Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

NKM
DENGAN OSTEOARTHRITIS PADA TANGGAL
04-06 OKTOBER 2021 DI RUANG RAWAT INAP
RSU SURYA HUSADHA NUSA DUA

OLEH:
SANG NYOMAN EDIANA KELINGAN, S.KEP
NIM : C2221120

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2020/2021
RHEUMATOID

I. LAPORAN PENDAHULUAN (TINJAUAN TEORI)


A. DEFINISI
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang etiologinya
belum diketahui dan ditandai oleh sinovitis erosif yang simetris dan pada
beberapa kasus disertai keterlibatan jaringan ekstraartikular. Perjalanan
penyakit RA ada 3 macam yaitu monosiklik, polisiklik dan progresif.
Sebagian besar kasus perjalananya kronik kematian dini
Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani, “arthon” yang berarti sendi, dan
“itis” yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang pada
sendi. Sedangkan Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit autoimun
dimana persendian (biasanya tangan dan kaki) mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali menyebabkan
kerusakan pada bagian dalam sendi (Febriana,2015).
Penyakit ini sering menyebabkan kerusakan sendi, kecacatan dan banyak
mengenai penduduk pada usia produktif sehingga memberi dampak sosial
dan ekonomi yang besar. Diagnosis dini sering menghadapai kendala karena
pada masa dini sering belum didapatkan gambaran karakteristik yang baru
akan berkembang sejalan dengan waktu dimana sering sudah terlambat untuk
memulai pengobatan yang adekuat (Febriana,2015).

B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler.
Tulang berasal dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui
proses “Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel
yang disebut “Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat
penimbunan garam kalsium.
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, tulang dapat
diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya:
a. Tulang panjang (femur, humerus) terdiri dari batang tebal
panjang yang disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis.
Di sebelah proksimal dari epifisis terdapat metafisis. Di antara
epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan yang tumbuh,
yang disebut lempeng epifisisatau lempeng pertumbuhan. Tulang
panjang tumbuh karena akumulasitulang rawan di lempeng
epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang
dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang
dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari
spongi bone (cancellous atautrabecular). Pada akhir tahun-tahun
remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfungsi, dan tulang
berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen, dan
testosterone merangsang pertumbuhan tulang panjang. Estrogen,
bersama dengan testosteron, merangsang fusi lempeng epifisis.
Batang suatu tulang panjang memiliki rongga yang disebut
kanalis medularis. Kanalis medularis berisi sumsum tulang.
b. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari
cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang
padat.
c. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang
padat dengan lapisan luar adalah tulang concellous.
d. Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan
tulang pendek.
e. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar
tulang yang berdekatan dengan persedian dan didukung oleh
tendon dan jaringan fasial, misalnya patella (kap lutut).
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-
selnya terdiri atas tiga jenis dasar osteoblas, osteosit dan osteoklas.
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulangdengan mensekresikan
matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2% subtansi
dasar(glukosaminoglikan, asam polisakarida, dan proteoglikan).
Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik
ditimbun. Osteositadalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan
fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang). Osteoklas
adalah selmultinuclear (berinti banyak) yang berperan dalam
penghancuran, resorpsi, dan remosdeling tulang.
Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulangdewasa.
Ditengah osteon terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut
merupakan matriks tulang yang dinamakan lamella. Didalam lamella
terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang
berlanjut kedalamkanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan
dengan pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).
Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat
dinamakan periosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan
memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon
dan ligamen. Periosteummengandung saraf, pembuluh darah, dan
limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung
osteoblast, yang merupakansel pembentuk tulang.
Endosteumadalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga
sumsum tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus.
Osteoklast, yang melarutkan tulang untuk memelihara rongga sumsum,
terletak dekat endosteum dan dalam lacuna Howship (cekungan pada
permukaan tulang).
Struktur tulang dewasa terdiri dari 30% bahan organik (hidup)
dan 70% endapan garam. Bahan organik disebut matriks, dan terdiri
dari lebih dari 90 % serat kolagen dan kurang dari 10% proteoglikan
(protein plus sakarida). Deposit garam terutama adalah kalsium dan
fosfat, dengan sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion magnesium.
Garam-garam menutupi matriks dan berikatan dengan serat kolagen
melalui proteoglikan. Adanya bahan organik menyebabkan tulang
memiliki kekuatan tensif (resistensi terhadap tarikan yang
meregangkan). Sedangkan garam-garam menyebabkan tulang memiliki
kekuatan kompresi (kemampuan menahan tekanan).
Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerusdan dapat
berupa pemanjangan dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan
tulang berubah selama hidup. Pembentukan tulangditentukan oleh
rangsangn hormon, faktor makanan, dan jumlah stres yang dibebankan
pada suatu tulang, danterjadi akibat aktivitas sel-sel pembentuk tulang
yaitu osteoblas.
Osteoblas dijumpai dipermukaan luar dan dalam tulang.
Osteoblas berespon terhadap berbagai sinyal kimiawiuntuk
menghasilkan matriks tulang. Sewaktu pertama kali dibentuk, matriks
tulang disebut osteoid. Dalam beberapa hari garam-garam kalsium
mulai mengendap pada osteoid dan mengeras selama beberapa minggu
atau bulan berikutnya. Sebagian osteoblast tetap menjadi bagian dari
osteoid, dan disebut osteosit atau sel tulang sejati. Seiring dengan
terbentuknyatulang, osteosit dimatriks membentuk tonjolan-tonjolan
yangmenghubungkan osteosit satu dengan osteosit lainnyamembentuk
suatu sistem saluran mikroskopik di tulang.
Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan terhadap
tulang, sebagian ion kalsium di tulang tidak mengalarni kristalisasi.
Garam nonkristal ini dianggap sebagaikalsium yang dapat
dipertukarkan, yaitu dapat dipindahkan dengancepat antara tulang,
cairan interstisium, dan darah.
Sedangkan penguraian tulang disebut absorpsi, terjadi secara
bersamaan dengan pembentukan tulang. Penyerapan tulang terjadi
karena aktivitas sel-sel yang disebut osteoklas. Osteoklas adalahsel
fagositik multinukleus besar yang berasal dari sel-sel mirip-monosit
yang terdapat di tulang.Osteoklas tampaknya mengeluarkan berbagai
asam dan enzim yangmencerna tulang dan memudahkan fagositosis.
Osteoklas biasanya terdapat pada hanya sebagian kecil dari potongan
tulang, dan memfagosit tulang sedikit demi sedikit.Setelah selesai di
suatu daerah, osteoklas menghilang dan muncul osteoblas. Osteoblas
mulai mengisi daerah yang kosong tersebut dengan tulang baru. Proses
ini memungkinkan tulang tua yang telah melemah diganti dengan
tulang baru yang lebihkuat.
Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas
menyebabkan tulang terus menerus diperbarui atau mengalami
remodeling. Pada anak dan remaja, aktivitas osteoblas melebihi
aktivitas osteoklas, sehingga kerangka menjadi lebih panjang dan
menebal. Aktivitas osteoblas juga melebihi aktivitas osteoklas pada
tulang yang pulih dari fraktur. Pada orang dewasa muda, aktivitas
osteoblas dan osteoklas biasanya setara, sehingga jumlah total massa
tulang konstan. Pada usia pertengahan, aktivitas osteoklas melebihi
aktivitas osteoblas dan kepadatan tulang mulai berkurang. Aktivitas
osteoklas juga meningkat pada tulang-tulang yang mengalami
imobilisasi. Pada usiadekade ketujuh atau kedelapan, dominansi
aktivitas osteoklas dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga
mudah patah. Aktivitas osteoblas dan osteoklas dikontrol oleh beberapa
faktor fisik dan hormon.
Faktor-faktor yang mengontrol aktivitas osteoblas dirangsang
oleh olah raga dan stres beban akibat arus listrik yang terbentuk sewaktu
stres mengenai tulang. Fraktur tulang secara drastis merangsang
aktivitas osteoblas, tetapi mekanisme pastinya belum jelas. Estrogen,
testosteron, dan hormon perturnbuhanadalah promotor kuat bagi
aktivitas osteoblas dan pertumbuhan tulang. Pertumbuhan tulang
dipercepat semasa pubertas akibat melonjaknya kadar hormon-hormon
tersebut. Estrogen dan testosterone akhirnya menyebabkan tulang-
tulang panjang berhenti tumbuh dengan merangsang
penutupanlempeng epifisis (ujung pertumbuhan tulang). Sewaktu kadar
estrogen turun pada masa menopaus, aktivitas osteoblas berkurang.
Defisiensi hormon pertumbuhan juga mengganggu pertumbuhan
tulang.
Vitamin Ddalam jumlah kecil merangsang kalsifikasi tulang
secara langsung dengan bekerjapada osteoblas dan secara tidak
langsung dengan merangsang penyerapan kalsiumdi usus. Hal ini
meningkatkan konsentrasi kalsium darah, yang mendorong kalsifikasi
tulang. Namun, vitamin D dalam jumlah besar meningkatkan kadar
kalsium serum dengan meningkatkan penguraian tulang. Dengan
demikian, vitamin D dalamjumlah besar tanpa diimbangi kalsium yang
adekuat dalam makanan akan menyebabkan absorpsi tulang.
Adapun faktor-faktor yang mengontrol aktivitas osteoklas
terutama dikontrol oleh hormon paratiroid. Hormon paratiroid
dilepaskan oleh kelenjar paratiroid yangterletak tepat di belakang
kelenjar tiroid. Pelepasan hormon paratiroid meningkat sebagai respons
terhadap penurunan kadar kalsium serum. Hormon paratiroid
meningkatkan aktivitas osteoklas dan merangsang pemecahan
tulanguntuk membebaskan kalsium ke dalam darah. Peningkatan
kalsium serum bekerja secara umpan balik negatif untuk menurunkan
pengeluaran hormon paratiroid lebih lanjut. Estrogen tampaknya
mengurangi efek hormon paratiroid pada osteoklas.
Efek lain hormon paratiroidadalah meningkatkankalsium serum
dengan menurunkansekresi kalsium oleh ginjal. Hormon paratiroid
meningkatkan ekskresi ion fosfatoleh ginjal sehingga menurunkan
kadar fosfat darah. Pengaktifanvitamin D di ginjal bergantung pada
hormon paratiroid. Sedangkan kalsitoninadalah suatu hormon yang
dikeluarkan oleh kelenjartiroid sebagai respons terhadap peningkatan
kadar kalsium serum. Kalsitonin memiliki sedikit efek menghambat
aktivitas dan pernbentukan osteoklas. Efek-efek ini meningkatkan
kalsifikasi tulang sehingga menurunkan kadar kalsium serum.

2. Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut:
a. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
b. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru)
dan jaringan lunak.
c. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi
dan pergerakan).
d. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang
(hema topoiesis).
e. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfoR (Dwisang,
2014).

C. ETIOLOGI/PREDISPOSISI
Penyebab dari Reumatik hingga saat ini masih belum terungkap, namun
beberapa faktor resiko untuk timbulnya Reumatik antara lain adalah :
1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan
adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin
meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah
pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada
umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama
pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih
banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada
ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang
distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut,
dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih
sering dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
4. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya
terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya
osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia
dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang
Amerika asli dari pada orang kulit putih.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
D. MANIFESTASI KLINIS/TANDA DAN GEJALA
1. Nyeri pada anggota gerak
2. Kelemahan otot
3. Peradangan dan bengkak pada sendi
4. Kekakuan sendi
5. Kejang dan kontraksi otot
6. Gangguan fungsi
7. Sendi berbunyi(krepitasi)
8. Sendi goyah
9. Timbunya perubahan bentuk
10. Timbulnya benjolan nodul

E. PATOFISIOLOGI
RA merupakan penyakit autoimun sistemik yang menyerang sendi. Reaksi
autoimun terjadi dalam jaringan sinovial. Kerusakan sendi mulai terjadi dari
proliferasi makrofag dan fibroblas sinovial. Limfosit menginfiltrasi daerah
perivaskular dan terjadi proliferasi sel-sel endotel kemudian terjadi
neovaskularisasi. Pembuluh darah pada sendi yang terlibat mengalami oklusi
oleh bekuan kecil atau sel-sel inflamasi. Terbentuknya pannus akibat
terjadinya pertumbuhan yang iregular pada jaringan sinovial yang mengalami
inflamasi. Pannus kemudian menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang
Respon imunologi melibatkan peran sitokin, interleukin, proteinase dan
faktor pertumbuhan. Respon ini mengakibatkan destruksi sendi dan
komplikasi sistemik (Surjana, 2009).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
a. Penanda inflamasi : Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive Protein
(CRP) meningkat
b. Rheumatoid Factor (RF) : 80% pasien memiliki RF positif namun RF
negatif tidak menyingkirkan diagnosis
c. Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP) : Biasanya digunakan
dalam diagnosis dini dan penanganan RA dengan spesifisitas 95-98%
dan sensitivitas 70% namun hubungan antara anti CCP terhadap
beratnya penyakit tidak konsisten
2. Radiologis
Dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak, penyempitan ruang
sendi, demineralisasi “juxta articular”, osteoporosis, erosi tulang, atau
subluksasi sendi.
3. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada RA mencakup terapi farmakologi, rehabilitasi dan
pembedahan bila diperlukan, serta edukasi kepada pasien dan keluarga.
Tujuan pengobatan adalah menghilangkan inflamasi, mencegah deformitas,
mengembalikan fungsi sendi, dan mencegah destruksi jaringan lebih lanjut
(Kapita Selekta,2014).
1. NSAID (Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug)
Diberikan sejak awal untuk menangani nyeri sendi akibat inflamasi.
NSAID yang dapat diberikan atara lain: aspirin, ibuprofen, naproksen,
piroksikam, dikofenak, dan sebagainya. Namun NSAID tidak melindungi
kerusakan tulang rawan sendi dan tulang dari proses destruksi.
2. DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drug)
Digunakan untuk melindungi sendi (tulang dan kartilago) dari proses
destruksi oleh Rheumatoid Arthritis. Contoh obat DMARD yaitu:
hidroksiklorokuin, metotreksat, sulfasalazine, garam emas, penisilamin,
dan asatioprin. DMARD dapat diberikan tunggal maupun kombinasi
(Putra dkk,2013).
3. Kortikosteroid
Diberikan kortikosteroid dosis rendah setara prednison 5-7,5mg/hari
sebagai “bridge” terapi untuk mengurangi keluhan pasien sambil
menunggu efek DMARDs yang baru muncul setelah 4-16 minggu.

4. Rehabilitasi
Terapi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Caranya dapat dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat melalui
pemakaian tongkat, pemasangan bidai, latihan, dan sebagainya. Setelah
nyeri berkurang, dapat mulai dilakukan fisioterapi.
5. Pembedahan
Jika segala pengobatan di atas tidak memberikan hasil yang diharapkan,
maka dapat dipertimbangkan pembedahan yang bersifat ortopedi,
contohnya sinovektomi, arthrodesis, total hip replacement, dan
sebagainya. (Kapita Selekta, 2014)

II. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS


A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, satatus pernikan.
b. Penanggung jawab pasien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, satatus pernikan, hubungan dengan pasien.

2. Riwayat Kesehatan
a. Alasan utama masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
1) Keluhan utama saat masuk rumah sakit
2) Keluhan utama saat pengkajian
Pada umumnya keluhan utama pada kasus rematik adalah
rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan
lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang
lengkap tentang rasa nyeri pasien digunakan:
a) Provoking incident: Apakah ada peristiwa yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
b) Quality of pain: Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan pasien.Apakah seperti terbakar, berdenyut,
atau menusuk.
c) Region: Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (Scale) of Pain: Seberapa jauh rasa nyeriyang
dirasakan pasien, bisa berdasarkan skala nyeri ataupasien
menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi
kemampuan fungsinya.
e) Time: Berapa lama nyeri berlangsung, kapan,
apakahbertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab
dari rematik, yang nantinya membantu dalam membuat rencana
tindakan terhadap pasien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang
terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan
mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka
kecelakaan yang lain.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab
rematik dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan
menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan
penyakit pagerta yang menyebabkan rematik. Selain itu, penyakit
diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko terjadinya
osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat
proses penyembuhan tulang.

d. Riwayat alergi
Apakah pasien memiliki riwayat alergi seperti, alergi obat-
obatan, makanan, dan minuman.
e. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan nyeri sendi
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya rematik, yang
sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang
cenderung diturunkan secara genetik.

3. Pola Fungsi Kesehatan


a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pada kasus rematik akan timbul ketakutan akan terjadinya
kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan
kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu,
pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup pasien seperti
penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme
kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu
keseimbangannya dan apakah pasien melakukan olahraga atau
tidak.
b. Nutrisi dan metabolik
Pada pasien rematik harus mengkonsumsi nutrisi melebihi
kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C
dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi
terhadap pola nutrisi pasien bisa membantu menentukan penyebab
masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari
nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan
terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi
masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga
obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas pasien.

c. Aktivitas dan latihan


Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua
bentuk kegiatan pasienmenjadi berkurang dan kebutuhan pasien
perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji
adalah bentuk aktivitas pasienterutama pekerjaan pasien.
d. Tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat semua pasien rematik timbul rasa
nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu pola
dan kebutuhan tidur pasien. Selain itu juga, pengkajian
dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan
tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur.
e. Eliminasi
Untuk kasus reumatik tidak ada gangguan pada pola
eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi,
konsistensi, warna serta bau feses pada pola eliminasi alvi.
Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya,
warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada
kesulitan atau tidak.
f. Pola persepsi diri (konsep diri)
Dampak yang timbul pada pasien reumatik yaitu timbul
ketakutan akan kecacatan akibat rasa cemas, rasa ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap
dirinya yang salah.
g. Peran dan hubungan sosial
Pasienakan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam
masyarakat.
h. Seksual dan reproduksi
Dampak pada pasien rematik tidak ada masalah pada seksual
dan reproduksinya. Selain itu juga, perlu dikaji status
perkawinannya termasuk jumlah anak, dan lama perkawinannya.

i. Manajemen koping
Pada pasien reumatik timbul rasa cemas tentang keadaan
dirinya, yaitu ketakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi
tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh pasien bisa tidak
efektif.
j. Kognitif perseptual
Pada pasien fraktur reumatik pada indera yang lain tidak
timbul gangguan. Begitu jugapada kognitifnya tidak mengalami
gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat reumatik.
k. Nilai dan kepercayaan
Untuk reumatik tidak dapat melaksanakan kebutuhan
beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini
bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak pasien.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Vital sign
Tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk.
b. Kesadaran
Apatis, sopor, koma, gelisah, composmentis tergantung pada
keadaan pasien.
c. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
2) Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena
tidak terjadi perdarahan).
3) Hidung
Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.
4) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada
lesi atau nyeri tekan.
5) Mulut
Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan
mukosa mulut tidak pucat.
6) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan,
reflek menelan ada.
7) Thorax
Tidak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
a) Jantung
I:Tidak tampak iktus jantung.
P:Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
P: Terdengar suara redup jantung.
A:Suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur.
b) Paru-paru
I:Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung
pada riwayat penyakit pasien yang berhubungan
dengan paru.
P:Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
P:Suara ketok sonor, tidak ada rerdup atau suara tambahan
lainnya.
A:Suara nafas normal, tidak ada wheezing, atau suara
tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
8) Abdomen
I:Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
A:Peristaltik usus normal ±20 kali/menit.
P:Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
P: Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.

9) Genetalia
Tidak ada gangguan (Sumber: Price, 2012).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


C. INTERVENSI

Diagnosa Keperawatan NOC/Tujuan NIC/Intervensi


Nyeri akut b/d agens Setelah diberikan asuhan NIC Label: Manajemen
cedera fisik. keperawatan selama 3 x 24 jam Nyeri.
diharapkan nyeri dapat teratasi, 1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan kriteria hasil: secara komprehensif
NOC Label: Kontrol Nyeri. (lokasi, durasi, frekuensi,
1. Mengenali kapan nyeri kualitas, faktor pencetus).
terjadi yang dipertahankan 2. Observasi adanya
pada skala 4 dan petunjuk nonverval
ditingkatkan pada skala 5. mengenai
2. Menggunakan tindakan ketidaknyamanan
pengurangan [nyeri] tanpa terutama pada mereka
analgesik yang yang tidak dapat
dipertahankan pada skala 4 berkomunikasi secara
dan ditingkatkan pada efektif.
skala 5. 3. Ajarkan penggunaan
3. Melaporkan nyeri yang teknik nonfarmakologi
terkontrol yang (relaksasi, distraksi).
dipertahankan pada skala 4
dan ditingkatkan pada 4. Berikan individu
skala 5. penurunan nyeri yang
optimal dengan penerapan
NOC Label: Tingkat Nyeri. analgetik.
1. Nyeri yang dilaporkan 5. Kendalikan faktor
dipertahankan pada skala 4 lingkungan yang dapat
dan ditingkatkan pada mempengaruhi respon
skala 5. pasien terhadap
ketidaknyamanan (suhu,
2. Ekspresi nyeri wajah yang pencahayaan, suara
dipertahankan pada skala 4 bising).
dan ditingkatkan pada
skala 5. NIC Label: Pemberian
3. Tekanan darah yang Analgesik.
dipertahankan pada skala 4 1. Tentukan lokasi,
dan ditingkatkan pada karakteristik, dan
skala 5. keparahan nyeri
mengobati pasien.
2. Cek adanya riwayat alergi
obat.
3. Monitor tanda vital
sebelum dan setelah
memberikan analgesik.

4. Berikan kebutuhan
kenyamanan dan aktivitas
lain yang dapat membantu
relaksasi untuk
memfasilitasi penurunan
nyeri.
5. Berikan analgesik sesuai
waktu paruhnya, terutama
pada nyeri berat.
Hambatan mobilitas Setelah diberikan asuhan NIC Label: Terapi Latihan:
fisik b/d penurunan keperawatan selama 3 x 24 jam Ambulasi.
kekuatan otot. diharapkan hambatan mobilitas 1. Beri pasien pakaian yang
fisik dapat teratasi, dengan tidak mengekang.
kriteria hasil: 2. Dorong untuk duduk di
NOC Label: Koordinasi tempat tidur, di samping
Pergerakan. tempat tidur, atau di kursi,
1. Kontraksi kekuatan otot sebagaimana yang dapat
yang dipertahankan pada ditoleransi pasien.
skala 4 dan ditingkatkan 3. Instruksikan ketersediaan
pada skala 5. perangkat pendukung,
2. Kecepatan gerakan yang jika perlu.
dipertahankan pada skala 4 4. Instruksikan pasien untuk
dan ditingkatkan pada memposisikan diri
skala 5. sepanjang proses
pemindahan.
3. Keseimbangan gerakan 5. Bantu pasien untuk
yang dipertahankan pada berpindah, sesuai
skala 4 dan ditingkatkan kebutuhan.
pada skala 5.
NIC Label: Manajemen
NOC Label: Kemampuan Lingkungan.
berpindah. 1. Ciptakan lingkungan
1. Berpindah dari tempat yang aman bagi pasien.
tidur ke kursi yang 2. Singkirkan bahaya
dipertahankan pada skala 4 lingkungan (misalnya,
dan ditingkatkan pada karpet yang longgar dan
skala 5. kecil, furnitur yang dapat
2. Berpindah dari kursi ke dipindahkan).
tempat tidur yang 3. Lindungi pasien dengan
dipertahankan pada skala 4 pegangan pada
dan ditingkatkan pada sisi/bantalan di sisi
skala 5. ruangan yang sesuai.
3. Berpindah dari kursi ke 4. Sediakan tempat tidur
kursi yang dipertahankan dengan ketinggian yang
pada skala 4 dan rendah, yang sesuai.
ditingkatkan pada skala 5.
5. Sediakan tempat tidur dan
lingkungan yang bersih
dan nyaman.
Kerusakan integritas Setelah diberikan asuhan NIC Label: Pengecekan
kulit b/d tekanan pada keperawatan selama 3 x 24 jam Kulit.
tonjolan tulang. diharapkan kerusakan integritas 1. Periksa kulit dan selaput
kulit dapat teratasi, dengan lendir terkait dengan
kriteria hasil: adanya kemerahan,
NOC Label: Integritas kehangatan ekstrim,
Jaringan: Kulit & Membran edema, atau drainase.
Mukosa. 2. Amati warna,
1. Suhu kulit yang kehangatan, bengkak,
dipertahankan pada skala 4 pulsasi, tekstur, edema,
dan ditingkatkan pada dan ulserasi pada
skala 5. ekstremitas.
2. Sensasi yang 3. Periksa kondisi luka
dipertahankan pada skala 4 operasi, dengan tepat.
dan ditingkatkan pada 4. Monitor warna dan suhu
skala 5. kulit.
3. Elastisitas yang 5. Monitor kulit untuk
dipertahankan pada skala 4 adanya ruam dan lecet.
dan ditingkatkan pada 6. Monitor kulit untuk
skala 5. adanya kekeringan yang
4. Integritas kulit yang berlebihan dan
dipertahankan pada skala 4 kelembaban.
dan ditingkatkan pada 7. Monitor infeksi, terutama
skala 5. dari daerah edema.
5. Pigmentasi abnormal yang 8. Lakukan langkah-
dipertahankan pada skala 4 langkah untuk mencegah
dan ditingkatkan pada kerusakan lebih lanjut
skala 5. (misalnya, melapisi
6. Nekrosis yang kasur, menjadwalkan
dipertahankan pada skala 4 reposisi).
dan ditingkatkan pada
skala 5. NIC Label: Perawatan Luka.
1. Monitor karakteristik
luka, termasuk drainase,
warna, ukuran, dan bau.
2. Bersihkan dengan normal
saline atau pembersih
yang tidak beracun,
dengan tepat.
3. Berikan rawatan insisi
pada luka, yang
diperlukan.
4. Pertahankan teknik
balutan steril ketika
melakukan perawatan
luka, dengan tepat.
5. Ganti balutan sesuai
dengan jumlah eksudat
dan drainase.
Risiko Infeksi NOC NIC
Definisi : Rentan 1. Kontrol Resiko 1. Kontrol Resiko
mengalami invasi dan a. Mengidentifikasi a. Bersihkan
multiplikasi organisme factor resiko (5) lingkungan dengan
patogenik yang dapat secara konsisten baik setelah dipakai
mengganggu kesehatan. menunjukkan pasien lain
Faktor Risiko b. Mengenali factor b. Pertahankan teknik
1. Kurang resiko individu (5) isolasi
pengetahuan secara konsisten c. Batasi pengunjung
untuk menunjukkan bila perlu
menghindari c. Memonitor factor d. Instruksikan pada
pemajanan resiko di lingkungan pengunjung untuk
pathogen (5) secara konsisten mencuci tangan saat
2. Malnutrisi menunjukkan berkunjung dan
3. Obesitas d. Memonitor factor setelah berkunjung
4. Penyakit kronis resiko individu (5) meninggalkan pasien
(mis., diabetes secara konsisten e. Gunakan sabun
mellitus) menunjukkan antimikrobia untuk
5. Prosedur e. Mengembangkan cuci tangan
invasive strategi yang efektif f. Cuci tangan setiap
Pertahanan Tubuh dalam mengontrol sebelum dan setelah
Primer Tidak Adekuat resiko (5) secara tindakan keperawatan
1. Gangguan konsisten g. Gunakan baju, sarung
integritas kulit menunjukkan tangan sebagai
2. Gangguan f. Mengenali perubahan pelindung
peristalsis status kesehatan (5) h. Pertahankan
3. Merokok secara konsisten lingkungan aseptic
4. Pecah ketuban menunjukkan selama pemasangan
dini alat
5. Pecah ketuban i. Ganti letak IV perifer
lambat dan line central dan
6. Penurunan kerja dressing sesuai
siliaris dengan petunjuk
7. Perubahan pH umum
sekresi j. Pastikan teknik
8. Stasis cairan perawatan luka yang
tubuh tepat
Pertahanan tubuh k. Gunakan kateter
sekunder tidak adekuat intermitten untuk
1. Imunosupresi menurunkan infeksi
2. Leukopenia kandung kencing
3. Penurunan l. Tingkatkan intake
hemoglobin nutrisi
4. Supresi respons m. Berikan terapi
inflamasi (mis., antibiotic bila perlu
interleukin 6 [IL- infection protection
6], C-reactive (proteksi terhadap
protein [CRP]) infeksi)
5. Vaksinasi tidak n. Monitor tanda dan
adekuat gejala infeksi
Pemajanan Terhadap sistemik dan local
Patogen Lingkungan o. Monitor hitung
Meningkat granulosit, WBC
1. Terpajan pada p. Monitor kerentanan
wabah terhadap infeksi
q. Batasi pengunjung
r. Pertahankan teknik
asepsis pada pasien
yang beresiko
s. Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
t. Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
u. Dorong masukan
nutrisi yang cukup
v. Dorong masukan
cairan
w. Dorong istirahat
x. Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotic sesuai
resep
y. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
z. Ajarkan cara
menghindari infeksi.
Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari 1. Status Nutrisi 2. Manajemen Gangguan
kebutuhan tubuh a. Asupan gizi (5) tidak Makan
Definisi : Intake nutrisi menyimpang. a. Kolaborasi dengan tim
tidak cukup untuk b. Asupan makanan (5) kesehatan lain utuk
keperluan metabolisme tidak menyimpang. mengembangkan
tubuh. c. Asupan cairan (5) rencana keperawatan
Batasan karakteristik : tidak menyimpang. dengan melibatkan
1. Berat badan 20 % d. Energy (5) tidak klien dan orang – orang
atau lebih di menyimpang. terdekat dengan tepat
bawah ideal e. Rasio BB/TB (5) tidak b. Rundingkan dengan tim
2. Bising usus menyimpang. dan klien untuk
hiperaktif 2. Status Nutrisi: Asupan mengatur target
3. Cepat kenyang Nutrisi pencapaian berat badan
setelah makan a. Asuan kalori (5) jika berat badan klien
4. Diare sepenuhnya adekuat. tidak berada dalam
5. Gangguan b. Asupan protein (5) rentang berat badan
sensasi rasa sepenuhnya adekuat. yang direkomendasikan
6. Kehilangan c. Asupan lemak (5) sesuai umur dan bentuk
rambut sepenuhnya adekuat. tubuh
berlebihan d. Asupan karbohidrat (5) c. Tentukan pencapaian
7. Kelemahan otot sepenuhnya adekuat. berat badan harian
pengunyah e. Asupan serat (5) sesuai keinginan
sepenuhnya adekuat.
8. Kelemahan otot f. Asupan vitamin (5) d. Rundingkan dengan
untuk menelan sepenuhnya adekuat. ahli gizi dengan
9. Kerapuhan 3. Nafsu Makan menuntukan asupan
kapiler a. Hasrat/ keingian untuk kalori harian yang
10. Kesalahan makan (5) tidak diperlukan untuk
informasi terganggu. mempertahankan berat
11. Kesalahan b. Menyenangi makanan badan yang sudah
persepsi (5) tidak terganggu. ditentukan
12. Ketidakmampuan c. Merasakan (5) tidak e. Ajarkan dan dukung
memakan terganggu. konsep nutrisi yang
makanan d. Energi untuk makan (5) baik dengan klien (dan
13. Kram abdomen tidak terganggu. orang terdekat klien
14. Kurang informasi e. Intake Nutrisi (5) tidak dengan tepat)
15. Kurang minat terganggu.
pada makanan f. Rangsangan untuk
16. Membran makan (5) tidak
mukosa pucat terganggu.
17. Nyeri abdomen
18. Penurunan BB
dengan asupan
makanan adekuat
19. Sariawan rongga
mulut.
20. Tonus otot
menurun.
Faktor-faktor yang
berhubungan :
1. Faktor biologis
2. Faktor ekonomi
3. Gangguan
psikososial
4. Ketidakmampuan
makan
5. Ketidakmampuan
mencerna
makanan
6. Ketidakmampuan
mengabsorpsi
nutrient
7. Kurang asupan
makan

(Sumber: Moorhead, Sue., et al., 2013 & Bulechek, Gloria. M., et al., 2013)
D. EVALUASI
A. Nyeri akut b/d agens cedera fisik.
1) Nyeri yang dilaporkan dipertahankan pada skala 4 dan ditingkatkan pada
skala 5.
2) Ekspresi nyeri wajah yang dipertahankan pada skala 4 dan ditingkatkan
pada skala 5.
3) Tekanan darah yang dipertahankan pada skala 4 dan ditingkatkan pada skala
5.
B. Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang.
1) Kontraksi kekuatan otot yang dipertahankan pada skala 4 dan ditingkatkan
pada skala 5.
2) Kecepatan gerakan yang dipertahankan pada skala 4 dan ditingkatkan pada
skala 5.
3) Keseimbangan gerakan yang dipertahankan pada skala 4 dan ditingkatkan
pada skala 5.
C. Kerusakan integritas kulit b/d tekanan pada tonjolan tulang.
1) Suhu kulit yang dipertahankan pada skala 4 dan ditingkatkan pada skala 5.
2) Sensasi yang dipertahankan pada skala 4 dan ditingkatkan pada skala 5.
3) Elastisitas yang dipertahankan pada skala 4 dan ditingkatkan pada skala 5.
4) Integritas kulit yang dipertahankan pada skala 4 dan ditingkatkan pada skala
5.
D. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor biologis.
1) Asupan gizi (5) tidak menyimpang.
2) Asupan makanan (5) tidak menyimpang.
3) Asupan cairan (5) tidak menyimpang.
4) Energy (5) tidak menyimpang.
5) Rasio BB/TB (5) tidak menyimpang.
E. Risiko infeksi b/d gangguan integritas kulit.
1) Mengidentifikasi factor resiko (5) secara konsisten menunjukkan
2) Mengenali factor resiko individu (5) secara konsisten menunjukkan
3) emonitor factor resiko di lingkungan (5) secara konsisten menunjukkan

DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria. M., et al. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). Sixth
Edition. United States of America: Elsevier.
Doenges, M. E. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
Keperawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Dwisang, E. L. (2014). Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat dan Paramedis.
Tanggerang Selatan: BINARUPA AKSARA.
Helmi, N. Z. (2013). Trigger Finger. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:
Salemba Medika.
Mansjoer, A. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius.
Moorhead, Sue., et al. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). Fifth Edition.
United States of America: Elsevier.
Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika.
NANDA. 2017. Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta :
EGC.

NIC. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th edition. ELSEVIER.

NOC.2016. Nursing Outcomes Classification (NOC), 6th edition. ELSEVIER.

Price, S. A. (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta:


EGC.
Sjamsuhidayat, R. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Wijaya, A. S.,& Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori, dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. NKM
DENGAN OSTEOARTHRITIS PADA TANGGAL
04-06 OKTOBER 2021 DI RUANG RAWAT INAP
RSU SURYA HUSADHA NUSA DUA

OLEH:
SANG NYOMAN EDIANA KELINGAN, S.KEP
NIM : C2221120

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2020/2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
BINA USADA BALI
SK MENDIKNAS RI. NOMOR 122/D/O/2012
TERAKREDITASI BAN PT.NOMOR 351/SK/BAN-PT/ Akred/ PT/IV/2015
Kompleks Kampus MAPINDO Jl. Padang Luwih, Tegal Jaya Dalung - Badung
Telp. (0361) 9072036, Fax. 419959 Email: binausada@yahoo.com Web: binausadabali.ac.id

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. NKM


DENGAN OSTEOARTHRITIS PADA TANGGAL
04-06 OKTOBER 2021 DI RUANG RAWAT INAP
RSU SURYA HUSADHA NUSA DUA

Nama Mahasiswa : Sang Nyoman Ediana Kelingan


NIM : C2221043
Ruang : Rawat Inap
Tanggal Pengkajian : 04 Oktober 2021 pukul 16.00
Tanggal Praktik : 04-06 Oktober 2021
Paraf :
……………….
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Klien
Nama klien : NKM
No. Rekam Medis :-
Tempat/ tanggal lahir : 31-12-1958
Umur : 62 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Br dauh Kutuh
Tgl. Masuk ke RS :-
Diagnosa medis : Osteoarthritis
b. Penanggung jawab
Nama : IPR
Jenis kelamin : Laki- Laki
Umur : 42 tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat :

2. KELUHAN UTAMA
Ny. NKM mengatakan bahwa kedua lutut terasa nyeri sejak 1 tahun yang lalu.
3. GENOGRAM

Keterrangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Menikah

: Laki-laki meninggal

: Keturunan

4. RIWAYAT KESEHATAN
Ny. NKM mengatakan kedua lutut terasa nyeri mulai dirasakan sejak 1 tahuh yang lalu.
Seiring bertambahnya usia nyeri lutut sering dirasakan terutama saat berjalan, sehingga
Ny. NKM memutuskan untuk memeriksakan dirinya ke dokter. Setelah itu Ny. NKM
baru mengetahui dirinya memiliki penyakit osteoarthritis.
5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Ny. NKM mengatakan bahwa dikeluarganya tidak ada yang memiliki penyakit yang
serius seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung serta penyakit menular lainnya.
6. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
Ny. NKM mengatakan bahwa dilingkungan rumahnya selalu dibersihkan setiap hari,
toilet atau jamban Ny. NKM juga terlihat bersih.
7. RIWAYAT REKREASI
Ny. NKM mengatakan bahwa ia hanya beraktifitas di warung dan dirumah. Namun
sesekali pergi keluar rumah untuk bersosialisasi dengan tetangga.
8. SUMBER/SISTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN
Ny. NKM mengatakan bahwa jarak rumah ketempat pelayanan kesehatan tidak terlalu
jauh. Sehingga ketika Ny. NKM merasa nyeri lutut tidak kunjung sembuh Ny. NKM
langsung pergi ketempat pelayanan kesehatan.
9. DESKRIPSI HARI KHUSUS
Ny. NKM mengatakan hari yang paling disenangi adalah hari raya karena pada saat
hari tersebut dapat berkumpul dengan keluarga besarnya.
10. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Ny. NKM mengatakan bahwa dirinya tidak pernah mengalami sakit yang parah yang
menyebabkan dirinya dirawat dirumah sakit , hanya nyeri lutut saja.
11. TINJAUAN SISTEM
a. Keadaan umum: penampilan umum: klien tampak baik
b. Kesadaran: Compos mentis
c. TTV: TD: 120/70 mmHg S: 36°C N: 88x/mnt RR: 20x/mnt
d. IMT:
e. Integumen
S : Ny. NKM mengatakan tidak memiliki gangguan pada kulitnya.
O:
I : Kulit pasien tampak keriput dan berwarna sawomatang, kuli klien tampak
kering, kulit tampak keriput. Warna kuku transparan, bentuk cembung, tidak
tampak adanya kotoran.
P : Tidak ada nyeri tekan pada kulit, tidak ada benjolan , turgor kulit tidak elastis.
f. Kepala
S : Ny. NKM mengatakan tidak ada cidera pada kepalanya.
O:
I : Bentuk kepala meshochapalle, warna rambut hitam putih, tidak ada ketombe,
rambut tampak kering.
P : Tidak ada nyeri tekan pada kepala, tidak ada benjolan, tidak adanya
perdarahan, tidak ada massa, rambut mulai rontok
g. Mata
S : Ny. NKM mengatakan pengelihatannya sudah mulai sedikit kabur, tidak bisa
melihat objek yang jauh.
O:
I : Bentuk mata simetris antara kiri dan kanan, kulit pada kelopak mata tampak
keriput, sklera ikterik, pupil isokor, konjungtiva anemis.
P : Tidak ada nyeri tekan pada mata, pergerakan mata normal.

h. Telinga
S : Ny. NKM mengatakan dapat mendengar dengan baik.
O:
I : Bentuk telinga simetris antara kanan dan kiri, warna kulit telinga sawomatang,
terdapat sedikit serumen pada telinga.
P : Tidak ada nyeri tekan pada telinga, tidak ada massa, tidak ada benjolan.
i. Hidung dan Sinus
S : Ny. NKM mengatakan tidak ada masalah pada hidungnya.
O:
I : Bentuk hidung simetris antara kanan dan kiri, tidak ada secret paada hidung.
P : Tidak ada nyeri tekan pada hidung, pada rongga sinus teraba hangat.
j. Mulut dan tenggorokan
S : Ny. NKM mengatakan tidak ada masalah pada mulut dan tenggorokan.
O:
I : Mukosa bibir tampak kering dan keriput, tidak ada perdarahan pada gusi, pada
gigi sudah ada yang tanggal atau ompong.
P : Tidak ada nyeri tekan pada mulut, tidak ada nyeri tekan pada gusi.
k. Leher
S : Ny. NKM mengatakan tidak ada keluhan pada lehernya.
O:
I : Warna kulit pada leher sawomatang, tidak ada jejas,
P : Vena jungularis teraba, tidak ada pembesaran kelenjaran tiroid, tidak ada nyeri
tekan.
l. Payudara
S : Ny. NKM mengatakan tidak ada keluhan pada payudara
O:
I : Bentuk payudara simetris antara kanan dan kiri, tidak ada lesi, warna kulit sama
dengan yang lainya.
P : Tidak ada nyeri tekan pada payudara, tidak ada benjolan, tidak ada massa.
m. Pernapasan
S : Ny. NKM mengatakan tidak pernah mengalami gangguan pernafasan.
O:
I : Bentuk dada normal chest, pergerakan dinding dada simetris antara kanan dan
kiri, tidak ada bekas luka, tidak ada bulu dada.
P : Tidak ada nyeri tekan taktil premitus berimbang antar kanan dan kiri.
P :Terdengar suara pekak pada lapang paru kiri, terdengar suara sonor pada
lapang paru kanan.
A: Vesikuler Ronchi Wheezing
+ + - - - -
+ + - - - -
+ - -
n. Kardiovaskuler
S : Ny. NKM mengatakan tidak pernah mengalami penyakit jantung.
O:
I : pembesaran vena jugolaris (-)
P : Tidak ada nyeri tekan, iktus cordis teraba di ICS 5 dan 6 thorak sinistra.
P : Terdapat suara pekak di ICS 2-5 midclavikula sinistra.
A: Suara jantung S1 S2 tunggal reguler tidak ada suara jantung tambahan.
o. Gastrointestinal
S : Ny MR mengatakan tidak ada keluhan pencernaan saat ini.
O:
I : Warna kulit disekitar abdomen sawomatang, perut tampak keriput
A: Terdengar suara bising usus 8 x/menit pada kuadran kiri bawah
P : Terdengar suara timpani di semua kuadran
P: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak teraba pembesaran pada hepar.
p. Perkemihan
S : Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada sistem perkemihan
O:
I : Tampak urin berwarna kuning
P : ginjal tidak teraba
q. Muskuloskeletal
S : Pasien mengatakan tidak memiliki kelemahan pada sendi, hanya saja kedua
lututnya sering terasa nyeri.
O : skala nyeri 5
I : Warna kulit pada bagian musculoskeletal sawomatang, terlihat kering dan
keriput tampak tidak elastis
P : Turgor kulit teraba tidak elastis, tidak ada nyeri tekan
Kekuatan otot 5555 5555
5555 5555
r. Sistem saraf pusat
S : Ny. NKM mengatakan dapat melihat dengan baik walaupun sedikit kabur,
O:
I : Ny. NKM mengalami kesemutan pada jari-jari tangan
P : tampak tidak ada tremor saat pasien mengambil sesuatu
s. Reproduksi
S : Ny. NKM mengatakan tidak ada gangguan
O:
I : Tidak terkaji
P : Tidak terkaji

12. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


a. Psikososial
Ny. NKM mengatakan bahwa dirinya sangat senang bila berkumpul dengan saudara
dan keluarganya.
b. Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
• Apakah klien mengalami kesulitan tidur? Tidak
• Apakah klien sering merasa gelisah? Tidak
• Apakah klien sering merasa murung dan menangis sendiri? Tidak
• Apakah klien sering was-was dan khawatir? tidak
Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1 jawaban “ya”
Pernyataan tahap 2
• Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan? YA
• Ada atau banyak pikiran? Tidak
• Ada gangguan/ masalah dengan keluarga lain? Tidak
• Menggunakan obat tidur/ penenang atas anjuran dokter? Tidak
• Cenderung mengurung diri? Tidak
Bila lebih dari atau sama 1 jawaban “ya”
MASALAH EMOSIONAL POSITIF (+) / NEGATIF (-)
Kesimpulan :
Ny. NKM mengatakan bahwa tidak ada masalah dengan tidur sering merasa gelisah,
sering murung dan menangis sendiri, merasa wa-was atau khawatir.
c. Spiritual
Ny. NKM mengatakan bahwa dirinya beragama hindu dan sembahyang pada saat
malam hari dan pada saat hari raya.

13. PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN


MODIFIKASI DARI BARTHEL INDEKS

Dengan
No Kriteria Mandiri Keterangan
Bantuan
1 Makan Frekuensi : 3 kali
Jumlah : 1/2 porsi nasi
5 10
Jenis : Nasi, lauk, kadang,
dengan sayur
2 Minum Frekuensi : 5-6 x/hari
5 10 Jumlah : 1000 cc
Jenis : air putih, teh
3 Berpindah dari kursi roda ke Pasien dapat berpindah
5-10 15
tempat tidur/ sebaliknya secara mandiri dengan
bantuan sedikit tangan,
pasien tidak memakai
kursi roda.
4 Personal toilet (cuci Frekuensi : 2 kali
muka,menyisir rambut, 0 5
menggosok gigi)
5 Keluar masuk toilet (mencuci Pasien mencuci pakaian
pakaian, menyeka tubuh, 5 10 1x/hari
menyiram)
6 Mandi 5 15 Pasien mandi 2 kali/hari
7 Jalan di permukaan datar Frekuensi : setiap akan
0 5
berpindah
8 Naik turun tangga 5 10 Setiap akan keluar kamar
9 Menggunakan pakaian Pasien dapat
5 10 menggunakan pakaian
dengan mandiri.
10 Kontrol bowel (BAB) Frekuensi : 1x/hari
5 10
Konsistensi : lunak
11 Kontrol bladder (BAK) Frekuensi : 6-7x/hari
5 10
Warna : kekuningan
12 Olahraga/latihan Frekuensi: 1-2 x/hari
5 10 Jenis: peregangan otot,
jalan – jalan
13. Rekreasi/pemanfaatan waktu Frekuensi: 1-2 x/minggu
luang 5 10 Jenis: berkumpul dengan
lansia lain

Keterangan :
130 : mandiri
65-125 : Ketergantungan sebagian
≤ 60 : Ketergantungan total
Kesimpulan:

Pasien NY. NKM saat dilakukan pemeriksaan dengan Barthel Indeks (instrument
untuk mengukur kemandirian dalam hal perawatan diri dan mobilitas), NY. NKM
memperoleh total skor 130 yang berarti NY. NKM dalam kategori mandiri.
14. PENGKAJIAN STATUS MENTAL GERONTIK
Identifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan MMSE
Aspek Nilai Nilai
No Kriteria
Kognitif Maks Klien
1 ORIENTASI 5 5 Menyebutkan dengan benar:
a. Tahun 2021
b. Musim Kemarau
c. Bulan Juni
d. Tanggal 20-06-2021
e. Hari Minggu
2 ORIENTASI 5 4 Dimana kita sekarang?
a. Negara Indonesia
b. Provinsi Bali
c. Kota Denpasar
d. Br Dauh Kutuh
3 REGISTRASI 3 3 Pemeriksa menyebutkan 3 objek yang
berbeda kelompoknya selang 1 detik (misal
apel, uang, meja), kemudian tanyakan
kepada klien ketiga objek tadi (untuk
disebutkan)
a. Objek Piring
b. Objek Sendok
c. Objek Garpu
4 ATENSI DAN 5 5 Minta klien untuk memulai dari angka 100
KALKULASI kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali
a. 93 – 7 =86
b. 86 -7 =79
c. 79 – 7 =72
d. 72-7 = 65
e. 65 -7 =58
5 MENGINGAT 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga objek
pada nomor 2 (registrasi) tadi, bila benar 1
poin untuk 1 objek
6 BAHASA 2 2 Tunjukkan pada klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada klien (misal jam
tangan atau pensil)
Jam tangan
1 Minta kepada klien untuk mengulangi kata
1
berikut “tanpa kalau dan atau tetapi”

3 3 Minta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri dari 3 langkah : “ambil
kertas ditangan anda, lipat dua dan
letakkan di lantai”
a. Ambil kertas
b. Lipat dua
c. Letakkan di lantai

1 1 Minta klien membaca dan melakukan yang


dibacanya:
“Pejamkanlah mata anda”

1 1 Minta klien untuk menulis satu kalimat


secara spontan

1 Minta klien menyalin gambar


1

Nilai Total 29

Interpretasi hasil
0-10 : fungsi kognitif global buruk
11-20 : fungsi kognitif global sedang
21-30 : fungsi kognitif global masih relative baik
Kesimpulan:
Skor 28: Pasien NY. NKM saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner MMSE, NY. NKM
memperoleh total skor sebanyak 28, NY. NKM termasuk dalam kategori fungsi kognitif
global masih relative baik
c. Status Psikologis (skala depresi pada lansia)
Pilih jawaban yang sesuai sebagaimana yang anda rasakan dalam seminggu terakhir
No Pertanyaan Jawaban Skor
1 Pada dasarnya puaskah anda dengan hidup 0
YA TIDAK*
anda saat ini?
2 Apakah anda membatalkan banyak dari 0
YA* TIDAK
rencana kegiatan/minat anda?
3 Apakah anda merasa hidup anda ini hampa? YA* TIDAK 0
4 Seringkah anda merasa kebosanan? YA* TIDAK 0
5 Apakah anda memiliki suatu harapan dimasa 0
YA TIDAK*
depan?
6 Apakah anda terganggu dengan memikirkan 0
YA* TIDAK
kesulitan anda tanpa jalan keluar?
7 Apakah anda sering kali merasa bersemangat? YA TIDAK* 0
8 Apakah anda mengkhawatirkan sesuatu hal 0
YA* TIDAK
buruk bakal menimpa anda?
9 Apakah anda sering kali merasa gembira? YA TIDAK* 0
10 Apakah anda sering kali merasa tak 0
YA* TIDAK
terbantukan?
11 Apakah anda sering kali merasa gelisah dan 0
YA* TIDAK
resah?
12 Apakah anda lebih menyukai tinggal dirumah 1
daripada keluar rumah dan melakukan sesuatu YA* TIDAK
hal baru?
13 Apakah anda sering kali mengkhawatirkan 0
YA* TIDAK
masa depan anda?
14 Apakah anda merasa kesulitan dengan daya 1
YA* TIDAK
ingat anda?
15 Apakah anda berpikir/ bersyukur masih hidup 0
YA TIDAK*
saat ini?
16 Apakah anda sering kali merasa sedih dan 0
YA* TIDAK
putus asa?
17 Apakah anda merasa tidak berguna saat ini? YA* TIDAK 0
18 Apakah anda sering menyesalkan masa lalu 0
YA* TIDAK
anda?
19 Apakah menurut anda kehidupan ini penuh 0
YA TIDAK*
tantangan yang menyenangkan?
20 Apakah anda merasa kesulitan untuk 0
YA* TIDAK
mengawali suatu kegiatan tertentu
21 Apakah anda merasa diri anda penuh energi? YA TIDAK* 0
22 Apakah menurut anda keadaan yang dihadapi 0
YA* TIDAK
tanpa harapan?
23 Apakah menurut anda keadaan orang lain 1
YA* TIDAK
lebih baik dari anda?
24 Apakah anda seringkali merasa marah hanya 0
YA* TIDAK
karena alasan sepele?
25 Apakah anda sering merasakan bagaikan 0
YA* TIDAK
menangis?
26 Apakah anda kesulitan berkonsentrasi? YA* TIDAK 0
27 Apakah anda bangun pagi dengan perasaan 0
YA TIDAK*
menyenangkan?
28 Apakah anda lebih suka menghindari 0
YA* TIDAK
acara/sosialisasi?
29 Apakah mudah bagi anda dalam mengambil 0
YA TIDAK*
suatu keputusan?
30 Apakah anda berpikiran jernih sebagaimana 0
YA TIDAK*
biasanya?
TOTAL 3

*Tiap jawaban yang bertanda bintang dihitung 1 poin


Interpretasi hasil:
0-9 : normal
10-19 : depresi ringan
20-30 : depresi berat
Kesimpulan:
Pasien NY. NKM saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner Status
Psikologis, NY. NKM memperoleh total skor sebanyak 3, NY. NKM termasuk dalam
kategori normal.

15. Pemeriksaan Laboratorium/Lainnya


Tidak ada

16. Terapi Medis


No Nama Obat FrekuensixDosis Fungsi Cara

17. Terapi Lainnya


............................................................................................................................................
ANALISA DATA
Nama : Ny. NKM
Usia : 64 tahun Tanggal : 03 Oktober 2021
Penyebab
No Tanggal /Jam Data Fokus Masalah
(pathway)
1 04 Oktober DS: pasien mengatakan kedua Nyeri kronis Proses penuaan
2021 lutut terasa nyeri.
Penurunan fungsi
DO:
sistem
P: saat beraktivitas musculoskeletal
Q: seperti berdenyut-denyut
Agen injuri
R: di daerah lutut
(Kerusakan
S: skala nyeri 5 dari (1-10) tuang rawan)
T: sewaktu-waktu
- pasien tampak meringis
menahan nyeri
- pasien tampak tegang
- Tekanan darah 120/70
mmHg
Nadi :88x/mnt RR: 20x/mnt
Suhu: 36,1°C
2 04 Oktober DS:
Hambatan Proses penuaan
2021 Pasien mengatakan
mobilitas fisik
aktivitasnya terganggu .
Penurunan fungsi
DO: sistem
- Pasien tampak musculoskeletal

meringis
Kerusakan tulang
- TD: 120/80 mmHg rawan
- Nadi :88x/mnt
nyeri kronis
- RR: 20x/mnt
- Suhu: 36,1°C
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS
Nama : Ny. NKM Ruang :
Usia : 64 tahun Tanggal : 20 Juni 2021
Tanggal/Ja Tanggal
No Diagona Keperawatan Paraf
m Teratasi
1 04 Oktober Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan tulang
2021 rawan, ditandai dengan
- Pasien mengatakan nyeri pada kedua lutut
P: nyeri saat beraktivitas
Q: Nyeri seperti berdenyut-denyut
R: Di kedua lutut
S: Skala 5 (0-10)
T: swaktu- waktu
- Wajah tampak meringis
- TD: 130/80 mmHg N: 84x/mnt
S: 36,1°C RR: 20x/mnt
2 04 Oktober Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
2021
nyeri kronis.
- Pasien mengatakan kesulitan beraktivitas
saat nyeri timbul
- Pasien mengatakan kesemutan pada jari-
jari
C. RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Ny. NKM
Usia : 62 tahun Tanggal : 04 Oktober 2021
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional Nama
Keperawatan /Paraf
1 Nyeri kronis Setelah dilakukan asuhan NIC: 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam Pain management tingkat nyeri pasien
agen injuri, ditandai diharapkan nyeri dapat 1. Observasi reaksi nonverbal dari 2. Untuk mengetahui
dengan: berkurang dengan kriteria ketidaknyamanan tingkat kenyamanan
Pasien mengatakan hasil: 2. Bantu pasien pasien
nyeri pada kedua lutut. NOC: mengidentifikasikan tindakan 3. Supaya pasien mampu
Pain level kenyaman yang efektif menghilangkan rasa
1. Mampu mengontrol nyeri
3. Ajarkan penggunaan teknik nyeri tanpa obat.
2. Melaporkan bahwa nyeri
non farmakologi berupa 4. Supaya memberikan
berkurang dengan
relaksasi nafas dalam dan rasa myaman pada
menggunakan manajemen
kompres hangat. pasien.
nyeri (0-3)
4. Tingkatkan istirahat 5. Untuk mengetahui
3. Mampu mengetahui nyeri
5. Monitor vital sign keadaan umum pasien.
6. Evaluasi pengalaman nyeri 6. Untuk mengetahui
pengalaman nyeri yang
pernah dirasakan pasien.
2 Hambatan mobilitas Setelah dilakukan asuhan NIC
fisik berhubungan keperawatan selama 3x24 jam Exercise therapy: mobilitas sendi 1.Mengetahui vital sign
dengan nyeri kronis, diharapkan pasien 1. Monitor tanda-tanda vital pasien
ditandai dengan: mengatakan mampu 2. Jelaskan pada pasien atau 2. untuk memeberikan
keluarga manfaat dan tujuan
Pasien mengatakan melakukan aktifitas seperti informasi tentanng tujuan
latihan sendi
bertambah nyeri saat biasanya. dengan kriteria 3. Dukung latihan ROM aktif dan manfaat latihan sendi.
berjalan. hasil: sesuai jadwal 3. untuk melatih sendi
4. Instruksikan pasien cara
NOC: pasien agar tidak
melakukan latihan ROM aktif
1. Joint movement active 5. Sediakan petunjuk tertulis mengalami kekakuan
2. Mobility level untuk melakukan latihan. 4. untuk melatih pasien
3. Self care: ADLs
dalam melakukan ROM
4. Tranfer performance
5. untuk memudahkan
pasien melakukan latihan
ROM
D. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny. NKM
Usia : 62 tahun
Dx Nama
No Hari, Tanggal/Jam Implementasi Respon Klien
Kep / TTD
1 Senin 1 1. Mengkaji skala nyeri 1. Pasien mengatakan nyeri dikedua
04 Oktober 2021 2. Mengukur ttv lutut, nyeri terasa berdenyut dan
PKL: 16.00 3. Melatih relaksasi nafas dalam dirasakan hilang timbul.
4. Menganjurkan pasien untuk 2. Tanda-tanda vital :
istirahat jika nyeri muncul TD: 130/80 mmHg,
Nadi: 80x/menit, , RR:22x/menit
3. Pasien mengatakan belum pernah
melakukan latihan nafas dalam.
4. Pasien mengatakan sudah beristirahat
jika keluhan nyeri timbul.

2 1. Mengukur ttv 1. Tanda-tanda vital: TD: 130/80 mmHg,


2. Menjelaskan tentang manfaat dan Nadi: 80x/menit, , RR: 22x/menit
tujuan latihan sendi 2. Pasien mulai memahami pentingnya
3. Memberikan petunjuk berupa latihan sendi.
gambar untuk melaukan latihan 3. Pasien menerima petunjuk gerakan-
ROM aktif gerakan latihan sendi (senam OS)
4. Mengajarkan latihan sendi. 4. Pasien mengikuti dengan baik
gerakan-gerakan latihan sendi.

Ny.

Dx Nama/
No Hari, Tanggal/Jam Implementasi Respon Klien
Kep TTD
1 Selasa 1 1. Mengkaji skala nyeri 1. Pasien mengatakan nyeri dikedua
05 Oktober 2021 2. Mengukur ttv lutut, nyeri terasa berdenyut dan
3. Melatih relaksasi nafas dalam dirasakan hilang timbul.
4. Menganjurkan pasien untuk 2. Tanda-tanda vital :
istirahat jika nyeri muncul TD: 130/70 mmHg,
5. Memberikan kompres hangat pada Nadi: 78x/menit,
area lutut RR:22x/menit
3. Pasien mengatakan melakukan
latihan nafas dalam. Secara
mandiri
4. Pasien mengatakan sudah
beristirahat jika keluhan nyeri
timbul.
5. Pasien mengatakan lututnya
terasa lebih nyaman setelah
diberikan kompres hangat

1. Mengukur ttv 1. Tanda-tanda vital:


2
2. Menjelaskan tentang manfaat dan TD: 130/70 mmHg,
tujuan latihan sendi Nadi: 80x/menit, ,
3. Mengajarkan latihan sendi. RR: 22x/menit
2. Pasien mulai memahami
pentingya melakukan latihan
sendi dan kooperatif dalam
mengikuti
3. Pasien mengikuti dengan baik
gerakan-gerakan latihan sendi.

Ny.
EVALUASI

Nama : NY. NKM


Usia : 64 tahun Tanggal : 06 Oktober 2021

N Tanggal/ Dx Nama/
Evaluasi
o Jam Kep Paraf
1 Rabu Nyeri kronis S: Pasien mengatakan masih merasa
06 oktober berhubungan dengan nyeri walau tak seberat seperti
2021 agen injuri , ditandai sebelumnya.
dengan:
Pasien mengatakan O: TD: 130/70mmHg N:80x/mnt
nyeri pada kedua S: 37˚C
lutut RR:20x/mnt
P: nyeri saat
melakukan A: tujuan tercapai sebagian
aktifitas P: Pertahankan kondisi
Q : seperti
berdenyut-
denyut
R: sekitar lutut
S: 3 (0-10)
T: hilang timbul

2 Hambatan mobilitas S: pasien mengatakan bisa beraktivitas


fisik berhubungan walaupun masih sedikit terganggu.
dengan nyeri kronis. O: pasien tampak lebih aktif
A: tujuan tercapai sebagian
P: pertahankan kondisi

Anda mungkin juga menyukai