Anda di halaman 1dari 1

ABSTRAK

Guruh Futhu Syurowo Studi Persarangan Orangutan di Kawasan Areal Bernilai


Konservasi Tinggi Wilayah Perkebunan Kelapa Sawit PT Telen Kabupaten Kutai
Timur Kalimantan Timur (Dibimbing oleh Yaya Rayadin dan Albert L.
Manurung).
Beberapa kawasan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur pada
awalnya dibangun pada kawasan habitat orangutan, sehingga saat kegiatan
perkebunan sawit berlangsung masih dapat dijumpai beberapa individu orangutan
di kawasan perkebunan kelapa sawit. Kemudian dalam rangka konservasi
keanekaragaman hayati di kawasan perkebunan kelapa sawit, perusahaan telah
menetapkan kawasan ABKT (Areal Bernilai Konservasi Tinggi) atau HCV (High
Conservation Value) di dalam perkebunan kelapa sawit yang berfungsi salah
satunya sebagai habitat orangutan. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini
adalah Melakukan studi persarangan untuk orangutan serta melakukan identifikasi
karakteristik sarang dan kerapatan sarang orangutan hubungannya dengan
keberadaan orangutan pada kawasan ABKT di kawasan perkebunan kelapa sawit
PT Telen. Metode yang digunakan adalah survei sarang orangutan di sepanjang
jalan survei (transek) pada 4 kawasan ABKT di PT Telen. Kawasan ABKT PT
Telen secara umum sudah dibangun sejak tahun 2007 oleh karena itu penelitian
ini akan memberi gambaran kondisi orangutan di kawasan ABKT setelah 10 tahun
dibangun. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sarang orangutan paling
banyak ditemukan pada jenis pohon Kijahe (Croton argyratus) dengan presentase
sebesar 19,7% diikuti oleh jenis Semecarpus sp. (mangga hutan) 8 sarang (12,1%)
dan Pterospermum javanicum 7 sarang (10,6%). Dari hasil identifikasi kelas umur
sarang di lokasi ABKT ditemukan adanya variasi dari setiap kelas umur sarang
yaitu kelas A hingga kelas E yang menunjukkan bahwa kawasan ABKT PT Telen
masih digunakan sebagai tempat bersarang orangutan. Hasil identifikasi
karakteristik posisi sarang juga menunjukkan bahwa nilai presentase tertinggi
posisi sarang adalah posisi Pucuk Pohon (23/45 sarang, 51,11%). Sementara itu
untuk jumlah sarang per pohon adalah satu pohon terdapat hanya satu sarang
(32/45 pohon sarang, 71,11%). The relationship between the height of the
orangutan nest and the height of the nest tree is closely related because most
orangutans nest in the position of the main branch. Therefore, the greater the
height of the orangutan nesting tree, the higher the main branching position in the
tree. Secara umum menunjukkan bahwa sejak 10 tahun perkebunan sawit
dibangun ternyata pada kawasan ABKT masih ditemukan sarang orangutan yang
cukup potensial. Hal ini menunjukkan bahwa orangutan masih menggunakan
kawasan ABKT sebagai tempat singgahnya.

Anda mungkin juga menyukai