Anda di halaman 1dari 19

Bab IV

Analisis Data
Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa tujuan daripada praktikum pipa udara
adalah mengetahui pengaruh pendinginan dan rugi-rugi pada aliran udara. Hasil akhir analisa
data praktikum serta perhitungannya akan direpresentasikan dalam bentuk grafik, dan
nantinya akan ditarik kesimpulan daripada karakteristik aliran yang berbeda-beda.

4.1. PERHITUNGAN
Berdasarkan dari hasil data percobaan yang diperoleh, dapat dilakukan perhitungan sebagai
berikut.
4.1.1 Perhitungan Percobaan Pipa 1 (pipa panjang dengan belokan)
Data percobaan pada percobaan ke 1 :
P = 0.35 kg/cm2
Θ = 40°
Q = 16 SFCH
L=2m
D = 0,5 cm
 Kapasitas mengalami perubahan satuan seperti berikut.
Q = Q (SCFH) 𝑥 7.866*10-6 m3/s

= 16 x 7.866*10-6 m3/s

= 0,000125856 m3/s

 Tekanan mengalami perubahan satuan seperti berikut.


P = P (Kg/Cm2) 𝑥 98000 (N/m2)
= 0,35(Kg/Cm2) 𝑥 98000 (N/m2)
= 34300 (N/m2)
 Menghitung nilai koefisien gesek berdasarkan berikut.
Nilai relative roughness kuningan adalah 0,002 serta viskositas udara 35°C yaitu
1,44 x10-4
DxV x ρ
Re =
μe
Re = 32090.788364
64
𝑓= = 0.03061

 Menghitung nilai gaya sebagai berikut.

F = P x A = 0,6731375
 Nilai kecepatan aliran dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut.
Q
V = A = 6,413044586 m/s
 Menghitung kerugian akibat panjang pipa dengan persamaan berikut.
2
f ×l×V ×ρ
1 = 2×D

= 325,5569258 N/m2

 Menghitung kerugian akibat belokan pipa sebagai berikut.

( β /90 )×ξ×V 2 ×ρ
2 = 2

= 105,0254 N/m2

 Menghitung kerugian pada katup sebagai berikut.


2
ξ×V ×ρ
3 = 2
Karena sudut putar 0º , maka ξ = 0
= 58.49513245 N/m2
 Menghitung kerugian total sebagai berikut.
total = 1 + 2 + 3

= 489,0774 N/m2

Dengan cara sama dengan diatas data - data yang lain dapat dihitung pada tabel berikut :

P(kg/cm2) sudut Q(SCFH) P(N/m2) Q(m3/s) F


0,35 40 16 34300 0,000125856 0,6731375

0,4 50 15,5 39200 0,000121923 0,7693


0,45 55 15 44100 0,00011799 0,8654625

v Re f ΔP1 ΔP2 ΔP3 Δptotal


6,413045 2090,788364 0,03061 325,556926 105,0254 58,49513245 489,0774
6,212637 2025,451227 0,031598 315,383272 98,56383 99,81147422 513,7586
6,012229 1960,114091 0,032651 305,209618 92,30744 91,13898921 488,656

Tabel 4.1. Pipa 1: Hasil perhitungan percobaan satu

4.1.2. Pada pipa 2 (pipa lurus tanpa pendingin)


Data percobaan pada percobaan ke 1:
P = 0,1 kg/cm2
Θ = 20°
Q = 20 SFCH
L = 0.85 m
D = 0,5 cm
 Kapasitas mengalami perubahan satuan seperti berikut.
Q = Q (SCFH) 𝑥 7.866*10-6 m3/s

= 20 x 7.866*10-6 m3/s

= 15.732 *10-5 m3/s

 Tekanan mengalami perubahan satuan seperti berikut.


P = P (Kg/Cm2) 𝑥 98000 (N/m2)
= 0,1 (Kg/Cm2) 𝑥 98000 (N/m2)
= 9800 (N/m2)
 Menghitung nilai koefisien gesek berdasarkan berikut.
Nilai relative roughness kuningan adalah 0,002 serta viskositas udara 35°C yaitu
1,44 x10-4
DxV x ρ
Re =
μe
0.005 x 8.0143 x 1,293
Re =
1,5 x 10−5
Re = 2613,485454

64
𝑓= = 0,02448837

Menghitung luas penampang sebagai berikut.
A = ¼ π D2 = ¼ π (0.005)2

= 1.963*10-5 m2

Menghitung nilai gaya sebagai berikut.

F = P x A = 9800 x 1.963*10-5 m2 = 0,1924

Nilai kecepatan aliran dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut.


Q 15.732 x 10−5
V = A = 1.963 x 10
−5
= 8,016306 m/s

Menghitung kerugian akibat panjang pipa dengan persamaan berikut.


2
f ×l×V ×ρ
1 = 2×D

=172,952117 N/m2

 Menghitung kerugian akibat belokan pipa sebagai berikut.

( β /90 )×ξ×V 2 ×ρ
2 = 2

=76,85795 N/m2
 Menghitung kerugian pada katup sebagai berikut.
2
ξ×V ×ρ
3 = 2
Karena sudut putar 15º , maka ξ = 0.8

0. 8×( 8.0143 )2×1,293


= 2 = 166,1793535 N/m2
 Menghitung kerugian total sebagai berikut.
total = 1 + 2 + 3

= 415,9894 N/m2
Dengan cara sama dengan diatas data - data yang lain dapat dihitung pada tabel berikut:

P(kg/cm2) sudut Q(SCFH) P(N/m2) Q(m3/s) F


0,1 20 20 9800 0,00015732 0,192325
0,2 30 20 19600 0,00015732 0,38465
0,3 40 20 29400 0,00015732 0,576975

0,4 90 19 39200 0,000149454 0,7693


v Re f ΔP1 ΔP2 ΔP3 Δptotal
8,016306 2613,485454 0,024488 172,952117 76,85795 166,1793535 415,9894
8,016306 2613,485454 0,024488 172,952117 76,85795 162,0248697 411,8349
8,016306 2613,485454 0,024488 172,952117 76,85795 228,4966111 478,3067
7,61549 2482,811182 0,025777 164,304511 69,3643 393,6892748 627,3581

Tabel 4.2. Pipa 2: Hasil perhitungan percobaan dua tanpa es

4.1.3. Pada pipa 3 (pipa lurus dengan belokan halus)

Data percobaan :
P = 0,4 kg/cm2
Θ = 25°
Q = 16 SFCH
L = 0,92 m
D = 0,5 cm
 Kapasitas mengalami perubahan satuan seperti berikut.
Q = Q (SCFH) 𝑥 7.866*10-6 m3/s

= 16 x 7.866*10-6 m3/s

= 0,000125856 m3/s
 Tekanan mengalami perubahan satuan seperti berikut.
P = P (Kg/Cm2) 𝑥 98000 (N/m2)
= 0,4 (Kg/Cm2) 𝑥 98000 (N/m2)
= 39200 (N/m2)
 Menghitung nilai koefisien gesek berdasarkan berikut.
Nilai relative roughness kuningan adalah 0,002 serta viskositas udara 35°C yaitu
1,44 x10-4
DxV x ρ
Re =
μe
Re = 2090,788364
64
𝑓= = 0,03061

 Menghitung luas penampang sebagai berikut.


A = ¼ π D2 = ¼ π (0.005)2

= 1.963*10-5 m2

 Menghitung nilai gaya sebagai berikut.

F = P x A = 39200 x 1.963*10-5 m2 = 0,7693

 Nilai kecepatan aliran dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut.


Q
V = A = 6,413 m/s
 Menghitung kerugian akibat panjang pipa dengan persamaan berikut.
2
f ×l×V ×ρ
1 = 2×D

= 149,756186 N/m2
 Menghitung kerugian akibat belokan pipa sebagai berikut.

( β /90 )×ξ×V 2 ×ρ
2 = 2
= 43,87135 N/m2

 Menghitung kerugian pada katup sebagai berikut.


2
ξ×V ×ρ
3 = 2
Karena sudut putar 25º , maka ξ = 0.2

= 47,85965382 N/m2
 Menghitung kerugian total sebagai berikut.
total = 1 + 2 + 3

= 241,4872 N/m2
Dengan cara sama dengan diatas data - data yang lain dapat dihitung pada tabel berikut :

P(kg/cm2) sudut Q(SCFH) P(N/m2) Q(m3/s) F

0,4 25 16 39200 0,000125856 0,7693


0,5 30 15 49000 0,00011799 0,961625

0,6 35 14 58800 0,000110124 1,15395


0,7 40 14 68600 0,000110124 1,346275

v Re f ΔP1 ΔP2 ΔP3 Δptotal


6,413045 2090,788364 0,03061 149,756186 43,87135 47,85965382 241,4872
6,012229 1960,114091 0,032651 140,396424 38,5588 77,11760625 256,0728
5,611414 1829,439818 0,034983 131,036663 33,589 81,42788324 246,0535
5,611414 1829,439818 0,034983 131,036663 33,589 78,88326189 243,5089

Tabel 4.3. Pipa 3: Hasil perhitungan percobaan tiga

4.1.4. Pada pipa 2 (pipa lurus dengan pendingin)

Data percobaan :
P = 0.1 kg/cm2
Θ = 25°
Q = 17 SFCH
L = 0.85 m
D = 0,5 cm
 Kapasitas mengalami perubahan satuan seperti berikut.
Q = Q (SCFH) 𝑥 7.866*10-6 m3/s

= 17 x 7.866*10-6 m3/s

= 0,000133722 m3/s
 Tekanan mengalami perubahan satuan seperti berikut.
P = P (Kg/Cm2) 𝑥 98000 (N/m2)
= 0.1 (Kg/Cm2) 𝑥 98000 (N/m2)
= 9800 (N/m2)
 Menghitung nilai koefisien gesek berdasarkan berikut.
Nilai relative roughness kuningan adalah 0,002 serta viskositas air 26°C yaitu 1,39
x10-4
DxV x ρ
Re =
μe
Re = 2221,462636

64
𝑓= = 1.84*10-2

 Menghitung luas penampang sebagai berikut.
A = ¼ π D2 = ¼ π (0.005)2

= 1.963*10-5 m2

 Menghitung nilai gaya sebagai berikut.

F = P x A = 9800 x 1.963*10-5 m2 = 0.1924

 Nilai kecepatan aliran dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut.


Q
V = A = 8.0143 m/s
 Menghitung kerugian akibat panjang pipa dengan persamaan berikut.
2
f ×l×V ×ρ
1 = 2×D
2
0 ,0184×0 . 92× ( 8. 0413 ) ×1 , 293
−3
= 2×5×10 = 140.5838186 N/m2

 Menghitung kerugian akibat belokan pipa sebagai berikut.

( β /90 )×ξ×V 2 ×ρ
2 = 2

( 0/90 )×1,5×( 8 . 0413 )2×1, 293


= 2 = 0 N/m2

 Menghitung kerugian pada katup sebagai berikut.


2
ξ×V ×ρ
3 = 2
Karena sudut putar 0 , maka ξ = 0
0×( 8 . 0413 )2 ×1. 293
= 2 = 0 N/m2
 Menghitung kerugian total sebagai berikut.
total = 1 + 2 + 3

= 140.5838 + 0 + 0

= 253.6621 N/m2

 Menghitung nilai koefisien menggunakan rumus




v 2 xL
 = f.
D .2 g
8.01432 x 0.92
140.5838 = f. =140.5838/1316.695 =0.10677
0.005 x 2 x 10

Dengan cara sama dengan diatas data - data yang lain dapat dihitung pada tabel
berikut :

Tekanan (P) kapasitas(Q) koefisien Gaya (F) kecepatan


no
Kg/cm2 N/m2 SCFH m3/s gesek(λ) N aliran(V)m/s

1 0,1 9800 20 15.732*10-5 0.10677 0.193 8.0143


2 0,2 19600 20 15.732*10-5 0.263752 0.385 8.0143
3 0,3 29400 20 15.732*10-5 0.364319 0.577 8.0143
4 0,4 39200 20 15.732*10-5 0.523754 0.769 8.0143
5 0,45 44100 20 15.732*10-5 0.635884 0.865 8.0143
koefisien ∆P tot
no Sudut (0) ∆P1 (N/m^2) ∆P2 (N/m^2) ∆P3 (N/m^2)
hambatan (N/m^2)

1 0 0 140.5838186 0 0 140.5838
2 25 2.2 140.5838186 115.3446 91.35291 347.2813
3 33 4.5 140.5838186 152.2548 186.8582 479.6969
4 38 9 140.5838186 175.3238 373.7164 689.624
5 43 12 140.5838186 198.3927 498.2886 837.2651

Tabel 4.4. Pipa 2: Hasil perhitungan percobaan empat dengan es


4.2 ANALISA GRAFIK
4.2.1 Grafik Tekanan (P) vs Gaya (F)

Gaya Vs Tekanan
1
0.9
0.8
0.7
0.6
Gaya (N)

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
Tekanan (N/m^2)

Grafik 4.1. Tekanan vs Gaya

Grafik 4.1 di atas menggambarkan pengaruh tekanan terhadap besarnya gaya yang
terjadi. Dari grafik dapat diketahui bahwa semakin besar tekanan maka semakin
besar gaya, begitu juga sebaliknya, semakin kecil tekanan maka semakin kecil pula
gayanya. Hal ini dikarenakan semakin besar tekanan pada pipa, maka semakin besar
pula gaya yang dibutuhkan untuk memindahkan fluida. Hal ini sesuai dengan
persamaan :

F=PxA

Dimana besarnya gaya (F) berbanding lurus dengan tekanan (P) untuk luasan yang
konstan (luasan pada praktikum tersebut kontstan karena diameter pipa termasuk
konstanta). Karena di praktikum pipa udara kali ini nilai P tidak bervariasi di setiap
percobaan, berdasarkan rumus maka grafik hubungan P terhadap F akan sama
seperti diatas.
4.2.2 Grafik Tekanan (P) dengan Kapasitas (Q)

P vs Q
0
0
0
0
0
Q

0
0
0
0
0
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
P

Grafik 4.2. Tekanan vs Kapasitas

Dari grafik 4.2 di atas dapat diketahui bahwa kapasitas (Q) bernilai konstan karena saat
praktikum alat Q (SCFH) tidak bekerja dengan maksimal. Seharusnya, semakin besar nilai
kapasitas (Q), maka nilai tekanan (P) akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan ketika
tekanan besar berarti diameter pipa mengecil, sehingga debit air yang dihasilkan juga
mengecil. Ini sesuai dengan persamaan berikut :

Q=VxA Q = V x (F/P)

Dari persamaan rumus di atas dapat disimpulkan bahwa ketika nilai tekanan (P) kecil,
maka nilai kapasitas (Q) semakin besar. Hal ini dikarenakan nilai kapasitas (Q) berbanding
terbalik dengan tekanan (P).
4.2.3 Grafik Tekanan (P) dengan Sudut Putar (θ)

Tekanan dan Sudut


60

50

40

30

20

10

0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.45

Pipa 1 Pipa 2 Es Pipa 2 es Pipa 3 es

Grafik 4.3. Tekanan vs Sudut

Dari grafik 4.3 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar nilai sudut putar (θ)
semakin besar, maka nilai tekanan (P) semakin besar pula dan nilai kapasitas (Q)
semakin kecil. Hal ini dikarenakan ketika sudut putar semakin besar maka besar
diameter pipa semakin mengecil, hal ini berakibat pada meningkatnya tekanan, dan
menurutnya debit air yang dihasilkan. Sesuai dengan persamaan berikut :

ξ×V ×ρ
2 x (Q.P ) 2 x
 = 2 2 F .d

Dimana nilai koefisien hambatan ( ξ ) itu bergantung pada seberapa besar


sudut putar katup (θ). Semakin besar sudut putar (θ) katup, maka semakin besar

pula nilai koefisien hambatan ( ξ ) (sudut putar katup berbanding lurus


dengan niai koefisien hambatan). Dan ketika nilai koefisien hambatan
semakin besar maka nilai tekanan (P) juga akan semakin besar. Hal ini
disebabkan karena nilai tekanan (P) berbanding lurus dengan nilai koefisien

hambatan ( ξ ). Pada Pipa pertama kemungkinan besar terjadi kesalahan


dalam pembacaan hasil sudut. Karena tidak sesuai dengan rumus yang ada.
4.2.4 Grafik Tekanan (P) dengan 1, 2, 3

Tekanan dan 1


600.000

500.000

400.000

300.000

200.000

100.000

0.000
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5

Grafik 4.4. Tekanan vs 1

Dari grafik 4.4 dapat diketahui hubungan tekanan dengan loses yang diakibatkan
oleh panjang pipa. Semakin panjang instalasi pipa, semakin besar loses yang
terjadi. Semakin kecil tekanan yang dibuat, maka semakin besar loses yang terjadi.
Hal ini dikarenakan ketika pipa semakin panjang, maka semakin banyak pula
gesekan yang terjadi antara fluida dengan material pipa, dimana gesekan ini yang
mengakibatkan losses dan mengurangi nilai tekanan yang ada. Didalam rangkaian
instalasi pipa udara, terdapat beberapa loses yang harus diperhitungkan, antara lain
loses akibat panjang pipa (∆P1), belokan dan aksesoris (∆P2), serta akibat dari
katup (∆P3). Dalam bagian ini, dijelaskan mengenai hubungan antara tekanan
dengan loses yang terjadi.
Tekanan dan 
300.0000

250.0000

200.0000

150.0000

100.0000

50.0000

0.0000
0.1 0.1 0.2 0.2 0.3 0.3 0.4 0.4 0.5 0.5

Grafik 4.5. Tekanan vs 2

Jika sebelumnya dijelaskan mengenai loses yang diakibatkan panjang pipa, maka
gambar diatas menunjukkan loses yang diakibatkan oleh belokan dengan
aksesorisnya (∆P2). Pada grafik 4.5 membuktikan bahwa semakin banyak belokan
dan aksesoris pada pipa menyebabkan tekanan semakin menurun, hal ini
dikarenakan ketika semakin banyak belokan dan akesoris lainnya, maka semakin
banyak pula gesekan fluida dengan material pipa, sehingga menimbulkan losses, dan
mengurangi tekanan yang ada. Mengenai nilai loses yang terjadi akibat belokan,
dapat dilihat pada tabel due banding. Penjelasan mengenai grafik hubungan
tekanan dengan ∆P2, tidak jauh beda dengan penjelasan sebelumnya diakibatkan
oleh panjang pipa (∆P1). Semakin kecil tekanan yang dibuat, maka semakin besar
loses yang terjadi. Pada percobaan pertama pada pipa 1 kemungkinan besar terjadi
kesalahan pada pembacaaan data.
Tekanan dan 
600.0000

500.0000

400.0000

300.0000

200.0000

100.0000

0.0000
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5

Grafik 4.6. Tekanan vs 3

Yang terakhir ialah loses yang diakibatkan pada bukaan katup. Bukaan katup sangat
berpengaruh pada tekanan yang terjadi, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
apabila semakin besar sudut yang digunakan pada bukaan katup, maka akan
semakin kecil luas penampang yang dilalui oleh udara. Hal itu mengakibatkan
terjadi tekanan. Hal ini juga dapat dibuktikan dengan melihat grafik 4.6. Tekanan
sebenarnya terjadi karena akibat terjadi back flow sebelumnya. Besar nilai loses
yang diakibatkan karena bukaan katup, dapat dilihat pada table due valve opening.

Dapat dilihat dari grafik bahwa, ΔP1(rugi akibat gesekan)akan semakin kecil seiring
bertambahnya tekanan, maka kecepatannya akan semakin menurun, dimana rugi
gesek ini sebanding dengan kecepatan, berdasarkan persamaan :

λ×l ×V 2× ρ
ΔP1= 2× D ,

( β /90 )×ξ×V 2 ×ρ
2 = 2
2
ξ×V ×ρ
3 = 2
Sehingga semakin kecil kecepatan, semakin kecil pula rugi geseknya. Begitu juga
dengan ΔP2 (rugi akibat belokan) akan semakin meningkat seiring bertambahnya
tekanan. Sedangkan untuk ΔP3(rugi akibat katup) bertambah seiring bertambahnya
koefisien hambatannya, walaupun kecepatannya menurun, namun kenaikan
koefisien hambatan menyebabkan rugi akibat belokan dan akibat katup juga
mengalami peningkatan. Pada pembacaan percobaan pertama pipa 1 kemungkinan
terjadi kesalahan pembacaan, karena tidak sesuai dengan yang seharusnya.

4.2.5 Grafik Kapasitas dengan 1, 2, 3

Kapasitas dan ∆P1


350

300

250

200 Pipa 1
Pipa 2
∆P1

150 pipa 2 es
pipa 3 es
100

50

0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kapasitas

Grafik 4.9. Kapasitas vs 1

Dari gambar grafik 4.9 diatas, seharusnya pada grafik ini dapat diketahui hubungan
kapasitas dengan loses yang diakibatkan oleh panjang pipa. Pada normalnya
Semakin panjang instalasi pipa, semakin besar loses yang terjadi. Semakin besar
loses yang terjadi, maka semakin besar pula kapasitas udara yang mengalir. Hal ini
dikarenakan ketika losses akibat panjang pipa semakin besar mengakibatkan
tekanan mengecil, dari tekanan yang kecil inilah kapasitas semakin besar Didalam
rangkaian instalasi pipa udara. Tetapi dikarenakan rusaknya komponen pengukur
SCFH kami anggap SCFH sebesar 20 pada semua percobaan sehingga kami tidak
dapat mengukur kapasitas. terdapat beberapa loses yang harus diperhitungkan,
antara lain loses akibat panjang pipa (∆P1), belokan dan aksesoris (∆P2), serta
akibat dari katup (∆P3). Dalam bagian ini, dijelaskan mengenai hubungan antara
kapasitas dengan loses yang terjadi.

Kapasitas dan ∆P2


300

250

200
Pipa 1
150 Pipa 2
∆P2

pipa 2 es
100 pipa 3 es

50

0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kapasitas

Grafik 4.10. Kapasitas vs 2

Jika sebelumnya dijelaskan mengenai loses yang diakibatkan panjang pipa, maka
grafik 4.10 di atas menunjukkan loses yang diakibatkan oleh belokan dengan
aksesorisnya (∆P2). Mengenai nilai loses yang terjadi akibat belokan. Penjelasan
mengenai grafik hubungan kapasitas dengan ∆P2, tidak jauh beda dengan
penjelasan sebelumnya yang diakibatkan oleh panjang pipa (∆P1). Seharusnya
Semakin kecil loses yang terjadi, maka semakin kecil juga kapasitas udara yang
mengalir dalam instalasi pipa. Hal ini dikarenakan ketika losses akibat panjang pipa
semakin besar mengakibatkan tekanan mengecil, dari tekanan yang kecil inilah
kapasitas semakin besar. Tetapi dikarenakan rusaknya komponen pengukur SCFH
kami anggap SCFH sebesar 20 pada semua percobaan sehingga kami tidak dapat
mengukur kapasitas.
Kapasitas dan ∆P3
600

500

400
Pipa 1
300 Pipa 2
∆P3

pipa 2 es
200 pipa 3 es

100

0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kapasitas

Grafik 4.11. Kapasitas vs 3

Dalam grafik 4.11 di atas menunjukkan hubungan antara kapasitas dengan loses
yang diakibatkan oleh katup (ΔP3), seharusnya semakin rendah nilai kapasitas, maka
semakin tinggi nilai loses yang terjadi, tetapi semakin tingggi nilai kapasitas, maka
semakin rendah loses yang timbul. Hal ini dikarenakan apabila semakin besar sudut
yang digunakan pada bukaan katup, maka akan semakin kecil luas penampang yang
dilalui oleh udara. Hal itu mengakibatkan terjadi tekanan. Sehingga kapasitas
menurun. Tetapi dikarenakan rusaknya komponen pengukur SCFH kami anggap SCFH
sebesar 20 pada semua percobaan sehingga kami tidak dapat mengukur kapasitas.

4.2.5 Grafik Kapasitas (Q) dengan Gaya (F)

Grafik Kapasitas (Q) dengan Gaya (F)


1
0.8
pipa 1
0.6
Gaya (F)

pipa 2
0.4 pipa 2 dengan es
0.2 pipa 3 dengan es

0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kapasitas (Q)

Grafik 4.7. Kapasitas vs Gaya


Dari grafik 4.7 di atas seharusnya menunjukkan hubungan antara kapasitas aliran
fluida (Q) dan besarnya gaya (F) yang terjadi adalah berbanding terbalik. Tetapi
karena kita menggunakan besar SCFH yang sama karena alat praktikum tidak
berfungsi dengan baik, sehingga Kapasitas setiap kali percobaan tetap sama.
Seharusnya, jika nilai kapasitas (Q) semakin besar, maka nilai gaya (F) akan semakin
kecil. Hal ini dikarenakan ketika kapasitas air meningkat maka gaya yang
dibutuhkan untuk memindahkan fluida semakin kecil karena sudah ada gaya yang
dihasilkan oleh pompa, selain itu ketika kapasitas air besar, maka diameter pipa
juga besar, sehingga tekanannnya mengecil. Berdasarkan persamaan yang ada dapat
di ketahui bahwa Q = V x A, sedangkan untuk mendapatkan nilai F dapat dicari dari
persamaan F = P x A. Sehingga didapatkan persamaan baru Q = V x (F/P), dari
persamaan ini dapat kita simpulkan bahwa besarnya kapasitas aliran fluida
berbanding terbalik dengan gayanya. Sehingga pernyataan ini telah sesuai dengan
grafik yang diperoleh dari percobaan ini.

4.2.6 Grafik Kapasitas dengan Sudut Putar (θ)

Grafik Kapasitas (Q) dengan Sudut Putar


60

50

40
pipa 1
Sudut Putar

30 pipa 2
pipa 2 dengan es
20 pipa 3 dengan es

10

0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kapasitas (Q)

Grafik 4.8. Kapasitas vs Sudut Putar (θ)

Dari grafis 4.8 di aatas, seharusnya kita bisa mengetahui hubungan grafik antara
kapasitas (Q) dengan sudut putar (θ). Tetapi karena kita menggunakan besar SCFH
yang sama karena alat praktikum tidak berfungsi dengan baik, sehingga Kapasitas
setiap kali percobaan tetap sama. Seharusnya, apabila nilai dari sudut putar katup
bernilai kecil, maka kapasitas udara yang mengalir mempunyai nilai yang besar,
tetapi apabila sudut putar dari katup bernilai besar, maka kapasitas udara yang
mengalir mempunyai nilai yang kecil. Hal tersebut diakibatkan karena sudut putar
dari katup mempengaruhi besar kecilnya luasan penampang pipa yang dialiri udara,
sehingga berdampak pula pada kapasitas yang dihasilkan. Formula dibawah ini akan
membuktikan hal tersebut.

Q=vxA

Apabila kecepatan aliran udara (v) dianggap konstan, maka apabila sudut putar
bernilai besar, maka luas penampang (A) akan bernilai kecil yang mengakibatkan
kapasitas aliran udara pun kan menjadi kecil juga.

Anda mungkin juga menyukai