Anda di halaman 1dari 48

Strategi Pengelolaan dan Rencana Pelaksanaan

terhadap Lingkungan, Sosial, Kesehatan dan


Keselamatan Kerja
(SPRP-LSK3)
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Uraian Pekerjaan
1.2 Pembiayaan
1.3 Organisasi Kerja Penyedia Jasa
1.4 Tujuan Strategi Pengelolaan dan Rencana Pelaksanaan (SRPR)
1.5 Kerangka Kerja Hukum
1.5.1 Peraturan Pemerintah Indonesia
1.5.2 Kebijakan Safeguard Bank Indonesia

BAB II. PERENCANAAN


2.1 Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (RMKL)
2.1.1 Pengendalian Lalu Lintas
2.1.2 Pengendalian Pada Zona Kerja
2.1.3 Bahan dan Perlengkapan
2.1.4 Pemeliharaan Lalu Lintas
2.2 Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantau Lingkungan (RKPPL)
2.3 Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (RK3K)
2.4 Rencana Pengelolaan Pekerja
2.5 Rencana Untuk Memperoleh Persetujuan/Perizinan
2.6 Rencana Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Masyarakat Terdampak
2.8 Rencana Manajemen Resiko Lingkungan dan Sosial Yang Mungkin Timbul

BAB III. MONITORING DAN EVALUASI


3.1 Monitoring dan Evaluasi
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Uraian Pekerjaan


Bendungan Haliwen yang terletak di Kab. Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur selesai dibangun
pada tahun 2003, sehingga hingga saat ini telah berumur 18 tahun. Bendungan tersebut
selama 18 tahun telah berfungsi dengan baik dan aman untuk melayani kebutuhan irigasi
sawah di hilirnya. Namun, berdasarkan hasil pemeriksaan besar yang dilaksanakan pada
kegiatan Penyiapan dan Penetapan Izin Operasi Bendungan di Pulau Timor, masih terdapat
beberapa kekurangan di Bendungan Haliwen, seperti kerusakan pada bangunan pelimpah,
penurunan kualitas perlindungan lereng hulu dan hilir tubuh bendungan, kerusakan katup
pengeluaran dan lain sebagainya. Dalam rangka pemenuhan 3 (tiga) pilar konsepsi keamanan
bendungan, sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 27/PRT/M/2015 Pasal 2 Ayat 4, maka Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan SDA
IV, Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan SDA Nusa Tenggara melalui program Dam
Operational Improvement and Safety Project Phase-II (DOISP II) tahun anggaran 2021
mengadakan paket kegiatan LANJUTAN REMEDIAL BENDUNGAN HALIWEN
Lingkup pekerjaaan yang akan dikerjakan meliputi pekerjaan ; A.
Pekerjaan Persiapan ;
1) Mobilisasi dan demobilisasi
2) Papan nama kegiatan
3) Rencana Keselamatan Konstruksi
B. Pekerjaan rehabilitasi waduk
1) Pengerukan Sedimen
2) Pemasangan AWLR
C. Pekerjaan bangunan pelimpah
1) Penggantian Peilschaal
D. Pekerjaan Intake
1) Penggantian Valve Outletuangan Tanah Sejauh >5 km'
2) Penambahan Valve Pengaman Outlet
3) Perbaikan Rumah Valve Outlet
E. Pekerjaan instrumentasi
1) Pemasangan Stasiun Curah Hujan dan KlimatologiPengadaan Minipile 25 x
25 cm, L=6m, Beton K-400
2) Pembuatan Pagar Stasiun Klimat
F. Pekerjaan bangunan penunjang
1) Pembuatan Rumah Jaga
2) Pembuatan Nomenklatur
3) Pembuatan Portal
4) Perbaikan Jalan Masuk

Pekerjaan ini dibiayai dengan dari sumber pendanaan Pekerjaan ini dibiayai dengan Loan
No. IBRD No.8711-ID dan AIIB No.000010-IDN Dengan Jangka waktu Pelaksanaan
Pekerjaan : 240 (Dua ratus empat puluh) hari kalender.

1.2 Pembiayaan
Pembiayaan untuk kegiatan Penyelenggaraan Sistem manajemen Keselamatan
Konstruksi (SMKK) yang tertuang dalam dokumen lelang antara lain :
1. Pelaksaan K3
Adapun persyaratan dan ketentuan spesifikasi yang tertulis dalam spektek dan dokumen
lelang menjadi acuan dalam pengadaan dan pelaksanaan yang dilakukan oleh
penyedia jasa. Apabila tidak tertuang dalam dokumen, maka penyedia jasa mengikuti
keputusan dari direksi teknis dan PPK untuk ketentuan spesifikasi dalam pengadaan maupun
pelaksanaan K3.
Direktur Utama

Kepala Proyek

Kabag Teknik Koordinator Ahli Lingkungan


Pelaksana dan K3

1.3 Organisasi kerja Penyedia Jasa


Tujuan Strategi Pengelolaan dan Rencana Pelaksanaan (SRPR) untuk Mengelola
Risiko Lingkungan, Sosial, Kesehatan dan keselamatan Kerja (LKS3)
Tujuan dari Pengelolaan Lingkungan dan Sosial ini adalah untuk memastikan bahwa
seluruh komponen akan dilaksanakan secara berkelanjutan dengan mengelola aspek
lingkungan dan sosial. Dengan memperjelas prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan dan
sosial pada paket pekerjaan Rehabilitasi Bendungan Pacal dan menjadi panduan dalam :
a. Persiapan penyusunan rencana pengelolaan lingkungan
b. Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (RMKL)
c. Rencana kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RKPPL)
d. Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (RK3K)
e. Rencana Pengelolaan Pekerja, Termasuk Larangan Penggunaan Pekerja
Dibawah Umur, dan
f. Pekerja Paksa sesuai dengan peraturan Undang-Undang Indonesia
g. Rencana Pengelolaan Pekerja, termasuk rencana perekrutan, pengelolaan basecamps,
asuransi
h. pekerja, hak-hak dan kewajiban pekerja, skema perekrutan, dan lain-lain
i. Rencana Untuk Memperoleh Persetujuan/Perizinan Relevan
j. Rencana Manajemen Keselamatan dan Kesehatan masyarakat terdampak. k.
Mekanisme Penanganan
l. Rencana manajemen Resiko Lingkungan dan Sosial

1.4 Kerangka Kerja Hukum


Untuk melakukan penilaian lingkungan dan sosial akan mengikuti Peraturan
Pemerintah Indonesia dan kebijakan Bank Dunia.
1.4.1. Peraturan Pemerintah Indonesia
Peraturan berikut menjadi dasar untuk keseluruhan pendekatan Strategi Pengelolaan
dan Rencana Pelaksanaan (SRPR) untuk mengelola risiko Lingkungan, Sosial,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (LSK3) sebagai berikut:
 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Peraturan Pemerintah (PP) No 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan Hidup
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya
pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL- UPL) dan Surat
 Pernyataan jaminan Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup (SPPL)
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 05 Tahun 2012 tentang
Jenis
 Kegiatan yang diperlukan AMDAL
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 16 Tahun 2012 tentang pedoman
 Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 17 Tahun 2012 tentang
Pedoman
 Partisipasi Masyarakat dalam Proses Penilaian Ligkungan dan Izin Lingkungan
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 08 Tahun 2013 tentang
Tata Cara
 Pemeriksaan dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan dan Izin Lingkungan yang
dikeluarkan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10/PRT/M/2008 tentang jenis Rencana
Bisnis dan/atau Kegiatan yang bekerja dalam Pekerjaan Umum yang memerlukan
dokumen
 Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL- UPL)
 Peraturan Pemerintah (PP) No.6 tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman Keputusan
Menteri Pertanian No. 887/Kpts/OT.210/9/1997 tentang Pengelolaan Hama
 UU No.2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Umum Tanah
Peraturan Presiden No.71 tahun 2012 tentang Pembebasan Lahan untuk
Kepentingan
 Umum
Peratiran Presiden Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perubahan Perpres No.71
Tahun 2012
 tentang Pembebasan Lahan untuk Kepentingan Umum
 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial
 Peraturan Presiden No. 56 Tahun 2017 tentang Penanganan Dampak Sosial
Masyarakat
 Peraturan Menteri Sosial No. 10 Tahun 2014 tentang Konseling Sosial
 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2015 tentang Penanganan Konsflik Sosial
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang konservasi
Sumber Daya Alam dan Ekosistem
 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 52 tahun 2014 tentang Pedoman
Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Adat.
 Undang-Undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2010 tentang Warisan
Budaya
 Peraturan Presiden No.37 Tahun 2010 tentang Bendungan
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan No.27/PRT/M/2015 tentang
bendungan

NO JUDUL SAFEGUARD KEGIATAN YANG DILAKUKAN


OP masyarakat bahwa penilaian dilakukan terhadap
kemungkinan dampak sosial dari proyek, terutama karena memerlukan
perolehan tanah, relokasi orang, kehilangan aset produktif atau akses
terhadap layanan, baik selama tahap konstruksi dan operasional dari
kegiatan proyek. Kebijakan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa

kegiatan pemukiman kembali harus dipahami dan


dijalankan sebagai program pembangunan berkelanjutan,
menyediakan sumber investasi yang memadai untuk memungkinkan orang –
orang yang terkena dampak untuk mendapatkan keuntungan proyek,
memastikan bahwa orang-orang yang terkena dampak diberi konsultasi
yang berarti dan disediakan, jika memungkinkan, kesempatan
Pemindahan/pemukiman
Kembali Secara Paksa untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan pemukiman kembali dan proyek. Tujuan dasarnya
adalah untuk memastikan bahwa orang-orang yang
terkena dampak diberi saran dan sumber daya untuk
memperbaiki penghidupan dan standar hidup mereka, atau setidaknya
mengembalikannya secara riil, ke tingkat pra-
proyek.
OP/BP 4.37

Untuk menjamin kualitas dan keamanan dalam perancangan dan


pembangunan bendungan baru dan rehabilitasi bendungan yang
Keamanan bendungan ada, dan dalam melaksanakan kegiatan yang mungkin terkena
dampak bendungan yang ada.
BAB II
PERENCANAAN

2.1 RENCANA MANAJEMEN DAN KESELAMATAN LALU LINTAS (RMKL) Pekerjaan


ini meliputi penyediaan pelengkapan sekaligus pelaayanan pengendalian lalu
lintas pada saat kegiatan proyek. Hal ini untuk melindungi para pekerja
maupun pengguna jalan yang melintas melalui daerah konstruksi.Kegiatan ini
dilakukan semenjak mulai tahap mobilisasi, peralatan, bahan, dan tenaga.
2.1.1 Pengendalian Lalu Lintas
Semua pekerja harus minimal berumur 18 tahun dan melengkapi diri
dengan baju reflektif dan Alat Pelindung Diri
(APD) sesuai kebutuhan. Demikian juga bilamana pekerjaan dilakukan
pada malam hari. Kontraktor harus menyiapkan
lampu penerang dan pengendalian keselamatan lalu lintas sistem
refleksif yang aman bagi pengguna jalan.
2.1.2 Pengendalian Pada Zona Kerja
Pekerjaan ini meliputi semua lokasi yang berhubungan langsung maupun
tidak langsung dengan aktivitas proyek termasuk jalur mobilisasi, lokasi
pengambilan material atau quarry, dan produksi beton. Sedangkan untuk
perlengkapannya, dibutuhkan
seperti lampu sinyal berkedip, system reflektif, rambu segitiga
dan perlengkapan lain yang diperlukan selama proses mobilisasi dilakukan.
Pemasangan rambu-rambu sebagai peringatan bagi pengguna jalan agar
berhati-hati saat melintas daerah kerja.
2.1.3 Bahan dan Perlengakapan
1. Rambu Panah Berkedip

Rambu ini dipasang pada lokasi zona kerja


maupun daerah kerja, yang berfungsi baik
sebagai pemberitahuan untuk pengalian jalan
maupun peringatan, pada titik-titik lokasi yang
dianggap rawan kecelakaan.
2. Rambu Suar Portable
Rambu ini di letakan pada ujung tiap
segmen pada awal dan akhir lokasi
pekerjaan, dan befungsi untuk
peringatan bagi para pengguna jalan untuk
supaya berhati – hati saat memasuki daerah
kerja.
3. Rambu Peringatan Konstruksi
Rambu ini dirancang baik secara tetap
maupun portable atau dapat dipndah-
pindah pada setiap segmen yang
membutuhkan penanda lalu lintas. Rambu-
rambu ini juga berfungsi sebagai pemberitahu
kepada pengguna jalan serta dibuat agar
efektif dan efisien dalam fungsinya sebagai
peringatan kepada pengguna jalan untuk
berhati- hati
4. Rambu Pengalihan
Rambu ini harus terlihat pada jarak 150 m
sebelum memasuki daerah konstruksi atau
sebelum daerah yang dianggap rawan
kecelakaan. Untuk jalur jalan yang padat akan
menambah tenaga bantu khusus sebagai
pengarah lalu lintas,
dapat digunakan dari aparat kepolisian lalu
lintas maupun security dari penyedia jasa.
Rambu pengalihan jalan bersifat tetap pada
titik-titik jalur pengalihan selama pekerjaan
berlangsung.

5. Rambu Penanda
Digunakan untuk peringatan jarak jauh yang
mampu memberikan peringatan kepada
pengguna jalan secara sekilas tanpa
mengganggu aktivitas mengemudi. Rambu ini
berfungsi sebagai intimidasi kepada para
pengguna jalan dan
angkutan proyek agar waspada dan berhati-hati
saat melewati daerah
tersebut.
6. Penghalang Lalu Lintas
Penghalang lalu lintas atau barikade dibuat
dengan bahan pvc yang dilapisi dengan cat
warna merah dan putih sebagai simbol
perlindungan area kerja maupun sebagai
pembagi jalur jalan.
Barikade digunakan untuk memandu lalu
lintas agar tidak melewati pekerjaan yang telah
selesai dikerjakan seperti perkerasan jalan atau
lokasi peralihan

2.1.4 Pemeliharaan Lalu Lintas


Pekerjaan ini dilakukan selama rentang waktu pelaksnaan pekerjaan baik dilokasi
zona kerja maupun di lokasi daerah kerja. Perbaikan maupun
penggantian semua peralatan maupun perlengkapan harus dilakukan
untuk menjamin pengendalian lalu lintas selama periode pelaksanaan pekerjaan
dapat terjaga dan terpelihara.
Koordinator manajemen keselamatan lalu lintas yang di tunjuk harus senantiasa
memastikan setiap peralatan dan perlengkapan disemua sector pekerjaan di
implementasikan dengan baik dan benar. Bilamana manajemen keselamatan lalu lintas
tidak di terapkan sesuai rencana atau ketentuan-ketentuan yang disepakati, baik itu
bersifat diabaikan maupun
pengurangan peralatan dan perlengkapan, maka pihak direksi pekerjaan
dapat memotong biaya operasional manajemen keselamatan lalu lintas dan semua
resiko yang berhubungan dengan pengendalian lalu lintas menjadi tanggung jawab
penyedia jasa selama masa pekerjaan berlangsung.

2.2 RENCANA KERJA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RKKPL)


Penyusunan Rencana Kerja pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan RKPPL untuk
melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup. Perlu disusun suatu rencana kerja penanganan
dampak lingkungan pada tahap konstruksi yang berupa penyusunan Rencana Kerja
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan RKPPL, Dasar Penyusunan RKPPL mengacu
pada ketentuan Dokumen Kontrak. Pemantauan lingkungan dimaksudkan untuk
memastikan bahwa pengelolaan lingkungan telah dilaksanakan dengan semestinya dan
meningkatkan kesadaran para pemrakarsa kegiatan untuk melaksanakan pengelolaan
lingkungan secara benar, bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab serta mengetahui
berbagai kendala dan permasalahan terhadap efektifitas dalam pelaksanaan pengelolaan
lingkungan. Laporan pemantauan ini akan tercakup dalam persyaratan laporan proyek yang
disiapkan oleh seluruh manajemen proyek dan tim konsultan dengan salinan lengkap
diserahkan ke Bank Dunia.
2.3 RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI (RK3K)
syarat kesehatan, kebersihan, serta penerangan dalam tempat kerja memberikan Semua
kecelakaan kerja harus dilaporkan pada petugas yang ditunjuk oleh departemen tenaga
kerja. Hukum keselamatan kerja mengatur tentang daftar pekerjaan yang mengharuskan
pemeriksaan kesehatan pekerja/buruh sebelum pekerja. Pemeriksaan kesehatan rutin juga
harus dilaksanakan. Perusahaan dengan 100 pekerja atau lebih dan memiliki resiko tinggi,
harus perwakilan pekerja/buruh harus setuju pada manajemen sistem keselamatan dan
kesehatan kerja. Juga harus dijelaskan kepada semua pekerja, supplier, dan pelanggan.
Kementrian melakukan pemeriksaan dan evaluasi secara rutin. Peraturan Menteri Tentang Kerja
No. 7 Tahun 1964 tentang persyaratan khusus untuk tempat kerja. a. Larangan Penggunaan
Pekerja Dibawah Umur dan/atau pekerja paksa
Berdasarkan pasal 68 dan pasal 69 UU No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan (UKK), pada prinsipnya pengusaha (Pemberi Kerja) dilarang
mempekerjakan anak. Namun pengecualian-pengecualian tertentu untuk
mempekerjakan anak, yakn i:
1. Untuk anak yang berumur antara 13 s/d 15 tahun hanya dapat dipekerjakan
untuk pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan kesehatan, fisik,
dan mental serta hubungan sosial (si anak). Untuk mempekerjakan anak pada
pekerjaan [ekerjaan yang ringan tersebut, harus memenuhi beberapa syarat, sebegai
berikut :
1) Ada izin tertulis dari orang tua/walinya
2) Dibuat perjanjian kerja antara pemberi kerja dengan orang tua/wali si anak,
sehingga jelas hubungan kerjanya
3) Waktu kerjanya maksimal 3 jam perhari
4) Hanya boleh dikerjakan pada siang hari sepanjang tidak mengganggu waktu
sekolah
5) Harus dijaga keselamatan dan kesehatan kerjanya (K3)
6) Upahnya dibayar sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2. Untuk anak yang berumur antara 15 s/d 18 tahun sudah dapat dipekerjakan
secara normal/umum akan tetapi tidak boleh dieksploitasi untuk bekerja pada
pekerjaan-pekerjaan yang membahayakan (The Worst Form) baik ancaman/bahaya
bagi kesehatan maupun keselamatan, bahkan moral si anak. Pada usia ini anak sudah
dianggap cakap (Bekwaam) untuk Melakukan hubungan kerja tanpa
kuasa/wali (Pasal 2 Ayat 3
Kepmenakertrans No Kep-235/Men/2003 dan Konvensi ILO No.138 serta
Konvensi ILO No. 182)

2.4 RENCANA PENGELOLAAN PEKERJA


Perekrutan tenaga kerja adalah suatu proses mencari tenaga kerja dengan mendorong
serta memberikan suatu penghargaan untuk melamar pekerjaan pada perusahaan.
Perekrutan ini dilakukan dengan memilih tenaga kerja yang telah berpengalam dan terampil
di bidangnya.

1. Perekrutan
a. Perjanjian Kerja
Seperti diatur oleh undang-undang ketenagakerjaan, yaitu bab 1 pada pasal definisi
umum no.14. Perjanjian kerja adalah perjanjian yang dibuat antara pekerja/karyawan
dan pengusaha atau majikan. Perjanjian yang dibuat antara pekerja/karyawan dan
pengusaha atau majikan. Perjanjian tersebut berisi persyaratan kerja, hak dan kewajiban
dari kedua belah pihak. Perjanjian kerja tidak dibuat dengan batas waktu, kecuali jenis
pekerjaan yang terkait adalah sementara/musiman. Jika perjanjian berlaku untuk waktu
tertentu, durasi tidak dapat lebih dari 2 tahun. Perjanjian jenis ini hanya dapat
diperpanjang sebanyak satu kali, untuk periode tidak lebih dari
1 tahun.
b. Masa Percobaan
Masa Percobaan dilakukan tidak boleh lebih dari 3 bulan, guna
menganalisa dan mengevaluasi hasil kinerja tenaga kerja.
c. Jam Kerja
Pada umumnya,jam kerja di Indonesia adalah sebagai berikut : 40 jam/minggu, ini
berarti 7 jam/hari selama 6 hari dalam seminggu, atau 8 jam/hari selama 5 hari
seminggu.
d. Lembur
Lembur maksimal selama 3 jam sehari atau 14 jam dalam seminggu, lembur
harus dilakukan dengan persetujuan dari karyawan. Maka dari itu, karyawan memiliki
hak untuk menerima upah lembur, dan karyawan yang bekerja selama hari libur juga
harus menerima upah lembur.
e. Upah Minimum
Upah minimum tergantung pada tiap-tiap daerah (kota atau provinsi). Perusahaan
harus mematuhi standar upah minimum yang berlaku. Perusahaan tidak berkewajiban
untuk membayar jika pada hari tertentu
karyawan tidak dapat bekerja.

2. Pengelolaan Basecamps
Pembuatan jadwal berkala untuk kebersihan dan kerapian basecamp menjadi tanggung
jawab penyedia jasa. Melakukan pengecekan baik kondisi maupun peralatan yang ada
pada lokasi. Melalui pelaporan dan pemantauan kondisi lewat lembar monitoring harian
sebagai bukti untuk monitoring kelengkapan dan peralatan yang ada pada Basecamp serta
kondisinya.

3. Asuransi Pekerja, Hak-hak dan Kewajiban


Mendapatkan Jaminan Kecelakaan kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM) yang
ditanggung oleh kontraktor dan besarnya ditetapkan berdasarkan nilai kontrak yang
dipergunakan sebagai dasar Perhitungan iuran termasuk Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%. Hak pekerja dalam melakukan pekerjaan,
mereka berhak mendapat alat perlindungan diri sesuai dengan lokasi dan resiko dari
pekerjaan yang akan mereka lakukan. Fasilitas
kesehatan yang berada di lokasi dan resiko dari pekerjaan yanh akan mereka
lakukan. Fasilitas kesehatan yang berada di lokasi pekerjaan serta klinik kesehatan
yang bertugas untuk memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan serta
himbauan untuk bekerja secara hati-hati baik dari metode pekerjaan dan penggunaan
alat. Sedangkan kewajiban tenaga kerja yaitu wajib dan patuh pada peraturan
perusahaan dengan menggunakan alat pelindung diri setiap Melakukan pekerjaan.
Menggunakan peralatan sesuai fungsinya dan mematuhi rambu-rambu yang tertera
dilokasi pekerjaan.

2.5 RENCANA UNTUK MEMPEROLEH PERSETUJUAN/PERIZINAN


Melakukan perizinan kepada kepala desa untuk izin akses ke lokasi serta penggunaan
jalan apabila digunakan sebagai jalan akses dengan ketentuan dan persyaratan harus
menjaga dan mengembalikan ke kondisi semula apabila jalan desa digunakana sebagai
jalan akses. Sedangkan untuk Borrow Pit mengajukan ijin lokasi yang akan dijadikan
borrow pit, apabila borrow pit merupakan asset dari pemerintah maka perizinan melalui
direksi.
2.6 RENCANA MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
TERDAMPAK
1. Strategi Pendekatan dan Sosialisasi dengan Masyarakat Terdampak Memberikan
Penyuluhan dan sosialisasi tentang pekerjaan yang akan dikerjakan serta metode
pekerjaan yang akan dikerjakan. Memberikan
gambaran mengenai kemungkinan dampak pekerjaan yang akan dikerjakan. Memberikan
gambaran mengenai kemungkinan dampak yang terjadi baik personal maupun
kelompok. Melakukan tindakan pencegahan serta
penanganan untuk meminimalisir dampak yang terjadi
2. Penyuluhan Mengenai HIV/AIDS dan Penyakit Seksual Menular
Memberikan arahan dan peraturan untuk tenaga kerja agar patuh dan taat pada peraturan
perusahaan selama masa pekerjaan konstruksi berlangsung. Pemberian sanksi kepada
tanaga kerja yang melanggar serta melimpahkan pada hukum yang berlak.
Memberikan arahan kepada masyarakat untuk
saling menjaga dan mematuhi hukum adat setempat maupun hukum yang berlaku.
3. Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender (Gender Based Violence/GBV ) Memberikan
perlindungan kepada tenaga kerja wanita yang ikut bekerja dengan memberikan
perlindungan dan porsi kerja sesuai dengan kemampuannya. Jaminan
keselamatan serta perlakuan yang setara tanpa membedakan Ras maupun Gender.
Serta tidak membedakan ras maupun gender pada masyakarat sekitar yang ingin ikut
serta dalam pelaksanaan pekerjaan dengan ketentuan kemampuan yang berlaku.
4. Kekerasan Terhadap Anak (Violence Against Children/VAC)
Penggunaan tenaga kerja dibawah umur dengan syarat perizinan orang tua/wali serta
persyaratan sesuai dengan undang-undang yang berlaku sebagai bentuk partisipasi
dalam pemajuan pembangunan di wilayah
pekerjaan yang terdampak. Memberikan arahan serta perlindungan terhadap anak dengan
tidak melakukan eksploitas yang bertentangan dengan undang-
undang.
5. Dermarkasi Lokasi dan Akses Warga yang memiliki risiko Kesehatan dan
Keselamatan
Melakukan pencegahan dan penanganan untuk lokasi jalan akses yang memiliki
dampak polusi serta dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Penanganan dengan
Melakukan pembasahan dan pembersihan jalan akses setelah jam kerja selesai, dengan
tujuan untuk mengurangi dampak polusi dan membersihkan tumpukan sisa material yang
berserakan di jalan.
6. Manajemen Polusi dan Limbah
Untuk bahan limbah sisa pekerjaan yang tidak dapat digunakan dan mungkin dapat
menimbulkan limbah bagi lingkungan sekitar, dilakukan pengumpulan
dan pemindahan oleh penyedia jasa ke lokasi yang telah ditentukan oleh direksi. Serta
limbah yang kiranya dapat mengganggu dan memerlukan perlakuan khusus dilakukan
dengan arahan dan persetujuan dari direksi.

2.7 MEKANISME PENANGANAN KELUH BAGI PEKERJA KONSTRUKSI DAN


MASYAKARATYANG TERDAMPAR
a. Langkah Mekanisme Penanganan
Adapun tahapan yang akan dilaksanakan untuk penanganan pada masyarakat
terdampak sebagai berikut :
Pengaduan Masyarakat
Terdampak Melalui Persetujuan Pelaksana Ahli Lingkungan dan K3
Rt/Rw dan Disahakan Oleh

Umumkan Hasil
Inventarisasi dan Inventarisasi Aset dan Identifikasi Tim Penanggulangan
Identifikasi Dampak

Negosiasi dan Solusi Monitoring dan Evaluasi

b. Hak Masyarakat Terdampak


Mengajukan pemebenahan untuk aset yang terdampak saat pelaksanaan pekerjaan.
Pemberian santunan kepada masyarakat terdampak dengan cara
negosiasi dan sesuai dengan adat setempat maupun hukum yang berlaku sesuai
besaran yang terdampak kepada masyarakat atau golongan
2.2 RENCANA MANAJEMEN RESIKO LINGKUNGAN DAN SOSIAL YANG MUNGKIN TIMBUL AKIBAT PELAKSANAAN PEKERJAAN

KEGIATAN ASPEK MASALAH LINGKUNGAN DAN SOSIAL TINGKAT


DAMPAK
- Area disekitar lokasi proyek menjadi kotor
Pekerjaan Galian Tanah Peralatan Galian - Jalan-jalan menjadi licin akibat dari tanah galian Resiko Sedang
Manual
- Polusi udara-Debu yang terdampak saat proses penggalian dari material galian yang beterbangan
Pekerjaan timbunan tanah Penempatan Sisa Galian - Penempatan sisa galian pada lahan masyarakat sekitar yang bersinggungan dengan lokasi pekerjaan
Resiko Kecil
kembali
- Mengganggu aktifitas masyarakat sekitar yang bersinggungan dengan lokasi pekerjaan
- Polusi Kebisingan-dampak dari kegiatan pembongkaran
- Polusi Air-Potensi tambahan sedimen atau material lain yang mengendap di dalam perairan selama kegiatan pembongkaran
Pekerjaan Pasangan batu Penempatan material batu - Polusi udara-padasaat pengangkutan dan penempatan Resiko Sedang
1 PC : 4 PP

- Polusi udara-Debu dari mobilisasi material yang mengganggu pernapasan masyarakat yang dilalui
- Polusi kebisingan-dampak dari kegiatan pengecoran maupun saat mobilisasi material. Resiko Kecil
Pekerjaan Plesteran Pekerjaan Plesteran
1 PC : 3 PP
- Polusi kebisingan-dampak dari kegiatan pembesian maupun saat mobilisasi material.
- Polusi tanah-dampak dari sisa potongan yang tidak terbuang dapat mencemari tanah dan merusak tanaman
Siaran 1 PC : 2 PP Pekerjaan siaran Resiko Kecil
Polusi udara-Debu yang terdampak saat proses penggalian dari material galian yang beterbangan
Pemasangan bronjong Pekerjaan bronjong kawat - Penempatan sisa potongan kawat pada lahan masyarakat sekitar yang bersinggungan dengan lokasi pekerjaan
dia 3 mm galvanis galvanis Resiko Kecil

- Polusi kebisingan-dampak dari kegiatan pengecoran maupun saat mobilisasi material.


- Polusi beton-dampak dari sisa beton yang tidak terbuang dapat mencemari tanah dan merusak tanaman Resiko Sedang
Pekerjaan Beton K-225 Pekerjaan Pengecoran
BAB III
MONITORING DAN EVALUASI

Penyelenggaraan NTG-CW-9: LANJUTAN REMEDIAL BENDUNGAN HALIWEN akan dipantau


dan dievaluasi secara berkala dalam Penerapan Strategi Pengelolaan dan Rencana Pelaksanaan
(SPRP). Status dan dampak kepada lingkungan maupun sosial harus tercakup dalam laporan
sehingga dapat termonitor dengan baik. Monitoring dan Evaluasi akan terpusat oleh indikator-
indikator utama yang dirincikan dalam dokumen lelang dan persetujuan dari direksi.
1. Pemantauan Kinerja
Pertemuan-pertemuan publik dengan masyarakat sekitar proyek yang terdampak dan telah
ditindaklanjuti baik secara inventarisasi lokasi terdampak maupun asset yang terdampak
maupun dampak yang berimbas pada sosial masyarakat, baik secara kesehatan maupun
moral.

2. Pemantauan Dampak
Pemantauan dimaksudkan untuk memberikan penilaian obyektif pada dampak yang terjadi
serta kesesuaian penanganan dampak yang terjadi.

3. Audit Penyelesaian
Tidak hanya merekan pencapaian akhir, akan tetapi juga menarik pemantauan dampak untuk
menentukan apakah sudah menekan atau menghilangkan dampak yang terasa pada masyarakat
sekitar proyek.

Belu, 11 Juni 2021


PT. KALAPA SATANGKAL MAKMUR SEJAHTERA

APOLINARIO DA SILVA
Direktur Cabang
KODE ETIK PERUSAHAAN
KODE ETIK PERUSAHAAN

DAFTAR ISI................................................................................................. 60
KATA SAMBUTAN MANAJEMEN KSO ............................................................. 61
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 62
A. LATAR BELAKANG ............................................................................ 62
B. TUJUAN .... ...................................................................................... 62
C. VISI DAN MISI .................................................................................. 63
II. NILAI DAN DASAR K3 PERUSAHAAN........................................................ 63
A. NILAI - NILAI PERUSAHAAN ................................................................ 63
B. FAKTOR PENUNJANG K3................................................................... 64
C. MANFAAT BUDAYA K3 DI TEMPAT KERJA ........................................... 64
D. KESETARAAN GENDER DAN KESEMPATAN KERJA ............................... 64
III. RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN
(RK3L) ..................................................................................................... 65
A. KOMITMEN ATAS KEBIJAKAN K3L DAN SASARAN TARGET K3L........... 65
B. SASARAN DAN PROGRAM K3L ........................................................... 66
C. IMPLEMENTASI ................................................................................... 67
IV. PEDOMAN PERILAKU PERUSAHAAN
.................................................................. 68
V. PETUNJUK PELAKSANAAN DAN PELAPORAN .................................................71
A. SOSIALISASI
........................................................................................................ 71
B. KOMITMEN DAN TANGGUNG JAWAB
.......................................................... 71
C. PELANGGARAN
.................................................................................................. 71
D. MEKANISME PELAPORAN PELANGGARAN ................................................ 71
E. PENANGANAN PELANGGARAN
...................................................................... 72
F. SANKSI
................................................................................................................. 72
VI. PENUTUP
.................................................................................................................... 73
I. KATA SAMBUTAN MANAJEMEN

Sebagai manajeman PT. KALAPA SATANGKAL MAKMUR SEJAHTERA, kami


menjunjung dengan baik Kode Etik Perusahaan demi kebaikan seluruh karyawan baik dari
golongan staff, pengawas, pekerja, sampai dengan tingkatan Direksi dan Dewan Komisaris
Perusahaan.

Semua karyawan tetap, paruh waktu, ataupun karyawan kontrak memiliki kewajiban
hingga Direksi sekalipun wajib untuk mengikuti Kode Etik dan mematuhi semua
kebijakan dan prosedur Perusahaan, serta semua undang- undang, aturan dan peraturan
yang berlaku di negara. Kode Etik Perusahaan ini kami terapkan demi tercapainya satu
kesatuan perusahaan yang baik dan besar dari sekarang sampai kedepanya. Peran
masing- masing individu dalam perusahaan sangatlah penting, dimana untuk menjaga
hubungan yang harmonis antar karyawan, baik antar sesama karyawan sampai dengan pihak
luar harus senantiasa menaati Kode Etik Perusahaan yang berlaku tanpa pandang
perbedaan.

Dan sebagai bagian dari pengelolaan perusahaan yang baik, kami percaya bahwa
penerapan Kode Etik Perusahaan yang menyeluruh dan berkesinambungan akan
memberikan pondasi yang kuat dan akan semakin meningkatkan kepercayaan diri untuk
menghadapi tantangan dalam kondisi apapun.
II. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kode Etik berfungsi sebagai panduan agar kita bertindak secara etis dan sesuai
dengan hukum yang berlaku saat kita melakukan pekerjaan di manapun dan
kapanpun. Kode ini menjelaskan standar-standar yang perlu kita patuhi dalam
menjalankan nilai-nilai Perusahaan, begitu juga dengan Undang-Undang, peraturan,
dan kebijakan tertentu yang terkait.

Istilah K3 atau Keselamatan dan kesehatan kerja saat ini sudah sangat nyaring
terdengar apalagi dikalang para pekerja suatu industry ataupun pabrik, dengan
adanya slogan “zero accident” maka istilah K3 semakin akarab dengan telinga
masyarakat. Akan tetapi, tidak bayak orang yang mengetahui apa itu K3 dan hanya
mendengar sepintas mengenai istilah K3 ini.

Di Indonesia, pemerintah membantu dengan memberlakukan peraturan dan


perundangan. Undang-undang yang memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja
adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Permenaker
No.Per.03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja. Atas dasar inilah maka
peran tenaga kesehatan kerja sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk
melaksanakan Undang-
undang tersebut di atas. Tenaga Kesehatan yang bekerja di perusahaan merupakan
Ahli Kesehatan Kerja (occuptional health specialist) yang bekerja dalam komunitas
pekerja dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan tempat
kerja dan berfokus pada keselamatan kerja, serta menggunakan prinsip-prinsip
pencegahan dan pengendalian efek yang merugikan selama interaksi pekerja dengan
tempat kerja. Tenaga kesehatan yang bekerja di perusahaan selain harus mahir dan
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang penyakit-penyakit akibat kerja, mengetahui
cara-cara pencegahan, diagnosis dini dan usaha-usaha lain dalam memberantas
penyakit akibat kerja, mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan hubungan
kerja yang kurang baik, berkurangnya gairah kerja, serta hal-hal lain, juga harus
mempunyai etika tenaga kesehatan dalam tugas mereka.

B. TUJUAN
Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan iklim yang
kondusi bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik kecelakaan dan
penyakit kerja yang ringan maupun fatal harus dipertanggungjawabkan oleh pihak-
pihak yang bersangkuta.
Tujuan dari dibuatnya program keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk
mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja. Beberapatujuan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
:

1 Mencegah kerugian fisik dan finansial baik dari pihak karyawan dan
perusahaan.
2 Pencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas perusahaan.
3 Penghemat biaya premi asuransi.
4 Penghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan
kepada karyawannya

C. VISI DAN MISI

Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi, kami selalu


mengedepankan kesejahteraan karyawan perusahaan (berbagai posisi jabatan)
demi hubungan yang baik didalam perusahaan. Hubungan baik dalam perusahaan
inilah yang menjadikan kami senantiasa memberiakn layanan jasa konstruksi yang baik
kepada pelanggan kami baik Pemerintah maupun Swasta. Pemaparan dan Penerapan
Kode Etik Perusahaan harus tepat sasaran guna membawa perusahaan pada visi dan
misi lebih efisien dan optimal baik dalam lingkungan perusahaan maupun
diluar perusahaan.

● VISI
Untuk menjadi Perusahaan Konstruksi yang terpercaya dalam Infrastruktur Sumber
Daya Air, Tenaga Air, Bangunan dengan Rekayasa yang Efektif dan Efisien,
Manajemen Proyek dan Strategi Kerjasama.

● MISI
Menyediakan Jasa Konstruksi Profesional yang berfokus pada Infrastruktur
Sumber Daya Air, Pembangkit Listrik Tenaga Air dan Bangunan dengan metode,
teknologi, sumber daya, dan sistem yang terpercaya, efektif, dan memberi kepuasan
stakeholder.

III. NILAI DAN DASAR K3 PERUSAHAAN A.

NILAI - NILAI PERUSAHAAN


● Kedisiplinan
Berusaha mendisiplinkan diri dengan menaati peraturan yang kita buat sendiri.
Membuat jadwal kegiatan dalam sehari/seminggu/sebulan atau dalam kurun
waktu tertentu akan membantu dalam melatih disiplin.
Dengan begitu, kita akan berusaha bertindak/melakukan kegiatan sesuai jadwal dan
membuat hidup teratur tanpa adanya waktu yang terbuang
sia- sia.
● Kejujuran
Kejujuran merupakan kunci untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Sekali
tidak jujur, selamanya orang tidak akan percaya pada kita. Maka kejujuran perlu
ditanamkan pada setiap profesi.
● Kemandirian
Terdapat waktu dimana kita akan menerima banyak tuntutan untuk mandiri, baik
itu di kehidupan kerja maupun kehidupan diluar kerja. Dalam kondisi seperti itu,
kita harus bisa mengerjakan sesuatu masalah dengan sendiri, tidak bergantung pada
orang lain, agar tidak mempersulit masalah yang sudah ada. Kemandirian bukan
berarti melatih kita untuk individual dan egois, tetapi lebih menekankan pada
penggalian seluruh potensi yang dimiliki agar mampu menyelesaikan setiap
masalah.
● Keberanian mengambil resiko
Segala sesuatu yang dilakukan pasti ada resikonya. Orang yang tidak pernah
berhadapan dengan resiko berarti ia tidak pernah melakukan apa-apa.
Sebaliknya, orang yang banyak menghadapi resiko berarti ia melalukan banyak
hal. Tetapi bila sudah niat dan sungguh- sungguh, apapun resikonya akan dijalani
dengan ikhlas dan lapang dada. Di balik setiap resiko, suatu saat pasti ada
manfaatnya yang bisa dipetik.

B. FAKTOR PENUNJANG K3
● Komitmen Manajemen Terhadap Keselamatan Kerja
● Peraturan dan Prosedur Keselamatan Kerja
● Komunikasi
● Keterlibatan Pekerja dalam Keselamatan Kerja
● Lingkungan Sosial Pekerja
● Perilaku Keselamatan Kerja
● Kepemimpinan Keselamatan (Safety Leadership)

C. MANFAAT BUDAYA K3 DI TEMPAT KERJA


Budaya keselamatan yang baik dapat membentuk perilaku pekerja terhadap keselamatan
kerja yang diwujudkan melalui perilaku aman dalam
melakukan pekerjaan.
Manfaat budaya keselamatan di tempat kerja adalah :
● Meminimalkan kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan/ kelalaian yang
dilakukan individu
● Meningkatkan kesadaran akan bahaya melakukan kesalahan/ kelalaian
● Mendorong pekerja untuk menjalani setiap prosedur aman dalam semua tahap
pekerjaan
● Mendorong pekerja untuk melaporkan kesalahan / kekurangan sekecil apapun
yang terjadi untuk menghindari terjadinya kecelakaan

D. KESETARAAN GENDER DAN KESEMPATAN KERJA


Salah satu pemenuhan tanggung jawab terkait ketenagakerjaan adalah penjaminan
atas hak seluruh karyawan dapat diperlakukan secara adil dan setara tanpa ada
kebijakan intenal yang membedakan hak karyawan berdasarkan diskriminasi suku,
agama, ras, golongan maupun terkait dengan gender. Prinsip kesetaraan ini
ditegakkan antara lain melalui pemberian kesempatan kerja bagi setiap gender
secara adil, memberikan
hak cuti kepada karyawan yang mengambil cuti melahirkan serta memberikan
kesempatan yang sama bagi setiap karyawan untuk mengembangkan diri serta
memperoleh peningkatan karir.

IV. RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (RK3L) A.

KOMITMEN ATAS KEBIJAKAN K3L DAN SASARAN TARGET K3L


1 KEBIJAKAN/POLICY
PT. KALAPA SATANGKAL MAKMUR SEJAHTERA telah menyusun dan
menetapkan kebijakan terkait K3L untuk lingkungan kerjanya. Selanjutnya,
kebijakan tersebut akan dikomunikasikan serta dipelihara sesuai dengan ruang
lingkup kerja. Kebijakan tersebut merupakan bukti nyata terhadap komitmen
manajemen PT. KALAPA SATANGKAL MAKMUR SEJAHTERA dalam
merencanakan tujuan K3L pada operasi bisnisnya.

Sosialisasi kebijakan K3L dilaksanakan dalam kegiatan yang bersifat komunikatif


seperti tool box meeting, safety induction, safety talk, dan lainnya yang diikuti
oleh manajemen, pelaksana pekerjaan, hingga tenaga kerja di lapangan serta di
sosialisasikan melalui papan informasi yang berada di site ke seluruh pekerja harian.
Kebijakan K3L, yang telah di tandatangani oleh Direktur Cabang dan di
komunikasikan, selanjutnya dapat untuk dipahami dan dijalankan dengan
kepatuhan oleh seluruh karyawan dan para mitra Penyedia jasa yang terlibat.

2 KEBIJAKAN K3L PERUSAHAAN


Kebijakan K3L Perusahaan menjadi dasar dari Sistem Manajemen
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan. Kebijakan K3L
menggambarkan bagaimana komitmen manajemen dalam hal Keselamatan dan
Kesehatan Kerja para karyawan serta lainnya, dan juga dalam upaya perlindungan
terhadap lingkungan atas setiap pelaksanaan kegiatan-kegiatan perusahaan.

Kebijakan tersebut diamanatkan kepada para manajemen lini untuk menjadi


wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam setiap pelaksanaan
kegiatan perusahaan serta dikomunikasikan dan dipelihara di lingkungan kerja yang
terkait. Hal tersebut mencerminkan keinginan manajemen serta bersungguh-sungguh
dalam :
● Melindungi karyawannya dari kecelakaan kerja maupun dampak yang
diakibatkan dari aktivitas kerja tersebut.
● Menekan seminimal mungkin angka kecelakaan kerja.
● Menekan dampak lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas proyek dari
perusahaan.
● Melindungi peralatan dari kerusakan yang serius.
● Menaikkan citra perusahaan dan meningkatkan moral karyawan.
● Memenuhi harapan pelanggan di dalam penerapan aspek K3L.

3 KEBIJAKAN K3L PROYEK


Kebijakan K3L untuk project ini dibuat, ditetapkan dan dikomunikasikan kepada
semua personil yang terlibat. Kebijakan tersebut mencakup : Setiap aktifitas pekerjaan
wajib dilakukan identifikasi bahaya kecelakaan
kerja, penilaian
● dan pengendalian resiko (membuat JSA) yang telah disetujui baik dari manajemen
(Project Manager) dan Tim HSE Project.
● Melakukan peninjauan terhadap kejadian berbahaya yang berakibat kecelakaan
kerja dengan mengimplemenntasikan JSA.
● Melakukan peninjauan terhadap kesehatan kerja.
Penilaian efisiensi dan efektifitas, sejak perencanaan dan implementasi
dan pemantauan, dengan cara peninjauan dan dijadikan agenda rapat K3L
periode mingguan dan atau bulanan.
● Melakukan Penilaian Kinerja Manajemen terhadap Upaya
pengendalian potensi bahaya, periode Mingguan dan Bulanan.
● Komitmen dalam pencegahan kecelakaan kerja dan akibat penyakit.
● Komitmen terhadap persyaratan dan perundang-undangan yang berlaku.
● Memastikan ketersediaan sumber daya sesuai dengan kebutuhan proyek.
● Melaksanakan perbaikan-perbaikan sebagai bentuk perbaikan
berkesinambungan di dalam aspek penerapan K3L.

Komitmen terhadap pelarangan penggunaan alkohol dan obat-obatan, pelarangan


● Penggunaan senjata di dalam area kerja maupun tindakan-tindakan yang dapat
merugikan perusahaan.
 Setiap kegiatan sosialisasi melibatkan pekerja secara proaktif dengan bersama
dalam pengendalian potensi bahaya, seperti aktifitas: Proses Safety Induction –
Training – JSA – Toolbox meeting – House Keeping dan lain-lainnya
● Setiap pekerjaan yang dilaksanakan harus berdasarkan Ijin Kerja / Work
Permit yang telah disetujui.

B. SASARAN DAN PROGRAM K3L


Sasaran K3L merupakan tujuan atau cita-cita yang terukur dari suatu proyek atau proses
bisnis terhadap resiko K3L yang di ingin dicapai. Terdapat syarat- syarat yang menjadi
acuan dalam menyusun sasaran dan program K3L agar sasaran K3L dapat tercapai,
antara lain yaitu :
● Terukur, dapat diterapkan dan sesuai dengan kebijakan K3L Perusahaan.
● Terdapat penanggung jawab terhadap program yang di susun. Ditinjau secara
berkala yang direncanakan menurut jangka waktu tertentu dan disesuaikan
● seperlunya untuk menjamin tercapainya sasaran/tujuan/target K3.
Mengacu pada pemenuhan peraturan perundang-undangan terkait resiko K3
(termasuk pada.
● Pilihan teknologi, pendanaan, persyaratan bisnis dan operasional serta
pandangan pihak ke tiga yang berhubungan dengan aktivitas operasional
organisasi proyek).

C. IMPLEMENTASI
A Safety Induction
Seluruh orang, baik itu pekerja, tamu atau subcontractor sebelum memasuki
area kerja harus mendapatkan safety induction untuk
memberikan informasi yang cukup kepada mereka apa yang boleh dilakukan
dan yang tidak boleh dilakukan di lokasi kerja, project
overview,policy, emergency respon, serta bahaya dan risikonya, APD, dan sikap
kerja aman. Setiap orang mungkin memerlukan katagori penjelasan
informasi yang berbeda.

B Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi


Perusahaan memastikan bahwa komunikasi dua arah antara line management,
line supervisor, pekerja dan subcontractor selalu terbuka dan terpelihara untuk
meningkatkan pola kerja, efisiensi, keselamatan dan kesehatan kerja atau apapun
yang berhubungan dalam rangka menciptakan tempat kerja yang aman. Hal
ini diharapkan dapat merangsang respon yang positif dari semua orang. Dan
memastikan semua data mengenai keselamatan dan kesehatan kerja (laporan
bulanan dan data statistik kecelakaan, minute of meeting, corrective action
request, data pelatihan, dll) dipelihara dan disimpan dengan baik.
Komunikasi dilakukan secara internal maupun eksternal sesuai dengan jadwal
yang telah dijadwalkan.

C Toolbox meeting / Safety Talk


Toolbox meeting (+/-15 min.) akan dilakukan setiap hari oleh masing- masing
group dan dipimpin oleh pelaksana atau leader masing-masing. Kegiatan ini akan
memberikan kesempatan kepada pelaksana atau leader dan pekerjanya untuk
saling bertukar informasi secara teratur. Dalam pertemuan ini tidak hanya
membicarakan masalah keselamatan dan kesehatan kerja, tapi para pelaksana atau
leader harus menjelaskan kepada mereka mengenai pekerjaan yang harus dilakukan
pada hari itu, diskusi dari pertemuan ini akan di catatkan pada attendance list
atau absen dari pekerja yang mengikutinya.

D HSE Weekly Meeting


Aktifitas ini akan dilakukan 1 kali setiap minggu dan di arahkan oleh HSE personil
dengan perwakilan HSE sub contractor dan dihadiri oleh perwakilan
manajemen dan owner/customer dan membahas tukar pikiran secara teratur,
rencana pekerjaan disetiap area, membahas hasil inspeksi dan membahas mengenai
unsafe action dan unsafe condition di area kerja. HSE Meeting akan dilaksanakan
secara situasional jika terjadi kejadian-kejadian tertentu yang membutuhkan perhatian
khusus seperti kecelakaan.

E Meeting P2K3
Meeting P2K3 dapat disebut sebagai management review meeting wajib
dilaksanakan sekurang kurangnya sekali dalam sebulan, hal ini merujuk kepada
Kepmenaker No.155/MEN/1984 Pasal 6 yang mengatakan rapat P2K3 wajib
dilaksanakan minimal 1 kali tiap satu bulan.
Project manager dan Line management harus melakukan Management
Review. Pertemuan ini akan meninjau pelaksanaan standard cara kerja yang aman
dan rencana strategis lainnya dalam rangka program
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

F Evaluasi Resiko
Dalam Manajemen Risiko K3L yang meliputi proses identifikasi bahaya pada
Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan untuk menilai risiko, menentukan
tindakan untuk menghilangkan, memantau dan mengurangi Risiko secara terus
menerus.
● Identifikasi dan Daftar Bahaya
● Penilaian Resiko
● Job Safety Analysis (JSA) / Analisa Keselamatan Kerja
● Pengendalian Resiko
● HSE Promotion dan Preventif

V. PEDOMAN PERILAKU PERUSAHAAN


Selain etika, yang tidak kalah pentingnya adalah pertanggungjawaban sosial perusahaan
terhadap perilaku. Etika sangat berpengaruh terhadap tingkah laku individual. Tanggung
jawab sosial mencoba menjembatani komitmen individu dan kelompok dalam suatu
lingkungan sosial, seperti pelanggan, perusahaan lain, karyawan, dan investor.
Tanggung jawab sosial menyeimbangkan komitmen-komitmen yang berbeda.
1 Perilaku terhadap karyawan
Menghormati hak karyawan perusahaan serta senantiasa mengikutsertakan karyawan
dalam
● Menetapkan kebijakan pengelolaan Karyawan secara konsisten sesuai
ketentuan dan peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
● Memposisikan karyawan sebagai aset berharga perusahaan yang memiliki keunggulan
berbeda pada masing-masing karyawan Memberikan tunjangan, fasilitas dan
remunerasi lainnya kepada karyawan yang kebijakannya diatur dalam peraturan
perusahaan
● Menghargai kreativitas, inovasi dan inisiatif Karyawan yang memberikan nilai tambah
terhadap Perusahaan.
● Perusahaan mendukung adanya pengembangan diri karyawan untuk memperluas
kompetensi dan wawasannya melalui pelatihan, seminar, sosialisasi peraturan, dan
lainnya.
● Memberikan bimbingan konseling terhadap karyawan untuk mencegah adanya
tindakan kekerasan berbasis Gender (Gender Based Violence/GBC) dan
Kekerasan Terhadap Anak (Violence Against Children/VAC) baik dalam
lingkungan perusahaan, keluarga maupun lingkungan/masyarakat sekitar.

2 Perilaku terhadap pelanggan


● Menjaga kualitas produk dan jasa yang prima, sesuai dengan standar nasional dan
internasional demi kepuasan pelanggan
● Hal terpenting dalam persaingan adalah memberikan hak untuk memilih barang dan
jasa yang mereka perlukan.
● Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tidak mengganggu persaingan dan
mengabaikan undang-undang antimonopoli (antitrust).
● Memberikan informasi secara jelas atas produk dan jasa yang dihasilkan serta
menyediakan sarana komunikasi bagi Pelanggan.
● Memperhatikan kebutuhan dan kepentingan pelanggan serta berusaha semaksimal
mungkin untuk memenuhinya.
● Mengedepankan standar layanan yang profesional dengan prinsip-prinsip tepat jumlah,
tepat waktu, tepat informasi dan tepat sasaran.

3 Perilaku terhadap subkontraktor


● Memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh subkontraktor.
● Proses pengadaan barang dan jasa di Perusahaan harus bebas Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN). Memberikan instruksi/pedoman pelaksanaan kerja serta K3
perusahaan untuk diterapkan dalam proses pengerjaan proyek di lapangan,
● Hubungan usaha dengan subkontraktor adalah dengan bekerjasama dengan
yang telah memenuhi kualifikasi/standar yang ditetapkan dan
secara konsisten mampu memenuhi standar kualitas, biaya dan
profesionalitas yang diharapkan oleh perusahaan kami.
● Membangun komunikasi secara intensif dengan subkontraktor untuk mencari
solusi yang terbaik dalam rangka peningkatan kinerja di lapangan terhadap proyek
berjalan.
● Menerapkan standar etika kerja yang sama kepada setiap subkontraktor dalam batas-
batas toleransi yang diperbolehkan oleh hukum.
● Memberikan sosialisai terhadap subkontraktor untuk mencegah adanya tindakan
kekerasan berbasis Gender (Gender Based Violence/GBC) dan Kekerasan
Terhadap Anak (Violence Against Children/VAC) baik dalam
lingkungan perusahaan serta lingkungan sekitar lokasi proyek.

4 Perilaku terhadap pemasok


● Memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh pemasok.
● Proses pengadaan barang dan jasa di Perusahaan harus bebas Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN). Memberikan instruksi/pedoman pelaksanaan kerja serta K3
perusahaan untuk diterapkan dalam proses pengiriman barang di lapangan
● Hubungan usaha dengan pemasok adalah dengan bekerjasama dengan pemasok
telah memenuhi kualifikasi/standar yang ditetapkan dan secara konsisten mampu
memenuhi standar kualitas, biaya dan profesionalitas yang diharapkan oleh
perusahaan kami.
● Membangun komunikasi secara intensif dengan pemasok untuk mencari solusi
yang terbaik dalam rangka peningkatan kinerja di pasokan barang di lapangan.
● Menerapkan standar etika kerja yang sama kepada setiap pemasok dalam batas-batas
toleransi yang diperbolehkan oleh hukum.
● Memberikan sosialisai terhadap pemasok untuk mencegah adanya tindakan
kekerasan berbasis Gender (Gender Based Violence/GBC) dan Kekerasan
Terhadap Anak (Violence Against Children/VAC) baik dalam lingkungan
perusahaan serta lingkungan sekitar lokasi proyek.

5 Perilaku terhadap Masyarakat Sekitar


● Selalu menghormati aturan atau hukum adat yang berlaku di masyarakat sekitar.
● Menjadikan masyarakat sekitar lokasi proyek perusahaan sebagai mitra kerja dalam
mencapai
● keberhasilan guna memberikan pekerjaan yang layak.
● Aktif menjalin komunikasi yang baik serta aktif terlibat dalam kegiatan- kegiatan
● Melarang karyawan memberikan janji-janji kepada masyarakat di luar
kewenangannya.
● Tidak melakukan tindakan-tindakan yang mengarah kepada diskriminasi masyarakat
berdasar suku, agama, ras dan antar golongan.

6 Perilaku terhadap Lingkungan


● Ramah lingkunga dengan memerhatikan, melestarikan, dan menjaga lingkungan,
yaitu tidak membuang limbah yang mencemari lingkungan,
berusaha mendaur ulang limbah yang merusak lingkungan, dan menjalin komunikasi
dengan kelompok masyarakat yang ada di lingkungan sekitarnya.
● Mematuhi segala peraturan dan undang-undang terkait isu Iingkungan.
● Menjaga kelestarian atas berbagai keanekaragaman flora dan fauna yang ada di
sekitar lokasi kerja. Menyerahkan penemuan tak terduga atas warisan budaya (Chance
find procedure for cultural herigae) kepada pemerintah daerah terlebih dahulu untuk
ditindaklanjuti.

7 Perilaku terhadap Hukum, Ketentuan dan Peraturan Lain


● Mematuhi ketentuan Pemerintah Pusat dan/atau Daerah seperti peraturan perundangan
yang berkaitan dengan usaha Perusahaan.
● Membina hubungan yang sehat, harmonis dan konstruktif dengan Regulator dan instansi
terkait lainnya baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
● Jujur dan transparan dalam berhubungan dengan semua instansi dan pejabat
Pemerintah Pusat dan/atau daerah.
● Mengedepankan penyelesaian melalui jalur musyawarah untuk mencapai mufakat
dalam setiap perselisihan dengan pihak lain, menempuh jalur hukum bila
musyawarah tersebut tidak membuahkan hasil, dan menghormati hasil dari proses
hukum tersebut.
● Tidak melakukan pembayaran untuk tujuan dan/atau dengan cara yang melanggar
hukum serta terlibat dalam kegiatan yang bertentangan dengan hukum.
● Mendukung proses penegakan hukum dengan memberikan informasi yang lengkap
dan relevan kepada penegak hukum.

VI. PETUNJUK PELAKSANAAN DAN PELAPORAN A.

SOSIALISASI
Sosialisasi merupakan tahapan penting dalam penerapan Code of Conduct (COC).
Pelaksanaan sosialisasi dilakukan oleh Tim K3 Perusahaan yang dikoordinasikan
oleh unit SDM. Perusahaan bertanggung jawab terhadap sosialisasi COC agar
berjalan efektif dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
● Membangun komitmen bagi seluruh pihak-pihak yang berkepentingan dengan
Perusahaan.
● Mewujudkan kesadaran dari pihak-pihak terkait untuk melaksanakan
COC ini.
● Memberikan kesadaraan kepada Karyawan bahwa COC merupakan bagian tak
terpisahkan dari praktik bisnis dan penilaian kinerja seluruh Karyawan Perusahaan.
● Melengkapi peraturan Perseroan dengan sanksi atas pelanggaran yang terjadi dan
membangun sistem untuk memantau penerapan Pedoman Etika dan Perilaku.
● Jika diperlukan pelatihan terhadap peneratan COC yang berkaitan dengan K3 di
proyek maka akan dilaksanakan pelatihan dengan Jasa Pelatihan K3 yang
berkompeten.

B. KOMITMEN DAN TANGGUNG JAWAB


Perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan harus memiliki komitmen untuk sadar
diri dengan COC yang ada berdasar sistem nilai dan budaya kerja di Perusahaan.
Demi pencegahan adanya tindakan kekerasan berbasis Gender (Gender Based
Violence/GBC) dan Kekerasan Terhadap Anak (Violence Against Children/VAC)
serta isu global baik dalam lingkungan perusahaan serta lingkungan sekitar lokasi
proyek. Komitmen dan Tanggung Jawab tersebut adalah :
● Seluruh Insan Perusahaan wajib menandatangani Pakta Integritas yang merupakan
komitmen Insan.
● Perusahaan untuk melaksanakan COC dan berlaku untuk penerapan keseharian.
● Direksi bertanggung jawab atas terlaksananya Pakta Integritas bagi seluruh Insan
Perusahaan sesuai
● dengan unit kerja masing-masing untuk keberhasilakn penerapannya.
● Senantiasa berkomitmen dan bertanggung jawab ata apa yang telah dilakukan
demi terwujudnya kesejahteraan bersama seluruh pihak.
● Untuk pihak-pihak yeng berkepentingan lainnya diluar/selain karyawan perusahaan
pun ikut
menandatangani Pakta Integritas guna tercapainya keberhasilan dalam penerapan
COC di tempat kerja dan/atau lokasi proyek.

C. PELANGGARAN
Pelanggaran COC merupakan tindakan tidak disiplin dan akan ditangani oleh Direktur
Cabang Pengembangan Usaha. Setiap Insan Perusahaan yang mengetahui terjadinya
pelanggaran atas setiap fakta yang menyimpang terhadap COC wajib melaporkan
kepada Atasan Langsung dan Direktur Cabang SDM.

D. MEKANISME PELAPORAN PELANGGARAN


Pelaksanaan COC merupakan komitmen dan tanggung jawab seluruh Insan Perusahaan.
Apabila terjadi pelanggaran atau penyimpangan maka Insan Perusahaan wajib
melaporkan pelanggaran tersebut melalui atasan langsung; Direktur Cabang SDM;
Kotak Pengaduan/Whistle Blowing System, email, telepon atau media lainnya yang
ditentukan oleh Perusahaan.

● Segenap Insan Perusahaan dan pihak eksternal Perusahaan (Pelanggan, Mitra Usaha
dan
● Masyarakat) dapat melaporkan kesalahan pelanggaran COC dan Perusahaan
wajib menindaklanjuti pelaporan yang berpotensi merugikan secara materiil dan
dapat merusak citra Perusahaan yang antara lain disebabkan oleh penyimpangan,
manipulasi dan lain sebagainya.
● Pengungkapan harus dilakukan dengan itikad baik dan bukan merupakan suatu
keluhan pribadi ataupun didasari kehendak buruk/fitnah.
● Pelapor wajib mencantumkan identitasnya dengan jelas pada laporan yang
dibuat, disertai dengan bukti pendukung yang relevan. Penerima laporan wajib
merahasiakan identitas pelapor.
● Perusahaan wajib menindaklanjuti setiap laporan yang diterima sesuai prosedur
dan mekanisme yang berlaku.
● Perusahaan juga akan menyediakan perlindungan hukum sebagaimana ketentuan
peraturan
● perundangan yang berlaku.

E. PENANGANAN PELANGGARAN
Direktur Cabang SDM atau Pejabat Penanganan Pelanggaran Pedoman dan Etika
berdasarkan hasil penyelidikannya akan membuat keputusan tentang ada/tidaknya
pelanggaran terhadap Pedoman Etika dan Perilaku serta memberikan sanksi.
Pihak-pihak yang dinyatakan melanggar Pedoman diperkenankan untuk
mengajukan pertimbangan kembali atas keputusan tersebut.

F. SANKSI
● Perusahaan memberikan sanksi tegas dan konsisten kepada Insan Perusahaan
yang melakukan pelanggaran COC sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam
Perusahaan.
● Sanksi bagi Karyawan yang melakukan pelanggaran diputuskan oleh Atasan
Langsung atau Direksi sesuai dengan tingkat kesalahannya setelah mendapat laporan
atas pelanggaran yang dilakukan oleh Karyawan yang bersangkutan.
● Direksi memberikan arahan atas tindakan pembinaan, sanksi disiplin dan/atau
tindakan lainnya serta pencegahan yang harus dilaksanakan oleh Atasan Langsung
di lingkungan masing‐masing.
● Sanksi bagi Direksi yang melakukan pelanggaran diputuskan oleh Dewan
Komisaris.
● Sanksi bagi Dewan Komisaris yang melakukan pelanggaran diputuskan oleh
Pemegang Saham.
● Bila Mitra Kerja atau Pemangku Kepentingan lain yang melakukan
pelanggaran, maka akan dikenakan ketentuan sebagaimana yang tertuang dalam
kontrak. Apabila terkait dengan tindak pidana dapat diteruskan kepada pihak
yang berwajib.
● Jika kondisi yang ada melibatkan pelanggaran hukum, permasalahan dapat
diteruskan kepada pihak yang berwajib.

VII. PENUTUP

Pedoman Etika dan Perilaku ini didasarkan kepada semangat untuk menerapkan prinsip-
prinsip Good Corporate Governance (GCG) dan Nilai-Nilai Dasar/Budaya
Perusahaan dan telah melalui kesepakatan bersama dalam pelaksanaannya atas nama
PT. KALAPA SATANGKAL MAKMUR SEJAHTERA Setiap Manajemen dan Karyawan
perusahaan wajib memahami Pedoman Etika dan
Perilaku serta menjalankannya dalam kegiatan operasional sehari-hari. Kami akan selalu
mengkaji Pedoman Etika dan Perilaku ini secara berkesinambungan dan melakukan evaluasi
atas pelaksanaannya.

Belu, 11 Juni 2021


PT. KALAPA SATANGKAL MAKMUR
SEJAHTERA

APOLINARIO DA SILVA
Direktur Cabang

11. BENTUK PERNYATAAN KINERJA TERKAIT LINGKUNGAN, SOSIAL,


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PERNYATAAN KINERJA TERKAIT LINGKUNGAN, SOSIAL, KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

Nama Peserta : PT. KALAPA SATANGKAL MAKMUR SEJAHTERA


Tanggal : 12 Nopember 2020
Nomor dan judul Paket : 3/DP/Pokja-A.3.1/2020
NTG-CW-9: LANJUTAN REMEDIAL BENDUNGAN
HALIWEN

PERNYATAAN KINERJA TERKAIT LINGKUNGAN, SOSIAL, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

√ Tidak ada penangguhan atau penghentian kontrak : Pengguna Jasa tidak menangguhkan at
menghentikan kontrak dan / atau mencairkan Jaminan Pelaksanaan pada pelaksanaan kontr
pekerjaan karena alasan yang berkaitan dengan kinerja Lingkungan, Sosial, Kesehatan, atau Keselamat
Kerja (ESHS) sejak tanggal yang ditentukan dalam Bagian V, Kriteria Kualifikasi, dan Persyaratan.

Penangguhan atau penghentian kontrak : Kontrak berikut telah


/sedang ditangguhkan atau dihentikan dan / atau dicairkan Jaminan Pelaksanaan oleh Pengguna Ja
untuk alasan terkait Kinerja Lingkungan, Sosial, Kesehatan, atau Keselamatan Kerja (LSK3) sejak tangg
yang ditentukan dalam Bagian V, Kriteria Kualifikasi, dan Persyaratan. Detail dijelaskan di bawah ini

Bagian kontrak yang Total Nilai


Tahun ditangguhkan atau di hentikan Identifikasi kontrak kontrak

- - - -

Tahun Identifikasi kontrak Nilai kontrak


Identifikasi Kontrak :
Nama Pengguna Jasa :
Alamat Pengguna Jasa Alasan Pencairan :
Jaminan Pelaksanaan
:

Belu, 11 Juni 2021


PT. KALAPA SATANGKAL MAKMUR
SEJAHTERA

APOLINARIO DA SILVA
Direktur Cabang
MATRIX LSK3

A. PENILAIAN MATRIKS RISIKO


Penilaian standar sesuai dengan indikator yang ditentukan yang bertujuan untuk identifikasi
kecelakaan yang terjadi pada saat pelaksanaan konstruksi.

Tabel 1. Nilai Tingkat Kemungkinan

Likelihood/Probability Rating Deskrips i

Frequent 5 Selalu terjadi


Probable 4 Sering terjadi
Occasional 3 Kadang-kadang dapat terjadi
Unlikely 2 Mungkin dapat terjadi
Imporbable 1 Sangat jarang terjadi

Tabel 2. Nilai Tingkat Keparahan

Severity Rating Deskrips i

Meninggal dunia, cacat permanen / serius,


Catastrophic 5 kerusakan linglungan yang parag, kebocoran B#,
kerugian finansial yang sangat besar, biaya
pengobatan > 50 juta.

Hilang hari kerja, cacat permanen /


Major 4 sebagian, kerusakan lingkungan yang sedang, kerugian
finansial yang besar, biaya
pengobatan < 50 juta.

Membutuhkan perawatan medis, terganggunya


Moderate / Serious 3 pekerjaan, kerugian
finansial cukup besar, perlu bantuan pihak luar,
biaya pengobatan < 10 juta.

Minor 2 Penaganan P3K tidak terlalu memerlukan bantuan dari


luar, biaya finansial sedang, biaya pengobatan <
1 juta.

Negligible 1 Tidak mengganggu proses pekeraan, tidak ada


cidera/luka, kerugian finansial kecil, biaya pengobatan <
100 ribu.

Tabel 3. Skala Tngkatan Risiko

Risk Rank Deskrips i

17-25 Extreme High Risk- Risiko Sangat Tinggi


10-16 High Risk- Risiko Tinggi
5-9 Medium Risk- Risiko Sedang
1-4 Low Risk - Risiko Rendah
Tabel 3. Skala Tngkatan Risiko

Lampiran Matrik LKS3 Pada Laporan Kemajuan Pekerjaan NTG-CW-9: LANJUTAN REMEDIAL BENDUNGAN HALIWEN DAMPAK

TERHADAP LINGKUNGAN

Nomor : Kode Kegiatan : Hari


: Petugas : Tanggal :

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi


Pengelolaa n dan
Bentuk Pengelolaa Lokasi Pengelolaa Periode Bentuk Pemantaua Lokasi Pemantaua Periode Pemantaua Pemantaua n
Nilai Tingkat Nilai Jenis Skala r n Lingkungan n Lingkungan Pemantaua n n Lingkungan n Lingkungan n Lingkungan Lingkungan Hidup
Sumber Kegiatan Ket.
Kemungkina n Keparaha n Dampa k Risiko Hidup Hidup Lingkungan Hidup Hidup Hidup Hidup

I.PEKERJAAN PERSIAPAN
Item Pekerjaan yang Jenis Berapa Metode yang Lokasi Jangka Evaluasi Lokasi yang Jangka Pemberi
waktu Waktu
dikerjakan dampak yang besar dampak digunakan dalam pekerjaan yang penanganan Penerapan terdampak Evaluasi arahan dan
terjadi yang dirasakan penanganan terdampak Metode penanggung jawab
teknis

II. PEKERJAAN SUNGAI


Item Pekerjaan yang Jenis Berapa Metode yang Lokasi Jangka Evaluasi Lokasi yang Jangka Pemberi
waktu Waktu
dikerjakan dampak yang besar dampak digunakan dalam pekerjaan yang penanganan Penerapan terdampak Evaluasi arahan dan
terjadi yang dirasakan penanganan terdampak Metode penanggung jawab
teknis

III. SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI


Item Pekerjaan yang Jenis Berapa Metode yang Lokasi Jangka Evaluasi Lokasi yang Jangka Pemberi
waktu Waktu
dikerjakan dampak yang besar dampak digunakan dalam pekerjaan yang penanganan Penerapan terdampak Evaluasi arahan dan
terjadi yang dirasakan penanganan terdampak Metode penanggung jawab
teknis

DIPERIKSA DISETUJUI DIBUAT


(…..................................) (....................................) (...................................) DAMPAK

TERHADAP SOSIAL

Nomor : Kode Kegiatan : Hari


: Petugas : Tanggal :

Pembiayaan dan Institusi


Sumber Nilai Tingkat Nilai Jenis Tujuan Metode Lokasi Pelaksanaa n Institusi Penerim a
Kegiatan Kemungkinan Keparaha n Dampa k Skalar Risiko Parameter Pemantauan Pemantauan Pemantauan Waktu dan Pengawas Laporan
Periode

I. PEKERJAAN PERSIAPAN
Jenis Jenis Besaran Dampak yang Survey Metode Titik lokasi Waktu yang Sumber Pengawas Pemberi
Pekerjaan dampak dampak yang ditimbulkan Lokasi yang Penanganan yang diperlukan dalam Dana dan Kebijakan
yang dirasakan Terkena Yang akan terdampak pemantauan Penanggung
dialami Dampak diterapkan Jawab

II. PEKERJAAN SUNGAI


Jenis Jenis Besaran Dampak yang Survey Metode Titik lokasi Waktu yang Sumber Pengawas Pemberi
Pekerjaan dampak dampak yang ditimbulkan Lokasi yang Penanganan yang diperlukan dalam Dana dan Kebijakan
yang dirasakan Terkena Yang akan terdampak pemantauan Penanggung
dialami Dampak diterapkan Jawab

III. SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI


Jenis Jenis Besaran Dampak yang Survey Metode Titik lokasi Waktu yang Sumber Pengawas Pemberi
Pekerjaan dampak dampak yang ditimbulkan Lokasi yang Penanganan yang diperlukan dalam Dana dan Kebijakan
yang dirasakan Terkena Yang akan terdampak pemantauan Penanggung
dialami Dampak diterapkan Jawab

DIPERIKSA DISETUJUI DIBUAT

(…..................................) (....................................) (...................................)


INTERAKSI DENGAN PEMBUAT PERATURAN

Nomor : Kode Kegiatan : Hari

: Petugas K3 :

Tanggal :

SUMBER KEGIATAN IDENTIFIKASI DAMPAK PENAGGULANGAN HASIL IDENTIFIKASI KETERANGAN

1. PEKERJAAN.............................
Jenis Pekerjaan Identikasi Permasalahan Besar Dampak Metode Pencegahan Hasil Identifikasi Setelah
Yang Diraakan Yang Dilakukan Penerapan Pencegahan
Yang Dilakukan

DIPERIKSA DISETUJUI DIBUAT


Lampiran Format Surat Pernyataan Ijin Penggunaan Lahan

Saya, yang bertandatangan di bawah ini : Nama


:
No. KTP :
Pekerjaan :
Alamat :

Sebagai pemilik sah dari lahan berdasarkan bukti sah kepemilikan No.
............................., Tanggal ….......... Atau bukti sah lainnya berupa
….......................................... (jelaskan), dengan ini menyatakan bahwa Saya setuju
memberikan ijin lahan saya untuk digunakan oleh …..................................
(jelaskan)......untuk dapat digunakan pada konstruksi …................................... Shingga
dapat bermanfaat bagi kepentingan umum.
Lokasi Lahan :
Ukuran Lahan yang disumbangkan :
Ukuran sisa lahan : Guna
sisa lahan : Status
Kepemilikan lahan :

(mohon jelaskan batasan lahan dan status kepemilikan lahan serta peta bidang lahan dengan tanda-
tanda orientasi yang jelas).

Pernyataan ini dibuat tanpa ada tekanan dari siapapun. Tempat,

tanggal perjanjian ini ditandatangani

Pihak Pemberi Ijin Pengguna

Materai 6.000,- Materai 6.000,- (

...................................... ) (
...................................... )
Pemilik Lahan Penyewa

Lampiran : Peta lahan yang disumbangkan dan foto

Catatan : Salinan asli dari surat ini untuk disimpan oleh pemberi sumbangan lahan dan oleh
forum masyarakatsebagai bagian dari proposal. Salinan dari surat ini harus disimpan di kantor
kelurahan/desa.
INTERAKSI DENGAN PEMBUAT PERATURAN

Nomor : Kode Kegiatan : Hari


:
Tanggal :

No. Daftar Lokasi Tanggal Pengajuan Tanggal Dikeluarkan Tanggal Diserahkan Kepada SE Status Area

Disetujui, Diperiksa, Dibuat,

Direksi Teknis Konsultan Supervisi Penyedia Jasa


PENGAWASAN TERHADAP KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Nomor : Kode Kegiatan : Hari


: Petugas : Tanggal :
Jumlah Kerja :

No. Nama Jumlah Inspeksi Jumlah Inspeksi Kelengkapan Kekurangan Laporan Status
Penuh Parsial

Disetujui, Diperiksa, Dibuat, Direksi

Teknis Konsultan Supervisi Penyedia Jasa


AKOMODASI PEKERJA

Nomor : Kode Kegiatan : Hari


: Petugas : Tanggal :
Jumlah Kerja :

Jumlah Tenaga Jumlah Tanggal


No. Pendukung Tenaga Pemeriksaan Kelengkapan Keterangan Laporan Status
Setempat Terakhir

Disetujui, Diperiksa, Dibuat,

Direksi Teknis Konsultan Supervisi Penyedia Jasa


PERMASALAHAN PEKERJA MENCAKUP KESEHATAN, SOSIAL, DAN
TINDAK KEKERASAN

Nomor : Kode Kegiatan : Hari


: Petugas : Tanggal :
Jumlah Kerja :

Jumlah Tenaga Tanggal


Jumlah Tenaga
No. Pendukung Permasalahan Pemeriksaan Penanganan Status
Setempat Terakhir

Disetujui, Diperiksa, Dibuat,

Direksi Teknis Konsultan Supervisi Penyedia Jasa


LALU LINTAS KENDARAAN DAN PERALATAN

Nomor : Kode Kegiatan : Hari


: Petugas : Tanggal :
Jumlah Kerja :

No. Tanggal Lokasi Kerusakan Penyebab Tindak Lanjut Keterangan

Disetujui, Diperiksa, Dibuat,

Direksi Teknis Konsultan Supervisi Penyedia Jasa


MITIGASI DAN MASALAH LINGKUNGAN DAN SOSIAL

Nomor : Kode Kegiatan : Hari


: Petugas : Tanggal :
Jumlah Kerja :

No. Tanggal Lokasi Dampak Penyebab Tindak Lanjut Keterangan

Disetujui, Diperiksa, Dibuat,

Direksi Teknis Konsultan Supervisi Penyedia Jasa


10. BENTUK MATRIK LSK3 PADA LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN
Lingkungan, Sosial, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (LSK3) Matrik untuk
Laporan Kemajuan
Matrik untuk pelaporan [harian/mingguan/bulanan] dibuat oleh kami kontraktor yang
kemudian diperiksa oleh Pengawas pekerjaan meliputi :
a. Insiden terhadap lingkungan atau ketidaksesuaian dengan persyaratan kontrak,
termasuk kontaminasi, pencemaran atau kerusakan terhadap tanah atau sumber daya air.
b. Insiden Kesehatan dan Keselamatan Kerja, kecelakaan, korban jiwa dan korban
cedera yang memerlukan perawatan;
c. Interaksi dengan pembuat peraturan: identifikasi instansi terkait, tanggal, subjek, hasil
(laporkan negatif jika tidak ada);
d. Status semua izin dan perjanjian :
● izin kerja: jumlah yang diperlukan, jumlah yang diterima, tindakan yang diambil
untuk yang tidak diterima;
● status izin dan persetujuan, sebagaimana diperlukan, disesuaikan dengan
jenis pekerjaan :
- Daftar lokasi / fasilitas dengan izin yang diperlukan (pertambangan, AMP &
batching plan), tanggal pengajuan, tanggal dikeluarkan (tindakan untuk
menindaklanjuti jika tidak dikeluarkan), tanggal diserahkan kepada SE (atau yang
setara), status area (menunggu izin,
bekerja, ditinggalkan tanpa reklamasi, rencana dekomisioning sedang
dilaksanakan, dll.);
- Daftar lokasi dengan perjanjian dengan pemilik lahan (lokasi untuk
penumpukan dan pembuangan, base camp), tanggal perjanjian, tanggal
diserahkan kepada SE (atau yang setara);
- Daftar lokasi dengan perjanjian dengan pemerintahan desa untuk
penggunaan jalan akses bagi kendaraan yang mengangkut peralatan, material
dan tenaga kerja;
- Daftar lokasi dengan perjanjian dengan masyarakat terkait dengan
kerusakan atau gangguan terhadap fasilitas umum, saluran irigasi, saluran
drainase yang terganggu selama masa konstruksi
- Mengidentifikasi kegiatan utama yang dilakukan di setiap lokasi bulan
ini dan focus utama perlindungan terhadap lingkungan dan sosial
(pembukaan lahan, penandaan batas, pengupasan lapisan tanah, pemulihan
lahan, penanganan debu, suara, manajemen lalu lintas, rencana dekomisioning,
pelaksanaan dekomisioning);
- Catatan: Penanganan masalah sosial (termasuk lingkungan) di quarry
biasanya dilakukan oleh kontraktor. Tugas Pemilik pekerjaan adalah untuk
memastikan bahwa penanganan sosial (kompensasi, relokasi dll) di quarry
mengikuti ESMP.
[Catatan untuk Pokja: Pokja perlu menyesuaikan jenis izin/persetujuan dan
menyesuaikan dengan lingkup pekerjaan fisik yang akan dilakukan, karena contoh
daftar perijinan diatas adalah untuk kegiatan konstruksi jalan]
e. Pengawasan terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja:
i. Petugas keamanan: jumlah hari bekerja, jumlah inspeksi penuh &
inspeksi parsial, laporan untuk konstruksi / manajemen proyek;
ii. jumlah pekerja, jam kerja, matrik penggunaan APD (persentase pekerja dengan
peralatan perlindungan pribadi lengkap (APD), sebagian, dll.), pelanggaran
pekerja yang diamati (berdasarkan jenis pelanggaran, APD atau sebaliknya),
peringatan yang diberikan, peringatan berulang diberikan, tindak lanjut yang
diambil (jika ada);
f. Akomodasi pekerja :
- jumlah tenaga kerja pendatang, jumlah tenaga kerja setempat;
- tindakan yang diambil untuk merekomendasikan / memerlukan perbaikan
kondisi, atau untuk memperbaiki kondisi.
- tanggal pemeriksaan terakhir, dan terutama pemeriksaan terhadap
kesesuaian akomodasi terhadap hukum nasional dan lokal serta kewajaran,
termasuk air bersih, sanitasi, ruang, dll;
g. HIV/AIDS: penyedia layanan kesehatan, informasi dan / atau pelatihan, lokasi
klinik, jumlah penyakit tidak aman atau perawatan penyakit dan
diagnosis (tidak ada nama yang disebutkan);
h. gender (untuk tenaga kerja pendatang dan pekerja setempat, secara terpisah):
jumlah pekerja wanita, persentase tenaga kerja, isu-isu gender yang
diangkat dan ditangani (keluhan referensi silang atau bagian lain yang
diperlukan);
i. Pengawasan dan upaya pencegahan terkait Kekerasan Berbasis Gender
(Gender Based Violence/GBV) maupun Kekerasan Terhadap Anak (Violence
against Children/VAC), antara lain pencegahan
terhadap: i. Pelecehan Seksual (misalnya melarang penggunaan
Bahasa atau perilaku yang tidak pantas, melecehkan, kasar, pornoaksi, provokatif,
merendahkan atau tidak pantas, khususnya terhadap wanita dan anak-anak);
ii. Kekerasan atau pemaksaan (misalnya pelarangan segala bentuk kegiatan
seks komersial termasuk didalamnya imbalan secara seksual, atau bentuk
perilaku lain yang memalukan, merendahkan atau ada unsur pemaksaan); iii.
Perlindungan terhadap anak- anak (termasuk larangan terhadap pelecehan,
menodai, atau perilaku menyimpang terhadap anak-anak, membatasi interaksi
dengan anak-anak, dan memastikan keselamatan anakanak disekitar lokasi kerja).
Sosialisasi prosedur aduan formal dan informal terhadap tindak kekerasan
terhadap anak-anak dan wanita, pelecehan seksual, penyebaran informasi
atau selebaran pelarangan tindak kekerasan dan pelecehan seksual di lokasi
kerja, pengaduan yang diterima dan pengaduan yang ditangani serta sanksi yang
dijatuhkan kepada pelaku tindak kekerasan maupun pelecehan.
j. Pelatihan :
- jumlah pekerja baru, jumlah pekerja yang mendapat pelatihan, tanggal
pelatihan;
- jumlah dan tanggal toolbox talks (pembicaraan terkait K3 rencana dan
review), jumlah pekerja yang menerima pelatihan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3), pelatihan lingkungan dan sosial;
- jumlah dan tanggal penyuluhan HIV / AIDS maupun GBV dan VAC, jumlah
pekerja yang menerima pelatihan (bulan ini dan di masa lalu); pertanyaan
yang sama untuk sensitivitas gender, pelatihan flaglady / flagman.
k. Pengawasan terhadap lingkungan dan sosial :
- Ahli Lingkungan Hidup (CTC/DSC): hari kerja, lokasipemeriksaan dan
jumlah pemeriksaan/kunjungan(ruas jalan, basecamp,
akomodasi, quarry, borrow pit, lokasi yang tercemar/rusak, rawa, perlintasan
hutan, dll.), menyoroti kegiatan/temuan (termasuk pelanggaran terhadap
lingkungan dan/atau sosial, tindakan yang diambil), laporan kepada Ahli
lingkungan/sosial/ Pengawas Pekerjaan /GS;
- Ahli Sosial (CTC/DSC): hari kerja, jumlah pemeriksaan/kunjungan ke
lokasi(berdasarkan lokasi: ruas jalan, basecamp, akomodasi, quarry, borrow
pit, lokasi yang tercemar/rusak, klinik, dll.), menyoroti kegiatan
(termasuk pelanggaran persyaratan lingkungan dan/atau sosial yang diamati,
tindakan yang diambil, awareness campaign/penyuluhan), laporan kepada
ahli lingkungan dan/atau ahli sosial/ Pengawas Pekerjaan/ GS; dan
[Catatan: Pokja perlu menyesuaikan dengan lingkup pekerjaan fisik yang akan
dilakukan, karena contoh ini adalah untuk kegiatan konstruksi jalan]
- Wakil Pengamat Masyarakat: hari kerja (jam buka pusat komunitas), jumlah
orang yang bertemu, menyoroti kegiatan (masalah yang diangkat, dll.),
melaporkan kepada ahli lingkungan/ sosial/ Pengawas Pekerjaan/ GS.
l. Keluhan: daftar keluhan bulan ini dan keluhan yang belum terselesaikan
berdasarkan tanggal yang diterima, yang mengajukan keluhan (pelapor),
bagaimana diterima, kepada siapa yang dirujuk untuk tindak lanjut, resolusi dan
tanggal (jika selesai), resolusi data dilaporkan kepada pelapor, tindak lanjut
apa pun yang diperlukan (referensi silang dengan bagian lain sesuai kebutuhan):
- Keluhan pekerja;
- Keluhan masyarakat
- Keluhan terkait tindak kekerasan berbasis gender (GBV) dan kekerasan
terhadap anak (VAC)
m. Lalu lintas dan kendaraan / peralatan:
- kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kendaraan & peralatan proyek:
berikan tanggal, lokasi, kerusakan, penyebab, tindak lanjut;
- kecelakaan yang melibatkan kendaraan atau properti non-proyek (juga
dilaporkan dalam metrik segera): memberikan tanggal, lokasi, kerusakan,
penyebab, tindak lanjut;
- kondisi keseluruhan kendaraan / peralatan (penilaian subjektif oleh
pencinta lingkungan); perbaikan dan pemeliharaan non-rutin diperlukan
untuk meningkatkan keselamatan dan / atau kinerja lingkungan (untuk
mengendalikan asap, dll.).
n. Mitigasi dan masalah lingkungan dan sosial (apa yang telah dilakukan):
- debu: jumlah mobil tanki penyiram yang bekerja, jumlah penyiraman
/ hari, jumlah keluhan, peringatan yang diberikan oleh
pemerhatilingkungan, tindakan yang diambil untuk menyelesaikan;
highlights dari pengendalian debu di quarry (penutup, semprotan, status
operasional); % dari truk pengangkut material dengan penutup, tindakan yang
diambil untuk kendaraan yang tidak tertutup;
- pengendalian erosi: kontrol yang dilaksanakan pada tiap lokasi, status
pelintasan air, inspeksi dan hasil lingkungan hidup, tindakan yang diambil
untuk menyelesaikan masalah, perbaikan darurat yang diperlukan untuk
mengendalikan erosi / sedimentasi;
- quarry, lokasi penumpukan, lokasi pembuangan, AMP, batching plant:
identifikasi kegiatan utama yang dilakukan bulan ini di masing-
masing tempat, dan menyoroti perlindungan lingkungan dan sosial:
pembukaan lahan, penandaan batas, pengupasan lapisan tanah, manajemen
lalu lintas, perencanaan dekomisioning, pelaksanaan dekomisioning;
- peledakan: jumlah ledakan (dan lokasi), status pelaksanaan rencana peledakan
(termasuk pemberitahuan, evakuasi, dll.), insiden kerusakan atau keluhan di
luar lokasi (rujuk silang bagian lain sesuai kebutuhan);
- pembersihan tumpahan, jika ada: bahan tumpah, lokasi, jumlah,
tindakan yang diambil, pembuangan material (laporkan semua tumpahan
yang menghasilkan air atau kontaminasi tanah;
- pengelolaan limbah: jenis dan jumlah yang dihasilkan dan dikelola, termasuk
jumlah yang diambil di luar lokasi (dan oleh siapa) atau digunakan kembali
/ didaur ulang / dibuang di tempat;
- rincian penanaman pohon dan mitigasi lainnya yang diperlukan dilakukan
bulan ini;
- perincian tentang mitigasi perlindungan air dan rawa diperlukan
dilakukan bulan ini;
- mitigasi atau pemulihan terhadap resiko kecelakaan bagi warga, gangguan
atau kerusakan terhadap jalan akses yang dilalui kendaraan proyek
pengangkutan peralatan, material dan tenaga kerja;
- mitigasi gangguan suara terhadap lingkungan pemukiman;
- mitigasi atau pemulihan terhadap gangguan atau kerusakan terhadap
fasilitas umum, saluran irigasi, drainase.
o. Kepatuhan terhadap peraturan, persyaratan perizinan dan komitmen terhadap
lingkungan dan sosial:
- status kepatuhan untuk kondisi semua persyaratan/perizinan yang relevan,
untuk Pekerjaan, termasuk kuari, dll.): pernyataan
kepatuhan atau daftar masalah dan tindakan yang diambil (atau diambil)
untuk mencapai kepatuhan;
- status kepatuhan persyaratan terhadap dokumen terkait lingkungan dan sosial:
pernyataan kepatuhan atau daftar masalah dan tindakan
yang diambil (atau diambil) untuk mencapai kepatuhan ;
- isu-isu lain yang belum terselesaikan dari bulan-bulan sebelumnya yang
berkaitan dengan lingkungan dan sosial: pelanggaran lanjutan, kegagalan
peralatan lanjutan, terus kurangnya penutup kendaraan, tumpahan tidak
ditangani, masalah kompensasi atau peledakan terus, dll. Referensi silang
bagian lain yang diperlukan.
Belu, 11 Juni 2021
PT. KALAPA SATANGKAL MAKMUR
SEJAHTERA

APOLINARIO DA SILVA
Direktur Cabang

Anda mungkin juga menyukai