Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Standar Umum
1. Audit harus dilakukan oleh orang yang sudah mengikuti pela
tihan dan memiliki kecakapan teknis yang memadai sebagai
seorang auditor.
2. Auditor harus mempertahankan sikap mental yang independen
dalam semua hal yang berhubungan dengan audit.
3. Auditor harus menerapkan kemahiran profesional dalam melak
sanakan audit clan menyusun laporan.
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
2 ■
BAB 1 Standar Audit, Laporan Audit ...
■ 3
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Istilah
4
BAB 1 Standar Audit, Laporan Audit ...
■
sional.
5
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
6 ■
BAB 1 e Standar Audit, Laporan Audit ...
Laporan Audit Standar Wajar Tanpa Pengecualian:
Laporan Auditor lndependlen (Judul Laporan)
Kepada Para Pemegang Saham (Alamat Laporan Audit)
PT. Permata lndah
JI. Jend. Sudirman 51, Jakarta
Kami telah mengaudit neraca PT. Permata lndah per 31 Desember 2010 dan 2009,
serta laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk tahun
yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan merupakan
tanggung jawab manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami adalah me
nyatakan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami.
(Paragraf Pendahuluan)
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang berlaku umum.
Standar ini mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan telah bebas
dari salah saji yang material. Audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengu
jian, bukti-bukti yang mendukung jumlah dan pengungkapan dalam laporan
keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan
dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta pengevaluasian atas
pengungkapan dan penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin
bahwa audit kami memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan penda
pat. (Paragraf Ruang Lingkup)
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT. Permata lndah
per 31 Desember 2010 dan 2009, serta hasil operasi, dan arus kas untuk tahun
yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip akun-
tansi yang berlaku umum. (Paragraf Pendapat)
Kantor Akuntan Publik, Hery Alexander dan Rekan (Noma Kantor Akuntan)
25 Februari 2011 (Tanggal Laporan Audit)
■
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
identifikasi keadaan di mana prinsip akuntansi tidak diterapkan se-
8
BAB 1 Standar Audit, Laporan Audit ...
■ 9
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
prinsip akuntansi yang berlaku umum mungkin tidak memerlukan
10
BAB 1 e Standar Audit, Laporan Audit ...
pendapat waj ar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar.
Akan tetapi, untuk menjustifikasi pendapat wajar tanpa pengecuali
an, auditor harus memiliki keyakinan yang kuat dan menyatakan
serta menjelaskan dalam satu paragraf terpisah pada laporan audit,
bahwa dengan menaati prinsip akuntansi justru dapat memberikan
hasil yang menyesatkan pada situasi tersebut.
■ 11
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
an laba ditahan, dan laporan arus kas konsolidasi dari perusa-
12
BAB 1 e Standar Audit, Laporan Audit ...
haan 'X: Perusahaan 'X' memiliki anak perusahaan, yaitu peru
sahaan 'Y', dengan bagian kepemilikan 'X' atas 'Y' adalah sebesar
75% dan telah diaudit oleh KAP 'B'.
Pada bagian paragraf pendahuluan, yang terdapat dalam lapo
ran audit yang diterbitkan oleh KAP 'N., modifikasi kata-kata
diberikan yaitu berupa pernyataan bahwa: "... (kalimat sebelum
nya sama dengan kalimat yang ada pada paragraf pendahuluan
dalam laporan audit standar) Kami tidak mengaudit laporan
keuangan perusahaan 'Y', sebuah anak perusahaan konsolidasi
di mana perusahaan memiliki bagian kepemilikan ekuitas sebe
sar 75% per 31 Desember 2010, yang laporan keuangannya me
nyajikan total aktiva sebesar Rp 242 juta dan Rp 223 juta masing
masing per 31 Desember 2010 dan 2009, dan total pendapatan
sebesar Rp 345 juta dan Rp 312 juta untuk tahun yang berakhir
pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan tersebut diau
dit oleh auditor lain yang laporannya telah diserahkan kepada
kami, dan pendapat kami, sejauh berkaitan dengan angka milik
'Y' di atas, semata-mata hanya didasarkan atas laporan auditor
lain tersebut".
3. Menerbitkan laporan audit wajar dengan pengecualian.
Laporan ini diterbitkan jika auditor utama tidak ingin memikul
tanggung jawab apa pun juga atas pekerjaan auditor lain. Au
ditor utama dapat juga memutuskan bahwa diperlukan penge
cualian jika auditor lain memberikan pendapat wajar dengan
pengecualian atas sebagian laporan keuangan yang telah diau
ditnya.
■
1. Pembatasan ruang lingkup audit.
13
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
14 ■
BAB 1 Standar Audit, Laporan Audit ...
■
dua bersifat sangat material sehingga kewajaran laporan keuang-
15
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
Untuk kondisi dua yang terjadi secara material tetapi tidak me-
16
BAB 1 Standar Audit, Laporan Audit ...
■ 17
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
graf pendapat akan berbunyi (untuk contoh di atas): "Menu-
18
BAB 1 Standar Audit, Lapo ran Audit ...
■
paragraf pendahuluan dalam laporan audit standar)".
19
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
menolak memberikan pendapat, akibat tidak adanya independensi,
20
BAB 1 Standar Audit, La po ran Audit ...
■
manajemen klien telah gagal dalam mematuhi prinsip-prinsip akun-
21
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
Jumlahnya Material
Apabila salah saji dalam laporan keuangan memengaruhi kepu
tusan para pemakai laporan ini, tetapi laporan keuangan secara ke
seluruhan tetap disajikan secara wajar dan masih bermanfaat bagi
para penggunanya, maka salah saji ini dikatakan material. Sebagai
contoh, jika seandainya kreditor mengetahui adanya salah saji yang
besar dalam saldo akun utang bank, di mana saldo utang bank disa
jikan terlalu kecil dalam neraca debitur, maka mungkin akan me
mengaruhi keputusan kreditor untuk tidak memberikan (tambah
an) pinjaman kepada debitur ini. Akan tetapi, salah saji yang besar
dalam saldo akun utang bank ini tidak berarti bahwa saldo akun kas,
piutang usaha, utang usaha, dan komponen laporan keuangan lain
nya, atau laporan keuangan secara keseluruhan tidak benar secara
material.
Apabila auditor menyimpulkan bahwa salah saji bersifat mate
rial tetapi tidak memengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan,
maka pendapat yang tepat yang harus diberikan oleh auditor adalah
pendapat wajar dengan pengecualian.
■
tung pada kondisi yang ada (kondisi satu atau dua).
22
BAB 1 e Standar Audit, Laporan Audit ...
Dalam mengambil keputusan tentang tingkat materialitas, au
ditor harus mengevaluasi semua pengaruhnya terhadap bagian atau
komponen laporan keuangan yang lain. Ini yang disebut sebagai pe
nyebaran (pervasiveness). Kesalahan dalam mengklasifikasi (meng
identifikasi) akun antara akun piutang usaha dan akun piutang
lain hanya akan memengaruhi kedua akun ini saja, sehingga tidak
bersifat pervasif. Adapun, salah saji yang material dalam saldo akun
persediaan akan bersifat sangat pervasif, karena dapat memenga
ruhi bagian lainnya dari laporan keuangan, sehingga auditor perlu
mempertimbangkan dampak gabungan materialitas terhadap perse
diaan, total aktiva lancar, total modal kerja, total aktiva, harga pokok
penjualan, laba kotor, laba operasi, laba bersih sebelum pajak, pajak
penghasilan, laba bersih setelah pajak, laba ditahan, modal, utang
pajak penghasilan, dan total kewajiban lancar.
Melanjutkan contoh di atas, jika kesalahan dalam mengklasifi
kasi akun antara akun piutang usaha dan akun piutang lain dianggap
material, auditor harus menerbitkan laporan pendapat wajar dengan
pengecualian, karena tidak bersifat pervasif. Adapun, salah saji yang
material dalam saldo akun persediaan (meskipun besarnya salah saji
sama dengan besarnya nilai piutang yang keliru diklasifikasi), dapat
mengakibatkan diterbitkannya laporan pendapat tidak wajar, karena
efek pervasif yang ditimbulkannya.
■ 23
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
Untuk mengevaluasi tingkat materialitas secara keseluruhan,
24
BAB 1 Standar Audit, Lapo ran Audit ...
■
yang secara material, baru akan memengaruhi laporan keuang-
25
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
hal ini, auditor harus mengevaluasi potensi salah saji yang mung-
26
BAB 1 e Standar Audit, Laporan Audit ...
kin ada atas utang usaha yang tidak dapat diaudit tersebut (karena
pembatasan ruang lingkup) serta memutuskan seberapa material pe
ngaruhnya terhadap laporan keuangan, dengan mempertimbangkan
kemungkinan atas efek penyebaran yang ditimbulkannya.
■ 27
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
28 ■
Asersi Manajemen
dan Tujuan Audit
■
tetap bertanggung jawab untuk memperoleh kepastian yang layak
30
BAB 2 Asersi Manajemen dan Tujuan Audit
tentang apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang
material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan ataupun kecurangan.
Dalam Statements of Auditing Standard (SAS) disebutkan bahwa is
tilah «kepastian yang layak'' menggambarkan tingkat kepastian yang
tinggi, tetapi tidak absolut, bahwa laporan keuangan telah bebas dari
salah saji yang material.
Auditor bertanggung jawab untuk memperoleh kepastian yang
layak, namun tidak absolut, karena:
• Sebagian besar audit dilakukan atas dasar sampling, yang me
ngandung sejumlah risiko atas tidak terungkapnya salah saji
yang material.
• Melibatkan pertimbangan (judgement) auditor, khususnya da
lam menentukan jenis, luas, dan waktu pengujian, termasuk
evaluasi atas hasil pengujian tersebut.
• Penyusunan laporan keuangan melibatkan sejumlah estimasi
yang mengandung ketidakpastian.
• Sulitnya mendeteksi kecurangan, apalagi yang disertai dengan
adanya kolusi di kalangan manajemen perusahaan.
Statements ofAuditing Standard membedakan dua jenis salah saji,
yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud). Kedua jenis salah
saji ini dapat bersifat material maupun tidak material. Kekeliruan
merupakan salah saji dalam laporan keuangan yang tidak disengaja,
seperti kesalahan kalkulasi, sedangkan kecurangan adalah salah saji
yang disengaja. Kecurangan bisa berupa misapropriasi aktiva (assets
misappropriation) maupun kecurangan pelaporan keuangan (frau
dulent financial reporting). Misapropriasi aktiva sering disebut seba
gai kecurangan karyawan, seperti penggelapan uang kas dan perse
diaan, sedangkan kecurangan pelaporan keuangan sering disebut
sebagai kecurangan manajemen, seperti dengan sengaja melaporkan
kurang saji atas saldo lbeban operasi dan lebih saji atas saldo penjual
an untuk meningkatkan angka laba yang dilaporkan.
Standar auditing tidak membedakan antara tanggung jawab audi
■
tor untuk menemukan kekeliruan dan kecurangan yang material. Au-
31
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
32 ■
BAB 2 e Asersi Manajemen dan Tujuan Audit
utang pajak jaminan sosial. Tanggung jawab auditor atas tindakan
ilegal yang berdampak langsung terhadap laporan keuangan sama
dengan tanggung jawab auditor atas kekeliruan clan kecurangan.
Karena itu, dalam melakukan setiap audit, umumnya auditor akan
mengevaluasi apakah terdapat bukti-bukti yang mengindikasikan
adanya pelanggaran yang material atas Undang-Undang Pajak.
Contoh tindakan ilegal yang berdampak tidak langsung ter
hadap laporan keuangan adalah pelanggaran terhadap Undang
Undang Lingkungan Hidup (seperti pencemaran lingkungan clan
penebangan hutan), clan peraturan BAPEPAM (seperti perdagangan
saham yang melibatkan orang dalam). Dalam hal ini, laporan keuan
gan hanya akan dipengaruhi jika perusahaan klien harus membayar
denda nantinya (terkena sangsi). Kewajiban kontingen atas jumlah
yang pada akhirnya mungkin harus dibayar, harus diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan. Standar auditing menyatakan
bahwa auditor tidak memberikan kepastian bahwa tindakan ilegal
yang berdampak tidak langsung akan terdeteksi.
Deteksi terhadap tindakan ilegal biasanya mencakup penelaah
an atas notula rapat dewan direksi clan tanya jawab dengan peng
acara klien tentang ada tidaknya proses investigasi oleh suatu lem
baga pemerintah atau tuntutan pengadilan. Auditor juga perlu me
wawancarai manajemen untuk mengetahui kebijakan yang mereka
tetapkan untuk mencegah tindakan ilegal, clan apakah manaj emen
mengetahui bahwa ada undang-undang atau peraturan yang telah
dilanggar. Apabila auditor yakin bahwa suatu tindakan ilegal mung
kin telah terjadi, auditor harus mempertimbangkan pengumpulan
bahan bukti tambahan untuk menentukan bahwa tindakan ilegal
tersebut memang benar-benar telah terjadi, clan jika perlu mengkon
sultasikannya dengan seorang yang ahli perihal tindakan ilegal terse
but Tindakan pertama yang harus dilakukan apabila suatu tindakan
ilegal memang benar-benar telah terjadi adalah mempertimbang
kan pengaruhnya terhadap laporan keuangan, termasuk kecukupan
pengungkapan.
■ 33
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
dan pembayaran serta siklus penggajian dan personalia). Penjualan
34
BAB 2 e Asersi Manajemen dan Tujuan Audit
barang jadi melibatkan siklus penjualan dan penagihan. Dalam ka
sus penjaminan persediaan untuk kepentingan peminjaman uang,
siklus perolehan modal, dan pembayaran kembali juga berkaitan
dengan siklus persediaan dan pergudangan.
Berdasarkan alur hubungan antara siklus, pertama kali siklus
akan dimulai dari perolehan modal, yaitu dalam bentuk kas umum.
Dalam perusahaan manufaktur, kas yang diperoleh ini lalu akan di
gunakan untuk membeli bahan baku, perlengkapan, aktiva tetap,
dan barang serta jasa lainnya yang berkaitan dengan aktivitas operasi
pembuatan persediaan (siklus perolehan dan pembayaran). Dalam
membuat persediaan, tentu saja juga melibatkan penggunaan tenaga
kerja (siklus penggajian dan personalia). Hasil gabungan dari kedua
siklus (siklus perolehan dan pembayaran serta siklus penggajian dan
personalia) adalah persediaan (siklus persediaan dan pergudangan).
Persediaan kemudian dijual dan menimbulkan proses penagihan
serta perolehan kas (siklus penjualan dan penagihan). Kas yang di
hasilkan lalu akan digunakan untuk membayar bunga dan dividen,
serta jika memungkinkan melunasi pinjamannya. Setelah itu, siklus
akan kembali berulang, dan seterusnya.
:: : Kas Umum:
'�
,.
Siklus Perolehan Modal
dan Pembayaran Kembali
•Ir 1.
Siklus Persediaan
dan Pergudangan -
■ 35
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
Asersi keakuratan menyatakan apakah transaksi dan peristiwa
36
BAB 2 e Asersi Manajemen dan Tujuan Audit
telah dicatat pada jumlah yang benar. Penggunaan harga (acqui
sition cost) yang salah untuk mencatat transaksi perolehan ak
tiva tetap clan kekeliruan atau kesalahan dalam menghitung be
sarnya beban penyusutan periodik merupakan contoh pelang
garan atas asersi keakuratan. Contoh lainnya adalah kekeliruan
atau kesalahan dalam menghitung besarnya bunga berjalan clan
amortisasi atas premium atau diskonto utang obligasi.
• Klasifikasi
Asersi ini menyatakan apakah transaksi dan peristiwa telah
dicatat pada akun yang tepat. Berikut adalah beberapa contoh
yang merupakan pelanggaran atas asersi klasifikasi: (a) pem
belian perlengkapan dicatat sebagai pembelian peralatan; (b)
pembayaran gaji karyawan toko dicatat sebagai pembayaran gaji
karyawan kantor; (c) pembelian tunai dicatat sebagai pembelian
kredit; clan (d) pembayaran ongkos kirim barang dicatat sebagai
pembayaran ongkos angkut masuk.
• Pisah Batas ( Cut-of!)
Asersi pisah batas menyatakan apakah transaksi clan peristiwa
telah dicatat pada periode akuntansi yang benar. Mencatat tran
saksi penjualan pada bulan Desember sementara barang belum
dikirim sampai dengan bulan Januari tahun berikutnya meru
pakan contoh pelanggaran atas asersi pisah batas. Contoh lain
nya adalah mencatat pemakaian beban selama bulan Desember
dalam pembukuan bulan Januari tahun berikutnya.
■ 37
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
penggunaan aktiva tetap ini) melalui proses penyusutan. Con-
38
BAB 2 Asersi Manajemen dan Tujuan Audit
■ 39
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
ban penyusutan adalah sudah tepat dan dalam jumlah yang te
pat.
• Klasifikasi dan Dapat Dipahami
Asersi ini berkaitan dengan apakah jumlah-jumlah telah dikla
sifikasi secara tepat dalam laporan keuangan dan catatan lapor
an keuangan, serta apakah uraian saldo dan pengungkapan
nya dapat dipahami. Sebagai contoh, manajemen menegaskan
bahwa klasifikasi persediaan sebagai bahan baku, barang dalam
proses, dan barang jadi adalah sudah tepat, dan pengungkapan
atas metode yang digunakan untuk mencatat dan menilai perse
diaan dapat dipahami.
40 ■
BAB 2 Asersi Manajemen dan Tujuan Audit
■ 411
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
42 ■
BAB 2 Asersi Manajemen dan Tujuan Audit
■ 43
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
catat dalam akun pada periode akuntansi yang tepat. Tujuan ini
merupakan padanan atas asersi manajemen tentang penilaian
dan alokasi saldo akun.
• Rincian Hubungan
Tujuan ini berkaitan dengan apakah total saldo akun sesuai de
ngan rincian yang tertera dalam buku besar maupun catatan
pendukung lainnya. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi
manajemen tentang penilaian dan alokasi saldo akun.
• Nilai yang Dapat Direalisasi
Tujuan ini berkaitan dengan apakah saldo akun aktiva tertentu,
seperti piutang usaha, telah dikurangi untuk 1nencenninkan
nilai bersihnya yang dapat direalisasi. Tujuan ini merupakan
padanan atas asersi manajemen tentang penilaian dan alokasi
saldo akun.
• Hak dan Kewajiban
Tujuan ini berkaitan dengan apakah aktiva memang menjadi
hak perusahaan dan apakah utang merupakan kewajiban peru
sahaan pada tanggal neraca. Tujuan ini merupakan padanan atas
asersi manajemen tentang hak dan kewajiban atas saldo akun.
Sesudah tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo diten-
tukan, tujuan audit khusus yang berkaitan dengan saldo untuk setiap
saldo akun dalam laporan keuangan dapat dikembangkan. Setidak
nya satu tujuan audit khusus yang berkaitan dengan saldo harus
disertakan pada setiap tujuan audit umum yang berkaitan dengan
saldo.
Berikut adalah contoh asersi manajemen dan tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo piutang:
44 ■
BAB 2 Asersi Manajemen dan Tujuan Audit
■ 45
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
Agar dapat menilai dengan layak risiko salah saji dalam laporan
46
BAB 2 • Asersi Manajemen dan Tujuan Audit
■ 47
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
nya pembayaran gaji yang tidak semestinya. Contoh lainnya, auditor
48
BAB 2 e Asersi Manajemen dan Tujuan Audit
dapat membandingkan beban komisi dengan total penjualan bersih
untuk menguji kewajaran atas jumlah komisi yang dibayarkan.
Pengujian atas rincian saldo merupakan prosedur audit yang di
lakukan auditor untuk menguji salah saji moneter atas saldo akhir
akun dalam laporan keuangan. Di samping itu, pengujian atas rin
cian saldo juga bertujuan untuk menentukan apakah kedelapan tu
juan audit umum yang berkaitan dengan saldo (eksistensi, keleng
kapan, keakuratan, klasifikasi, pisah batas, rincian hubungan, nilai
yang dapat direalisasi, serta hak clan kewajiban) telah dipenuhi bagi
setiap saldo akun yang signifikan. Sebagai contoh, auditor dapat
mengirimkan surat konfirmasi piutang kepada pelanggan klien un
tuk mengidentifikasi jumlah yang salah.
■ 49
Bukti
dan Dokumentasi Audit
Ketepatan Bukti
Bukti dikatakan tepat apabila memenuhi karakteristik relevansi
dan reliabilitas. Bukti yang dianggap sangat tepat akan sangat mem
bantu dalam meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan telah
disajikan secara wajar. Ketepatan bukti hanya terkait dengan prose
dur audit yang dipilih dan penetapan waktu, serta tidak dapat di
perbaiki dengan menambah ukuran sampel atau mengubah metode
pemilihan sampel. Ketepatan hanya dapat diciptakan melalui pemi
■
lihan prosedur audit yang lebih relevan dan dapat diandalkan.
52
BAB 3 Bukti dan Dokumentasi Audit
■
dan laporan penerimaan barang.
53
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
54 ■
BAB 3 e Bukti dan Dokumentasi Audit
merupakan bukti audit yang dapat diandalkan bagi tujuan kla
sifikasi.
• Objektivitas
Bukti yang objektif lebih dapat diandalkan dibanding dengan
bukti yang memerlukan pertimbangan tertentu. Contoh bukti
yang bersifat objektif adalah hasil konfirmasi atas piutang usaha
dan kas di bank, pemeriksaan fisik atas saldo kas kecil, perse
diaan, dan aktiva tetap berwujud, serta bukti pembelian per
lengkapan dan peralatan. Adapun contoh bukti yang bersifat
subjektif (melibatkan justifikasi dan pertimbangan tertentu dari
manajenen) adalah hasil tanya jawab dengan manajer akuntansi
mengenai besarnya estimasi atas nilai residu dari beberapa ak
tiva tetap tertentu dan estimasi atas besarnya pencadangan piu
tang tak tertagih.
• Ketepatan waktu
Ketepatan waktu bukti audit berkaitan dengan kapan bukti ini
dikumpulkan serta bagaimana menentukan tanggal sampel.
Untuk akun-akun neraca, ketepatan waktu bukti audit berkaitan
dengan kapan bukti ini dikumpulkan, sedangkan untuk akun
akun laporan laba rugi, ketepatan waktu bukti audit berkaitan
dengan pemilihan tanggal sampel atau penentuan bagian peri
ode yang akan diaudit. Sebagai contoh, penghitungan oleh audi
tor atas posisi kas pada tanggal neraca akan lebih dapat diandal
kan dibanding dengan jika penghitungan dilakukan pada dua
bulan sebelumnya. Adapun untuk akun laporan laba rugi, bukti
yang diperoleh akan lebih dapat diandalkan jika sampel diam
bil dari keseluruhan periode yang diaudit. Contohnya adalah
memeriksa secara acak sampel jurnal pembelian barang dagang
yang terjadi untuk satu tahun penuh dalam periode laporan
keuangan yang diaudit, bukan hanya dari sebagian periode saja
(misalkan sampel yang terbatas hanya untuk kwartal terakhir).
■ 55
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
Kecukupan Bukti
Kuantitas bukti yang dikumpulkan akan menentukan kecukup
annya. Kecukupan bukti diukur dari ukuran sampel yang dipilih
auditor. Untuk prosedur audit tertentu, bukti yang diperoleh dari
sampel sebanyak 100 pada umumnya lebih mencukupi dibanding
dengan dari sampel sebanyak 35. Selain ukuran sampel, metode pe
milihan sampel juga akan menentukan kecukupan bukti audit. Sam
pel yang terdiri dari item -item populasi dengan nilai moneter yang
besar pada umumnya dianggap sudah mencukupi terutama apabila
item-item ini merupakan bagian terbesar dari jumlah total populasi.
Pemeriksan Fisik
Jenis bukti ini paling sering dilakukan atas saldo kas kecil dan
persediaan, tetapi juga dapat diterapkan untuk memverifikasi serti
fikat deposito, sekuritas investasi, wesel tagih, dan aktiva tetap ber
wujud. Pemeriksaan fisik merupakan cara langsung untuk memveri
fikasi apakah suatu aktiva benar-benar ada (tujuan eksistensi), dan
pada tingkat tertentu apakah aktiva yang ada tersebut telah dicatat
(tujuan kelengkapan). Pada umumnya, pemeriksaan fisik adalah
cara yang objektif untuk mengetahui kuantitas maupun deskripsi
aktiva. Dalam beberapa kasus, pemeriksaan fisik juga berguna untuk
mengevaluasi kondisi atau kualitas aktiva.
Akan tetapi, pemeriksaan fisik bukanlah merupakan bukti yang
mencukupi untuk memverifikasi bahwa aktiva yang ada memang
merupakan milik klien (tujuan hak dan kewajiban). Sebagai contoh
adalah bahwa untuk barang konsinyasi yang dititipkan kepada pihak
lain tentu saja tidak dapat diuji lewat pemeriksaan fisik, melainkan
melalui prosedur konfirmasi. Selain itu, penilaian dan alokasi yang
56 ■
BAB 3 • Bukti dan Dokumentasi Audit
tepat untuk tujuan pelaporan keuangan juga tidak dapat diuji oleh
pemeriksaan fisik (tujuan keakuratan).
Konfirmasi
Konfirmasi adalah proses untuk mendapatkan respons (tertulis
atau lisan) dari pihak ke tiga sebagai jawaban atas suatu perminta
an informasi tentang unsur tertentu yang berkaitan dengan asersi
manajemen dan tujuan audit. Biasanya, auditor lebih memilih kon
firmasi tertulis dibanding dengan konfirmasi lisan karena konfirmasi
tertulis lebih mudah di-review oleh supervisor audit dan memberi
kan dukungan keandalan. Pada umumnya, konfirmasi relatif mahal
dan dapat menimbulkan beberapa ketidaknyamanan bagi pihak-pi
hak yang diminta untuk menyediakan konfirmasi ini.
Proses konfirmasi mencakup: (a) pemilihan unsur yang akan
dimintakan konfirmasi, (b) perancangan atas isi permintaan konfir
masi, (c) pengkomunikasian permintaan konfirmasi kepada pihak
ke tiga yang bersangkutan, (d) perolehan jawaban dari pihak ke tiga,
dan (e) penilaian terhadap informasi atau tidak adanya informasi
yang disediakan oleh pihak ke tiga mengenai tujuan audit, terma
suk keandalan informasi ini. Konfirmasi dilaksanakan untuk mem -
peroleh bukti dari pihak ke tiga mengenai asersi laporan keuangan
yang dibuat oleh manajemen. Bukti audit yang diperoleh dari sum
ber independen di luar perusahaan klien pada umumnya memberi
kan keyakinan yang lebih besar, karena lebih dapat diandalkan untuk
tujuan audit independen dibandingkan dengan bukti audit yang ber
asal dari dalam perusahaan klien tersebut.
Auditor harus menetapkan apakah bukti yang diperoleh dari
konfirmasi dapat mengurangi risiko audit. Dalam menetapkan ini,
auditor harus mempertin1bangkan materialitas saldo akun dan ri
siko pengendalian. Jika auditor berkesimpulan bahwa bukti yang di
peroleh dari konfirmasi ternyata tidak memadai, prosedur tambahan
harus dilaksanakan. Sebagai contoh, untuk mencapai risiko audit
pada tingkat yang cukup rendah, yang bersangkutan dengan asersi
■
eksistensi dan kelengkapan piutang usaha, auditor dapat melaksa-
57
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
apakah ia setuju atau tidak setuju dengan informasi yang dicantum-
58
BAB 3 • Bukti dan Dokumentasi Audit
■ 59
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
60 ■
BAB 3 e Bukti dan Dokumentasi Audit
Dokumentasi
Dokumentasi adalah pemeriksaan atau penyelidikan oleh au
ditor atas dokumen dan catatan klien untuk mendukung informasi
yang tersaji atau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan. Seba
gai contoh, formulir permintaan pembelian, laporan penerimaan
barang, serta faktur tagihan dari pemasok merupakan dokumen
yang perlu diperiksa oleh auditor untuk memverifikasi keakuratan
catatan klien tentang transaksi pembelian barang dagang. Doku
mentasi telah digunakan secara luas sabagai bukti audit, karena je
nis bukti ini biasanya tersedia dengan biaya yang relatif murah dan
kadang-kadang merupakan satu-satunya jenis bukti audit yang layak
dan tersedia. Proses pemeriksaan atau penyelidikan oleh auditor atas
dokumen clan catatan klien untuk mendukung informasi yang ter
saji atau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan disebut sebagai
vouching (pemeriksaan dokumen).
Dokumen dapat diklasifikasi menjadi dokumen internal dan do
kumen eksternal. Dokumen internal adalah dokumen yang disiapkan
dan digunakan dalam organisasi klien dan disimpan tanpa pernah
disampaikan kepada pihak luar. Contoh dokumen internal adalah
laporan penerimaan barang, catatan atau len1bar biaya pekerjaan,
catatan permintaan bahan, clan catatan jam kerja karyawan. Doku
men internal yang disiapkan serta diproses dalam kondisi pengen
dalian internal yang lemah mungkin bukan merupakan bukti audit
yang dapat diandalkan. Dokumen eksternal adalah dokumen yang
berasal dari luar organisasi klien, tetapi dokumen tersebut saat ini
berada di tangan klien. Dokumen eksternal dianggap sebagai bukti
yang lebih dapat diandalkan dibanding dengan dokumen internal.
Contoh dokmnen eksternal adalah faktur tagihan dari pe111asok, for
mulir pesanan pelanggan, sertifikat tanah, surat perjanjian atau kon
trak utang, surat pemberitahuan pajak terhutang, dan polis asuransi.
Dokumen asli dipandang lebih dapat diandalkan dibanding dengan
dokumen yang berupa hasil fotokopi atau faks.
■ 61
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
Prosedur Analitis
Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan hubungan
untuk menilai apakah saldo akun atau data lainnya tampak wajar
atau rasional. Sebagai contoh, melakukan perbandingan antara total
beban gaji dan jumlah tenaga personel bisa menunjukkan ada tidak
nya pembayaran gaji yang tidak semestinya. Contoh lainnya, auditor
dapat membandingkan beban komisi dengan total penjualan bersih
untuk menguji kewajaran atas jumlah komisi yang dibayarkan.
Pada umumnya, prosedur analitis dapat digunakan untuk tu
juan:
• Memahami industri dan bisnis klien.
Penting bagi auditor untuk memahami aspek-aspek kunci dari
bisnis klien, seperti memahami kekuatan pasar dan pesaing, ser
ta memahami operasi, strategi, dan sistem kinerja klien. Seba
gai contoh, penurunan persentase margin kotor tahun berjalan
dibanding dengan tahun sebelumnya dapat menunjukkan ada
nya peningkatan persaingan dan kebutuhan untuk mengubah
kebijakan harga jual, sistem promosi, serta kebijakan saluran
distribusi produk. Demikian juga, penambahan sejumlah besar
mesin produksi dapat menunjukkan adanya investasi penting
yang harus ditelaah secara cermat oleh auditor. Contoh lain
nya, peningkatan yang signifikan atas saldo penyisihan piutang
tak tertagih dapat menunjukkan adanya perubahan kondisi dan
operasi bisnis klien (seperti perubahan dalam sistem atau cara
pembayaran, adanya peningkatan penjualan, atau bahkan pe
ningkatan piutang macet).
• Menilai kesinambungan usaha klien.
Prosedur analitis sering kali juga dapat berguna untuk menentu
kan apakah perusahaan klien sedang mengalami masalah ke
uangan. Prosedur analitis tertentu dapat membantu auditor
dalam menilai kemungkinan terjadinya kegagalan bisnis klien.
Indikasi adanya risiko kegagalan keuangan dapat dilihat dari
tingginya jumlah kewajiban jangka panjang dibanding dengan
62
jumlah modal (ukuran solvabilitas) dan rendahnya rasio laba
■
BAB 3 e Bukti dan Dokumentasi Audit
bersih terhadap total aktiva operasi ( ukuran profitabilitas). In
dikasi ini tidak hanya akan memengaruhi rencana audit, teta
pi juga dapat menunjukkan adanya keraguan yang substansial
mengenai kemampuan klien untuk dapat terus melanjutkan
kegiatan bisnisnya, sehingga memerlukan paragraf penjelasan
dalam laporan audit wajar tanpa pengecualian.
• Menunjukkan adanya kemungkinan salah saji.
Fluktuasi tidak biasa atau perbedaan signifikan yang tidak di
harapkan antara data keuangan tahun berjalan yang belum di
audit clan data lainnya yang digunakan dalam perbandingan
dapat menunjukkan adanya kemungkinan salah saji. Sebagai
contoh, jika perputaran persediaan (hasil bagi antara harga po
kok penjualan clan rata-rata persediaan) selama periode berja
lan mengalami peningkatan dibanding dengan tahun sebelum
nya, sementara besarnya rata-rata persediaan (persediaan awal
ditambah dengan persediaan akhir kemudian dibagi dua) tidak
mengalami perubahan, maka harga pokok penjualan periode
berjalan yang disajikan lebih kecil dibanding dengan tahun se
belumnya menunjukkan adanya kurang saji. Contoh lainnya,
jika total penjualan bersih selama periode berjalan mengalami
penurunan dibanding dengan tahun sebelumnya, sementara
besarnya tarif komisi tidak mengalami perubahan, maka beban
komisi periode berjalan yang disajikan lebih besar dibanding
dengan tahun sebelumnya menunjukkan adanya lebih saji.
• Mengurangi pengujian audit yang terinci.
Apabila prosedur analitis tidak mengungkapkan adanya salah
saji akun, maka pengujian terinci dapat dikurangi terhadap
akun-akun tersebut. Dalam hal ini, prosedur audit tertentu bah
kan dapat dihilangkan clan ukuran sampel juga bisa dikurangi.
■
dari klien sebagai bentuk respons atas pertanyaan yang diajukan au-
63
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
ditor. Walaupun banyak bukti yang dapat diperoleh dari klien me
lalui tanya jawab ini, namun jenis bukti ini biasanya tidak dapat di
anggap sebagai bukti yang meyakinkan karena diperoleh bukan dari
pihak yang independen dan mungkin berpihak kepada klien. Oleh
sebab itu, apabila auditor memperoleh bukti melalui tanya jawab,
auditor juga perlu memperoleh bukti pendukung melalui prosedur
lainnya. Sebagai contoh, apabila auditor ingin memperoleh informa
si tentang metode pencatatan dan pengendalian atas persediaan, au
ditor biasanya akan memulai dengan menanyakan klien bagaimana
pengendalian internal diterapkan, untuk selanjutnya pengujian audit
dilakukan melalui pemeriksaan fisik, dokumentasi, penghitungan
ulang, dan observasi.
Penghitungan Ulang
Rekalkulasi melibatkan pengecekan ulang atas sampel hitungan
yang telah dilakukan oleh klien. Pengecekan ulang ini merupakan
pengujian atas keakuratan hasil perhitungan klien. Sebagai contoh,
auditor menghitung ulang besarnya beban penyusutan aktiva tetap,
beban amortisasi diskonto atau premium utang obligasi, nilai perse
diaan akhir, harga pokok penjualan, beban perlengkapan, dan nilai
buku sekuritas investasi.
Observasi
Observasi adalah penggunaan alat indera untuk menilai aktivi
tas klien. Sebagai contoh, auditor dapat mengunjungi lokasi pabrik
untuk memperoleh kesan umum atas fasilitas klien, atau mengamati
jalannya proses produksi, atau mengamati cara kerja karyawan klien
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk menen
tukan tingkat efisiensi dan efektivitas. Namun, observasi sering kali
kurang dapat diandalkan karena ada kemungkinan bahwa karyawan
klien akan mengubah perilakunya pada saat sedang diamati oleh
auditor. Biasanya, di hadapan auditor, karyawan klien akan melak
sanakan tanggung jawabnya sesuai dengan kebijakan perusahaan,
■
tetapi akan kembali melakukan hal yang biasa dilakukan setelah au-
64
BAB 3 • Bukti dan Dokumentasi Audit
ditor tidak mengamatinya. Oleh sebab itu, perlu bagi auditor untuk
menindak lanjuti kesan pertama yang diperoleh dengan jenis bukti
pendukung lainnya.
■ 65
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
66 ■
BAB 3 Bukti dan Dokumentasi Audit
■
ham, kontrak tenaga kerja, clan lain sebagainya.
67
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
tepat, maka jurnal penyesuaian akan diusulkan untuk memper-
68
BAB 3 Bukti dan Dokumentasi Audit
■ 69
Perencanaan Audit
dan Prosedur Analitis
72 ■
BAB 4 Perencanaan Audit dan Prosedur Analitis
■
tiga, seperti pihak bank, pengacara, dan supplier, mengenai beberapa
73
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
tas pada pernyataan bahwa tidak ada informasi yang akan diberi-
74
BAB 4 • Perencanaan Audit dan Prosedur Analitis
■
dalam mencari catatan dan dokumen yang diperlukan auditor. Su-
75
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
rat penugasan juga sering kali memuat perjanjian tentang biaya atau
honor audit. Di samping itu, surat penugasan juga bertujuan untuk
menginformasikan kepada klien bahwa auditor tidak dapat menja
min semua tindakan kecurangan akan ditemukan.
76 ■
BAB 4 e Perencanaan Audit dan Prosedur Analitis
k:lien, auditor juga perlu memahami operasi dan proses bisnis klien,
manajemen clan tata kelola, tujuan clan strategi, serta sistem pengu
kuran kinerja klien.
Dalam memahami operasi clan proses bisnis klien, penting bagi
auditor untuk mengevaluasi sumber utama pendapatan, pelang
gan clan pemasok kunci, sumber pembiayaan (kemampuan :finan
sial), teknologi yang tersedia, siklus operasi, jumlah permintaan,
skala produksi, dan fasilitas operasi yang dimiliki klien. Dengan
mengevaluasi sumber utama pendapatan, auditor dapat lebih fokus
menjalankan auditnya kepada transaksi sentral utama klien. Evalu
asi terhadap jumlah permintaan konsumen akan produk klien me
mungkinkan auditor untuk menentukan pangsa pasar klien diban
ding pesaingnya. Evaluasi terhadap pemasok kunci juga sangat pen
ting untuk memastikan jaminan kesinambungan proses bisnis klien.
Adapun kunjungan ke tempat operasi klien dapat membantu auditor
memperoleh pemahaman yang lebih baik atas inti kegiatan bisnis
klien. Dengan mengamati operasi perusahaan secara langsung, me
mungkinkan bagi auditor untuk menilai risiko inheren yang dimiliki
klien.
Tata kelola perusahaan meliputi struktur organisasi klien (sistem
pertanggungjawaban dan otorisasi), serta aktivitas dewan direksi clan
komite audit. Dewan direksi yang efektif membantu memastikan
bahwa manajemen telah melakukan pengelolaan perusahaan dalam
rentang risiko yang dapat diterima (wajar), sedangkan komite audit
sebagai pihak independen, melalui pengawasannya atas pelaporan
keuangan dapat mengurangi kemungkinan dilakukannya tindakan
manajemen laba yang berlebihan. Untuk mendapatkan pemaham
an mengenai sistem tata kelola klien, auditor perlu merujuk kepada
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien. Anggaran dasar
di antaranya mencakup jenis aktivitas bisnis perusahaan yang di
izinkan, sedangkan anggaran rumah tangga mencakup peraturan
dan prosedur yang digunakan oleh para pemegang saham, seperti
metode pemungutan suara dalam pemilihan direksi, clan tugas serta
■
wewenang para pejabat perusahaan.
77
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
pengaruh terhadap auditnya. Hal lain yang harus dipertimbangkan
78
BAB 4 • Perencanaan Audit dan Prosedur Analitis
■
pengendalian internal. Informasi ini diharapkan dapat membantu
79
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
lah yang tercatat atau rasio yang dihitung dari jumlah-jumlah yang
80
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
82 ■
BAB 4 e Perencanaan Audit dan Prosedur Analitis
prosedur analitis yang digunakan. Auditor dapat membandingkan
data klien dengan data industri, data periode sebelumnya yang se
rupa, hasil yang diperkirakan klien, hasil yang diperldrakan auditor,
dan hasil yang diperkirakan berdasarkan data nonkeuangan.
Manfaat paling penting dari perbandingan data klien dengan
data industri adalah membantu memahami bisnis klien dan seba
gai indikasi atas kemungkinan adanya kegagalan keuangan, tetapi
kurang me1nbantu auditor dalan1 mengidentifikasi salah saji yang
potensial. Kelemahan utama penggunaan rasio industri adalah pe
nerapan metode akuntansi yang berbeda sehingga mengurangi sifat
komparabilitas data.
Berbagai prosedur analitis akan memungkinkan auditor untuk
membandingkan data klien dengan data serupa dari satu atau lebih
periode sebelumnya. Beberapa contoh yang paling umum adalah
membandingkan saldo tahun berjalan dengan tahun sebelumnya,
membandingkan rincian total saldo dengan rincian yang serupa
untuk tahun sebelumnya, atau menghitung rasio dan hubungan
persentase untuk dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Kebanyakan perusahaan menyiapkan anggaran keungan mau
pun anggaran operasional. Anggaran adalah pernyataan kuantitatif
dari suatu rencana kegiatan yang dibuat manajemen untuk periode
tertentu. Anggaran meliputi aspek keuangan maupun nonkeuang
an dari operasi yang direncanakan. Anggaran pada suatu periode
merupakan pedoman untuk melakukan operasi selama periode ang
garan yang bersangkutan. Proses penyiapan anggaran disebut de
ngan penganggaran. Penganggaran akan sangat bermanfaat apabila
menjadi bagian integral dari analisis strategi perusahaan. Anggaran
keuangan mengukur ekspektasi manajemen yang berkaitan dengan
pendapatan, posisi keuangan, dan arus kas. Hal-hal yang mendasari
anggaran keuangan tersebut adalah anggaran nonkeuangan, seper
ti unit yang diproduksi atau dijual, jumlah karyawan, dan jumlah
produk baru yang ditawarkan ke pasar. Karena anggaran merupakan
■
ekspektasi klien selama periode berjalan, auditor perlu memeriksa
83
BAB 4 e Perencanaan Audit dan Prosedur Analitis
prosedur analitis yang digunakan. Auditor dapat membandingkan
data klien dengan data industri, data periode sebelumnya yang se
rupa, hasil yang diperkirakan klien, hasil yang diperkirakan auditor,
clan hasil yang diperkirakan berdasarkan data nonkeuangan.
Manfaat paling penting dari perbandingan data klien dengan
data industri adalah membantu memahami bisnis klien dan seba
gai indikasi atas kemungkinan adanya kegagalan keuangan, tetapi
kurang membantu auditor dalam mengidentifikasi salah saji yang
potensial. Kelemahan utama penggunaan rasio industri adalah pe
nerapan metode akuntansi yang berbeda sehingga mengurangi sifat
komparabilitas data.
Berbagai prosedur analitis akan memungkinkan auditor untuk
membandingkan data klien dengan data serupa dari satu atau lebih
periode sebelumnya. Beberapa contoh yang paling umum adalah
membandingkan saldo tahun berjalan dengan tahun sebelumnya,
membandingkan rincian total saldo dengan rincian yang serupa
untuk tahun sebelumnya, atau menghitung rasio dan hubungan
persentase untuk dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Kebanyakan perusahaan menyiapkan anggaran keungan mau
pun anggaran operasional. Anggaran adalah pernyataan kuantitatif
dari suatu rencana kegiatan yang dibuat manajemen untuk periode
tertentu. Anggaran meliputi aspek keuangan maupun nonkeuang
an dari operasi yang direncanakan. Anggaran pada suatu periode
merupakan pedoman untuk melakukan operasi selama periode ang
garan yang bersangkutan. Proses penyiapan anggaran disebut de
ngan penganggaran. Penganggaran akan sangat bermanfaat apabila
menjadi bagian integral dari analisis strategi perusahaan. Anggaran
keuangan mengukur ekspektasi manajemen yang berkaitan dengan
pendapatan, posisi keuangan, dan arus kas. Hal-ha! yang mendasari
anggaran keuangan tersebut adalah anggaran nonkeuangan, seper
ti unit yang diproduksi atau dijual, jumlah karyawan, dan jumlah
produk baru yang ditawarkan ke pasar. Karena anggaran merupakan
■
ekspektasi klien selama periode berjalan, auditor perlu memeriksa
83
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
84 ■
BAB 4 Perencanaan Audit dan Prosedur Analitis
■ 85
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
laba operasi
Margin laba operasi
penjualan bersih
86 ■
Audit Pengendalian
Internal
■
serta pengungkapannya, termasuk mengevaluasi bagaimana trans-
88
BAB 5 Audit Pengendalian Internal
■ 89
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
Lingkungan Pengendalian
Tanpa lingkungan pengendalian yang efektif, keempat kompo
nen lainnya mungkin tidak akan menghasilkan pengendalian inter
nal yang efektif. Lingkungan pengendalian berfungsi sebagai payung
bagi keempat komponen pengendalian internal lainnya. Lingkungan
pengendalian terdiri atas tindakan, kebijakan, dan prosedur yang
mencerminkan sikap manajemen puncak, para direktur, dan pemilik
entitas secara keseluruhan mengenai pengendalian internal serta arti
pentingnya bagi entitas tersebut.
Inti dari keberhasilan dalam pengendalian entitas secara efek
tif terletak pada sikap manajemen. Jika manajemen puncak sangat
fokus terhadap pengendalian, maka anggota entitas lainnya juga
akan bersikap demikian. Untuk memahami dan menilai lingkungan
pengendalian, auditor perlu mempertimbangkan subkomponen dari
lingkungan pengendalian itu sendiri, yaitu:
• Integritas dan Nilai-nilai Etis.
Subkomponen ini meliputi tindakan manajemen untuk mence
gah karyawan melakukan tindakan yang tidak jujur, ilegal, atau
tidak etis. Caranya adalah melalui sosialisasi kepada karyawan
perihal nilai-nilai entitas yang harus dijunjung tinggi serta stan
dar perilaku yang harus dipegang teguh dan dijalankan oleh
seluruh karyawan. Integritas dan nilai-nilai etis ini dituangkan
dalam sebuah standar etika atau kode perilaku.
• Komitmen pada Kompetensi.
Meliputi pertimbangan manajemen tentang persyaratan kom
■
petensi yang harus dipenuhi bagi pekerjaan tertentu. Setiap
90
BAB 5 e Audit Pengendalian Internal
karyawan diharapkan dapat menjalankan tugas dan pekerjaan
nya sesuai dengan tingkat keterampilan dan pengetahuan yang
dimilikinya.
• Partisipasi Dewan Komisaris dan Komite Audit.
Dewan komisaris mewakili pemegang saham dalam mengawasi
jalannya kegiatan entitas yang dilakukan atau dikelola manaje
men. Dewan komisaris berperan penting dalam memastikan
bahwa manajemen (selaku pihak yang diberikan kepercayaan
oleh pemilik modal untuk mengelola dana perusahaan) telah
mengimplementasikan pengendalian internal dan proses pe
laporan keuangan secara layak. Untuk membantu melakukan
pengawasan terhadap manajemen, dewan membentuk komite
audit yang diberikan tanggung jawab dalam mengawasi proses
pelaporan keuangan oleh manajemen. Komite audit juga ber
tanggung jawab untuk melakukan komunikasi secara berkelan
jutan dengan auditor internal maupun auditor eksternal, ter
masuk menyetujui jasa audit dan nonaudit yang dilakukan oleh
para auditor eksternal.
• Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen.
Manajemen, melalui prinsip dan sikapnya, memberikan isyarat
tcrtcntu bagi para karyawannya mcngcnai arti pcnting pcn
gendalian internal. Sebagai contoh, apakah manajemen sering
melakukan tindakan yang mengandung risiko yang cukup besar
bagi entitas, atau justru cenderung menghindari risiko? Apa
kah manajemen menetapkan target penjualan dan tingkat laba
yang terlalu besar (tidak realistis), dan apakah karyawan dido
rong untuk melakukan tindakan yang agresif guna memenuhi
harapan target tersebut? Dengan memahami gaya pengelolaan
manajemen, auditor dapat merasakan sikap manajemen tentang
pengendalian internal.
• Struktur Organisasi.
Struktur organisasi menunjukkan tingkatan tanggung jawab dan
kewenangan yang ada dalam setiap divisi atau bagian. Dengan
■
memahami struktur organisasi klien, auditor dapat mempelajari
91
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
Penilaian Risiko
Merupakan tindakan yang dilakukan manajemen untuk meng
identifikasi dan menganalisis risiko terkait penyusunan laporan
keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang ber
laku umum. Sebagai contoh, jika perusahaan sering mengalami ke
sulitan dalam menagih piutang usaha, maka perusahaan harus me
nyelenggarakan pengendalian yang memadai untuk mengatasi risiko
lebih saji piutang usaha.
Penilaian risiko oleh manajemen berbeda dengan penilaian ri
siko oleh auditor, walaupun ada keterkaitannya. Apabila manaje
men menilai risiko sebagai bagian dari perancangan dan pelaksa
naan pengendalian internal untuk memperkecil kekeliruan serta
kecurangan, sedangkan auditor menilai risiko untuk memutuskan
jenis dan cakupan bukti yang dibutuhkan dalam pemeriksaan. Jika
manajemen secara efektif menilai dan menanggapi risiko tersebut,
biasanya auditor akan mengumpulkan lebih sedikit bukti audit dari-
92 ■
BAB 5 • Audit Pengendalian Internal
Aktivitas Pengendalian
Merupakan kebijakan clan prosedur untuk membantu memas
tikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko telah
diambil guna mencapai tujuan entitas. Kebijakan clan prosedur ini
terdiri atas:
• Pemisahan Tugas.
Pemisahan tugas di sini maksudnya adalah pemisahan fungsi
atau pembagian kerja. Ada dua bentuk yang paling umum dari
penerapan prinsip pemisahan tugas ini, yaitu: (1) pekerjaan yang
berbeda seharusnya dikerjakan oleh karyawan yang berbeda
pula; (2) harus adanya pemisahan tugas antara karyawan yang
menangani pekerjaan pencatatan aktiva clan karyawan yang
menangani langsung aktiva secara fisik (operasional). Sesung
guhnya, rasionalisasi dari pemisahan tugas adalah bahwa tugas/
pekerjaan dari seorang karyawan seharusnya dapat memberikan
dasar yang memadai untuk mengevaluasi pekerjaan karyawan
lainnya. Jadi, hasil pekerjaan seorang karyawan dapat diperiksa
silang (cross check) kebenarannya oleh karyawan lainnya. Ketika
seorang karyawan bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan,
biasanya potensi munculnya kesalahan maupun kecurangan
akan meningkat. Oleh sebab itu, sangatlah penting kalau peker
jaan yang berbeda seharusnya dikerjakan oleh karyawan yang
berbeda pula.
■
Sebagai contoh yang paling sering terjadi clan perlu diwaspa-
93
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
pun kecurangan dapat diperkecil. Bagian penjualan secara ter-
94
BAB 5 Audit Pengendalian Internal
■
menangani langsung aktiva secara fisik ( operasional). Karyawan
95
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
diotorisasi dengan tepat. Sebagai contoh, transaksi pembayaran
96
BAB 5 Audit Pengendalian Internal
■ 97
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
ke bagian/departemen akuntansi untuk menjamin peneatatan
98
BAB 5 e Audit Pengendalian Internal
transaksi secara tepat waktu, akurat, dan memenuhi kriteria ke
andalan catatan akuntansi. Dokumen juga sesungguhnya sangat
berfungsi sebagai penghantar informasi ke seluruh bagian or
ganisasi. Dokumen haruslah dapat memberikan keyakinan yang
memadai bahwa seluruh aktiva telah dikendalikan dengan pan
tas dan bahwa seluruh transaksi telah dicatat dengan benar.
• Pengendalian Fisik atas Aktiva dan Catatan.
Untuk menyelenggarakan pengendalian internal yang mema
dai, aktiva dan catatan harus dilindungi. Jika tidak diamankan
sebagaimana mestinya, aktiva dapat dicuri, diselewengkan, atau
disalahgunakan. Demikian juga dengan catatan, jika tidak di
lindungi secara memadai, catatan bisa dicuri, rusak, atau hilang,
yang dapat sangat mengganggu proses pencatatan akuntansi clan
operasi normal bisnis perusahaan. Penggunaan pengendalian
fisik, mekanik, dan elektronik sangatlah penting. Pengendalian
fisik terutama terkait dengan pengamanan aktiva. Pengendalian
mekanik clan elektronik juga mengamankan aktiva. Berikut ini
adalah beberapa macam contoh dari penggunaan pengendalian
fisik, mekanik, clan elektronik: (1) uang kas dan surat-surat ber
harga sebaiknya disimpan dalam safe deposits box; (2) catatan
catatan akuntansi yang penting juga harus disimpan dalam filing
cabinet yang terkunci; (3) tidak semua atau sembarang karyawan
dapat keluar masuk gudang tempat penyin1panan persediaan
barang dagang; (4) penggunaan kamera dan televisi monitor; (5)
adanya sistem pemadam kebakaran atau alarm yang memadai;
clan ( 6) penggunaan password system.
• Pemeriksaan Independen atau Verifikasi Internal.
Kebanyakan sistem pengendalian internal memberikan pe
ngecekan independen atau verifikasi internal. Prinsip ini me
liputi peninjauan ulang, perbandingan, dan pencocokan data
yang telah disiapkan oleh karyawan lainnya yang berbeda. Un
tuk memperoleh manfaat yang maksimum dari pengecekan
independen a tau verifikasi internal, maka: ( 1) verifikasi seha
rusnya dilakukan secara periodik/berkala atau bisa juga dilaku-
■ 99
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
dicatat.
100
BAB 5 • Audit Pengendalian Internal
Pemantauan
Aktivitas pemantauan berhubungan dengan penilaian atas mutu
pengendalian internal secara berkesinambungan (berkala) oleh ma
najemen untuk menentukan bahwa pengendalian telah berjalan se
bagaimana yang diharapkan, dan dimodifikasi sesuai dengan per
kembangan kondisi yang ada dalam perusahaan. Informasi yang
dinilai berasal dari berbagai sumber, termasuk studi atas pengenda
lian internal yang ada, laporan auditor internal, umpan batik dari
personel operasional, dan lainnya.
Audit internal timbul sebagai suatu cara atau teknik guna meng
atasi risiko yang meningkat akibat semakin pesatnya laju perkem
bangan dunia usaha atau adanya kondisi economic turbulence, di
mana terjadi perubahan secara dinamis dan tidak dapat diprediksi
sehubungan dengan era globalisasi, sehingga sumber informasi yang
sifatnya tradisional dan informal sudah tidak lagi mampu memenuhi
kebutuhan para manajer yang bertanggung jawab atas hal-hal yang
tidak teramati secara langsung.
Hasil audit internal diharapkan akan dapat meningkatkan relia
bilitas informasi tentang keadaan dalam unit-unit yang diawasinya.
Dengan semakin berkembangnya usaha perusahaan, tentu saja akan
■
menambah beban bagi pihak manajemen dalam mengendalikan
101
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
102 ■
BAB 5 • Audit Pengendalian Internal
■ 103
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
auditor mengidentifikasi pengendalian dan defisiensi sistem klien.
104
BAB 5 Audit Pengendalian Internal
■
audit yang berhubungan dengan transaksi. Auditor juga membuat
105
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
audit yang terkait. Lewat bagan matriks pengendalian, terlihat
106
BAB 5 e Audit Pengendalian Internal
jelas bagaimana setiap pengendalian berperan dalam mencapai
satu atau lebih tujuan audit yang berhubungan dengan tran
saksi. Sebagai contoh, dalam matriks risiko pengendalian untuk
transaksi pembelian, di antaranya diidentifikasi pengendalian
internal berupa: ada pemisahan tugas antara bagian pembelian,
pencatatan pembelian, clan pembayaran. Pengendalian ini me
menuhi lebih dari satu tujuan audit yang berhubungan dengan
transaksi pembelian, yaitu:
► Pembelian yang dicatat adalah untuk perolehan barang dari
pemasok nonfiktif (tujuan audit umum keterjadian).
► Seluruh transaksi pembelian yang terjadi telah dicatat (tu
juan audit umum kelengkapan).
► Jurnal untuk mencatat transaksi pembelian telah dipindah
bukukan secara akurat ke masing-masing catatan pemasok
(buku besar pembantu) dan buku besar umum, serta diikhti
sarkan ke dalam laporan keuangan secara tepat (tujuan audit
umum pemindah-lbukuan dan pengikhtisaran).
4. Mengidentifikasi dan Mengevaluasi Defisiensi Pengendalian,
Defisiensi yang Signifikan, dan Kelemahan yang Material.
Auditor harus mengevaluasi apakah pengendalian kunci tidak
diterapkan dalam perancangan pengendalian internal atas pe
laporan keuangan sebagai bagian dari evaluasi atas risiko pen
gendalian, dan kemungkinan salah saji laporan keuangan. Me
nurut standar auditing, ada tiga tingkatan di mana tidak diter
apkannya pengendalian internal, yaitu defisiensi pengendalian,
defisiensi yang signifikan, clan kelemahan yang material.
5. Menghubungkan Defisiensi yang Signifikan clan Kelemahan
yang Material dengan Tujuan Audit Terkait.
Sama seperti untuk pengendalian, setiap defisiensi yang signifi
kan atau kelemahan yang material dapat diterapkan pada satu
atau lebih tujuan audit yang terkait.
6. Menilai Risiko Pengendalian untuk Setiap Tujuan Audit yang
Terkait.
■
Setelah pengendalian, defisiensi yang signifikan, clan kelemahan
107
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
■
auditing, apabila auditor berencana menggunakan bukti tentang
108
BAB 5 e Audit Pengendalian Internal
efektivitas pelaksanaan pengendalian internal yang diperoleh dalam
audit terdahulu, maka auditor diharuskan untuk menguji keefektifan
pengendalian itu paling sedikit tiga tahun sekali. Apabila prosedur
penilaian risiko yang dilakukan auditor menemukan risiko yang sig
nifikan, auditor diharuskan menguji efektivitas pelaksanaan pengen
dalian yang mengurangi risiko tersebut dalam audit tahun berjalan.
■
atas pelaporan keuangan merupakan satu kesatuan, auditor harus
109
AUDITING I: Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi
110 ■