Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

‘’SIKLUS PDCA ANGKA KEMATIAN BAYI“

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK I
NAMA NIM

ISMA HASIYA AZKIA (11319013)


JIHAN ERPIANI (11319014)
MELIANI AYU SAPUTRI (11319019)
NEVI UTAMI (11319024)
SINDI SANDORA (11319027)

Dosen pembimbing : Rini S.ST, M.Bmd

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDURAHMAN PALEMBANG


PRODI D III KEBIDANAN dan S1 KEBIDANAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga tugas makalah yang berjudul “Siklus PDCA angka
kematian bayi" Ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah di tentukan.

Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan serta
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang besifat konstruktif dan membangun demi kesempurnaan penyusun ke
depannya.

Tugas makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan, arahan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Maka, dari itu izinkan kami menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.

Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya kami
penyusunnya.

Palembang, 14 sebtember 2021

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUDL -------------------------------------------------------------------------------------------- i

KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------- ii

DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------ iii

BAB I PENDAHULUAN---------------------------------------------------------------------------------------- 1

1.1. Latar belakang --------------------------------------------------------------------------------------- 1

1.2. Rumusan masalah ----------------------------------------------------------------------------------2

1.3 Tujuan penulisan ------------------------------------------------------------------------------------ 2

1.3.1 Tujuan umum--------------------------------------------------------------------------------- 2

1.3.2 Tujuan khusus--------------------------------------------------------------------------------2

1.4 Manfaat penulisan ----------------------------------------------------------------------------------- 2

BAB II PEMBAHASAN ---------------------------------------------------------------------------------------- 3

2.1. Pengertian standar layanan kebidanan----------------------------------------------------- 3

2.1 Standar pertolongan persalinan -------------------------------------------------------------- 4

2.2.1 Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala 1------------------------------------------------ 4

2.2.2 Standar 10 : Asuhan Persalinan Kala 2 Yang Aman----------------------------- 6

2.2.3 Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala 3-------------------------- 8

2.2.4 Standar 12 : Penanganan Kala 2 Dgn Gawat Janin Melalui Episiotomi


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ...11

BAB III PENUTUP ------------------------------------------------------------------------------------------ 13

3.1 Kesimpulan --------------------------------------------------------------------------------------- 13

3.2 Saran ------------------------------------------------------------------------------------------------ 13

DAFTAR PUSTAKA ---------------------------------------------------------------------------------------- 14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian

Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan beberapa indikator

status kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi

dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi

Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per

1.000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1.000 kelahiran hidup, AKABA 44 per 1.000

kelahiran hidup.

Penduduk Indonesia pada tahun 2007 adalah 225.642.000 jiwa dengan CBR

19,1 maka terdapat 4.287.198 bayi lahir hidup. Dengan AKI 228/100.000 KH berarti
ada 9.774 ibu meninggal per tahun atau 1 ibu meninggal tiap jam oleh sebab yang

berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Besaran kematian Neonatal, Bayi

dan Balita jauh lebih tinggi, dengan AKN 19/1.000 KH, AKB 34/1.000 KH dan AKABA

44/1.000 KH berarti ada 9 Neonatal, 17 bayi dan 22 Balita meninggal tiap jam.

Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals/MDGs, 2000) pada

tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga-perempatnya

dalam kurun waktu 1990-2015 dan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita

menurun sebesar dua-pertiga dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu Indonesia
mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi

102/100.000 KH, Angka Kematian Bayi dari 68 menjadi 23/1.000 KH, dan Angka

Kematian Balita 97 menjadi 32/1.000 KH pada tahun 2015.

Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan

dan segera setelah persalinan (SKRT 2001). Penyebab langsung kematian Ibu
adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tidak

langsung kematian Ibu antara lain Kurang Energi Kronis/KEK pada kehamilan (37%)

dan anemia pada kehamilan (40%). Kejadian anemia pada ibu hamil ini akan

meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak

anemia. Sedangkan berdasarkan laporan rutin PWS tahun 2007, penyebab

langsung kematian ibu adalah perdarahan (39%), eklampsia (20%), infeksi (7%) dan

lain-lain (33%). TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN

Konsep PDCAcycle pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada

tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“. Selanjutnya konsep ini

dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ”
The Deming Wheel”. PDCAcycle berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu

proses atau sistem.

Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam PDCAcycle, yaitu:

a. Plan

1. Mengidentifikasi output pelayanan, siapa pengguna jasa pelayanan, dan

harapan pengguna jasa pelayanan tersebut melalui analisis suatu proses

tertentu.

2. Mendeskripsikan proses yang dianalisis saat ini

 Pelajari proses dari awal hingga akhir, identifikasi siapa saja yang terlibat

dalam prose tersebut.

 Teknik yang dapat digunakan : brainstorming

3. Mengukur dan menganalisis situasi tersebut


 Menemukan data apa yang dikumpulkan dalam proses tersebut

 Bagaimana mengolah data tersebut agar membantu memahami kinerja dan

dinamika proses

 Teknik yang digunakan : observasi

 Mengunakan alat ukur seperti wawancara

4. Fokus pada peluang peningkatan mutu

 Pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan

 Kriteria masalah : menyatakan efek atas ketidakpuasan, adanya gap antara

kenyataan dengan yang diinginkan, spesifik, dapat diukur.

5. Mengidentifikasi akar penyebab masalah

 Menyimpulkan penyebab

 Teknik yang dapat digunakan : brainstorming


 Alat yang digunakan : fish bone analysis ishikawa

6. Menemukan dan memilih penyelesaian

 Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah

 Teknik yang dapat digunakan : brainstorming

b. Do

1. Suatu proyek uji coba

 Merencanakan sumber daya manusia, sumber dana, dan sebagainya.

 Merencanakan rencana kegiatan (plan of action)

2. Melaksanakan Pilot Project

Pilot Project dilaksanakan dalam skala kecil dengan waktu relatif singkat (± 2

minggu)

c. Check
1. Evaluasi hasil proyek

 Bertujuan untuk efektivitas proyek tersebut

 Membandingkan target dengan hasil pencapaian proyek (data yang

dikumpulkan dan teknik pengumpulan data harus sama)

 Target yang ingin dicapai 80%

 Teknik yang digunakan: observasi dan survei

 Alat yang digunakan: kamera dan kuisioner

2. Membuat kesimpulan proyek

 Hasil menjanjikan namun perlu perubahan

 Jika proyek gagal, cari penyelesaian lain

 Jika proyek berhasil, selanjutnya dibuat rutinitas


d. Action

1. Standarisasi perubahan

 Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan

 Revisi proses yang sudah diperbaiki

 Modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada

 Komunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas perubahan

yang dilakukan.

 Lakukan pelatihan bila perlu

 Mengembangkan rencana yang jelas

 Dokumentasikan proyek

2. Memonitor perubahan

 Melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur


 Alat yang digunakan : …….

PENYEBAB KEMATIAN BAYI ADALAH :

I. ASPYXIA

a. Definisi Asfiksia

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara

spontan dan teratur.

Asfiksia neonatorum adalah di mana bayi tidak dapat bernafas secara spontan

dan teratur segera setelah lahir keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya

hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis.

b. Penyebab Asfiksia

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan

sirkulasi darah utero plasenter sehungga pasokan oksigen ke bayi menjadi


berkurang.

1. Faktor ibu :

 Air Preeklamsi dan Eklampsia.

 Perdarahan abnormal ( plasenta previa atau solusio placenta )

 Partus lama atau partus macet

 Demam selama persalinan.

 Infeksi berat ( malaria , sifilis , TBC, HIV)

 Kehamilan lewat waktu ( setelah 42 minggu )

2. Faktor tali pusat :

 Lilitan tali pusat.

 Tali pusat pendek.


 Simpul tali pusat .

 Prolap tali pusat.

3. Faktor bayi :

 Bayi prematur ( sebelum 37 minggu )

 Persalinan dewngantindakan .( sungsang , bayi kembar , distosia bahu ,

ektraksi vakum , ektraksi forsep )

 Kelainan bawaan ( kongenital )

 Ketuban bercampur meconium

c. Diagnosis

Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia /

hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan

dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Ada tiga hal yang perlu
mendapat perhatian, yaitu:

1. Denyut jantung janin.

Frekuensi normal ialah antara 120 – 160 denyutan permenitnya. Selama his,

frekuensi ini bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada keadaan semula.

Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan

tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 kali permenitnya, dan

lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya. Di beberapa

klinik, elektrokardiografi janin digunakan untuk terus-menerus mengawasi

keadaan denyut jantung dalam persalinan.

2. Mekonium dalam air ketuban.

Mekonium dalam presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada

presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus


menimbulkan kewaspadaan. Pengeluaran mekonium pada letak kepala

menunjukkan gawat janin, karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga

peristaltic usus meningkat dan sfingter ani terbuka, sehingga terjadi

pengeluaran mekonium. Adanya mekonium dalam air ketuban pada

presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila

hal itu dapat dilakukan dengan mudah.

3. Pemeriksaaan PH darah janin.

Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat

sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambilcontoh darah janin. Darah ini

diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya PH. Apabila pH itu

turun sampai dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya oleh
beberapa penulis.

4. Klasifikasi Asfiksia Neonatus

Klasifikasi asfiksia dibagi menjadi :

a. Bayi normal : Skore APGAR 10.

b. Asfiksia Ringan : Skore APGAR 7-9. Bayi dianggap sehat, dan tidak

memerlukan tindakan istimewa.

c. Asfiksia Sedang : Skore APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat

frekuensi tentang lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik,

sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

d. Asfiksia Berat : Skore APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan

frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat,

dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan

henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit

sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum


pemeriksaan fisik sama asfiksia berat.

e. Cara Menilai Tingkatan Apgar Score

6. Persiapan Resusitasi BBL

Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia:

1. AIRWAY (LANGKAH AWAL)

a. Jaga bayi tetap hangat.

b. Atur posisi bayi.

c. Isap lendir.

Gunakan alat pengisap lendir DeLee atau bola karet.

1) Pertama, isap lendir di dalam mulut, kemudian baru isap lendir di

hidung.

2) Hisap lendir sambil menarik keluar pengisap (bukan pada saat


memasukkan).

3) Bila menggunakan pengisap lendir DeLee, jangan memasukkan

ujung pengisap terlalu dalam (lebih dari 5 cm ke dalam mulut

atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung) karena dapat

menyebabkan denyut jantung bayi melambat atau henti napas

bayi.

d. Keringkan dan Rangsang taktil.

e. Reposisi.

1) Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang

baru (disiapkan).

2) Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan

dada agar pemantauan pernapasan bayi dapat diteruskan.

3) Atur kembali posisi terbaik kepala bayi (sedikit ekstensi).

4) Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur


f. Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, megap-megap atau

tidak bernapas.

2. BREATHING (VTP)

Bila FJ < 100x/menit /APNUE yaitu VTP (Ventilasi Tekanan Positif)

Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukkan

sejumlah udara ke dalam paru dengan tekanan positip yang memadai

untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur.

a) Pasang sungkup, perhatikan lekatan.

Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi.

b) Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan dada bayi.

Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveloli paru agar bayi

bisa mulai bernapas dan sekaligus menguji apakah jalan napas terbuka

atau bebas.
Lihat apakah dada bayi mengembang, Bila tidak mengembang

1) Periksa posisi kepala, pastikan posisinya sudah benar.

2) Periksa pemasangan sungkup dan pastikan tidak terjadi kebocoran.

Bila dada mengembang yaitu lakukan tahap berikutnya

1) Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan

tekanan 20 cm air dalam 30 detik.

2) Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan

teratur?

Kecukupan ventilasi dinilai dengan memperhatikan gerakan dinding

dada dan auskultasi bunyi napas.

Bila bayi bernafas, FJ > 100x/menit, kemerahan yaitu

PERAWATAN LANJUT

3. CIRCULATION

Apabila setelah dilakukan VTP, FJ < 60x/menit àVTP dan kompresi dada
Kompresi Dada

a. Kompresi dinding dada dapat dilakukan dengan melingkari dinding

dada dengan kedua tangan dan menggunakan ibu jari untuk menekan

sternum atau dengan menahan punggung bayi dengan satu tangan dan menggunakan ujung
dari jari telunjuk dan jari tengah dari tangan

yang lain untuk menekan sternum.

b. Tehnik penekanan dengan ibu jari lebih banyak dipilih karena kontrol

kedalaman penekanan lebih baik.

c. Tekanan diberikan di bagian bawah dari sternum dengan kedalaman ±

1,5 cm dan dengan frekuensi 90x/menit.

d. Dalam 3x penekanan dinding dada dilakukan 1x ventilasi sehingga

didapatkan 30x ventilasi per menit. Perbandingan kompresi dinding

dada dengan ventilasi yang dianjurkan adalah 3 : 1.

e. Evaluasi denyut jantung dan warna kulit tiap 30 detik. Bayi yang tidak
berespon, kemungkinan yang terjadi adalah bantuan ventilasinya tidak

adekuat, karena itu adalah penting untuk menilai ventilasi dari bayi

secara konstan.

II. BBLR

1. Pengertian BBLR

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500

gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang

ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.

2. Penyebab BBLR

a. Faktor lbu

 Penyakit

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya

perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, diabetes mellitus,

toksemia gravidarum, dan nefritis akut.


 Umur ibu

Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan

multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah

pada usia antara 26 - 35 tahun.

 Keadaan sosial ekonomi

Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini

disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik (khususnya anemia) dan

pelaksanaan antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas

pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah.temyata lebih tinggi

bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.

 Sebab lain

Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.

b. Faktor janin

Hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.


c. Faktor lingkungan

Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.

3. Karakteristik BBLR

a. BB < 2500 gram, PB < 45 cm , LK < 33 cm , LD < 30 cm

b. Gerakan kurang aktif,oto masih hipotonis

c. Umur kehamilan < 37 minggu

d. Kepala lebih besar dari badan, rambut tipis dan halus

e. Tulang-tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan satura besar

f. Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana

g. Jaringan payudara tidak ada dan putting susu kecil

h. Pernafasan belum teratur, dan sering mengalami serangan apneu

i. Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak

j. Kepala tidak mampu tegak


k. Frekuansi nadi 100-140 kali permenit

4. Masalah-masalah yang terjadi pada BBLR

Masalah-masalah yang muncul pada bayi BBLR adalah sebagai berikut:

 Suhu Tubuh

a. Pusat pengatur panas badan belum sempurna

b. Luas badan bayi relatifbesar sehingga penguapannya bertambah

c. Otot bayi masih lemah

d. Lemak kulit dan lemak coklat kurang sehingga cepat kehilangan panas

badan

e. Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi dengan

BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas

badan dan dapat diperhatikan sekitar 30 0C sampai 370C

 Pernafasan

a. Pusat pengatur pernafasan belum sempuma


b. Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga perkembangannya tidak

sempurna

c. Otot pernafasan dan tulang iga lemah

d. Dapat disertai penyakit-penyakit : penyakit hialin membran, mudah

infeksi paru-paru, gagal pernafasan.

 Alat pencernaan makanan

a. Belum berfungsi sempurna, sehingga penyerapan makanan kurang

baik

b. Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna sehingga

pengosongan lambung berkurang.

c. Mudah terjadinya regurtasi isi lambung dan dapat menimbulkan

aspirasi pneumonia.

 Hepar yang belum matang (immatur)


Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga mudah

terjadi hiperbilirubinemia (kuning) sampai keroikterus.

 Ginjal masih belum matang

Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih

belum sempurna sehingga mudah terjadi edema.

 Perdarahan dalam otak

a. Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah peca

b. Sering mengalami gangguan pernafasan sehingga memudahkan terjadi

perdarahan dalam otak.

c.Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan dapat

menyebabkan

d. Pemberian oksigen belum mampu diatur sehingga memudahkan terjadi

perdarahan dan nekrosis.

5. Pencegahan Terjadinya BBLR


a. Makan 2x lebih banyak atau 1x lebih sering daripada sebelum hamil.

b. Memeriksakan kehamilannya paling sedikit 4x selama kehamilannya.

c. Mengurangi kerja berat yang melelahkan dan istirahat yang cukup

d. Mengatur jarak kehamilan minimal 3 tahun.

6. Yang perlu diperhatikan dalam merawat BBLR

a. Jagalah bayi agar tubuhnya tetap hangat sampai bayi menjadi lebih kuat

dan berat badan menjadi normal.

b. Rawat tali pusat dengan bersih dan teratur, pakailah kain kasa (perban)

yang dibubuhi alkohol 70% dang anti setiap hari.

c. Berikan ASI atau PASI setelah lahir setiap hari dan usahakan sesering

mungkin dalam porsi kecil sesuai kemampuan bayi.

d. Jauhkan bayi dari orang sakit, sebaiknya ibu memakai kain penutup

pada hidung dan mulut pada waktu menyusui bayi.

III. PREMATURITAS
1. Pengertian bayi prematur

Prematuritas adalah neonatus /bayi dengan usia kehamilan kurang dari 37

minggu.

2. Penyebab bayi prematur

 Faktor usia ibu < 16 tahun - > 35 tahun

 Infeksi terjadi dalam tubuh ibu hamil

 Jika wanita yang hamil mengkonsumsi alcohol, obat-obatan dan

merokok

 Jika ada masalah dengan sistem reproduksi ibu

 Tidak menerima perawatan yang tepat selama kehamilan dan tidak

mengikuti perintah dokter pada kebutuhan gizi

3. Tanda dan gejala persalinan prematur

 Berat badan < 2000gr, panjang badan < 45 cm, lingkar kepala < 33
cm. lingkar dada < 30 cm

 Masa kehamilan < 37 minggu

 Kulit : tipis transparan, rambut lanugo banyak terutama pada dahi,

pelipis, telinga dan lengan

 Reflex tonus otot masih lemah, reflex menghisap dna menelan serta

reflex batuk belum sempurna

 Pernapasan tidak teratur bisa terjadi apneu

 Pernapasan sekitar 45-50x/menit dan nadi100-140x/menit

4. Pencegahan kelahiran prematur

 Rajin memeriksakan kehamilan

 Ketahui faktor risiko seperti merokok, hipertensi, pernah memiliki komplikasi

kehamilan sebelumnya

 Mengonsumsi makanan bergizi selama kehamilan

 Hindari cemas
 Menghindari persalinan dengan operasi section Caesar

 Membantu ibu hamil berhenti merokok

5. Perawatan bayi premature

Perawatan bayi premature sebaiknya dirawat di incubator. Bayi dizinkan

dibawa pulang setelah BB mencapai titik tertentu, biasanya antara 2040 –

2270 gram. Dengan memperhatikan gambaran klinik, maka perawatan

bayi premature yaitu :

 Pengaturan suhu badan

 Makanan bayi premature

 Menghindari infeksi

IV. SEPSIS/INFEKSI

1. Pengertian

Sepsis neonatorum adalah suatu bentuk penyakit yang digambarkan

dengan adanya infeksi bakteri secara sistemik pada bulan pertama


kehidupan yang ditandai hasil kultur darah yang positif. Definisi lainnya

adalah sindroma klinis yang ditandai gejala sitemik dan disertai

bakteriemia yang terjadi dalam bulan pertama kehidupan.

2. Etiologi

1. Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri

mampu menyebabkan sepsis.

2. Mikroorganisme berupa bakteri, jamur, virus atau riketsia. Penyebab

paling sering dari sepsis : Escherichia Coli dan Streptococcus grup B

(dengan angka kesakitan sekitar 50 – 70 %. Diikuti dengan malaria

sifilis, dan toksoplasma. Streptococcus grup A, dan streptococcus

viridans, patogen lainnya gonokokus, candida alibicans, virus herpes

simpleks (tipe II) dan organisme listeria, rubella, sitomegalo, koksaki,

hepatitis, influenza, parotitis.


3. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan

tindakan.

4. Kelahiran kurang, BBLR, cacat bawaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal

dari tiga kelompok, yaitu :

1. Faktor Maternal

a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi

kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui

sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin

nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi

kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.

b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu

(kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun).


c. Kurangnya perawatan prenatal.

d. Ketuban pecah dini (KDP)

e. Prosedut selama persalinan

2. Faktor neonatatal

a. Prematurius (berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan

faktor resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi

kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor

imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir

trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus

menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit

juga melemahkan pertahanan kulit.

b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik,

khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan

IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali
pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen

terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon

terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan

penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan

fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas

opsonisasi.

c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki

empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.

3. Faktor diluar ibu dan neonatal

a. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral

merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka.

Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.

b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan

resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik


spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas,

sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.

c. Kadang-kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran

mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling

sering akibat kontak tangan.

d. Pada bayi yang minum ASI, spesiesLactbacillus danE.colli ditemukan

dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya

didominasi oleh e. colli

4. Faktor predisposisi

Terdapat berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari ibu maupun

bayi sehingga dapat dilakukan tindakan antisipasi terhadap kemungkinan

terjadinya sepsis. Faktor tersebut adalah :

a. Penyakit infeksi yang diderita ibu selama kehamilan


b. Perawatan antenatal yang tidak memadai

c. Ibu menderita eklampsia, diabetes mellitus

d. Pertolongan persalina yang tidak higiene, partus lama, partus dengan

tindakan.

e. Kelahiran kurang bulan, BBLR, dan cacat bawaan.

f. Adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasif pada neonatus.

g. Tidak menerapakan rawat gabung

h. Sarana perawatan yang tidak baik, bangsal yang penuh sesak

i. Ketuban pecah dini

3. Diagnosis

a. Dari gejala-gejala klinis / manifestasi klinis

Sepsis neonatorum adalah infeksi yang masuk ke dalam tubuh secara

langsung, yang dapat menimbulkan gejala klinis yang berat. Penyebab sepsis

neonatorum adalah bakteri gram positif dan gram negatif, virus infeksi, dapat
masuk secara hematogen, atau infeksi asenden. Waktu masuknya infeksi

dapat berlangsung sebagai berikut.

1. Sebelum in partu. Potensi infeksi neonatus dalam keadaan :

a. Ketuban pecah dini akibat infeksi asenden.

b. Akibat melakukan amniotomi.

c. Infeksi ibu sebelum persalinan.

d. Prematuritas akan lebih rentan terhadap infeksi

e. Pertolongan persalinan yang tidak bersih situasinya.

2. Pada saat in partu sebagai akibat bayi dengan berat badanlahir

rendah/prematuritas atau akibat alat resusitasi yang tidak steril.

3. Terdapat sumber infeksi (infeksi lokal).

4. Stomatitis,perlukaam badan.

5. Sumber infeksi kulit (furunkel).


Berdasarkan kejadiannya, infeksi sepsis neonatorum berlangsung dalam dua

awitan berikut :

1. Awitan dini :

a. Gejala klinisnya tampak secara dini yaitu sekitar/sejak semula (ratarata 48 jam pertama).

b. Infeksi berkaitan dengan sumber pada ibunya saat proses persalinan.

c. Kumannya: stafilokokus (E. Coli, H. Infuenzae, Klebsiella, Monilia).

2. Awitan lanjut :

a. Gejala klinisnya tampak setelah7 hari, saat penderita telah pulang.

b. Sumber infeksinya: faktor lingkungan yang kotor dan infeksius, infeksi

nosokomial di rumah sakit.

c. Penyebab infeksinya : S. Aureus, stafilokokus grup beta, E. Coli

monositogen.

d. Komplikasi berat : komplikasi susunan saraf pusat.

Diagnosis sepsis nenoatorum sulit ditetapkan karena gejalanya tidak


khas. Setiap perubahan keadaan fisik atau gambaran darah neonatus

dianggap terjadi infeksi sepsis neonatorum. Diagnosis ditegakkan jika

terdapat lebih dari satu kumpulan gejala berikut ini :

1. Gejala umum infeksi : tampak sakit, tidak man ruinum, suhu naik atau

turun, sklerena/skerederna.

2. Gejala gastrointestinal : terdapat diare, muntah, hepatomegali,

splenomegali, atau perut kembung.

3. Gejala paru : sianosis, apnea, atau takipnea.

4. Gejala kardiovaskular : terdapat takikardia, edema atau dehidrasi.

5. Gejala neurologic : letargi (tampak seperti mayat), peka rangsang

atau kejang.

6. Gejala hematologis-laboratorium : ikterus, pendarahan bawah kulit,

leukopenia, dan leukosit kurang dari 5.000/mm3.

7. Pemeriksaan tambahan untuk memperkuat sepsis neonatorum


adalah : KED meningkat, trombositopenia, granulasi toksis vakuolisasi

sel atau granulasi toksis, vakuolisasi nukleus polimorf.

4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk sepsis neonatorum ada tiga tahap yaitu sebagai beikut

1. Perawatan umum :

a. Tindakan aseptik dengan cuci kama.

b. Pertahankan suhu tubuh sekitar 36,5-37ºC.

c. Jalan napas harus bersih, artinya jangan sampai ada gangguan napas.

d. Cairan diberikan dengan infus.

e. Lakukan perawatan bayi dan tali pusat dengan baik.

2. Medikamentosa :

a. Beri antibiotik kombinasi.

b. Evaluasi hasilnya 3-5 hari, bila tidak berhasil, ganti antibiotik.

c. Uji sensitivitas kuman sehingga antibiotik diberikan dengan tepat.


d. Antibiotik diberikan perpanjangan selama 7 hari setelah perbaikan secara

klinis.

3. Simtomatik : pengobatan simtomatik diberikan dan sesuai dengan gejala

klinisnya (obat penurun panas, obat anti kejang). Transfusi darah sehingga

Hb 11g%.

Pemantauan terhadap perawatan pasien adalah sebagai berikut :

1. Perhatikan keadaan umum, tanda-tanda vitalnya,

2. Perhatikan keseimbangan nutrisi dan cairan.

3. Evaluasi gambaran darahnya.

4. Persiapan alat darurat

5. Pencegahan

a. Dari Ibu.

Grup B Streptococcus merupakan penyebab terberat sebagai patogen


terbanyak pada akhir tahun 1960an dan biasanya sebagai penyebab dari

early-onset sepsis. Sepuluh sampai 30 wanita hamil dengan kolonisasi

Grup B Streptococcus dalam vagina atau daerah rektum.Dua pendekatan

utama : prenatal skrining (semua wanita hamil di skrining untuk deteksi

infeksi Grup B Streptococcus pada 35-37 minggu kehamilan dan

dilakukan pengobatan untuk kulturnya yang positif) dan identifikasi dari

wanita beresiko tinggi serta mengobati sebelum terjadinya persalinan.

b. Dari Neonatus

Pemberian antibiotik profilaksis untuk bayi-bayi asimtomatis yang diduga

beresiko tinggi terjadi sepsis oleh Grup B Streptococcus masih

kontroversial. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian

penisilin pada semua bayi atau bayi <2.000>

6. Pengobatan

Prinsip pengobatan sepsis neonatorum adalah mempertahankan metabolisme


tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena

termasuk kebutuhan nutrisi. Menurut Yu Victor Y.H dan Hans E. Monintja

pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan hasil

pemantauan mikrobiologi, murah, dan mudah diperoleh, tidak toksik, dapat

menembus sawar darah otak atau dinding kapiler dalam otak yang

memisahkan darah dari jaringan otak dan dapat diberi secara parenteral.

Pilihan obat yang diberikan ialah ampisilin dan gentamisin atau ampisilin dan

kloramfenikol, eritromisin atau sefalasporin atau obat lain sesuai hasil tes

resistensi.

Dosis antibiotik untuk sepsis neonatorum : Ampisislin 200 mg/kgBB/hari,

dibagi 3 atau 4 kali pemberian; Gentamisin 5 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2

pemberian; Kloramfenikol 25 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 atau 4 kali

pemberian; Sefalasporin 100 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 kali

pemberian;Eritromisin500 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis.(surasmi,2003)


7. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah rutin (hb, leuko, trombosit, CT, BT, LED, SGOT,

SGPT)

2. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.

3. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi

dapat

4. Mendeteksi organisme.

5. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan

peningkatan

6. Neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.

7. Laju rendah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat

menandakan adanya perubahan

8. Inflam

Anda mungkin juga menyukai