desa, [
Skripsi ], disadur melalui http://repository.unpas.ac.id/12245/pada tanggal 21-02-2017 ; 10.40
WIB

15

Universitas Sumatera Utara


pendamping Desa. Pada jurnal ini terdapat kesimpulan yaitu bahwa pedamping

desa kurang efektif dikarenakan Pengetahuan masyarakat di daerah tersebut

masih kurang memahami mengenai pendamping desa. 24

Pada Skripsi yang ditulis oleh Mandahani Kusuma yang merupakan

mahasiswa UGM juga dapat menjadi sumber referansi untuk memenuhi

penulisan skripsi ini. Dalam skripsinya tersebut berisi mengenai evaluasi peran

pendamping desa terhadap keberhasilan program desa mandiri di Kecamatan

Bantul. Skripsi tesebut membahas bagaimana pendamping desa dalam

menciptakan program desa mandiri dan juga perannya dalam menciptakan desa

mandiri di kecamatan Bantul. Serta pengertian desa mandiri dan bagaimana desa

tersebut dikatakan menjadi desa mandiri. Dalam skripsi tersebut dijelaskan peran

pendamping desa tersebut yang menjadi fasilitator anatara pemerintah desa dan

masyarakat desa karena penulis beranggapan jika adanya dukungan dari

pemerintah desa dan masyarakat desa dapat menciptakan desa mandiri. 25

Selain dari skripsi tersebut modul yang di terbitkan oleh kementrian desa

yang berisi mengenai cara pelatihan pendamping desa termasuk cara penempatan

dan tugas umumnya. Dalam modul tersebut juga dibahas mengenai desa dan visi

24
Aldy Al Maqassary, Efektivitas pendamping desa dalam pembangunan infrastruktur pedesaan
di desa Sekodi, [ Jurnal ], disadur melaluihttp://www.e-jurnal.com/2015/08/efektivitas-
pendampingan-desa-dan.html/ pada tanggal 03-03-2017 ; 13.40
25
Mahadi Kusuma, Evaluasi Peran Pendamping Desa Terhadap Keberhasilan Desa Mandiri di
Kabupaten Bantul, [ Skripsi ], disadur melalui https://repository.ugm.ac.id/evaluasi peran
pendamping terhadap keberhasilan desa mandiri di kabupaten Bantul/pada tanggal 03-03-2017 ;
14.40 WIB

16

Universitas Sumatera Utara


undang undang desa, tata kelola desa, pembangunan desa, pengembangan

ekonomi desa serta pendampingan tentang konsep pendampingan, ketemapilan

pendampingan dan kinerja pendamping. Selain dari modul tersebut penulis juga

memperoleh sumber yang dapat memenuhi tulisan ini antara lain peraturan

pemerintan, undang undang, dan buku buku tentang desa yang telah di tulis oleh

peneliti terdahulu.

1.7 Metodologi Penelitian

1.7.1. Metode Penelitian

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

penelitian dengan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan diskriptif,

dimana penelitian merupakan suatu cara dalam memecahkan suatu masalah

berdasarkan fakta, dan data-data yang ada. sehingga penelitian ini memberikan

gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena melalui fakta-

fakta yang akurat. 26

1.7.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif, Penelitian kualitatif

bermaksud untuk memberi makna atas fenomena secara holistik dan harus

memerankan dirinya secara aktif dalam keseluruhan proses studi. 27 Orientasi

penelitian kualitatif yaitu pada upaya memahami fenomena secara menyeluruh.


26
Sudarwan Danin,Menjadi peneliti kualitatif:Ancangan Metodologi Presentasi dan Publikasi
Hasil penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti bidang ilmu-ilmu sosial, pendidikan
humaniora,(Bandung : Pustaka setia, 2002), hlm. 76.
27
Lexy j moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 27.

17

Universitas Sumatera Utara


Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai kebutuhan, mengandalkan

manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengandalkan

analisi data secara induktif, bersifat deskriftif, membatasi studi dengan fokus.

1.7.3. Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini, lokasi peneliti yang akan di jadikan sebagai sumber

penelitian yaitu di Kecamatan Simanindo,Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera

Utara.

1.7.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam memperoleh informasi dan data yang di perlukan maka penulis

melakukan teknik pengumpulan data primer dan skunder. Adapun yang menjadi

data Primer adalah data yang di proleh secara langsung berdasarkan informan di

lapangan, untuk mendapatkan mengenai faktor-faktor yang akan diteliti melalui

wawancara.Sebagai informan dalam penelitian yaitu para pendamping desa yaitu:

Dianto Manik, Pendamping desa pada bidang teknik. Friska Sibarani,

pendamping desa pada bidang pemberdayaan masyarakat, Kepala Desa Ambarita,

Oberlin Sitio. Camat Simanindo yaitu Dapot Simbolon. Masyarakat desa yaitu G.

Silalahi dan F. Sidabutar.

Sedangkan yang menjadi sumber data sekunder adalah lampiran

dokumentasi, buku-buku, journal, dan yang lainnya yang berkaitan dengan

pengelolaan Alokasi Anggaran Dana dan pendamping desa sesuai dengan tema

18

Universitas Sumatera Utara


yang akan di teliti. Nantinya teori-teori dan refrensi dari sumber-sumber data

sekunder tersebut dapat dijadikan panduan dalam melakukan penelitian ini.

1.7.5 Teknik Analisa Data

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis

berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.

Maka teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil berbagai sumber dan

literatur dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke

dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah

dipahami diri sendiri dan orang lain. 28

Analisis data kualitatif ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan

penelitian yaituBagaimana peran pendamping desa di kecamatan Simanindo

untuk mendampingi desa sesuai Undang Undang No 6 tahun 2014 Tentang desa.

1.8. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan penjabaran secara deskriptif tentang

hal-hal yang akan ditulis yang secara garis besar terdiri dari bagian awal, bagian

isi dan bagian akhir agar lebih mudah dan terarah untuk menyusun karya ilmiah.

28
Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2002), hlm. 89.

19

Universitas Sumatera Utara


Maka penulis membagi sistematika penulisan ini menjadi empat bab. Adapun

susunan penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan

Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, perumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, mamfaat penelitian,

kerangka teori, metodologi penelitian dan sitematika penelitian.

BAB II: Profil Kecamatan Simanindo & Kebijakan Pemerintah Menempatkan

Pendamping desa & Konsep pendamping desa

Bab II akan memaparkan tentang profil kecamatan Simanindo &

Konsep profil Pendamping desa serta tugas dan kewenangan

pendamping desa di kecamatan Simanindo serta kebijakan

pemerintah menempatkan pendamping desa.

BAB III: Analisi Peran Pendamping Desa Untuk Mendampingi Desa di Kecamatan

Simanindo.

Bab ini akan menguraikan hasil penelitian bagaimana peran

pendamping desa untuk mendampingi desa di Kecamatan

Simanindo sesuai UU No 6 Tahun 2014.

BAB IV : Penutup

Berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data serta

implikasi teori.

20

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai