Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULAN

A.   Latar Belakang
Oseanografi kimia merupakan bagian dari ilmu yang mempelajari sifat-sifat kimia
laut  dan komposisi sedimen laut.  Dengan demikian oseanografi kimia perairan pesisir
diartikan sebagai sifat – sifat kimia perairan pesisir dan komposisi sedimennya, faktor-
faktor yang mempengaruhi dan interaksinya baik secara fisika, kimia maupun biologi. 
Air adalah suatu zat pelarut yang bersifat berdaya guna, yang mampu melarutkan
zat-zat lain dalam jumlah yang lebih besar daripada zat cair lainnya. Sifat ini dapat dilihat
dari banyaknya unsur-unsur pokok yang terdapat dalam air laut. Diperkirakan hampir
sebesar 50 triliun metric ton garam yang larut dalam air laut. Air laut juga mengandung
sejumlah besar gas-gas udara terlarut. Semua gas-gas yang ada di amosfer dapat
dijumpai di dalam air laut, walaupun jumlah mereka ini terdapat dalam perbandingan
yang tidak sama seperti yang ada di udara. Gas oksigen khususnya sangat penting,
karena sangat dibutuhkan bagi kehidupan organisme air. Umumnya gas ini banyak
dijumpai di lapisan permukaan, oleh karena itu oksigen yang berasal dari udara di
dekatnya dapat secara langsung larut (berdifusi) ke dalam air laut.

Oksigen terlarut diambil oleh organisme perairan melalui respirasi untuk


pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan.  Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat
mengurangi efesien pengambilan oksigen oleh biota laut,  sehingga dapat menurunkan
kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya.
Mengingat pentingnya hal tersebut terhadap organisme laut, maka dilakukanlah
praktikum oseanografi kimia ini untuk mengkaji lebih jauh mengenai kondisi oksigen
terlarut (DO) yang berada di perairan Popsa Makassar.
B.     Tujuan dan Kegunaan
Praktikum  Oseanografi Kimia ini bertujuan untuk menentukan oksigen terlarut
(Dissolved Oxygen) di sekitar wilayah perairan Popsa, Makassar.
Kegunaan dari Praktikum ini adalah agar dapat memahami dan mengetahui cara
menentukan dan  indikator  kualitas air laut dengan melihat oksigen terlarut yang ada di
dalam air laut pada suatu wilayah perairan laut.
TINJAUAN PUSTAKA
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan yang vital bagi kelangsungan hidup
organisme suatu perairan.  Oksigen terlarut diambil oleh organisme perairan melalui
respirasi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan.  Menurunnya kadar oksigen
terlarut dapat mengurangi efesien pengambilan oksigen oleh biota laut,  sehingga dapat
menurunkan kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya.  Umumnya
oksigen dijumpai di lapisan permukaan karena oksigen dari udara didekatnya dapat
secara langsung larut (berdifusi ke dalam air laut).  Phytoplankton juga membantu
meningkatkan kadar oksigen terlarut pada siang hari.  Penambahan ini disebabkan oleh 
terlepasnya gas oksigen sebagai hasil fotosintesis (Hutabarat dan Evans,  1985).
Menurut Odum (1971), tinggi rendahnya kadar oksigen di dalam air banyak
bergantung pada arus dan gelombang, suhu, salinitas, kedalaman, serta potensi biotik
perairan.  Ditambahan pula oleh Warjdono (1974) bahwa kelarutan oksigen dalam air
dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial gas-gas yang ada di udara maupun di dalam air.  
Makin tinggi suhu, salitas, dan tekanan parsial gas yang terlarut dalam air maka kelarutan
oksigen dalam air makin berkurang.  Menurut Welch  (1952), berkurangnya oksigen yang
larut dalam air adalah karena digunakan oleh organisme utuk proses perombakan bahan-
bahan organik  yang larut maupun bahan-bahan kotoran dasar.
            Limbah organik sangat berpengaruh pada jumlah oksigen terlarut karena secara
alamiah, limbah organik berupa mikroorganisme dapat mengdegradasi dan menguraikan
limbah organik yang ada sehingga proses dekomposisi oleh bakteri terhadap limbah
organik itu dapt menurunkan jumlah O2 yang ada.  Kekurangan oksigen ekibat
dekomposisi limbah organik oleh bakteri dapat diatasi dengan cara uptake/pengambilan
O2 dari udara yang dipenagruhi oleh tekanan aotmosfer ke dalam laut.  Di daerah
permukaan penambahan dan pengurangan DO hanya bersumber dari aktivitas
fotosintesis dari tumbuhan air dan adanya perbedaan DO antara dasar dan permukaan
(Anonim,  2010).
            Menurut Dahuri (2001) bahwa konsentrasi dan distribusi oksigen di laut oleh
kelarutan gas oksigen dalam air dan proses biologi yang mengontrol tingkat konsumsi
dan pembebasan oksigen.  Proses fisik juga mempengaruhi kecepatan oksigen
memasuki dan terdistribusi di dalam laut.
            Kandungan oksigen terlarut 2 mgr/L adalah kandungan minimal yang cukup untuk
mendukung kehidupan organisme perairan secara normal.  Agar kehidupan dapat layak
dan kegiatan perikanan berhasil maka kandungan oksigen terlarut harus tidak boleh
kurang daripada 4 ppm sedangkan perairan mengandung 5 mgr/L oksigen pada  suhu 20
– 30  oC masih dipandang sebagi air yang cukup baik utuk kehidupan ikan (Ismail, 1994).
            Kualitas air suatu    perairan pesisir dicirikan oleh karakteristik kimianya, yang
sangat dipengaruhi masukan dari daratan maupun dari laut sekitarnya.  Pada
kenyataannya, perairan pesisir merupakan    penampungan terakhir segala jenis limbah
yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Karenya karakteristik kimia perairan pesisir
bersifat unik dan ditentukan oleh besar kecilnya pengaruh iteraksi  kegiatan - kegiatan   di
atas  serta kondisi hidrodinamika perairan pesisir, seperti proses difusi, disolusi dan
pengadukan terhadap substansi kimia.
Substansi kimia yang bersifat mudah terurai (BOD, NH 3-N, N-Organik, Surfaktan)
akan mengalami dekradasi dan mineralisasi (menghasilkan usur-usur C, H, N, S, P dan
lain-lain).  Proses degradasi tersebut membutuhkan oksigen terlarut dalam air.  Bila
suplai O2 lebih lambat dibandingkan penggunaanya, maka akan terjadi keadaan anaerob
(oxygen depletion) yang dapat menimbulakn kematian massal biota laut karena
kekurangan O2 terlarut untuk respirasi (asphyxiation) (Dahuri, 2001).
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.   Prinsip Analisis
Pada praktikum Penentuan Kadar Oksigen Terlarut menggunakan prinsip penentuan
oksigen secara tirometric dengan metode standar winkler atau metode titrasi idometri.
Dengan menggunakan titrasi winkler dapat ditentukan kadar Dissolved Oxygen (DO) dari
suatu perairan. Sampel yang dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan Mncl2 dan
NaOH, sehingga terjadi endepan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atau Hcl maka
endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga membebaskan molekul iodium. Iodium
yang dibebaskan selanjutnya dititrasi dengan larutan NAtrium Tiosulfat (Na2 S2 O3) dan
menggunakan indicator larutan Amilum (Latief, 2003).
B.   Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Penentuan Kadar Oksigen (DO) yaitu BOD 300
ml sebagai tempat sampel air laut,buret titrasi untuk memtitrasikan larutan pada sampel,
pipet tetes untuk memindahkan larutan, gelas ukur digunakan untuk mengukur sampel air
laut yang akan digunakan.
Bahan yang digunakan pada praktikum Penentuan Kadar Oksigen (DO) yaitu
MnSO4 sebagai larutan untuk mengikat O2. Larutan Asam Sulfat Pekat H2SO4 sebagai
indikator warna ungu. Larutan ANtrium Tiosulfat untuk pembentukan larutan kering.
Larutan alkali iodidaasida untuk membentuk endapan coklat dan mengikat iodida
.
C.   Prosedur Kerja
Pertama-tama menyiapkan alat dan bahan, membuka botol BOD dan mengambil
sampel di Perairan Popsa. Setelah itu menganalisis di Laboratorium Oseanografi Kimia,
membuka botol BOD dan memasukkan MnSO4 dan NaOH + Kl sebanyak 2 m, menutup
botol kemudian menghomogenkan sebanyak 8 kali, memasukkan H2SO4 sebanyak 2 ml
dan menghomogenknannya lagi sebanyak 8 kali. Memasukkan sampel terlarut sebanyak
100 ml ke gelas ukur. Larutan yang terdapat pada gelas ukur dimasukkan ke dalam
erlenmeyer dan dihomogenkan. Menitrasi larutan dengan indikator Natrium Larutan
dengan indikator Natrium Tiosulfat dengan perlahan-lahan sampai larutan berubah warna
menjadi warna kuning muda. Kemduian menambahkan indikator Amilium sebanyak 5
tetes sampai warna berubah menjadi biru keunguan, setelah itu menitrasi kembali
dengan indikator Natrium Tiosulfat sampai berubah menjadi warna bening, melakukan
pengulangan sebanyak 2 kali.
D.   Perhitungan
Untuk menentukan kadar Oksigen suatu perairan maka digunkan rumus:

Oksigen terlarut dalam mg/L = 


Dimana:
A   = mL larutan baku natrium tiosulfat yang digunakan;
Vc = mL larutan yang dititrasi;
N   = kenormalan larutan natrium tiosulfat;
Vb = volume botol BOD
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.   Hasil
Rumus penentuan Oksigen Terlarut (DO) suatu perairan yaitu ;

Oksigen terlarut dalam mg/L = 


Diketahui A= 2,7                     N= 0,025
                Vc= 100                  Vb= 250
Maka Oksigen Terlarut dalam mg/L adalah:

DO  =  

=  

=  
= 5, 270 mg/L
B.   Pembahasan
Dari hasil praktiikum yng kami lakukan  didapatkan hasil Oksigen Terlarut pada
perairan Popsa yakni 5,270 mg/L. Dengan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa perairan
Popsa Makassar merupakan perairan dengan kualitas perairan dengan kategori tercemar
berat dengan kisaran 4,5 – 6,5 mg/l. Dari hasil ini membuktikan bahwa Perairan Popsa
Makassar telah tercemar oleh karena aktivitas manusia  seperti pembuangan limbah
rumah tangga, limbah kapal, pembangunan pemukiman di sekitar perairan yang
mengakibatkan laju sedimentasi yang tinggi pada daerah ini. Hal ini dapat pula di lihat
dengan kandungan lumpur yang sangat tinggi. Secara fisik dapat dilihat dengan
kekeruhan airnya pada saat pengambilan sampel. Hasil ini pun dapat dijadikan indokator
bahwa perairan ini akan mempengaruhi kehidupan organisme.
 Hal ini sesuai dengan apa yang ungkapkan Hutabarat dan Evans (1982) bahwa
menurunnya kadar oksigen terlarut dapat mengurangi efisien pengambilan oksigen oleh
biota laut, sehingga dapat menurunkan kemampuan untuk hidup normal dalam
lingkungan hidupnya agar kehidupan organisme dapat normal maka kandungan oksigen
terlarut harus tidak boleh kurang dari 4 ppm sedangkan perairan mengandung 5 mg/l
oksigen pada suhu 20 – 30 0 C masih dipandang sebagai air yang cukup baik untuk
kehidupan.

                               
KESIMPULAN DAN SARAN
A.   Kesimpulan
Dari hasil percobaan Oksigen Terlarut yang kami lakukan pada tanggal 8 maret 2011,
maka dapat disimpulkan bahwa perairan Popsa Makassar termasuk Perairan yang Kadar
Oksigennya rendah. Hal ini diketahui dengan melihat nilai analisis yang didapatkan yakni
5,270 mg/L.
B.  Saran
Saran saya sebaiknya asisten Untuk Laboratorium diperbanyak lagi, jadi tiap
kelompok dapat satu asisten yang dapat membimbing dalam praktikum serta memeriksa
Laporan Mingguan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.  2010.  Bahan Kuliah Pencemaran Laut.  Fakultas Ilmu Kelautan, UNHAS, Makassar.
Dahuri, dkk.  2001.  Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. 
Pradnya Paramita.  Jakarta.
Hutabarat dan Evans.  2002.   Pengantar Oceanografi.  Universitas Indonesia, Jakarta.
Ismail H.  1994.  Studi Kelayakan Perairan Pulau Pajenekang (Skripsi).  UNHAS, Ujung Pandang.
Odum.  EP.  1971.  Fundamental of Ecology, N.B. Sounders Company,  Washington: 574 PP.

Warjdono, S,T,H.
1974. ManajemenKualitas
Air.Fak.Perikanan IPB. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai