Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak semula, masa yang jauh silam, manusia berjuang untuk hidup. Jika awalnya, seseorang
bekerja menghasilkan suatu barang untuk digunakan sendiri atau untuk keluarganya, maka dalam
perkembangannya guna mencapai kehidupan yang lebih baik, mereka bertindak bukan lagi
sebagai individu, tetapi sebagai anggota dari suatu kelompok masyarakat. Berbagai cara telah
digunakan manusia untuk memecahkan permasalahan ekonomi yang mereka hadapi. Bahwa jika
semula dalam pemecahan kebutuhan hidupnya, manusia melakukannya secara individual, maka
dalam perkembangannya manusia berusaha melakukannya secara bersama-sama dan dalam
perkembangannya lebih lanjut, cara-cara yang digunakan oleh masyarakat untuk memecahkan
permasalahan ekonomi yang mereka hadapi itu berbeda-beda, seirama dengan berkembangnya
zaman.

Kerjasama dalam masyarakat modern telah tampak wujudnya dalam suatu jaringan sistem yang
lebih kompleks. Bentuk-bentuk ikatan persekutuan hidup telah berkembang dan untuk menjaga
kelangsungan hidup dan rasa aman, juga untuk memperoleh kasih sayang dan persahabatan
seperti dalam keluarga dan paguyuban juga telah digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang
diinginkan, seperti terlihat pada bentuk-bentuk organisasi yang resmi

Kerjasama dalam lapangan ekonomi bagi masyarakat modern sudah sangat berkembang, bukan
saja dalam rangka kegiatannya, tetapi juga sangat luas lingkupnya. Kerjasama terjalin dalam
sistem pembagian kerja yang rumit pada setiap lapangan kegiatan ekonomi, seperti pertanian,
industri, perdagangan, koperasi, dan lain-lain.

Koperasi adalah suatu bentuk kerjasama dalam lapangan perekonomian. Kerjasama ini diadakan
orang karena adanya kesamaan jenis kebutuhan hidup mereka. Orang-orang ini bersama-sama
mengusahakan kebutuhan sehari-hari, kebutuhan yang bertalian dengan perusahaan ataupun
rumah tangga mereka. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan adanya kerjasama yang akan
berlangsung terus-menerus.

Perkembangan perkoperasian di Indonesia menunjukan bahwa koperasi mula-mula berkembang


di kalangan pegawai pemerintah, kemudian di daerah pedesaan. Yang akhirnya pada saat ini
sudah meluas di segala lapisan masyarakat seperti petani, buruh/karyawan, pedagang, pegawai
negeri, nelayan, guru (ustadz), santri dan sebagainya.
Koperasi didirikan dengan tujuan unuk membantu dalam hal pemenuhan kebutuhan
anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. Prinsip seperti ini harus benar-benar
dijalankan oleh organisasi yang menamakan dirinya sebagai koperasi. Dan manfaat koperasi
yaitu memberi keuntungan kepada para anggota pemilik saham, membuka lapangan kerja bagi
calon karyawannya, memberi bantuan keuangan dari sebagian hasil usahanya untuk mendirikan
sarana ibadah sekolah dan sebagainya. Maka jelaslah bahwa dalam koperasi ini tidak ada unsur
kezhaliman dan pemerasan, pengelolanya demokratis dan terbuka serta membagi keuntungan
dan kerugian kepada anggota sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.

Penekanan prinsip tolong menolong, kerjasama dan persaudaraan yang diusung kopersi,
sesuai dengan ajaran agama Islam, sebagaimana Allah telah memerintahkan kita untuk saling
tolong menolong dalam kebaikan. Tetapi pada praktiknya apakah prinsip tolong menolong yang
diusung, telah sesuai dengan ajaran Islam

Salah satu jenis kegiatan yang dijalankan koperasi adalah usaha simpan pinjam (kredit).
Usaha ini merupakan usaha yang banyak digemari oleh para anggota koperasi karena sangat
minimnya bunga kredit yang harus dibayar oleh peminjam. Kendala yang dihadapi oleh usaha ini
adalah kekurangan modal. Kurangnya modal disebabkan oleh jumlah anggota yang meminjam
cukup besar, sedangkan modal yang tersedia minim sekali. Kendala lainnya adalah keragu-
raguan mayoritas masyarakat Indonesia,yaitu muslim khususnya masyarakat menengah kebawah
sebagai calon pengguna koperasi terbanyak terhadap keabsahan produk-produk koperasi simpan
pinjam ini, sebagai masyarakat muslim mereka tidak mau terjebak kedalam praktik riba.

Koperasi pondok pesantren (KOPONTREN) Darul Muttaqien adalah salah satu koperasi
dimana salah satu unit usahanya adalah unit simpan pinjam (USP), selain unit mini market, unit
wartel dan unit lainnya. Seluruh anggotanya adalah para santri, guru (ustadz), dan masyarakat
sekitar pondok, telah banyak dibantu dengan kehadiran koperasi tersebut, karena mereka bisa
menabung, meminjam atau yang lainnya.

Koperasi USP Darul Muttaqien sebagai salah satu penyumbang dana pesantren yang
seluruh anggotanya bisa dipastikan muslim, untuk bisa menjaga kredibilitasnya di mata
masyarakat pesantren khususnya, umumnya di mata masyarakat luar pesantren, harus bisa
menjalankan dalam praktiknya prinsip-prinsip operasional yang sesuai dengan hukum Islam.
B. pembatasan dan Perumusan Masalah
Masalah penelitian akan dibatasi pada sistem operasional koperasi simpan pinjam
yang mencakup mekanisme simpan pinjam yang berlangsung di koperasi USP Darul
Muttaqien.
Secara singkat masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dasar koperasi Islam?
2. Bagaimanakah sistem operasional yang dijalankan pada koperasi USP Darul
Muttaqien?
3. Bagaimana perspektif hukum Islam terhadap sistem operasional koperasi simpan
pinjam Darul Muttaqien?

c. Tujuan Penelitian
Diantara tujuan yang ingin dicapai pada penelitian tersebut adalah:
1. Untuk mengetahui konsep dasar koperasi dalam Islam
2. Untuk mengetahui sistem operasional yang dijalankan pada koperasi USP Darul
Muttaqien
3. Untuk mengetahui perspektif hukum Islam terhadap sistem operasional di koperasi
tersebut

d. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan (library research)
dan penelitian lapangan (field research).

2. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang dilakukan antara lain:
a) Untuk penelitian kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data dari berbagai
literatur yang ada, seperti buku-buku sumber, dokumen - dokumen koperasi
USP Darul Muttaqien, dan tulisan lain yang berhubungan dengan penulisan
skripsi ini.
b) Untuk penelitian lapangan, yaitu dengan wawancara langsung secara pribadi
dengan beberapa pengurus koperasi bersangkutan yaitu dengan ketua umum
dan pendiri koperasi USP Darul Muttaqien.

3. Metode Pengolahan dan Analisa Data


Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa kualitatif dengan
menggunakan pola fikir induksi. Teknik ini dilaksanakan dengan metode interaktif
sebagaimana dikemukakan oleh Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, yang
terdiri dari tiga jenis kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.

BAB II

KONSEP DASAR KOPERASI DALAM ISLAM

B. Pengertian Koperasi
Koperasi secara etimologi atau menurut bahasa berasal dari kata “cooperation”
dari bahasa Inggris yang berarti kerjasama. Akan tetapi tidak semua bentuk usaha
bersama disebut koperasi. Bisa saja tiga atau empat orang yang mengangkat barang yang
berat bekerja bersama akan tetapi tidak bisa disebut koperasi. Secara umum yang
dimaksud dengan koperasi adalah: “suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam
bidang perekonomian, beranggotakan mereka yang berekonomi lemah yang bergabung
secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban melakukan suatu usaha yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya”. Koperasi merupakan
suatu badan usaha bersama yang berjuang dalam bidang ekonomi dengan menempuh
jalan yang tepat dan mantap dengan tujuan membebaskan diri para anggotanya dari
kesulitan-kesulitan ekonomi yang umumnya diderita oleh mereka.
Menurut undang-undang No.12tahun 1967 pasal 3 menyatakan bahwa: “Koperasi
Indonesia adalah organisasi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau
badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha
bersama berdasarkan asas kekeluargaan.
Pengertian koperasi Indonesia secara yuridis dapat dilihat pada Undang-undang di
atas yang menekankan pada pengertian koperasi sebagai organisasi ekonomi, yang
berwatak sosial, dan dikelola berdasarkan kekeluargaan. Dari pengertian tersebut di atas
sudah jelas bahwa koperasi seharusnya menjadikan anggotanya sebagai kekuatan (inti).
Jadi anggotalah yang berperan serta secara aktif dalam kegiatan kopersi. Sebagai contoh,
ada beberapa orang yang mempunyai tujuan bersama (membeli kain) dimana wadah
kegiatannya dikelola secara bersama (perusahaan pembeli kain) untuk mencukupi
kebutuhan bahan kain tersebut. Pembelian bahan kain diusahakan dengan harga yang
semurah-murahnya sesuai dengan kualitas yang dikehendaki, sehingga ada efisiensi biaya
yang dikeluarkan.
Dalam rangka mewujudkan cita-cita tata perokonomian nasional yang disusun
bersama menurut asas kekeluargaan, maka koperasi perlu membangun diri. Untuk
menyelaraskannya dengan keadaan, ketentuan perkoperasian di Indonesia telah
diperbaharui, yaitu dengan Undang-undang perkoperasian No.25 tahun 1992. pada Bab 1
pasal 1 ayat 1 UU 25/1992 yang berbunyi:
yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang
seorang atau badan hukum koperasi dengan melaksanakan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan”.
Definisi lain tentang koperasi dikemukakan oleh Paul Hubert Casselman dalam
bukunya berjudul: “ The Cooperative Movement and some of its Problems” mengatakan:
“ Cooperation is an economic system with social contrast” (koperasi adalah suatu sistem
ekonomi yang mengandung unsur sosial).
Definisi Casselman di atas nampak sederhana, tetapi di dalamnya terkandung
makna yang luas. Koperasi mengandung dua unsur, yaitu unsur ekonomi dan unsur
sosial. Koperasi merupakan suatu sistem dan sebagaimana diketahui sistem itu
merupakan himpunan komponen-komponen atau bagian yang saling berkaitan yang
secara bersama-sama berfungsi mencapai tujuan.
Tujuan ekonomi yang dimaksud adalah bahwa koperasi harus bekerja berdasarkan
motif ekonomi atau mencari keuntungan, sedangkan unsur social yang terdapat dalam
definisi tersebut bukan dalam arti kedernawanan, tetapi lebih untuk menerangkan
kedudukan anggota dalam organisasi, hubungan antar sesame anggota dan hubungan
anggota dengan pengurus. Juga unsur sosial ditemukan dalam cara kerja koperasi yang
demokratis, kesamaan derajat, kebebasan keluar masuk bagi anggota, calon anggota,
persaudaraan, pembagian sisa hasil usaha kepada anggota secara proporsional dengan
jasanya serta menolong diri sendiri.
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, pengertian koperasi disebutkan sebagai
“perkumpulan yang berusaha di lapangan ekonomi, tetapi tidak bermaksud mencari
keuntungan.”
Adapun yang dimaksud tidak mencari keuntungan disini, mereka bekerja
berdasarkan semangat kekeluargaan, tidak mementingkan untung dan rugi bagi dirinya
sendiri, melainkan bekerja demi kesejahteraan bersama. Apa yang dikejar dalam koperasi
adalah tidak hanya kesejahteraan ekonomi, namun kesejahteraan sosial. Kesejahteraan
ekonomi berarti koperasi berkawajiban melayani kebutuhan anggotanya dengan harga
yang relatif lebih murah. Apabila dalam usaha itu mendapatkan keuntungan, maka
masing-masing anggota menerima pembagian keuntungan secara adil sesuai dengan
kadar kerjanya. Adapun kesejahteraan sosial yang dimaksudkan dalam koperasi adalah
semua anggota mempunyai hak dan kewajiban yang sama (equal treatment), yang
merupakan prinsip dasar dalam demokrasi.
Perlakuan sama inilah yang akan menciptakan suasana kekeluargaan, yang akan
saling mengingatkan satu sama lainnya, karena semua anggota merupakan pasar
sekaligus pemilik dari koperai, sense of belonging dan sense of responsibility (rasa saling
memiliki dan tanggung jawab) akan senantiasa melekat pada diri anggota.
Prof. R.S. Soerja Atmadja memberikan definisi tentang koperasi sebagai berikut:
“Koperasi adalah perkumpulan dari orang-orang yang berdasarkan persamaan derajat
sebagai manusia, dengan tidak membedakan haluan agama atau politik dengan sukarela
masuk untuk sekedar memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atau
tanggung jawab
Jadi koperasi Indonesia adalah kumpulan orang-orang yang secara bersama-sama
bergotong-royong, bekerja untuk mewujudkan kepentingan ekonomi mereka dan
kepentingan masyarakat di sekitarnya. Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, koperasi memiliki peran yaitu:
1. Mempersatukan, mengerahkan, membina dan mengembangkan potensi, daya kreasi
dan daya usaha rakyat untuk meningkatkan produksi dan mewujudkan tercapainya
pendapatan yang adil dan kemakmuran yang merata.
2. Mempertinggi taraf hidup dan tingkat kecerdasan rakyat.
3. Membina kelangsungan dan perkembangan demokrasi ekonomi

Dalam khazanah ilmu pengetahuan Islam, kata koperasi sangat sulit ditemukan,
apalagi jika merujuk literatur-literatur klasik. Namun secara terminologi ada sebuah akad
yang mirip terminologi koperasi. Akad tersebut dalam khazanah fiqih disebut dengan
syirkah atau musyarakah. Akad syirkah dipraktekkan dari zaman Rasulullah SAW
sampai sekarang.

Secara etimologi, al-syirkah berarti percampuran, yaitu percampuran antara sesuatu


dengan yang lainnya, sehingga sulit dibedakan. Sedangkan secara terminologi, ada
beberapa definisi al-syirkah yang dikemukakan oleh para ulama fiqih. Pertama,
dikemukakan oleh ulama Malikiyah. Menurut mereka syirkah adalah suatu keizinan
untuk bertindak secara hukum bagi dua orang yang bekerjasama terhadap harta mereka.
Kedua, definisi yang dikemukakan oleh ulama Syafi’iyah dan Hanabilah, syirkah adalah
hak bertindak hukum bagi dua orang atau lebih pada sesuatu yang mereka sepakati.
Ketiga, definisi yang dikemukakan oleh ulama Hanafiyah, syirkah adalah akad yang
dilakukan oleh orang-orang yang bekerjasama dalam modal dan keuntungan.

Sebagian ulama menyebut koperasi dengan syirkah ta’awuniyah (persekutuan tolong


menolong) yaitu suatu perjanjian kerjasama antara dua orang atau lebih, yang satu pihak
menyediakan modal usaha sedangkan pihak lain melakukan usaha atas dasar profit sharing
menurut perjanjian. Maka dalam koperasi terdapat unsur mudharabah karena satu pihak
memiliki modal dan pihak lain melakukan usaha atas modal tersebut.

Menurut Mahmud Syaltut syirkah ta’awuniyah merupakan syirkah baru yang belum
dikenal oleh para fuqoha terdahulu akan tetapi syirkah ini diciptakan oleh para ahli
ekonomi, yang banyak sekali manfaatmya yaitu memberi keuntungan kepada para
anggota, memberikan lapangan pekerjaan kepada karyawan, memberikan bantuan
keuangan dan lain sebagainya. Sehingga dengan demikian dalam syirkah ini tidak ada
unsur kezaliman dan pemerasan dari orang kaya terhadap orang miskin. Berdasarkan
pengertian diatas maka menurut Mahmud Syaltut syirkah ta’awuniyah dapat dibenarkan
dalam Islam.
Demikian juga dengan Kopontren USP Darul Muttaqien termasuk syirkah
ta’awuniyah, karena usaha bersama di bidang ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat
pesantren Darul Muttaqien Parung ini banyak memberikan manfaat bagi para anggotanya
yang membutuhkan tambahan modal untuk pengembanganusahanya, serta membantu
mereka menghindari jeratan rentenir ketika mereka sedang kesulitan keuangan.

C. Landasan Hukum dan Asas Koperasi


Dalam UUD 1945 pada pasal 33 ayat 1 berbunyi: “Perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasarkan atas asa kekeluargaan”. Dan penjelesannya berbunyi: “Dasar
ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pinpinan atau pemilikan
anggota masyarakat.
Penjelasan pasal diatas menerangkan kepada kita bahwa kemakmuran masyarakatlah
yang diutamakan bukan kemakmuran orang-seorang, sebab itu perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.
Bumi, air Indonesia dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah
karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat Indonesia. Kekayaan alam itu harus
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat baik materil maupun spirituil.
Kekayaan alam itu harus dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia dengan menyelenggarakan
susunan ekonomi atas asas kekeluargaan dan kegotongroyongan. Bangun yang sesuai
dengan ini ialah koperasi. Hal ini tercantum dalam Undang-undang koperasi No 25 tahun
1992: “ Koperasi berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 serta berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
Dalam Islam syirkah bentuk koperasi dibolehkan, karena koperasi termasuk
dalam syirkah ta’awuniyah. Para ulama fiqih mendasarkan hal tersebut pada firman Allah
dalam surat sa (38): 24 yang berbunyi:
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang yang berserikat itu sebahagian mereka
berbuat dzalim kepada sebahagian yang lain kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal shaleh, dan amat sedikitlah mereka itu.” Ayat di atas menjelaskan
kebolehan berserikat atau bekerjasama dalam hal kebaikan tentunya, seperti syirkah
ta’awuniyah yang secara bahasa dirtikan bekerjasama dalam tolong menolong. Ini sesuai
dengan yang disyaratkan ayat “ Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman, Aku (Allah) adalah orang ketiga dalam
perserikatan antara dua orang, selama salah seorang tidak mengkhianati yang lain, jika
diantara mereka ada yang berkhianat maka Aku meninggalkan mereka berdua.” (HR.
Muslim)
Atas dasar ayat dan hadits di atas pula para ulama fiqih menyatakan bahwa akad
syirkah (koperasi) mempunyai landasan yang kuat dalam agama Islam. Dari ketentuan-
ketentuan hukum di atas baik dari segi hukum positif ataupun hukum agama Islam,
jelaslah sudah bahwa koperasi boleh dilaksanakan karena sama sekali tidak bertentangan
dengan hukum, akan tetapi sesuai dengan peraturan pemerintahan dan peraturan agama,
bahkan koperasi banyak sekali memberikan manfaat bagi para anggotanya yang
mayoritas kelas menengah ke bawah ini.

Anda mungkin juga menyukai