Anda di halaman 1dari 13

PERTEMUAN : PERTAMA

POKOK BAHASAN : KONSEP MANAJEMEN KEP. KLG


Kemampuan Indikator Materi Uraian Materi EVALUASI
akhir yang Pokok LEMBA
diharapkan (Bahan TUGAS TES R
Kajian) KERJA
Mahasiswa 1. Mempelajari dan KOnsep Pengertian Manajemen Melaksana UTS
mampu membahas Manajeme Keperawatan Keluarga kan tugas dan
mengetahui, KOnsep nt 1. Keperawaan keluarga yang di UA
memahami Manajemen keperawata adalah bebankan S
dan Keperawatan n keluarga 2. Manajemen oleh dosen
Memaparka Keluarga a. Pengertian untuk
n konsep 2. Mampu manajemen melihat
manajemen memaparkan dan b. Tujuan tren
keperawatan menjelaskan Manajement Manajeme
keluarga Urgensi c. Fungsu manajemen n
dengan Manajemen d. Unsur – unsur Keperawat
benar Keperawatan manajemen an
(C.3,P.3) Keluarga bagi Keluarga
pengembangan TRen Manajemen di
kepribadian Keperawatan Keluarga di lingkunga
Indnesia nya
masing-
Urgensi Manajemen masing
Keperawatan Keluarga
bagi pengembangan
kepribadian :
1. Pengertian
Kepribadian
2. Ciri-Ciri Kepribadian
3. Faktor penentu
kepribadian
4. Teori Pembentukkan
Kepribadian[6]
5. Unsur kepribadian
6. Sifat kepribadian
utama yang
memengaruhi perilaku
organisasi (Dalam Hal
ini adalah organisasi
Keluarga)

A. Pengertian Manajemen Keperawatan Keluarga


1. Keperawaan keluarga
Keperawatan keluarga merupakan bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri dari
keterampilan berbagai bidang keperawatan.
Perawatan keluarga yang komprehensip merupakan suatu proses yang rumit,
sehingga memerlukan suatu pendekatan yang logis dan sistematis untuk bekerja dengan
keluarga dan anggota keluarga . Pendekatan ini disebut proses keperawatan.
keperawatan keluarga adalah ilmu yang mempelajari tentang cara melindungi,
memlihara, menjaga kelompok keluarga dari berbagai musibah yang dihadapinya. Oleh
karena keperawatan keluarga berkaitan dengan kesehatan, maka yang dimaskud dengan
keperawatan disisini adalah seseorang yang hidup dalam keluarga memiliki tanggung
jawab untuk melindungi, memelihara serta menjaga keluarga jika ada salah seorang dari
keluarga itu sakit.

2. Manajemen
a. Pengertian manajemen
1) George R. Terry : Manajemen adalah sebuah proses yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2) Henry Fayol : Manajemen adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, dan
pengawasan terhadap sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang efektif dan
efisien.
3) Oey Liang Lee : Manajemen adalah ilmu dan seni untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasi serta mengawasi manusia dengan
bantuan alat-alat sehingga dapat mencapai tujuan.
4) Ricky W. Griffin : Manajemen adalah sebuah proses perencanaan, proses organisasi,
proses kordinasi, dan proses kontrol terhadap sumber daya untuk mencapai tujuan
dengan efektif dan efisien.
5) Mary Parker Foleot : Manajemen adalah sebuah seni untuk menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Pengertian ini dapat diartikan sebagai fungsi seorang manajer
yang mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Akan tetapi, pengertian manajemen ini bisa salah penafsiran karena ada orang lain
yang tujuannya membantu untuk menyelesaikan pekerjaan.
6) Federick Winslow Taylor : Manajemen adalah seni mengetahui apa yang harus
dilakukan dan melihat bahwa itu dilakukan dengan cara sebaik mungkin.
7) Koontz dan Weihrich : Manajemen adalah proses merancang dan memelihara
lingkungan di mana individu, bekerja sama dalam kelompok, secara efisien mencapai
tujuan yang dipilih.

b. Tujuan Manajement
1) Bisa menentukan suatu strategi yang efektif serta efisien untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan.
2) Melakukan sebuah evaluasi kerja dan mengkaji ulang akan situasi yang akan terjadi
yang bertujuan untuk melakukan penyesuaian strategi jika terjadi hal-hal yang di luar
strategi.
3) Mengatur dan menjaga kesehatan emosi (personal), keuangan, dan semua sektor pada
suatu perusahaan supaya perusahaan tersebut bisa mencapai profit yang maksimal.
4) Mengevaluasi dan meninjau kembali suatu kekuatan (strength), kelemahan
(weakness), peluang maupun ancaman yang ada, dan sebagainya.

c. Fungsu manajemen
1) Perencanaan (Planning) : Perencanaan adalah rangkaian proses pemilihan atau
penetapan tujuan organisasi dan penentu strategi yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan. Dengan perencanaan, dapat dilakukan penilaian alternatif dalam
pengambilan keputusan agar mendapatkan pilihan terbaik di antara alternatif
lainnya.
2) Pengorganisasian (Organizing) : Organizing atau pengorganisasian adalah
rangkaian aktivitas pembagian tugas yang akan dikerjakan serta proses
pengembangan struktur organisasi yang sesuai tujuan perusahaan.
Tujuan organizing wajib dijalankan dengan baik agar dapat mengatur berbagai SDM
atau sumber daya lain. Dengan begitu, sumber daya di dalam perusahaan dapat
berfungsi secara optimal dan mampu melaksanakan peran serta fungsi masing-
masing dengan baik.
Fungsi Penempatan
Di sini seorang pemimpin memiliki tugas menempatkan sumber daya yang tersedia
sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian, proses pencapaian tujuan dapat
dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.
3) Pengarahan (Directing) : Pengarahan atau directing yaitu suatu tindakan yang
berupaya agar semua anggota kelompok dapat berusaha meraih tujuan yang sesuai
dengan rencana manajerial serta usaha.
Fungsi ini bertujuan mengarahkan atau mengendalikan agar pekerjaan makin efektif
dan efisien.
4) Pengawasan (Controlling) : Tujuan controlling atau pengawasan ialah untuk
menilai pekerjaan yang telah dilakukan oleh seluruh SDM yang ada di suatu
perusahaan. Fungsi pengawasan sangat penting dilakukan karena fungsi ini untuk
menentukan kualitas layanan atau produk yang dihasilkan perusahaan dapat berjalan
dengan baik atau tidak.

d. Unsur – unsur manajemen


1) Manusia (Human) : Faktor yang paling utama dalam manajemen adalah manusia.
Manusia membuat tujuan dan melakukan proses pencapaian tujuan tersebut. Dengan
kata lain, proses kerja tidak akan terjadi bila terdapat unsur manusia di dalamnya.
2) Uang (Money) : Selain manusia, uang juga merupakan unsur manajemen yang sangat
berpengaruh karena hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah yang beredar di suatu
perusahaan. Adanya uang bisa menjadi alat dalam proses pencapaian tujuan dengan
penggunaannya yang diperhitungkan secara rasional.
3) Bahan (Materials) : Ketersediaan bahan baku atau material sangat vital dalam proses
produksi. Tanpa material, perusahaan tidak bisa mengolah sesuatu untuk dijual.
Dibutuhkan tenaga ahli untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi atau
setengah jadi. Sumber daya manusia dan bahan baku sangat berkaitan erat satu sama
lain dan tidak bisa dipisahkan.
4) Mesin (Machines) : Mesin sangat dibutuhkan manusia untuk melakukan pekerjaan
yang sulit menjadi lebih mudah dan cepat. Penggunaan mesin akan meningkatkan
hasil dan keuntungan serta membuat proses kerja menjadi lebih efektif dan efisien.
Selain efisien, tingkat kesalahan manusia atau human error dapat diminimalkan.
Namun, dibutuhkan sumber daya yang andal dan bahan baku yang berkualitas untuk
memperoleh hasil yang maksimal.
5) Metode (Methods) : Kerja dapat berjalan dengan efektif dan efisien bila dilakukan
dengan metode yang tepat. Suatu metode kerja harus mempertimbangkan sasaran,
fasilitas, waktu, uang, dan kegiatan bisnis.
Selain itu, metode yang tepat dan baik juga harus dipahami oleh manusia yang
menjalankannya.
6) Pasar (Market) : Konsumen atau pasar merupakan elemen yang sangat penting.
Tanpa adanya pemasaran, barang tidak akan laku terjual.
Hal itu dikarenakan tidak adanya permintaan, yang bisa membuat produksi akan
terhenti. Aktivitas perusahaan juga bisa vakum.

B. Manajemen Keperawatan Keluarga di Indnesia


Ditugaskan ke mahassiwa untuk melihat tren yang terjadi dilingkungannya

C. Urgensi Manajemen Keperawatan Keluarga bagi pengembangan kepribadian


1. Kepribadian
a. Pengertian
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi
dengan individu lain. Disamping itu kepribadian sering diartikan sebagai ciri-ciri yang
menonjol pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut
“berkepribadian pemalu”. Kepada orang supel diberikan atribut “berkepribadian supel”
dan kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut “tidak
punya kepribadian”. Berdasarkan psikologi, Gordon Allport menyatakan bahwa
kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan
suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat
berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan
mengalami perubahan.

b. Ciri-Ciri Kepribadian
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang
menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini,
Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan
tidak sehat, sebagai berikut:
1) Kepribadian yang sehat
 Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya
tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan
dan sebagainya.
 Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi
kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak
mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
 Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai
keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak
menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila
memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami
kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
 Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya
untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
 Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berpikir, dan bertindak, mampu
mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta
menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
 Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi
situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif, tidak destruktif
(merusak)
 Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan
kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas
dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara
mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
 Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain,
memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan
bersifat fleksibel dalam berpikir, menghargai dan menilai orang lain seperti
dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan
dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang
lain, karena kekecewaan dirinya.
 Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki
sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
 Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang
berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
 Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh
faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan),
dan affection (kasih sayang).
2) Kepribadian yang tidak sehat[sunting | sunting sumber]
 Mudah marah (tersinggung)
 Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
 Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
 Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau
terhadap binatang
 Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah
diperingati atau dihukum
 Kebiasaan berbohong
 Hiperaktif
 Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
 Senang mengkritik/mencemooh orang lain
 Sulit tidur
 Kurang memiliki rasa tanggung jawab
 Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang
bersifat organis)
 Kurang memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama
 Pesimis dalam menghadapi kehidupan
 Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan
c. Faktor penentu kepribadian
1) Faktor keturunan
Keturunan merujuk pada faktor genetika seorang individu.[1] Tinggi fisik,
bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan
irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya
atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu
komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan dari individu.[1] Terdapat tiga
dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap
argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan
kepribadian seseorang.[1] Dasar pertama berfokus pada
penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak.[1] Dasar kedua berfokus
pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir.[1] Dasar ketiga meneliti
konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.[1]
Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap
pengaruh dari faktor keturunan.[3] Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti
perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis
bawaan.[3] Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin
dihasilkan dari kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi
badan dan warna rambut.[3]
Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identik yang
dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara terpisah. [5] Ternyata peneliti
menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa
bagian variasi yang signifikan di antara anak-anak kembar ternyata terkait dengan
faktor genetis.[1] Penelitian ini juga memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan
tidak begitu memengaruhi perkembangan kepribadian atau dengan kata lain,
kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang berbeda
ternyata lebih mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang
kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-
sama.[1]
2) Faktor lingkungan
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap
pembentukan karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan
dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-
pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami.[1]
Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian
seseorang.[1] Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi
seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu
kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain.[1]
d. Teori Pembentukkan Kepribadian[6]
Teori Pembentukkan kepribadian menurut Goerge Herbert Mead
memperkenalkan Role Theory (Teori Peran). Menurutnya tahapan sosialisasi yang
dilakukan oleh manusia melalui peran-peran yang harus dijalankan. adapun tahapan
sosioalisasi yang dilakukan manusia hingga terbentuk kepribadian sebagai berikut.
1) Tahap Persiapan (Preparatory Stage) adalah tahap yang dialami individu sejak lahir
ke dunia, pada tahap ini adalah tahapan pemahaman tentang diri sendiri.
2) Tahap Meniru (Play Stage) adalah tahap anak melakukan tindakan meniru dari
proses sosialisasi secara berlahan, anak mulai mengenal lingkungan dan masyarakat
sekitar.
3) Tahap Siap Bertindak ( Game Stage) adalah anak mulai berinteraksi dengan teman
sebaya untuk bersosialisasi, anak juga mulai memahami norma yang berlaku diluar
lingkungan keluarga.
4) Tahap Penerimaan Norma Kolektif ( Generalized Other) adalah anak mencapai
proses pendewasaan, dimana anak mampu memahami peran yang seharusnya
dilakukan di masyarakat.

e. Unsur kepribadian
Menurut Koentjaraningrat, unsur-unsur kepribadian terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:[7]
1) Pengetahuan : Setiap manusia berusaha untuk mengisi pemikirannya dengan
berbagai macam pengetahuan yang ada di lingkungannya. Semua hal yang telah
dipelajari sebagai pengetahuan direkam dalam otak dan dicerna atau direspon melalui
bentuk-bentuk perilaku tertentu.[8]
2) Perasaan : Merupakan bentuk penilaian seseorang terhadap sesuatu hal yang berupa
perasaan positif ataupun negatif sehingga penilaian ini akan memberikan respon yang
positif maupun negatif. Setiap perilaku yang didasarkan pada perasaan mempunyai
penilaian yang subjektif karena setiap manusia mempunyai penilaian terhadap
seseorang itu berbeda-beda.[8]
3) Dorongan naluri : Adalah keinginan yang ada pada diri seseorang bersumber dari
panca indra sebagai aksi yang kemudian dicerna dan diwujudkan dalam bentuk
reaksi. Setiap dorongan naluri sebagai perwujudan dari keinginan manusia untuk
menanggapi rangsangan tersebut. Sedikitnya ada tujuh dorongan naluri dalam diri
manusia, yaitu:[8]
a) Dorongan untuk mempertahankan hidup
b) Dorongan seksual.
c) Dorongan untuk mencari makan
d) Dorongan untuk bergaul dan berinteraksi dengan sesama manusia.
e) Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya.
f) Dorongan untuk berbakti.
g) Dorongan akan keindahan bentuk, warna, suara, dan gerak.
f. Sifat kepribadian utama yang memengaruhi perilaku organisasi (Dalam Hal ini adalah
organisasi Keluarga)
1) Evaluasi inti diri : Evaluasi inti diri adalah tingkat di mana individu menyukai atau
tidak menyukai diri mereka sendiri, apakah mereka menganggap diri mereka cakap
dan efektif, dan apakah mereka merasa memegang kendali atau tidak berdaya
atas lingkungan mereka.[14] Evaluasi inti diri seorang individu ditentukan oleh dua
elemen utama: harga diri dan lokus kendali.[14] Harga diri didefinisikan sebagai
tingkat menyukai diri sendiri dan tingkat sampai mana individu menganggap diri
mereka berharga atau tidak berharga sebagai seorang manusia. [14]
2) Machiavellianisme : Machiavellianisme adalah tingkat di mana seorang individu
pragmatis, mempertahankan jarak emosional, dan yakin bahwa hasil lebih penting
daripada proses.[14] Karakteristik kepribadian Machiavellianisme berasal dari nama
Niccolo Machiavelli, penulis pada abad keenam belas yang menulis tentang cara
mendapatkan dan menggunakan kekuasaan.[14]
3) Narsisisme : Narsisisme adalah kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa
kepentingan diri yang berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, dan
mengutamakan diri sendiri.[1] Sebuah penelitian mengungkap bahwa ketika individu
narsisis berpikir mereka adalah pemimpin yang lebih baik bila dibandingkan dengan
rekan-rekan mereka, atasan mereka sebenarnya menilai mereka sebagai pemimpin
yang lebih buruk.[1] Individu narsisis sering kali ingin mendapatkan pengakuan dari
individu lain dan penguatan atas keunggulan mereka sehingga individu narsisis
cenderung memandang rendah dnegan berbicara kasar kepada individu yang
mengancam mereka.[1] Individu narsisis juga cenderung egois dan eksploitif, dan
acap kali memanfaatkan sikap yang dimiliki individu lain untuk keuntungannya
4) Pemantauan diri : Pemantauan diri adalah kemampuan seseorang untuk
menyesuaikan perilakunya dengan faktor situasional eksternal. [15] Individu dengan
tingkat pemantauan diri yang tinggi menunjukkan kemampuan yang sangat baik
dalam menyesuaikan perilaku dengan faktor-faktor situasional eksternal.[15] Bukti
menunjukkan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi cenderung
lebih memerhatikan perilaku individu lain dan pandai menyesuaikan diri bila
dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat pemantauan diri yang
rendah.[15]
5) Kepribadian tipe A
Kepribadian tipe A adalah keterlibatan secara agresif dalam perjuangan terus-
menerus untuk mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan melawan
upaya-upaya yang menentang dari orang atau hal lain. Dalam kultur Amerika Utara,
karakteristik ini cenderung dihargai dan dikaitkan secara positif dengan ambisi dan
perolehan barang-barang material yang berhasil.Karakteristik tipe A adalah:
 selalu bergerak, berjalan, dan makan cepat;
 merasa tidak sabaran;
 berusaha keras untuk melakukan atau memikirkan dua hal pada saat yang
bersamaan;
 tidak dapat menikmati waktu luang;
 terobsesi dengan angka-angka, mengukur keberhasilan dalam bentuk jumlah hal
yang bisa mereka peroleh.
6) Kepribadian proaktif: Kepribadian proaktif adalah sikap yang cenderung oportunis,
berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang
berarti. Pribadi proaktif menciptakan perubahan positif daalam lingkungan tanpa
memedulikan batasan atau halangan.[1]

Daftar Rujukan
 dr. Suparyanto, M.Kes: DEFINISI KEPERAWATAN KELUARGA (dr-
suparyanto.blogspot.com)
 Keperawatan Keluarga - Kompasiana.com
 http//; www.cermati com. Fiki ariyanti,25 Juli 2019
 Pengertian Manajemen, Tujuan, Fungsi, dan Unsur-unsurnya yang Perlu Diketahui -
Ragam Bola.com,faozan tri nugroho.25 januari 2021.
 Kepribadian - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Anda mungkin juga menyukai