Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Wirausaha merupakan suatu proses atau cara untuk melakukan suatu usaha
yang bertujuan untuk mendapatkan hasil atau keuntungan yang diharapkan
dengan cara memproduksi, menjual atau menyewakan suatu produk barang
atau jasa

Kewirausahaan berbasis kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis


pada kekuatan ekonomi rakyat.Dimana ekonomi rakyat sendiri adalah sebagai
kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan
(popular) yang dengan secara swadaya mengelola sumberdaya ekonomi apa
saja yang dapat diusahakan dan dikuasainya, yang selanjutnya disebut sebagai
Usaha Kecil dan Menegah (UKM) terutama meliputi sektor pertanian,
peternakan, kerajinan, makanan, dsb, yang ditujukan terutama untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarganya tanpa harus mengorbankan
kepentingan masyarakat lainnya.

Aktivitas kewirausahaan berbasis kerakyatan ini terkait dengan ekonomi


sub sistem antara lain pertanian tradisional seperti perburuan, perkebunan,
mencari ikan, dan lainnnya kegiatan disekitar lingkungan alamnya serta
kerajinan tangan dan industri rumahan. Kesemua kegiatan kewirausahaan
tersebut dilakukan dengan pasar tradisional dan berbasis masyarakat, artinya
hanya ditujukan untuk menghidupi dan memenuhi kebutuhan hidup
masyarakatnya sendiri. Kegiatan kewirausahaan dikembangkan untuk
membantu dirinya sendiri dan masyarakatnya, sehingga tidak mengekploitasi
sumber daya alam yang ada. Gagasan kewirausahaan kerakyatan
dikembangkan sebagai upaya alternatif dari para ahli ekonomi Indonesia untuk
menjawab kegagalan yang dialami oleh negara negara berkembang termasuk
Indonesia dalam menerapkan teori pertumbuhan. Orientasi utama dari
2

ekonomi kerakyatan adalah rakyat banyak, bukan sebagian atau sekelompok


kecil orang.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari manajemen kewirausahaan dan usaha kerakyatan?


2. Apa tujuan manajemen kewirausahaan berbasis kerakyatan?
3. Apa saja prinsip kewirausahaan berbasis kerakyatan?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan kewirausahaan berbasis
kerakyatan?
5. Bagaimana upaya-upaya mewujudkan manajemen kewirausahaan
berbasis kerakyatan?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian dari manajemen kewirausahaan dan usaha


kerakyatan;
2. Mengetahui tujuan manajemen kewirausahaan berbasis kerakyatan;
3. Mengetahui prinsip kewirausahaan berbasis kerakyatan;
4. Memahami kelebihan dan kekurangan kewirausahaan berbasis
kerakyatan;
5. Memahami upaya-upaya mewujudkan manajemen kewirausahaan
berbasis kerakyatan;
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Kewirausahaan dan Usaha Kerakyatan

1. Pengertian Manajemen Kewirausahaan

Manajemen kewirausahaan adalah sebuah proses pengelolaan untuk


menciptakan sesuatu yang baru (lain alias berbeda dengan yang telah ada),
dengan menggunakan suatu modal, baik waktu, tenaga ataupun uang,
beserta resiko yang mungkin akan terjadi dengan tujuan untuk mencapai
kepuasan, keuntungan serta kebebasan pribadi. Manajemen kewirausahaan
ini menyangkut semua yang ada dalam perusahaan.1

2. Usaha Kerakyatan
Usaha kerakyatan adalah sistem perekonomian yang di mana
pelaksanaan kegiatan, pengawasannya, dan hasil dari kegiatan ekonomi
dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Atau definisi usaha kerakyatan
yaitu kegiatan dari ekonomi yang dapat memberikan kesempatan yang
luas untuk masyarakat dalam berpartisipasi sehingga perekonomian dapat
terlaksana dan berkembang secara baik. 2

B. Tujuan Manajemen Kewirausahaan Berbasis Kerakyatan

Tujuan utama manajemen kewirausahaan berbasis kerakyatan adalah


untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui
peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan jalannya roda

1
Sudarmana, 2015, “Manajemen Kewirausahaan”, http://rocketmanajemen.com/
manajemen-kewirausahaan/, tanggal 20 Oktober 2017, Pukul 19.30 WIB.

2
Arif, 2012, ”Perekonomian Kerakyatan” http://arief-ariefwicaksono.blogspot.co.id/ 20
12/10/makalah-perekonomian-kerakyatan.html, tanggal 19 Oktober 2017, Pukul 20.35 WIB.
4

perekonomian. Bila tujuan utama usaha kerakyatan itu dijabarkan lebih lanjut,
maka tujuan pokok ekonomi kerakyatan meliputi lima hal berikut:

1. Tersedianya peluang kerja dan penghidupan yang layak bagi seluruh


anggota masyarakat.
2. Terselenggaranya sistem jaminan sosial bagi anggota masyarakat yang
membutuhkan, terutama fakir miskin dan anak-anak terlantar.
3. Terdistribusikannya kepemilikan modal material secara relatif merata
di antara anggota masyarakat.
4. Terselenggaranya pendidikan nasional secara cuma-cuma bagi setiap
anggota masyarakat.
5. Terjaminnya kemerdekaan setiap anggota masyarakat untuk
mendirikan dan menjadi anggota serikat-serikat ekonomi. 3

C. Prinsip Kewirausahaan Berbasis Kerakyatan

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menjalankan


kewirausahaan yang berbasis kerakyatan yaitu sebagai berikut:

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas


kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.4

D. Kelebihan dan Kekurangan Kewirausahaan Berbasis Kerakyatan


3
Kurniawan, 2012, ”Ekonomi Kerakyatan”https://makalahpoint.blogspot.co.id/2012/03/
makalah-ekonomi-kerakyatan.html, Tanggal 18 Oktober 2017, Pukul 16.30 WIB.

4
Imam, 2012, “Perekonomian Kerakyatan”, ‘http://Imam.blogspot.co.id/2012/10/
makalah-perekonomian-kerakyatan.html, Tanggal 19 Oktober 2017, Pukul 22.30 WIB. 
5

1. Kelebihan Kewirausahaan Berbasis Kerakyatan


a. Rakyat yang kurang mampu bisa mendapatkan perlakuan hukum
yang sama atau secara adil dalam masalah perekonomian.
b. Dapat memberikan perhatian yang lebih pada rakyat kecil melalui
berbagai macam program operasional yang nyata.
c. Sistem ekonomi ini dapat mewujudkan kedaulatan rakyat.
d. Dapat merangsang kegiatan ekonomi yang lebih produktif di
tingkat rakyat sekaligus dapat melahirkan jiwa kewirausahaan.
e. Transaksi antara produksi, distribusi dan konsumsi sangat baik.
f. Hubungan antara produksi, distribusi dan juga konsumsi akan
saling membutuhkan dan sangat baik.

2. Kelemahan Kewirausahaan Berbasis Kerakyatan


a. Dalam ekonomi ini akan terjadi praktek membagi-bagi uang
kepada rakyat, peraktek ini sangat tidak menguntungkan bagi
pihak manapun, termasuk rakyat itu sendiri.
b. Aksi membagi-bagi uang ini secara tidak sadar dapat
menyebabkan usaha mikro atau kecil dan menengah serta
koperasi yang selama ini tidak berdaya dapat bersaing dalam
suatu mekanisme pasar, bias menjadi sangat bergantung pada aksi
tersebut.
c. Masih kurangnya pengetahuan rakyat mengenai Investasi,
akibatnya dapat menyebabkan kemiskinan terlalu lama atau
perputaran roda yang lambat.
d. Tidak adanya dukungan yang optimal dari pemerintah, meskipun
peran pemerintah sangat penting tapi tidak dominan.
Harus di awasi, jika tidak diawasi dengan baik akan banyak
koruptor.5
E. Peran Manajemen Kewirausahaan Berbasis Kerakyatan

5
Esy, 2010, “Ekonomi Kerakyatan”, http://ossy-strees-iseng.blogspot.co.id/2010/05/
ekonomi-kerakyatan.html, Tanggal 19 Oktober 2017, Pukul 17.45 WIB.
6

Peran manajemen kewirausahaan berbasis kerakyatan untuk mengelola


hal-hal yang mendukung jalannya usaha agar tercapai tujuan yaitu yang terkait
dengan :

1. Alokasi Anggaran untuk Panjaminan Kredit untuk Usaha Rakyat


Yang dibutuhkan oleh usaha rakyat sebenarnya bukan subsidi bunga
dan bukan dana block grant, tetapi akses untuk mendapatkan pinjaman
ke lembaga keuangan. Dengan demikian, intervensi yang diperlukan
dari pemerintah adalah adanya penjaminan kredit untuk UKM.
Strategi ini, selain tidak akan membebani anggaran belanja
pemerintah yang terlalu besar, juga bagian dari pembelajaran bagi
UKM untuk terbiasa berhubungan dengan lembaga keuangan formal
dan pembelajaran bagi UKM untuk mandiri dan efisien.
2. Kebijakan Perpajakan
Untuk mendorong UKM bergabung pada koperasi (baik di sektor
pertanian, peternakan, perikanan, perdagangan, industri), maka UKM
yang bergabung diberi keringanan pajak. Demikian pula kepada
perusahaan apapun yang bersedia menjual sahamnya kepada
pegawainya, diberi keringanan pajak.
3. Kebijakan Pertanahan
Lahan dalam perekonomian merupakan faktor modal yang penting.
Perlindungan bagi masyarakat adat atas tanah ulayat, perlindungan
petani melalui sertifikasi tanah, perlu dilakukan. Kebijakan
pemerintah yang memberi kemudahan bagi masyarakat adat untuk
memperoleh hak pemilikan atas tanah ulayat, akan membantu
penguatan ekonomi rakyat.
4. Kebijakan Upah
Salah satu sumber pendapatan masyarakat adalah dari upah dan gaji.
Rendah tingginya upah dan gaji yang diterima, tergantung dari tingkat
upah perjam/bulan, lama jam kerja, dan jumlah anggota keluarga yang
bekerja. Tinggi rendahnya tingkat upah dan gaji ditentukan oleh
7

kualitas tenaga kerja. Kualitas tenaga kerja bukan hanya ditentukan


oleh tingat pendidikan, tetapi juga sikap mental (etos kerja,
profesionalitas, dan kedisiplinan). Lama jam kerja dan jumlah anggota
keluarga yang bekerja ditentukan oleh ketersediaan lapangan kerja.
Kebijakan penetapan batas Upah Minimum Regional (UMR), seperti
yang selama ini digunakan pemerintah dalam melindungi kaum
pekerja, sebenarnya tidak memecahkan permasalahan ketenaga
kerjaan. Intervensi pemerintah secara langsung dalam menentukan
upah dan gaji pekerja, justru menimbulkan permasalahan baru yang
lebih serius, seperti pengangguran dan permasalahan sektor informal.
Perbaikan gaji dan upah, seharusnya diserahkan melalui mekanisme
pasar tenaga kerja.
Oleh sebab itu, dalam rangka penguatan ekonomi kerakyatan dari sisi
ketenagakerjaan, harus ada kebijakan baik disisi demand maupun di
sisi supply. Di sisi supply, intervensi yang dibutuhkan dari pemerintah
adalah peningkatan kualitas tenaga kerja. Sedang di sisi demand,
intervensi yang diperlukan dari pemerintah adalah perluasan lapangan
kerja. 6

BAB III

6
Sukarman, 2016, “Kewirausahaan”, http://kumpulanmaterimanajemen.blogspot.co.id/
2016 /07/makalah-kewirausahaan.html, Tanggal 17 Oktober 2017, Pukul 23.20 WIB.
8

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manajemen kewirausahaan berbasis kerakyatan adalah sebuah proses


pengelolaan untuk menciptakan sesuatu yang baru, dengan menggunakan
suatu modal, baik waktu, tenaga ataupun uang, beserta resiko yang mungkin
akan terjadi dengan tujuan untuk mencapai kepuasan, di mana pelaksanaan
kegiatan, pengawasannya, dan hasil dari kegiatan ekonomi dapat dinikmati
oleh seluruh masyarakat.

Tujuan utama manajemen kewirausahaan berbasis kerakyatan adalah


untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui
peningkatan kemampuan masyarakat dalam bidang perekonomian.

Manajemen kewirausahaan berbasis kerakyatan memiliki prinsip yaitu


perekonomian disusun sebagai usaha bersama, menguasai hajat hidup orang
banyak, dan Bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.

Perang manajemen kewirausahaan berbasis kerakyatan ini yaitu untk


untuk mencapai tujuan usaha yang terkait dengan :

1. Alokasi anggaran untuk panjaminan kredit untuk usaha rakyat;


2. Kebijakan perpajakan;
3. Kebijakan pertanahan; dan
4. Kebijakan upah;

DAFTAR PUSTAKA
9

Arif. 2012. Perekonomian Kerakyatan. http://arief-ariefwicaksono.blogspot.co.id/


20 12/10/makalah-perekonomian-kerakyatan.html.

Esy. 2010. Ekonomi Kerakyatan. http://ossy-strees-iseng.blogspot.co.id/2010/05/


ekonomi-kerakyatan.html.

Imam. 2012. Perekonomian Kerakyatan. http://Imam.blogspot.co.id/2012/10/


makalah-perekonomian-kerakyatan.html.

Kurniawan. 2012. Ekonomi Kerakyatan. https://makalahpoint.blogspot.co.id/


2012/03/ makalah-ekonomi-kerakyatan.html.

Sudarmana. 2015. Manajemen Kewirausahaan. http://rocketmanajemen.com/


manajemen-kewirausahaan/.

Sukarman. 2016. Kewirausahaan. http://kumpulanmaterimanajemen.blogspot.


co.id/2016/07/makalah-kewirausahaan.html.
10

Perluasan lapangan kerja dapat dilakukan melalui instrumen


kebijakan fiskal dan moneter, penumbuh kembangkan usaha-usaha
ekonomi produktif, dan industrialisasi di perdesaan. Untuk
meningkatkan upah pekerja, jalan yang aman untuk ditempuh adalah
melalui stimulus penciptaan lapangan kerja. Meluasnya lapangan kerja
akan menggeser kurve permintaan, sehingga tingkat upah akan
meningkat. Stimulan untuk menciptakan lapangan kerja dapat
ditempuh melalui peningkatan investasi. Peningkatan investasi tidak
harus menurunkan suku bunga bank, tetapi memperluas akses unit
produksi rakyat untuk memperoleh pinjaman di lembaga keuangan
bank.

Aktivitas ekonomi kerakyatan ini terkait dengan ekonomi sub sisten antara lain
pertanian tradisional seperti perburuan, perkebunan, mencari ikan, dan lainnnya
kegiatan disekitar lingkungan alamnya serta kerajinan tangan dan industri
rumahan. Kesemua kegiatan ekonomi tersebut dilakukan dengan pasar tradisional
dan berbasis masyarakat, artinya hanya ditujukan untuk menghidupi dan
memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya sendiri. Kegiatan ekonomi
dikembangkan untuk membantu dirinya sendiri dan masyarakatnya, sehingga
tidak mengekploitasi sumber daya alam yang ada.

Ciri Ekonomi Kerakyatan

1. Peranan vital negara (pemerintah).

Sebagaimana ditegaskan oleh Pasal 33 ayat 2 dan 3 UUD 1945, negara


memainkan peranan yang sangat penting dalam sistem ekonomi kerakyatan.
Peranan negara tidak hanya terbatas sebagai pengatur jalannya roda
perekonomian. Melalui pendirian Badan-badan Usaha Milik Negara (BUMN),
yaitu untuk menyelenggarakan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, negara dapat terlibat secara
langsung dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan ekonomi tersebut. Tujuannya
adalah untuk menjamin agar kemakmuran masyarakat senantiasa lebih
diutamakan daripada kemakmuran orang seorang, dan agar tampuk produksi tidak
11

jatuh ke tangan orang seorang, yang memungkinkan ditindasnya rakyat banyak


oleh segelintir orang yang berkuasa.

2. Efisiensi ekonomi berdasar atas keadilan, partisipasi, dan keberlanjutan.

Tidak benar jika dikatakan bahwa sistem ekonomi kerakyatan cenderung


mengabaikan efisiensi dan bersifat anti pasar. Efisiensi dalam sistem ekonomi
kerakyatan tidak hanya dipahami dalam perspektif jangka pendek dan berdimensi
keuangan, melainkan dipahami secara komprehensif dalam arti memperhatikan
baik aspek kualitatif dan kuantitatif, keuangan dan non-keuangan, maupun aspek
kelestarian lingkungan. Politik ekonomi kerakyatan memang tidak didasarkan atas
pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas, melainkan atas keadilan, partisipasi, dan
keberlanjutan.

3. Mekanisme alokasi melalui perencanaan pemerintah, mekanisme pasar, dan


kerjasama (kooperasi).

Mekanisme alokasi dalam sistem ekonomi kerakyatan, kecuali untuk cabang-


cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak, tetap di dasarkan atas mekanisme pasar. Tetapi mekanisme pasar bukan
satu-satunya. Selain melalui mekanisme pasar, alokasi juga didorong untuk
diselenggaran melalui mekanisme usaha bersama (koperasi). Mekanisme pasar
dan koperasi dapat diibaratkan seperti dua sisi dari sekeping mata uang yang sama
dalam mekanisme alokasi sistem ekonomi kerakyatan.

4. Pemerataan penguasaan faktor produksi

Sejalan dengan amanat penjelasan pasal 33 UUD 1945, penyelenggaraan pasar


dan koperasi dalam sistem ekonomi kerakyatan harus dilakukan dengan terus
menerus melakukan penataan kelembagaan, yaitu dengan cara memeratakan
penguasaan modal atau faktor-faktor produksi kepada segenap lapisan anggota
masyarakat. Proses sistematis untuk mendemokratisasikan penguasaan faktor-
faktor produksi atau peningkatan kedaulatan ekonomi rakyat inilah yang menjadi
substansi sistem ekonomi kerakyatan.

5. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian

Berdasrkan Pasal 33 UUD 1945, keikutsertaan anggota masyarakat dalam


memiliki faktor-faktor produksi itulah antara lain yang menyebabkan
dinyatakannya koperasi sebagai bangun perusahaan yang sesuai dengan sistem
ekonomi kerakyatan. Sebagaimana diketahui, perbedaan koperasi dari perusahaan
perseroan terletak pada diterapkannya prinsip keterbukaan bagi semua pihak yang
mempunyai kepentingan dalam lapangan usaha yang dijalankan oleh koperasi
untuk turut menjadi anggota koperasi.

6. Pola hubungan produksi kemitraan, bukan buruh-majikan


12

Pada koperasi memang terdapat perbedaan mendasar yang membedakannya


dengan bentuk-bentuk perusahaan yang lain. Di antaranya adalah pada
dihilangkannya pemilahan buruh-majikan, yaitu diikutsertakannya buruh sebagai
pemilik perusahaan atau anggota koperasi. Sebagaimana ditegaskan oleh Bung
Hatta, “Pada koperasi tak ada majikan dan tak ada buruh, semuanya pekerja yang
bekerjasama untuk menyelenggarakan keperluan bersama”. Karakter utama
ekonomi kerakyatan pada dasarnya terletak pada dihilangkannya watak
individualistis dan kapitalistis dari wajah perekonomian Indonesia. Secara mikro
hal itu antara lain berarti diikutsertakannya pelanggan dan buruh sebagai anggota
koperasi atau pemilik perusahaan. Sedangkan secara makro hal itu berarti
ditegakkannya kedaulatan ekonomi rakyat dan diletakkannya kemakmuran
masyarakat di atas kemakmuran orang seorang.

7. Kepemilikan saham oleh pekerja

Dengan diangkatnya kerakyatan sebagai prinsip dasar sistem perekonomian


Indonesia, prinsip itu dengan sendirinya tidak hanya memiliki kedudukan penting
dalam menentukan corak perekonomian yang harus diselenggarakan oleh negara
pada tingkat makro. Ia juga memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
menentukan corak perusahaan yang harus dikembangkan pada tingkat mikro.
Perusahaan hendaknya dikembangkan sebagai bangun usaha yang dimiliki dan
dikelola secara kolektif (kooperatif) melalui penerapan pola-pola kepemilikan
saham oleh pekerja. Penegakan kedaulatan ekonomi rakyat dan pengutamaan
kemakmuran masyarakat di atas kemakmuran orang seorang hanya dapat
dilakukan dengan menerapkan prinsip tersebut.

Ciri dari sistem ekonomi kerakyatan

' alt="*" v:shapes="_x0000_i1025"> Yang menguasai kebutuhan hidup


masyarakat adalah negara atau pemerintah negara tersbut. Misalnya seperti: bahan
bakar minyak, air dan sumber daya alam yang lainnya.

alt="*" v:shapes="_x0000_i1026"> Peran negara di ekonomi ini sangatlah


penting akan tetapi tidak dominan, dan begitu juga perana dari pihak swasta yang
posisinya memang penting akan tetapi tidak mendominasi juga. Sehingga tidak
mungkin terjadi kondisi sistem ekonomi liberal ataupun sistem ekonomi
komando. Kedua pihak tersebut yaitu pemerintah dan juga pihak swasta hidup
berdampingan secara damai dan saling men-support satu sama lain.

Di dalam perekonomian ini masyarakat adalah bagian yang sangat penting,


karena kegiatan produksi yang dilakukan, diawasi dan dipimpin oleh anggota
masyarakat.
13

Buruh maupun modal tidak mendominasi perekonomian sebab ekonomi ini


didasari atas asas kekeluargaan.

Peran Negara dalam Ekonomi

Ekonomi Kerakyatan

v Menyusun perekonomian sebagai usaha bersama berdasar atas azas


kekeluargaan, mengembangkan koperasi (Pasal 33 ayat 1).

v Menguasai cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang


menguasai hajat hidup orang banyak mengembangkan BUMN (Pasal 33 ayat 2).

v Menguasai dan memastikan pemanfaatan bumi, air, dan segala kekayaan yang
terkandung di dalamnya bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 33 ayat
3).

v Mengelola anggaran negara untuk kesejahteraan rakyat memberlakukan pajak


progresif dan memberikan subsidi.

v Menjaga stabilitas moneter.

v Memastikan setiap warga negara memperoleh haknya untuk mendapatkan


pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 27 ayat 2).

v Memelihara fakir miskin dan anak terlantar (Pasal 34).

Sejarah sistem ekonomi di Indonesia

Seperti halnya Indonesia, sistem ekonomi yang dianut oleh bangsa Indonesia akan
berbeda dengan sistem ekonomi yang dianut oleh Amerika Serikat ataupun
negara-negara lainnya.Pada awalnya Indonesia menganut sistem ekonomi liberal ,
di mana seluruh kegiatan ekonomi diserahkan kepada masyarakat. Akan tetapi
karena ada pengaruh komunisme yang disebarkan oleh Partai Komunis Indonesia,
maka sistem ekonomi di Indonesia berubah dari sistem ekonomi liberal menjadi
sistem ekonomi sosialis . Pada masa Orde Baru, sistem ekonomi yang dianut oleh
bangsa Indonesia diubah kembali menjadi sistem demokrasi ekonomi.
Sistem ini bertahan hingga masa Reformasi. Setelah masa Reformasi, pemerintah
melaksanakan sistem ekonomi yang berlandaskan ekonomi kerakyatan. Sistem
inilah yang masih berlaku di Indonesia.

Alasan Ekonomi Kerakyatan Perlu Dijadikan Strategi Pembangunan


Ekonomi
14

Ada 4 Alasan mengapa ekonomi kerakyatan perlu dijadikan strategi pembangunan


ekonomi Indonesia (Mardi Yatmo Hutomo). Keempat alasan, dimaksud adalah:

1. Karakteristik Indonesia

Pengalaman keberhasilan Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Brazil, meniru


konsep pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara Eropa Barat
dan Amerika, ternyata bagi negara-negara berkembang lainnya memberikan hasil
yang berbeda. Pengalaman Indonesia yang mengandalkan dana pinjaman luar
negeri untuk membiayai pembangunan, mengandalkan investasi dari luar negeri,
memperkuat industri substitusi ekspor, selama dua sampai tiga dasawarsa
memang berhasil mendorong pertumbuhan output nasional yang cukup tinggi dan
memberikan lapangan kerja cukup luas bagi rakyat. Indonesia pernah dijuluki
sebagai salah satu dari delapan negara di Asia sebagai Asian Miracle, karena
tingkat pertumbuhan ekonominya yang cukup mantap selama tiga dasawarsa,
tetapi ternyata sangat rentan dengan terjadinya supply shock. Krisis mata uang
Bath di Thailand, ternyata dengan cepat membawa Indonesia dalam krisis
ekonomi yang serius dan dalam waktu yang amat singkat, ekonomi Indonesia
runtuh.

Fakta ini menunjukkan kepada kepada kita, bahwa konsep dan strategi
pembangunan ekonomi yang berhasil diterapkan di suatu negara, belum tentu
akan berhasil bila diterapkan di negara lain. Teori pertumbuhan Harrod-Domar –
Rostow – David Romer – Solow, dibangun dari struktur masyarakat pelaku
ekonomi yang berbeda dengan struktur ekonomi masyarakat Indonesia. Setiap
teori selalu dibangun dengan asumsi-asumsi tertentu, yang tidak semua negara
memiliki syarat-syarat yang diasumsikan. Itulah sebabnya, untuk membangun
ekonomi Indonesia yang kuat, stabil dan berkeadilan, tidak dapat menggunakan
teori generik yang ada. Kita harus merumuskan konsep pembangunan ekonomi
sendiri yang cocok dengan tuntutan politik rakyat, tuntutan konstitusi kita, dan
cocok dengan kondisi obyektif dan situasi subyektif kita.

2. Tuntutan Konstitusi.

Walaupun rumusan konstitusi kita yang menyangkut tata ekonomi yang


seharusnya dibangun, belum cukup jelas sehingga tidak mudah untuk dijabarkan
bahkan dapat diinterpretasikan bermacam-macam (semacam ekonomi bandul jam,
tergantung siapa keyakinan ideologi pengusanya); tetapi dari analisis historis
sebenarnya makna atau ruhnya cukup jelas. Ruh tata ekonomi usaha bersama yang
berasas kekeluargaan adalah tata ekonomi yang memberikan kesempatan kepada
seluruh rakyat untuk berpartisiasi sebagai pelaku ekonomi. Tata ekonomi yang
seharusnya dibangun adalah bukan tata ekonomi yang monopoli atau monopsoni
atau oligopoli. Tata ekonomi yang dituntut konstitusi adalah tata ekonomi yang
memberi peluang kepada seluruh rakyat atau warga negara untuk memiliki aset
dalam ekonomi nasional. Tata ekonomi nasional adalah tata ekonomi yang
membedakan secara tegas barang dan jasa mana yang harus diproduksi oleh
15

pemerintah dan barang dan jasa mana yang harus diproduksi oleh sektor private.
Mengenai bentuk kelembagaan ekonomi, walaupun dalam penjelasan pasal 33
dinterpretasikan sebagai bentuk koperasi, tetapi tentu harus menyesuaikan dengan
perkembangan masyarakat dan lingkungan.

3. Fakta Empirik

Dari krisis moneter yang berlanjut ke krisis ekonomi dan kejatuhan nilai tukar
rupiah terhadap valas, ternyata tidak sampai melumpuhkan perekonomian
nasional. Bahwa akibat krisis ekonomi, harga kebutuhan pokok melonjak, inflasi
hampir tidak dapat dikendalikan, ekspor menurun (khususnya ekspor produk
manufaktur), impor barang modal menurun, produksi barang manufaktur
menurun, pengangguran meningkat, adalah benar. Tetapi itu semua ternyata tidak
berdampak serius terhadap perekonomian rakyat penghasilannya bukan dari
menjual tenaga kerja.

Usaha-usaha yang digeluti atau dimiliki oleh rakyat banyak yang produknya tidak
menggunakan bahan impor, hampir tidak mengalami goncangan yang berarti.
Fakta yang lain, ketika investasi nol persen, bahkan ternjadi penyusutan kapital,
ternyata ekonomi Indonesia mampu tumbuh 3,4 persen pada tahun 1999. Ini
semua membuktikan bahwa ekonomi Indonesia akan kokoh kalau pelaku ekonomi
dilakukan oleh sebanyak-banyaknya warga negara.

4. Kegagalan Pembangunan Ekonomi.

Pembangunan ekonomi yang telah kita laksanakan selama ini, dilihat dari aspek
makro ekonomi memang menunjukkan hasil-hasil yang cukup baik. Pertumbuhan
ekonomi masih di atas 6 persen pertahun. Pendapatan perkapitan meningkat
cukup tajam, volume dan nilai eksport non migas juga meningkat. Tetapi pada
aspek lain, kita juga harus mengakui, bahwa jumlah penduduk miskin jumlahnya
tetap banyak, kesenjangan pendapatan antar golongan penduduk dan atar daerah
makin lebar, dan pemindahan pemilikan aset ekonomi dari rakyat ke sekelompok
kecil warga negara juga meningkat. Terjadi paradok ekonomi.

Walaupun berbagai program penanggulangan kemiskinan telah kita dilaksanakan,


program pemerataan telah kita jalankan, tetapi ternyata semuanya tidak mampu
memecahkan masalah-masalah dimaksud. Oleh sebab itu, yang kita butuhkan saat
ini sebenarnya bukan hanya program penanggulangan kemiskinan, tetapi
merumuskan kembali strategi pembangunan ekonomi yang cocok untuk
Indonesia. Kalau strategi pembangunan ekonomi yang kita tempuh benar, maka
sebenarnya semua program pembangunan adalah sekaligus menjadi program
penanggulangan kemiskinan.

Sistem Ekonomi Kerakyatan Kedepannya


16

Sistem Ekonomi Kerakyatan adalah Sistem Ekonomi Nasional Indonesia yang


berasas kekeluargaan, berkedaulatan rakyat, bermoral Pancasila, dan
menunjukkan pemihakan sungguh-sungguh pada ekonomi rakyat. Pemihakan dan
perlindungan ditujukan pada ekonomi rakyat yang sejak zaman penjajahan sampai
57 tahun Indonesia merdeka selalu terpinggirkan. Syarat mutlak berjalannya
sistem ekonomi nasional yang berkeadilan sosial adalah berdaulat di bidang
politik, mandiri di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang budaya.

5. Pertanian

Pengadaan sarana produksi pertanian dalam jumlah sedikit akan meningkatkan


harga perunit sarana produksi, dan akibatnya biaya produksi per unit produk
menjadi tinggi. Dengan produksi kecil dan keuntungan kecil, akan menjadi
kendala untuk terjadinya akumulasi kapital di setiap unit produksi. Akibatnya
hampir tidak pernah terjadi investasi baru di sektor ini, baik dalam bentuk
pengadaan alat-alat mekanisasi pertanian, maupun perluasan lahan.

Dengan skala usaha kecil-kecil dengan jumlah jutaan dan tidak ada keterkaitan
antara satu dengan yang lain, menyebabkan posisi tawar mereka baik di pasar
input maupun di pasar output, sangat lemah. Di pasar input mereka berhadapan
dengan monopoli, sedang di pasar output mereka menghadapi monopsoni. Oleh
sebab itu, jalan keluar yang relatif baik adalah melalui merger antarunit usaha
pertanian atau coorporate farming. Melalui coorporate farming (CF), produksi
pertanian dilakukan melalui unit-unit perusahaan pertanian yang saham
seluruhnya dimiliki oleh petani yang bersangkutan. Model CF tidak saja
diterapkan untuk pertanian tanaman pangan, tetapi juga untuk perkebunan.

6. Perdagangan

Struktur usaha di sektor perdagangan, seperti kita ketahui bersama, terdiri dari
unsur distributor, retail besar, dan retail kecil. Perusahaan distributor pada
umumnya dimiliki atau merupakan anak perusahaan dari produsen atau dimiliki
oleh perusahaan terbatas yang pemilik bukan produsen tetapi sebagian sahamnya
dimiliki oleh produsen. Pemilikan saham di distributor dan retail besar, pada
umumnya hanya oleh sebagian kecil orang.

Dalam rangka penguatan ekonomi kerayatan, struktur pemilikan saham di


distributor dan retail besar, perlu dilakukan peninjauan kembali. Intinya adalah,
sebanyak-banyaknya warga negara harus memiliki saham di sektor perdagangan.
Bentuknya adalah, retail-retail kecil harus membentuk koperasi. Melalui koperasi
ini, retail-retail kecil memiliki saham di retail besar dan di peerusahaan
distributor.

7. Kehutanan dan Pertambangan


17

Selama ini konsep bahwa “bumi air dan segala isinya dikuasai negara dan
digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”, dipahami kekayaan
alam, khususnya kekayaan hutan dan bahan galian dikuasai negara, lalu oleh
pemerintah sebagai wakil negara mengkonsesikan kepada pihak swasta (misalnya
dalam bentuk HPH, kontrak karya), kemudian penerimaan bagi hasil dan pajak
atas eksploitasi sumber daya alam tersebut dibagi dua, sebagian diberikan kepada
pemerintah daerah dan sebagian lagi untuk pemerintah pusat.

Bagian daerah tersebut selanjutnya untuk membiayai pembangunan di daerahnya


dan bagi pusat dibagikan kepada daerah bukan penghasil dan atau digunakan
pusat untuk untuk membiayai pembangunan nasional. Oleh sebab itu, tidak
mengherankan kalau penduduk dimana sumber daya alam itu berada, kadang-
kadang tidak merasakan manfaat atas eksploitasi sumber daya alam yang
bersangkutan. Bahkan penduduk lokal harus menanggung biaya eksternalitas
disekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan eksploitasi dimaksud.

Pengakuan atas pemilikan komunal terhadap sumber daya alam yang selanjutnya
melibatkan masyarakat lokal dalam eksploitasi, merupakan pilihan kebijakan yang
cukup baik bila ditinjau dari aspek politik, aspek ekonomi, dan aspek
keberlanjutan. Melalui pengakuan hak kepemilikan komunal, masyarakat bersama
pemerintah secara bersama-sama dapat:

a) Mengkonsesikan sepenuhnya kepada pihak investor dengan pemilikan saham


bersama antara pemerintah, masyaakat lokal, dan investor,

b) Melakukan kerja sama dengan pihak investor dengan pola Kerja Sama
Operasional (KSO), atau

c) Bersama pemerintah membentuk perusahaan yang akan mengeksploitasi


sumber daya alam yang bersangkutan.

SISTEM EKONOMI KERAKYATAN

Sistem Ekonomi Kerakyatan adalah istilah yang relatif baru, yang menggantikan
istilah ekonomi rakyat yang konotasinya dianggap negatif dan bersifat
diskriminatif.

Pakar-pakar ekonomi muda (arus utama) merasa muak (fedup) dengan istilah-
istilah sistem ekonomi Pancasila, karena :

1. Istilah-istilah ekonomi ditunggangi pesan-pesan politik dari pemerintah atau


pejabat-pejabat pemerintah, tidak saja kata rakyat atau ekonomi kerakyatan
dicurigai bahkan kata Pancasila dianggap terlalu berat untuk dipakai sebagai nama
sistem ekonomi yang cocok atau tepat bagi Indonesia.
18

2. Pemerintah Orde Baru telah secara sepihak memonopoli pengertian dan


memanfaatkannya sebagai pembenaran (justification) atas berbagai kebijaksanaan
atau politik ekonomi liberal yang berpihak pada ekonomi konglomerasi.

Demontrasi mahasiswa (rakyat) yang menuntut turunnya Soeharto dari


pemerintahan pada tahun 1997 dan meminta agar dilaksanakan reformasi.
Reformasi yang dituntut adalah, antara lain, reformasi di bidang politik dan
reformasi di bidang ekonomi. Reformasi di bidang politik adalah kebebasan
bersuara, berpolitik, atau secara singkatnya adalah kebebasan demokrasi, yang
selam pemerintahan Soeharto (1965-1997) sangat dikekang atau dipasung.
Reformasi di bidang ekonomi dikatakan bahwa di bawah presiden Soeharto
pemerintah terlalu memihak kepada perusahaan besar, pada hal terbukti dari krisis
yang lalu (1997) bahwa usaha kecil dan menengah atau usaha rakyat terbukti
tahan banting.

Yang mengalami kehancuran pada krisis 1997 adalah usaha besar, PHK juga
dilakukan oleh perusahaan besar, perusahaan multinasional. Kredit diarahkan
terutama untuk kepentingan perusahaan besar. Dominasi asing dalam
perekonomian, seperti misalnya peranan Bank Dunia, IMF dan lembaga asing
lainnya, dianggap sebagai satu hal yang berlebihan dan rakyat menginginkan agar
perekonomian lebih bersifat berdiri di atas kaki sendiri. Oleh karena itu hutang
kepada IMF dan Bank Dunia dibayar lunas. Namun hutang luar negeri tidak
seluruhnya lunas dan dalam waktu setahun, dan ironisnya adalah bahwa sementara
hutang luar negeri berkurang ternyata hutang dalam negeri meningkat dengan
tajam. Beberapa hal berikut ini merupakan kebijakan pemerintah selama dalam
sistem ekonomi kerakyatan :

1. Peranan IGGI dikurangi, semula diganti dengan CGI (consultative Group on


Indonesia) sehingga badan tersebut hanya bersifat konsultasi dalam menyusun
kebijaksanaan ekonomi.

2. Investasi asing dengan UUPMA dan investasi dalam negeri dengan UUPMDN,
yang memberikan prioritas pada pengusaha besar tidak banyak mendapat sorotan,
tidak dihapuskan, namun berjalan seperti semula.

3. Tampak adanya usaha swastanisasi perusahaan Negara namun belum selesai


dan usaha swastanisasi ini merupakan isu internasional dan bukanlah disebabkan
oleh karena sistem ekonomi kerakyatan.

4. Dari tinjauan di atas dan pengamatan yang mendalam, sistem ekonomi


kerakyatan ini masih mempunyai ciri sangat kental sebagai sistem ekonomi pasar.

1. Ekonomi Kerakyatan sebagai Sistem Ekonomi

Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan


ekonomi rakyat. Di mana ekonomi rakyat sendiri adalah sebagai kegiatan
19

ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan (populer) yang
dengan secara swadaya mengelola sumber daya ekonomi apa saja yang dapat
diusahakan dan dikuasainya, yang selanjutnya disebut sebagai Usaha Kecil dan
Menegah (UKM) terutama meliputi sektor pertanian, peternakan, kerajinan,
makanan, dsb., yang ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan
keluarganya tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat lainnya.

Secara ringkas Konvensi ILO169 tahun 1989 memberi definisi ekonomi


kerakyatan adalah ekonomi tradisional yang menjadi basis kehidupan masyarakat
lokal dalam mempertahankan kehidupannya. Ekonomi kerakyatan ini
dikembangkan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat lokal
dalam mengelola lingkungan dan tanah mereka secara turun-temurun. Aktivitas
ekonomi kerakyatan ini terkait dengan ekonomi subsistem antara lain pertanian
tradisional seperti perburuan, perkebunan, mencari ikan, dan lainnya kegiatan
disekitar lingkungan alamnya serta kerajinan tangan dan industri rumahan.
Kesemua kegiatan ekonomi tersebut dilakukan dengan pasar tradisional dan
berbasis masyarakat, artinya hanya ditujukan untuk menghidupi dan memenuhi
kebutuhan hidup masyarakatnya sendiri. Kegiatan ekonomi dikembangkan untuk
membantu dirinya sendiri dan masyarakatnya, sehingga tidak mengeploitasi
sumber daya alam yang ada.

Sri-EdiSwasono dosen sistem ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas


Indonesia yang berani dan tegas berbicara tentang Sistem Ekonomi Indonesia
yang seharusnya secara mantap disebut Sistem Ekonomi Pancasila, dalam pidato
pengukuhan Guru Besar Juli 1988 dengan judul Demokrasi Ekonomi: Komitmen
dan pembangunan Indonesia Sri-Edi mengatakan :

Sistem ekonomi Indonesia yang berdasarkan atas Demokrasi Ekonomi itu akan
lebih cepat terwujud jika dalam setiap penyusunan kebijaksanaan dikaitkan lebih
langsung dengan butir-butir demokrasi ekonomi. Dengan demikian perencanaan
pembangunan sekaligus perencanaan sistem, dan pembangunan ekonomi
sekaligus merupakan pembangunan sistemnya.

Widjojo Nitisastro, pemimpin teknokrat ekonomi pemerintah Orde Baru, menaruh


perhatian besar pada nasib ekonomi rakyat, untuk membangunnya dikembangkan
sistem ekonomi yang mengacu pada Pancasila dan UUD 1945.

…..pembangunan ekonomi rakyat harus diberikan prioritas utama di antara soal-


soal nasional……Landasanidiil dalam membina Sistem Ekonomi Indonesia dan
yang sementara harus tercermin dalam kebijaksanaan ekonomi ialah Pancasila
dan UUD 1945. Hakekat dari landasanidiil ini adalah pembinaan sistem ekonomi
terpimpin berdasarkan pancasila.

Pada sidang istimewa MPR November 1998 dihasilkan Sejumlah ketetapan


reformatif yang mengamanatkan pemerintah Reformasi Pembangunan untuk
20

mengadakan berbagai koreksi fundamental dan total terhadap tatanan-tatanan


ekonomi Orde Baru.

Ketetapan ini berjudul Politik Ekonomi Dalam Rangka Demokrasi


Ekonomi,berarti ada perintah untuk menyusun Politik Ekonomi Baru yang
berbeda, karena politik ekonomi lama yang diterapkan pemerintah Orde Baru
tidak membangun dan mengembangkan ekonomi rakyat. Sebaliknya politik
ekonomi dalam bentuk deregulasi bersifat liberal (kebablasan) yang lebih
menguntungkan sejumlah kecil perusahaan swasta konglomerat. Inilah pola
pembangunan ekonomi konglomerasi.

Tentang liberalisasi yang kebablasan ini Frans Seda selalu menunjuk pada
kelalaian kita untuk melaksanakan ajaran-ajaran Bung Hatta.

“ yang lebih prihatin lagi, bahwa sementara tantangan-tantangan secara


fundamental itu terjadi pemerintah sepertinya tidak siap, dan datang dengan
konsep-konsep pragmatis dan piecemeal seperti kebijakan deregulasi,
debirokrasi,join grup ini, join grup sana, tanpa ada suatu visi yang konsepsional
komprehensif dan strategis. Dalam hal ini kita dapat berguru pada Bung Hatta”.

TAP No. XVI/1998 menegaskan perlunya penerapan sistem ekonomi kerakyatan


yang berpihak pada upaya-upaya pemberdayaan ekonomi rakyat.

2. Ekonomi Kerakyatan dan Globalisasi

Dalam kancah persaingan global yang makin kompetitif maka peningkatan daya
saing ekonomi nasional mutlak dibutuhkan dan tak mungkin ditawar – tawar lagi
untuk menyelamatkan negara. Yang terasa aneh adalah ungkapan yang muncul
dalam sidang APEC di Bogor November 1994 yaitu “siap tidak siap, suka tidak
suka”, kita harus ikut globalisasi karena kita sudah berada di dalamnya. Ungkapan
ini bisa diartikan adanya rasa percaya diri dan optimisme Indonesia bakal mampu
bersaing dalam kancah perekonomian global, namun yang juga dapat dibantah
adalah bahwa Indonesia “dipaksa” melaksanakan tindakan-tindakan ekonomi
yang mungkin tidak kita sukai karena jelas-jelas merugikan ekonomi nasional atau
melemahkan ketahanan nasional. Sudah diperingatkan oleh Hadi Soesastro bahwa
globalisasi adalah berbahaya, mahal, dan resikonya besar bagi Negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Jika memang demikian, mengapa kita harus
melaksanakannya juga?

Diterapkannya sistem ekonomi kerakyatan yaitu yang demokratis dan benar-benar


sesuai dengan sistem nilai bangsa Indonesia ( sistem ekonomi atau aturan main
yang kita buat sendiri ) tentunya memberikan peluang bahwa aturan main itu lebih
sesuai dan lebih tepat bagi bangsa Indonesia dalam upaya mewujudkan keadilan
sosial bagi rakyat Indonesia.
21

Kita merasa pesimis menghadapi kekuatan-kekuatan ekonomi raksasa dari luar,


sehingga untuk berpikir beda saja sudah dianggap tidak wajar.

“Mengapa dalam suasana globalisasi kita justru bertumpu pada ekonomi rakyat
yang sudah jelas tertinggal dan rendah efisiensinya?”.

Adalah amat keliru menjadikan persaingan bebas secara global sebagai tujuan.
Pembangunan nasional adalah mewujudkan ketahanan nasional yang kuat dan
tangguh yang sudah terbukti tidak dapat diandalkan pada sejumlah kecil
pengusaha konglomerat, tetapi justru harus mengandalkan kekuatan dan
ketahanan ekonomi rakyat. Jika dalam krisis ekonomi yang kini masih
berlangsung ekonomi rakyat terbukti tahan banting dan banyak yang justru dapat
lebih berkembang, maka jika kita berhasil memberdayakannya, ketahanan
ekonomi nasional akan lebih kuat dan lebih tangguh lagi dimasa depan.

3. Ekonomi Kelembagaan dan Ekonomi Kerakyatan

Dengan teori-teori ekonomi yang konvensional yang bertumpu pada paradigma


persaingan bebas liberal terbukti bangsa Indonesia tidak mampu dan tidak berdaya
mengembangkan politik ekonomi yang menguntungkan seluruh rakyat Indonesia.
Ada teori ekonomi yang berbeda yang lebih mengandalkan upaya-upaya manusia
untuk bekerja sama (cooperation) dan bukan persaingan (competition). Bung
Hatta yang pakar ekonomi dan sekaligus perumus pasal-pasal kesejahteraan sosial
dalam UUD 1945 menganjurkan koperasi sebagai bangun/ bentuk perusahaan
yang sesuai dengan bentuk usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

Douglas C. North, penerima hadiah Nobel Ekonomi tahun 1993 yang Guru besar
Ekonomi Kelembagaan generasi baru, meneruskan tokoh-tokoh ekonomi
kelembagaan sebelumnya yaitu J.R. Commons, ThornsteinVeblen, dan
GunnarMyrdal dari Swedia .

Tekanan dari ilmu ekonomi kelembagaan yaitu :

1. Manusia menciptakan dan menggunakan lembaga-lembaga tertentu untuk


memecahkan berbagai konflik ekonomi di dalam masyarakat.

2. Mencari kemungkinan-kemungkinan tindakan bersama (collectiveaction) dan


kerjasama antar manusia (human cooperation) untuk mengatasi konflik-konflik
sosial-ekonomi.

Ekonomi Ortodoks :

Percaya bahwa persaingan bebas akan menghabiskan “harmoni” dan efisiensi.


22

Terjadinya krismon dan krisis ekonomi di Indonesia tidak diduga siapapun hanya
menunjukkan kurangnya perhatian ekonom pada peranan lembaga-lembaga
ekonomi, sosial dan budaya masyarakat.

Perhatian para ekonom lebih tertuju pada indikator-indikator ekonomi makro


kuantitatif (dapat diukur dengan angka-angka) seperti :

1. Angka-angka inflasi.

2. Pertumbuhan ekonomi

3. Cadangan devisa yang dikenal sebagai fundamental ekonomi.

Budaya suatu bangsa merupakan faktor utama pembentuk lembaga yaitu aturan-
aturan yang melarang atau membolehkan suatu tindakan dilakukan seseorang.
Douglas North menegaskan tiga komponen lembaga, yaitu :

1. Batasan-batasan informal (informal constraints),

2. Aturan-aturan formal (formal rules), dan

3. Paksaan pematuhan terhadap keduanya (enforcement of both).

Ekonomi Kelembagaan adalah :

Cabang ilmu ekonomi yang percaya adanya peran lembaga-lembaga dalam kinerja
ekonomi suatu masyarakat, karena batasan-batasan dan aturan-aturan yang dibuat
masyarakat yang bersangkutan dipatuhi atau dapat dipaksakan pematuhannya.

Lembaga adalah : aturan main.

Organisasi adalah : pemain, yaitu kelompok-kelompok masyarakat dan


perorangan warga masyarakat yang terikat dalam kebersamaan untuk mencapai
tujuan bersama, seperti badan-badan politik, ekonomi, sosial dan pendidikan

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Ekonomi kerakyatan yaitu kegiatan dari ekonomi yang dapat memberikan


kesempatan yang luas untuk masyarakat dalam berpartisipasi sehingga
perekonomian dapat terlaksana dan berkembang secara baik. Ekonomi kerakyatan
ini dikembangkan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat lokal
dalam mengelola lingkungan dan tanah mereka secara turun-temurun. Aktivitas
23

ekonomi kerakyatan ini terkait dengan ekonomi subsistem antara lain pertanian
tradisional seperti perburuan, perkebunan, mencari ikan, dan lainnya kegiatan
disekitar lingkungan alamnya serta kerajinan tangan dan industri rumahan.
Kesemua kegiatan ekonomi tersebut dilakukan dengan pasar tradisional dan
berbasis masyarakat, artinya hanya ditujukan untuk menghidupi dan memenuhi
kebutuhan hidup masyarakatnya sendiri. Kegiatan ekonomi dikembangkan untuk
membantu dirinya sendiri dan masyarakatnya, sehingga tidak mengeploitasi
sumber daya alam yang ada.

Sistem ekonomi yang berjiwa kerakyatan tidak lahir dalam reformasi ekonomi
akhir-akhir ini, tetapi sudah sejak gerakan kemerdekaan dan kebangkitan nasional
1908 dan 1928.

Sistem ekonomi kerakyatan yang dikembangkan melalui proklamasi kemerdekaan


17 Agustus 1945 adalah untuk melepaskan rakyat dari belenggu kapitalisme
global abad 19 dan 20. Perlawanan terhadap globalisasi dan liberalisasi akhir abad
20 dan awal 21 yang kembali mengancam kehidupan ekonomi rakyat hanya dapat
dilakukan melalui penguatan sistem ekonomi (aturan main) yang berjiwa
kerakyatan.

https://makalahpoint.blogspot.co.id/2012/03/makalah-ekonomi-kerakyatan.html

Anda mungkin juga menyukai