Anda di halaman 1dari 9

Cara Kerja Pengapian konvensional –

syarat sebuah mesin untuk bisa hidup adalah harus ada bahan bakar, udara, dan api. Udara diperoleh
melalui air induction system dan bahan bakar akan diatur pada sistem bahan bakar. Sedangkan api
untuk memicu pembakaran pada mesin, diatur pada sistem penghapian.
Api yang dihasilkan sistem pengapian bukanlah bara api, namun hanya sebatas percikan bunga api yang
dihasilkan dari energi listrik. Walaupun kecil, percikan api ini sanggup membakar campuran udara dan
bensin yang sebelumnya sudah dikompresi didalam ruang bakar.
Macam-macam sistem pengapian
Secara umum ada empat macam sistem pengapian yang populer digunakan pada mobil yaitu ;
1. Sistem pengapian konvensional, adalah model sistem pengapian yang pertama kali dirancang. Sistem ini
mengandalkan mekanikal distributor dan platina sebagai ciri utama. Sistem ini, akan kita bahas lebih
lanjut dibawah.
2. Sistem pengapian CDI, adalah model pengapian yang menggunakan prinsip pengosongan arus
(Discharge) pada Capasitor untuk menghasilkan tegangan pada coil, sistem ini juga masih menggunakan
platina sebagai pemutus arus.
3. Sistem pengapian transistor, adalah sistem pengapian semi elektronik yang tidak lagi menggunakan
platina sebagai pemutus arus melainkan menggunakan transistor sebagai pemutus arus.
4. Sistem pengapian DLI, sesuai namanya Distributor less Igntion System tidak lagi menggunakan
komponen distributor untuk membagikan arus ke tiap busi. Sistem satu ini paling umum ditemui pada
mesin-mesin modern saat ini. Untuk lebih jelas tentang DLI, anda bisa membaca cara kerja pengapian
DLI.

Pengertian sistem pengapian konvensional

Sistem pengapian konvensional adalah sebuah rangkaian mekatronika sederhana yang dibuat dengan
tujuan untuk membangkitkan percikan api pada busi pada interval waktu tertentu.

Percikan api pada busi, dapat terbentuk karena adanya energi listrik tegangan tinggi yang mengalir
melewati elektroda busi. Tegangan Energi listrik tersebut mencapai 30.000 V DC. Sehingga dengan celah
sekitar 0,8 mm pada elektroda busi, akan timbul lompatan elektron yang berbentuk percikan api.

Namun, percikan api tersebut hanya diperlukan saat langkah usaha saja. Untuk itu, ada rangkaian
pemutus arus yang akan mengatur waktu busi untuk memercikan api. Sehingga busi tidak selamanya
menyala. Untuk lebih jelasnya simak Prinsip kerja pengapian konvensional dibawah

Cara kerja pengapian konvensional


1. Saat kunci kontak “ON”
cara kerja pengapian konvenional dimulai saat kunci kontak berada pada posisi “ON” atau “IGN”,
ignition relay dan main relay akan aktif sehingga terdapat aliran arus listrik dari baterai, ke Ignition relay
dan main relay. Arus dari relay mengalir ke ignition coil. Didalam ignition coil, terdapat dua buah
kumparan yaitu kumparan primer dan sekunder.
Kedua kumparan tersebut memiliki input yang sama sehingga saat input dialiri arus listrik, kedua
kumparan juga akan teraliri arus listrik. Sementara itu, kedua kumparan memiliki output yang berbeda.
Kumparan primer memiliki output yang mengarah ke rangkaian pemutus arus, sedangkan kumparan
sekunder memiliki output yang mengarah ke busi.

Arus listrik yang mengaliri rangkaian sistem pengapian hanya stand by dan tidak ada perubahan
tegangan pada coil karena belum ada pergerakan pada rangkaian pemutus arus. Sehingga busi tidak
akan menyala saat flywheel belum berputar.
.
Saat posisi “START”
Sistem pengapian akan bekerja pada saat flywheel diputar oleh sistem starter. Pada sistem pengapian
konvensional, terdapat rangkaian pemutus arus. Rangkaian ini, terletak menyatu dengan rangkaian
distributor dan memiliki komponen poros distributor yang terhubung dengan crankshaft mesin.
Sehingga saat mesin berputar, komponen ini juga ikut berputar sesuai RPM mesin.

Di poros distributor, terdapat cam atau nok yang berjumlah sesuai dengan banyaknya silinder mesin.
Saat cam berputar, cam atau nok ini akan menyentuh kaki platina yang mengakibatkan kontak point
terangkat dan menyebabkan arus primer terputus.

3. Apa yang terjadi saat arus primer terputus ?

Sebelumnya, terdapat aliran arus pada kumparan primer yang menyebabkan adanya medan magnet
pada kumparan primer. Saat arus primer tiba-tiba terputus, kemagnetan pada kumparan primer akan
padam. Karena bentuknya yang melilit, medan magnet akan bergerak secara serentak ke bagian dalam
sebelum menghilang.

Dibagian dalam kumparan primer terdapat kumparan sekunder dengan jumlah lilitan mencapai 10 kali
lebih besar. Akhirnya, medan magnet tersebut mengenai kumparan sekunder. Sehingga tegangan pada
kumparan sekunder meningkat drastis..
Tegangan ini bersifat sekejap karena terjadi saat adanya pergerakan medan magnet dari arus primer
yang berlangsung sekejap pula. Untuk itu, untuk mendukung proses pengapian berlanjut platina harus
dapat memutus dan menghubungkan arus primer dengan timing yang tepat.

Energi listrik bertegangan tinggi dari kumparan sekunder disalurkan ke busi melalui komponen
distributor. Distributor akan mengalirkan listrik tersebut ke masing-masing busi dengan timing dan FO
yang tepat. Sistem pengapian konvensional juga disebut sebagai sistem pengapian platina karena cara
kerja platina pada pengapian konvensional sangatlah penting.

Komponen sistem pengapian konvensional


Untuk melengkapi pembahasan kita kali ini, kita perlu membahas juga tentang komponen yang
berpengaruh pada sistem pengapian tipe konvensional. Komponen pada sistem ini masih di dominasi
oleh komponen mekanikal yaitu ;
 Baterai/Aki, berfungsi untuk menyediakan arus listrik pada sistem pengapian
 Kunci kontak, berfungsi sebagai saklar untuk menghubungkan jalur kelistrikan menuju coil
 Fuse, berfungsi sebagai pengaman rangkaian dari kelebihan arus.
 Relay, bertugas menjembatani arus listrik dari aki untuk langsung ke coil tanpa melewati komponen lain
 Ignition coil, berfungsi untuk melakukan induksi agar tegangan listrik bisa naik ke 20 KV.
 Platina, fungsinya sebagai pemutus arus pada kumparan primer didalam coil
 Nok platina, merupakan tonjolan yang akan mengatur kapan platina harus memutuskan arus primer coil
 Capasitor, komponen elektronika untuk menyerap percikan api pada celah platina
 Distributor, merupakan komponen untuk membagikan output listrik bertegangan tinggi dari coil ke 4
busi.
 Kabel tegangan tinggi, kabel khusus yang dibuat untuk mengalirkan listrik bertegangan tinggi dari coil
menuju busi
 Busi, yaitu komponen yang akan mengubah listrik bertegangan tinggi menjadi percikan api
 Sentrifugal advancer, merupakan komponen untuk memodifikasi timming pemutusan arus primer coil
berdasarkan RPM mesin.
 Vacuum advancer, merupakan komponen untuk memodifikasi timming pemutusan arus primer coil
berdasarkan beban yang diterima mesin.

Nama Komponen Pengapian Konvensional beserta Fungsinya


1. Baterai

Baterai berfungsi sebagai sumber arus, mengapa batera masuk ke komponen pengapian ?
bukannya baterai itu komponen kelistrikan kendaraan ? memang dan sistem pengapian salah
satu kelistrikan mobil, jadi semua yang memerlukan arus listrik harus menyertakan baterai
sebagai komponennya.

Tegangan baterai normal, 12 volt entah pada motor ataupun mobil. Perbedaan antara aki motor
dan mobil itu bukan pada tegangannya melainkan pada dayanya yang memiliki satuan Watt. Ini
karena daya listrik pada mobil itu lebih besar, selain sistem pengapian ada pula sistem
penerangan dan aksesoris yang memerlukan daya listrik besar.

2. Kunci kontak

Beberapa dari kita mengenal kunci kontak sebagai alat penstater mesin, atau komponen untuk
menghidupkan starter mesin. Itu benar, tapi bukan hanya itu fungsi ignition switch. Pada lubang
ignition ada 4 posisi yakni ;
 Posisi Off
 Posisi Acc
 Posisi On
 Posisi ST
Pada posisi Acc, sistem pengapian masih belum aktif dalam artian belum ada arus yang
memasuki coil primer. Listrik baru akan masuk ke coil primer saat kunci kontak kita posisikan
pada posisi ON. Pada posisi ini, bukan hanya coil primer yang mendapatkan arus tapi seluruh
sistem utama kendaraan juga sudah siap diaktifkan.

3. Ignition coil

Inilah komponen yang paling penting, karena mengusung fungsi sebagai trafo step up, atau
menaikan tegangan baterai. Seperti yang kita singgung diatas bahwa coil ini bekerja dengan
prinsip induksi elektromagnet memakai dua buah coil. Dimana jumlah lilitan coil sekunder lebih
banyak dari coil primer, sehingga ketika kemagnetan dari coil primer menginduksi coil sekunder
dapat terjadi peningkatan tegangan. Selengkapnya bisa anda simak pada cara kerja ignition coil
berikut.

4. Distributor

Pada sistem pengapian konvensional, distributor menjadi komponen yang digunakan dalam hal
timming dan FO. Distributor terdiri dari poros yang terhubung dengan cam, cam ini dipakai
untuk memutuskan aliran arus dari coil primer.

Sementara itu, dibagian tutup distributor akan anda temui dua komponen utama yang berkaitan
dengan fairing order. Yakni rotor dan distributor cap. Rotor merupakan komponen konduktor
yang membagikan output dari coil ke kabel busi sesuai FO, sementara distributor cap
merupakan pangkal dari kabel busi untuk menyalurkan dan menerima output coil ke rotor.
Selengkapnya bisa anda simak pula pada bagian-bagian distributor pengapian.

5. Kontak point/platina

Contact point atau breaker point merupakan sebuah plat mirip saklar yang dapat terputus dan
tersambung. Untuk apa fungsinya ? ini seperti prinsip kerja coil dimana untuk menghasilkan
tegangan output yang besar perlu dilakukan pemutusan arus primer. Kontak inilah yang
bertugas memutuskan arus primer sesuai dengan sudut pengapian.

Cara kerja kontak point yakni dengan memanfaatkan cam yang menyentuh kaki ebonit. Saat kaki
ini tersentuh cam, maka kontak akan membuka dan menyebabkan arus primer terputus. Kontak
ini juga familiar disebut platina karena memakai logam platina pada ujung kontaknya.
Advertisement
6. Vacuum advancer
Vacuum advancer, bertugas pada bagian spark advancing, atau pengubahan timming pengapian.
Mengapa timming perlu diubah ? ini bertujuan untuk menyesuaikan kondisi mesin dengan
pengapian, misal pada saat mesin membawa beban berat. Kondisi ini akan menimbulkan
gerakan piston yang lambat meski katup gas terbuka penuh.

Jika timming tetap, maka bisa jadi meimbukan efek contra yang justru menghambat laju piston.
Untuk menyesuaikannya, maka timming pengapian akan dimundurkan hampir 0 derajat
sehingga expansi hasil pembakaran bisa dipakai sepenuhnya untuk mendorong piston kebawah.

Vacuum advancer akan memundurkan pengapian berdasarkan beban mesin, ini dideteksi dari
kevakuman di intake manifold. Jika kondisinya seperti diatas maka daya hisap pada piston
menurun, dan kontak point akan bergeser lebih lambat. Untuk lebih detail bisa baca cara kerja
vacuum advancer.

7. Governoor advancer

Sentrifugal governoor advancer juga sama seperti vacuum advancer, fungsi governorr advancer
adalah mengubah timming pengapian mesin berdasarkan RPM mesin. Kondisinya, apabila RPM
tinggi maka timming pengaian harus dibuat lebih awal agar tidak terjadi knocking dan self
ignition.

Governoor advancer menggunakan dua buah bandul yang dapat meregang berdasarkan gaya
sentrifugal yang mengenainya. Bandul ini akan menempel pada poros distributor dan putaran
poros akan menimbulkan gaya sentrifugal pada bandul, regangan bandul digunakan untuk
mempercepat sudut buka platina. Simak prinsip kerja governoor advancer untuk lebih detail,

8. Kapasitor

Capasitor atau condensor merupakan komponen elektronika yang memiliki kemampuan


menyerap arus dan mengeluarkannya saat diperlukan. Pada pengapian konvensional,
kemampuan ini digunakan untuk menyerap api dari coil primer.

Ketika kontak point membuka, maka harusnya arus primer coil terputus. Namun, pembukaan
platina itu hanya sekitar 0,5 mm. Dengan celah sekecil ini, maka listrik tegangan 12 volt bisa
melompat sehingga akan muncul percikan api pada platina dan proses pemutusan arus
terganggu.

Dengan adanya capasitor maka ketika platina membuka, arus listrik akan dipindahkan ke
capasitor yang memiliki koneksi. Namun arusnya tidak disimpan didalam capasitor karena
langsung dihubungkan ke masa. Proses ini akan membuat capasitor langsung mengalami
kekosongan sehingga bisa dipakai secara cepat dan berulang-ulang.
9. Kabel Busi

Kabel pada busi, memiliki bentuk dan kemampuan berbeda dengan kabel-kabel umumnya.
Kabel ini biasanya terbuat dari tembaga berdiameter besar dengan isolator yang tebal. Ini
karena kabel busi akan menghubungkan tegangan super tinggi dari output coil. Sehingga
diperlukan kabel yang memiliki daya tahan besar.

10. Busi

Komponen terakhir pada sistem pengapian mesin bensin ialah busi atau spark plug. Busi terdiri
dari sebuah core atau batang elektroda sebagai penerima arus listrik dari output coil dan masa
yang terletak pada body busi. Celah yang anda lihat pada busi, itu celah antara ujung elektroda
yang memiliki listrik positif dan ground yang memiliki listrik negatif.

Sehingga jika arus listrik pada elektroda memiliki tegangan yang besar, maka listrik tersebut mampu
keluar atau melompat ke ground yang berwujud percikan api.

PERAWATAN SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL

Langkah kerja atau hal-hal yang dilakukan dalam perawatan sistem pengapian konvensional
adalah sebagai berikut:

1. Memeriksa secara visual kelainan pada komponen dan rangkaian sistem pengapian.
2. Memeriksa, membersihkan dan menyetel celah busi.
3. Memeriksa dan membersihkan kabel tegangan tinggi.
4. Memeriksa, membersihkan rotor dan tutup distributor.
5. Memeriksa nok, centrifugal advancer dan vacum advancer.
6. Memeriksa koil pengapian.
7. Memeriksa, membersihkan dan menyetel celah platina/menyetel sudut dwell.
Berikut akan dijelaskan satu persatu dari ketujuh langkah kerja dalam perawatan sistem pengapian
konvensional.

A) Memeriksa secara visual kelainan pada komponen dan rangkaian sistem pengapian

Pemeriksaan secara visual meliputi hal-hal berikut:

o Memeriksa jumlah elektrolit baterai (kurang atau tidak), Memeriksa sambungan


terminal baterai (kotor atau tidak), Memeriksa kondisi kabel baterai dari kemungkinan
putus atau terbakar.
o Memeriksa koil pengapian dari kemungkinan terminalnya kotor, kabel kendor, putus,
terbakar atau bodi retak.
o Memeriksa distributor dari kemungkinan retak, kotor, terminal aus dan pemasangan
kurang baik.
o Memeriksa kabel busi dari kemungkinan atau pemasangan kurang tepat.

B) Memeriksa, membersihkan dan menyetel celah busi


Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

o Lepas kabel tegangan tinggi yang menempel dibusi, catat urutan kabel yang dilepas agar urutan
pengapian tidak salah, karena kabel busi harus dipasang sesuai dengan urutan pengapian atau
firing order (FO) yang benar.
o Lepas busi satu persatu, periksa bagaimana warna dan deposit karbon pada rongga busi, kondisi
elektroda dan masukkan busi pada nampan yang berisi bensin.
o Bersihkan rongga busi menggunakan sikat dan bersihkan elektroda busi dengan amplas.
Perhatian: Jangan membersihkan kotoran pada rongga busi dengan benda keras, seperti obeng
kecil atau kawat karena dikhawatirkann isolator porselin menjadi retak sehingga busi mati.
o setel celah elektroda busi sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan kendaraan.
o Pasang kembali busi pada silinder. Pemasangan yang benar adalah memutar busi dengan tenaga
ringan, setelah ulir habis mengencangkan 1/4 putaran dengan kunci busi.

Saat kita melakukan pengujian busi di luar silinder, kita dapat menyimpulkan busi masih baik, namun
terdapat kemungkinan saat di dalam silinder busi mati karena busi bekerja pada tekanan lebih tinggi,
sehingga kesimpulan kita salah, untuk mengatasi hal tersebut dibuat Spark plug cleaner and tester.

Cara menggunakan spark plug cleaner tester adalah sebagai berikut:

o Membersihkan busi dengan spark plug cleaner tester

o Pasang busi yang akan dibersihkan pada lubang pembersih (3), tekan tombol udara untuk
membersihkan kotoran yang menempel.
o Tekan tombol pasir pembersih sehingga pasir pembersih akan menyemprot rongga busi (atur
tekanan 3-4 kg/cm2, waktu 3-4 detik).
o Ulangi langkah 1. dan 2. diatas sampai busi bersih. Setelah busi bersih maka tekan tombol udara
(1) agar pasir yang masih menempel dapat bersih.

Memeriksa busi menggunakan spark plug cleaner tester

o Pasang busi pada lubang tempat pemeriksaan, bila diameter lubang dengan busi tidak tepat
ganti ukuran lubang (diameter lubang yang tersedia untuk ukuran busi 10mm, 12mm dan
14mm).
o Tekan tombol spark test, dan lihat apakah terdapat percikan api pada celah jarum, yang dapat
dilihat pada kaca pandang (9) dan (10), bila ada berarti alat berfungsi.
o Pasang kabel tegangan tinggi pada terminal busi.
o Tekan tombol spark test (6), pada beberapa kondisi tekanan, seperti ditunjukan tabel di bawah
ini.

Tekanan yang Hasil pengujian yang seharusnya


digunakan

Tekanan 2-3 kg/cm2 Terjadi percikan api pada kaca pandang (9)

Tekanan 3-4 kg/cm2 Terjadi percikan pada kaca pandang (9) dan (10)

Tekanan 5 kg/cm2 Terjadi percikan pada kaca pandang (10)

Tekanan 2-3 kg/cm2 Terjadi percikan api pada kaca pandang (10) saja berarti busi
sudah jelek

C) Memeriksa dan membersihkan kabel tegangan tinggi

o Lepas kabel tegangan tinggi, bersihkan ujung kabel dari kemungkinan ada karat menggunakan
amplas.
o Periksa tahanan kabel menggunakan ohm meter (multi meter bagian ohm, posisi selektor pada
1xK), tahanan kabel harus kurang dari 25 kilo ohm.

D) Memeriksa, membersihkan rotor dan tutup distributor

o Lepas tutup distributor dengan melepas kait penguncinya.


o Periksa tutup distributor dari kemungkinan retak, karat/kotor pada terminal tegangan tinggi.
o Bersihkan terminal tegangan tinggi dengan amplas.
o Lepas rotor, bersihkan karat/deposit pada ujung rotor menggunakan amplas.

E) Memeriksa nok, centrifugal advancer dan vacum advancer

o Periksa permukaan poros nok dari kemungkinan aus, keausan secara visual dapat dilihat dari
banyaknya goresan pada nok. Lumasi poros menggunakan grease.
o Periksa kerja centrifugal advancer dengan cara: Pasang kembali rotor yang telah dibersihkan,
putar rotor searah putaran rotor saat mesin hidup. Lepas rotor maka rotor harus segera
kembali. Kekocakkan rotor saat diputar tidak boleh berlebihan.
o Periksa vacum advancer dengan cara: lepas slang vacum, hubungkan ke pompa vacum, lakukan
pemompaan, amati dudukan platina (breaker plate) harus bergerak. Bila tidak mempunyai
pompa vacum dapat dengan cara dihisap dengan kuat.

F) Memeriksa koil Pengapian


Langkah-langkah dalam memeriksa koil pengapian yaitu:

o Atur selektor multi meter kearah X1ohm, kalibrasi ohm meter dengan cara menghubungkan
kedua colok ukur, setel penunjukan jarum tepat pada 0 ohm, bila penyetelan tidak tercapai
periksa/ganti baterai multi meter.
o Periksa tahanan resistor dengan menghubungkan colok ukur pada kedua resistor. Nilai tahanan
resistor seharusnya 1,3-1,5 ohm. Pada koil pengapian jenis internal resistor, pengukuran resistor
dengan menghubungkan colok ukur pada terminal (B) dan terminal (+)

Anda mungkin juga menyukai