Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum

Fisiologi Tumbuhan

PENGARUH ANGIN TERHADAP LAJU TRANSPIRASI

NAMA : MUH. FADHIL


NIM : G011201094
KELAS : FISIOLOGI TUMBUHAN E
KELOMPOK : 13
ASISTEN : ANDI ARIFAI

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya transpirasi adalah proses transfer massa berupa uap air dari
jaringan organ tanaman ke udara. Hal ini terjadi berdasarkan konsep rendah atau
dari kelembapan relatif tinggi menuju kelembapan relatif rendah. Air pada jaringan
tanaman akan hilang dalam bentuk uap dan keluar melalui stomata, lentisel,
kutikula, atau sel-sel epidermis lainnya (Gardjito, 2015). Proses transpirasi dimulai
dari absorbs air tanah oleh akar tanaman yang kemudian ditransport melalui batang
menuju daun dan dilepaskan Sebagian uap ke atmosfir (Sugiarto et al, 2018).
Daun merupakan organ pokok pada tubuh tumbuhan. Pada umumnya
berbentuk pipih bilateral, berwarna hijau, dan merupakan tempat utama terjadinya
fotosintesis. Berkaitan dengan itu, daun memiliki struktur mulut daun yang berguna
untuk pertukaran gas O2, CO2, dan uap air dari daun ke alam sekitar dan sebaliknya.
Distribusi stomata sangat berhubungan dengan kecepatan dan intensitas transpirasi
pada daun, yaitu misalnya letak satu sama lain dengan jarak tertentu. Dalam batas
tertentu, maka makin banyak porinya makin cepat penguapan. Jika lubang-lubang
itu terlalu berdekatan, maka penguapan dari lubang yang satu akan menghambat
penguapan lubang dekatnya (Papuangan et al, 2014).
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang melekat pada batang.
Secara morfologi daun lengkap terdiri atas tiga bagian yaitu pelepah atau upih
(vagina), tangkai (petiol) dan helai daun (lamina). Struktur jaringan pada daun
terdiri atas 3 sistem jaringan, yaitu jaringan epidermis, jaringan mesofil dan
jaringan pembuluh. Jaringan epidermis daun memiliki susunan sel yang kompak
dan adanya kutikula serta modifikasi dari epidermis itu sendiri yaitu stomata.
Mesofil merupakan jaringan dasar yang dikelilingi epidermis atau terletak di antara
epidermis atas dan epidermis bawah. Sistem jaringan pembuluh tersebar di seluruh
helaian daun (Retno, 2015).
Stomata merupakan modifikasi jaringan epidermis yang terspesialisasi
menjadi sebuah organ berperan dalam mengatur keluar masuknya udara serta air
pada daun. Pengaturan udara dan air dilakukan oleh sepasang sel panjaga yang
memiliki pori – pori diantara dua sel penjaga tersebut dan selalu aktif berkerja,
kecuali pada saat tumbuhan dehidrasi. Stomata daun bisa terdapat pada kedua
permukaan saja, namun yang paling umum adalah pada permukaan bawah (Retno,
2015).
Bayam merupakan tanaman ekonomis yang mempunyai keunggulan
komparatif, antara lain tidak terlalu banyak gangguan hama penyakit maupun
kondisi lingkungan yang sub optimal karena tanaman bayam cukup responsive
menerima masukan yang relative seadanya. Bayam merupakan sayuran yang padat
gizi dan sangat diperlukan untuk tubuh. Menurut Irma dan Susanti (2014), bayam
memiliki banyak jenis, ada yang dibudidayakan dan ada yang tidak dibudidayakan.
Fungsi bayam sangat beragam dan bermanfaat, diantaranya bayam dapat
memperbaiki daya kerja ginjal, akarnya dapat digunakan untuk mengobati penyakit
disentri, mempercepat pertumbuhan sel, serta dapat mempercepat proses
penyembuhan bagi orang yang sedang menjalani perawatan setelah sakit.
Bayam merupakan tanaman yang termasuk bisa tanman yang mudah di
budidayakan. Bayam bisa hidup dengan subur baik di lahan budidaya maupun alam
liar selama lingkungannya yang mendukung. Syarat tumbuh bayam hampir sama
dengan kebanyakan tanaman lainnya, yaitu lahan yang aerasinya bagus (gembur)
tetapi mampu menahan air yaitu cukup organic, kisaran pH mendekati netral (6-7),
lahan bejas dari hama penyakit dan gulma (Mustamu, 2020).
Tanaman serai (Cymbopogon sp.) merupakan tanaman dengan habitus terna
perennial yang tergolong suku rumput-rumputan. Tanaman serai mampu tumbuh
sampai 1-1,5 m. Panjang daunnya mencapai 70-80 cm dan lebarnya 2-5 cm,
berwarna hijau muda, kasar dan memiliki aroma yang kuat. Serai memiliki akar
yang besar dan merupakan jenis akar serabut yang berimpang pendek. Batang serai
bergerombol dan berumbi, serta lunak dan berongga. Isi batangnya merupakan
pelepah umbi pada pucuk dan berwarna putih kekuningan. Namun ada juga yang
berwarna putih keunguan atau kemerahan. Daun tanaman serai berwarna hijau dan
tidak bertangkai. Daunnya kesat, panjang, runcing dan memiliki bentuk seperti pita
yang makin ke ujung makin runcing dan berbau citrus ketika daunnya diremas.
Selain itu, daun serai juga memiliki tepi yang kasar dan tajam. Tulang daun tanaman
serai tersusun sejajar dan letaknya tersebar pada batang. Panjang daun sekitar 50-
100 cm, sedangkan lebarnya kira-kira 2 cm. Daging daun tipis, serta pada
permukaan dan bagian bawah daunnya berbulu halus (Habibah, 2021).
Serai tumbuh pada daerah dengan ketinggian 50-2.700 mdpl. Tanaman ini
tumbuh alami, tetapi dapat ditanam pada berbagai kondisi tanah di daerah tropis
yang lembab, cukup sinar matahari, dan memiliki curah hujan relatif tinggi. Serai
merupakan tanaman yang menyukai tempat yang lembab dan dekat air, tanah yang
gembur, tak heran jika banyak tanaman serai tumbuh di area persawahan, irigasi,
sungai dan lain-lain (Ramdonain, 2017).
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan praktikum ini untuk dapat
mengetahui dan memahami fakta tentang terjadinya transpirasi, mendiskripsikan
laju transpirasi tanaman pada 2 lingkungan tumbuh yang berbeda dengan
mengamati pengaruh angin terhadap laju reaksi.
1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum
Tujuan praktikum pengaruh angin terhadap laju transpirasi yaitu
menemukan fakta tentang terjadinya transpirasi, mengetahui perbedaan laju
transpirasi tanaman pada 2 lingkungan tumbuh yang berbeda dan mengamati
pengaruh angin terhadap laju respirasi.
Kegunaan praktikum ini yaitu untuk menjadi informasi tentang terjadinya
transformasi, perbedaan laju transpirasi pada tanaman daun lebar dan tertutup serta
sebagai informasi pengaruh angin terhadap laju reaksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Transpirasi
Transpirasi adalah hilangnya air dalam bentuk uap air dari batang dan daun
tumbuhan hidup. Jumlah yang mengalami penguapan dari batang sangatlah sedikit,
kehilangan air tersebut dari proses transpirasi terjadi melalui daun. Kegiatan
transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dalam dan faktor luar. Faktor
dalam diantaranya adalah besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin
tidaknya daun, banyak sedikitnya bulu dan banyak sedikitnya stomata. Sedangkan
yang termasuk faktor luar adalah radiasi, temperatur, kelembaban udara, tekanan
udara, angin dan keadaan air dalam tanah. Transpirasi bisa terjadi baik pada siang
maupun pada malam hari, namun kehilangan air dalam proses transpirasi lebih
besar terjadi pada jam-jam atau waktu siang, pada sinar matahari penuh transpirasi
bisa mencapai 38%-81% (Wahyuni, 2019).
2.2 Jenis-Jenis Transpirasi
Menurut Sugiarto dkk (2017), transpirasi pada tumbuhan terbagi menjadi 3
yaitu :
1. Transpirasi Kutikula
Merupakan penguapan air yang terjadi secara langsung melalui kutikula
epidermis. Kutikula daun secara relative tidak tembus air dan pada Sebagian
besar jenis tumbuhan, transpirasi kutikula hanya sebesar 10% atau kurang
dari jumlah air yang hilang melalui daun.
2. Transpirasi Stomata
Sel – sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel – sel tersebut
terdapat ruang – ruang udara yang dikelilingi sel mesofil yang jenuh air. Air
menguap dari dinding – dinding basah ini ke ruang – ruang antar sel dan uap
air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang – ruang antar sel ke
atmosfer sehingga dalam kondisi normal transpirasi membuat ruang – ruang
itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke atmosfer
itu sendiri sama – sama lembab.
3. Transpirasi lentikuler
Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang tersusun lepas yang dikenal
sebagai alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini sebesar
0,1% dari total transpirasi yang terjadi. Berdasarkan banyaknya air yang
diuapkan, transpirasi melalui lentisel ini paling sedikit menguapkan air
dibanding dengan transpirasi yang terjadi melalui stomata adan kutikula.
2.3 Mekanisme Transpirasi
Secara singkat terjadinya proses transpirasi dapat di awali dengan
penyerapan air melalui akar, melewati bagian batang untuk ditranspotasikan ke
daun dan kemudian terjadinya penguapan air melalui stomata ke atmosfir (Sugiarto
et al, 2018). Menurut Sugiarto (2018), pergerakan air dimulai dengan air diserap
kedalam akar secara osmosis melalui rambut akar, Sebagian besar bergerak
menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami
tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari
penguapan yang berkelanjutan akibat dari penguapan yang berlangsung dibagian
atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem dan
kemudian keatas melalui arus transportasi.
Mekanisme transpirasi yang terjadi pada tumbuhan adalah akar tumbuhan
menyerap air yang berasal dari dalam tanah lalu dibawa ke dalam daun sebagai
cairan melalui pembuluh xylem. Saat berada didaun, stomatanya membuka supaya
air dalam bentuk uap dapat dikeluarkan dari tumbuhan. Saat akar menyerap air dari
dalam tanah, kurang dari 5% yang disisakan untuk metabolisme pertumbuhannya.
Hal ini menjelaskan bahwa tumbuhan memerlukan sejumlah air untuk menunjang
pertumbuhan serta mengelolanya secara bijaksana. Selain potensi tumbuhan dalam
mengelola adanya air, faktor penunjang yang mendukung pertumbuhannya adalah
lingkungan tempat tumbuh ) pH tanah, sifat fisik, suhu tanah, kelembapan, daya
ikat air oleh pori tanah). Selain itu proses transpirasi terjadi saat tumbuhan
menyerap air bersih bebas polutan. Air yang mengandung polutan menyebabkan
keracunan dan kematian pada tumbuhan (Ngatimin, 2020).
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Transpirasi
Transpirasi pada tumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah yang mempengaruhi proses transpirasi antara lain
besar kecilnya daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan lokasi stomata. Faktor
eksternal yang mempengaruhi proses transpirasi antara lain sinar matahari, suhu,
kelembapan udara, angin, keadaan ajr dalam tanah (Sugiarto et al, 2018). Hal yang
hampir sama dikatakan oleh Haryanti (2010), bahwa kegiatan transpirasi
dipengaruhi oleh faktor luar dan dalam. Faktor luar misalnya kecepatan angin,
cahaya, air, kelembaban udara, suhu, tekanan udara. Faktor dalam misalnya
ketebalan daun, jumlah stomata/mm 2, adanya kutikula, banyak sedikitnya
trikoma/bulu daun dan bentuk serta lokasi stomata di permukaannya.
Transpirasi pada tanaman dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Intensitas
cahaya yang tinggi akan mengakibatkan kadar air dalam jaringan dan kadar air
tanah menurun karena tingginya transpirasi. Kondisi intensitas cahaya rendah
menyebabkan kadar air tanah dan jaringan memadai, sehingga proses transpirasi
dalam tanaman tidak meningkat (Anni et al, 2013).
Transpirasi melibatkan difusi uap air dan ruang – ruang antar sel ke udara
melalui stomata, maka laju transpirasi akan bergantung pada tahanan jalur yang
dilalui terhadap molekul – molekul uap air yang berdifusi dan perbedaan
konsentrasi antara uap air didalam dan diluar daun, yaitu ketajaman gradasi difusi.
Selain itu suhu mempengaruhi laju transpirasi karena suhu mempunyai efek yang
berbeda terhadap tekanan uap di luar dan didalam daun (Sugiarto et al, 2018).
2.5 Dampak kelebihan dan Kekurangan Transpirasi bagi Tumbuhan
Apabila laju transpirasi terlalu cepat dapat merugikan tumbuhan yang
menyebabkan jaringan kehilangan air terlalu banyak selama musim panas dan
kering (Taluta et al, 2017). Sugiarto et al (2018), menambahkan bahwa transpirasi
yang berlebihan akan sangat merugikan dan dapat mengakibatkan tumbuhan
menjadi layu dan bahkan mati. Hal tersebut bisa terjadi jika stomata pada daun
selalu terbuka sehingga air akan menguap ke atmosfer.
Menurut Ariffin et al (2020), dalam transpirasi tanaman akan membebaskan
uap air disekitarnya sehingga dampaknya jumlah air meningkat. Peningkatan uap
air di udara akan banyak mengikat panas terasa (sensible heat), akibatnya suhu
menjadi turun. Bagi tanaman adanya proses transpirasi mempunyai manfaat yang
cukup besar untuk mengendalikan suhu didalam tubuh tanaman karena energi
matahari yang diserap oleh tanaman sebagian besar digunakan untuk
evapotransvirasi sehingga energi yang akan disimpan dan digunakan untuk
meningkatkan suhu tanaman lebih sedikit. Dengan kata lain jika tumbuhan atai
tanaman dalam proses transpirasinya kurang maka tanaman tersebut tidak dapat
mengatur suhu tubuhnya yang bisa saja menyebabkan tanaman tersebut mati.
2.6 Hubungan Stomata terhadap Transpirasi
Stomata merupakan celah dalam epidermis yang dibatasi oleh 2 sel
epidermis khusus yakni sel penutup. Stomata terdapat pada semua bagian tumbuhan
di atas tanah, tetapi paling banyak ditemukan pada daun. Stomata erat kaitannya
dengan aktivitas transpirasi. Letak stomata satu sama lain diperantarai jarak tertentu
yang mempengaruhi intensitas penguapan. Jika jarak stomata terlalu dekat akan
menghambat penguapan. Kegiatan transpirasi terpengaruh oleh faktor luar dan
dalam. Faktor luar misalnya kecepatan angin, cahaya, air, kelembapan udara, suhu,
dan tekanan udara. Faktor dalam misalnya ketebalan daun, jumlah stomata/mm2,
adanya kutikula, banyak sedikitnya trikoma atau bulu daun, bentuk serta lokasi
stomata di permukaannya (Izza dan laily, 2015).
Daun merupakan tempat dimana stomata berada. Dimana stomata adalah
salah satu faktor yang paling berpengaruh pada proses transpirasi. Lebih lanjut
dikatakan semakin banyak jumlah daun maka semakin banyak jumlah stomata,
sehingga semakin besar transpirasinya. Luas daun pada tumbuhan berpengaruh
terhadap laju transpirasi. Karena daun yang luas memiliki jumlah stomata yang
banyak, sehingga mengakibatkan tingginya laju transpirasi (Papuangan et al, 2014).
Menurut Haryanti (2010), distribusi stomata sangat berhubungan dengan
kecepatan dan intensitas transpirasi pada daun, yaitu misalnya letak satu sama lain
dengan jarak tertentu. Dalam batas tertentu, maka makin banyak porinya makin
cepat penguapan. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan, maka penguapan dari
lubang yang satu akan menghambat penguapan lubang dekatnya. Hal ini karena
jalan yang ditempuh molekul-molekul air yang lewat lubang itu tidak lurus
melainkan membelok akibat pengaruh sudut-sudut sel-sel penutup. Bentuk stomata
yang oval lebih memudahkan mengeluarkan air daripada bentuk bundar. Deretan
molekul-molekul air yang lewat lebih banyak jika keliling perimeter stomata lebih
panjang.pengeluaran air yang maksimal terjadi jika jarak antara stomata-stomata
tersebut 20 kali diameternya. Selama proses fotosintesis berlangsung, ada dua fakor
penghambat difusi uap air ke luar daun yaitu hambatan stomata dan hambatan
lapisan atas. Hambatan stomata adalah hambatan yang terkait dengan difusi melalui
stomata. Hambatan lapisan batas adalah hambatan oleh lapisan batas terutama
dipengaruhi oleh angin (Advinda, 2018).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium ekofisiologi dan nutrisi
tanaman, Lantai 2, departemen agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin pada pukul 13.00 sampai selesai WITA.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah 4 buah botol, penggaris dan
kipas portabel.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah 2 jenis tumbuhan
berdaun sempit dan berdaun lebar, kapas, selotip/lakban hitam dan aquades.
3.3 Prosedur Praktikum
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, prosedur kerja yang
digunakan dalam pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan 2 jenis tanaman (berdaun sempit dan berdaun luas) masing –
masig 2 tanaman.
2. Membersihkan perakaran tanaman dari tanah.
3. menyiapkan botol kaca/kultur, masing – masing botol diisi dengan aquades
sampai terisi kurang lebih ½ botol.
4. Memasukkan masing – masing tanaman kedalam Erlenmeyer/botol kultur
yang sebelumnya diisi aquades.
5. Menutup permukaan leher dengan kapas dan lapisi permukaan kapas
tersebut dengan selotip hitam.
6. Menimbang tanaman pada kondisi di atas (sebagai nilai awal) atau
menandai botol yang telah terisi dengan penggaris (sebagai nilai awal).
7. Meletakkan satu tanaman (berdaun lebar dan sempit) dalam ruangan dan
meletakkan tanaman lainnya (daun lebar dan sempit) di luar ruangan dan
nyalakan kipas angin sebagai simulasi melalui transpirasi.
8. Menimbang botol beserta tanaman tersebut tiap 20 menit selama 60 menit
(sebagai berat akhir untuk masing – masing waktu pengamatan dan masing
– masing lingkungan tumbuh). Selisih berat pot + tanaman merupakan
banyaknya air yang hilang melalui transpirasi.
9. Mencatat pengurangan air tiap 20 menit selama 60 menit (sebagai nilai akhir
untuk masing – masing waktu pengamatan dan masing – masing lingkungan
tumbuh). Selisih dari nilai awal – akhir adalah benyaknya air yang hilang
melalui transpirasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil
Gambar 1. Diagram Pengurangan air akibat transpirasi

12

11.8
Jumlah air yang hilang

11.6

11.4

11.2

11

10.8
Kontrol 20 menit 40 menit 60 menit
Waktu pengamatan

Daun Lebar I Daun Sempit I Daun Lebar II Daun Sempit II

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2021


4. 2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka didapat hasil bahwa
rata – rata tanaman baik itu berdaun lebar maupun berdaun sempit mengalami
proses transpirasi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pengurangan volume air yang
dapat dilihat dalam grafik. Menurut Prijono et al (2016), menyatakan bahwa
transpirasi marupakan proses pergerakan air dalam tubuh tanaman dan hilang
menjadi uap air ke atmosfer
Pada daun lebar di 20 menit pertama jumlah airnya yaitu 11,3 kemudian
dimenit ke 40 jumlah air menurun menjadi 11,2. Ini menandakan bahwa pada
tanaman daun lebar 1 terjadi proses transpirasi yaitu proses menguapnya air dari
tumbuhan melalui stomata. Hal ini sesuai dengan pendapat Gardjito (2015), bahwa
pada dasarnya transpirasi adalah proses transfer massa berupa uap air dari jaringan
organ tanaman ke udara. Hal ini terjadi berdasarkan konsep rendah atau dari
kelembapan relatif tinggi menuju kelembapan relatif rendah. Air pada jaringan
tanaman akan hilang dalam bentuk uap dan keluar melalui stomata, lentisel,
kutikula, atau sel-sel epidermis lainnya.
Pada daun lebar 2, dimenit yang ke-60 terjadi peningkatan volume air
sebanyak 0,1 cm. Jika diperhatikan kembali perngertian dari transpirasi maka bisa
dikatakan disini terdapat kesalahan dalam proses pengukurannya. Hal tersebut
dikarenakan proses transpirasi adalah proses terjadinya penguapan air.
Ditanaman daun lebar 2, terjadi penurunan volume air di 20 menit pertama
sampai dimenit ke 40. Hal ini sama dengan yang terjadi pada daun lebar 1 yaitu
mengalami transpirasi. Akan tetapi dimenit ke 60, volume air bertahan. Pada menit
ke 60 tanaman tidak melakukan transpirasi karena bisa saja dipengaruhi oleh
tanaman yang layu ataupun karna faktor luar ataupun dalam. Hal ini didukung oleh
pendapat Sugiarto (2018), bahwa transpirasi melibatkan difusi uap air dan ruang –
ruang antar sel ke udara melalui stomata, maka laju transpirasi akan bergantung
pada tahanan jalur yang dilalui terhadap molekul – molekul uap air yang berdifusi
dan perbedaan konsentrasi antara uap air didalam dan diluar daun, yaitu mempunyai
efek yang berbeda terhadap tekanan uap di luar dan didalam daun.
Proses transpirasi tidak terjadi pada tanaman daun sempit 1. Hal ini
disebakan karna karna kurang arus angin. Hal yang sama dikatakan oleh (Sitorus,
2011), bahwa apabila angin bertiup terlalu kencang, dapat mengakibatkan keluaran
uap air melebihi kemampuan daun untuk menggantinya dengan air, sehingga lama
kelamaan daun akan mengalami kekurangan air. Ketika tidak ada angin, udara
lembab dibawa pergi dan digantikan oleh udara angin. Hal yang sama terjadi pada
daun sempit 2 pada menit ke 20 dan 60. Pada saat memasuki menit ke – 60 tanaman
daun sempit 2 mengalami transpirasi yang ditandai dengan berkurangnya volume
air dari 11,9 menurun menjadi 11,8..
Dari data diagram diatas yang menunjukkan bahwa rata – rata transpirasi
yang terjadi hanya disekitaran 0,1 – 0,2 dengan rincian daun lebar mengalami
transpirasi yang paling banyak. Hal ini terjadi karena luas permukaan daun juga
berperan dalam proses transpirasi. Distribusi stomata sangat berhubungan dengan
kecepatan dan intensitas transpirasi pada daun, yaitu misalnya letak satu sama lain
dengan jarak tertentu. Dalam batas tertentu, maka makin banyak porinya makin
cepat penguapan pada daun (Papuangan dkk, 2014).
Adanya perbedaan laju transpirasi diakibatakan karna beberapa faktor
diantaranya adalah jenis tanaman, struktur akar, fisiologi tanaman dan sebagainya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Prijono et al (2016), laju transpirasi mempunyai
relasi dengan jenis tanaman dan populasi tanaman. Perbedaan jenis tanaman
berpengaruh terhadap laju transpirasinya. Tiap vegetasi mempunyai struktur akar
dan tajuk yang berbeda – beda, struktur tajuk, fisiologi tanaman, indeks luas daun
dan condustance stomata berpengaruh terhadap transpirasi. Volume air tanah yang
mampu diserap oleh tanaman sangat bergantung pada pola perakaran, semakin
tinggi penetrasi akar pada tanah maka akan semakin banyak air yang mampu
diserap oleh tanaman sehingga volume air yang mengalami transpirasi tinggi.
Perbedaan struktur kanopi dapat dilihat dari perbedaan struktur batang serta daun
yaitu luas daun tanaman, dimana semakin tinggi indeks luas daun tanaman maka
semakin tinggi laju transpirasi tanaman. Perbedaan kumulasi water loss dan laju
transpirasi tiap tanaman disebabkan oleh karakter tanaman dan stomata yang
meliputi luas daun, serta density dan lebar stomata. Transpirasi dikontrol oleh
perilaku membuka dan menutupnya stomata, dimana perilaku stomata bervariasi
menurut jenis tanaman.
BAB V
PENUTUP

5. 1 Kesimpulan
Dari praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh angin terhadap
laju transpirasi itu berbeda anatara tanaman berdaun sempit dengan tanaman
berdaun lebar. Selain angin, banyak faktor yang mempengaruhi transpirasi
diantaranya yaitu suhu, intensitas cahaya, luas permukaan daun dan pengaruh dari
tanaman itu sendiri. Laju tranpirasi yang berbeda pada setiap tanaman disebabkan
karna, laju transpirasi mempunyai relasi dengan jenis tanaman dan populasi
tanaman. Perbedaan jenis tanaman berpengaruh terhadap laju transpirasinya. Tiap
vegetasi mempunyai struktur akar dan tajuk yang berbeda – beda, struktur tajuk,
fisiologi tanaman, indeks luas daun dan condustance stomata berpengaruh terhadap
transpirasi
5.2 Saran
Dari proses praktikum yang telah dilaksanakan, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan supaya proses transpirasi dapat berjalan lancer pada tanaman.
Diantaranya yaitu keadaan tanaman, temperature serta kehati-hatian dalam
pengukuran supaya tidak terjadi kesalahan yang kedepannya akan menyebabkan
kesulitan dalam pembuatan laporannya.
DAFTAR PUSTAKA

Advinda, L. 2018. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. Deepublish.


Anni, I. A., Saptiningsih, E., dan Haryanti, S. 2013. Pengaruh Naungan terhadap
Pertumbuhan Produksi Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) di
Bandungan, Jawa Tengah. Jurnal Biologi, 2 (3) : 31 – 40.
Ariffin., Fajriani, S., dan Novitasari, A. 2020. Strategi Manipulasi Agroekosistem.
Universitas Brawijaya Press.
Arifin, M. N. 2014. Pengaruh Ekstrak n-Heksan Serai Wangi Cymbopogon nardus
(L.) Randle pada Berbagai Konsentrasi terhadap Periode Menghisap Darah
dari Nyamuk Aedes aegypti. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin.
Gardjito, M. 2015. Penanganan Segar Hortikultura untuk Penyimpanan dan
Pemasaran. Prenada Media.
Habibah, A. 2021. Analisis Sifat Fisika Tanah Ultisol pada Pertumbuhan Tanaman
Serai di Desa Hargomulyo Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung
Timur. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung.
Haryanti, S. 2010. Jumlah dan Distribusi Stomata pada Daun Beberapa Spesies
Tanaman Dikotil dan Monokotil. Buletin Anatomi dan Fisiologi, 18 (2) : 21
– 28.
Irma, W. Susanti, N. 2014. Pengaruh Pemberian Timbal (Pb) terhadap Morfologi
dan Kadar Terserapnya Timbal (Pb) pada Daun Bayam (Amaranthus
tricolor L.) dalam Skala Laboratorium. Jurnal Photon, 5 (1) : 7 – 12.
Izza, F., Laily, A. N. 2015. Karakteristik Stomata Tempuyung (Sonchus arvensis
L.) dan Hubungannya dengan Transpirasi Tanaman di Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Prosiding KSDA, 1 (1) : 177
– 180.
Mustamu, N. E. 2020. SLUDGE BIOGAS sebagai Alternatif Pengganti Pupuk
Kimia. CV Literasi Nusantara Abadi.
Ngatimin, S. N. A. 2020. AGROHIDROLOGI Senandung Kehidupan tentang
Pencemaran Air. LeutikaPrio.
Papuangan, N., Nurhasanah., dan Djurumudi, M. 2014. Jumlah dan Distribusi
Stomata pada Tanaman Penghijauan di Kota Ternate. BioEdukasi, 3 (1) :
287 – 292.
Prijono, S., dan Laksmana, M. T. S. 2016. Studi Laju Transpirasi Peltophorum
dassyrachis dan Gliricidia sepium pada Sistem Budidaya Tanaman Pagar
serta Pengaruhnya terhadap Konduktivitas Hidrolik Tidak Jenuh. Jurnal
Pembangunam dan Alam Lestari, 7 (1) : 15 – 24.
Ramdonain, I. 2017. Pengaruh Penambahan Serbuk Serai dalam Pakan terhadap
Jumlah Endoparasit dan Gambaran Diferensial Leukosit Ayam Petelur.
Skripsi. Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro.
Retno, R. S. 2015. Identifikasi Tipe Stomata pada Daun Tumbuhan Xerofit
(Euphorbia splendens) Hidrofit (Ipomoea aquantica), dan Mesofit (Hibicus
rosa-sinensis). Florea Jurnal Biologi & Pembelajarannya, 2 (2) : 28 – 32.
Sitorus, D. 2011. Transpirasi.
Sugiarto, A. 2018. Pengaruh Peningkatan Suhu Udara terhadap Laju Transpirasi
Bibit Lansium domesticum Corr. Skripsi. Universitas Sriwijaya.
Sugiato, A., Hanifa M., dan Sarno. 2018. Pemanasan Global di Sumatera Selatan
dan Peningkatan Suhu Udara yang Terjadi; Pemodelan Pengaruhnya
terhadap Transpirasi Lansium domesticum Corr. Indralaya: Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Sriwijaya.
Taluta, H. E., Rampe, H. L., dan Rumondon, M. J. 2017. Pengukuran Panjang dan
Lebar Pori Stomata Daun Beberapa Varietas Tanaman Kacang Tanah
(Arachis hypogaea L.). Jurnal MIPA Unsrat Online, 6 (2) : 1 – 5.
Wahyuni, F. D. 2019. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan dan Tumbuhan.
Universitas Esa Unggul.
LAMPIRAN

Lampiran 1: tabel hasil pengamatan

J Waktu Banyaknya
Nilai
Jenis tanaman 20 40 60 jumlah air
awal
beserta perlakuan menit menit menit yang hilang
Daun lebar 11,5
11,2cm 11,2cm 11,3cm 0,2
(dalam ruangan) 1 cm
Daun sempit 11,5
11,5cm 11,5cm 11,5cm 0
(dalam ruangan) 1 cm
Daun lebar (luar
11,5cm 11,5cm 11,4cm 11,4cm 0,1
ruangan) 2
Daun lebar (luar 11,9
11,9cm 11,9cm 11,8cm 0,1
ruangan) 2 cm
Sumber : Data primer sebelum diolah, 2021

Lampiran 2: dokumentasi kegiatan

(1) (2)

(3) (4)
(5) (6)
Keterangan: (1) Memasukkan tanaman ke dalam botol berisi aquades, (2)
Menutup leher botol dengan menggunakan kapas, (3) Melapisi
kapas dengan menggunakan selotip hitam, (4) Meletakkan 2
tanaman (berdaun lebar dan berdaun sempit) di luar ruangan dan
menggunakan variable angin, (5) Melakukan pengukuran setiap 20
dalam waktu 60 menit, (6) Jumlah air yang hilang pada setiap
tanaman.
!!!KETENTUAN!!!
Times New Roman (12)
space 1,5 (dari judul sampai bab 5) (no space after & before paragraph)
daftar pustaka space 1,0 (add space after paragraph)
margin 4333
size A4

ASS1 terakhir dikumpul hari Selasa, 28 September 2021 (minimal asistensi pertama
sampai bab 3)
ASS2 terakhir dikumpul hari Kamis, 30 September 2021
ACC terakhir hari Sabtu, 2 Oktober 2021

Mekanisme asistensi kembali ke asisten masing-masing (mau offline atau online)

Anda mungkin juga menyukai