ADELHEID
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDIN
MAKASSAR
2018
ii
Tesis
Program Studi
Kesehatan Masyarakat
ADELHEID
kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDIN
MAKASSAR
2018
iii
iv
v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Tesis ini terwujud atas usaha kerja keras yang tak terhingga
dengan harapan hasilnya yang maksimal, hal ini tentu tidak diperoleh
dengan mudah melainkan atas bantuan dan motivasi dari berbagai pihak,
Ketua Komisi Penasihat dan Prof. Dr. Nur Nasry Noor, MPH selaku
bimbingan, nasehat, arahan dan juga saran yang diberikan selama ini
penulis sampaikan pula kepada Dr. dr. Noer Bahry Noor, M.Sc., Prof. Dr.
vi
dr. M. Alimin Maidin, MPH, Prof. Dr.dr. Muh. Tahir Abdullah, M.Sc., MSPH
selaku Penguji yang telah memberikan arahan, saran dan masukan demi
perbaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu,M.A selaku Rektor Universitas
Hasanuddin Makasar.
3. Bapak Prof. Dr. drg. A. Zulkifli Abdullah, M.Kes selaku Dekan Fakultas
4. Bapak Dr. Ridwan Mochtar Thaha, M.Sc. selaku ketua Program Studi
Hasanuddin.
penelitian.
vii
9. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu, yang telah
Tidak lupa penulis haturkan juga terima kasih yang tak terhingga
Sembiring dan ibu Sada Arih Ginting, serta suami tercinta Sejahtera
serta semangat yang tak henti. Semoga Tuhan yang Maha Esa akan
keluargaku tercinta.
sumber informasi dan perbaikan yang lebih baik bagi kinerja organisasi
hasil penelitian ini terdapat kekurangan, baik dalam hal sistematika, pola
viii
Penulis
ix
x
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN .................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .................................................... iv
PRAKATA ......................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................... ix
ABSTRACT ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xvi
DAFTAR TABEL
nomor halaman
1. Proporsi resep pasien rawat jalan yang terlayani di apotek
IFRS umum daerah Kudungga Sangatta tahun 2016 ...................... 4
DAFTAR GAMBAR
nomor halaman
DAFTAR LAMPIRAN
nomor halaman
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan Keterangan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
RI,1999).
2004).
farmasi yang demikian besar tentunya harus dikelola dengan efektif dan
1
2
yang ditetapkan dan juga sesuai dengan kode etik. Peningkatan kualitas
dan para medis tetapi menyangkut seluruh aspek yang terkait dengan
agar obat yang diperlukan tersedia setiap saat, dalam jumlah yang cukup
jumlah obat yang diperlukan untuk periode pengadaan yang akan datang.
rumah sakit.
3
perbekalan farmasi pada tempat yang dinilai aman dan memenuhi syarat.
tenaga medis baik yang rasional dan yang tidak rasional. Peresepan yang
perespan kurang.
farmasi unit rawat jalan dan instalasi farmasi rawat inap. Dalam
tenaga admnistrasi.
pasien yang dilayani poliklinik pada tahun 2016 sebanyak 41.358 orang
22.256 lembar. Proporsi jumlah resep pasien poliklinik yang dilayani oleh
Persentase
Jumlah Jumlah lembar
Lembar resep resep yang
Bulan Pasien Resep yang
yang dilayani dilayani
Poliklinik keluar dari Poli
(%)
Rawat Jalan
Januari 3329 2996 1802 60,15
Februari 4038 3634 1941 53,41
Maret 3711 3340 1970 58,98
April 3823 3441 2081 60,48
Mei 3418 3076 1979 64,34
Juni 3070 2763 1867 67,57
Juli 3000 2700 1429 52,93
Agustus 3420 3078 1910 62,05
September 3089 2780 2035 73,20
Oktober 3470 3123 2095 67,08
November 3754 3379 1376 40,72
Desember 3236 2912 1771 60,82
Total 41358 37222 22256 59,79
Sumber : Data Informasi Cakupan Pelayanan RSUD kudungga Sangatta
Bila dilihat dari tabel tersebut di atas, tampak selisih antara jumlah
pasien yang dilayani di poliklinik dengan jumlah resep yang keluar dari
poliklinik rawat jalan hal ini disebabkan karena tidak semua pasien
Adapun jumlah pasien rawat jalan dan jumlah resep yang dilayani
dilihat Tabel 2
5
mendapatkan resep.
apotek IFRS bagi pasien dari umum, BPJS, perusahaan dan jamkesprov
sangat rendah yaitu rata-rata 59,79 % dari seluruh lembar resep yang
dikeluarkan dari poliklinik yang artinya target RS tidak tercapai hal ini
6
rencana kebutuhan obat dengan jumlah obat yang tersedia pada tahun
2016.
Kutai Timur pada tahun 2016 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah obat
yang tersedia untuk 10 jenis penyakit terbanyak hanya 51,8 persen dari
B. Kajian Masalah
berikut :
Rendahnya presentase
pengambilan obat pasien
BPJS, Jamkesprov dan
perusahaan
1. Perencanaan
jenis, jumlah, dan harga obat yang sesuai dengan kebutuhan dan
morbiditas) dan gabungan dari kedua metode tersebut (Quick dkk, 1997).
2. Penganggaran
antara lain: data kompilasi penggunaan obat per tahun, data kompilasi
biaya perbekalan farmasi per tahun, data biaya obat per kasus per tahun
dan data sisa stok stok. Tujuan penganggaran agar dapat memenuhi
perbekalan farmasi di rumah sakit. ( Menkes RI, 2010) untuk itu perlu
3. Pengadaan
tindakan untuk menentukan jumlah obat yang spesifik, harga yang harus
Pemborosan waktu, tenaga dan dana akan meningkatkan biaya obat dan
jelas, sistem informasi yang baik, serta didukung dengan dana dan
4. Penyimpanan
yang lebih spesifik serta pengaturan yang rapi. Hal ini dikarenakan obat
Obat luar harus disimpan terpisah dari obat dalam. Obat diatur sesuai
sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out), serta
obat yang hampir kadaluwarsa diberi tanda agar bisa selalu dimonitor
5. Distribusi
di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien
rawat inap dan rawat jalan serta untuk penunjang pelayanan medis.
sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi
C. Rumusan Masalah
D . Pertanyaan Penelitian
E. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
F . Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmiah
2. Bagi Praktisi
3. Bagi Peneliti
datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit
yaitu:
13
14
sebagai berikut:
sakit baik untuk penderita rawat inap, rawat jalan, maupun untuk
pemakaian, tepat kombinasi, tepat waktu dan tepat harga. Selain itu
memberi informasi tentang obat barn atau obat yang sudah ditarik.
4. Pengelolaan Obat
C. Manajemen Obat
logistik.
Perencanaan
Distribusi koordinasi
Penyimpanan
(Aditama 2003)
Farmasi dan Terapi (PFT) dan terkait erat dengan anggaran RS.
1. Perencanaan Obat
A = (B+C+D ) -E
Keterangan :
A = Rencana Pengadaan
E = Sisa stok
21
baik.
cara analisis VEN dan analisis ABC. Analisis VEN adalah suatu
kematian terbesar.
(Ratnaninggrum, 2002)
lead time dan stok pengaman, jumlah kunjungan dan pola penyakit,
memberikan terapinya.
24
2. Pengadaan Obat
proses pengadaan.
dengan jumlah yang tepat, (b) Seleksi terhadap supplier yang dapat
harga Total.
25
3. Penyimpanan Obat
cair)
pemusnahan.
6) Persentase nilai stok akhir, nilai stok akhir adalah nilai yang
unit asuhan pasien pada unit—unit farmasi atau di nurse station dalam
semua lokasi dimana obat disimpan. Dalam semua lokasi tempat obat
Keselamatan Pasien).
4. Pendistribusian Obat
untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan
a. Resep Perorangan
yang ditulis dokter pada order perbekalan farmasi, yang disiapkan dari
5. Penggunaan Obat
(demanding).
4. Memberi label
menyebabkan kerugian.
dilihat dari :
jenis obat
baik
(Suryawati,1997).
1997)
date
D. Persediaan Obat
yang tepat yaitu dengan biaya yang optimal. Oleh karena itu
pelanggannya.
rumah sakit adalah jenis dan jumlah obat yang harus disediakan
Essensial
2004).Obat dikatakan stagnant jika sisa obat pada akhir bulan lebih
dari intalasi rawat inap. Tentu hal ini membutuhkan perencannan untuk
farmasi rawat jalan satu dengan instalasi rawat inap, maka loket untuk
pasien rawat jalan dipisah dari pasien rawat inap agar ahli farmasi
terkait seperti dokter poliklinik dan Komite Farmasi dan Terapi. Obat
38
1990).
F. Penelitian terdahulu
Nurul qiyam Mengetahui RSUD.dr.Soedjono Deskriptif Instalasi farmasi, Managemen obat sudah Perbedaan waktu ,tempat
,dkk (2010) manajemen Selong Lombok Kualitatif bagian keuangan baik dan benar ,obyek penelitian serta
pengelolaan Timur. dan bagian berdasarkan 5 indikator hanya menggunakan
obat logistik pengelolaan obat variabel penyimpanan
obat
Anna Melakukan RSUD Hadji Deskriptif Tim pengadaan Proses pengadaan obat Perbedaan waktu,
Apriyanti,dkk evaluasi sistem Boejasin Pelaihari Kualitatif obat. menggunakan dana APBD tempat, obyek penelitian
pengadaan Obat dan hanya menggunakan
terhadap variabel pengadaan obat
ketersediaan
obat
Akhmad Mengetahui RS.PKU Kualitatif dan Direktur Efisiensi pada tahap Perbedaan ,waktu dan
Fakhriadi dkk efisiensi Muhammadiyah kuantitatif Rs,Bagian selection,procurement,dist tempat penelitian dan
(2011) pengelolaan Temanggung. Farmasi dan ribution dan use menggunakan metode
obat dan pihak terkait kuantitatif
gambaran
managemen
pendukungnya.
M.Roni dkk Menganalisa RSUD Ambarawa deskriptif Instalasi farmasi Sistem pengelolaan ,obat Perbedaan waktu,
(2016) dan dan logistik tidak efektif tempat, obyek
mengevaluasi penelitian.dan hanya
sistem menggunakan variabel
pengelolaan distribusi
39
obat
Penulis Tujuan Lokasi Rancangan Sampel Hasil Perbedaan dengan
(tahun) penelitian Penelitian Ini
Deviana,dkk Mengetahui RS panti wilasam Studi kasus, Instalasi farmasi Perencanaan obat Perbedaan
(2016) pengeloaan obat Citarum Semarang deskriptif rs, logistik menggunakan waktu,tempat,objekdan
pasien BPJS. analitik formularium. hanya menggunakan
variabel perencanaan
obat.’
Guswani Mengetahui RSUD lanto daeng Deskriptif Kepala instalasi perencanaan metode pola Perbedaan
(2016) pengelolaan pasewang jeneponto kualitatif farmasi,direktur penyakit,pengadaan sistem tempat,waktu,objek dan
manajeman obat RS tender tidak memasukkan
variabel anggaran
Saparuddin Menganalisis Dinas Kesehatan Metode Kepala dinas Penganggaran Manajemen Sumber anggaran
Latu (2011) Manajemen Jaya Wijaya Propinsi kualitatif kesehatan, kepala Obat di Instalasi Farmasi melalui alokasi dana
Obat Di Papua gudang farmasi melalui Musrembang dan otonomi khusus.
Instalasi dinas kesehatan, alokasi dana dari otonomi
Farmasi Dinas kasubid farmasi khusus .
Kesehatan
Pendistribusian dilakukan
dengan perhitungan Stok
optimum Penghapusan
obat yang kadaluarsa
dilakukan sesuai pedoman
pemusnahan obat dan
petunjuk teknis dari badan
POM Jayapura
40
Tujuan Lokasi Sampel Hasil Perbedaan dengan
Penulis Rancangan
Penelitian Ini
(tahun) penelitian
Djemi J Untuk instalasi farmasi Metode Direktur rs, Perencanaan obat belum Ada menggunakan
Rantung menganalisis RSUD Kanujoso kualitatif kepala IFRS, selesai dengan prinsip Indikator penggunaan
(2015) manajemen Djatiwibowo dokter, bagian dasar manajemen obat yaitu persentase
pengelolaan Balikpapan perencanaan dan pengelolaan obat, metode peresepan obat diluar
obat yang pengadaan, KFT, pembelian dengan cara formularium,
mempengaruhi kasie penunjang pembelian langsung, menganalisis
stock out di medik, kabid sering terjadi tertunda perbandingan antara item
instalasi farmasi penunjang medik pembayaran obat, obat tersedia dengan
RSUD Kanujoso penyimpana obat secara daftar obat di
Djatiwibowo FEFOdan FIFO, waktu formularium
Balikpapan tunggu pelayanan obat
tergolong lama, peresepan
obat generic masih rendah
Nurlinda,dkk Mengetahui RSUD kabupaten Deskriptif Kepala instalasi Perencanaan dengan Perbedaan
(2016) manajemen pangkep kualitatif farmasi, gudang nmetode konsumsi dan tempat,waktu,objek dan
pengelolaan perbekalan, morbiditas.pengadaan obat tidak memasukkan
obat penanggung dengan pembelian variabel anggaran obat
jawab rawat jalan langsung atau lelang.
dan inp, proses penyimpanan,
administrasi dan masih belum memenuhi
mutu instalasi standar Pendistribusian
farmasi dilakukan dengan sistem
distribusi resep individu
41
Penulis Tujuan Lokasi Rancangan Sampel Hasil Perbedaan dengan
(tahun) penelitian Penelitian Ini
Khadijah Untuk Rumah Sakit Umum Metode Kabid Proses Perencanaan Obat Hasil penelitian bahwa
Bachtiar menganalisi Daerah Kota Kualitatif penunjang, KFT, di RSUD kota Makassar proses perencanaan,
pengelolaan Makassar IFRS, gydang sudah sesuai standar pengadaan, penerimaan
obat farmasi, kasubid operasional Rumah Sakit obat sudah sesuai
penunjang medik dengan metode konsumsi. standar.
Proses Pengadaan Obat di
RSUD Kota Makassar
sesuai standar operasional
rumah sakit dengan
metode pengadaan
langsung. Proses
penerimaan obat RSUD
kota Makassar sudah
sesuai standar operasional
rumah sakit. Perencaan
obat dilakukan dengan
baik sesuai fungsinya
Hasratna ,dkk Gambaran RSUD Kabupaten Deskriptif Instalasi Perencanaan metode Perbedaan waktu,tempat
(2016) pengelolaan Muna kualitatif farmasi,direktur kombinasi,pengadaan ,objek dan tidak
obat ,kepala gudang dengan tender, menggunakan variabel
menyimpanan kurang penganggaran obat
memadai
42
43
G. Mapping teori
Depkes RI (1990),
kemenkes RI (2012),
Donal J.B (2006)
- Pengadaan
- Persediaan
- Penyimpanan
- seleksi
H. Kerangka Teori
Perencanaan dan
peramalan kebutuhan
Penganggaran
penghapusan
Pengendalian Pengadaan
persediaan
I. Kerangka Konsep
sebagai variabel dependen. Dari model teoritis ini juga dapat dipelajari
a) Perencanaan
b) Pengadaan
c) Penerimaan
46
d) Penyimpanan
e) Pendistribusian
f) Pengendalian
g) Penghapusan
sebagai berikut :
dilakukan
f) Tersedianya dana.
47
penganggaran.
Input :
SDM
Sarana/Prasarana
Input :
SIM
SDM
Kebijakan
Proses :
Perencanaan
Penganggaran
Pengadaan
Penyimpanan Output :
Ketersediaan Obat di RS
Pendistribusian
Pengendalian
Penghapusan
Pencatatan/Pelaporan
Monitoring/Evaluasi
J. Defenisi Konsep
1. Perencanaan
2. Penganggaran
3. Pengadaan
mendalam kepada key person tentang sumber dana untuk obat dari
mana saja, jumlah dana yang tersedia terhadap kebutuhan riil, cara
4. Penyimpanan
5. Pendistribusian
METODE PENELITIAN
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu
orang-orang yang biasa dalam situasi tertentu. Ini biasa disebut dengan
tertentu.
52
53
yang didapat dari hasil wawancara dalam upaya untuk memperoleh data
distribusi.
pasien akan lebih banyak dan akan berdampak pada tingkat kebutuhan
C. Informan penelitian
antara lain kepala instalasi Farmasi dan kepala gudang farmasi , Komite
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari dua
RSUD Kudungga.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah
komponen, yaitu :
1. Reduksi Data
2. Penyajian Data
Anggraeni, 2010).
3. Verifikasi
(2010), salah satu cara untuk uji validitas data dalam penelitian
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
pandang saja.
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal tersebut dapat
keabsahan data.
BAB IV
Inap yang diresmikan pertama kali oleh Bupati Kutai Timur pada
No. 407/ MENKES/ SK/ III /2004 tanggal 25 Maret 2004 menjadi
masyarakat.
60
61
Pada tahun 2015 RSUD Sangatta berubah type dari type C ke type B
dengan luas bangunan 15.108,95 M2, di atas lahan seluas 8.4 Ha yang
Sangatta yaitu:
hal sumber daya manusia, pelayanan dan sarana prasarana dan rumah
Sakit Profesional adalah rumah sakit dengan sumber daya manusia yang
pelatihan.
berkesinambungan.
menguntungkan.
adalah:
spesialis.
5. Instalasi Radiologi
65
8. Instalasi Gizi
klinik VCT.
a. Direktur
b. Tata Usaha
d. Bidang Penunjang
Direktur.
berikut:
a. Tata usaha.
c. Bidang penunjang
medik.
68
administrasi.
farmasi rawat inap, farmasi rawat jalan dan Depo Ok yang kegiatannya
konseling.
69
berhasil guna
professional.
Gudang Farmasi, Bagian farmasi rawat inap, bagian farmasi rawat jalan
Kepala
Instalasi Farmasi
Administrasi
B. Hasil Penelitian
adalah seorang dokter, kepala instalasi farmasi dan koordinator rawat inap
Lama
Initial Umur
NO Jabatan Pendidikan Kerja
Informan (tahun)
(tahun)
1 RP 53 Kepala Bidang Penunjang S1 24
2 ZLM 44 Ketua KFT & Sp.S S2 20
3 SMK 50 Kasubid Penunjang Medik S1 10
4 YMD 42 kasubid Logistik D4 20
5 DTSB 41 Dokter spesialis paru & pernapasan S2 12
6 LA 34 Kepala Instalasi Farmasi S1 Apt 2
7 HHH 35 Kepala Gudang Farmasi SMF 15
8 HNS 27 Koordinator Farmasi Rawat Jalan S1 Apt 2
9 NRA 35 Koordinator Farmasi Rawat Inap S1 Apt 2
10 MRN 42 Staf Keuangan S1 10
Sumber : Data Primer
ada menggunakan suatu sistem atau metode VEN, analisis ABC, belum
ada menghitung stok maksimum, stok minimum, dan lead time. Hal ini di
buffer 20%. Hal ini di dukung oleh pernyataan Informan sebagai berikut:
“Kami juga ada membuat perencanaan obat selama 1 tahun
dengan melihat pemakaian atau stok obat keluar pada tahun
sebelumnya ditambah buffer 20%, kami belum menerapkan
perencanaan berdasarkan jenis penyakit atau epidemiologi baru
sebatas menggunakan metode komsumsi saja”. (HHH, 35 tahun)
informan adalah kepala instalasi farmasi, kepala gudang dan komite dan
terapi dan dokter dimana perannya ikut serta dalam penentuan jenis obat
jenis obat dan menyusun formularium rumah sakit, KFT meminta usulan
kebutuhan pasien, baik dari segi jumlah maupun jenisnya. Hal ini terjadi
2.2.Penganggaran
yang dikeluarkan untuk pengadaan obat dapat dilihat pada tabel berikut :
miliar pertahun. Hal ini juga didukung oleh hasil wawancara dengan
direktur rumah sakit ,staf keuangan ,kabid keuangan dan kasubid logistik
belanja obat masih sangat rendah yaitu persentase dana yang tersedia
sakit. Anggaran obat di rumah sakit masih sangat rendah karena rumah
sebagai berikut :
77
2.3. Pengadaan
sebelumnya dan sisa stok obat yang ada, sebelum membuat Surat
gudang farmasi untuk melihat sisa stok yang ada apakah udah sesuai
dengan data yang dibuat oleh gudang farmasi setelah di verifikasi oleh
kepala sub bagian logistik baru kepala instalasi farmasi membuat surat
distributor obat. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan dibawah
ini.
harus memiliki TDR ( Tanda Daftar Rekanan), surat izin sebagai PBF
(Pedagang Besar Farmasi) dari Depkes dan izin sebagai penyalur resmi
obat yang ada pada distributor tersebut bila satu distributor tidak
selama 1 (satu) bulan atau jatuh tempo pembayaran obat satu bulan. Hal
dilakukan dua kali dalam satu bulan dimana proses pembayaran dilakukan
dengan direktur baru dilakukan pembayaran oleh bagian keuangan. Hal ini
meminjam obat yang dibutuhkan kerumah sakit lain yang sudah ada
jalinan kerjasama
pada tahun 2015 dan tahun 2016 lebih tinggi dibanding stok obat ada.
Timur .
2.4 Penyimpanan
obatan yang diterima agar tidak hilang, terhindar dari kerusakan fisik
bentuk sediaan seperti tablet, sirup, salep, atau jenis lainnya, alfabetis,
FIFO (First In First Out) yang artinya obat yang baru datang di letakkan
kadaluarsa mulai tahun 2014 kebawah dan obat yang belum dimusnahkan
2015, tahun 2016 dan tahun 2017. Hal ini di perkuat dengan pernyataan
2.5 Pendistribusian
dari gudang farmasi ke farmasi rawat jalan, farmasi rawat inap, Depo
farmasi rawat jalan dan rawat inap dilakukan setiap hari melakukan
menggunakan cara One Daily Dispensing (ODD) Hal ini seperti yang
Rata-rata
NO Kegiatan waktu
(menit)
1. Resep di terima petugas dan telaah resep 5 – 10
2. Proses pembayaran 3-5
3. Menyiapkan obat sampai penyerahan obat 14 - 25
Total waktu pelayanan 22 - 35
Sumber: Data Primer
Rata-rata
No Kegiatan waktu
(menit)
1. Resep di terima petugas dan telaah resep 8 – 15
2. Proses pembayaran 2 –7
Menyiapkan obat sampai penyerahan
3. 22 - 36
obat
Total waktu pelayanan 33 - 58
Sumber : Data primer
rata-rata waktu pelayanan per lembar resep adalah untuk resep obat jadi
menit. Nilai ini cukup lama dibandingkan standar yang ada yaitu untuk
resep obat jadi 15 menit dan resep racikan 30 menit (Depkes RI, 2008),
hal ini di sebabkan tenaga petugas di farmasi rawat jalan kurang. Ini
“waktu tunggu pelayanan resep obat jadi mulai dari resep di terima
sampai obat di serahkan kepada pasien sekitar 15-20 menit
tergantung jumlah petugas farmasi pada saat itu kalau kami lagi
sedikit tenaganya bisa lama, begitu juga waktu tunggu obat racikan
normalnya lebih dari 30 menit tapi bisa sampai 1 jam kalau sedikit
tenaga farmasi yang jaga. Tenaga di instalasi farmasi rawat jalan
masih kurang kami ada berlima dua orang apoteker dan tiga orang
asisten apoteker kalau ada yang cuti dan sakit kadang kami hanya
bertiga saja itulah yang memperlambat pengerjaan resep karena
keterbatasan tenaga jadi pasien komplain dan lebih memilih untuk
membeli obat ke rumah sakit lain karena tidak mau menunggu
lama”(NRA, 35 tahun)
Dilakukan juga wawancara dengan pasien di poli rawat jalan pada saat
dengan baik akibat pasien dan dokter sering mengeluh. Hal ini didukung
Total R/ Obat
No Bulan Total R/ Obat Persentase (%)
Generik
RSUD Kudungga Sangatta masih rendah yaitu rata-rata 51,46% dari total
(WHO, 1993). Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan dokter
C. Pembahasan
1. Perencanaan
untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat waktu, tepat jumlah
formularium rumah sakit dan Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) untuk obat
obat, sebab meskipun sudah dibentuk Komite Farmasi dan Terapi (KFT)
baik.
periode sebelumnya, selain itu dilihat slow moving dan fast moving dari
masing-masing obat.
(stock out).
Pada perencanaan kebutuhan obat di gudang farmasi RSUD
Stok pengaman yang dilakukan oleh gudang farmasi sebesar 20% dari
20% pada setiap kali melakukan perencanaan dan pengadanaan obat, hal
ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh John dan Harding
penyakit, oleh karena itu ada obat yang sering kosong dan ada juga obat
bahwa perencanaan harus melihat dari segi konsumsi dan pola penyakit,
waktu tunggu obat mulai dari di pesan sampai obat datang dari distributor,
analisis ABC-VEN, penentuan lead time hal ini karena belum pernah
2. Penganggaran
belanja kebutuhan obat yang ada mengikuti jumlah dana yang tersedia.
Dana yang tersedia untuk anggaran belanja obat pada tahun 2014, tahun
2015 dan tahun 2016 rata-rata sebesar Rp. 9.921.992.971 dan total
anggaran operasional belanja rumah sakit pada tahun 2014, tahun 2015
anggaran obat yang digunakan yaitu sebesar rata-rata 14,23 % dari total
anggaran operasional rumah sakit. Hal ini masih sangat rendah bila
bahan radiologi bahan alat kesehatan, alat kedokteran dan gas medis),
belanja obat-obatan.
95
3. Pengadaan
farmasi dengan harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman
barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak
penunjang medik.
pembelian, karena barang atau obat yang akan dibeli dalam e-catalog
sudah memuat daftar, jenis, dan spesifikasi termasuk harga obat tersebut.
waktu, tenaga, dan biaya. Akan tetapi sistem pengadaan ini terkadang
masalah pada jenis, jumlah obat yang tidak tersedia dan harga obat yang
obat dilakukan satu bulan sekali bahkan dapat dilakukan seminggu sekali
dalam satu bulan, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa obat
yang tinggi.
pembeliang langsung).
untuk keadaan khusus dan juga merupakan barang spesifik yang hanya
paten, dan berdasarkan tarif resmi yang ditetapkan oleh pemerintah. Dan
harus diperhatikan :
1). Pengadaan yang dipilih, bila tidak teliti dapat menjadikan biaya tinggi.
3) Order pemesanan agar barang dapat sesuai macam, waktu dan tempat.
(DepKes 2010).
Hal tersebut bila dianalisis lebih jauh bahwa pengadaan obat belum
untuk jenis tertentu yang tidak tercantum baik dalam formularium maupun
yang dibutuhkan kerumah sakit lain yang telah terjalin kerjasama, hal ini
kekosongan hal ini didukung oleh data stok obat pada tahun 2015 dan
dibandingkan dengan stok obat yang ada yaitu tahun 2015 stok obat
kosong 53,84% sedangkan stok obat yang ada 46,16% dan tahun 2016
stok obat kosong 55,82% sedangkan stok obat yang ada 44,18%.
belum sesuai standar yaitu jumlah item obat yang di adakan sebesar 100-
tidak sesuai dengan yang direncanakan yaitu hanya 71% yang terealisasi
dalam melakukan distribusi obat kerumah sakit dan obat yang dipesan
belum terpenuhi sesuai dengan kebutuhan di rumah sakit hal ini karena
4. Penyimpanan
dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu
Out) dan FEFO (First Expired First Out). Artinya dalam penyusunan, obat-
menggunakan metode FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired
menurut abjad, bentuk sediaan, obat paten dan obat generik, kestabilan
pemisahan obat-obat high alert seperti LASA (Look alike, sound alike),
warna dengan tulisan high alert begitu juga dengan obat yang mendekati
expired date diberi kode atau pelabelan dan ditulis tanggal kadaluarsanya.
menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired
First Out), abjad, berdasarkan sedian dan diberi kode atau nama agak
dibandingkan dengan teori, hal ini sudah sesuai dengan pedoman Dirjen
dengan nama obat dan 33% untuk kemasan dan pelabelan. Hasil
penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Wardhana (2013) yang
obatan yang disimpan tidak menggunakan kode atau tanda khusus baik
obat yang expired date maupun yang tidak expired date. Dengan
Dari hasil penelitian tersebut juga diketahui bahwa gudang farmasi RSUD
ada.
memadai. Letak dan tata ruang yang kurang baik terdiri dari banyak sekat
adalah bekas ruang untuk operasi. Luas gudang yang kurang memadai
kantor, ruang arsip dokumen, dan ruang penyimpanan. Hal ini berfungsi
obatan kadaluarsa, data yang di ambil yaitu pada tahun 2015 nilai obat
adalah 0,55%. Nilai ini masih tergolong tinggi dibanding nilai yang sesuai
disiapkan obat tersebut tapi peresepan obat kurang atau obatnya jarang
obat yang tergolong slow moving. Penyebab lain masih tingginya obat
perkembangan obat baru atau tidak mengikuti trend yang ada sedangkan
informasi tentang obat baru sehingga obat yang lama sudah tidak mau
5. Pendistribusian
Artinya, di rumah sakit itu mungkin hanya satu IFRS tanpa depo/satelit
dari gudang farmasi ke farmasi rawat jalan, farmasi rawat inap, Depo OK
dan ruang rawat inap untuk bahan habis pakai. Permintaan setiap unit
yang dikeluarkan Jika stok obat di farmasi rawat jalan, farmasi rawat inap,
Depo OK dan IGD tersebut sudah habis atau sedikit jumlahnya, maka
obat yang disediakan oleh pihak gudang hanya sedikit dan bahkan tidak
Dispensing (ODD).
farmasi rawat jalan bahwa rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani
107
pasien mulai dari pasien menyerahkan resep sampai menerima obat rata-
rata waktu pelayanan per lembar resep adalah untuk resep obat jadi
menit. Nilai ini cukup lama jika dibandingkan dengan standar rata-rata
untuk Obat racikan maksimal 30 menit, non racikan 15 menit (Depkes RI,
2008). Hal ini di sebabkan tenaga petugas di farmasi rawat jalan kurang
dan tidak jarang pasien komplain karena lambatnya pelayanan dan lebih
memilih menebus obat di rumah sakit lain karena tidak mau menunggu
mengganti obat yang lain dengan kandungan obat dan komposisi yang
karena obat lagi kosong dan baru dicarikan ke rumah sakit lain kalau
pasien tidak mau menunggu terpaksa diberikan copy resep saja untuk
resep saja bila obat yang diresepkan tidak tersedia di apotek, hal tersebut
dapat terjadi karena ketersediaan obat yang rendah dan juga kurangnya
generik yang berarti tertulis sebagai zat aktif sediaan sehingga ada
dengan standar penelitian yang dilakukan oleh WHO (1993) sebesar 82-
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perencanaan Obat
2. Penganggaran Obat
3. Pengadaan Obat
4. Penyimpanan Obat
Persentase dan nilai obat kadaluarsa pada tahun 2015 dan tahun
2016 rata-rata 0,55% dari total nilai persediaan obat dan nilai obat
5. Pendistribusian Obat
B. Saran
tidak terhambat.
perencanaan obat.
DAFTAR PUSTAKA
Budiono, S., Suryawati, S., Sulanto, S.D., 1999, Manajemen Obat Rumah
Sakit : Kumpulan Modul, 33-36, Fakultas Kedokteran, Program
Pendidikan Pascasarjana, Magister Manajemen Rumah Sakit,
Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Poli, W. 2001. Peningkatan Daya Saing Output Rumah Sakit diera Afta
2003, Makalah disajikan pada Seminar Perubahan Dalam
Kebijakan dan Manajemen Rumah Sakit di era Otonomi dan
Menjelang AFTA 2003 yang dilaksanakan oleh PPS UNHAS
Makassar. Oktober 2001.
Siregar, Ch. J.P., dan Amalia, L., 2004, Farmasi Rumah Sakit, Teori dan
Penerapan, 25 – 49, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
118
119
berikut:
B. Penganggaran
penganggaran.
yang dipakai.
C. Pengadaan
pengadaan obat.
3. Seleksi pemasok.
4. Metode pembelian.
5. Frekuensi pembelian.
D. Penyimpanan
penyimpanan.
E. Pendistribusian
ke tangan pasien.
dilayani
Lampiran 2. Tabel hasil penelitian
Jenis Informan
informasi Kabid Kasubid Kasubid Ketua KFT Kepala IFRS Kepala Farmasi RJ & Dokter Staf Kesimpulan
Penunjang penunjang Logistik Gudang RI Keuangan
medik
Perencanaan Tim yang Peran KFT Metode Proses Perencanaan Apoteker user ikut kegiatan
a. Metode terlibat dalam terlibat dalam komsumsi perencanaan obat selama penanggung menentukan perencanaan
perencanaan perencanaan penentuan dilihat dari kebutuhan 1 tahun jawab rawat jenis obat kebutuhan
b. Tim yang KFT, dokter, jenis obat pemakaian persediaan dengan inap dan yang akan obat di
terlibat dalam kepala dan membuat sebelumnya. obat yang melihat rawat jalan dipakai di gudang
perencanaan instalasi dan formularium dilakukan pemakaian terlibat dalam rumah sakit, farmasi
c. Proses gudang Team KFT oleh instalasi atau stok perencanaan ada form RSUD
perencanaan farmasi dan Perencanaan dalam farmasi obat keluar obat yang diisi Kudungga
apoteker obat sesuai managemen RSUD pada tahun untuk Sangatta
dengan yang pengelolaan Kudungga sebelumnya Mengajukan mengajukan Kutai Timur
KFT yang ada di obat Sangatta ditambah usulan obat obat-obatan menggunaka
membuat formularium berperan adalah buffer 20%, ke gudang yang akan n metode
formularium rumah sakit. dalam hal dengan belum untuk dimasukkan konsumsi
rs, dokter perencanaan melihat menerapkan dipesan dalam dengan
memasukkan obat yaitu pemakaian perencanaan formularium, melihat
usulan obat- bertanggung obat berdasarkan form tersebut pemakaian
obatan ke jawab dalam sebelumnya jenis penyakit setelah di isi sebelumnya
KFT. penentuan atau metode atau diserahkan dengan
jenis obat konsumsi, epidemiologi kepada buffer 20%.
yang akan di perencanaan baru sebatas Komite medik
masukkan obat belum menggunaka setelah perencanaan
dalam ada n metode mendapatkan obat belum
formularium, menggunaka komsumsi persetujuan menggunaka
KFT meminta n suatu baru di n metode
usulan dari sistem atau Perencanaan serahkan analisis VEN,
user obat- metode obat sesuai kepada tim analisis ABC,
obat apa analisis VEN, dengan KFT untuk belum ada
yang akan di analisis ABC, usulan dokter dimasukkan menghitung
masukkan belum ada yang ada dalam stok
dalam menghitung dalam formularium maksimum,
122
formularium, stok rumah sakit. stok
setelah maksimum, formularium minimum,
mendapatkan stok rumah sakit. dan tidak
daftar usulan minimum, memperhitun
disusunlah dan tidak gkan lead
formularium memperhitun time
RS, apabila gkan lead
ada obat time perencanaan
yang akan berdasarkan
dipakai oleh Team yang Formularium
dokter/user terlibat dalam yang dibuat
tapi belum perencanaan oleh KFT.
ada dalam obat adalah
formularium, kepala
dokter bisa instalasi
membuat farmasi,
usulan obat kepala
baru dengan gudang dan
mengisi form Komite
pengusulan Farmasi dan
obat baru Terapi dan
kemudian dokter
dibawah dimana peran
komite medik KFT ikut
setelah dalam
mendapat penentuan
persetujuan jenis obat
dari komite dan membuat
medik formularium
barulah KFT Rumah Sakit”
bisa sedangkan
memasukkan dokter ikut
dalam daftar menentukan
obat jenis obat
formularium yang akan
dipakai di
rumah sakit
123
Penganggara Tidak terlibat Anggaran Anggaran penganggara
n dalam yang yang n obat di
a. Sumber penganggara digunakan digunakan RSUD
anggaran n obat. dari BLUD dalam Kudungga
b. Tim yang Anggaran disesuaikan belanja obat Sangatta
terlibat yang ada dengan RBA. adalah Kutai Timur
masih sangat menggunaka menggunaka
minim sekali Sub bagian n anggaran n anggaran
karena logistik dari BLUD. BLUD
rumah sakit melakukan Anggaran Anggaran
lebih pengecekan yang ada obat yang
mengutamak pembayaran digunakan disiapkan
an faktur yang untuk belanja terbatas.
peningkatan jatuh tempo obat, alat
sarana dan sebelum kesehatan,
prasarana dibuatkan bahan
rumah sakit rencana laboratorium
seperti pembayaran dan radiologi.
pengadaan oleh bagian
alat-alat keuangan. Team yang
kedokteran Pembayaran terlibat
obat atas langsung
persetujuan dalam proses
direktur. pembayaran
obat adalah
direktur
rumah sakit,
staf
keuangan,
kabid
keuangan
dan kasubid
logistic
Anggaran
obat yang
124
disiapkan
terbatas.
Pengadaan Tidak ikut Pengadaan KFT Tidak Metode pembelian Pembayaran Metode
obat terlibat dalam obat ikut dalam pengadaan langsung ke dilakukan pengadaan
a. Sistem proses dilakukan pengadaan dengan PBF, untuk pada saat dengan
pengadaan pengadaan dengan obat pembelian pemesanan obat sudah pembelian
b. Metode mengecek semuanya di langsung dan obat e- pending, langsung dan
pengadaan sisa stok serahkan melalui e- kataloq pembayaran melalui e-
c. Frekuensi yang menipis kepada purchasing. menggunaka tidak tepat purchasing
pembelian dan sudah di instalasi ne– waktu karena
d. Seleksi setujui oleh farmasi Pembelian purchasing. prosesnya Pembelian
pemasok bagian dilakukan yang lama, dilakukan
e. Frekuensi logistik dan sekali Pemilihan pembayaran sekali
tertunda penunjang sebulan Distributor dilakukan sebulan
pembayaran medis. namun bila dilihat dari dua kali namun bila
dalam ketersediaan dalam dalam
keterlambata keadaan obat dan sebulan. keadaan
n pemesanan tertentu bisa harga obat tertentu bisa
obat ke sekali bila sekali
distributor seminggu. distributor seminggu.
dan obat satu tidak
pending Mengecek tidak mempunyai Terjadi
karena faktur stok obat melakukan stok obat kekosongan
jatuh tempo digudang bila seleksi maka di cari obat karena
belum sudah di pemasok distributor obat pending
dibayar verifikasi oleh hanya dilihat lainnya. pembayaran
bagian ketersediaan faktur jatuh
untuk logistic baru stok obat tempo tidak
menghindari boleh kalau tepat waktu
kekosongan dilakukan distributor sehingga
obat pengadaan satu kosong pengiriman
dilakukan obat. maka obat
peminjaman dilakukan dipending.
obat-obatan obat menipis pemesanan
ke rumah diorder ke distributor untuk
sakit yang dengan lain. menghindari
bekerja sama melihat sisa kekosongan
dengan stok obat di Obat sering obat
125
RSUD gudang pending dilakukan
Kudungga. farmasi karena faktur peminjaman
obat yang obat-obatan
telah jatuh ke rumah
tempo belum sakit yang
dibayar, bekerja sama
sehingga dengan
sering terjadi RSUD
kekosongan Kudungga.
obat akibat
lambatnya
pengiriman
Penyimpana Penyimpanan Sistem FIFO Sistem FIFO
n obat (First In First (First In First
a. Sistem dilakukan Out) dan Out) dan
penyimpanan dengan FEFO (First FEFO (First
b. Penataan memisahkan Expired First Expired First
gudang antara obat Out), obat di Out),
yang masuk beri penyimpanan
e-katalog dan label/stiker berdasarkan
obat non e- high alert, bentuk
katalog, LASA sediaan,
bentuk alfabetis,
sediaan, barang kestabilan
alfabetis, banyak obat , bahan
kestabilan diletakkan di mudah
obat yaitu lorong-lorong terbakar dan
penyimpanan ruangan, ada di beri
pada suhu beberapa label/stiker
kamar dan obat yang high alert,
lemari belum LASA
pendingin, kadaluarsa
bahan mudah dicampur Ruang
terbakar dan dengan obat tempat
secara FIFO kadaluarsa penyimpanan
(First In First dalam satu obat terbatas.
Out) dan ruangan.
FEFO (First Banyak stok
126
Expired First obat-obat
Out)
yang sudah
Letak dan tata kadaluarsa
ruang yang
kurang baik
terdiri dari
banyak sekat
atau ruang-
ruang kecil
sehingga ruang
yang
digunakan
untuk
penyimpanan
obat tidak
efektif.
Nilai obat
yang sudah
kadaluarsa
cukup tinggi.
Pemusnahan
obat baru
dilakukan
sekali.
Pendistribusi Peresepan Pendistribusi Pelayanan Obat generik Pendistribusi
an obat generik an obat di resep rawat banyak an obat di
a. Sistem masih rawat jalan inap kosong jadi rawat jalan
distribusi rendah, dengan cara menggunaka diganti obat dengan cara
b. Penggunaan persediaan individual n metode paten individual
obat obat generik prescribing ODD belum prescribing
c. Waktu kurang, sedangkan ada depo di sedangkan
tunggu obat stoknya untuk ruangan untuk
selalu pendistribusi rawat inap pendistribusi
mengalami an rawat inap kecuali ruang an rawat inap
kekosongan. dengan cara OK dengan cara
127
Pasien ODD ( One ODD (One
langsung
menebus Daily rata-rata Daily
obat keluar Dispensing) waktu Dispensing)
atau di beri pelayanan
copy resep. Sering terjadi per lembar Peresepan
kekosongan resep untuk obat generik
obat generik resep obat masih
di distributor jadi adalah rendah,
antara 22 - persediaan
Waktu 35 menit dan obat generik
tunggu obat resep racikan stoknya
lama adalah antara selalu
33 - 58 menit, kurang,
ini selalu
disebabkan mengalami
karena kekosongan.
kurangnya
tenaga Waktu
farmasi tunggu
sehingga pasien lama
pelayanan untuk obat
resep lambat. jadi dan obat
racikan
obat generik
stoknya
sering
kosong jadi
biasanya
dilakukan
peminjaman
ke rumah
sakit lain,
kadang juga
di copy resep
keluar.
128
129
Pengelolaan Temuan/hasil
No Standar Keterangan
obat penelitian
Perencanaan 1 Perencanaan
1. Metode Metode kombinasi
obat . belum sesuai
a standar
. Metode komsumsi -
b
. Metode epidemiologi -
c. Metode kombinasi -
2
. Menghitung stok
minimum -
3
. Menghitung stok
maksimum -
4 Menghitung lead
. time -
5 Analisis VEN dan
. ABC -
6
. Hukum pareto -
7 Menghitung safety Sesuai
. stok 20% standar
2 Penganggaran 1 Anggaran obat 40-
50% Anggaran obat Belum sesuai
13,61% standar
Pengadaan 1
3 Obat . Tender terbuka -
2
. Tender tertutup -
3 Pembelian langsung Pembelian
Pembelian
. langsung
langsung
menggunaka
n pedoman
pengadaan
BLUD
4 Persentase jumlah Persentase jumlah Belum sesuai
item obat diadakan item obat diadakan standar
dengan yang dengan yang
direncanakan 100 - direncanakan 71
120% %
4 Penyimpanan 1 FEFO FEFO Sudah sesuai
obat . standar
2
. FIFO FIFO
3
. Menurut bentuk Menurut bentuk
sediaan dan jenis sediaan dan jenis
4
. Menurut suhu dan Menurut suhu dan
kestabilan obat kestabilan obat
130
5 Bahan mudah
. terbakar Bahan mudah
terbakar
6
. Alfabetis Alfabetis
7 Persentase nilai obat Belum sesuai
. kadaluarsa ≤ 0,2 % Persentase nilai standar
obat kadaluarsa
0,5 %
5 Pendistribusia 1 Sentralisasi
n obat .
2 Desentralisasi Desentralisasi Sudah sesuai
. standar
3
. Flour Stok
4 Individual dispensing
. Individual
dispensing
5
. Unit dose dispensing
6 Unit day dispensing
. Unit day
dispensing
7 51.46%
. Penggunaan obat Belum sesuai
generik 82-94% standar
131
Wawancara dengan dr. Zulmiaty, Sp.S ketua KFT dan dokter Spesialis Syaraf
133
Wawancara dengan dr. Didit Tri Setyo Budi Sp.P dokter Spesialis Paru
dan Pernafasan
Wawancara dengan Harnita Sari, S.Farm., Apt Koordinator Farmasi Rawat Inap