Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KARDIOVASKULAR PULMONAL

“PNEUMONIA”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
 SUCI MULTAZAM (PO714241194014)
 RATNA RIANTI (PO714241194036)
 WANTI (PO714241194040)
 RAHAYU NINGSI (PO714241194047)

D.IV PROFESI FISIOTERAPI TK.III


JURUSAN FISIOTERAPI
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul
”Makalah kardiovaskular pulmonal pneumonia”, Salam serta salawat tak lupa
pula kita haturkan kepada junjungan alam nabi besar muhammad SAW, seorang
nabi yang telah membawa kita dari jaman kegelapan menuju jaman yang terang
benerang seperti yang kita rasakan saat ini.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal dan mendapatkan


benyak bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini

Saya menyadari dalam makalah ini masih ada kesalahan dan kekurangan,
hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang
kami miliki, namun demikian banyak pula pihak yang telah membantu kami
dengan menyediakan sumber informasi, memberikan masukan pemikiran, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini diwaktu yang akan datang, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami maupun orang banyak agar mengetahui tentang perubahan fisiologis
sistem respirasi pada penuan

Makassar, 05 oktober 2021

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.................................................................................1

B. RUMURSAN MASALAH..........................................................................2

C. TUJUAN......................................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. PENGERTIAN PNEUMONIA..................................................................3

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI ..................................................................3

C. ETIOLOGI..................................................................................................4

D. PATOFISIOLOGI......................................................................................5

E. TANDA DAN GEJALA..............................................................................7

F. ANAMNESIS...............................................................................................7

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG..............................................................8

H. PEMERIKSAAN FISIK..........................................................................11

BAB III..................................................................................................................18

PENUTUP.............................................................................................................18

A. KESIMPULAN..........................................................................................18

B. SARAN.......................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Infeksi saluran nafas bawah masih menjadi masalah utama dalam bidang
kesehatan. World Health Organization (WHO) melaporkan infeksi saluran nafas
bawah sebagai infeksi penyebab kematian paling sering di dunia dengan hampir
3,5 juta kematian per tahun. Pneumonia dan influenza didapatkan sebagai
penyebab kematian sekitar 50.000 estimasi kematian pada tahun 2010.1,2
Pneumonia didefinisikan sebagai peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli,
serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat. Pneumonia berdasarkan tempat didapatkannya dibagi dalam dua
kelompok utama yakni, pneumonia komunitas (community aqquired pneumonia,
CAP) yang didapat di masyarakat dan pneumonia nosokomial (hospital aqquired
pneumonia, HAP).3,4 Pneumonia komunitas (PK) atau community-acquired
pneumonia (CAP) masih menjadi suatu masalah kesehatan utama tidak hanya di
negara yang sedang berkembang, tetapi juga di seluruh dunia. PK merupakan salah
satu penyebab utama kematian di dunia dan merupakan penyebab kematian
terbesar ke-6 di Amerika Serikat. Di Indonesia, Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2001 mencatat kematian akibat pneumonia dan infeksi saluran nafas
sebanyak 34 per 100.000 penduduk pada pria dan 28 per 100.000 penduduk pada
wanita. Sementara itu, menurut Riskesdas 2013, pneumonia menduduki urutan ke-
9 dari 10 penyebab kematian utama di Indonesia, yaitu sebesar 2,1%.5,6,7
Pneumonia tentunya perlu mendapat perhatian dan penanganan yang tepat,
mengingat penyakit ini masih menjadi permasalahan kesehatan utama di
Indonesia. Untuk itu, diagnosis yang tepat, pemberian terapi antibiotika yang
efektif, perawatan yang baik, serta usaha preventif yang bermakna terhadap
penyakit ini perlu dilakukan agar berkurangnya morbiditas dan mortalitas pada
pneumonia.

3
B. RUMURSAN MASALAH
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dewasa penderita penyakit
pneumonia yang mengalami gangguan ketidak efektifan bersihan jalan nafas?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab pneumonia, pencegahan, gejala, penyebaran,
pengobatan, dan tindakan yang harus dilakukan pada penderita pneumonia

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PNEUMONIA
Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan parenkim
paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan
alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat. Pnemunonia dibedakan menjadi dua yaitu pneumonia kominiti dan
pneumonia nosokomial. Pneumonia komunitas adalah pneumonia yang terjadi
akibat infeksi di luar rumah sakit, sedangkan pneumonia nosokomial adalah
pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam atau lebih setelah dirawat di rumah sakit.
Pneumonia dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, klasifikasi paling sering
ialah menggunakan klasifikasi berdasarkan tempat didapatkannya pneumonia
(pneumonia komunitas dan pneumonia nosokomial), tetapi pneumonia juga dapat
diklasifikasikan berdasarkan area paru yang terinfeksi (lobar pneumonia,
multilobar pneumonia, bronchial pneumonia, dan intertisial pneumonia) atau agen
kausatif. Pneumonia juga sering diklasifikasikan berdasarkan kondisi yang
mendasari pasien, seperti pneumonia rekurens (pneumonia yang terjadi berulang
kali, berdasarkan penyakit paru kronik), pneumonia aspirasi (alkoholik, usia tua),
dan pneumonia pada gangguan imun (pneumonia pada pasien tranplantasi organ,
onkologi, dan AIDS).

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

1. Anatomi
 Hidung
Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang, dipisahkan
oleh sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berfungsi untuk
menyaring dan menghangatkan udara (Muttaqin, 2009).
 Faring

5
Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, terdapat di
dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut setelah dapat ruas
tulang leher.Terdapat epiglotis yang berfugsi menutup laring pada waktu
menelan makanan (Muttaqin 2009).
 Laring (pangkal tenggorokan)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara terletak
di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke
dalam trakea di bawahnya (Muttaqin, 2009)
 Trakea (batang tenggorokan)
Merupakan lanjutan dari laring yang di bentuk oleh 16-20 cincin yang
terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (hurup
C).sebelah dala diliputi oleh sel bersilia yang berfungsi untk mengeluarkan
benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan.
Percabangan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina
(Muttaqin, 2009)
 Bronkus (cabang tenggorokan)
Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada ketinggian
vertebra torakalis IV dan V (Muttaqin, 2009)
 Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-
gelembung hawa (alveoli).Alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel.
Jika dibentangan luas permukaannnya kurang lebih 90 meter persegi, ada
lapisan inilah terjadi pertukaran udara (Muttaqin, 2009)

2. Fisiologi
Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi (pernafasan) didalam
tubuh terdapat tiga tahapan yakni ventilasi, difusi dan transportasi (Guyton,
1997)
 Ventilasi

Proses ini merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer


kedalam alveoli atau alveoli keatmosfer, dalam proses ventilasi ini terdapat
beberapa hal yang mempengaruhi diantaranya adalah perbedaan tekanan
antar atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara
semakin rendah.

6
 Difusi Gas

Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan


CO2 kapiler dan alveoli. Dalam proses pertukaran ini terdapat beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi, diantaranya pertama luasnya
permukaan paru. Kedua, tebal membrane respirase/ permeabilitas yang
terdiri dari epitel alveoli dan intestinal keduanya.

 Transportasi gas

Merupakan transportasi antara O2 kapiler kejaringan tubuh dan CO2


jaringan tubuh kapiler. Proses transportasi, O2akan berkaitan dengan Hb
membentuk oksihemoglobin, dan larutan dalam plasma. Kemudian pada
transportasi CO2 akan berkaitan dengan Hb membentuk karbohemoglobin
dan larut dalam plasma, kemudian sebagaian menjadi HCO3 (Hidayat,
2006)

C. ETIOLOGI
Menurut pendapat Ngastiyah pada tahun (2005) etiologi pneumonia ada 7 yaitu :
bakteri, virus, Mikoplasma pneumonia, jamur, aspirasi, Pneumonia hipostatik,
Sindrom Loeffler.

a. Bakteri

Bakteri penyebab pneumonia adalah pneumococus, streptococcus,


Hoemophilus influenza, dan Pseudomonas aeruginosa

b. Virus

Respiratori syncitial virus, adenovirus, sitomegalovirus, dan virus influenza.

c. Pneumonitis Interstisial dan bronkiolitis

Pneumocystis carinii pneumonia, Mycoplasma pneumoniae, danKlamidia.

d. Jamur

Aspergilus, koksidiodomikosis, dan histoplasma.

e. Aspirasi

Cairan amnion, makanan, dan cairan lambung.


7
f. Pneumonia hipostatik

Disebabkan karena terus-menerus berada dalam posisi yang sama. Gaya tarik
bumi menyebabkan darah tertimbun pada bagian bawah paru-paru, dan
infeksi membantu timbulnya pneumonia.
g. Pneumonia oleh radiasi
Disebabkan karena terus menerus terpapar oleh radiasi sehingga terjadi
infeksi pada paru yang dapat menyebabkan kerusakan paru.

h. Pneumonia hipersensitivitas

Keadaan sensitifitas yang berlebihan mengakibatkan paru sangat rentan


terhadap benda asing yang masuk, reaksi sensitifitas tersebut dapat
mengakibatkan infeksi pada paru sehingga terjadi kerusakan pada paru

D. PATOFISIOLOGI

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai
usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan
penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya, adalah yang paling berisiko.Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan
hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh
menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri
pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak organ paru.
Kerusakan jaringan paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan
yang dilakukan oleh pejamu.Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh
bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel sistem
pernapasan bawah.Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan
peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari
lobus paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru
(tiga di paru kanan, dan dua di paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan
paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran
darah.Pneumonia adalah bagian dari penyakit infeksi pneumokokus invasif yang
merupakan sekelompok penyakit karena bakteri streptococcus
pneumoniae.Kuman pneumokokus dapat menyerang paru selaput otak,
atau masuk ke pembuluh darah hingga mampu menginfiltrasi organ
lainnya.infeksi pneumokokus invasif bias berdampak pada kecacatan
8
permanen berupa ketulian, gangguan mental, kemunduran intelegensi,
kelumpuhan, dan gangguan saraf, hingga kematian (Corwin 2009).

E. TANDA DAN GEJALA

 Demam, sebagai tanda infeksi yang pertama.

 Meningismus, tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan


awitan demam yang tiba- tiba dengan dissertai sakit kepala, nyeri dan
kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kering dan brundzinski, dan
akan berkurang salah suhu turun.

 Anoreksia

 Muntah

 Diare

 Sumbatan nasal

 Keluaran nasal

 Batuk

 Bunyi pernafasan (mengi)

F. ANAMNESIS

Riwayat peyakit sekarang

• Bagaimana sifat demam ?

• Bagaimana sifat batuknya ? Apakah diraskan batuk berdahak sejak


awal ? atau batuk berdahak yang kemudian di ikuti batuk kering dan selanjutnya
batuk dengan pertambahan dahak ? ( pada pneumonia )

• Adakah sesak dirasakan ?

• Adakah nyeri dada dirasakan ?

• Adakah wheezing ? ( mengi atau siulan )

• Bagaimana sifat dahak ? misal bau nya? ( pada abses paru bau busuk ) ,
konsistensonya ? ( abses paru purulent , pneumonia mucopurulunt )

• Adakah darah pada batuk ?

9
• Riwayat alergi

• Apakah memiliki riwayat alergi pada suatu alergen ? misal debu ?


( bronkhitis kronik )

Riwayat Penyakit dahulu

• Adakah riwayat penyakit jantung atau penyakit paru ? sebagai


predisposisi pneumonia

• Adakah riwayat stroke ? meningkatkan insiden terjadinya abses paru


aspirasi

• Adakah riwayat insfeksi saluran nafas atas yang belum teratasi ?


predisposisi neumonia dan abses paru

• Adakah riwayat cabut gigi ? predisposisi abses paru

Riwayat kebiasaan

• Apakah memiliki kebiasaan merokok ? predisposisi pneumonia

• Apakah memiliki kebiasaan konsusmsi alkohol ? predisposisi pneumonia

Riwayat keluarga

• Adakah riwayat alergi pada kelurga ?

Riwayat lingkungan

• Bagaimana dengan kebersihan lingkungan?

• Apakah tinggal dirumah sebagai perokok pasif ? ( apabila di riwayat


kebiasaan tidak merorkok)

Analisa anamnesis kasus

Riwayat penyakit sekarang

• Kurang lebih 14 hari yang lalu , pasien mula-mula mengeluh batuk


kering , kemudian batuk disertai dengan riak berwarna putih encer.

Berdasarkan anamnesis yang didapat , dapat disimpulkan bahwa pola batuknya


sama dengan pola batuk pada pneumonia. Pneumonia berdasarkan patofisologi
dibagi atas tiga stadium , yaitu stadium prodormal, stadium hepatisasi , dan
stadium resolusi. Pada fase prodormal yaitu pada minggu pertama diamana
alveolus terisi cairan atau sekret yang ditimbulkan oleh kuman infeksi yang

10
berhasil masuk dimana pada stadium ini akan menderita seperti infeksi saluran
nafas biasa seperti demam , batuk dengan dahak yang sedikit , mailse, nafsu
makan berkurang, dilanjutkan dengan fase hepatisasi yang berlangsung pada
miggu ke 1 sampai ke 3, dimana pada stadium ni alveolus akan menjadi penuh
dan padat karena terisi PMN, sel darah merah. Sehingga pada stadium ini
alveolus akan mengeras seperti hepar sehingga disebut stadium hepatisasi, pada
stadium ini gejala akan semakin berat yaitu demam yang tinggi (>39c) ,
menggigil , biasa disertai sesak nafas, dan batuk yang semakin parah namun
disertai batuk kering akan pada stadium ini terjadi pengersan alveolus ( sama hal
nya dengan kasus pada hari ke 14 disertai dengan batuk kering ) , Stadium
selanjutnya adalah stadium resolusi yaitu berlangsung pada minggu ke3 . Pada
stadium ini alveolus akan melunak sehingga dahak akan banyak keluar pada
batuk ( pada kasus setelah batuk kering kemudian dikuti dengan dahak yang kian
bertamba banyak ) .Sehingga apabila kasus dihubungkan dengan pneumonia ,
pasien telah masuk pada stadium resolusi )

• Badan terasa demam ( meriang ) telah dijelaskan pada pembahasan


masalah

• Sakit kepala , sakit tenggorokan dan suara parau

Sakit kepala yang dirasakan merupakan gejala infeksi akut , yang biasa
menyertai demam, batuk ,malaise . Suara parau merupakan gejala yang
menyertai sakit tenggorokan yang diderita pasien.

• Pengobatan :

Siprofloksasin merupakan golongan flourokuinolol yang efektif untuk kuman


gram positip dan beberapa gram negatif , pada kasus ini dijelaskan dengan terapi
ini tidak menghilangkan keluhan , dapat disimpulkan beberapa kemungkinan,
yaitu pada infeksi awal pasien terinfeksi virus bukan bakteri namun akibat
kerusakan epitel pharynx lebih lanjut dan daya tahan tubuh yang menurun pasien
terinfeksi bakteri, kemungkinan lain adalah pasien telah resisten terhadap
siprofloksasin. karena tidak efektif dengan pemberian siprofloksasin.
Paracetamol merupakan obat antipiretik , Codein merupakan obat antitusif ,
ambroksol merupakan obat muolitik , sirup ekspektoran dan vitamin. Pada
pasien ini dengan pemberian obat tidak menghilangkan keluhan justru demam
semakin tinggi , hal ini dikarenakan pengobatan secara kausatif idak berhasil
yaitu sprofloksasin, sehingga pengobatan secara simptomatik tidak akan
11
menghilangjkan keluhan ( tidak efektif ).

• Batuk dengan riak yang semakin banyak warna keruh kehijauan

Hal ini terjadi karena pengobatan kausatif yang tidak berhasil , kemungkinan
warna riak yang keruh kehijauan disebabkan kuman anaerob.

• Batuk disertai bercak darah

Batuk dengan bercak darah kemungkinan akibat batuk yang semakin berat
sehingga menyebabkan teriritasinya saluran nafas yang menyebabkan bercak
darah pada batuk pasien, Kemungkinan lain adalah karena pada stadium
hepatisasi dimana terjadi mengisian alveolus oleh salah satunya adalah eritrosit
sehingga terjadi pengerasan kemudian diikuti stadium resolusi dimana terjadi
perlunakan sehingga eritrosit keluar bersama dahak , namun diharapkan
gambaran riak bercampur dengan darah bukan hanya bercak darah.

• Nyeri dada kiri

Nyeri dada biasanya terjadi apabila telah mengenai bagian pleura, nyeri dada kiri
menunjunjukan bahwa kelainan terdapat pada paru bagian kiri,. Untuk
membantu dapat dilakukan pemeriksaan fisik

Riwayat Penyakit Dahulu

• Pasien tidak mempunyai penyakit berat sebelumnya

Hal ini menunjukan bahwa penyakit yang dideritanya sekarang bukan


merupakan suatu penyakit kronik atau merupakan suatu komplikasi.

Riwayat Kebiasaan

• Sejak umur 30 tahun , pasien mulai merokok JiSamSu, rata-rata 1-2


bungkus perhari

Berdasar kan anamnesis in i menyatakan bahwa pasien adalah perokok aktif


yang berat , yang telah dijelaskan merupakan faktor predisposisi terjadinya
pneumonia

• Konsumsi alkohol sejak usia 45-59 tahun

Sama halnya dengan merokok, konsusmsi alkohol seperti pasien ini juga
merupakan faktor predisposisi terjadinya pneumonia.

12
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut pendapat Betz dan Sowden (2002) meliputi :

1. Kajian foto thorak

Untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmones (untuk

mengkaji perubahan pada paru).

2. Nilai analisis gas darah

Untuk mengevaluasi status kardiopulmoner sehubungan dengan


oksigenasi.

3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis

Untuk menetapkan adanya infeksi, anemia, proses inflamasi.

4. Pewarnaan gram (darah)

Untuk seleksi awal anti mikroba.

13
5. Tes kulit untuk Tuberkulin

Mengesampingkan kemungkinan TB jika anak tidak merespon terhadap

pengobatan.

6. Jumlah leukosit

Penurunan jumlah leukosit terjadi pada pneumonia bakterial.

7. Bronkoskopi

Untuk melihan dan memanupulasi cabang-cabang utama dari pohon


trakeobronkial, jaringan yang diambil untuk uji diagnotik

H. PEMERIKSAAN FISIK
Temuan hasil pemeriksaan fisik bervariasi sesuai dengan beratnya penyakit. Dapat
14
ditemukan peningkatan laju pernapasan dan pemakaian otot bantu napas. Stem
fremitus dapat meningkat atau melemah pada pemeriksaan palpasi dada. Pada
pemeriksaan perkusi bisa didapati dullness. Pada pemeriksaan auskultasi
ditemukan ronki, suara pernapasan bronkial, dan friction rub. Temuan pada
pemeriksaan auskultasi bervariasi tergantung pada beratnya infeksi. Bila sudah
terjadi empiema, suara pernapasan dapat melemah.Diagnosis pneumonia tidak
cukup hanya dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik saja. Pemeriksaan fisik
hanya memiliki sensitifitas rata-rata 58% dan spesifisitas 67%. Pemeriksaan foto
X-ray toraks dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis dan membedakan dari
kondisi penyakit lainnya.
Diagnosis Banding
Gejala-gejala CAP dapat mirip dengan gambaran penyakit lainnya. Berikut
diagnosis banding CAP yang dibedakan menurut ada atau tidaknya abnormalitas
pada hasil foto X-ray toraks.
Foto X-Ray Toraks Abnormal
Congestive Heart Failure (CHF)
Tuberkulosis paru
Pneumonitis aspirasi
Infark paru
Fibrosis paru
Bronkiektasis
Pneumonia eosinofilik akut
Pneumonitis hipersensitif
Vaskulitis paru
Cedera paru akibat pemakaian kokain
Foto X-Ray Toraks Normal
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) eksaserbasi akut
Influenza
Bronkitis akut
Pertussis
Asma

15
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Pneumonia bakteria merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang organ paru.
Penyebab infeksi ini karena sistem imun yang lemah sehingga bakteri dengan mudah
masuk dalam tubuh. Sistem imun yang lemah ini salah satunya disebabkan oleh gaya
hidup yang yang buruk seperti minum alkohol dan merokok. Pengobatan masih belum
efektif dan optimal karena bakteri sudah resisten terhadap antibiotik tertentu. Pencegahan
yang dapat dilakukan diantaranya dengan melakukan gaya hidup yang baik.Penularan
Pneumonia adalah dengan cara penyebaran lewat udara dan penyebaran langsung dari
pnderita pneumonia yang tidak di isolir.
Kritik dan Saran
Pada penyusunan makalah ini, penyusun memiliki kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan makalah. Oleh sebab itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun.

16
17
1

Anda mungkin juga menyukai