php/modul
ISSN (P)0853-2877 (E) 2598-327X sistem wayfinding mall di semarang
dilakukan dengan mengumpulkan data, menjelaskan, signage agar tidak menyebabkan disorientasi bagi
dan menjabarkan terhadap informasi terkait bagaimana pengguna yang berada dalam bangunan atau lingkungan
pengaruh bahan lantai serta pemilihan bahan lantai yang tersebut.
baik dan murah diaplikasikan pada jalur pedestrian bagi Strategi Wayfinding
kenyamanan dan keamanan pengguna. Menurut Gibson (2009), dalam perspektif
Langkah-langkah yang diambil dalam pengumpulan data seorang wayfinding desainer, menjelaskan bahwa dalam
adalah : proses perancangan wayfinding terdapat empat
a. Metode Deskriptif pendekatan atau strategi yang digunakan yaitu: district,
Metode deskriptif dilakukan dengan pengumpulan data street, connector, dan landmarks. Keempat strategi
yang berasal dari studi pustaka/literatur, data dari tesebut bermula dari konsep perancangan kota. Berikut
instansi terkait, observasi lapangan, serta browsing merupakan penjelasan mengenai keempat pendekatan
internet. tersebut:
b. Metode Dokumentatif a. District : merupakan zona-zona dalam suatu
Metode dokumentatif dilakukan dengan bangunan/lingkungan
mendokumentasikan data yang menjadi bahan b. Street : merupakan koridor atau pathway yang
penyusunan dalam penulisan laporan dengan cara menghubungkan antar ruang
memperoleh gambar visual dari foto-foto yang c. Connector : diartikan sebagai pathway terbesar yang
dihasilkan. menghubungkan ruang atau tujuan dalam satu
c. Metode Komparatif hubungan atau garis
Data yang terkumpul kemudian diidentifikasi dan d. Landmarks : merupakan titik kumpul paling besar /
dianalisis serta dibandingkan untuk memperoleh titik yang mudah ditemui /titik terbesar dan menonjol
gambaran yang cukup lengkap mengenai karakteristik
dan kondisi yang ada Strategi tersebut pada intinya dapat diartikan sebagai
“mental map” yang terekam dalam pikiran pengguna
Waktu Penelitian bangunan “Mental map” tersebut dapat digambarkan
1. Tahap Pertama sebagai bentuk diagramatik mengenai suatu kompleks
Waktu : 23 Oktober 2017 yang digambarkan secara sederhana, mudah, dan cepat
Tempat : Paragon City Mall Semarang untuk dipahami. Kemudian pandangan ini digunakan
2. Tahap Kedua oleh para desainer wayfinding untuk merancang sistem
Waktu : 25 Oktober 2017 penanda atau yang selanjutnya disebut sebagai signage.
Tempat : DP Mall Semarang Signage memiliki fungsi mempermudah pengguna untuk
3. Tahap Ketiga bernavigasi. Pola bernavigasi ini juga mengacu kepada
Waktu : 6 November 2017 strategi dalam wayfinding, dan berikut merupakan pola
Tempat : Pasaraya Sri Ratu Semarang bernavigasi dasar yang digunakan oleh pengguna:
a. Berpindah dari satu district ke district lain
PEMBAHASAN b. Berjalan disepanjang koridor
Menurut Rianty, wayfinding adalah suatu proses c. Menentukan pilihan lanjut saat berada dalam
manusia bernavigasi dan mengorientasikan diri dalam landmarks
ruang fisik. Proses tersebut mencakup usaha manusia Dengan penjelasan mengenai strategi wayfinding diatas,
memperoleh, menetapkan, dan menemukan serangkaian dapat disimpulkan bahwa wayfinding harus mampu
jalur yang akan dilalui untuk berangkat dari satu tempat mengkomunikasikan penanda (sign) baik yang berupa
menuju tempat lain. informasi grafik, maupun rasa keruangan dalam konteks
Sistem wayfinding memberikan pedoman dan arsitektural yang diberikan kepada pengguna yang pada
mempermudah seseorang dalam suatu lingkungan penjelasan sebelumnya disebutkan sebagai “mental
(Gibson, 2009) Menurut Gibson (2009) wayfinding map”. Baik signage maupun “mental map” ini harus
merupakan sistem yang mendasari perencangan diterima dengan mudah oleh pengguna mulai dari awal
signange. Sedangkan signage menurut O’Neill adalah perjalanan di titik kedatangan, sepanjang perjalanan, dan
sesuatu yang dibuat untuk meningkatkan efisiensi ketika pengguna sampai pada decisision poin (titik
wayfinding, terutama dalam bangunan yang memiliki dimana pengguna memutuskan untuk memilih tujuan
konfigurasi yang kompleks. Faktor kompleksitas selanjutnya), hingga mengakhiri perjalan dengan menuju
bangunan berpengaruh terhadap keefektifan wayfinding ke titik keluar.
dalam suatu lingkungan atau bangunan. Semakin
kompleks suatu bangunan atau lingkungan, maka Strategi Signage
semakin tidak efektif wayfinding dalam bangunan atau Wayfinding merupakan sistem yang
lingkungan tersebut. Sehingga, perlu menambahkan menghubungkan bermacam-macam orang secara
11
ISSN (P)0853-2877 (E) 2598-327X MODUL vol 19 no 1,issues period 2019
Kota Semarang Batas Selatan : Jalan Inspeksi, Batas Pada bangunan Pasaraya Sri Ratu posisi signage hanya
Barat : Maybank dan Tanah Kosong, Batas Utara : Jalan berada di eskalator, dan signage tersebut hanya terdiri
Pemuda dari satu jenis sign, yaitu identification sign. Tidak
terdapat directional sign pada decision points. Dari
temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa wayfinding
dalam bangunan Pasaraya Sri Ratu Semarang secara
keseluruhan masih belum efektif
Wayfinding Sriratu
Sampai dengan pembahasan ini dapat
disimpulkan bahwa wayfinding pada bangunan Pasaraya
Sri Ratu ini kurang efektif jika ditinjau menggunakan
strategi: district, street, connector, dan landmarks.
Kurang efektifnya wayfinding ini disebabkan oleh
kompleksitas bangunan, namun keefektifan wayfinding
ini dapat diatasi dengan menambahkan signage. Pada
tabel selanjutnya penulis akan membahas mengenai
sistem signage pada bangunan Pasaraya Sri Ratu, agar
dapat mengetahui apakah sistem signage pada bangunan
ini sudah mampu membantu meningkatkan efektifitas
wayfinding.
Berikut gambar 4, merupakan diagram posisi signage
pada bangunan Pasaraya Sri Ratu Semarang, disertai
penjelasan mengenai jenis signage dan maksud dari
signage tersebut:
gambar 5. Posisi Sign Paragon City Mall
KESIMPULAN
Wayfinding adalah kemampuan seseorang untuk
bernavigasi dalam suatu lingkungan. Sistem wayfinding
adalah fasilitas yang memiliki fungsi memberikan
kemudahan bagi pengguna dalam bernavigasi. Sistem
wayfinding yang baik dapat ditinjau melalui empat
strategi, yaitu: District, Streets, Connection, dan
Landmarks. Jika pengguna dengan mudah
14