Anda di halaman 1dari 10

Sel Natural Killer (NK)

Sel natural killer (NK) adalah suatu limfosit yang berespons terhadap mikroba intraselular
dengan cara membunuh sel yang terinfeksi dan memproduksi sitokin untuk mengaktivasi
makrofag yaitu IFN-γ.
Sel NK berjumlah 10% dari total limfosit dalam darah dan organ limfoid perifer. Sel NK
mengandung banyak granula sitoplasma dan mempunyai penanda permukaan (surface
marker) yang khas. Sel ini tidak mengekspresikan imunoglobulin atau reseptor sel T. Sel NK
dapat mengenali sel pejamu yang sudah berubah akibat terinfeksi mikroba. Mekanisme
pengenalan ini belum sepenuhnya diketahui.
Sel NK mempunyai berbagai reseptor untuk molekul sel pejamu (host cell), sebagian reseptor
akan mengaktivasi sel NK dan sebagian yang lain menghambatnya. Reseptor pengaktivasi
bertugas untuk mengenali molekul di permukaan sel pejamu yang terinfeksi virus, serta
mengenali fagosit yang mengandung virus dan bakteri. Reseptor pengaktivasi sel NK yang
lain bertugas untuk mengenali molekul permukaan sel pejamu yang normal (tidak terinfeksi).
Secara teoritis keadaan ini menunjukkan bahwa sel NK membunuh sel normal, akan tetapi
hal ini jarang terjadi karena sel NK juga mempunyai reseptor inhibisi yang akan mengenali
sel normal kemudian menghambat aktivasi sel NK. Reseptor inhibisi ini spesifik terhadap
berbagai alel dari molekul major histocompatibility complex (MHC) kelas I.
            Terdapat 2 golongan reseptor inhibisi sel NK yaitu killer cell immunoglobulin-like
receptor (KIR), serta reseptor yang mengandung protein CD94 dan subunit lectin yang
disebut NKG2. Reseptor KIR mempunyai struktur yang homolog dengan imunoglobulin.
Kedua jenis reseptor inhibisi ini mengandung domains structural motifs di sitoplasmanya
yang dinamakan immunoreceptor tyrosine-based inhibitory motif (ITIM) yang akan
mengalami fosforilasi ke residu tirosin ketika reseptor berikatan dengan MHC kelas I,
kemudian ITIM tersebut mengaktivasi protein dalam sitoplasma yaitu tyrosine phosphatase.
Fosfatase ini akan menghilangkan fosfat dari residu tirosin dalam molekul sinyal (signaling
molecules), akibatnya aktivasi sel NK terhambat. Oleh sebab itu, ketika reseptor inhibisi sel
NK bertemu dengan MHC, sel NK menjadi tidak aktif.
            Berbagai virus mempunyai mekanisme untuk menghambat ekspresi MHC kelas I
pada sel yang terinfeksi, sehingga virus tersebut terhindar dari pemusnahan oleh sel T
sitotoksik CD8+. Jika hal ini terjadi, reseptor inhibisi sel NK tidak teraktivasi sehingga sel NK
akan membunuh sel yang terinfeksi virus. Kemampuan sel NK untuk mengatasi infeksi
ditingkatkan oleh sitokin yang diproduksi makrofag, diantaranya interleukin-12 (IL-12). Sel
NK juga mengekspresikan reseptor untuk fragmen Fc dari berbagai antibodi IgG. Guna
reseptor ini adalah untuk berikatan dengan sel yang telah diselubungi antibodi (antibody-
mediated humoral immunity).
            Setelah sel NK teraktivasi, sel ini bekerja dengan 2 cara. Pertama, protein dalam
granula sitoplasma sel NK dilepaskan menuju sel yang terinfeksi, yang mengakibatkan
timbulnya lubang di membran plasma sel terinfeksi dan menyebabkan apoptosis. Mekanisme
sitolitik oleh sel NK serupa dengan mekanisme yang digunakan oleh sel T sitotoksik. Hasil
akhir dari reaksi ini adalah sel NK membunuh sel pejamu yang terinfeksi. Cara kerja yang
kedua yaitu sel NK mensintesis dan mensekresi interferon-γ (IFN-γ) yang akan mengaktivasi
makrofag. Sel NK dan makrofag bekerja sama dalam memusnahkan mikroba intraselular:
makrofag memakan mikroba dan mensekresi IL-12, kemudian IL-12 mengaktivasi sel NK
untuk mensekresi IFN-γ, dan IFN-γ akan mengaktivasi makrofag untuk membunuh mikroba
yang sudah dimakan tersebut .

Tubuh menggunakan sel T sitotoksik untuk mengenali antigen virus yang ditunjukkan oleh
MHC, virus menghambat ekspresi MHC, dan sel NK akan berespons pada keadaan dimana
tidak ada MHC. Pihak mana yang lebih unggul akan menentukan hasil akhir dari infeksi.

BAB I
PENDAHULUAN
A.                LATAR BELAKANG
Manusia terus menerus berkontak dengan agen eksternal yang dapat membahayakan
jika masuk ke dalam tubuh. Yang paling serius mikroorganisme penyebab penyakit. Jika
bakteri atau virus akhirnya masuk ke dalam tubuh, maka tubuh dilengkapi oleh sistem
pertahanan internal yang kompleks dan multifaset-sistem imun-yang memberi perlindungan
terus menerus terhadap invasi oleh agen asing. Selain itu, permukaan tubuh yang terpajan ke
lingkungan eksternal, misalnya sistem integumen atau kulit, berfungsi sebagai lini pertama
pertahanan untuk mencegah masuknya mikroorganisme asing. Sistem imun juga melindungi
tubuh dari kanker dan untuk mempermudah perbaikan jaringan yang rusak.
Sistem imun secara tidak langsung berperan dalam homeostasis dengan membantu
mempertahankan kesehatan organ-organ yang secara langsung berperan dalam homeostasis.
Imunitas adalah kemampuan tubuh untuk menahan atau menghilangkan benda asing
atau sel abnormal yang berpotensi merugikan. Sistem imun suatu sistem pertahanan internal
yang berperan kunci dalam mengenal dan menghancurkan atau menetralkan benda-benda di
dalam tubuh yang asing bagi “diri normal”.

B.                 TUJUAN
1.               Untuk mengetahui pengertian interferon
2.               Untuk mengetahui mekanisme kerja dari interferon
3.               Untuk mengetahui fungsi dari interferon

C.                 RUMUSAN MASALAH


1.                  Apakah pengertian dari interferon ?
2.                  Bagaimanakah mekanisme kerja dari interferon ?
3.                  Apa saja fungsi dari interferon ?
4.                  Apa saja manfaat interferon ?
5.                  Apa saja efek samping dari interferon ?
BAB II
PEMBAHASAN

A.                DEFENISI INTERFERON


Interferon adalah keluarga dari protein-protein yang terjadi secara alami yang dibuat
dan dikeluarkan oleh sel-sel sistem imun (contohnya, sel-sel darah putih, sel-sel pembunuh
alami, fibroblast-fibroblast, dan sel-sel epithelial).

B.                 FUNGSI INTERFERON


Interferon, terutama alfa dan beta memiliki peranan penting dalam pertahanan
terhadap infeksi virus. Senyawa interferon adalah bagian dari sistem imun non-spesifik dan
senyawa tersebut akan terinduksi pada tahap awal infeksi virus, sebelum sistem imun spesifik
merespon infeksi tersebut. Aktivasi protein interferon terkadang dapat menimbulkan
kematian sel yang dapat mencegah infeksi lebih lanjut pada sel.Fungsi lain dari interferon
adalah untuk upregulate molekul kompleks histokompatibilitas utama, MHC I dan MHC II,
dan meningkatkan aktivitas immunoproteasome.

C.                 JENIS – JENIS INTERFERON


Terdapat tiga kelas interferon yaitu, alfa, beta, dan gamma.
a.                   Interferon-α, dihasilkan oleh leukosit dan berperan sebagai molekul anti-viral.Penggunaan
interferon-α untuk perawatan penderita hepatitis B dan hepatitis C dapat menginduksi
hipotiroidisme atau hipertiroidisme, tiroiditis maupun disfungsi kelenjar tiroid. IFN-α
memiliki efek anti-proliferatif dan anti-fibrosis pada sel mesenkimal.
b.                  Interferon-β, dihasilkan oleh fibroblas dan dapat bekerja pada hampir semua sel di dalam
tubuh manusia.
c.                   Interferon-γ, dihasilkan oleh limfosit sel T pembantu dan hanya bekerja pada sel sel tertentu,
seperti makrofaga, sel endotelial, fibroblas, sel T sitotoksik, dan limfosit B.

D.                MEKANISME KERJA INTERFERON

IFN-α dan IFN-β, merupakan family IFN tipe I, yang bersifat tahan asam dan bekerja
pada reseptor yang sama. IFN biasanya diinduksi oleh infeksi virus. IFN-γ merupakan IFN
tipe II yang tidak tahan asam dan bekerja pada reseptor yang berbeda. IFN-γ biasanya
dihasilkan oleh limfosit T.
Setelah berikatan dengan reseptor selular spesifik, IFN mengaktivasi jalur transduksi
sinyal JAK-STAT, menyebabkan translokasi inti kompleks protein seluler yang berikatan
dengan interferon-specific response element. Ekspresi aktivasi transduksi sinyal ini adalah
sintesis lebih dari dua lusin protein yang berefek antivirus. Efek antivirus melalui hambatan
penetrasi virus, sintesis mRNA virus, translasi protein virus dan/atau assembly dan pelepasan
virus. Virus dapat dihambat oleh IFN pada beberapa tahap, dan tahapan hambatannya
berbeda pada tiap virus. Namun beberapa virus juga dapat melawan efek IFN dengan cara
menghambat kerja protein tertentu yang diinduksi oleh IFN. Salah satunya adalah resistensi
HCV terhadap IFN yang disebabkan oleh hambatan aktivitas protein kinase oleh HCV.
E.                 MANFAAT INTERFERON
                  Sebagai Antivirus
Interferon merupakan sistem kekebalan tubuh kelompok sitokin yang diproduksi oleh
tubuh bila mengetahui ada virus yang menempel pada permukaan sel sebelum virus tersebut
masuk untuk menginfeksi. Antibodi dalam sirkulasi darah akan mencegah virus untuk
menempel. Bila virus tersebut lolos dan menginfeksi, sel tubuh akan melepas interferon untuk
meresponnya.
Di samping itu, interferon mengaktifkan sel pembunuh alamiah (Natural Killer Cell)
yang akan menghancurkan sel yang terinfeksi virus yang dapat dikenali dari perubahan pada
permukaannya.
                  Pengobatan Hepatitis B dan C
Interferon sudah dikenal sejak tahun 1989, tetapi efektivitas pengobatannya masih
rendah, yaitu sekitar 20% untuk hepatitis B dan 11-19% untuk hepatitis C. setelah
dikembangkan menjadi bentuk terpegilasidari interferon 2a dan terpegilasi dari interferon 2b
terjadi peningkatan efektivitas pengobatan menjadi 40-50%. Perbedaannya terletak pada
kestabilan protein yang menjadi inti interferon. Dibandingkan yang konvensional, protein
yang terpegilasi cenderung lebih stabil sehingga dapat aktif lebih lama membunuh virus.
Saat ini obat Hepatitis C standar adalah kombinasi Interferon dengan Ribavirin.
Kombinasi obat Hepatitis C ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan respon yang tinggi
melawan
virus pada penderita Hepatitis C kronis.
Obat Hepatitis C bentuk terpegilasi dari interferon-α dibuat dengan menggabungkan suatu
molekul besar yang larut air, yaitu Polietilenglikol (PEG) dengan molekul interferon-α.
Penggabungan tersebut memperbesar ukuran interferon-α sehingga dapat bertahan dalam
tubuh  lebih lama. Hal tersebut juga dapat melindungi molekul interferon agar tidak dirusak
oleh enzim tubuh. Selain itu, obat ini juga memiliki waktu paruh yang lebih panjang sehingga
tidak perlu sering-sering dikonsumsi. Interferon-α standar biasa disuntikkan tiga kali dalam
seminggu, sedangkan interferon-α  bentuk terpegilasi cukup disuntikkan sekali dalam
seminggu.
Obat Hepatitis C ini diberikan pada pasien sesuai dengan berat badan dengan dosis
1,5μg/ kg berat badan.
Obat yang direkomendasikan untuk terapi Hepatitis B kronis adalah PEG Interferon
α-2a dan PEG Interferon α-2b.
                  Pengobatan SARS
Menurut Prof. JindrichCinatl, kombinasi interferon dengan glycyrrhizin mendapatkan hasil
yang maksimal dalam melawan virus SARS.
                  Pengobatan Penyakit  Lain
                     Interferon alfa-2a (Roferon-A) disetujui FDA untuk mengobati Leukemia , AIDS-terkait
Sarkoma Kaposi, dan Leukemia Myelogenous kronis.
                     Interferon alfa-2b telah disetujui untuk pengobatan Sarkoma (tumor yang timbul dari
jaringan ikat), hepatitis C kronik, dan  hepatitis B kronik.
                     Interferon beta-1b (Betaseron) dan interferon beta-1a (Avonex) disetujui untuk pengobatan
multiple sclerosis (peradangan pada otak dan sumsum tulang belakang).
                     Interferon-alfa n3 (Alferon-N) disetujui untuk pengobatan genital dan perianal kutil yang
disebabkan oleh human papilloma virus (HPV).
                     Interferon gamma-1B (Actimmune) disetujui untuk pengobatan penyakit granulomatosa
(pembentukan granuloma multiple) kronis dan malignant osteopetrosis (kepadatan tulang
abnormal)

F.                  EFEK SAMPING


Masalahnya walaupun interferon berfungsi ganda, yaitu melindungi tubuh dari
serangan penyakit dan sekaligus membunuh agen penyebab penyakit, obat ini masih
mempunyai beberapa kelemahan. Pertama adalah adanya efek samping. Penggunaan
interferon akan menimbulkan efek samping berupa gejala demam, termasuk panas dan sakit
kepala.
Penggunaan interferon dalam waktu yang lama akan menyebabkan turunnya daya
lihat dan bahkan rontoknya rambut. Kelemahan kedua adalah masa terapi lama bahkan
sampai lebih dari satu tahun. Ini akan menyusahkan pasien karena konsumsi interferon
biasanya melalui infus.
Pemberian interferon dapat memberikan efek samping yang mirip dengan gejala-
gejala flu, seperti demam, menggigil, sakit kepala, sakit-sakit dan nyeri-nyeri otot, malaise.
Efek ini dapat terjadi pada pemberian semua jenis interferon. Gejala-gejala ini bervariasi dari
ringan sampai parah dan terjadi pada sampai setengah dari senua pasien-pasien.
Efek samping lain yang mungkin terjadi dengan semua interferon-interferon dan yang
mugkin disebabkan oleh dosis-dosis yang lebih tinggi adalah:
Kelelahan,diare,mual,muntah,nyeri perut,sakit-sakit persendian,nyeri tulang belakang,
dan dizziness. Anorexia, congestion, denyut jantung yang meningkat, kebingungan, jumlah
sel darah putih yang rendah, jumlah platelet yang rendah (thrombocytopenia), jumlah sel
darah merah yang rendah, dan peningkatan pada enzim-enzim hati, peningkatan pada
triglycerides, ruam-ruam kulit, rambut rontok yang ringan atau penipisan rambut,
pembengkakan (edema), batuk, atau kesulitan bernapas telah dilaporkan. Reaksi-reaksi alergi
dan anaphylactik mungkin juga terjadi.
G.                TERAPI INTERFERON
Interferon-α dan -β telah digunakan untuk penyembuhan berbagai infeksi virus, salah
satunya adalah beberapa hepatitis C dan B tertentu yang bersifat kronis serta akut dapat
menggunakan interferon-α. Sementara itu, interferon-γ yang berperan dalam aktivasi
makrofag, digunakan dalam penyembuhan kusta lepromatosa, toksoplasmosis, dan
leisymaniasis. Efek anti-proliferasi yang dimiliki interferon juga menyebabkan senyawa ini
dapat digunakan untuk mengatasi tumor seperti melanoma dan Sarkoma Kaposi.
Terapi interferon digunakan sebagai pengobatan untuk kanker. Pengobatan ini paling
efektif untuk mengobati keganasan hematologi, leukemia dan limfoma termasuk leukemia sel
berbulu, leukemia myeloid kronis, limfoma nodular, kulit T- limfoma sel.  Pasien dengan
melanoma berulang menerima rekombinan IFN-α2b. Tipe I IFNs memiliki potensi terapi
untuk pengobatan berbagai macam leukemia dan tumor padat karena efek antiproliferatif dan
apoptosis mereka, mereka anti-angiogenik. efek dan kemampuan mereka untuk memodulasi
respon imun spesifik mengaktifkan sel dendritik, sel T dan sel NK cytolytic. Penelitian di
daerah ini menerima penyelidikan intensif
Penggunaan interferon pengobatan memang dibatasi karena adanya efek samping
berupa demam, malaise, kelelahan, dan nyeri otot. Selain itu, interferon juga bersifat toksik
atau beracun terhadap hati, ginjal, sumsum tulang, dan jantung.

BAB III
PENUTUP
A.                KESIMPULAN
Interferon adalah keluarga dari protein-protein yang terjadi secara alami yang dibuat
dan dikeluarkan oleh sel-sel sistem imun (contohnya, sel-sel darah putih, sel-sel pembunuh
alami, fibroblast-fibroblast, dan sel-sel epithelial). Terdapat tiga kelompok interferon yang
telah diidentifikasi: alpha,beta,gamma.
Setiap kelompok mempunyai banyak efek, meskipun efek-efeknya saling tumpang
tindih. Interferon-interferon yang tersedia secara komersial adalah interferon manusia yang
dibuat menggunakan teknologi recombinant DNA. Mekanisme aksi dari interferon adalah
sangat kompleks dan belum dimengerti dengan baik. Interferon-interferon memodulasi
respon sistem imun pada virus-virus, bakteri-bakteri, kanker, dan senyawa-senyawa asing
lain yang menyerang tubuh.

CD4 & CD8

 
Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian yang penting darisistem
kekebalan tubuh kita. Sel CD4 kadang kala disebut sebagai sel-T. Ada dua macam sel-T.
Sel T-4
, yang juga disebut CD4 dan kadang kala sel CD4+, adalah sel ‘pembantu’.
Sel T-8
(CD8) adalah sel ‘penekan’, yang mengakhiri tanggapan kekebalan. Sel CD8 juga disebutsebagai sel
‘pembunuh’, karena sel tersebut membunuh sel kanker atau sel yang terinfeksivirus.Sel CD4 dapat dibedakan
dari sel CD8 berdasarkan protein tertentu yang ada di permukaan sel.Sel CD4 adalah sel-T yang mempunyai
protein CD4 pada permukaannya. Protein itu bekerjasebagai ‘reseptor’ untuk HIV. HIV mengikat pada
reseptor CD4 itu seperti kunci dengangemboHasil tes dapat berubah-ubah, tergantung pada jam berapa contoh
darah diambil, kelelahan, danstres. Sebaiknya contoh darah kita diambil pada jam yang sama setiap kali dites
CD4, dan jugaselalu memakai laboratorium yang sama.Infeksi lain dapat sangat memengaruhi jumlah CD4.
Jika tubuh kita menyerang infeksi, jumlahsel darah putih (limfosit) naik. Jumlah CD4 juga naik. Vaksinasi
dapat berdampak serupa.Kalau akan melakukan tes CD4, sebaiknya kita menunggu dua minggu setelah pulih
dariinfeksi atau setelah vaksinasi.

Apakah sel CD4 ?


Sel CD4 merupakan bagian sel darah putih yang bertugas untuk menjaga kekebalan tubuh.
Tentunya kita tahu terdapat sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit) dalam
tubuh kita. Leukosit terdiri atas berbagai tipe sel, salah satunya adalah limfosit. Limfosit
diproduksi oleh sel punca hematopoietik di sumsum tulang dan mengalami maturasi di bursa
(limfosit B) dan timus (limfosit T).

Kedua sel limfosit tersebut memiliki fungsi yang berbeda, limfosit B menghasilkan antibodi
untuk melawan zat atau bakteri atau virus yang menginfeksi tubuh, sedangkan limfosit T
berfungsi sebagai imunitas adaptif untuk menghancurkan sel yang telah terinfeksi virus dan
menjadi jembatan dalam berbagai proses imunologis. Persamaan dari kedua sel tersebut
adalah kemampuannya untuk mengingat proses imunologis sehingga bila dirangsang untuk
kedua kalinya, maka limfosit dapat menghasilkan antibodi atau segera menghancurkan proses
yang berpotensi melukai kita. Perannya sebagai jembatan dalam berbagai proses imunologis
dilakukan oleh sel limfosit T yang memiliki glikoprotein CD4 pada permukaan sel nya.

Muncul pertanyaan lanjutan apakah ada sel limfosit yang non CD4? Jawabannya ada.
Terdapat dua jenis limfosit berdasarkan jenis glikoprotein pada permukaan selnya, yaitu
limfosit CD4 dan CD8. Proses perkembangan sebuah limfosit menjadi limfosit CD4 dan CD8
melalui proses yang rumit pada timus. Kedua sel ini memiliki peran yang berbeda. Sel CD4
berfungsi sebagai jembatan proses imunologis, sedangkan sel CD8 berperan dalam imunitas
sel.

Infeksi HIV diketahui memiliki hubungan yang erat terhadap menurunnya sel CD4, namun
bagaimana proses sebenarnya masih merupakan misteri yang terus diteliti. Satu hal yang pasti
pada infeksi HIV ialah terjadinya penghancuran sel CD4. Akibatnya, fungsi limfosit akan
lumpuh dan tidak dapat bekerja sebagai jembatan reaksi imunologis terhadap tubuh. Kondisi
ini terlihat sebagai daya tahan tubuh yang menurun.

Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan CD4, interval,


dan kemaknaan klinis CD4 ?
Pemeriksaan CD4 adalah pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa jumlah sel CD4 di
dalam darah. Rentang nilai normal CD4 pada individu dewasa sehat antara 500-1.600
sel/mm3. Metode pemeriksaan ini mudah dan dapat menggambarkan fungsi sistem imun kita
secara garis besar. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi nilai CD4 antara lain olah raga
dan penggunaan obat antiretroviral (ARV). Kedua aktivitas ini akan meningkatkan nilai CD4.
Bila pemeriksaan dilakukan pada orang yang kurang istirahat dan merokok maka bisa
didapati nilai CD4 yang menurun.

Pemeriksaan CD4 merupakan pemeriksaan yang disarankan dilakukan ketika seorang ODHA
akan mengonsumsi obat antiretroviral. Nilai CD4 pada saat itu akan menjadi titik nol atau
baseline sekaligus menilai status imunitas pada ODHA. Semakin rendah nilai CD4, maka
status imunitas ODHA akan semakin buruk pula. Nilai CD4 pada saat ini akan membantu
para klinisi untuk memberikan edukasi yang tepat pada ODHA. Dengan adanya nilai
baseline, respons terhadap pengobatan dapat dievaluasi dengan baik sehingga membantu para
klinisi untuk memberikan pengobatan yang tepat pada penderita.

Menurut rekomendasi dari Panel on Antiretroviral Guidelines for Adults and Adolescents,
interval pemeriksaan CD4 sebaiknya dilakukan tiap 3-6 bulan sekali selama 2 tahun pertama
pengobatan. Setelah itu dilanjutkan 1 kali pemeriksaan CD4 tiap tahun atau bila didapatkan
indikasi seperti adanya kegagalan pengobatan maupun indikasi klinis lainnya. Menunda
waktu pemeriksaan CD4 juga disarankan bila saat waktu pemeriksaan ODHA baru saja
sembuh dari infeksi atau sakit lainnya. Hal ini karena memertimbangkan hasil CD4 yang
akan muncul lebih rendah, dan tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya saat stabil.

Pemahaman yang baik dan benar mengenai CD4 hendaknya dimiliki oleh klinisi maupun
ODHA. Hal ini karena CD4 memiliki peranan penting dalam menjaga kekebalan tubuh
seseroang, serta semakin luasnya penyebaran infeksi HIV. Dengan pengetahuan yang baik
dan benar, maka kita akan terhindardari kepercayaan terhadap mitos yang mungkin
menyesatkan. Tetaplah semangat dan periksakan CD4 anda secara berkala karena memiliki
manfaat bagi anda dan kami para klinisi. 

Pengertian Sel CD4


Definisi Sel CD4 (limfosit CD4, Pembatu Sel-T) adalah jenis sel darah putih yang
membantu tubuh melawan infeksi.

– Pengertian Sel CD8


Definisi Sel CD8 (limfosit CD8) adalah jenis sel darah putih yang membantu mengatur
dan/atau melaksanakan respon kekebalan tubuh. Sel CD8 termasuk supresor-T dan sel
sitotoksik limfosit-T.

Anda mungkin juga menyukai