Anda di halaman 1dari 18

TERAPI KOMPLEMENTER

“TERAPI MAGNET”

TUGAS

Oleh
Tediy Junianto NIM 112310101033
Wafi Hidayat NIM 112310101034
Kikianita Oktavia Eriyanti NIM 112310101063
Fitania Marizka P NIM 112310101064

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan
banyak negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting
dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya. Klien yang
menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah satu alasannya
adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu adanya harmoni dalam
diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan lainnya karena
klien ingin terlibat untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan
peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya. Beberapa klien sudah
melaporkan adanya reaksi efek samping dari pengobatan konvensional yang
diterima menyebabkan memilih terapi komplementer.
Salah satu terapi kompolementer yaitu terapi magnet. Terapi magnetik
yang ada di khalayak luas telah lama menjadi salah satu pilihan pengobatan di
kalangan masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien
memimilih tentang terapi magnetik pada petugas kesehatan seperti dokter ataupun
perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi magnet.
Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan
pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan
klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan
terapi komplementer, utamanya terapi magnetik.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengaplikasikan konsep asuhan keperawatan dalam terapi komplementer
dengan medan magnet
1.2.2 Tujuan Khusus
a. untuk mengetahui dan memahami pengertian terapi magnet;
b. untuk mengetahui dan memahami konsep terapi magnet;
c. untuk mengetahui dan memahami penggunaan terapi magnet;
d. untuk mengetahui dan memahami proses terapi magnet;
e. untuk mengetahui dan memahami dampak terapi magnet;
f. untuk mengetahui dan memahami indikasi terapi magnet;
g. untuk mengetahui dan memahami kontraindikasi terapi magnet;
h. untuk mengetahui dan memahami Standar Operasional Prosedur (SOP)
terapi magnet.

1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk Mahasiswa
Untuk menambah wawasan atau ilmu mengenai asuhan keperawatan
dalam dalam terapi komplementer dengan medan magnet

1.3.2 Untuk Masyarakat


Memberikan pemahaman yang lebih terkait terapi komplementer dengan
magnet dalam berbagai macam bentuk benda.
BAB II. KONSEP TEORI

2.1 Pengertian
Terapi magnet merupakan pengobatan nonmedis dengan memanfaatkan
medan magnet secara aman dan tanpa efek samping untuk mempercepat proses
penyembuhan dengan cara menyeimbangkan dan mengembalikan arus
elektromagnetik yang ada di dalam sel-sel darah manusia. Saat aliran energi
dalam tubuh abnormal, kulit disekeliling titik akupoint biasanya menjadi perih
dan nyeri jika tersentuh. Dengan terapi magnet syaraf di sekitar titik akupoint
distimulasi energi elektromagnetik, sehingga rasa perih dan nyeri berkurang.
Aliran magnetik dalam tubuh kita secara alami dibentuk oleh sirkulasi aliran ion
listrik dalam sel dan transmisi listrik dari syaraf sampai membran sel. Terapi ini
juga merupakan metode yang aman, yang menggunakan medan magnet untuk
tujuan terapi.
Bumi adalah medan magnet alam. Tubuh manusia juga merupakan suatu
medan magnet sebagai akibat dari proses bioelektrik dalam tubuh. Dalam kondisi
normal elektron dan ion bekerja seimbang. Bila keseimbangan terganggu, arus
dan distribusi dalam sel akan terpengaruh dan hal ini biasanya menjadi akar dari
banyak penyakit yang disebabkan oleh gangguan fungsi organ tubuh.

2.2 Konsep
Kehidupan berkembang dibawah pengaruh medan magnetik bumi.
Meskipun medan magnetik ini relatif kecil, tetapi berperan dalam berbagai fungsi
tubuh. Tubuh manusia merupakan struktur yang unik, terdiri atas sel-sel yang
merupakan suatu massa protoplama yang mengandung nukleus. Protoplasma atau
sitoplama adalah komponen kimia komplek penyusun utama sel daripada nukleus.
Tiap-tiap sel manusia merupakan bagian kecil dari komponen magnetik dan
komponen tersebut melewati semua organ. Organ-organ tersusun atas sel dan
jaringan. Cairan tubuh mengandung berbagai macam ion seperti Potassium (K+),
Klorida (Cl), Phosphor (PO4), Sodium (NA+), dan sebagainya.
Ion terdiri atas atom atau radikal. Pada elektrolisis, ion memiliki
kecenderungan untuk melewati dari satu polaritas ke polaritas lainnya. Ion
merupakan konduktor dan arus listrik melalui ion-ion tersebut dikelilingi oleh
medan magnetik disekitarnya. Semua jaringan dan sistem syaraf dalam tubuh
diatur oleh medan magnetik dalam tubuh.
Medan elektromagnetik ini merupakan prinsip dasar dari terapi magnetik.
Medan magnetik ini cenderung fluktuatif, organ dalam tubuh yang memancarkan
medan magnet maksimum 3,00,000 kilo-gauss pada saat seseorang tidur. Pada
waktu normal nilai medan magnetnya berbeda. Jadi nilai rata-rata dari medan
magnet tiap organ alam tubuh berbeda-beda. Jika ada dalam tubuh organ ada yang
terkena suatu penyakit, dengan seketika medan magnetisnya terganggu. Nilai
yang baik adalah medan magnet dapat menginduksi kearah nilai normal pada
organ-organ. Ini merupakan esensi dari terapi magnetik.
Terapi magnetik mempunyai efek baik terhadap sel, jaringan dan syaraf
ketika diaplikasikan ke bagian yang terpengaruh. Terapi magnetik membuat
peningkatan sirkulasi dalam aliran darah menjadi lancar (Hendrajaya,2005)

2.3 Penggunaan Terapi Magnet


Terapi magnet menggunakan sifat alami dari magnet untuk meringankan
rasa sakit pada berbagai bagian tubuh. Magnet sudah lama diyakini memiliki
kekuatan penyembuhan untuk nyeri otot dan kekakuan pada bagian tubuh.
Penggunaan magnet untuk manfaat medis ini bisa dirujuk kembali ke Mesir kuno
dan juga Yunani kuno ketika Hippocrates (bapak kedokteran) yang menggunakan
batu magnet untuk mengobati kemandulan. Begitu juga orang kuno di
India yang menggunakan magnet untuk mengatasi Insomnia.
Dikatakan para penyembuh di Cina pada tahun 200 SM menggunakan batu
magnet pada tubuh untuk memperbaiki ketidakseimbangan yang tidak sehat
dalam aliran energi. Kemudian, tercatat juga bahwa seorang dokter
Swiss pada abad ke-16 menggunakan magnet untuk mengobati epilepsi, diare, dan
perdarahan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa magnet memiliki khasiat
untuk meringankan nyeri kronis (Hendrajaya,2005).
Produk Terapi magnetik berupa gelang, kalung, cincin, anting,
liontin, atau jam tangan pada umumnya digunakan untuk mengobati penyakit
seperti insomnia, nyeri sendi, kejang otot, menyembuhkan luka, dll.

2.4 Proses Terapi Magnet


Di dalam tubuh manusia terdapat sel-sel darah yang mengandung zat besi
(Fe) dan Neodymium magnet (Nd2Fe14B) yang digunakan dalam terapi
biomagnetik yang juga mengandung zat besi.
Ketika magnet atau sinar inframerah diletakkan dekat pembuluh arteri
utama, seperti pembuluh darah arteri akan terjadi perangsangan (reaksi Fe pada
Neodymium terhadap Fe pada sel-sel darah) sehingga sel-sel yang sebelumnya
saling menempel dan bersambungan akhirnya terurai. Hal ini mengakibatkan
aliran darah menjadi lebih lancar. Karena aliran darah menjadi lancar,
kemampuan sel darah menyerap oksigen dan nutrisi pun meningkat. Oksigen,
nutrisi, dan hormon tubuh, termasuk penghilang rasa nyeri (hormon endorfin)
akan disebarkan oleh sel-sel darah keseluruh jaringan dan organ tubuh yang
membutuhkan. Apabila semua sel di seluruh tubuh memperoleh pasokan oksigen,
nutrisi, dan hormon dengan lancar maka sel-sel tersebut dapat bekerja dengan
normal sehingga magnet dan sinar inframerah yang menembus permukaan kulit
juga dapat membantu mengaktifkan sel syaraf sehingga mampu menyampaikan
pesan dengan cepat. Hal ini merangsang proses pemulihan sel dan meningkatkan
kemampuan penyerapan ion negatif yang membuat keseimbangan ion dalam
tubuh kita tetap terjaga (Luneto,2009)

2.5 Dampak Terapi Magnet


Penggunaan terapi magnetik ini tentu saja dapat menimbulkan dampak
negatif maupun positif. Terlepas dari dampak negatif yang dapat ditimbulkan,
terapi ini merupakan metode yang aman digunakan dalam meningkatkan
kesehatan.
Dampak positif yang ditimbulkan dari terapi ini tentu saja
meningkatkan kesehatan tubuh, seperti menstabilkan sirkulasi kardiovaskuler,
menjaga fungsi metabolisme, menjaga stamina dan kekebalan tubuh, mengurangi
gejala depresi, dan mampu mengatasi stress, ayan, susah tidur, gangguan ginjal
dan hati, serta beberapa penyakit lainnya.
Namun, di dalam penggunaanya, terapi magnetik juga akan menimbulkan
dampak seperti merasa hangat atau panas, gatal, sakit kepala, sering buang air
besar maupun kecil, atau merasa tidak enak di seluruh tubuh yang disebabkan
karena sirkulasi di dalam tubuh sedang diperbaiki, dan tubuh sedang
menyesuaikan diri, serta di seluruh tubuh anda mengalir darah yang penuh
oksigen dan nutrisi. Perasaan ini akan hilang setelah beberapa hari.
Perlu diingat, durasi dalam terapi magnet juga harus diperhatikan. Banyak
orang yang salah mengartikan terapi magnet ini, mereka cenderung melakukan
terapi ini terus-menerus. Medan magnet membuat metabolisme tubuh menjadi
cepat. Padahal, tubuh juga butuh istirahat. Kalau digunakan tanpa istirahat, maka
akan bisa merusak organ dalam tubuh(Luneto,2009).

2.6 Indikasi
1. Sistem Muskuloskeletal
Misalnya, trauma (distorsi, fraktur). Beberapa penelitian melaporkan bahwa
medan magnetik bergetar meningkatkan penyembuhan fraktur pada tulang
panjang tibia yang gagal sembuh setelah beberapa minggu. Dalam penelitian
ini disebutkan bahwa fraktur yang bisa menggunakan terapi magnet adalah
fraktur yang belum dilakukan tindakan operatif pemasangan pen.
2. Arthritis
Keefektifan terapi magnetik dalam mengurangi nyeri pada arthitis
berdasarkan penelitiandouble blind, plasebo- kontrol yang dipublikasikan
oleh Journal of Rheumatology. Hasilnya terapi magnet ini dapat mengurangi
rasa nyeri yang dialami oleh penderita artritis karena terapi magnet ini bisa
langsung menembus sel syaraf organ yang ada di dalam tubuh.
3. Nyeri Kronik
Nilai dari terapi medan magnetik bergetar pada terapi nyeri telah dites pada
penelitian longitudinal. Pada pasien dengan nyeri kronik yang sukar sembuh
dengan terapi konvensional, diberikan medan magnetik sebanyak 60 gaus, 10
Hz diberikan selama 20 menit perhari selama 10 hari. Nyeri dinilai
menggunakan skala nyeri analog linear, sebelum dan sesudah terapi. Semua
pasien menunjukkan penurunan rasa nyeri setelah terapi.

2.7 Kontraindikasi
1. Bagi pengguna pacemaker, defibrilator, pompa insulin atau peralatan
elektronik medis lainnya tidak dianjurkan menggunakan terapi magnet.
2. Ibu yang sedang mengandung juga tidak diperkenankan menggunakan
terapi ini
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TERAPI MAGNET
JUDUL SOP :

TERAPI MAGNET

PSIK
UNIVERSITAS
JEMBER
PENGERTIAN Terapi magnet adalah pengobatan nonmedis dengan
memanfaatkan medan magnet secara aman dan tanpa
efek samping untuk mempercepat proses
penyembuhan dengan cara menyeimbangkan dan
mengembalikan arus elektromagnetik yang ada di
dalam sel-sel darah manusia.
TUJUAN 1. untuk memperbaiki ketidakseimbangan yang tidak
sehat dalam tubuh
2. menstabilkan sirkulasi kardiovaskuler
3. menjaga fungsi metabolisme
4. menjaga stamina dan kekebalan tubuh,
5. mengurangi gejala depresi, dan mampu
6. mengatasi stress dan beberapa penyakit lainnya
INDIKASI 1. trauma (distorsi, fraktur).
2. Arthritis
3. Nyeri Kronik
4. Pasien dengan penyakit syaraf (stroke, vertigo

KONTRAINDIKASI 1. Bagi pengguna pacemaker, defibrilator,


pompainsulin atau peralatan elektronik medis
lainnya
2. Wanita yang sedang mengandung
3. Perdarahan
4. Fraktur dengan Pen
EFEK SAMPING 1. Merasa hangat atau panas
2. Gatal
3. Sakit kepala
4. Sering buang air besar maupun kecil
5. Merasa tidak enak di seluruh tubuh yang
disebabkan karena sirkulasi di dalam
tubuh sedang diperbaiki
PERSIAPAN KLIEN 1) Menjelaskan tujuan terapi magnet
2) Menyebutkan prosedur tindakan
3) Pasien dalam posisi duduk dengan tengadah
pada kursi atau tidur terlentang
4) Pasang sampiran atau tutup pintu
5) Mempersilahkan keluarga pasien untuk
menunggu diluar

PERSIAPAN ALAT 1) Magnet


2) Sarung tangan
3) Bengkok

CARA BEKERJA :
1) Mencuci tangan, jika perlu gunakan sarung tangan.
2) Persilahkan pasien untuk membuka pakaian jika diperlukan.
3) Oleskan minyak pada bagian yang akan diterapi.
4) Tempelkan magnet pada bagian tubuh yang akan diterapi.
5) Setelah ±30 menit, lepaskan magnet, kemudian bersihkan bagian yang
diterapi.
6) Bereskan alat
7) Buka sarung tangan, kemudian cuci tangan.

HASIL:
1) Evaluasi perasaan pasien
2) Evaluasi reaksi terapi
3) Dokumentasikan prosedur dan hasil tindakan
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Durasi penggunaaan terapi magnet dalam tubuh, usahakan pemakaiannya
20-30 menit perhari dlam 10 hari
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Terapi komplementer (complementary therapies) adalah semua terapi yang


digunakan sebagai tambahan untuk terapi konvensional yang direkomendasikan
oleh penyelenggaraan pelayanan kesehatan individu. Terapi komplementer berarti
pelengkap bagi terapi konvensional yang ada dan telah terbukti bermanfaat. Salah
satunya yaitu terapi magnet yang telah banyak hadir dipasaran dengan kisaran
harga menengah keatas. Konsep manajemen pemasaran dan promosi yang bagus
telah membuai masyarakat luas untuk turut menjadi customer setia barang-barang
bertajuk alat kesehatan dengan komponen utama yaitu magnet. Telah banyak
insan yang percaya dan telah mengetahui bukti dari khasiat terapi magnet itu
sendiri. Namun dikembalikan lagi bahwa terapi magnet merupakan terapi
komplementer, yaitu hanya bersifat pelengkap bagi terapi konvensional yang ada.
Tidak menjadikan terapi magnet menjadi terapi utama dalam penyembuhan suatu
penyakit yang dialami klien pada umumnya.Yang perlu diperhatikan bahwa
penggunaan terapi magnet dalam jangka panjang sangat tidak dianjurkan. Karena
dalam pemakaian alat magnetik harus memperhatikan durasinya. Beberapa
pengguna terapi magnet ini banyak yang salah mempersepsikan dengan memakai
alat terapi ini terus-menerus. Medan magnet membuat metabolisme tubuh menjadi
cepat dimana tubuh juga butuh istirahat. Kalau digunakan tanpa istirahat,
mempunyai dampak yang tidak baik yaiu bisa merusak organ dalam tubuh. Jadi
dalam penggunaannya memang diharuskan ada konsultasi atau pendampingan
dari tenaga kesehatan, agar efek samping bisa diminimalisir dan arah
penyembuhan bisa lebih tepat.

3.2 Saran
Penulis saat ini masih terus belajar dan menunggu kritik yang membangun
dari pembaca, baik civitas akademika maupun khalayak publik demi
kesempurnaan pembuatan paper dengan topik terapi komplementer (terapi
magnetik). Penulis juga memberikan saran kepada masyarakat luas, baik yang
belum menggunakan baik yang sudah menggunakan benda-benda berbau magnet
dengan tujuan kesehatan, harus tetap diketahui indikasi dan kontraindikasinya.
Tidak semua masyarakat bisa memakai alat kesehatan berbahan magnet. Harus
benar-benar diperhatikan efek yang ditimbulkan meski dibawah sadar. Dalam
terapi komplementer harus diingat kembali bahwa terapi ini merupakan terapi
pelengkap saja. Kesembuhan klien juga tidak melulu hadir karena pemakaian
magnet dalam keseharian. Tetapi lebih kepada sugesti/kepercayaan dan
pendekatan diri kepada sang Pencipta dalam setiap panjatan doanya.
Diperbolehkan menggunakan alat terapi magnetik, namun tetap mengikuti
prosedur penyembuhan konvensional dari tenaga kesehatan dalam proses
penyembuhan suatu penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Hendrajaya, L. 2005. Kecerdasan Magnetik.


www.fi.itb.ac.id/.../Buku%20Kecerdasan%20Magnetik/Kecerdasan%
[30September 2014]

Hendrajaya, L. 2005. Magnetisasi Tubuh Manusia dalam Latihan Pernafasan dan


Kemanfaatannya.
www.fi.itb.ac.id/.../Buku%20Kecerdasan%20Magnetik/Kecerdasan%[30
September 2014]

Luneto, C. 2009. Kegunaan Magnet dalam Kehidupan Sehari-Hari.


www.lemlit.ung.ac.id/berita-91-kegunaan-magnet-dalam-kehidupan-sehari-
hari [30 September 2014]
PERTANYAAN

1. Apa yang menyebabkan munculnya dampak negatif seperti BAB/BAK


dari terapi magnet?
Jawab :
BAB/BAK disebabkan karena metabolisme terlalu lancar dan pemakaian
terapi magnet dalam jangka waktu yg lama. Karena banyak orang yang
salah mengartikan terapi magnet ini, orang-orang cenderung melakukan
terapi ini terus-menerus. Medan magnet membuat metabolisme tubuh
menjadi cepat. Padahal, tubuh juga butuh istirahat. Kalau digunakan tanpa
istirahat, maka akan bisa merusak organ dalam tubuh.

2. Magnet yang seperti apa dan berapa kekuatan magnetnya yang digunakan
dalam terapi magnet tersebut?
Jawab :
Terapi magnet menggunakan magnet khusus yang mempunyai kekuatan
antara 300 sampai dengan 3000 gauss. (Gauss adalah Satuan Internasional
untuk kekuatan magnet, pengukuran kekuatan magnet dapat dilakukan
dengan alat yang disebut gauss meter). Untuk terapi yang optimal,
dianjurkan menggunakan kekuatan magnet antara 2500 sampai dengan
3000 gauss. Bahan magnet yang mempunyai kekuatan 2000-3000 gauss
adalah Neodymium Magnet. Jenis magnet ini dikenal sebagai Raja Magnet
karena kekuatan magnetnya paling besar dibandingkan dengan kekuatan
jenis magnet yang lain.

3. Indikasi terapi magnet salah satunya yaitu untuk pasien trauma seperti
fraktur. Lantas bagaimana pemakaian pasien yang fraktur menggunakan
pen?
Jawab :
Memang terapi magnet dianjurkan untuk pasien trauma seperti fraktur,
namun fraktur tanpa penggunaan pen/hanya menggunakan gips saja.
Karena medan magnetik bergetar meningkatkan penyembuhan fraktur
pada tulang panjang tibia yang gagal sembuh setelah beberapa minggu.
Namun berbeda lagi jika pasien fraktur menggunakan pen, karena sifatnya
bisa menarik magnet maka tidak dianjurkan/termasuk dalam
kontraindikasi.

4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam penggunaan terapi magnet?


Jawab :
Sebenarnya dalam penggunaan terapi magnet waktunya sangat
kondisional. Tergantung dari manfaat yang ingin didapatkan sejauh apa,
namun tetap disesuaikan dengan banyak tidaknya kapasitas/kekuatan
gauss dalam magnet itu sendiri. Namun dalam beberapa referensi
menyebutkan bahwa penggunaan terapi magnet bisa dilakukan selama 20 -
30 menit dalam jangka waktu selama 10 hari berturut-turut. Tetapi,
penggunaan terapi magnet dapat dihentikan jika muncul
kontraindikasi/dampak negatif yang muncul pada pasien.

5. Dalam kehidupan manusia, setiap harinya selalu muncul


ketidakseimbangan ion. Bagaimana kinerja terapi magnet ini bekerja
dalam mengatasi ketidakseimbangan ion?
Jawab :
Terapi magnet digunakan untuk “restores body balance” yaitu
mengembalikan keseimbangan ion dalam tubuh yaitu menolak ion positif
dan menarik ion negatif. Apabila keseimbangan tubuh terjaga, kesehatan
tubuh pun akan tetap terjaga. Ion positif juga akan mempengaruhi sistem
peredaran darah manusia. Apabila peredaran darah terganggu maka suplai
oksigen, nutrisi dan hormon yang diperlukan oleh semua sel dalam
jaringan tubuh akan terganggu juga. Hal ini tentunya akan menyebabkan
berbagai penyakit seperti reumatik, badan pegal-pegal, darah tinggi, stroke
dan lain sebagainya.

6. Mengapa ibu hamil masuk dalam kontraindikasi pemakaian terapi magnet?


Jawab :
Karena magnet yang digunakan dalam terapi mengandung sinar
inframerah yang bisa berpengaruh terhadap janin. Radiasi yang
dimunculkan dikhawatirkan bisa membahayakan kandungan ibu.

7. Bagaimana mekanisme terapi magnet dalam memperlancar peredaran


darah?
Jawab :

Di dalam tubuh manusia terdapat sel-sel darah yang mengandung zat besi
(Fe) dan Neodymium magnet (Nd2Fe14B) yang digunakan dalam terapi
biomagnetik yang juga mengandung zat besi. Ketika magnet atau sinar
inframerah diletakkan dekat pembuluh arteri utama, seperti pembuluh
darah arteri akan terjadi perangsangan (reaksi Fe pada Neodymium
terhadap Fe pada sel-sel darah) sehingga sel-sel yang sebelumnya saling
menempel dan bersambungan akhirnya terurai. Hal ini mengakibatkan
aliran darah menjadi lebih lancar.

8. Bagaimana pemakaian terapi magnet terhadap pasien stroke?


Jawab :
Pasien stroke diperbolehkan menggunakan terapi magnet. Karena dalam
terapi magnet memiliki manfaat untuk memperlancar peredaran darah dan
membantu mengaktifkan sel syaraf.

9. Bagaimana pemakaian terapi magnet terhadap pasien pendarahan?


Jawab :
Perkecualian pada pasien pendarahan, karena terapi magnet dapat
memperlancar peredaran darah. Akibatnya, pendarahan semakin hebat dan
dapat memperburuk kondisi kesehatan pasien. Jadi pasien pendarahan
termasuk dalam kontraindikasi terapi magnet.

10. Terapi magnet juga bisa untuk pasien nyeri. Bagaimana mekanisme terapi
magnet dalam mengatasi nyeri kronik?
Jawab :
Nyeri kronik adalah keadaan aliran energi dalam tubuh abnormal.Saat
aliran energi dalam tubuh abnormal, kulit disekeliling titik akupoint
biasanya menjadi perih dan nyeri jika tersentuh. Dengan terapi magnet
syaraf di sekitar titik akupoint distimulasi energi elektromagnetik,
sehingga rasa perih dan nyeri berkurang.

Anda mungkin juga menyukai