Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

STRAIN ANKLE

Disusun Oleh :
Nur Rahmah Tianawati
19.0601.0033

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2021
A. DEFINISI
Strain adalah cedera yang melibatkan peregangan atau robeknya sebuah otot
dan tendon (struktur otot). Strain akut terjadi di ujung saat otot menjad sebuah
tendon. Menurut Taylor (1997:115) cedera akut ditimbulkan oleh karena adanya
penekanan melakukan gerakan membelok secara tiba-tiba. Strain biasa terjadi
pada saat berlari ataupun saat melompat dan biasanya terjadi pada otot
hamstring. Strain kronis adalah cedera yang terjadi secara berkala karena
penggunaan secara berlebihan atau tekanan berulang-ulang dan menghasilkan
tendonitis atau peradangan pada tendon. Gejala yang terjadi pada strain otot yang
akut bisa berupa nyeri, kehilangan kekuatan dan keterbatasan lingkup gerak
sendi (Januardi, 2011).
Strain adalah “tarikan otot” akibat penggunaan berlebihan, peregangan
berlebihan serta adanya robekan mikroskopis tidak komplit dengan perdarahan
kedalam jaringan (Smeltzer Suzame).

B. ETIOLOGI
Penyebab cedera strain :
Penyebab cedera ini adalah akibat konstraksi yang hebat, gerakan yang
tidak terkoordinasi dan mendadak.

C. PATOFISIOLOGI
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact)
atau tidak langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada
arah yang salah,kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot
belum siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha),hamstring
(otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa
menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.
Gejala pada strain otot yang akut bisa berupa nyeri, spasme otot, kehilangan
kekuatan, dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Strain kronis adalah cidera yang
terjadi secara berkala oleh karena penggunaan berlebihan atau tekakan berulang-
ulang, menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon).
D. PATHWAY

Penggunaan berlebihan, tekanan yang berulang, peregangan yang berlebihan

Cedera otot

Spasme otot

Gerakan minimal Nyeri akut Hospitalisasi

Hambatan mobilitas fisik Kurang pengetahuan

Ansietas
E. MANIFESTASI KLINIS
a. Strain ringan ditandai dengan kontraksi otot terhambat karena nyeri dan teraba
pada bagian otot yang mengaku.
b. Strain total didiagnosa sebagai otot tidak bisa berkontraksi dan terbentuk
benjolan
c. Nyeri yang tajam dan mendadak pada daerah otot tertentu.pada cidera strain
rasa sakit adalah nyeri yang menusuk pada saat terjadi cedera, terlebih jika
otot berkontraksi.
d. Nyeri menyebar keluar dengan kejang atau kaku otot.
e. Cidera strain membuat daerah sekitar cedera memar dan membengkak.
Setelah 24 jam, pada bagian memar terjadi perubahan warna, ada tanda-tanda
perdarahan pada otot yang sobek, dan otot mengalami kekejangan.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adapun pemeriksaan penunjang pada strain adalah sebagai berikut :
a. Pembedahan
Dilakukan pembedahan yang bertujuan untuk membantu mendeteksi
ligament robek yang tidak diketahui saat cedera terjadi.
b. Foto rontgen/radiologi
Pemeriksaan diagnostic noninvasive untuk membantu menegakkan diagnose.
Hasil pemeriksaan ditemukan kerusakan pada ligament dan sendi.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Pemeriksaan dengan menggunakan gelombang magnet dan gelombang
frekuensi radio, tanpa menggunakan sinar x atau bahan radio aktif, sehingga
dapat diperoleh gambaran tubuh yang lebih detail. Hal yang diperoleh
gambaran ligament yang luka.
d. CT Scan
Menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat
memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligament atau tendon.
G. PENATALAKSANAAN UMUM
Salah satu prinsip utama dalam pengobatan cedera adalah dengan RICE.
Karena jika terjadi penanganan yang salah pada pertolongan pertama, akan
memperparah cedera yang dialami. Menurut (Rahardjo, 1992:35) perlu
memahami apakah itu RICE.
a. Rest (Istirahat)
Istirahat adalah penting karena jika latihan tidak dilanjutkan atau melakukan
aktifitas lain, dapat memperluas cedera. Hentikanlah pergerakan pada bagian
tubuh yang cedera pada saat timbulnya rasa nyeri/ sakit untuk pertama
kalinya.
b. Ice (es)
Pendinginan atau mengurangi pendarahan dari pembuluh darah pada tempat
cedera. Karena pendinginan menyebabkan pembuluh darah ditempat cedera
berkontraksi/ menyempit.
c. Compression (Penekanan)
Penekanan membatasi pembengkakan. Untuk penekanan, balutkan pembalut
elastic dengan kuat diatas es, disekitar daerah cedera. Jangan membalut
terlalu kuat, karena dapat menghentikan aliran darah. Tanda-tanda aliran
darah berhenti ialah mati rasa, kejang dan sakit. Bila timbul rasa tersebut
diatas, segera buka balutan.
d. Elevation (Peninggian)
Letakkan tubuh yang cedera lebih tinggi dari jantung, ini memanfaatkan gaya
berat, untuk membantu cairan yang berlebihan. Program RICE ini dapat
dikerjakan sampai selama dua puluh empat jam (dikerjakan 24 jam pertama
setelah cedera). Bila tidak ada penyembuhan kirim ke dokter atau rumah
sakit.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul ialah :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens-agens penyebab cedera (biologi, kimia,
fisik dan psikologis)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidakmampuan,
ditandai dengan ketidakmampuan untuk mempergunakan sendi, otot dan
tendon
c. Ansietas berhubungan dengan stressor

I. INTERVENSI
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens-agens penyebab cedera (biologi, kimia,
fisik dan psikologis)
Tujuan :
a. Menyatakan nyeri hilang
Intervensi :
a. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips dan
pembalutan
b. Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena
c. Pemberian kompres dingin dengan kantong es 240C
d. Ajarkan metode distraksi dan relaksasi salama nyeri akut
e. Berikan individu Pereda rasa sakit yang optimal dengan analgesic

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidakmampuan,


ditandai dengan ketidakmampuan untuk mempergunakan sendi, otot dan
tendon
Tujuan :
a. Meningkatkan / mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang
mungkin
b. Menjukkan teknik memampukan melaksanakan aktivitas (ROM aktif dan
pasif)
Intervensi :
a. Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan oleh cendera / pengobatan dan
perhatikan persepsi pasien terhadap mobilisasi
b. Anjarkan untuk melaksanakan latihan rentang gerak pasien/aktif pada
ekstremitas yang sehat dan latihan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit
c. Berikan pembalutan, pengobatan yang sesuai

3. Ansietas berhubungan dengan stressor


Tujuan :
a. Mampu mengungkapkan gejala cemas
b. Mampu mengungkapkan teknik untuk mengontrol cemas
c. Ekspresi wajah menunjukkan berkurangnya kecemasan
Intervensi :
a. Identifikasi tingkat kecemasan
b. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan dan persepsi
c. Beri edukasi kepada pasien tentang penyakitnya
d. Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
e. Libatkan keluarga agar mendampingi pasien untuk mengurangi takut
DAFTAR PUSTAKA

Sumartiningsih, Sri. 2012. Cedera Keseleo pada Pergelangan Kaki (Ankle


Sprains). Volume 2. Edisi 1. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia.
Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Erwan, Nur Arinda. 2014. Analisis Cedera Olahraga Dan Pertolongan
Pertama Pemain Sepak Bola. Volume 02 Nomor 03. Fakultas Ilmu Keolahragaan.
Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.
Wilkinson, Judith M. 2016. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan
Intervensi NIC Dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 10. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai