PENDAHULUAN
Sejak semula, masa yang jauh silam, manusia berjuang untuk hidup. Jika awalnya, seseorang
bekerja menghasilkan suatu barang untuk digunakan sendiri atau untuk keluarganya, maka dalam
perkembangannya guna mencapai kehidupan yang lebih baik, mereka bertindak bukan lagi
sebagai individu, tetapi sebagai anggota dari suatu kelompok masyarakat. Berbagai cara telah
digunakan manusia untuk memecahkan permasalahan ekonomi yang mereka hadapi. Bahwa jika
semula dalam pemecahan kebutuhan hidupnya, manusia melakukannya secara individual, maka
dalam perkembangannya manusia berusaha melakukannya secara bersama-sama dan dalam
perkembangannya lebih lanjut, cara-cara yang digunakan oleh masyarakat untuk memecahkan
permasalahan ekonomi yang mereka hadapi itu berbeda-beda, seirama dengan berkembangnya
zaman.
Kerjasama dalam masyarakat modern telah tampak wujudnya dalam suatu jaringan sistem yang
lebih kompleks. Bentuk-bentuk ikatan persekutuan hidup telah berkembang dan untuk menjaga
kelangsungan hidup dan rasa aman, juga untuk memperoleh kasih sayang dan persahabatan
seperti dalam keluarga dan paguyuban juga telah digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang
diinginkan, seperti terlihat pada bentuk-bentuk organisasi yang resmi
Kerjasama dalam lapangan ekonomi bagi masyarakat modern sudah sangat berkembang, bukan
saja dalam rangka kegiatannya, tetapi juga sangat luas lingkupnya. Kerjasama terjalin dalam
sistem pembagian kerja yang rumit pada setiap lapangan kegiatan ekonomi, seperti pertanian,
industri, perdagangan, koperasi, dan lain-lain.
Koperasi adalah suatu bentuk kerjasama dalam lapangan perekonomian. Kerjasama ini diadakan
orang karena adanya kesamaan jenis kebutuhan hidup mereka. Orang-orang ini bersama-sama
mengusahakan kebutuhan sehari-hari, kebutuhan yang bertalian dengan perusahaan ataupun
rumah tangga mereka. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan adanya kerjasama yang akan
berlangsung terus-menerus.
Penekanan prinsip tolong menolong, kerjasama dan persaudaraan yang diusung kopersi,
sesuai dengan ajaran agama Islam, sebagaimana Allah telah memerintahkan kita untuk saling
tolong menolong dalam kebaikan. Tetapi pada praktiknya apakah prinsip tolong menolong yang
diusung, telah sesuai dengan ajaran Islam
Salah satu jenis kegiatan yang dijalankan koperasi adalah usaha simpan pinjam (kredit).
Usaha ini merupakan usaha yang banyak digemari oleh para anggota koperasi karena sangat
minimnya bunga kredit yang harus dibayar oleh peminjam. Kendala yang dihadapi oleh usaha ini
adalah kekurangan modal. Kurangnya modal disebabkan oleh jumlah anggota yang meminjam
cukup besar, sedangkan modal yang tersedia minim sekali. Kendala lainnya adalah keragu-
raguan mayoritas masyarakat Indonesia,yaitu muslim khususnya masyarakat menengah kebawah
sebagai calon pengguna koperasi terbanyak terhadap keabsahan produk-produk koperasi simpan
pinjam ini, sebagai masyarakat muslim mereka tidak mau terjebak kedalam praktik riba.
Koperasi pondok pesantren (KOPONTREN) Darul Muttaqien adalah salah satu koperasi
dimana salah satu unit usahanya adalah unit simpan pinjam (USP), selain unit mini market, unit
wartel dan unit lainnya. Seluruh anggotanya adalah para santri, guru (ustadz), dan masyarakat
sekitar pondok, telah banyak dibantu dengan kehadiran koperasi tersebut, karena mereka bisa
menabung, meminjam atau yang lainnya.
Koperasi USP Darul Muttaqien sebagai salah satu penyumbang dana pesantren yang
seluruh anggotanya bisa dipastikan muslim, untuk bisa menjaga kredibilitasnya di mata
masyarakat pesantren khususnya, umumnya di mata masyarakat luar pesantren, harus bisa
menjalankan dalam praktiknya prinsip-prinsip operasional yang sesuai dengan hukum Islam.
B. pembatasan dan Perumusan Masalah
Masalah penelitian akan dibatasi pada sistem operasional koperasi simpan pinjam
yang mencakup mekanisme simpan pinjam yang berlangsung di koperasi USP Darul
Muttaqien.
Secara singkat masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dasar koperasi Islam?
2. Bagaimanakah sistem operasional yang dijalankan pada koperasi USP Darul
Muttaqien?
3. Bagaimana perspektif hukum Islam terhadap sistem operasional koperasi simpan
pinjam Darul Muttaqien?
c. Tujuan Penelitian
Diantara tujuan yang ingin dicapai pada penelitian tersebut adalah:
1. Untuk mengetahui konsep dasar koperasi dalam Islam
2. Untuk mengetahui sistem operasional yang dijalankan pada koperasi USP Darul
Muttaqien
3. Untuk mengetahui perspektif hukum Islam terhadap sistem operasional di koperasi
tersebut
d. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan (library research)
dan penelitian lapangan (field research).
BAB II
B. Pengertian Koperasi
Koperasi secara etimologi atau menurut bahasa berasal dari kata “cooperation”
dari bahasa Inggris yang berarti kerjasama. Akan tetapi tidak semua bentuk usaha
bersama disebut koperasi. Bisa saja tiga atau empat orang yang mengangkat barang yang
berat bekerja bersama akan tetapi tidak bisa disebut koperasi. Secara umum yang
dimaksud dengan koperasi adalah: “suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam
bidang perekonomian, beranggotakan mereka yang berekonomi lemah yang bergabung
secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban melakukan suatu usaha yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya”. Koperasi merupakan
suatu badan usaha bersama yang berjuang dalam bidang ekonomi dengan menempuh
jalan yang tepat dan mantap dengan tujuan membebaskan diri para anggotanya dari
kesulitan-kesulitan ekonomi yang umumnya diderita oleh mereka.
Menurut undang-undang No.12tahun 1967 pasal 3 menyatakan bahwa: “Koperasi
Indonesia adalah organisasi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau
badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha
bersama berdasarkan asas kekeluargaan.
Pengertian koperasi Indonesia secara yuridis dapat dilihat pada Undang-undang di
atas yang menekankan pada pengertian koperasi sebagai organisasi ekonomi, yang
berwatak sosial, dan dikelola berdasarkan kekeluargaan. Dari pengertian tersebut di atas
sudah jelas bahwa koperasi seharusnya menjadikan anggotanya sebagai kekuatan (inti).
Jadi anggotalah yang berperan serta secara aktif dalam kegiatan kopersi. Sebagai contoh,
ada beberapa orang yang mempunyai tujuan bersama (membeli kain) dimana wadah
kegiatannya dikelola secara bersama (perusahaan pembeli kain) untuk mencukupi
kebutuhan bahan kain tersebut. Pembelian bahan kain diusahakan dengan harga yang
semurah-murahnya sesuai dengan kualitas yang dikehendaki, sehingga ada efisiensi biaya
yang dikeluarkan.
Dalam rangka mewujudkan cita-cita tata perokonomian nasional yang disusun
bersama menurut asas kekeluargaan, maka koperasi perlu membangun diri. Untuk
menyelaraskannya dengan keadaan, ketentuan perkoperasian di Indonesia telah
diperbaharui, yaitu dengan Undang-undang perkoperasian No.25 tahun 1992. pada Bab 1
pasal 1 ayat 1 UU 25/1992 yang berbunyi:
yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang
seorang atau badan hukum koperasi dengan melaksanakan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan”.
Definisi lain tentang koperasi dikemukakan oleh Paul Hubert Casselman dalam
bukunya berjudul: “ The Cooperative Movement and some of its Problems” mengatakan:
“ Cooperation is an economic system with social contrast” (koperasi adalah suatu sistem
ekonomi yang mengandung unsur sosial).
Definisi Casselman di atas nampak sederhana, tetapi di dalamnya terkandung
makna yang luas. Koperasi mengandung dua unsur, yaitu unsur ekonomi dan unsur
sosial. Koperasi merupakan suatu sistem dan sebagaimana diketahui sistem itu
merupakan himpunan komponen-komponen atau bagian yang saling berkaitan yang
secara bersama-sama berfungsi mencapai tujuan.
Tujuan ekonomi yang dimaksud adalah bahwa koperasi harus bekerja berdasarkan
motif ekonomi atau mencari keuntungan, sedangkan unsur social yang terdapat dalam
definisi tersebut bukan dalam arti kedernawanan, tetapi lebih untuk menerangkan
kedudukan anggota dalam organisasi, hubungan antar sesame anggota dan hubungan
anggota dengan pengurus. Juga unsur sosial ditemukan dalam cara kerja koperasi yang
demokratis, kesamaan derajat, kebebasan keluar masuk bagi anggota, calon anggota,
persaudaraan, pembagian sisa hasil usaha kepada anggota secara proporsional dengan
jasanya serta menolong diri sendiri.
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, pengertian koperasi disebutkan sebagai
“perkumpulan yang berusaha di lapangan ekonomi, tetapi tidak bermaksud mencari
keuntungan.”
Adapun yang dimaksud tidak mencari keuntungan disini, mereka bekerja
berdasarkan semangat kekeluargaan, tidak mementingkan untung dan rugi bagi dirinya
sendiri, melainkan bekerja demi kesejahteraan bersama. Apa yang dikejar dalam koperasi
adalah tidak hanya kesejahteraan ekonomi, namun kesejahteraan sosial. Kesejahteraan
ekonomi berarti koperasi berkawajiban melayani kebutuhan anggotanya dengan harga
yang relatif lebih murah. Apabila dalam usaha itu mendapatkan keuntungan, maka
masing-masing anggota menerima pembagian keuntungan secara adil sesuai dengan
kadar kerjanya. Adapun kesejahteraan sosial yang dimaksudkan dalam koperasi adalah
semua anggota mempunyai hak dan kewajiban yang sama (equal treatment), yang
merupakan prinsip dasar dalam demokrasi.
Perlakuan sama inilah yang akan menciptakan suasana kekeluargaan, yang akan
saling mengingatkan satu sama lainnya, karena semua anggota merupakan pasar
sekaligus pemilik dari koperai, sense of belonging dan sense of responsibility (rasa saling
memiliki dan tanggung jawab) akan senantiasa melekat pada diri anggota.
Prof. R.S. Soerja Atmadja memberikan definisi tentang koperasi sebagai berikut:
“Koperasi adalah perkumpulan dari orang-orang yang berdasarkan persamaan derajat
sebagai manusia, dengan tidak membedakan haluan agama atau politik dengan sukarela
masuk untuk sekedar memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atau
tanggung jawab
Jadi koperasi Indonesia adalah kumpulan orang-orang yang secara bersama-sama
bergotong-royong, bekerja untuk mewujudkan kepentingan ekonomi mereka dan
kepentingan masyarakat di sekitarnya. Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, koperasi memiliki peran yaitu:
1. Mempersatukan, mengerahkan, membina dan mengembangkan potensi, daya kreasi
dan daya usaha rakyat untuk meningkatkan produksi dan mewujudkan tercapainya
pendapatan yang adil dan kemakmuran yang merata.
2. Mempertinggi taraf hidup dan tingkat kecerdasan rakyat.
3. Membina kelangsungan dan perkembangan demokrasi ekonomi
Dalam khazanah ilmu pengetahuan Islam, kata koperasi sangat sulit ditemukan,
apalagi jika merujuk literatur-literatur klasik. Namun secara terminologi ada sebuah akad
yang mirip terminologi koperasi. Akad tersebut dalam khazanah fiqih disebut dengan
syirkah atau musyarakah. Akad syirkah dipraktekkan dari zaman Rasulullah SAW
sampai sekarang.
Menurut Mahmud Syaltut syirkah ta’awuniyah merupakan syirkah baru yang belum
dikenal oleh para fuqoha terdahulu akan tetapi syirkah ini diciptakan oleh para ahli
ekonomi, yang banyak sekali manfaatmya yaitu memberi keuntungan kepada para
anggota, memberikan lapangan pekerjaan kepada karyawan, memberikan bantuan
keuangan dan lain sebagainya. Sehingga dengan demikian dalam syirkah ini tidak ada
unsur kezaliman dan pemerasan dari orang kaya terhadap orang miskin. Berdasarkan
pengertian diatas maka menurut Mahmud Syaltut syirkah ta’awuniyah dapat dibenarkan
dalam Islam.
Demikian juga dengan Kopontren USP Darul Muttaqien termasuk syirkah
ta’awuniyah, karena usaha bersama di bidang ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat
pesantren Darul Muttaqien Parung ini banyak memberikan manfaat bagi para anggotanya
yang membutuhkan tambahan modal untuk pengembanganusahanya, serta membantu
mereka menghindari jeratan rentenir ketika mereka sedang kesulitan keuangan.