Anda di halaman 1dari 23

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Kimia Analisis Instrumen dengan judul


percobaan “Spektroskopi Serapan Dalam Daerah Tampak” yang disusun oleh:
nama : Muh. Fauzhal Akbar
NIM : 1813140009
kelas : Kimia Sains
kelompok : III (Tiga)
telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh Asisten dan Koordinator Asisten bahwa
laporan ini diterima.

Makassar, Desember 2020


Koordinator Asisten, Asisten,

Aprialdy Idrus, S.Pd. Julkipli Eko Baskoro


NIM. 1713042020

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Hasri, M.Si


NIP. 19651103 199802 2 001
A. JUDUL PERCOBAAN
Spektroskopi serapan dalam daerah tampak.

B. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui cara menggunakan
spektronik 20 D+ dan dapat menentukan konsentrasi suatu sampel.

C. LANDASAN TEORI
Spektrofotometer adalah instrumen yang memberikan informasi terkait
dengan inensitas sinar yang diserap atau ditransmisikan sebagai fungsi
panjang gelombang. Baik spektrofotometer berkas tunggal atau berkas ganda,
digunakan dalam serapan molekuler. Kebanyakan instrumen komersial untuk
spektrofotometer serapan adalah sistem berkas ganda. Instrumen untuk
spektrofotometer UV sampai inframerah adalah serupa dalam hal komponen-
komponen utamanya (Gandjar dan Abdul Rohman, 2018: 49).
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah sebuah alat yang
terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer ini menghasilkan
sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah
suatu alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara
relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan
sebagai funsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer
dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat
lebih terseleksi dan ini diperolah dengan alat pengurai seperti prisma, grating
ataupun celah optis (Khopkar, 1990: 225).
Spektrofotometri inframerah sangat penting dalam kimia modern,
terutama (meskipun bukan satu-satunya) dalam daerah organik.
Spektrofotometer ini merupakan suatu alat rutin untuk mendeteksi gugus
fungsional, mengidentifikasi senyawa, dan juga menganalisis campuran.
Instrumen yang merekam spektra inframerah ini tersedia secara komersial dan
sangat mudah digunakan secara rutin. Semua molekul akan dapat
mengabsorbsi radiasi dalam daerah UV-tampak karena mereka akan
mengandung elektron, baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat
dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi. panjang gelombang di mana
absorbsi itu terjadi, bergantung pada berapa kuat elektron itu terikat dalam
molekul itu. Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat dengan kuat,
dan diperlukan radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang pendek,
untuk eksitasinya (Day dan Underwood, 2002: 387-388).
Spektrofotometer yang sangat sesuai untuk pengukuran di sebuah
daerah spektrum ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik
dengan kemampuan yang akan menghasilkan sinar monokromatis dalam
jangkauan yang panjang gelombang 200-800 nm. Suatu diagram sederhana
spektrofotometer UV-vis akan ditunjukkan dengan semua komponen-
komponennya yang meliputi sumbesumber sinar, monokromator, kuvet, dan
sistem optik (Gandjar dan Abdul Rohman, 2018: 49).
Pada spektrofotometer jenis ini, cahaya putih yang dipancarkan oleh
lampu tunglen akan dilewatkan melalui celah masuk dan didispersikan oleh
kisi difraksi atau prisma. Pita panjang gelombang yang sempit atau (idealnya
monokromatis) dari sinar yang didifraksikan melalui sebuah celah kedua
dilewatkan ke dalam larutan sampel yang akan diukur. Sinar yang tidak
diserap oleh larutan sampel tetapi melewati larutan, sampai pada phototube
dari instrumen, yang selanjutnya mengukur intensitas sinar yang
ditransmisikan secara elektronik. Penanganan kuvet sangat penting karena
variasi pada kuvet mengakibatkan hasil yang bervariasi pula. Biasanya
digunakan 2 kuvet atau lebih, satu untuk larutan blangko dan lainnya untuk
sampel yang diukur (Tim Dosen Kimia Instrumen, 2020: 1).
Dalam mempelajari analisis secara kuantitatif, berkas radiasi cahaya
dikenakan pada cuplikan dan intensitas radasi yang transmisikan diukur.
Cuplikan ditempatkan dalam sel atau kuvet yang terbuat dari gelas yang
khusus. Radiasi yang diserap oleh cuplikan/spesies ditentukan dengan
membandingkan intensitas dari berkas radiasi yang ditransmisikan bila
spesies penyerap ada. Kekuatan radiasi (yaitu intensitas radiasi/sinar)
sebanding dengan jumlah foton per detik yang melalui satu satuan luas
penampang kuvet/sel. kekuatan radiasi akan turun bila terjadi penghamburan
dan pantulan. Namun kejadian dua hal tersebut sangat kecil bila dibandingkan
dengan serapan (Sastrohamidjojo, 2018: 6).
Baru dewasa ini instrumen dalam sebuah monokromator yang benar
digunakan secara meluas untuk pengukuran absorbans, terutama dalam
daerah tampak, dalam laboratorium di mana modal awal kecil, kesederhanaan
dan kecepatan lebih penting daripada kualitas hasil. Instrumen ini, yang
dinamai fotometer filter. menggunakan filter kaca berwarna untuk
mengisolasikan pita panjang gelombang yang cukup lebar dari sumber
cahaya. Untuk banyak analisis rutin, layanan alat-alat ini mengagumkan,
namun mereka telah banyak digantikan oleh spektrofotometer kisi yang tidak
mahal (Day dan Underwood, 2002: 402).
Pada spektrofotometer UV-vis berkas ganda, instrumen menghasilkan
suatu berkas sinar radiasi UV-vis, yang mana dengan adanya cermin, berkas
sinar ini akan terbagi menjadi dua berkas sinar yang paralel dengan intensitas
radiasi yang setra. Sampel ditempatkan dalam salah satu berkas sinar,
sedangkan berkas sinar yang lainnya digunakan sebagai tempat referensi
sepeti blangko berupa pelarut atau lainnya. Berkas sinar selanjutnya
dilewatkan ke dalam monokromator yang terdiri atas bagian yang berputar
secara cepat dan melewatkan dua berkas sinar secara bergantian ke prisma
atau kisi difraksi (grating). Kisi difraksi atau prisma yang bergerak secara
lambat akan melakukan variasi panjang gelombang radiasi yang sampai ke
detektor. Detektor selanjutnya akan merekam perbedaan antara berkas sinar
dari sampel dan dari referen dalam suatu pencatat (rekorder). Keuntungan
spektrofotometer berkas ganda adalah bahwa spektrum UV-vis (absorbansi)
yang diperoleh sudah berupa spektrum net. Spektrum net adalah spektrum
yang diperoleh dengan cara mengurangkan spektrum UV-vis dengan
spektrum blangko (Gandjar dan Abdul Rohman, 2018: 50).
Metode analisis hidrokuinon dapat dilakukan beberapa cara
kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT),
analisa volumetrik dengan titrasi redoks dan spektrofotometri UV-Vis.
Pengukuran dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis memiliki kinerja
yang cepat dibandingkan dengan pengukuran hidrokuinon meggunakan
metode yang lain (Adriani dan Rifa Safira, 2018: 104).
Semua spektrum absorpsi akan diperoleh dengan menggunakan
spektrofotometer double-bream yang biasa disebut (Lambda 9-UV-Vis-NIR,
PerkinElmer, USA) dengan resolusi 1 nm dalam sel kuarsa dengan panjang
jalur 1 cm. Sumber cahaya eksitasi adalah lampu busur Deuterium dan
Tungsten. Spektrum yang diperoleh komputer dihubungkan dengan
spektrometer (Demissie, dkk. 2016: 112).
Kebanyakan spektrofotometri melibatkan suatu larutan, dan karenanya
kebanyakan wadah sampel adalah sebuah sel untuk menaruh cairan ke dalam
berkas cahaya spektrofotometer. Sel itu haruslah bisa dapat meneruskan
energi radiasi dalam sebuah daerah spektral yang diminati, jadi sel kaca
melayani daerah tampak sel kuarsa atau kaca silika tinggi istimewa untuk
daerah ultraviolet dan garam dapur alam untuk inframerah. Haruslah diingat
bahwa sel, yang dalam suatu arti dalam semata-mata wadah untuk sampel,
sebnarnya lebih dari itu. Bila ditaruh dalam posisinya, itu menjadi bagian dari
lintasan optis dalam spektrofotometer, dan sifat-sifat optisnya menjadi
penting (Day dan Underwood, 2002: 402).
Dalam penelitian ini spektrum UV-VIS dan analisis FTIR secara
keseluruhan Tanaman Sarcostemma brevistigma akan menunjukkan adanya
sebuah fenolik senyawa dan flavonoid yang akan bertanggung jawab untuk
berbagai macam sifat obat dari tanaman uji. Selanjutnya, senyawa ini bisa
melanjutkan jadi diisolasi lebih lanjut disaring untuk berbagai jenis aktivitas
biologis tergantung penggunaan terapeutiknya. Penelitian lebih lanjut akan
diperlukan mengetahui analisis struktur senyawa flavonoid dengan
menggunakan metode analisis yang berbeda seperti NMR dan
spektrofotometer massa (Dhivya dan Kalaichelvi, 2017: 48).
Pengukuran absorbansi atau transmitansi dalam spektroskopi ultraviolet
dan daerah tampak digunakan untuk analisis kuantitatif dan kuantitatif spesies
kimia. Absorbansi spesies ini berlangsung dalam dua tahap, yang pertama
yaitu M+hv = M*, merupakan eksitasi spesies akibat absorpsi foton (hv)
dengan waktu hidup tebatas (10-8 – 10-9 detik). Tahap kedua adalah relaksasi
dengan berubahnya M* menjadi spesies baru dengan reaksi fotokimia.
Absorpsi dalam daerah ultraviolet dan daerah tampak menyebabkan eksitasi
elektron ikatan. Puncak absorpsi (λmaks) dapat dihubungkan dengan jenis
ikatan-ikatan yang ada dalam spesies. Spektroskopi absorpsi berguna untuk
mengkarakterisasikan gugus fungsi dalam suatu molekul dan untuk analisis
kuantitatif. Spesies yang mengabsorpsi dapat melakukan transisi yang
meliputi (a) elektron π, n, (b) elektron-elektron d dan f, (c) transfer muatan
elektron (Khopkar, 1990: 224).
Untuk mengkonfirmasi hasil positif yang akan diperoleh dari metode
KLT diukur serapannya dan dilihat panjang gelombang maksimum serta
profil spektrogranya menggunakan spektrofotometer. Hasil positif
menunjukkan panjang gelombang dan spektrumnya sama serta ada
serapannya (Riyanti, dkk. 2018: 70-71).
Syarat untuk menentukan konsentrasi senyawa, yaitu harus memiliki
senyawa standar. Senyawa standar adalah senyawa yang telah diketahui sifat-
sifat fisika antara lain: indeks bias, titik didih, titik lebur, putaran optik
sedangkan sifat-sifat kimia meliputi gugus fungsi, rumus molekul maupun
struktur senyawa (Sastrohamidjojo, 2018: 13).
Karakterisasi sidik jari metabolit sekunder dengan kromatografi dan
spektroskopi memberikan informasi yang sangat berharga tentang formulasi
kualitatif dan kuantitatif jenis tumbuhan dan pola pada pengenalan mereka
dengan kemometri. UV-VIS spektroskopi ini dapat menawarkan teknik
sederhana hanya untuk mengidentifikasi senyawa utama fitokimia, dan dapat
mnjadi pembeda antara lipofilik dan molekul hidrofilik dalam hubungannya
dengan polaritas. Metode spektroskopi (UVVIS, FTIR) bersama-sama atau
terpisah dapat digunakan dalam pengertian ini sebagai serta metode
konvensional (Dhivya dan Kalaichelvi, 2017: 48).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Spektrofotometer 1 buah
b. Labu takar 25 mL 10 buah
c. Labu takar 50 mL 1 buah
d. Gelas ukur 25 mL 1 buah
e. Gelas kimia 250 mL 1 buah
f.Gelas kimia 100 mL 2 buah
g. Gelas kimia 50 mL 2 buah
h. Kuvet 3 buah
i.Botol semprot 1 buah
j.Pipet volume 20 mL 1 buah
k. Pipet ukur 5 mL 1 buah
l.Pipet ukur 10 mL 1 buah
m. Ball pipet 1 buah
n. Pipet tetes 3 buah
o. Lap halus 1 buah
p. Lap kasar 1 buah
2. Bahan
a. Larutan Kromium Nitrat 0,025 M Cr(NO3)3
b. Larutan Kobalt Nitrat0,094 M Co(NO3)2
c. Aquades H2O
d. Tissu
e. Label

E. PROSEDUR KERJA
1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Standar
a. Larutan standar Co(II) dan Cr (III) yang akan digunakan disiapkan.
b. Larutan – larutan standar tersebut diencerkan dari 0,0250 M menjadi
0,02 M dalam 25 mL.
c. Kedua larutan tersebut diukur menggunakan spektronik – 20 untuk %
transmitan
d. Transmitannya diukur pada panjang gelombang 375 – 660 nm dengan
kenaikan 25 nm tiap mengukur. Grafik hubungan antara panjang
gelombang dan absorbansi diplot
2. Hukum Beer
a. Larutan standar induk Co 0,0940 M dan standar induk Cr 0,0250 M
b. Larutan standar Co (II) diencerkan menjadi 4 bagian yaitu 0,025 M,
0,015 M, 0,005 M dan 0,010 M dengan volume 5 mL, 10 mL, 15 Ml
dan 20 mL
c. Larutan standar Cr (III) diencerkan menjadi 4 bagian yaitu 0,025 M,
0,015 M, 0,005 M dan 0,010 M dengan volume 5 mL, 10 mL, 15 mL
dan 20 mL
d. Semua larutan standar yang dibuat diukur %transmitannya dan dihitung
absorbansinya juga pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh
dari kegiatan diatas.Plot grafik antara konsentrasi dan absorbansi dibuat
3. Analisis serampak campuran berkomponen dua
a. Larutan campuran dibuat dengan 10 mL Cr(III0 0,025 M dan 10 mL
Co(II) 0,094 M.
b. Larutan campuran tersebut dimasukkan ke dalam labu takar kemudian
diencerkan hingga tanda batas.
c. Larutan campuran dimasukkan ke dalam kuvet
d. %transmitannya dari panjang gelombang 375 – 600 nm dengan
kenaikan 25 nm diukur.
e. Absorbansi masing-masing larutan diukur.
f. Plot grafik antara panjang gelombang dan absorbansi dibuat.
F. HASIL PENGAMATAN
1. Spektrum serapan

Panjang gelombang %T
(nm) Cr (0,0200 M) Co (0,0752 M)
375 4,0 5,2
390 6,8 10,2
405 14,4 23,6
420 23,2 38,8
435 30,6 36,6
450 33,8 39,8
465 34,8 36,8
480 30,8 29,4
495 32,6 26,8
510 33,4 36,4
525 37,0 29,8
540 36,6 39,4
555 48,8 56
570 52,6 62,2
585 54,4 71,0
600 54,6 71,2
615 51,0 64,4
630 48,2 56,8
645 36,8 42,2
660 25,8 29,6
2. Hukum Beer
a. LarutanCr(NO3)3
%T
λ (nm) 0,025 M
0,005 M 0,01 M 0,015 M 0,02 M
375 4,6 4,0 3,2 3,2 2,6
425 34,2 27,2 21,6 19,6 16,2
475 36,4 34,0 30,8 29,6 27,0
525 40,8 37,8 36,4 31,8 28,6
575 59,0 48,0 46,4 37,6 32,8

b. Larutan Co(II)
%T
λ (nm) 0,0752 M
0,018 M 0,0376 M 0,0564 M 0,094 M
375 4,6 4,8 5,2 34,,8 4,4
425 37,6 37,0 38,8 23,6 33,6
475 35,6 31,4 29,2 23,6 22,4
525 35,4 30,8 27,6 20,4 19,0
575 64,4 60,6 66,6 57,4 55,0

3. Analisis Serempak Campuran Berkomponen Dua


%T
λ (nm)
Cr + Co
375 3,4
400 10,8
425 23,6
450 27,2
475 24,8
500 21,4
525 23,2
550 31,2
575 42,2
600 4,8

G. ANALISIS DATA
1. Spektrum Serapan
a. Sampel Cr(NO3)3
1) Untuk λ = 375 nm
A=−log T
A=−log 4,0=0 , 60205
2) Untuk λ = 390 nm
A=−log 6,8=0 ,83250
3) Untuk λ = 405 nm
A=−log 14,4=1,15836
4) Untuk λ = 420 nm
A=−log 23,2=1,36548
5) Untuk λ = 435 nm
A=−log 30,6=1,48572
6) Untuk λ = 450 nm
A=−log 33,8=1,52891
7) Untuk λ = 465 nm
A=−log 34,8=1,54157
8) Untuk λ = 480 nm
A=−log 30,8=1,48855
9) Untuk λ = 495 nm
A=−log 32,6=1,51321
10) Untuk λ = 510 nm
A=−log 33,4=1,52374
11) Untuk λ = 525 nm
A=−log 37,0=1,56820
12) Untuk λ = 540 nm
A=−log 36,6=1,56348
13) Untuk λ = 555 nm
A=−log 48,8=1,68841
14) Untuk λ = 570 nm
A=−log 52,6=1,72098
15) Untuk λ = 585 nm
A=−log 54,4=1,73559
16) Untuk λ = 600 nm
A=−log 54,6=1,73719
17) Untuk λ = 615 nm
A=−log 51,0=1,70757
18) Untuk λ = 630 nm
A=−log 48,2=1,68304
19) Untuk λ = 645 nm
A=−log 36,8=1,56584
20) Untuk λ = 660 nm
A=−log 25,8=1,41161
b. Sampel Co(NO3)2
Untuk λ = 375 nm
A=−log T
A=−log 5,2=0 , 71600
Untuk λ = 390 nm
A=−log 10,2=1,00860
Untuk λ = 405 nm
A=−log 23,6=1,37291
Untuk λ = 420 nm
A=−log 38,8=1,58883
Untuk λ = 435 nm
A=−log 36,6=1,5638
Untuk λ = 450 nm
A=−log 39,8=1,59988
Untuk λ = 465 nm
A=−log 36,8=1,56584
Untuk λ = 480 nm
A=−log 29,4=1,46833
Untuk λ = 495 nm
A=−log 26,8=1,42813
Untuk λ = 510 nm
A=−log 26,4=1,42160
Untuk λ = 525 nm
A=−log 29,8=1,47421
Untuk λ = 540 nm
A=−log 39,4=1,59549
Untuk λ = 555 nm
A=−log 52,6=1,72098
Untuk λ = 570 nm
A=−log 62,2=1,79379
Untuk λ = 585 nm
A=−log 71,0=1,85125
Untuk λ = 600 nm
A=−log 71,2=1,85247
Untuk λ = 615 nm
A=−log 64,4=1,80888
Untuk λ = 630 nm
A=−log 56,8=1,75434
Untuk λ = 645 nm
A=−log 42,2=1,62531
Untuk λ = 660 nm
A=−log 29,6=1,47129

2. Hukum Beer
a. Sampel Cr(NO3)3 0,005M
1) Untuk λ = 375nm
A=−log 4,6=0,6627
2) Untuk λ = 425 nm
A=−log 34,2=1,534026
3) Untuk λ = 475 nm
A=−log 36,4=1,561101
4) Untuk λ = 525 nm
A=−log 40,8=1,610660
5) Untuk λ = 575 nm
A=−log 48,0=1,68124
b. Sampel Cr(NO3)3 0,01 M
6) Untuk λ = 375nm
A=−log 4,0=0,60205
7) Untuk λ = 425 nm
A=−log 27,2=1,4345
8) Untuk λ = 475 nm
A=−log 34,0=1,5314
9) Untuk λ = 525 nm
A=−log 37,8=1,5774
10) Untuk λ = 575 nm
A=−log 48,0=1,68124

c. Sampel Cr(NO3)3 0,015 M


11) Untuk λ = 375nm
A=−log 3,2=0,5051
12) Untuk λ = 425 nm
A=−log 21,6=1,3344
13) Untuk λ = 475 nm
A=−log 30,8=1,48855
14) Untuk λ = 525 nm
A=−log 36,4=1,5611
15) Untuk λ = 575 nm
A=−log 46,4=1,6665
d. Sampel Cr(NO3)3 0,02 M
16) Untuk λ = 375nm
A=−log 3,2=0,5051
17) Untuk λ = 425 nm
A=−log 19,6=1,2922
18) Untuk λ = 475 nm
A=−log 29,6=1,471
19) Untuk λ = 525 nm
A=−log 31,8=1,50242
20) Untuk λ = 575 nm
A=−log 37,6=1,575

e. Sampel Co(NO3)2 0,018 M


1. Untuk λ = 375nm
A=−log 4,6=0,6627
2. Untuk λ = 425 nm
A=−log 37,6=1,5751
3. Untuk λ = 475 nm
A=−log 35,6=1,55144
4. Untuk λ = 525 nm
A=−log 35,4=1,54900
5. Untuk λ = 575 nm
A=−log 64,4=1,80888

f. Sampel Co(NO3)2 0,0376 M


1. Untuk λ = 375nm
A=−log 4,8=0,68124
2. Untuk λ = 425 nm
A=−log 37,0=1,5682
3. Untuk λ = 475 nm
A=−log 31,4=1,4969
4. Untuk λ = 525 nm
A=−log 30,8=1,48855
5. Untuk λ = 575 nm
A=−log 60,6=1,7781

g. Sampel Co(NO3)2 0,0564 M


1. Untuk λ = 375nm
A=−log 5,2=0,71600
2. Untuk λ = 425 nm
A=−log 38,8=1,5888
3. Untuk λ = 475 nm
A=−log 29,2=1,46538
4. Untuk λ = 525 nm
A=−log 27,6=1,44098
5. Untuk λ = 575 nm
A=−log 66,6=1,8234

h. Sampel Co(NO3)2 0,0752 M


1. Untuk λ = 375nm
A=−log 4,4=0,6434
2. Untuk λ = 425 nm
A=−log 34,8=1,5415
3. Untuk λ = 475 nm
A=−log 23,6=1,3729
4. Untuk λ = 525 nm
A=−log 20,4=1,30963
5. Untuk λ = 575 nm
A=−log 57,4=1,7589

3. Analisis Serempak Campuran Berkomponen Dua


1. Untuk λ = 375 nm
A=−log 3,4=0 , 5314
2. Untuk λ = 400 nm
A=−log 10,8=1,03342
3. Untuk λ = 425 nm
A=−log 23,6=01,372
4. Untuk λ = 450 nm
A=−log 27,2=1,43456
5. Untuk λ = 475 nm
A=−log 24,8=1,394451
6. Untuk λ = 500 nm
A=−log 21,4=1,3304
7. Untuk λ = 525 nm
A=−lo g 23,2=1,3654
8. Untuk λ = 550 nm
A=−log 31,2=1,494154
9. Untuk λ = 575 nm
A=−log 42,2=1,62531
10. Untuk λ = 600 nm
11. A=−log 4,8=0 , 68124

Grafik hubungan konsentrasi dengan adsorbansi

Grafik Hubungan Konsentrasi dengan Adsorbansi Cr (NO3)3


1.8
1.6
1.4
f(x) = − 0.74 x + 1.44
1.2 R² = 0
adsorbansi

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03
konsentrasi

Grafik hubungan konsentrasi dengan adsorbansi

Hubungan Konsentrasi Dengan Adsorbansi Co(NO3)2


20000
15000 f(x) = − 329790.47 x + 23293.23
Adsorbansi

R² = 0.8
10000
5000

0
0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08
konentrasi

Grafik serampak campuran


Grafik Hubungan Panjang Gelombang Dengan Adsorban Campuran
1.8
1.6
1.4
1.2 f(x) = 0 x + 0.54
R² = 0.09
adsorban

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
350 400 450 500 550 600 650
konsentrasi

H. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui cara menggunakan
spektronik 20 dan menentukan konsentrasi suatu sampel. Spektroskopi adalah
salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah emisi dan
absorpsi radiasi, sedangkan alat yang digunakan dalam mempelajari dan
analisis spektroskopi ini disebut spektrofotometer. Jika cahaya tampak
dilewatkan pada sebuah prisma maka cahaya tampak akan dipisahkan menjadi
beberapa komponen panjang gelombangnya dan terbentuklah bayangan dalam
bentuk warna warna berbeda yang disebut spektrum.
Spektofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika
energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi
dari panjang gelombang. Prinsip dasar spektofotometer adalah berdasarkan
Hukum Lambert Beer yang menyatakan bahwa setiap lapisan dengan
ketebalan yang sama dari sebuah medium penyerap, yang akan menyerap
sejumlah fraksi yang sama dari sebuah energi radiasi yang melewatinya.
Hukum ini berlaku bagi sinar monokromatik yaitu cahaya dengan panjang
gelombang tunggal atau yang memiliki pita panjang gelombang yang
berdekatan.
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah spektronik 20 D+
untuk mengukur absorbansi, transmitan serta panjang gelombang suatu zat
mempunyai rentang panjang gelombang 375 nm sampai 660 nm. Prinsip dasar
percobaan adalah interaksi radiasi dengan spesies kimia. Prinsip kerjanya
yaitu cahaya putih yang dipancarkan oleh lampu tunglen dilewatkan melalui
celah masuk dan di dispersikan oleh kisi prisma atau difraksi. Pita panjang
gelombang yang sempit (idealnya monokromatis) dari sinar yang
didifraksikan celah kedua dilewatkan pada larutan sampel yang diukur.
1. Spektrum Serapan
Spektrum serapan merupakan suatu kurva yang menghubungkan
absorbansi terhadap panjang gelombang. Absorbansi adalah polarisasi cahaya
yang diserap oleh materi pada panjang gelombang tertentu. Percobaan ini
bertujuan untuk menentukan panjang gelombang maksimum Cr(III) dan
Co(II) dalam % transmitan pada panjang gelombang 375 nm – 660 nm.
Langkah awal yang dilakukan adalah mengencerkan larutan Cr(NO3)2 yang
berwarna biru dan Co(NO3)2 berwarna merah muda. Spektronik 20 dinyalakan
terlebih dahulu sebelum digunakan agar dapat bekerja maksimal pada proses
pembacaan. %T pada detektor harus menunjukkan angka 0,00% untuk
mengkalibrasi alat. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada cahaya yang datang
sehingga tidak ada pula cahaya yang dipancarkan. Blanko yang digunakan
pada percobaan adalah aquades karena sifatnya yang dapat meneruskan
semua cahaya yang diperoleh. Selanjutnya kuvet yang berisi blanko
dimasukkan. Lalu diangkat ketika detektor menunjukkan 100% T. Nilai ini
menunjukkan bahwa cahaya yang datang sama dengan cahaya yang
dipancarkan. Setelah kalibrasi dilakukan, penentuan %T larutan Co dan Cr
pada panjang gelombang 375 nm – 660 nm dengan pengukuran tiap interval
15 nm.
Berdasarkan hasil pengamatan, adsorban tertinggi Cr berada pada
pengukuran panjang gelombang 600 nm dan untuk Co pada panjang
gelombang 600 nm. Hasil yang diperoleh ini tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa panjang gelombang yang dapat digunakan untuk
menentukan masing-masing komponen adalah 510 nm untuk Co dan 575 nm
untuk Cr (Tim Dosen Kimia Analisis Instrumen, 2020). Ketidaksesuaian ini
terjadi karena alat yang digunakan berada dalam kondisi tidak stabil sehingga
memengaruhi pembacaan %T dan nilai absorban yang diperoleh.

Cr awal (375 nm). Co awal (375 nm).


Hasil yang diperoleh pada percobaan ini digunakan untuk menentukan
masing-masing komponen dalam perlakuan Hukum Lambert-Berr yaitu pada
panjang gelombang 600 dan 600 nm. Panjang gelombang ini digunakan untuk
menentukan masing-masing komponen dalam suatu campuran. Hal ini
didasarkan pada teori menurut Tim Dosen Kimia Analisis Instrumen (2020)
yang menyatakan bahwa jika ada panjang gelombang oleh Cr yang diadsorbsi
kuat dan adapula panjang gelombang yang tidak diadsorbsi kuat (sebaliknya)
teradsorbsi oleh Co.
2. Hukum Lambert-Beer
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan hubungan antara absorban
dengan konsentrasi. Konsentrasi larutan Co dan Cr divariasikan lalu
diencerkan. Setelah itu diukur %T dari larutan tersebut lalu dikonversikan ke
absorban. Adapun hasil yang diperoleh menunjukkan absorban larutan Cr
konsentrasi 0,01 M; 0,02 M; 0,03 M; 0,04 M dan 0,05 M berturut turut pada
Panjang gelombang 375 nm adalah 1,8; 1,6; 1,4; 1,2 dan 1,2.
Absorban larutan Co konsentrasi 0,036 M; 0,0752 M; 0,1128 M;
0,1504 M dan 0,1880 M berturut-turut pada Panjang gelombang 375 nm
adalah 1,6; 2,0; 1,8; 1,8 dan 1,8.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dinyatakan bahwa absorbansi
berbanding lurus terhadap konsentrasi. Hal ini telah sesuai dengan Hukum
Lambert-Beer yang menyatakan bahwa konsentrasi larutan berbanding lurus
dengan nilai serapan cahaya (absorban). Adapun persamaan Hukum Lambert-
Beer yaitu:
I0 100
A=log =log =a ×b × c
I T
Keterangan :
A = Absorban
T = Transmitan
a = Konstanta yang disebut absorptivitas
b = Tebal sel
c = Konsentrasi larutan
(Day, 2002).
3. Analisis Campuran Berkomponen Dua
Percobaan ini dilakukan untuk menganalisis absorbansi suatu sampel
campuran yang berkomponen dua terhadap panjang gelombang. Prinsip kerja
perlakuan ini adalah menentukan absorban tiap-tiap komponen yang
memberikan korelasi yang linear terhadap konsentrasi, sehingga akan dapat
dihitung masing-masing kadar campuran tersebut secara serentak atau salah
satu komponen dalam campurannya dengan komponen lain. Panjang
gelombang yang digunakan yaitu 375 nm sampai 600 nm dengan interval 25
nm. Larutan Cr (III) dan Co (II) yang telah diencerkan saling dicampurkan.
Hasil yang diperoleh menunjukkan adsorban tertinggi pada panjang
gelombang 575 nm dan 600 nm yaitu 0,514. Hasil yang diperoleh tidak sesuai
dengan hasil percobaan pada spektrum serapan yaitu pada panjang gelombang
500 atau 510 nm. Hal ini dikarenakan alat yang digunakan sudah tidak
memiliki kualitas yang baik, dimana pembacaan skalanya tidak tepat. Selain
itu ini juga disebabkan oleh sampel telah menyerap cahaya terlebih dahulu.

I. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa telah mampu mampu mengoperasikan alat spektronik 20 dan
menentukan konsentrasi dari larutan dengan nilai %T yang dikonversikan ke
dalam absorban, dikarenakan konsentrasi berbanding lurus dengan absorban
artinya konsentrasi akan meningkat dengan meningkatnya absorban.

2. Saran
Untuk praktikan selanjutnya diharapkan lebih teliti dalam melihat alat
dan membersihkan alat dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Azmalina, dan Rifa Safira. 2018. Analisa Hidrokuinon Dalam Krim
Dokter Secara Spektrofotometri UV-Vis. Lantanida Journal. Vol.6,
No.2.

Day.A.R, JR, dan A.L.Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi


Keenam. Jakarta: Erlangga.

Demissie.G. Ephrem, Girma W. Woyessa, dan Arayaselassie Abebe. 2016. UV-


Vis Spectrometer Determination Of Caffeine In Green Coffee Beans
From Hararghe, Ethiopia, Using Beer-Lambert’s law And Integrated
Absorption Cofficient Techniques. Vasile Alecsandri. ISSN 1582-540X.

Dhivya.M.S, dan K. Kalaichelvi. 2017. UV-Vis Spectroscopic And FTIR


Analysis Of Sarcostemma Brevistigma, Wight, And Arn. International
Journal Of Current Pharmaceutical Research. ISSN 0975-7066.

Gandjar, Gholib, Ibnu, dan Abdul Rohman. 2018. Spektroskopi Molekuler Untuk
Analisis Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Khopkar.M.S. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas


Indonesia (UI-Press).
Riyanti, Budi, Hurip, Sutyaningsih, dan Anggun Wisnu Sarsongko. 2018.
Identifikasi Rhodamin B Dalam Lipstik Dengan Metode KLT dan
Spektrofotometri UV-VIS. Bioeduscience. ISSN 2614-1558.

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2018. Dasar-Dasar Spekstroskopi. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Tim Dosen Kimia Analisis Instrumen. 2020. Penuntun Praktikum Kimia Analisis
Instrumen. Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Anda mungkin juga menyukai