Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan

roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya

fungsi jalan untuk mendorong distribusi barang dan jasa sekaligus mobilitas

penduduk. Ketersediaan jalan adalah prasyarat mutlak bagi masuknya investasi

ke suatu wilayah.

Jalan memungkinkan seluruh masyarakat mendapatkan akses pelayanan

pendidikan, kesehatan dan pekerjaan. Untuk itu diperlukan perencanaan

struktur perkerasan yang kuat, tahan lama dan mempunyai daya tahan tinggi

terhadap deformasi plastis yang terjadi. aspal Buton adalah aspal alam yang

terkandung dalam deposit batuan yang terdapat di pulau Buton dan sekitarnya.

Dengan jumlah deposit aspal Buton yang mencapai 600 juta ton, menjadikan

Indonesia sebagai negara penghasil aspal alam terbesar di dunia.

Kadar aspal yang terkandung dalam aspal Buton bervariasi, antara 10-

40%. Ini merupakan kadar aspal yang cukup besar dibandingkan dengan kadar

aspal alam negara-negara lain seperti Amerika (12-15%) dan Prancis (6-10%).

Namun, dengan potensi SDA yang begitu besarnya, Indonesia masih belum

bisa untuk mencukupi kebutuhan aspal dalam negeri. Ini disebabkan karena

aspal Buton, sebagai bahan baku pembuatan konstruksi jalan, masih belum

banyak digunakan. Dari segi mutu, Aspal Buton dirasa masih kalah bersaing

dengan aspal minyak. Kadar aspal Buton yang bervariasi, mudah pecah, dan
harganya yang lebih mahal menjadi alasan kenapa aspal Buton menjadi jarang

dipakai. Namun seiring dengan terus melonjaknya harga aspal minyak sejak

2002 lalu, maka penggunaan aspal Buton saat ini dinilai lebih murah dan

efisien. aspal Buton juga memiliki kelebihan, yaitu titik lembeknya lebih tinggi

dari aspal minyak dan ketahanan aspal Buton yang cukup tinggi terhadap

panas, sehingga membuatnya tidak mudah meleleh. Sesuai dengan keluarnya

Peraturan Menteri PU No.35/2006, Melihat potensi yang ada, maka saat ini

dilakukan berbagai penelitian yang bertujuan untuk bisa memaksimalkan

penggunaan aspal Buton di tanah air, khususnya penggunaan aspal Buton

sebagai bahan baku perkerasan jalan.

Penelitian ini memanfaatkan aspal Buton lawele dalam pencampuran

bitumen dan aspal yang diharapkan ketika limbah plastik (limbah botol mineral

dan limbah kantong palstik) dicampurkan pada aspal panas akan mengalami

pelelehan dan menyatuh dalam aspal cair bersama dengan bitumen yang

menjadi bahan pengikat pada campuran aspal. Untuk mencapai hasil yang

diharapkan penentuan jenis limbah plastik yang digunakan sangat berpengaruh

terhadap sifat-sifat bitumen sebagai bahan pengikat. Oleh karena itu perlu

dilakukan studi tentang pengujian Limbah Plastik pada Lapisan Aspal dengan

judul “Karakteristik Campuran Aspal AC-BC Dengan Memanfaatkan

Aspal Buton Lawele Pada Bitumen ”.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aspal beton atau asphalt concrete adalah campuran dari agregat

bergradasi menerus dengan bahan bitumen (aspal). Kekuatan utama aspal beton

ada pada keadaan butir agregat yang saling mengunci dan sedikit pada

pasir/ filler /bitumen sebagai mortar. Pengalaman para pembuat aspal beton

mengatakan bahwa campuran ini sangat stabil tetapi sangat sensitif

terhadap variasi dalam pembuatannya dan perlu tingkat quality control yang

tinggi dalam pembuatannya, bila potensinya ingin penuh terealisasi (Didik

Purwadi, 1995).

Aspal beton sebagai bahan untuk konstruksi jalan sudah lama dikenal dan

digunakan secara luas pada lapis permukaan perkerasan jalan fleksibel.

Ada beberapa jenis beton aspal campuran panas, salah satunya yaitu laston lapis

aus atau Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC). Laston adalah lapisan

penutup konstruksi perkerasan jalan yang mempunyai nilai struktural. Campuran

ini terdiri atas agregat bergradasi menerus dengan aspal keras, dicampur,

dihamparkan dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Laston

adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras

dan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar dan

dipadatkan pada suhu tertentu. (Silvia Sukirman, 2012).


Lapisan aspal memiki karakteristik campuran yaitu stability,

durabilitas, fleksibilitas, tahanan geser (skid resistance), kedap air, kemudahan


pekerjaan (workability), ketahanan kelelehan (fatique resistance). Pemilihan

material perkerasan jalan yang tepat sesuai dengan karakteristik daerah adalah

hal penting dalam pencapaian konsistensi kualitas perkerasan jalan sesuai

dengan umur layan yang direncanakan.

Dalam Spesifikasi Bina Marga Tahun 2010 penggunaan pasir alam sebagai

agregat halus dalam campuran Asphalt Concrete dibatasi tidak lebih dari 15%

dari total berat campuran karna tidak memenuhi spesifikasi. Namun, saat ini

pekerjaan aspal beton sudah tidak menggunakan pasir alami dan diganti denagn

abu batu sebagai agregat halus karna lebih kuat . Jika ditinjau dari segi biaya

penggunaan pasir alam tentu lebih murah dari pada agregat halus hasil

pemecahan batu, karena tidak diperlukan biaya tambahan untuk pemecahan.

Kabupaten Gowa terdiri dari wilayah dataran rendah dan wilayah dataran

tinggi dengan ketinggian antara 10-2800 meter diatas permukaan air laut.

Kabupaten Gowa dilalui oleh banyak sungai yang cukup besar yaitu ada 15

sungai. Sungai dengan luas daerah aliran yang terbesar adalah Sungai Jeneberang

yaitu seluas 881 km² dengan panjang sungai utama 90 Km sehingga Kabupaten

Gowa dapat dipastikan memiliki ketersediaan pasir laut yang sangat berlimpah

dan sangat mudah ditemui.

Sungai Jeneberang merupakan sungai utama yang mengalir pada DAS

Jeneberang yang memberikan manfaat multiguna kepada masyarakat, antara lain

sebagai sumber air baku, irigasi dan pembangkit tenaga listrik . Selain itu Sungai

Jeneberang juga dimanfaatkan untuk melakukan aktivitas penambangan


agregat. Hampir semua kabupaten di Sulawesi Selatan menggunakan agregat dari

Kabupaten Gowa pada pekerjaan jalan salah satunya Kabupaten Bone karna

Bone memiliki batu pecah yang berkapur.

Dari fenomena di atas perlu di lakukan penelitian untuk mengetahui adanya

pengaruh terhadap karakteristik aspal beton apabila menggunakan pasir dan abu

batu dengan persentase tertentu.

Penelitian ini difokuskan pada penggunaan abu batu dan pasir alami yang

berasal dari Kabupaten Gowa secara bersamaan untuk mengetahui pengaruh

terhadap karakteristik asphal concrete dengan metode Marshall. Dari uraian di

atas perlu dilakukan penelitian dengan melakukan uji laboratorium tentang :

“Pengaruh Kombinasi Pasir Alami dan Abu Batu Asal Kabupaten Gowa

Terhadap Karakteristik Asphalt Concrete – Wearing Course”.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan volume lalu lintas yang meningkat memberikan dampak

terhadap permintaan akan pembangunan struktur perkerasan jalan dan pemakaian

material yang digunakan. Di Indonesia sering terjadi beban lalu lintas yang

berlebihan (over loading) dan temperatur udara yang tinggi, sehingga perlu

pertimbangan dalam melakukan perencanaan campuran aspal.

Aspal merupakan suatu material yang diperoleh dari hasil penyulingan

minyak bumi. Aspal berwarna hitam kecoklatan dan memiliki sifat viskoelastis

sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan dan

sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat menyelimuti dan

menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan masa

pelayanannya.

Aspal memiliki karakteristik yang berpengaruh terhadap kinerja campuran

beraspal. Oleh karena iru diperlukan aspal dengan kualitas yang bagus sehingga

nantinya akan dihasilkan campuran beraspal dengan kinerja yang baik. Karena

aspal merupakan lapis perkerasan yang paling atas yang menerima dampak

langsung dari lalu lintas, maka aspal harus cukup kuat, stabil, dan tetap di tempat

meskipun ada pembebanan dari lalu lintas.


mengemukakan bahwa jenis aspal Pen 60/70 banyak digunakan dalam perkerasan

tetapi dengan perkembangan lalu lintas maka jenis aspal Pen 60/70 sudah tidak

dapat memadai terutama untuk menahan deformasi sehingga diperlukan alternatif

jenis bahan aspal lainnya yang memiliki kekakuan lebih rendah sehingga mampu

menahan potensi retak lelah, dan mengemukakan masalah yang terjadi yaitu tidak

tercapainya umur, rencana akibat kerusakan prematur yang diindikasikan terjadi

pelunakan serta oksidasi pada aspal, karena temperatur tinggi.

Oleh sebab itu, salah satu cara untuk meningkatkan kualitas aspal maka

digunakan bahan modifikasi yang telah tersedia di pasaran. Suatu bahan baru

modifikasi yang tersedia di pasaran adalah Retona (Refined Buton Asphalt).

Retona merupakan hasil produksi ekstraksi aspal alam dari Pulau Buton.

Aspal Buton dimanfaatkan untuk mengatasi kelemahan yang ada pada aspal

minyak. PT. Olah Bumi Mandiri sebagai perusahaan yang memproduksi Retona

memperkenalkan produk baru yaitu Retona Blend 55. Menurut , keunggulan

Retona Blend 55 ini antara lain dapat meningkatkan kestabilan, ketahanan

terhadap deformasi, ketahanan fatigue dan daya tahan  terhadap air. Disamping

itu kemudahan dalam penggunaan (seperti aspal biasa), usia pelayanan yang lebih

lama dan biaya pemeliharaan menjadi lebih murah menjadi pertimbangan penting

dalam penggunaan produk ini. Retona Blend dapat melayani lalu lintas tinggi.

Oleh sebab itu peneliti mengambil studi dengan judul “Perbandingan

karakteristik Marshall aspal beton AC-WC menggunakan retona blend 55

dan aspal penetrasi 60/70 sebgai campuran dengan filler fly ash”.

Anda mungkin juga menyukai