Anda di halaman 1dari 11

Ophthalmol Ina 2021;47(1):115-125 115

O R IG IN A L A R T IC L E

Pemeriksaan SD-OCT Pada Bidang


Neuro-oftalmologi
Nurul Fitri Shabrina1, Gatot Suhartono1,2
1
Department of Ophthalmology Faculty of Medicine Universitas Airlangga,
2
Dr. Soetomo Hospital Surabaya, Indonesia
E-mail: nurulfshabrina@yahoo.com


ABSTRAK

Neuro-oftalmologi merupakan subdivisi luas yang befokus pada hubungan kelainan neurologis dengan
kelainan mata. Modalitas diagnostik pada bidang ini mencakup anamnesa yang mendalam,
pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang yang lengkap. Optical coherence tomography (OCT)
merupakan salah satu modalitas penunjang yang berkembang pesat dan banyak membantu diagnosis
dan terapi dalam bidang oftalmologi. Teknologi terbaru dari OCT adalah Spectral Domain OCT (SD-
OCT) yang mempunyai resolusi 2-3 kali lebih jelas dan kecepatan scanning 60-110 kali lebih cepat
dibanding pendahulunya berupa Time Domain OCT (TD-OCT), menghadirkan scanning yang lebih
menyeluruh dan menghasilkan gambaran 3 dimensi yang hampir mendekati gambaran histologis dari
tiap lapisan. SD-OCT merupakan modalitas esensial untuk mengevaluasi keutuhan neuron,
mengevaluasi progresifitas penyakit dan memprediksi perbaikan visus pasca operasi pada compressive
optic neuropathy, menjadikan SD-OCT mempunyai potensi besar untuk membantu penegakan
diagnosis dan terapi dari berbagai macam penyakit di bidang neuro-oftalmologi.

Kata kunci : Neuro-oftalmologi, Optical coherence tomography, Spectral Domain


ABSTRACT

Neuro-ophthalmology is a diverse discipline, which focuses on the relationship between neurological
disorders and the visual system. The diagnostic localization in neuro-ophthalmology consists of a
thorough history, complete clinical examination,and ancillary test. Optical coherence tomography
(OCT) is a rapidly evolving technology that has profoundly changed the practice of ophthalmology.
The newest technology are Spectral domain OCT (SD-OCT) that increases axial resolution 2- to 3-
fold and scan speed 60- to 110-fold vs time domain OCT (TD-OCT) enables novel scanning, denser
sampling, and 3- dimensional imaging close to histologic features. SD-OCT has become essential to
evaluate neuronal integrity, to assess disease progression and to predict visual recovery after surgery
in compressive optic neuropathies making it potential as an ancillary investigation in the diagnosis
and management of various optic nerve disorders

Keywords : Neuro-ophtalmology, Optical coherence tomography, Spectral Domain


116 Pemeriksaan SD-OCT Pada Bidang Neuro-oftalmologi

N euro-oftalmologi merupakan suatu


bidang yang menangani masalah
penglihatan yang berhubungan
dengan sistem saraf. Masalah pada bidang
setelah operasi. Penelitian terbaru juga
menunjukkan bahwa OCT merupakan
penanda yang cukup sensitif pada penyakit
degenerasi saraf dan multiple sklerosis.
neuro-oftalmologi sangat luas karena Spectral-domain OCT (SD-OCT)
mempunyai manifestasi yang bermacam- merupakan teknologi terbaru pada OCT
macam mulai dari yang sederhana seperti pendahulunya dengan keunggulan dapat
penurunan visus atau penglihatan dobel otomatis mengikuti gerakan mata sehingga
hingga sindrom yang kompleks dan meminimalkan bias operator ,scanning
berhubungan dengan penyakit sistemik1. yang lebih cepat, resolusi yang lebih baik
Penelitian yang dilakukan di Singapura daripada pendahulunya6.
menunjukkan insidens penyakit mata
dibidang neuro-oftalmologi sebesar 9.81 Dasar dan prinsip kerja sd-oct
per 100.000 orang2. Kelainan pada bidang
neuro-oftalmologi memiliki dampak yang Mesin OCT awalnya merupakan
besar pada pasien karena dapat mesin yang berkembang dari alat low-
berhubungan dengan kelainan sistemik coherence interferometry yang digunakan
yang tidak hanya mengancam penglihatan, pertama kali 1988 untuk mengukur
tetapi juga mengancam nyawa3. Karena panjang aksial bola mata, teknologi ini
bidang neuro-oftalmologi sangat berkembang hingga pada tahun 1994
kompleks, Diagnosis penyakit di bidang mesin low-coherence interferometry dapat
ini relatif sulit dibandingkan bidang mendapatkan gambaran cross section dari
oftalmologi lainnya. Pasien dengan segmen anterior dan retina secara in-vivo
kelainan neuro-oftalmologi biasanya sudah untuk mengevaluasi lapisan retina dan
mencari pengobatan ke bagian lain seperti optic nerve head (ONH). Alat ini mulai
neurologi, bedah saraf, maupun jiwa digunakan untuk mendeteksi kelainan
sebelum datang ke dokter mata4. seperti detachment makula, lubang
Optical coherrence tomography makula,membran epiretina, edema makula,
(OCT) merupakan teknologi pencitraan dan idiopathic central serous
non-invasif untuk menganalisa retina dan chorioretinopathy. Pola ini memungkinkan
nervus optikus yang didasari oleh perkembangan mesin OCT untuk
penyerapan cahaya inframerah pada keperluan klinis, hingga pada tahun 1996
jaringan yang dipantulkan kembali dan mesin OCT 1000 (OCT 1) pertama kali
menghasilkan gambar histologis tiga dikomersilkan oleh Zeiss. Teknologi
dimensi. Diantara modalitas pencitraan mesin OCT mengalami dua kali
yang lain, OCT adalah salah satu sarana perkembangan berupa OCT 2000 (OCT 2)
diagnostik utama pada bidang mata, di tahun 2000, kemudian OCT three
karena dapat mendeteksi kerusakan (stratus OCT) mulai dikomersilkan sejak
struktural pada segmen anterior dan tahun 20027,8.
posterior, memonitor progresivitas suatu Stratus OCT atau dikenal juga
penyakit, dan menilai efektifitas terapi5. sebagai time domain –OCT (TD-OCT)
Pada bidang mata, OCT merupakan mempunyai resolusi aksial 10 µm, resolusi
pemeriksaan yang rutin dilakukan di trasnversal 20 µm dan kecepatan 400 axial
bidang glaukoma dan retina, tetapi OCT scans/detik. Kemampuan menghadirkan
juga mempunyai peran besar pada bidang pengukuran kuantitatif dari makula,
neuro-oftalmologi. OCT pada bidang ketebalan retinal nerve fiber layer (RNFL)
neuro-oftalmologi dapat digunakan untuk dan ONH, TD-OCT dengan cepat menjadi
menilai progresivitas penyakit pada jaras standar baku untuk pemeriksaan segmen
aferen visual dan memprediksi perbaikan posterior pada masanya. Teknologi OCT
visus pasca neuropati optik kompresi semakin berkembang pesat sejak
Ophthalmol Ina 2021;47(1):115-125 117

munculnya TD-OCT, perkembangan SD-OCT PADA BIDANG NEURO-


terutama terdapat pada resolusi aksial dan OFTALMOLOGI
kecepatan scanning yang lebih besar,
hingga muncul teknologi terbaru berupa Papiledema
spectral domain-OCT (SD-OCT) yang Gambaran SD-OCT pada
mempunyai kemampuan scanning lebih papiledema dapat diidentifikasi pada
cepat dan resolusi lebih baik dibanding gambaran subretinal space yang
TD-OCT9. hiporeflektif diatas Retinal pigment
epitelium (RPE) yang berbentuk segitiga.
Gambaran hiporeflektif ini diduga karena
pembengkakan papil dan menyebabkan
pembengkakan Retinal Nerve Fiber Layer
(RNFL) yang memberikan gambaran
hipereflektif sehingga area dibawahnya
terlihat hiporeflektif. Pada papiledema
didapatkan gambaran papil nervus optik
yang elevasi dengan gambaran rata dan
halus serta adanya ruang hiporefletif
Gambar 1. Perbandingan Perbandingan resolusi
TD-OCT dengan SD-OCT
berbentuk segitiga besar pada subretina
yang menukik halus membentuk huruf V,
OCT menggunakan keterlambatan sedangkan pada pseudopapiledema
refleksi balik untuk menganalisanya didapatkan gambaran kontur papil nervus
menggunakan prinsip interferometri. Suatu optikus yang lebih bergelombang dan
gelombang akan dibagi menjadi dua, tidak rata disertai ruang hiporeflektif
gelombang pertama mengarah ke cermin subretina berbentuk segitiga yang lebih
datar pada mesin OCT yang disebut plane kecil yang menukik secara tajam12,13.
mirror dan gelombang kedua mengarah
pada mata. Gelombang pertama akan
menghasilkan satu echo sedangkan
gelombang kedua akan menghasilkan
banyak echo sesuai banyaknya struktur
pada mata yang dilewati gelombang
tersebut. Gelombang-gelombang ini akan
dibandingkan dengan alat inferometer
yang mengukur perpaduan atau koherensi
antar gelombang. Suatu pengukuran yang
koherens pada titik dan dalamnya lapisan Gambar 2. Perbandingan gambaran SD-OCT pada
yang sama disebut A-scans. SD-OCT papiledema (a,b) dan drusen di papil saraf
optik(c,d)
menggunakan prinsip spectral domain,
dan menilai perbedaan antar pencampuran
SD-OCT juga dapat digunakan
gelombang dan dianalisa menggunakan
untuk memantau perkembangan
alat Fourrier-Domain, sehingga berbagai
papiledema setelah terapi, terutama untuk
lapisan dapat dianalisa dalam waktu yang
pasien-pasien anak dimana pemeriksaan
bersamaan. SD-OCT dapat mengukur
objektif lebih sulit dilakukan. Perbaikan
lebih akurat dibanding TD-OCT hingga 2
papiledema ditandai dengan menipisnya
µm dalam waktu 50-100 kali lebih cepat
RNFL. Karena penipisan RNFL juga dapat
daripada pendahulunya11.
terjadi karena proses papil atrofi,
pemeriksaan SD-OCT ini juga sebaiknya
118 Pemeriksaan SD-OCT Pada Bidang Neuro-oftalmologi

dikorelasikan dengan pemeriksaan lapang Gambaran optic disc pada DOA dapat
pandangan13. normal atau lebih kecil dari data normatif.
Gambaran optic disc dan ONH yang lebih
kecil biasanya juga menimbulkan gejala
DOA yang lebih berat dengan tajam
penglihatan yang lebih rendah.
Diperkirakan hal ini terjadi karena OPA1
merupakan gen yang juga mengatur
apoptosis sehingga ukuran optic disc lebih
kecil karena mutasi ini menyebabkan
Gambar 3. Perbedaan gambaran papiledema
sebelum (a) dan sesudah terapi (b). gangguan pada perkembangan embrionik
di mata10.
Papil Atrofi
Gambaran papil atrofi literatur dipelajari
melalui penyakit Dominant Optic Atrophy
(DOA) yang merupakan suatu penyakit
karena mutasi gen OPA1 yang
menimbulkan gejala klinis berupa
penurunan visus progresif bilateral yang
mulai muncul saat masa kanak-kanak dan
berujung pada papil atrofi bilateral.
Sebanyak 20% dari penderita DOA juga
menderita kelainan neuromuskular pada
organ lain, kelainan ini disebut DOA
plus10.
Pemeriksaan OCT dengan fokus
RNFL menunjukkkan gambaran penipisan
pada semua kuadran tetapi lebih berat pada
kuadran temporal dan inferior. Sementara
pada DOA plus, penipisan ditemukan rata Gambar 5. Gambaran optic disc pada pasien DOA.
pada semua kuadran. Penipisan dengan
pola ini juga terjadi pada terjadi pada Optik Neuropati Kompresif
Retinal Ganglion Cell (RGC) makula10. Prognosis penglihatan pasca operasi pada
pasien dengan kelainan Optik neuropati
kompresif dapat dilihat dengan OCT. studi
dari Danesh-Meyer menyatakan bahwa
pasien dengan hasil pemeriksaan RNFL
yang normal pada pemeriksaan OCT pre-
operasi, akan mempunyai prognosis
perbaikan visus yang baik dalam kurun
waktu 6 bulan pasca operasi. Prognosis
penglihatan pasca operasi juga dapat
dilihat dari macular ganglion cell complex,
bahkan terdapat penelitian oleh Moon
yang menyampaikan bahwa penilaian
macular ganglion cell complex lebih baik
Gambar 4. Gambaran RNFL Gambaran RNFL dan
untuk memprediksi perbaikan visus pasca
makula pada pasien DOA operasi dibandingkan dengan RNFL
perifer. Remyelinisasi dan perbaikan aliran
aksonal pasca operasi ditandai dengan
Ophthalmol Ina 2021;47(1):115-125 119

adanya perbaikan macular ganglion cell hilangnya cairan subretina yang sejalan
complex dan RNFL perifer14. dengan perbaikan visus14.16.

Gambar 7. Gambaran NAION Fase akut (A) dan


tujuh minggu setelah pengobatan (B)

Pola penipisan RNFL yang terdapat


pada NAION juga berkolerasi dengan
Gambar 6. Pemeriksaan SD-OCT dengan defek lapang pandangan. Pasien dengan
prognosis buruk. Gambaran kasus wanita 49 tahun defek lapang pandangan inferior
dengan keluhan utama penurunan tajam mempunyai kerusakan RNFL pada
penglihatan selama tujuh tahun karena optic nerve temporal, nasal, dan superior. Pasien
sheath meningioma. Pemeriksaan OCT
menunjukkan adanya penipisan RNFL perifer (A)
dengan defek lapang pandangan sentral
dan penurunan jumlah macular ganglion cell layer atau sekosentral mempunyai gambaran
(B).Gambaran klinis pelebaran bintik buta dan atrofi RNFL yang terbatas pada superior
scotoma parasentral superior (C), dengan hanya dan temporal. Sedangkan pasien dengan
terdapat sedikit perbaikan penglihatan (D) kerusakan RNFL pada semua kuadran juga
walaupun telah mendapat terapi radiasi.
berkolerasi dengan penurunan lapang
Anterior ischemic optic neuropathy pandangan yang luas6.
Anterior ischemic optic neuropathy
(AION) merupakan kerusakan yang
ditandai dengan adanya edema papil
karena gangguan aliran darah pada pada
nervus optikus. gambaran edema papil
pada AION mirip dengan papiledema
karena kenaikan tekanan intrakranial. Pada
fase akut didapatkan batas papil yang tak
tegas dan perdarahan peripapil karena
pembengkakan akson dan aliran aksonal
yang statis. Pada lanjutan, sekitar 6 hari
setelahnya, akan terjadi apoptosis sel
oligodendrosit yang diikuti demyelinasi Gambar 8. Hubungan kerusakan RNFL dengan
dan atrofi papil6,15. defek lapang pandangan. (Rebolleda, 2015)
Pemeriksaan SD-OCT pada pasien
dengan Non-arteritic anterior ischemic Multiple Sclerosis/ Neuritis optik
optic neuropathy (NAION) menunjukkan Multiple sclerosis (MS) merupakan
ukuran cup nevus optikus yang kecil. Pada kelainan karena inflamasi dan degenerasi
NAION fase akut, didapatkan elevasi neuron dan akson. Neuritis optik
diskus optikus disertai gambaran cairan merupakan salah satu manifestasi MS dan
subretina pada peripapiler dan subfovea. muncul pada 20-25% kasus MS. Karena
Setelah diobati, akan didapat perbaikan pemeriksaan SD-OCT mudah dan tidak
gambaran elevasi diskus optikus dan invasif maka penggunaan SD-OCT
120 Pemeriksaan SD-OCT Pada Bidang Neuro-oftalmologi

disarankan pada pasien-pasien dengan MS. neurologis lain yang dinilai dengan
Pada pasien MS, pemeriksaan OCT juga Expanded Disability Status Scale (EDSS).
berkolerasi ringan dengan pemeriksaan Pemeriksaan SD-OCT juga mempunyai
MRI. Penelitian pemeriksaan OCT pada korelasi ringan dengan pemeriksaan MRI.
kasus MS pertama kali dilakukan pada Pada optik neuritis fase akut,
tahun 1999 yang menyatakan bahwa pengukuran RNFL kurang baik dijadikan
penipisan RNFL merupakan sebagai patokan karena tebal RNFL
penanda/marker degenerasi akson, seakan-akan baik karena kondisi edema
penipisan RNFL pada MS dapat terjadi papil pada fase akut. Progresivitas pada
walaupun pasien tersebut tidak optik neuritis anterior lebih baik dilihat
mempunyai manifestasi neuritis optik. dari penipisan ganglion cell layer (GCL)
Pemeriksaan OCT dapat mendeteksi atau ketebalan makula karena keduanya
kerusakan aksonal bahkan sebelum gejala tidak terpengaruh oleh kondisi edema
klinis terjadi. Pada pasien dengan MS papil. Ukuran tebal GCL yang dianggap
ringan tanpa neuritis optik, didapatkan patologis adalah ≤ 75 µm6,17.
penipisan RNFL yang lebih ringan (7.08
µm) dibandingkan dengan pasien dengan Traumatic Optic Neuropathy
neuritis optik (20.38 µm), utamanya di Traumatic optic neuropathy (TON)
daerah temporal. SD-OCT dapat merupakan penyakit yang disebabkan
digunakan juga untuk mendiagnosa edema kerusakan saraf optik sekunder yang
makular yang dapat terjadi pada pasien disebabkan karena trauma dan terjadi
MS dengan uveitis intermediet atau edema karena kerusakan akson akut dan
makular yang terjadi karena efek samping menyebabkan gangguan penglihatan
pengobatan Fingolimod yang biasa berupa defek lapang pandangan, gangguan
digunakan pada pasien MS. Jenis makular penglihatan warna hingga penurunan tajam
edema yang biasa terjadi pada pasien- penglihatan yang dapat berujung pada
pasien dengan kelainan demyelinasi adalah hilangnya kemampuan penglihatan yang
makular edema mikrokistik yang ditandai permanen. Pemeriksaan SD-OCT pada
dengan area hiporeflektif pada lapisan kasus TON bermanfaat karena sifatnya
inner nuclear layer retina di daerah yang non-invasif dan dengan teknologi
parafoveal6. terbaru dengan resolusi aksial hingga 5-7
µm, mampu menghasilkan gambar lapis
demi lapis retina yang jernih sehingga
kerusakan yang terjadi dapat dideteksi
secara dini bahkan sebelum gejala klinis
terjadi. Studi yang dilakukan Kanamori
dan kawan-kawan yang meneliti tentang
TON unilateral pada empat pasien
menyebutkan bahwa terjadi penipisan
Gambar 9. Gambaran edema makula mikrokistik RNFL di sekeliling papil dan GCC yang
pada pasien dengan MS mulai terjadi dua minggu setelah trauma
dan menjadi stabil setelah 20 minggu.
Progresivitas MS juga dapat Sehingga peneliti menyarankan
dipantau dengan SD-OCT. Progresivitas pengobatan TON harus dilakukan sebelum
dilihat dari penipisan RNFL dan ganglion 20 minggu dan evaluasi pemeriksaan SD-
cell inner plexiform layer, rata-rata OCT dilakukan secara berkala untuk
penipisan RNFL terjadi sebanyak 1.49 µm/ memantau progresivitas penyakit atau
tahun dan penipisan ganglion cell inner perkembangan terapi. Sementara studi dari
plexiform layer 0.5 µm/tahun dan Lee dan kawan-kawan menyebutkan
berkolerasi dengan penurunan fungsi bahwa terdapat korelasi antara penipisan
Ophthalmol Ina 2021;47(1):115-125 121

GCC dan RNFL dengan fungsi pemeriksaan SD-OCT penting, karena


penglihatan yang diteliti melalui tajam semakin dini diagnosis maka semakin dini
penglihatan, penglihatan warna, pula intervensi yang akan diberikan,
pemeriksaan lapang pandangan dengan misalnya penghentian penggunaan obat.
Humphrey, serta pemeriksaan visual Selain untuk diagnosis, pemeriksaan SD-
evoked potential (VEP)22,23. OCT harus dilakukan berkala pada pasien-
pasien neuropati optik toksik untuk
memonitor progresivitas penyakit maupun
perkembangan terapi10.18

Neuropati Optik Karena Nutrisi


Neuropati optik karena nutrisi
merupakan kerusakan saraf karena
defisiensi vitamin B12, B1, asam folat, zat
Gambar 10. Pemeriksaan SD-OCT pada TON. besi, atau protein yang mengandung
Perubahan RNFL pada di sekitar papil (A) dan sulfur. Zat defisiensi pasti penyebab
perubahan ketebalan GCC pada makula (B)
neuropati optik nutrisi masih belum dapat
dirangkum secara pasti, tetapi penyakit ini
Neuropati toksik optik
biasa ditemukan pada pecandu alkohol,
Neuropati optik toksik merupakan
penderita anorexia, penderita malnutrisi,
penyakit yang disebabkan oleh berbagai
dan pasien dengan gangguan penyerapan
macam toksin yang merusak nervus
gizi seperti pasien yang telah menjalani
optikus dan ditandai oleh penurunan tajam
operasi bariatrik. Patofisiologi dari toksik
penglihatan bilateral progresif tanpa nyeri.
optik karena nutrisi masih belum jelas,
Terdapat berbagai macam substansi yang
tetapi terdapat hipotesis bahwa
dapat menyebabkan neuropati toksik optik
kerusakannya berada pada level
diantaranya alkohol (metanol, etilen
mitokondria yang akan menyebabkan
glikol), obat anti TBC (etambutol,
proses kerusakan seperti pada neuropati
isoniazid), antibiotik (linezolid,
toksik optik. Lesi primer pada neuropati
sulfonamid dan kloramfenikol), obat anti
optik karena nutrisi tidak hanya spesifik
malaria (klorokuin, quinin), obat anti
pada papil nervus saja, tapi dapat berada
kanker (vincristin, metotrexat), dan obat
pada berbagai jenis level seperti RNFL, sel
anti aritmia (digitalis, amiodaron).
ganglion, kiasma, hingga traktus optikus10.
Kerusakan karena toksin biasanya
Gejala neuropati optik karena nutrisi
disebabkan karena penumpukan toksin
sama seperti neuropati optik toksik
pada mitokondria, sehingga aktivitas sel
sehingga kita harus menganamnesa pola
ganglion retina yang membutuhkan
diet pasien, riwayat obat, riwayat paparan
banyak energi dan sangat bergantung pada
toksin, riwayat sosial dan lingkungan kerja
mitokondria akan terganggu terlebih
pasien sebelum menegakkan diagnosa
dahulu. Kerusakan awal pada neuropati
neuropati optik toksik karena nutrisi.
toksik optik ditandai dengan
Prognosis visus pada neuropati optik
pembengkakan akson yang ditandai
karena nutrisi bergantung pada penyebab
dengan edema papil. Di fase selanjutnya
dan lama defisiensi pada penderita. Pada
kan terjadi penipisan RNFL utamanya di
pemeriksaan fisik, pasien neuropati optik
bagian inferotemporal, dan pada fase
karena nutrisi biasanya mempunyai visus
kronis, penipisan RNFL akan terjadi pada
yang baik (6/60 atau lebih), penurunan
semua kuadran. Namun pada fase awal,
reflek pupil, dan tidak ditemukannya
terkadang sulit mengakkan diagnosis
RAPD karena kerusakannya bilateral. Pada
neuropati toksik optik karena pada
fase awal dengan pemeriksaan fundus,
pemeriksaan funduskopi, akan didapatkan
papil nervus dua ditemukan normal atau
gambaran papil normal. Disinilah
122 Pemeriksaan SD-OCT Pada Bidang Neuro-oftalmologi

hiperemis dengan perdarahan peripapiler ONH yang mendekati resolusi histologis,


ringan. Setelah beberapa minggu atau memungkinkan deteksi abnormalitas
bulan, akan terjadi atrofi papil bagian RNFL pada penderita IIH. Penebalan
temporal yang bila dibiarkan akan terjadi RNFL didapatkan pada penderita IIH yang
atrofi papil pada semua kuadran. baru terdeteksi serta IIH relaps. Sedangkan
Pemeriksaan SD-OCT berguna untuk penipisan RNFL didapatkan pada
melihat ketebalan RNFL, terutama pada penderita IIH kronis serta penderita IIH
penipisan bagian temporal10 yang telah mendapat terapi19.
SD-OCT fokus ONH pada pasien
IIH menampilkan gambaran rim thickness
yang lebih tebal dari data normatif.
Didapatkan optic-cup volume dan C/D
ratio yang menurun walaupun kenaikan
intrakranialnya sedikit dan tidak
didapatkan gambaran papiledema pada
funduskopi. RNFL pada pasien IIH
didapatkan sedikit lebih tebal dari orang
normal dan akan kembali normal setelah
terapi penurunan cairan serebrospinal,
tetapi normalisasi ketebalan RNFL
membutuhkan waktu yang lama dan
terjadi pada penurunan cairan
serebrospinal yang signifikan sehingga
untuk memantau perkembangan IIH
sebaiknya digunakan parameter neuro-
retinal rim thickness dan area, C/D ratio
dan optic cup volume19.

Gambar 11. Perkembangan neuropati optik toksik


nutrisi setelah terapi

Idiopathic intracranial hypertension


Idiopathic intracranial hypertension
(IIH) merupakan kondisi dimana terdapat
peningkatan tekanan intrakranial (TIK)
tanpa adanya lesi pada otak maupun
etiologi lainnya. IIH banyak diyemukan
pada wanita usia subur dengan obesitas
dengan hipertensi intrakranial dengan
ataupun tanpa papiledema. Papiledema Gambar 12. Gambaran ketebalan RNFL dan GCL-
yang lama dapat menimbulkan atrofi papil IPL pada pasien IIH. Peta ketebalan RNFL (A dan
yang dapat menyebabkan gangguan visus D), B-scan di sekitar ONH (B), serta peta ketebalan
permanen. SD-OCT merupakan modal GCL-IPL (C) pada mata kiri pasien dengan
papiledema dan tekanan serebrospinal 40 cm H20.
diagnostik yang baik pada penyakit ini
Peta ketebalan RNFL (D), B-scan di sekitar ONH
karena sifatnya yang non-invasif tetapi (E), serta peta ketebalan GCL-IPL (F) pada mata
dapat menampilkan gambaran makula dan kiri pasien dengan papiledema dan tekanan
Ophthalmol Ina 2021;47(1):115-125 123

serebrospinal 26 cm H20. Setelah penurunan cairan esensial pada pasien Alzheimer dengan
serebrospinal, didaptkan ketebalan RNFL yang MRI yang paling banyak digunakan
fluktuatif pada kedua kasus (G dan I) dan ketebalan
GCL-IPL yang stabil (H dan J)
karena dapat memberikan informasi
tentang struktur otak yang terkena dan
Penyakit Parkinson korelasinya terhadap gangguan visus.
Penyakit parkinson merupakan Gambaran yang paling sering ditemukan
kelainan gerakan yang diakibatkan pada MRI penderita Alzheimer adalah
degenerasi saraf dopaminergik pada atrofi lobus temporomedial, pembesaran
ganglia basal. Gejala penyakit Parkinson ventrikel, dan penurunan volume otak.
meliputi gejala motorik berupa tremor saat Walaupun hingga saat ini kerusakan
istirahat, bradikinesia, rigiditas dan struktral dan fungsional dari keseluruan
instabilitas postur serta gejala non-motorik otak belum dapat terpetakan seluruhnya,
berupa gangguan mood, gangguan tidur, terdapat pendapat yang menyatakan bahwa
hipotensi ortostatik, kehilangan daya proses neurodegeneratif juga terjadi di
penciuman, penurunan daya kognitif, dan retina karena retina merupakan cabang
gangguan visus10. perifer dari sistem saraf pusat. Dalam hal
Pemeriksaan SD-OCT pada pasien ini pemeriksaan SD-OCT berperan karena
dengan Parkinson menunjukkan dapat menilai struktur retina yang
penurunan ketebalan RNFL dan volume mengesankan keutuhan saraf mata dan
makula dibandingkan pasien normal. mulai banyak dimanfaatkan untuk menilai
Penipisan ditemukan pada semua kuadran kerusakan saraf baik penyakit neurologis
dan paling tipis pada temporal. Penipisan maupun degeneratif21.
tidak ditemukan pada fovea (central Pemeriksaan SD-OCT pada pasien
macula sparring), hal ini disebabkan dengan penyakit Alzheimer akan
karena penyakit Parkinson terjadi akibat didapatkan penipisan RNFL peripapiler
hilangnya sel ganglion sedangkan pada pada semua kuadran, hal ini menunjukkan
fovea lebih banyak didapatkan sel kerucut bahwa degenarasi aksonal difus yang
tanpa sel ganglion atau akson. Derajat terjadi pada pasien penyakit Alzheimer.
keparahan RNFL dan volume makula Pada fokus makula akan didapatkan
berbanding lurus dengan keparahan dan penipisan ketebalan makula terutama pada
durasi penderita Parkinson yang dinilai lapisan inner retinal layer. Pada penelitian
dengan derajat tremor dan bradikinesia20 oleh Cungha dengan 2738 sampe mata
menyebutkan terdapat korelasi positif
Penyakit Alzheimer antara penipisan saraf dan fungsi kognitif
Penyakit Alzheimer merupakan sehingga dimasa yang akan datang,
penyebab demensia yang palling sering terdapat kemungkinan bahwa SD-OCT
dengan insidens yang makin besar seiring dapat digunakan untuk membedakan
meningkatnya populasi manula di dunia. penyakit gangguan kognitif ringan dengan
Alzheimer ditandai dengan gangguan penyakit Alzheimer dan dapat digunakan
kognitif progresif seperti defisit memori, sebagai biomarker untuk diagnosis dan
penurunan fungsi belajar, afasia, apraxia, evaluasi21.
agnosia, dan gangguan visual. Gangguan
visual yang terjadi pada pasien pada KESIMPULAN
Alzheimer mempunyai dampak serius SD-OCT merupakan teknologi
karena mempengaruhi kualitas hidup dan terbaru mesin OCT yang menilai
kemandirian pasien. gangguan visus yang perbedaan antar pencampuran gelombang
sering terjadi berupa gangguan kontras berbagai lapisan dalam waktu yang
sensivitas spasial, persepsi gerakan, bersamaan sehingga dapat menilai 50-100
dikrimasi warna, hingga kehilangan visus. kali lebih cepat daripada pendahulunya.
Pencitraan neuro-imaging adalah hal yang OCT sangat membantu di bidang mata
124 Pemeriksaan SD-OCT Pada Bidang Neuro-oftalmologi

karena dapat menghadirkan pemeriksaan mesin SD-OCT hanya tersedia untuk


objektif retina, makula, dan papil nervus pasien dewasa. Kerugian lain adalah mesin
optikus secara cepat dan non invasif. SD-OCT masih mengandalkan tindakan
SD-OCT juga memiliki peran besar kooperatif dari pasien sehingga sulit
dalam bidang neurologi dan neuro- dilakukan pasien usia tua atau mempunyai
oftalmologi. Parameter struktur mata yang kondisi gangguan motorik berat.
paling berguna pada pasien dengan Hingga saat ini teknologi OCT terus
kelainan neurologis adalah pengukuran berkembang dan penemuan fungsinya
kuantitatif dari ketebalan retinal nerve bertambah seiring berjalannya waktu
fiber layer (RNFL) yang terdiri dari sel sehingga penting bagi para dokter mata
akson ganglion retina. Penebalan RNFL untuk mengikuti perkembangannya agar
disebabkan oleh edema pada akson dan penggunaan teknologi ini dapat
biasanya terdapat pada proses akut seperti dimanfaatkan secara maksimal.
neuritis optik, iskemia akut, dan hipertensi
intrakranial. Sementara penipisan RNFL REFERENCES
disebabkan oleh hilangnya sel akson 1. Duong DK, Leo MM, Mitchell EL. 2008.
‘Neuro-ophthalmology’. Emerg Med Clin
ganglion retina yang merupakan suatu North Am. 2008 Feb;26(1):137-80, vii. doi:
proses menuju atrofi optik. Penipisan 10.1016/j.emc.2007.11.004
RNFL biasanya akan dilihat pada penyakit 2. Lim, S. A., Wong, W. L., Fu, E., Goh, K. Y.,
neurodegeneratif, neuropati toksik dan Seah, A., Tan, C., … Wong, T. Y. (2009). The
neuropati nutrisional. Sementara pada Incidence of Neuro-Ophthalmic Diseases in
Singapore: A Prospective Study in Public
kondisi edema papil seperti ischemic optic Hospitals. Ophthalmic Epidemiology, 16(2),
neuropathy, papillitis dan papilledema 65–73.
dimana dari pemeriksaan SD-OCT https://doi.org/10.1080/09286580902737516
ketebalan RNFL sulit dibedakan karena 3. Omoti AE, Waziri-Erameh MJ. 2007. ‘Pattern
terdapat kondisi edema aksonal, parameter of neuro-ophthalmic disorders in a tertiary eye
centre in Nigeria’. Nigerian Journal of
yang paling berguna adalah ketebalan Clinical Practice Jun;10(2):147-51.
ganglion cell layer (GCL) pada makula. 4. Spitze, A., Al-Zubidi, N., Lam, P.,
Data penipisan GCL dapat mendeteksi Yalamanchili, S., & Lee, A. G. 2014. Neuro-
kerusakan neuronal irreversible secara ophthalmology as a career. Indian Journal of
dini. Ophthalmology, 62(10), 1013–1014.
http://doi.org/10.4103/0301-4738.146007
Dalam bidang NO pemeriksaan 5. Kostanyan, T., Wollstein, G., & Schuman, J. S.
dengan SD-OCT dapat digunakan untuk 2015. ‘New developments in optical coherence
mendiagnosa, memonitor perjalanan tomography’. Current Opinion in
pernyakit, mengukur keberhasilan atau Ophthalmology, 26(2), 110–115.
efek samping terapi, dan memperkirakan http://doi.org/10.1097/ICU.000000000000013
3
prognosis karena mempunyai korelasi 6. Rebolleda, G., Diez-Alvarez, L., Casado, A.,
yang tinggi dengan pemeriksaan perimetri, Sánchez-Sánchez, C., de Dompablo, E.,
dapat memprediksi progresi serta González-López, J. J., & Muñoz-Negrete, F. J.
mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang 2015. ‘OCT: New perspectives in neuro-
tinggi pada neuro- oftalmologi dan akhir- ophthalmology’. Saudi Journal of
Ophthalmology, 29(1), 9–25.
akhir ini telah diteliti bahwa SD-OCT http://doi.org/10.1016/j.sjopt.2014.09.016
diprediksikan dapat menjadi biomarker 7. Puliafito C. 2012. ‘A Brief History of Optical
adjuvan untuk penyakit Alzheimer dan Coherence Tomography: A Personal
Parkinson. Perspective’. Ophthalmic Surgery, Lasers and
Kelemahan dari SD-OCT di bidang Imaging Retina. 39(4):S6-S7
8. Gabriele, Michelle L. et al. 2011 ‘Optical
neuro-oftalmologi adalah teknologi ini Coherence Tomography: History, Current
masih belum dapat digunakan pada pasien Status, and Laboratory Work.’ Investigative
dibawah usia 18 tahun karena hingga saat Ophthalmology & Visual Science’ PMC. Web.
ini data normatif pada software mesin- 25 June 2018.
Ophthalmol Ina 2021;47(1):115-125 125

9. Fujimoto, J., & Swanson, E. (2016). The 20. Sengupta, P., Dutta, K., Ghosh, S., Mukherjee,
Development, Commercialization, and Impact A., Pal, S., & Basu, D. (2018). Optical
of Optical Coherence Tomography. coherence tomography findings in patients of
Investigative ophthalmology & visual science, parkinson’s disease: An Indian perspective.
57(9), OCT1–OCT13. Annals of Indian Academy of Neurology,
https://doi.org/10.1167/iovs.16-19963 21(2), 150.
10. Grzybowski A, Barboni P.2016. ‘OCT in https://doi.org/10.4103/aian.aian_152_18
Central Nervous System Diseases’. Springer 21. Cunha, L. P., Almeida, A. L. M., Costa-Cunha,
International Publishing. New york. ISBN L. V. F., Costa, C. F., & Monteiro, M. L. R.
978-3-319-24085-5. Hal 9-23 (2016). The role of optical coherence
11. Nordmann, Pr. Jean-Philippe. 2014. ‘Optical tomography in Alzheimer’s disease.
Coherence Tomography and Optic Nerve’. International Journal of Retina and Vitreous,
Laboratorie Théa and Carl Zeiss Mediatec 2(1). https://doi.org/10.1186/s40942-016-
Francia. Paris 0049-4
12. Johnson LN, Diehl ML, Hamm CW, 22. Kanamori, A., Nakamura, M., Yamada, Y., &
Sommerville DN, Petroski GF.. 2009. Negi, A. (2012). Longitudinal Study of Retinal
‘Differentiating optic disc edema from optic Nerve Fiber Layer Thickness and Ganglion
nerve head drusen on optical coherence Cell Complex in Traumatic Optic Neuropathy.
tomography’. Arch Ophthalmol 2009;127:45-9 Archives of Ophthalmology, 130(8), 1067.
13. Bassi ST, Mohana KP.2014. ‘Optical https://doi.org/10.1001/archophthalmol.2012.4
Coherence Tomography In Papilledema And 70
Pseudopapilledema With And Without Optic 23. Lee, J.-Y., Cho, K., Park, K.-A., & Oh, S. Y.
Nerve Head Drusen’. Indian J (2016). Analysis of Retinal Layer Thicknesses
Ophthalmol;62:1146-51 and Their Clinical Correlation in Patients with
14. Chan NC,Chan CK. 2017. ‘The use of optical Traumatic Optic Neuropathy. PLOS ONE,
coherence tomography in neuro- 11(6), e0157388.
ophthalmology’. Wolters Kluwer Health https://doi.org/10.1371/journal.pone.0157388
Volume 28. Number 00. Month 2017.
15. Ho, J. K., Stanford, M. P., Shariati, M. A.,
Dalal, R., & Liao, Y. J. 2013. ‘Optical
Coherence Tomography Study of
Experimental Anterior Ischemic Optic
Neuropathy and Histologic Confirmation’.
Investigative Ophthalmology & Visual
Science, 54(9), 5981–5988.
http://doi.org/10.1167/iovs.13-12419
16. Hedges T, Vuong L. 2008. ‘Subretinal Fluid
From Anterior Ischemic Optic Neuropathy
Demonstrated by Optical Coherence
Tomography’. Arch Ophthalmol / Vol 126
(No. 6)
17. Syc SB, Saidha S, Newsome SD, Ratchford
JN, Levy M, Ford E, et al. 2012. ‘Optical
coherence tomography segmentation reveals
ganglion cell layer pathology after optic
neuritis’. Brain ;135:521–33.
18. Zhao, X.-J., Lu, L., Li, M., & Yang, H. 2015.
‘Ophthalmic findings in two cases of methanol
optic neuropathy with relapsed vision
disturbance’. International Journal of
Ophthalmology, 8(2), 427–429.
http://doi.org/10.3980/j.issn.2222-
3959.2015.02.37
19. Huang-Link, Y.-M., Al-Hawasi, A.,
Oberwahrenbrock, T., & Jin, Y.-P. (2015).
OCT measurements of optic nerve head
changes in idiopathic intracranial
hypertension. Clinical Neurology and
Neurosurgery, 130, 122–127.
https://doi.org/10.1016/j.clineuro.2014.12.021

Anda mungkin juga menyukai