BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Wirausaha merupakan suatu proses atau cara untuk melakukan suatu usaha
yang bertujuan untuk mendapatkan hasil atau keuntungan yang diharapkan
dengan cara memproduksi, menjual atau menyewakan suatu produk barang
atau jasa
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2. Usaha Kerakyatan
Usaha kerakyatan adalah sistem perekonomian yang di mana
pelaksanaan kegiatan, pengawasannya, dan hasil dari kegiatan ekonomi
dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Atau definisi usaha kerakyatan
yaitu kegiatan dari ekonomi yang dapat memberikan kesempatan yang
luas untuk masyarakat dalam berpartisipasi sehingga perekonomian dapat
terlaksana dan berkembang secara baik. 2
1
Sudarmana, 2015, “Manajemen Kewirausahaan”, http://rocketmanajemen.com/
manajemen-kewirausahaan/, tanggal 20 Oktober 2017, Pukul 19.30 WIB.
2
Arif, 2012, ”Perekonomian Kerakyatan” http://arief-ariefwicaksono.blogspot.co.id/ 20
12/10/makalah-perekonomian-kerakyatan.html, tanggal 19 Oktober 2017, Pukul 20.35 WIB.
4
perekonomian. Bila tujuan utama usaha kerakyatan itu dijabarkan lebih lanjut,
maka tujuan pokok ekonomi kerakyatan meliputi lima hal berikut:
4
Imam, 2012, “Perekonomian Kerakyatan”, ‘http://Imam.blogspot.co.id/2012/10/
makalah-perekonomian-kerakyatan.html, Tanggal 19 Oktober 2017, Pukul 22.30 WIB.
5
5
Esy, 2010, “Ekonomi Kerakyatan”, http://ossy-strees-iseng.blogspot.co.id/2010/05/
ekonomi-kerakyatan.html, Tanggal 19 Oktober 2017, Pukul 17.45 WIB.
6
BAB III
6
Sukarman, 2016, “Kewirausahaan”, http://kumpulanmaterimanajemen.blogspot.co.id/
2016 /07/makalah-kewirausahaan.html, Tanggal 17 Oktober 2017, Pukul 23.20 WIB.
8
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
9
Aktivitas ekonomi kerakyatan ini terkait dengan ekonomi sub sisten antara lain
pertanian tradisional seperti perburuan, perkebunan, mencari ikan, dan lainnnya
kegiatan disekitar lingkungan alamnya serta kerajinan tangan dan industri
rumahan. Kesemua kegiatan ekonomi tersebut dilakukan dengan pasar tradisional
dan berbasis masyarakat, artinya hanya ditujukan untuk menghidupi dan
memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya sendiri. Kegiatan ekonomi
dikembangkan untuk membantu dirinya sendiri dan masyarakatnya, sehingga
tidak mengekploitasi sumber daya alam yang ada.
Ekonomi Kerakyatan
v Menguasai dan memastikan pemanfaatan bumi, air, dan segala kekayaan yang
terkandung di dalamnya bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 33 ayat
3).
Seperti halnya Indonesia, sistem ekonomi yang dianut oleh bangsa Indonesia akan
berbeda dengan sistem ekonomi yang dianut oleh Amerika Serikat ataupun
negara-negara lainnya.Pada awalnya Indonesia menganut sistem ekonomi liberal ,
di mana seluruh kegiatan ekonomi diserahkan kepada masyarakat. Akan tetapi
karena ada pengaruh komunisme yang disebarkan oleh Partai Komunis Indonesia,
maka sistem ekonomi di Indonesia berubah dari sistem ekonomi liberal menjadi
sistem ekonomi sosialis . Pada masa Orde Baru, sistem ekonomi yang dianut oleh
bangsa Indonesia diubah kembali menjadi sistem demokrasi ekonomi.
Sistem ini bertahan hingga masa Reformasi. Setelah masa Reformasi, pemerintah
melaksanakan sistem ekonomi yang berlandaskan ekonomi kerakyatan. Sistem
inilah yang masih berlaku di Indonesia.
1. Karakteristik Indonesia
Fakta ini menunjukkan kepada kepada kita, bahwa konsep dan strategi
pembangunan ekonomi yang berhasil diterapkan di suatu negara, belum tentu
akan berhasil bila diterapkan di negara lain. Teori pertumbuhan Harrod-Domar –
Rostow – David Romer – Solow, dibangun dari struktur masyarakat pelaku
ekonomi yang berbeda dengan struktur ekonomi masyarakat Indonesia. Setiap
teori selalu dibangun dengan asumsi-asumsi tertentu, yang tidak semua negara
memiliki syarat-syarat yang diasumsikan. Itulah sebabnya, untuk membangun
ekonomi Indonesia yang kuat, stabil dan berkeadilan, tidak dapat menggunakan
teori generik yang ada. Kita harus merumuskan konsep pembangunan ekonomi
sendiri yang cocok dengan tuntutan politik rakyat, tuntutan konstitusi kita, dan
cocok dengan kondisi obyektif dan situasi subyektif kita.
2. Tuntutan Konstitusi.
pemerintah dan barang dan jasa mana yang harus diproduksi oleh sektor private.
Mengenai bentuk kelembagaan ekonomi, walaupun dalam penjelasan pasal 33
dinterpretasikan sebagai bentuk koperasi, tetapi tentu harus menyesuaikan dengan
perkembangan masyarakat dan lingkungan.
3. Fakta Empirik
Dari krisis moneter yang berlanjut ke krisis ekonomi dan kejatuhan nilai tukar
rupiah terhadap valas, ternyata tidak sampai melumpuhkan perekonomian
nasional. Bahwa akibat krisis ekonomi, harga kebutuhan pokok melonjak, inflasi
hampir tidak dapat dikendalikan, ekspor menurun (khususnya ekspor produk
manufaktur), impor barang modal menurun, produksi barang manufaktur
menurun, pengangguran meningkat, adalah benar. Tetapi itu semua ternyata tidak
berdampak serius terhadap perekonomian rakyat penghasilannya bukan dari
menjual tenaga kerja.
Usaha-usaha yang digeluti atau dimiliki oleh rakyat banyak yang produknya tidak
menggunakan bahan impor, hampir tidak mengalami goncangan yang berarti.
Fakta yang lain, ketika investasi nol persen, bahkan ternjadi penyusutan kapital,
ternyata ekonomi Indonesia mampu tumbuh 3,4 persen pada tahun 1999. Ini
semua membuktikan bahwa ekonomi Indonesia akan kokoh kalau pelaku ekonomi
dilakukan oleh sebanyak-banyaknya warga negara.
Pembangunan ekonomi yang telah kita laksanakan selama ini, dilihat dari aspek
makro ekonomi memang menunjukkan hasil-hasil yang cukup baik. Pertumbuhan
ekonomi masih di atas 6 persen pertahun. Pendapatan perkapitan meningkat
cukup tajam, volume dan nilai eksport non migas juga meningkat. Tetapi pada
aspek lain, kita juga harus mengakui, bahwa jumlah penduduk miskin jumlahnya
tetap banyak, kesenjangan pendapatan antar golongan penduduk dan atar daerah
makin lebar, dan pemindahan pemilikan aset ekonomi dari rakyat ke sekelompok
kecil warga negara juga meningkat. Terjadi paradok ekonomi.
5. Pertanian
Dengan skala usaha kecil-kecil dengan jumlah jutaan dan tidak ada keterkaitan
antara satu dengan yang lain, menyebabkan posisi tawar mereka baik di pasar
input maupun di pasar output, sangat lemah. Di pasar input mereka berhadapan
dengan monopoli, sedang di pasar output mereka menghadapi monopsoni. Oleh
sebab itu, jalan keluar yang relatif baik adalah melalui merger antarunit usaha
pertanian atau coorporate farming. Melalui coorporate farming (CF), produksi
pertanian dilakukan melalui unit-unit perusahaan pertanian yang saham
seluruhnya dimiliki oleh petani yang bersangkutan. Model CF tidak saja
diterapkan untuk pertanian tanaman pangan, tetapi juga untuk perkebunan.
6. Perdagangan
Struktur usaha di sektor perdagangan, seperti kita ketahui bersama, terdiri dari
unsur distributor, retail besar, dan retail kecil. Perusahaan distributor pada
umumnya dimiliki atau merupakan anak perusahaan dari produsen atau dimiliki
oleh perusahaan terbatas yang pemilik bukan produsen tetapi sebagian sahamnya
dimiliki oleh produsen. Pemilikan saham di distributor dan retail besar, pada
umumnya hanya oleh sebagian kecil orang.
Selama ini konsep bahwa “bumi air dan segala isinya dikuasai negara dan
digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”, dipahami kekayaan
alam, khususnya kekayaan hutan dan bahan galian dikuasai negara, lalu oleh
pemerintah sebagai wakil negara mengkonsesikan kepada pihak swasta (misalnya
dalam bentuk HPH, kontrak karya), kemudian penerimaan bagi hasil dan pajak
atas eksploitasi sumber daya alam tersebut dibagi dua, sebagian diberikan kepada
pemerintah daerah dan sebagian lagi untuk pemerintah pusat.
Pengakuan atas pemilikan komunal terhadap sumber daya alam yang selanjutnya
melibatkan masyarakat lokal dalam eksploitasi, merupakan pilihan kebijakan yang
cukup baik bila ditinjau dari aspek politik, aspek ekonomi, dan aspek
keberlanjutan. Melalui pengakuan hak kepemilikan komunal, masyarakat bersama
pemerintah secara bersama-sama dapat:
b) Melakukan kerja sama dengan pihak investor dengan pola Kerja Sama
Operasional (KSO), atau
Sistem Ekonomi Kerakyatan adalah istilah yang relatif baru, yang menggantikan
istilah ekonomi rakyat yang konotasinya dianggap negatif dan bersifat
diskriminatif.
Pakar-pakar ekonomi muda (arus utama) merasa muak (fedup) dengan istilah-
istilah sistem ekonomi Pancasila, karena :
Yang mengalami kehancuran pada krisis 1997 adalah usaha besar, PHK juga
dilakukan oleh perusahaan besar, perusahaan multinasional. Kredit diarahkan
terutama untuk kepentingan perusahaan besar. Dominasi asing dalam
perekonomian, seperti misalnya peranan Bank Dunia, IMF dan lembaga asing
lainnya, dianggap sebagai satu hal yang berlebihan dan rakyat menginginkan agar
perekonomian lebih bersifat berdiri di atas kaki sendiri. Oleh karena itu hutang
kepada IMF dan Bank Dunia dibayar lunas. Namun hutang luar negeri tidak
seluruhnya lunas dan dalam waktu setahun, dan ironisnya adalah bahwa sementara
hutang luar negeri berkurang ternyata hutang dalam negeri meningkat dengan
tajam. Beberapa hal berikut ini merupakan kebijakan pemerintah selama dalam
sistem ekonomi kerakyatan :
2. Investasi asing dengan UUPMA dan investasi dalam negeri dengan UUPMDN,
yang memberikan prioritas pada pengusaha besar tidak banyak mendapat sorotan,
tidak dihapuskan, namun berjalan seperti semula.
ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan (populer) yang
dengan secara swadaya mengelola sumber daya ekonomi apa saja yang dapat
diusahakan dan dikuasainya, yang selanjutnya disebut sebagai Usaha Kecil dan
Menegah (UKM) terutama meliputi sektor pertanian, peternakan, kerajinan,
makanan, dsb., yang ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan
keluarganya tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat lainnya.
Sistem ekonomi Indonesia yang berdasarkan atas Demokrasi Ekonomi itu akan
lebih cepat terwujud jika dalam setiap penyusunan kebijaksanaan dikaitkan lebih
langsung dengan butir-butir demokrasi ekonomi. Dengan demikian perencanaan
pembangunan sekaligus perencanaan sistem, dan pembangunan ekonomi
sekaligus merupakan pembangunan sistemnya.
Tentang liberalisasi yang kebablasan ini Frans Seda selalu menunjuk pada
kelalaian kita untuk melaksanakan ajaran-ajaran Bung Hatta.
Dalam kancah persaingan global yang makin kompetitif maka peningkatan daya
saing ekonomi nasional mutlak dibutuhkan dan tak mungkin ditawar – tawar lagi
untuk menyelamatkan negara. Yang terasa aneh adalah ungkapan yang muncul
dalam sidang APEC di Bogor November 1994 yaitu “siap tidak siap, suka tidak
suka”, kita harus ikut globalisasi karena kita sudah berada di dalamnya. Ungkapan
ini bisa diartikan adanya rasa percaya diri dan optimisme Indonesia bakal mampu
bersaing dalam kancah perekonomian global, namun yang juga dapat dibantah
adalah bahwa Indonesia “dipaksa” melaksanakan tindakan-tindakan ekonomi
yang mungkin tidak kita sukai karena jelas-jelas merugikan ekonomi nasional atau
melemahkan ketahanan nasional. Sudah diperingatkan oleh Hadi Soesastro bahwa
globalisasi adalah berbahaya, mahal, dan resikonya besar bagi Negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Jika memang demikian, mengapa kita harus
melaksanakannya juga?
“Mengapa dalam suasana globalisasi kita justru bertumpu pada ekonomi rakyat
yang sudah jelas tertinggal dan rendah efisiensinya?”.
Adalah amat keliru menjadikan persaingan bebas secara global sebagai tujuan.
Pembangunan nasional adalah mewujudkan ketahanan nasional yang kuat dan
tangguh yang sudah terbukti tidak dapat diandalkan pada sejumlah kecil
pengusaha konglomerat, tetapi justru harus mengandalkan kekuatan dan
ketahanan ekonomi rakyat. Jika dalam krisis ekonomi yang kini masih
berlangsung ekonomi rakyat terbukti tahan banting dan banyak yang justru dapat
lebih berkembang, maka jika kita berhasil memberdayakannya, ketahanan
ekonomi nasional akan lebih kuat dan lebih tangguh lagi dimasa depan.
Douglas C. North, penerima hadiah Nobel Ekonomi tahun 1993 yang Guru besar
Ekonomi Kelembagaan generasi baru, meneruskan tokoh-tokoh ekonomi
kelembagaan sebelumnya yaitu J.R. Commons, ThornsteinVeblen, dan
GunnarMyrdal dari Swedia .
Ekonomi Ortodoks :
Terjadinya krismon dan krisis ekonomi di Indonesia tidak diduga siapapun hanya
menunjukkan kurangnya perhatian ekonom pada peranan lembaga-lembaga
ekonomi, sosial dan budaya masyarakat.
1. Angka-angka inflasi.
2. Pertumbuhan ekonomi
Budaya suatu bangsa merupakan faktor utama pembentuk lembaga yaitu aturan-
aturan yang melarang atau membolehkan suatu tindakan dilakukan seseorang.
Douglas North menegaskan tiga komponen lembaga, yaitu :
Cabang ilmu ekonomi yang percaya adanya peran lembaga-lembaga dalam kinerja
ekonomi suatu masyarakat, karena batasan-batasan dan aturan-aturan yang dibuat
masyarakat yang bersangkutan dipatuhi atau dapat dipaksakan pematuhannya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
ekonomi kerakyatan ini terkait dengan ekonomi subsistem antara lain pertanian
tradisional seperti perburuan, perkebunan, mencari ikan, dan lainnya kegiatan
disekitar lingkungan alamnya serta kerajinan tangan dan industri rumahan.
Kesemua kegiatan ekonomi tersebut dilakukan dengan pasar tradisional dan
berbasis masyarakat, artinya hanya ditujukan untuk menghidupi dan memenuhi
kebutuhan hidup masyarakatnya sendiri. Kegiatan ekonomi dikembangkan untuk
membantu dirinya sendiri dan masyarakatnya, sehingga tidak mengeploitasi
sumber daya alam yang ada.
Sistem ekonomi yang berjiwa kerakyatan tidak lahir dalam reformasi ekonomi
akhir-akhir ini, tetapi sudah sejak gerakan kemerdekaan dan kebangkitan nasional
1908 dan 1928.
https://makalahpoint.blogspot.co.id/2012/03/makalah-ekonomi-kerakyatan.html