Anda di halaman 1dari 71

STRUKTUR MODAL DAN KINERJA PERUSAHAAN

PROPOSAL PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

Diajukan untuk disetujui oleh Departemen Akuntansi

Program Studi Magister Akuntansi

Oleh

MARIDHA CHINTIA PERMATASARI

NIM : 042023143018

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL.……………………………………………………...……...v

DAFTAR LAMPIRAN..…………………………………………..…...………vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang……………………………………………………………….1

1.2. Rumusan Masalah....………………………….……...…………………...….6

1.3. Tujuan Penelitian.....…………….……………………………………...……6

1.4. Manfaat Penelitian...………….………………………………….………..…7

1.5. Lingkup Penelitian………….…………………………………………..……8

1.6. Sistematika Penulisan…………….…………………………….……………9

BAB II TINJAUAN LITERATUR

2.1. Landasan Teori..…………………………………………………….………11

2.1.1. Struktur Modal……………...………………………………......…11

2.1.2. Capital Structure Theory……………………………………..……13

2.1.2.1. Teori Trade-off……...……………………………...……15

2.1.2.2. Teori Pecking Order……………...…………………..….16

2.1.2.3. Teori Agensi.....……………………………………….....18

2.1.3. Kinerja Perusahaan......……………………………………………19

2.2. Penelitian Sebelumnya.…………………………………………...…...……21


2.3. Kerangka Konseptual...……………………………………………..………31

2.4. Hipotesis…………………..…………………………………………..….....31

2.4.1. Rasio Hutang Jangka Pendek dan Kinerja Perusahaan……...…..31

2.4.2. Rasio Hutang Jangka Panjang dan Kinerja Perusahaan ….……...34

2.4.3. Total Rasio Hutang dan Kinerja Perusahaan…………….….…...35

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian..………………………………………………….……….39

3.2. Populasi dan Sampel………….......…………………………………………39

3.2.1. Populasi Penelitian…..……………………………………….……39

3.2.2. Sampel Penelitian…...…………………………………..…………40

3.3. Data dan Metode Pengumpulan Data...……………………………..….……42

3.3.1. Data……………………………………………………………..…42

3.3.2. Metode Pengumpulan Data...………………………………….…..42

3.4. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel...……………………….……43

3.4.1. Variabel Dependen…………………………………….……….…43

3.4.2. Variabel Independen………………………..…………….………44

3.4.3. Variabel Kontrol...………………………………….……..………46

iii
3.5. Metode Analisis.……………………………………………….…….……...48

3.5.1. Uji Statistik Deskriptif......…………………………….….…....…48

3.5.2. Uji Asumsi Klasik...........…………………………….….….……48

3.5.3. Pemilihan Model Regresi Data Panel.............……….….……….50

3.5.4. Uji Hipotesis…...………………………………………..……….52

REFERENSI.....…………………………………………………………….….55

LAMPIRAN……………………………………………………………………58

DAFTAR TABEL

iv
2.1. Ringkasan Penelitian Sebelumnya...……………………………….……….26

2.2. Ringkasan Hipotesis.………….....………………………………………….37

3.1. Deskripsi Sampel...………………………………………………………….41

3.2. Definisi Variabel dan Pengukuran.........……………………………...……..47

DAFTAR LAMPIRAN

v
Lampiran A: Daftar Sampel Perusahaan…………………...…………………..58

BAB I

PENDAHULUAN

vi
1.1 Latar Belakang

Sumber pembiayaan sangat penting bagi setiap organisasi bisnis karena

memilih struktur modal yang optimal akan berdampak pada nilai perusahaan dan

perusahaan dapat bertahan dari guncangan ekonomi yang tidak menguntungkan.

Berdasarkan Ahmed Sheikh & Wang (2013) dan Chadha & Sharma (2015),

manajer keuangan harus membandingkan kelebihan dan kekurangan berbagai

sumber keuangan dan memilih mana yang lebih efisien dan cocok untuk

memaksimalkan nilai perusahaannya. Sehingga diharapkan perusahaan dapat

meminimalkan biaya modal dan dapat memperoleh keuntungan di masa yang

akan datang. Manajer keuangan bertanggung jawab untuk menemukan

keseimbangan keuangan yang dibutuhkan dan komposisi kualitatif neraca dengan

sebaik-baiknya, pemilihan pengaturan kualitatif pada aset akan menentukan

struktur kekayaan perusahaan sedangkan dari kewajiban dan ekuitas akan

menentukan keuangan dan struktur modal perusahaan.

Ada dua kategori sumber pembiayaan, yaitu pembiayaan internal dan

eksternal. Pembiayaan internal diperoleh dari modal sendiri, laba ditahan, dan

cadangan yang dimiliki perusahaan. Pembiayaan eksternal adalah pendanaan dari

hutang dan penerbitan saham baru. Hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi

masa depan yang mungkin timbul dari kewajiban saat ini, terdiri dari hutang

jangka panjang dan hutang jangka pendek. Hutang jangka panjang memiliki

pembayaran lebih dari satu tahun, sebaliknya hutang jangka pendek memiliki

pembayaran kurang dari satu tahun dengan tingkat bunga yang lebih rendah

vii
daripada hutang jangka panjang, dan lebih fleksibel karena perusahaan dapat

menggunakannya kapan pun mereka membutuhkan. Berdasarkan Abdur Rouf

(2015) struktur modal mengacu pada campuran sumber dana jangka panjang,

seperti surat hutang, hutang jangka panjang, modal saham preferen dan modal

saham ekuitas termasuk laba ditahan, akan mempengaruhi rencana strategis untuk

mencapai tujuan. Mempertimbangkan risiko dan kepentingan dalam memilih

sumber dana sangat diperlukan karena akan mempengaruhi keputusan perusahaan.

Keputusan tentang struktur modal suatu perusahaan ditentukan oleh banyak

faktor yang dapat dikelompokkan terutama di bawah tiga kategori utama yaitu

faktor spesifik perusahaan, spesifik industri, dan spesifik negara (Sakr & Bedeir,

2019). Untuk spesifik-industri contohnya, struktur permodalan perusahaan

keuangan (terutama bank) diatur oleh peraturan Bank Indonesia, membuat

penggunaan pinjaman bank dibatasi. Karena bank harus memenuhi modal

minimum dengan mengikuti penilaian Bank Indonesia mengenai risiko bank

tersebut. Sebaliknya, perusahaan non-keuangan lebih fleksibel dalam

pengambilan keputusan struktur modal karena tidak terikat oleh ketentuan Bank

Indonesia mengenai modal minimum (Putra, 2018). Tingkat risiko usaha yang

dihadapi perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan tingkat

risiko usaha dipengaruhi oleh jenis usaha yang dijalankan. Namun perbedaan

kemampuan dan kebutuhan masing-masing perusahaan membuat struktur modal

masing-masing perusahaan dalam industri yang sama tidak akan sama.

Berdasarkan Mouna et al., (2017) memaksimalkan nilai perusahaan bukanlah

pekerjaan yang mudah karena manajer harus menentukan kombinasi terbaik dari

viii
sumber daya keuangan dengan risiko terendah bagi perusahaan. Keputusan yang

salah dalam proses seleksi dapat menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan

keuangan dan akhirnya bangkrut. Setiap perusahaan memiliki cara yang berbeda,

tidak ada karakteristik tertentu yang menjadi tolak ukur manajer telah memilih

struktur yang optimal. Teori struktur modal tradisional menganggap campuran

modal yang optimal memastikan biaya modal rata-rata tertimbang yang rendah

akan memaksimalkan nilai pasar per saham (Vătavu, 2015). Struktur modal yang

optimal adalah topik yang telah banyak dilakukan dalam berbagai penelitian,

dicatat oleh Myer (2001) setiap teori bekerja di bawah asumsi dan proposisi,

sehingga kami tidak dapat menemukan formula atau teori yang secara tegas

memberikan struktur modal yang optimal untuk perusahaan.

Sejak tahun 1958, teori struktur modal dan hubungannya dengan kinerja

perusahaan menjadi topik yang menarik yang terus diteliti oleh para peneliti

akademis. Teori Modigliani-Miller (Teorema MM) merupakan teori struktur

modal yang diterima secara luas karena merupakan teori asal usul struktur modal

yang telah digunakan oleh banyak peneliti (San & Heng, 2011). Menurut MM

Teorema, teori struktur modal ini beroperasi di bawah pasar sempurna dan teori

ini menyatakan bahwa struktur modal tidak terkait dengan nilai perusahaan di

pasar sempurna. Dan teori-teori lain yang berhubungan dengan keputusan hutang,

yaitu teori trade-off dan pecking order. Teori trade-off adalah tentang pasar

sempurna di mana ekonomi bebas pajak tanpa biaya kebangkrutan, tanpa biaya

transaksi. Teori pecking order adalah teori yang menekankan adanya preferensi

perusahaan dalam memilih pendanaan internal dan eksternal.

ix
Struktur modal erat kaitannya dengan kinerja perusahaan (Zeitun & Tian,

2007). Struktur modal secara signifikan mempengaruhi biaya dan ketersediaan

modal, yang pada gilirannya juga akan mempengaruhi kinerja perusahaan.

Berdasarkan San and Heng (2011), kinerja perusahaan dapat diukur dengan

variabel-variabel yang meliputi produktivitas, profitabilitas, pertumbuhan atau

bahkan kepuasan pelanggan. Pengukuran keuangan adalah salah satu alat yang

mengungkapkan kekuatan keuangan, kelemahan, peluang dan ancaman.

Pengukuran tersebut adalah Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROR),

Return On Investment (ROI), Residual Income (RI), Earning-per-Share (EPS),

hasil dividen, rasio perolehan harga, pertumbuhan penjualan, kapitalisasi pasar,

dan lain-lain (Barbosa & Louri, 2005). ROA, ROE dan EPS sebagai basis

akuntansi yang berasal dari laporan keuangan, market-to-book ratio sebagai basis

pasar dan ada juga pengukuran dengan menggabungkan nilai pasar dan akuntansi

yaitu Tobin’s-Q. Namun Tobin's-Q memiliki kelemahan yang dapat menyesatkan

pengukuran pasar karena sulitnya memperkirakan penggantian, biaya iklan,

penelitian dan pengembangan aset tidak berwujud (Smithers & Wright, 2007).

Terdapat beberapa penelitian tentang hubungan antara struktur modal dan

kinerja perusahaan dengan hasil yang berbeda. Seperti penelitian Ahmed Sheikh

dan Wang (2013) menemukan bahwa struktur modal yang diukur dengan rasio

hutang jangka panjang (LDR), rasio hutang jangka pendek (SDR) dan rasio

hutang total (TDR) memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kinerja

dengan menggunakan ROA sebagai pengukuran. Hal ini sesuai dengan penelitian

Salim & Yadav (2013), El-Sayed Ebaid (2009) dan Sakr & Bedeir (2019). Ahmed

x
Sheikh & Wang (2013) juga menggunakan pengukuran kinerja perusahaan

lainnya, Market-to-book Ratio (MBR). Mereka menemukan TDR dan LDR

berpengaruh negatif signifikan terhadap MBR, sedangkan STD berpengaruh tidak

signifikan positif terhadap MBR.

Peneliti lain Vătavu (2015), menganalisis perusahaan manufaktur di Bursa

Efek Bucharest tahun 2003-2010 menemukan bahwa struktur modal yang diukur

dengan LDR, SDR dan TDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja

(ROE). Hal ini sesuai dengan penelitian Salim & Yadav (2013) pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Malaysia pada tahun 2003-2009. Sedangkan

penelitian Sakr & Bedeir (2019) pada perusahaan yang terdaftar di Mesir selama

tahun 2003-2016, ditemukan LDR dan TDR berpengaruh positif dan signifikan

terhadap ROE. Ada banyak hasil yang berbeda ditemukan terkait hubungan antara

struktur modal dan kinerja, karena peneliti menggunakan pengukuran dan

sampling studi yang berbeda.

Penelitian ini melakukan model dari Ahmed Sheikh & Wang, (2013) yang

mempelajari tentang dampak struktur modal terhadap kinerja perusahaan di

Pakistan yang akan diuji ulang di Indonesia. Pemilihan struktur modal yang

optimal diharapkan dapat mengurangi kemungkinan risiko keuangan yang

diperoleh perusahaan di masa yang akan datang dan meningkatkan nilai

perusahaan. Penelitian ini menggunakan Return on Assets dan Market-to-Book

Ratio untuk mengukur kinerja perusahaan, karena ROA dapat memberikan

refleksi seberapa efisien perusahaan menggunakan asetnya dan penggunaan MBR

untuk mengevaluasi nilai pasar perusahaan saat ini terhadap nilai bukunya.

xi
Ukuran struktur modal dengan Rasio Hutang Jangka Panjang, Rasio Hutang

Jangka Pendek, dan Total Rasio Hutang memberikan perbedaan jatuh tempo

hutang yang digunakan oleh perusahaan, karena jatuh tempo hutang akan

mempengaruhi pilihan investasi perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui hubungan antara struktur modal dengan kinerja perusahaan di

Indonesia dengan sampel data periode tahun 2016, 2017, dan 2018.

1.2 Rumusan Masalah

Berbagai hasil dikumpulkan dari penelitian tentang dampak struktur modal

terhadap kinerja perusahaan. Kemudian, rumusan masalah yang akan dieksplorasi

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Apakah total rasio hutang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan?

b) Apakah rasio hutang jangka pendek berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan?

c) Apakah rasio hutang jangka panjang berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah:

a) Pengaruh total rasio hutang terhadap kinerja perusahaan.

b) Pengaruh rasio hutang jangka pendek terhadap kinerja perusahaan.

xii
c) Pengaruh rasio hutang jangka panjang terhadap kinerja perusahaan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:

a) Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang hubungan tiga

ukuran utama struktur modal seperti total rasio hutang, rasio hutang

jangka panjang dan jangka pendek mempengaruhi kinerja perusahaan

non-keuangan di Indonesia.

b) Investor atau Kreditur

Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi investor untuk

melindungi kepentingan pemegang saham melalui penyediaan informasi

yang berguna mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja

perusahaan berupa Return on Assets (accounting-based) dan market-to-

book ratio (market-based) sebagai variabel dependen dan dapat

memberikan kontribusi kepada investor dalam investasi atau keputusan

kredit kepada perusahaan.

c) Dewan dan Manajer Perusahaan

xiii
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan evaluasi

untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan

pemilihan struktur modal dan mekanisme tata kelola perusahaan yang

optimal.

d) Penelitian Lebih Lanjut dan lainnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan pengembangan

untuk penelitian sejenis di masa yang akan datang dan diharapkan dapat

memberikan pengetahuan tentang hubungan antara struktur modal

dengan kinerja perusahaan.

1.5 Lingkup Penelitian

Penelitian ini berfokus pada 8 (delapan) variabel yang akan diuji. Variabel

dependen menggambarkan kinerja perusahaan, menggunakan Return on Assets

(ROA) dan Market to book ratio (MBR) sebagai ukuran proxy. Variabel

independen meliputi Total Debt Ratio (TD), Long-term Debt Ratio (LTD) dan

Short-term Debt Ratio (STD). Ada juga tiga variabel kontrol yang dapat

mempengaruhi kinerja perusahaan, antara lain ukuran perusahaan (SIZE), Aktiva

berwujud (ATNG), dan Pertumbuhan (GROW). Peneliti membatasi konteks

penelitian dengan memfokuskan pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

xiv
1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan suatu pola dalam penyajian karya ilmiah

untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang alur penelitian. Ini akan

memberikan pemahaman tentang isi untuk setiap bab, penelitian ini berisi lima

bab.

Pendahuluan berisi tentang gambaran umum tentang topik penelitian, yang

terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang

lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.

Kedua, Tinjauan Pustaka berisi penjelasan tentang teori-teori dasar yang

mendasari penelitian ini yang dikumpulkan dari berbagai sumber (seperti:

pendapat para ahli, buku, dan jurnal) dan tinjauan penelitian sebelumnya untuk

mendukung pembuatan hipotesis penelitian.

Kemudian, Metode Penelitian memberikan informasi tentang gambaran

rencana dalam melakukan penelitian. Bab ini meliputi desain penelitian, model

penelitian, definisi operasional dan variabel penelitian, populasi dan sampling,

data dan metode pengumpulan data, dan metode analisis.

Analisis dan Pembahasan memberikan penjelasan tentang hasil pengolahan

data berdasarkan metodologi dan analisis penelitian serta pembahasan hasil

penelitian mengenai pengaruh total rasio hutang, rasio hutang jangka pendek dan

jangka panjang terhadap kinerja perusahaan.

xv
Bab Terakhir adalah Kesimpulan dan Saran. Bab ini menjelaskan kesimpulan

dari analisis data, keterbatasan penelitian ini, implikasi penelitian, dan juga saran

untuk penelitian selanjutnya.

xvi
BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Struktur Modal

Struktur modal merupakan salah satu keputusan keuangan yang sangat

penting bagi setiap perusahaan, karena dapat memberikan dampak terhadap

kondisi keuangan perusahaan, harga saham dan dapat memberikan gambaran

tentang kondisi dan risiko perusahaan yang akan dihadapi di masa yang akan

datang. Berdasarkan Sakr dan Bedeir (2019) keputusan struktur modal mengacu

pada proporsi hutang dan ekuitas yang digunakan oleh perusahaan dalam

membiayai bisnisnya. Beberapa ahli menyebutkan bahwa sumber pendanaan

jangka panjang seperti hutang jangka panjang, saham preferen dan modal

pemegang saham yang digunakan perusahaan memberikan hasil analisis yang

lengkap tentang bagaimana perusahaan memanfaatkan aset. Struktur modal sangat

penting bagi suatu perusahaan untuk dapat bertahan dan berkembang, karena

sangat berperan penting dalam kinerja keuangannya untuk mencapai tujuan dan

sasaran jangka panjangnya (Roanne, 2013). Perusahaan dapat memilih jenis

pendanaan setelah mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi

pemilihan struktur modal.

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi struktur modal, salah satunya

adalah keputusan investasi. Keputusan investasi termasuk dalam penganggaran

modal, penganggaran modal adalah proses menciptakan dan mengelola

xvii
pengeluaran atas aset jangka panjang yang dimiliki perusahaan. Keputusan

perusahaan untuk mendapatkan proporsi hutang dan ekuitas akan tergantung pada

keputusan investasi perusahaan. Besarnya kas yang dimiliki perusahaan, jumlah

saham yang akan dijual juga mempengaruhi struktur modal (Ross et al., 2009).

Ketika membahas proporsi hutang dan ekuitas perusahaan dalam struktur

modal, Modigliani dan Miller atau MM Proportion adalah salah satu teori yang

sangat terkenal di tahun 1950-an yang menyatakan bahwa nilai perusahaan tidak

bergantung pada struktur modal. Modigliani dan Miller menjelaskan bahwa

struktur modal tidak berpengaruh pada nilai perusahaan, tetapi tidak ada pajak.

Tetapi teori ini adalah proposisi yang tidak relevan yang tidak mudah untuk diuji

(Brealey, Myers, & Marcus, 2007). Menurut teori MM, struktur modal yang

optimal adalah menggunakan semua dana dari hutang. Dalam teori MM II (tax

shield) penggunaan hutang dapat mengurangi pembayaran pajak yang dapat

memberikan keuntungan bagi keuangan perusahaan. Namun, Modigliani dan

Miller menyatakan bahwa dengan meningkatnya hutang perusahaan, risiko yang

dimiliki oleh pemegang saham juga akan meningkat, yaitu memberikan sinyal

kepada pemegang saham sebagai peningkatan pengembalian yang diharapkan atas

ekuitas (Ross et al., 2009).

Dalam konteks risiko, kreditur tidak merasakan dampak negatif yang

signifikan karena perusahaan harus membayar hutangnya dengan persetujuan

awal kepada peminjam. Bagi pemegang saham, penurunan laba akan

mempengaruhi return yang berarti risiko pemegang saham lebih tinggi. Namun,

meningkatnya proporsi hutang juga membuat kemungkinan terjadinya financial

xviii
distress. Berdasarkan Ross et al., (2009) menyatakan bahwa financial distress

dapat diartikan dalam 4 cara: kegagalan bisnis, kebangkrutan hukum, insolvensi

teknis dan insolvensi akuntansi. Kegagalan usaha adalah penghentian kegiatan

usaha yang dapat merugikan kreditur. Kepailitan yang sah adalah keadaan ketika

perusahaan atau kreditur mengisi permohonan pailit yang diajukan kepada

pemerintah. Technical insolvency adalah kondisi dimana perusahaan gagal

memenuhi tanggung jawabnya, sedangkan accounting insolvency adalah kondisi

dimana perusahaan memiliki kekayaan bersih negatif. Risiko-risiko ini menjadi

acuan bagi perusahaan untuk memilih opsi pendanaan.

Tidak ada kriteria khusus yang dapat menentukan perusahaan telah

memilih struktur modal yang optimal, karena proporsi hutang dan ekuitas masing-

masing industri cenderung berbeda. Berdasarkan Ross et al., (2009) risiko, pajak,

jenis aset yang dimiliki perusahaan dan ketidakpastian pendapatan operasional

dapat mempengaruhi pilihan struktur modal. Industri yang memiliki kebutuhan

kas tinggi atau pajak penghasilan tinggi akan menggunakan hutang yang lebih

tinggi, sedangkan industri dengan aset tidak berwujud yang tinggi akan

menggunakan tingkat hutang yang rendah. Namun, keahlian tersebut telah

mengembangkan beberapa teori mengenai struktur modal yang menjadi acuan

perusahaan untuk memilih proporsi pendanaan perusahaan yang dibutuhkan dan

cocok untuk perusahaan.

2.1.2 Teori Struktur Modal

Secara umum, teorema Modigliani-Miller (proposisi MM) yang memberikan

kontribusi yang cukup besar sebagai dasar pemikiran modern tentang struktur

xix
modal. Mereka menilai struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi

nilai perusahaan karena dalam teori ini menggunakan asumsi tidak ada pajak,

ekspektasi homogen, pasar modal sempurna dan tidak ada biaya transaksi. Namun

dalam Teori MM II, Modigliani dan Miller menganggap pajak sebagai

pertimbangan asumsi karena bunga akan dipotong dari pajak (tax shields).

Kemudian Miller menghasilkan teori baru berdasarkan teori MM, bernama Teori

Trade-off.

Dalam teori trade-off, perusahaan akan berutang pada tingkat utang tertentu

untuk mengurangi pembayaran pajak dengan pembayaran bunga utang. Penentuan

struktur modal yang optimal mencakup beberapa faktor antara lain pajak, biaya

agensi dan biaya kesulitan keuangan tetapi asumsi efisiensi pasar dan informasi

simetris sebagai keseimbangan dan manfaat dalam menggunakan hutang. Tingkat

utang yang optimal tercapai ketika pelindung pajak mencapai jumlah maksimum

kesulitan keuangan. Teori ini menjelaskan bahwa peningkatan tingkat hutang akan

meningkatkan nilai pasar karena hutang akan memberikan keuntungan berupa

penghematan pajak.

Berbeda dengan teori trade-off yang mempertimbangkan struktur modal yang

optimal, teori pecking order menjelaskan bahwa preferensi dalam menggunakan

sumber pendanaan internal akan lebih besar daripada menggunakan sumber

pendanaan eksternal seperti utang atau penerbitan ekuitas. Myers dan Majluf

(1984) mengemukakan teori pecking order, mereka menetapkan urutan keputusan

pendanaan di mana manajer pertama-tama akan memilih untuk menggunakan laba

ditahan, kemudian utang dan ekuitas, modal eksternal akan menjadi pilihan

xx
terakhir. Mereka juga menjelaskan mengapa perusahaan memiliki urutan

preferensi dalam memilih sumber pendanaan. Dana internal lebih diutamakan

karena perusahaan tidak perlu mengambil resiko untuk mengambil tindakan di

dalam perusahaan.

Dalam teori agensi, struktur modal disusun untuk mengurangi konflik

kepentingan antara prinsipal (pemegang saham) dan pengambil keputusan

(manajer, anggota dewan) perusahaan. Konflik antara pemegang saham dan

manajer berbeda tujuan, dan toleransi risiko yang berbeda. Ada kecenderungan

manajer untuk mempertahankan sumber daya sehingga mereka memiliki kendali

atas sumber daya tersebut. Hutang dapat dianggap sebagai cara untuk mengurangi

konflik agensi dengan arus kas bebas, karena pemegang saham tidak ingin

manajer menggunakan arus kas bebas untuk proyek yang tidak menguntungkan.

Meningkatkan rasio utang terhadap ekuitas menunjukkan bahwa manajer

menjalankan perusahaan lebih efisien.

2.1.2.1 Teori Trade-off

Teori ini tumbuh dari perdebatan Modigliani dan Miller theorem. Dalam MM

theorem menyatakan bahwa perusahaan harus memaksimalkan proporsi hutang

karena pembayaran bunga hutang akan mengurangi pembayaran pajak.

Perusahaan akan meminjam pada tingkat hutang tertentu yaitu titik optimum

hutang perusahaan, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang

sama dengan biaya kesulitan keuangan (Myers, 2001:18). Kraus dan Litzenberger

(1973) menyatakan bahwa penggunaan pembiayaan utang akan tetap menjadi

xxi
sumber yang lebih baik sampai sejauh mana manfaat utang (tax shield) lebih

tinggi daripada biaya yang terkait dengan utang (biaya kebangkrutan).

Proporsi hutang maksimum harus diperhatikan, tetapi tidak ada cara yang

akurat untuk menentukan titik optimal hutang perusahaan. Berdasarkan Ross et

al., (2009) perusahaan yang menggunakan hutang dalam pendanaan akan

mendapatkan manfaat pajak karena hutang membuat pembayaran pajak

berkurang, menurunkan biaya modal rata-rata tertimbang, dan meningkatkan

kesulitan keuangan. Teori trade-off memprediksi hubungan positif antara struktur

modal dan nilai perusahaan dengan asumsi bahwa laba pajak masih lebih besar

dari biaya kebangkrutan dan biaya agensi. Teori tersebut mengusulkan adanya

struktur modal yang optimal yang diharapkan dapat memaksimalkan nilai

perusahaan (Sakr & Bedeir, 2019). Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai

perusahaan tetapi hanya pada titik tertentu (optimum point). Setelah itu,

penggunaan utang justru menurunkan nilai perusahaan.

2.1.2.2 Teori Pecking-Order

Teori ini didirikan oleh Myers (1989) dan Myers dan Majluf (1984). Menurut

Myers (1984), teori pecking order menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat

profitabilitas yang tinggi kemungkinan besar memiliki tingkat hutang yang

rendah, karena perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi memiliki sumber

pendanaan internal yang melimpah. Berdasarkan Nassar (2016) teori ini tidak

membahas struktur modal yang optimal sebagai poin signifikan, tetapi

menyatakan bahwa perusahaan memiliki dua sumber utama untuk mendanai

xxii
kebutuhan keuangannya yaitu keuangan internal dan eksternal; teori mengklaim

bahwa perusahaan lebih memilih untuk menggunakan keuangan internal seperti

kelebihan aset likuid atau laba ditahan kemudian keuangan eksternal.

Perusahaan lebih memilih untuk memilih pendanaan dari internal, dividen

bersifat lengket dimana pembayaran dividen akan memiliki kecenderungan yang

konstan (Myers, 2001). Jika pendanaan internal tidak cukup untuk mendanai

proyek-proyek investasi perusahaan, untuk meminimalkan biaya tambahan

informasi asimetris, manajer memilih di antara berbagai sumber keuangan

eksternal, perusahaan lebih suka menggunakan leverage utang pertama, kedua

penerbitan saham preferen dan akhirnya penerbitan saham biasa, rasio hutang

dalam perusahaan akan mencerminkan akumulasi jumlah pendanaan eksternal.

Perusahaan yang menguntungkan umumnya meminjam dana dalam jumlah

kecil. Hal itu dikarenakan mereka telah menggunakan dana internal yang cukup

banyak yang bersumber dari hasil operasional perusahaan yang membutuhkan

sedikit pembiayaan eksternal. Sebaliknya, perusahaan yang kurang

menguntungkan cenderung memiliki utang yang lebih tinggi karena dana internal

yang tidak mencukupi dan karena utang merupakan sumber eksternal yang lebih

disukai. Menurut teori ini, perusahaan akan menghasilkan laba dan pendapatan

yang tinggi diharapkan menggunakan tingkat hutang yang rendah. Jadi, teori

pecking order adalah salah satu yang mendukung argumen pengaruh negatif

antara hutang dan profitabilitas.

xxiii
2.1.2.3. Teori Agensi

Teori ini dikembangkan oleh Berle dan Means (1932) yang menyatakan

bahwa karena berlanjutnya pengenceran kepemilikan ekuitas dari perusahaan

besar, kepemilikan dan pengendalian harus lebih dipisahkan. Teori agensi

mengenai hubungan antara pemegang saham (principal) dan manajer (agen),

perbedaan kepentingan dan perilaku kedua belah pihak menimbulkan konflik.

Agen, yang merupakan bagian pengambilan keputusan, cenderung selalu

mengejar kepentingannya sendiri daripada kepentingan prinsipal. Artinya agen

akan selalu cenderung menghabiskan arus kas bebas yang tersedia untuk

memenuhi kebutuhannya akan reputasi diri daripada mengembalikannya kepada

pemegang saham (Muritala, Taiwo, 2012).

Pemegang saham ingin memastikan bahwa manajer akan mengembalikan

kelebihan arus kas (dividen) daripada berinvestasi dalam proyek yang tidak

menguntungkan. Biaya keagenan adalah biaya yang dikeluarkan untuk

memantau apakah manajer telah bekerja sesuai dengan kepentingan pemegang

saham, semakin banyak pemegang saham ingin memantau keputusan manajer

maka biaya keagenan akan semakin tinggi. Namun demikian, Lubatkin dan

Chatterjee (1994) telah melakukan penelitian dan menemukan bahwa perusahaan

dapat mendisiplinkan manajer untuk menjalankan bisnis secara lebih efisien

dengan meningkatkan rasio utang terhadap ekuitas.

Perusahaan yang sebagian besar dibiayai oleh utang akan mengurangi

kekuatan keputusan manajer yang sebagian besar dibiayai oleh ekuitas, karena

xxiv
pemegang saham menjadi pihak utama dalam struktur tata kelola perusahaan.

Berdasarkan Muritala, Taiwo (2012) menyimpulkan bahwa dalam teori agensi

perusahaan yang menggunakan hutang untuk pendanaan selalu lebih baik bagi

investor daripada ekuitas. Namun alasannya tidak semua perusahaan akan

dibiayai dengan hutang, karena pembiayaan hutang akan meningkatkan biaya

modal dan biaya lainnya.

2.1.3 Kinerja Perusahaan

Kinerja perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

memperoleh keuntungan atau pengembalian atas sumber daya yang

diinvestasikan. Berdasarkan Brigham & Houston (2006) menyatakan bahwa

kinerja perusahaan didefinisikan sebagai nilai pasar, karena dapat digunakan

sebagai sinyal kemakmuran pemegang saham, jika harga saham perusahaan

meningkat maka kemakmuran pemegang saham juga meningkat. Perusahaan akan

melakukan evaluasi pada akhir periode akuntansi, biasanya perusahaan

menggunakan 12 bulan sebagai satu periode. Jika kinerja keuangan meningkat

dari periode ke periode menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek masa

depan yang baik. Kinerja keuangan diukur dengan menggunakan rasio

profitabilitas. Berdasarkan Helfert (2003:126) profitabilitas adalah keefektifan

manajemen dalam menggunakan total aset dan aset bersih (laporan laba rugi)

sebagaimana dicatat di neraca (aset dan ekuitas).

Ada dua kategori rasio profitabilitas, yaitu rasio profitabilitas yang

berhubungan dengan penjualan dan rasio profitabilitas yang berhubungan dengan

xxv
investasi (Husnan, 1992). Dari sisi penjualan, rasio profitabilitas dapat diukur

dengan Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit Margin (OPM) dan Net

Profit Margin (NPM). GPM berguna untuk menganalisis efisiensi biaya, hal ini

menunjukkan rasio laba kotor terhadap penjualan. Sedangkan OPM berguna untuk

mengetahui apakah suatu perusahaan menguntungkan atau tidak, hal ini

menunjukkan rasio pendapatan operasional terhadap penjualan. Juga, NPM

berkaitan dengan pendanaan perusahaan, karena NPM menunjukkan rasio laba

bersih terhadap penjualan. Rasio profitabilitas terkait investasi dapat diukur

dengan Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA berguna

untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan dari asetnya,

sedangkan ROE digunakan untuk mengetahui tingkat pengembalian pemegang

saham atas modal yang ditanamkan (Subramanyam dan Wild, 2010).

Ada metrik penilaian keuangan lain untuk mengevaluasi neraca, nilai buku

dapat dihitung dengan mengurangi total kewajiban, aset tidak berwujud dan

saham preferen dari total aset. MBR mengukur jumlah di mana nilai pasar

perusahaan atau kapitalisasi pasar saham melebihi ekuitas pemegang sahamnya

(Pedro & Ortiz, 2018). Penggunaan MBR mungkin sah jika situasi perusahaan

yang bersaing di pasar dan sektor kegiatan yang sama dan yang menggunakan

jenis aset tetap yang sama dibandingkan. MBR dapat digunakan sebagai proksi

kinerja perusahaan karena menunjukkan nilai buku yang mewakili berapa banyak

aset yang tersisa jika perusahaan bangkrut hari ini.

xxvi
2.2 Penelitian Sebelumnya

Ada beberapa jenis penelitian sebelumnya tentang dampak struktur modal

terhadap kinerja perusahaan, namun penelitian di Indonesia masih terbatas.

Penelitian ini menggunakan berbagai variabel dari penelitian sebelumnya yang

terkait untuk mendukungnya.

Ahmed Sheikh and Wang (2013) menguji pengaruh struktur modal terhadap

kinerja. Ukuran sampel adalah 411 perusahaan non-keuangan yang terdaftar di

Bursa Efek Pakistan Karachi (KSE) selama periode 2003-2009. Penelitian ini

menggunakan kinerja perusahaan sebagai variabel independen, dimana return on

assets dan market-to-book value digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan.

Variabel dependen adalah total rasio hutang, rasio hutang jangka panjang dan

rasio hutang jangka pendek. Hasilnya adalah struktur modal (TDR, LDR & SDR)

dan kinerja (ROA) memiliki hubungan negatif yang signifikan. Sedangkan

penggunaan MBR sebagai proksi kinerja perusahaan ditemukan bahwa TDR dan

LDR berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja (MBR), sedangkan SDR

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja (MBR).

Salim and Yadav (2013) menyelidiki hubungan antara struktur modal dan

kinerja perusahaan untuk 237 perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa

Efek Malaysia selama periode 1995-2011 sebagai sampel. Variabel dependen

adalah kinerja perusahaan berupa return on assets, return on equity, earning per

share dan Tobin’s-Q. Variabel independen adalah struktur modal yang dianalisis

dengan total rasio hutang, rasio hutang jangka panjang, rasio hutang jangka

xxvii
pendek dan pertumbuhan. Hasil dari penelitian ini adalah struktur modal (TDR,

LDR dan SDR) memiliki hubungan negatif signifikan dengan ROA. Sedangkan

struktur modal memiliki hubungan negatif terhadap ROE dan EPS dan hubungan

positif signifikan dengan Tobin’s Q. Selain itu, pertumbuhan memiliki hubungan

positif terhadap kinerja.

Vătavu (2015) menguji dampak struktur modal terhadap kinerja keuangan.

Besar sampel penelitian ini adalah 196 perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Romania Bucharest Stock Exchange dari tahun 2003-2010. Penelitian ini

menggunakan return on equity dan Return on assets sebagai variabel dependen

berupa ukuran kinerja perusahaan. Variabel independen adalah struktur modal,

yang terdiri dari total rasio hutang, rasio hutang jangka panjang, rasio hutang

jangka pendek, dan total ekuitas. Hasil dari penelitian ini adalah total ekuitas

berpengaruh positif terhadap kinerja. Namun demikian, LDR, SDR, dan TDR

memiliki hubungan negatif yang signifikan terhadap kinerja (total equity).

Abor, J (2007) menyelidiki hubungan kebijakan utang dan kinerja UKM di

Ghana dan Afrika Selatan. Ukuran sampel adalah 160 perusahaan Ghana dan 200

perusahaan Afrika Selatan selama periode 1998-2003. Variabel independen adalah

total rasio hutang, rasio hutang jangka panjang, dan rasio hutang jangka pendek.

Variabel dependennya adalah margin laba kotor, return on assets dan Tobin's-Q.

Hasilnya adalah struktur modal (GPM, ROA dan Tobin's Q) memiliki hubungan

positif dan signifikan dengan ROA di Ghana. Sedangkan South African hasil TDR

dan LDR berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA dan Tobin's Q dan SDR

memiliki hubungan positif signifikan dengan ROA.

xxviii
Tailab (2014) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas

30 perusahaan energi di Amerika dari tahun 2005-2013. Variabel dependen adalah

return on assets dan return on equity sebagai proksi kinerja keuangan. Variabel

independen adalah struktur modal, yang menggunakan hutang jangka pendek,

hutang jangka panjang, total hutang, rasio hutang terhadap ekuitas, dan ukuran

perusahaan sebagai ukuran. Hasil penelitian adalah total hutang berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan (ROA dan ROE). Ukuran

perusahaan memiliki hubungan negatif dan signifikan dengan ROE, sedangkan

hutang jangka panjang, rasio hutang terhadap ekuitas dan ukuran memiliki

hubungan positif tetapi tidak signifikan dengan ROA.

Kirmi (2017) menguji hubungan antara struktur modal dan profitabilitas dari

semua 4 perusahaan energi dan minyak bumi yang terdaftar di Nairobi Securities

Exchange (Kenya) dari 2012-2016. Rasio hutang jangka pendek dan rasio hutang

jangka panjang merupakan pengukuran struktur modal berupa variabel

independen dan variabel dependen adalah return on assets sebagai proksi

profitabilitas. Hasil dalam penelitian ini adalah hutang jangka pendek memiliki

hubungan positif terhadap profitabilitas, sedangkan hutang jangka panjang

memiliki hubungan negatif terhadap profitabilitas. Hutang jangka panjang dan

jangka pendek ditemukan tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA pada

tingkat signifikan 5%.

Jati & Sudaryanto (2016) mengeksplorasi dampak hutang jangka pendek,

hutang jangka panjang dan total rasio utang terhadap ROA dan ROE. Besar

sampel penelitian ini terdiri dari 72 perusahaan yang terdaftar di LQ-45 di Bursa

xxix
Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2011-2014. Hutang jangka panjang, hutang

jangka pendek dan total rasio hutang merupakan variabel independen sedangkan

return on equity dan return on assets merupakan variabel dependen dalam

penelitian ini. Hasilnya adalah SDR memiliki hubungan positif signifikan dengan

ROA, sedangkan TDR memiliki hubungan positif namun tidak signifikan dengan

ROA. Sedangkan LDR memiliki hubungan signifikan negatif dengan ROA dan

ROE. Kemudian, SDR dan TDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROE.

El-Sayed Ebaid (2009) telah menyelidiki dampak dari pilihan struktur modal

pada kinerja perusahaan dari 64 perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa

Efek Mesir selama periode 1997 sampai 2005. Kinerja perusahaan sebagai

variabel dependen menggunakan return on equity, return on assets dan gross profit

margin dalam pengukuran. Variabel independen dalam penelitian ini adalah total

rasio hutang, rasio utang jangka panjang dan rasio utang jangka pendek sebagai

proksi dari struktur modal. Hasil dari penelitian ini adalah TDR dan SDR

berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA, sedangkan LDR dan ROA

berpengaruh negatif tidak signifikan. Struktur modal (ROE dan GM) tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hasil ini berarti pilihan

struktur modal secara umum memiliki pengaruh yang lemah hingga tidak ada

pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan non-keuangan yang terdaftar di

Mesir.

Sakr and Bedeir (2019) menguji dampak struktur modal terhadap kinerja

perusahaan yang berfokus pada 62 perusahaan non-keuangan yang terdaftar di

Bursa Efek Mesir dari tahun 2003-2016. Variabel dependennya adalah kinerja

xxx
menggunakan return on equity dan return on assets sebagai ukuran. Variabel

independen adalah total hutang, hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek

yang diproksikan dengan struktur modal. Hasil penelitian ini adalah struktur

modal berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja (ROA). TD dan LTD

berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE, sedangkan STD berpengaruh

negatif signifikan terhadap ROE.

Shah, S. H., & Shah, A. (2017) menyelidiki dampak pembiayaan jangka

pendek pada kinerja operasional dan hubungan yang pertama dengan profitabilitas

yang disesuaikan dengan risiko. Ukuran sampel ini adalah 352 perusahaan non-

keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Pakistan dari tahun 2003 sampai 2014.

Variabel dependen adalah return on assets dan variabel independen adalah hutang

jangka pendek. Hasilnya adalah pembiayaan jangka pendek berhubungan positif

tetapi tidak signifikan dengan profitabilitas perusahaan.

Tabel 2.1 akan menyajikan ringkasan penelitian sebelumnya yang telah

dibahas di atas.

xxxi
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya

No. Penulis Judul Variabel Variabel Metode Penelitian Hasil


(Tahun) Independen Dependen

1. Ahmed The impact of


Sheikh & capital  TDR  ROA  Populasi  TDR, LDR, dan SDR berpengaruh
Wang, structure on negatif signifikan terhadap ROA.
(2013) performance:  LDR  Market-to- Perusahaan yang terdaftar di
An empirical book Ratio Bursa Efek Karachi  TDR & LDR berpengaruh negatif
study of non-  SDR (MBR) dan signifikan terhadap MBR.
financial listed  Sampel
firms in  SDR berpengaruh tidak signifikan
Pakistan. 411 perusahaan non-keuangan dan positif terhadap MBR.

 Periode

2003 - 2009

 Metode Analisis

Analisis Data Panel

2. Salim & Capital


Yadav, Structure and  TDR  Return on  Populasi  SDR, LDR & TDR berpengaruh
(2013) Firm Equity signifikan negatif dengan ROA.
Performance:  LDR (ROE) Perusahaan yang terdaftar di

32
Evidence from
Malaysian  SDR  Earning- Bursa Efek Malaysia  Struktur modal memiliki hubungan
Listed per-Share negatif dengan ROE dan EPS.
Companies  Growth (EPS)  Sampel
 Pertumbuhan dan kinerja memiliki
 Tobin’s-Q 237 perusahaan non-keuangan hubungan positif.

 ROA  Periode  Struktur modal memiliki hubungan


positif yang signifikan dengan
1995 - 2011 Tobin's-Q.

 Metode Analisis

Analisis Data Panel

No. Penulis Judul Variabel Variabel Metode Penelitian Hasil


(Tahun) Independen Dependen

3. Vătavu, The Impact of


Sorana Capital  TDR  ROA  Populasi  Total ekuitas berpengaruh positif
(2015) Structure on terhadap indikator kinerja (ROA
Financial  LDR  ROE Perusahaan yang terdaftar di dan ROE).
Performance in Bursa Efek Bucharest
Romanian  SDR  Semua jenis utang (LDR, TDR dan
Listed  Sampel SDR) memiliki hubungan negatif
Companies  Total yang signifikan terhadap ROA dan
Equity 196 perusahaan manufaktur ROE.

33
 Periode

2003 - 2010

 Metode Analisis

Regresi Cross Sectional, Data


Panel

4. Abor, J Debt policy


(2007) and  TDR  ROA  Populasi  TDR dan SDR memiliki hubungan
performance of negatif yang signifikan dengan
SMEs :  LDR  GPM UKM Ghana dan Afrika GPM di kedua negara.
Evidence from Selatan
Ghanaian and  SDR  Tobin’s-Q  Di Ghana, struktur modal memiliki
South African  Sampel hubungan positif signifikan dengan
firm ROA.
160 di Ghana dan 200
perusahaan Afrika Selatan  Di Afrika Selatan, SDR memiliki
hubungan positif signifikan dengan
 Periode ROA. Sedangkan TDR dan LDR
memiliki hubungan negatif yang
1998-2003 signifikan terhadap ROA dan
Tobin’s-Q.
 Metode Analisis

34
Analisis Data Panel

No. Penulis Judul Variabel Variabel Metode Penelitian Hasil


(Tahun) Independen Dependen

5. Tailab, The Effect of


M. M. Capital  TDR  ROA  Populasi  TDR berpengaruh negatif dan
(2014) Structure on signifikan terhadap profitabilitas
Profitability of  LDR  ROE Perusahaan Energi Amerika (ROA dan ROE).
Energy
American  SDR  Sampel  Ukuran berpengaruh negatif
Firms signifikan terhadap ROE.
 Debt to 30 Perusahaan Energi Amerika
Equity  SDR berpengaruh positif dan
 Periode signifikan terhadap ROE.
 Firm’s
Size 2005-2013  LDR, Hutang terhadap Ekuitas,
dan Ukuran berpengaruh positif
 Metode Analisis dan tidak signifikan terhadap
ROA.
Partial Least Square (Versi 3)

6. Kirmi, P. Relationship
N. Between  LDR  ROA  Populasi  SDR memiliki hubungan positif
(2017) Capital dan tidak signifikan dengan
Structure and  SDR Perusahaan yang terdaftar di profitabilitas perusahaan.
Profitability,

35
Evidence From
Listed Energy Bursa Efek Nairobi (Kenya)  LDR memiliki hubungan negatif
and Petroleum dan tidak signifikan dengan
Companies  Sampel profitabilitas perusahaan.
Listed in
Nairobi 4 perusahaan energi & minyak
Securities bumi
Exchange
 Periode

2012-2016

 Metode Analisis

Statistik Inferential

No. Penulis Judul Variabel Variabel Metode Penelitian Hasil


(Tahun) Independen Dependen

7. Jati & Pengaruh


Sudaryan hutang jangka  LDR  ROA  Populasi  SDR memiliki hubungan positif
to (2016) pendek, yang signifikan dengan ROA.
hutang jangka  SDR  ROE Perusahaan yang terdaftar di
panjang, dan indeks LQ-45 Bursa Efek  LDR memiliki hubungan negatif
total hutang  TDR Indonesia (IDX) yang signifikan dengan ROA.
terhadap ROA
dan ROE:  Sampel  TDR berpengaruh positif dan
Perusahaan tidak signifikan terhadap ROA.

36
yang terdaftar 72 perusahaan
dalam index  SDR dan TDR memiliki hubungan
LQ-45.  Periode positif dan signifikan dengan
ROE.
2011-2014
 LDR memiliki hubungan positif
 Metode Analisis yang signifikan dengan ROE.

Statistik Deskriptif, Analisis


Regresi

8. El-Sayed The impact of


Ebaid capital-  SDR  ROA  Populasi  SDR dan TDR berpengaruh
(2009) structure negatif dan signifikan terhadap
choice on firm  LDR  ROE Perusahaan yang terdaftar di kinerja perusahaan yang diukur
performance: Bursa Efek Mesir dengan ROA.
empirical  TDR  Gross
evidence from Profit  Sampel  LDR memiliki hubungan negatif
Egypt Margin tidak signifikan dengan ROA.
(GM) 64 perusahaan non-keuangan
 SDR, LDR, dan TDR tidak
 Periode berpengaruh signifikan terhadap
kinerja perusahaan yang diukur
1997-2005 dengan ROE atau diukur dengan
GM.

37
 Metode Analisis

Analisis Regresi Berganda

No. Penulis Judul Variabel Variabel Metode Penelitian Hasil


(Tahun) Independen Dependen

9. Sakr and Impact of


Bedeir Capital  TDR  ROA  Populasi  Struktur modal (TDR, LDR &
(2019) Structure on SDR) berpengaruh signifikan dan
Firm’s  LDR ROE Perusahaan yang terdaftar di negatif terhadap kinerja
Performance : Bursa Efek Mesir perusahaan (ROA).
Focusing on  SDR
non-financial  Sampel  TDR dan LDR berpengaruh
Listed signifikan dan positif terhadap
Egyptian 62 Perusahaan di Mesir kinerja perusahaan yang diukur
Firms dengan ROE.
 Periode
 SDR berpengaruh signifikan dan
2003-2016 negatif terhadap kinerja
perusahaan (ROE).
 Metode Analisis

Ordinary Least Square (OLS)

10. Shah, S. Short-term


H., & Financing and  SDR  ROA  Populasi  SDR memiliki hubungan positif
Shah, A. Risk Adjusted

38
(2017) Profitability :
Evidence from dan tidak signifikan dengan
Pakistan ROA.
Perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Pakistan

 Sampel

352 perusahaan non-keuangan

 Periode

2003-2014

 Metode Analisis

Pendekatan Regresi data panel.

39
2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan landasan teori, hasil penelitian terdahulu dan juga permasalahan yang

dikeluarkan, selanjutnya sebagai acuan untuk merumuskan hipotesis. Selanjutnya

disajikan kerangka konseptual yang dituangkan dalam model penelitian seperti terlihat

pada figur berikut:

Figure 2.1

Kerangka Konseptual

Variabel Independen

 Rasio Hutang Jangka


Pendek (X1)
 Rasio Hutang Jangka
Panjang (X2) Variabel Dependen
 Return on Assets (Y1)
Variabel Kontrol  Market-to-book Ratio (Y2)

 Ukuran Perusahaan
 Aktiva Berwujud
 Pertumbuhan

2.4 Hipotesis

2.4.1 Rasio Hutang Jangka Pendek dan Kinerja Perusahaan

Hutang jangka pendek adalah hutang yang timbul dari kegiatan operasi dan

pendanaan dan perusahaan berkewajiban untuk membayarnya dalam waktu kurang dari

satu tahun. Hutang jangka pendek yang timbul dari aktivitas operasi meliputi hutang

usaha, pendapatan diterima di muka, hutang gaji, hutang pajak, dan beban usaha akrual

40
lainnya. Hutang bunga dan kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu

tahun dimasukkan sebagai hutang jangka pendek yang timbul dari aktivitas pendanaan.

Meski jumlah hutang jangka pendeknya tidak sebanyak hutang jangka panjang, namun

perusahaan harus memberikan perhatian lebih. Perusahaan bebas menggunakan hutang

untuk meningkatkan profitabilitas dengan penghematan pajak. Berdasarkan teori trade-

off oleh Myers (2001) menyatakan bahwa perusahaan akan mengalami tingkat hutang

yang optimal, dimana penghematan pajak dari tambahan hutang sama dengan biaya

kesulitan keuangan. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi berusaha untuk

mengurangi pembayaran pajak dengan meningkatkan rasio hutang sehingga hutang

akan mengurangi pajak.

2.4.1.1. Rasio Hutang Jangka Pendek dan Return on Assets

Studi sebelumnya di perusahaan Pakistan oleh Ahmed Sheikh & Wang (2013)

menemukan bahwa hutang jangka pendek (SDR) memiliki hubungan negatif signifikan

dengan ROA. Hasil yang dilaporkan menunjukkan bahwa pembiayaan hutang jangka

pendek yang tinggi berbahaya bagi ukuran kinerja akuntansi (ROA). Serupa dengan

penelitian dari Vatavu (2015) yang menemukan kinerja di perusahaan Rumania lebih

tinggi ketika mereka menggunakan ekuitas daripada menggunakan hutang. Sakr &

Bedeir (2019), Salim & Yadav (2013) dan El-Sayed Ebaid (2009) juga menemukan

bahwa SDR memiliki hubungan signifikan negatif dengan ROA.

Di sisi lain, Jati & Sudaryanto (2016) menemukan bahwa SDR berpengaruh positif

dan signifikan dengan ROA pada perusahaan yang terdaftar di Indonesia. Hal ini seban

ding dengan hasil penelitian dari Abor, J (2007) yang menemukan bahwa sebagian besa

41
r perusahaan yang profitable yang terdaftar di Bursa Efek Ghana memiliki proporsi hut

ang jangka pendek yang tinggi. Sedangkan Kirmi (2017) dan Shah, S. H., & Shah, A.

(2017) menemukan bahwa SDR berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap R

OA. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara rasio hutang jangka pendek

(SDR) dengan return on assets (ROA).

2.4.1.2. Hutang Jangka Pendek dan Market-to-book Ratio

Penelitian Ahmed Sheikh & Wang (2013) menemukan bahwa rasio hutang

jangka pendek (SDR) berhubungan positif tetapi tidak signifikan dengan market-to-

book (MBR). Perusahaan yang terdaftar di Pakistan menggunakan tingkat hutang

jangka pendek yang lebih tinggi dari yang seharusnya, hal ini untuk mengurangi

masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham yang mengakibatkan

peningkatan nilai perusahaan. Karena perusahaan Pakistan cenderung bergantung pada

hutang jangka pendek, sehingga mengurangi kecenderungan manajer untuk

mendapatkan kepentingannya sendiri. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Terdapat hubungan yang positif dan tidak signifikan antara rasio hutang

jangka pendek (SDR) dengan Market-to-book Ratio (MBR).

2.4.2 Rasio Hutang Jangka Panjang dan Kinerja Perusahaan

42
Menurut Brigham dan Houston (2011:115) struktur modal adalah struktur yang

dapat memaksimalkan harga saham. Struktur modal merupakan kombinasi dari hutang

jangka panjang, saham preferen dan saham biasa yang menjadi daya tarik perusahaan

dalam struktur tersebut. Utang jangka panjang adalah utang yang pelunasannya lebih

dari satu tahun, utang ini biasanya digunakan untuk membiayai aktiva tetap, seperti

pengadaan gedung, mesin, dan peralatan. Dalam teori pecking order tidak ada tingkat

struktur modal yang optimal. Perusahaan secara khusus memiliki urutan preferensi atau

hierarki dalam penggunaan dana. Teori ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan

yang memiliki tingkat keuntungan yang lebih tinggi tetapi memiliki tingkat hutang

yang lebih kecil.

2.4.2.1. Rasio Hutang Jangka Panjang dan Return on Assets (ROA)

Penelitian dari Ahmed Sheikh & Wang (2013) menemukan bahwa rasio hutang

jangka panjang (LDR) memiliki hubungan negatif dan signifikan dengan ROA.

Perusahaan Pakistan menghindari penggunaan ekuitas untuk mendanai kegiatan

operasional dan lebih memilih untuk menggunakan modal hutang, karena

menggunakan ekuitas baru memiliki biaya transaksi yang tinggi dan kehilangan kendali

atas perusahaan. Salim, Yadav (2013), Sorana (2015), Jati & Sudaryanto (2016) and

Sakr & Bedeir (2019) juga menemukan hasil yang sama pada penelitian mereka.

Hubungan terbalik menunjukkan bahwa lebih rendah pada pembiayaan hutang jangka

panjang akan memberikan dampak positif yang signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Penelitian lain menemukan bahwa LDR memiliki hubungan negatif namun tidak

signifikan dengan ROA (El-Sayed Ebaid, 2009; Kirmi, 2017). Sedangkan Abor, J.

43
(2007) menemukan bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA pada

perusahaan Ghana dan Tailab (2014) juga menemukan dampak positif namun tidak

signifikan pada perusahaan Energi di Amerika. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3: Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara rasio hutang jangka panjang

(LDR) dengan return on assets (ROA).

2.4.2.2 Rasio Hutang Jangka Panjang dan Rasio Market-to-book

Studi dari Ahmed Sheikh & Wang (2013) menganalisis dampak LDR dan rasio

market-to-book (MBR) di perusahaan yang terdaftar di Pakistan, menemukan bahwa

LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap MBR. Artinya penurunan

pembiayaan utang jangka panjang akan berdampak pada peningkatan penilaian investor

terhadap nilai buku perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat hutang jangka

panjang yang tinggi akan menurunkan nilai perusahaan, karena hutang jangka panjang

memiliki tingkat bunga dan risiko yang tinggi dibandingkan dengan hutang jangka

pendek. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4: Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara rasio utang jangka panjang

(LDR) dan rasio Market-to-book (MBR).

2.4.3 Total Debt Ratio and Company Performance

Total debt ratio shows how much the company’s funding by debt (short-term and

long-term) compared by total assets that company owned. There are numerous study

discussed about the relationship between total debt ratio (TDR) and ROA as the proxy

44
to measure company performance. Under pecking order theory declare that the

company with high level of profitability will have a low level of debt. Because the

company has a lot of internal funds to finance the company operating activities,

whereas companies with less profitable tend to have higher in debt.

2.4.3.1 Total Rasio Hutang dan Return on Assets

Penelitian sebelumnya menemukan bahwa TDR berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap ROA (Ahmed Sheikh & Wang, 2013; El-Sayed Ebaid, 2009; Sakr

& Bedeir, 2019; Salim & Yadav, 2013; Sorana, 2015; Tailab, 2014). Hubungan negatif

antara struktur modal dengan kinerja perusahaan (ROA) menunjukkan bahwa struktur

modal berpengaruh material terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dalam hasil studi

El-Sayed Ebaid (2009), ditemukan bahwa sekitar 60 persen dari total aset perusahaan y

ang terdaftar di Mesir dibiayai oleh utang dan membuat perusahaan memiliki tingkat ni

lai yang tinggi.

Di sisi lain, Abor, J (2007) menggunakan UKM Ghana sebagai sampel,

menemukan bahwa TDR memiliki hubungan positif dan signifikan dengan ROA. Pada

perusahaan di Ghana, perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung

menggunakan pembiayaan hutang, karena mereka mempertimbangkan keuntungan

yang akan dihadapi dilihat dari rendahnya tingkat risiko dan bunga utang yang mampu

mengurangi pembayaran pajak. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Jati & Sudaryanto

(2016). Sebagaimana dibahas di atas, hipotesis berikut dapat dirumuskan:

H5: Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara total rasio hutang (TDR)

dengan return on assets (ROA).

45
2.4.3.2. Total Rasio Hutang dan Rasio Market-to-book

Ahmed Sheikh & Wang (2013) menemukan bahwa total rasio hutang berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap market-to-book ratio. Peningkatan pendanaan hutang

dapat memberikan sinyal kepada pasar bahwa perusahaan tidak dapat membiayai

kegiatan operasionalnya dari modal sendiri dan juga akan berdampak pada risiko yang

dihadapi perusahaan di masa yang akan datang. Artinya, meningkatnya tingkat total

pendanaan hutang membuat nilai perusahaan turun secara signifikan. Berdasarkan

pembahasan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H6: Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara total rasio hutang (TDR) dan

rasio market-to-book (MBR).

Berikut ringkasan hipotesis penelitian ini, disajikan pada tabel 2.2

Tabel 2.2

Hipotesis

Hipotesis Referensi Pendukung Hipotesis


Terdapat hubungan negatif dan Ahmed Sheikh & Wang (2013),
signifikan antara rasio hutang Sakr & Bedeir (2019), Salim &
H1
jangka pendek (SDR) dengan return Yadav (2013), Vatavu (2015),
on assets (ROA). and El-Sayed Ebaid (2009).
Terdapat hubungan yang positif dan
tidak signifikan antara rasio hutang
H2 Ahmed Sheikh & Wang (2013).
jangka pendek (SDR) dengan
Market-to-book Ratio (MBR).
Ahmed Sheikh & Wang (2013),
Terdapat hubungan negatif dan
Salim, Yadav (2013), Jati &
signifikan antara rasio hutang
H3 Sudaryanto (2016), Vatavu
jangka panjang (LDR) dengan
(2015), and Sakr & Bedeir
return on assets (ROA).
(2019).

46
Terdapat hubungan negatif dan
signifikan antara rasio utang jangka
H4 Ahmed Sheikh & Wang (2013).
panjang (LDR) dan rasio Market-to-
book (MBR).
Ahmed Sheikh & Wang (2013),
Terdapat hubungan negatif dan
Sorana (2015), Tailab (2014),
signifikan antara total rasio hutang
H5 Sakr & Bedeir (2019), Salim &
(TDR) dengan return on assets
Yadav (2013), and El-Sayed
(ROA).
Ebaid (2009).
Terdapat hubungan negatif dan
signifikan antara total rasio hutang
H6 Ahmed Sheikh & Wang (2013)
(TDR) dan rasio market-to-book
(MBR).

BAB III

METODE PENELITIAN

47
3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif verifikatif untuk mengetahui dan

menentukan karakteristik variabel yang digunakan (Sekaran & Bougie, 2016). Variabel

terikatnya (variabel dependen) adalah kinerja perusahaan dan variabel bebasnya

(variabel independen) adalah struktur modal dalam penelitian ini. Ada tiga variabel

kontrol yang dapat digunakan untuk mengontrol kinerja perusahaan dan mempengaruhi

regresi.

Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan yang akan digunakan dalam

penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen dan mengungkapkan apakah ada pengaruh positif antara satu

variabel dengan variabel lainnya. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari

website Bursa Efek Indonesia atau website perusahaan.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah suatu wilayah umum yang terdiri dari orang-orang, peristiwa, atau

hal-hal menarik yang ingin peneliti selidiki yang memiliki karakteristik tertentu

(Sekaran & Bougie, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini memuat periode waktu yang

berurutan dari waktu ke waktu 2016-2018.

3.2.2 Sampel Penelitian

48
Sampel mewakili populasi dengan memilih individu, objek, atau peristiwa yang

tepat (Sekaran & Bougie, 2016). Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan non

keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode pengambilan sampel

dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu sampel yang digunakan

telah dipilih berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti, subjek

dipilih sedemikian rupa sehingga mencerminkan keragaman populasi (Sekaran &

Bougie, 2016). Tujuan menggunakan purposive sampling agar sampel menjadi

homogen.

Adapun kriteria perusahaan tersebut adalah:

 Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang

merupakan perusahaan manufaktur dan jasa.

 Mempublikasikan Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Audit secara

lengkap tahun 2016-2018.

 Perusahaan yang menggunakan rupiah (IDR) dalam penyusunan laporan

keuangan.

 Industri setidaknya terdiri dari enam perusahaan.

 Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama tahun 2016-2018.

 Perusahaan memiliki informasi yang lengkap terkait variabel yang digunakan

dalam penelitian ini selama tahun 2016-2018.

49
Proses pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian, dapat dilihat pada Tabel

3.1

Tabel 3.1
Deskripsi Sampel

Jumla
Deskripsi 2016 2017 2018 h
Initial Sample 551 551 551 1653
Pengecualian :
Industri Utama 65 65 65 195
Industri Manufaktur dan Jasa 486 486 486 1458
Industri Keuangan 86 86 86 258
Industri dengan kurang dari 6 perusahaan :
Semen (31) 5 5 5 15
Pakan Ternak (36) 5 5 5 15
Industri Kayu (37) 3 3 3 9
Mesin dan Alat Berat (41) 2 2 2 6
Alas Kaki (44) 2 2 2 6
Elektronik (46) 1 1 1 3
Produsen Tembakau (52) 4 4 4 12
Peralatan Rumah Tangga (55) 3 3 3 9
Energi (71) 4 4 4 12
Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan & Sejenisnya (72) 3 3 3 9
Telekomunikasi (73) 5 5 5 15
Kesehatan (96) 5 5 5 15
Lainnya (99) 5 5 5 15
47 47 47 141
Tidak mengalami kerugian 129 129 129 387
Tidak menggunakan mata uang IDR 16 16 16 48
208 208 208 624
Perusahaan dengan data yang tidak tersedia 85 85 85 255
Sampel Akhir 123 123 123 369
Sumber: www.idx.co.id dan Data Processed (2019)

Sampel awal dalam penelitian ini adalah 551 perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia pada tahun 2016-2018. Namun penelitian ini hanya mengamati

perusahaan sektor manufaktur dan jasa yang tidak termasuk perusahaan sektor utama

(n=65). Metode purposive sampling menghilangkan beberapa perusahaan yang tidak

50
memenuhi kriteria dari sampel. Kemudian sampel akhir terdiri dari 369 perusahaan

tahun pengamatan selama periode penelitian 2016-2018.

3.3 Data dan Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder.

Data sekunder adalah informasi yang dikumpulkan oleh orang lain selain peneliti, data

tersebut dapat berasal dari internal atau eksternal organisasi dan dapat diakses melalui

internet atau informasi yang dipublikasikan (Sekaran & Bougie, 2016). Data sekunder

untuk penelitian ini diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id)

dan laporan tahunan, laporan keuangan yang telah diaudit yang tersedia di situs resmi

perusahaan. Data yang digunakan adalah laporan tahunan perusahaan selama tahun

2016 sampai dengan tahun 2018.

3.3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara ilmiah untuk memperoleh data dengan

kegunaan dan tujuan tertentu (Sekaran & Bougie, 2016). Penelitian ini dilakukan

melalui beberapa metode pengumpulan, sebagai berikut:

1. Studi Literatur

Studi literatur adalah pengumpulan data dengan mempelajari, memahami, dan

menganalisis buku, jurnal, dan literatur yang berhubungan dengan penelitian

ini.

51
2. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah pengumpulan data dengan membuat salinan data,

menyusun arsip perusahaan dan laporan tahunan perusahaan sebagai sampel.

3.4 Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang dapat mengambil nilai yang bervariasi. Nilai

dapat berbeda pada waktu yang berbeda untuk objek atau orang yang sama, atau pada

waktu yang sama untuk objek atau orang yang berbeda (Sekaran & Bougie, 2016).

Penelitian ini memiliki tiga jenis variabel yaitu variabel dependen, independen dan

kontrol.

Variabel dependen menggambarkan kinerja perusahaan, menggunakan Return on

Assets (ROA) dan Market to book ratio (MBR). Variabel independen meliputi Total

Debt Ratio (TDR), Long Term Debt Ratio (LDR) dan Short Term Debt Ratio (SDR)

sebagai proksi leverage keuangan perusahaan. Ada juga tiga variabel kontrol yang

dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, antara lain ukuran perusahaan (SIZE), Aktiva

berwujud (ATNG), dan Pertumbuhan (GROW).

3.4.1 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen adalah variabel utama yang cocok untuk diselidiki sebagai

faktor atau variabel yang menarik bagi peneliti. Tujuan peneliti adalah untuk

memahami dan mendeskripsikan variabel terikat (Sekaran & Bougie, 2016). Kinerja

perusahaan yang digunakan sebagai variabel dependen dalam penelitian ini meliputi

52
Return on Assets (ROA) dan Market-to-book Ratio (MBR) digunakan secara terpisah

dalam model regresi.

3.4.1.1 Return on Asset (ROA)

Return on Assets (ROA) sebagai proksi untuk mengatasi kinerja akuntansi atau

profitabilitas perusahaan. ROA menunjukkan pendapatan yang dihasilkan dengan

menggunakan aset perusahaan dalam satu tahun (Nadeem et al., 2015). ROA dapat

diukur dengan rumus berikut:

3.4.1.2 Market to Book Ratio (MBR)

Market-to-book Ratio (MBR) merupakan salah satu indikator kinerja pasar. MBR

mengukur jumlah kapitalisasi pasar saham melebihi ekuitas pemegang sahamnya atau

mengevaluasi nilai pasar perusahaan (Sáenz, 2005).

MBR dapat diukur dengan rumus berikut:

3.4.2 Variabel Independen (X)

Variabel independen dapat memberikan pengaruh terhadap variabel dependen baik

secara positif maupun negatif (Sekaran & Bougie, 2016). Variasi dalam variabel

dependen dicatat oleh variabel independen. Leverage perusahaan adalah Variabel

Independen dengan menggunakan Total Debt Ratio (TDR), Long Term Debt Ratio

(LDR) dan Short Term Debt Ratio (SDR) sebagai proksi dalam penelitian ini.

53
3.4.2.1 Total Debt Ratio

Total Debt Ratio (TDR) mengukur pengaruh keuangan perusahaan, risiko

keuangan dan mengungkapkan persentase aset yang dibiayai oleh hutang (Chadha &

Sharma, 2015). Jika TDR lebih tinggi, berikan indikasi: peningkatan aset yang dibiayai

oleh hutang, meningkatkan risiko perusahaan untuk melunasi hutang jangka panjang

dan meningkatkan beban bunga.

TDR dapat diukur dengan rumus berikut:

TDR =

3.4.2.2 Rasio Hutang Jangka Panjang (Long-term Debt Ratio)

Rasio Hutang Jangka Panjang (LDR) adalah ukuran untuk memberikan persentase

pendanaan aset perusahaan dengan hutang jangka panjang yang pinjaman atau hutang

lainnya berlangsung lebih dari satu tahun. LDR digunakan untuk jangka waktu lebih

dari satu tahun dan itulah sebabnya tingkat bunga hutang atau dana jangka panjang

lebih tinggi (Nadeem et al., 2012).

LDR dapat diukur dengan rumus berikut:

LDR =

3.4.2.3 Rasio Hutang Jangka Pendek (Short-term Debt Ratio)

Rasio Hutang Jangka Pendek (SDR) sebagai proksi untuk mengukur apakah suatu

perusahaan mampu membayar hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aset

lancarnya yang dipinjamkan atau hutang dengan jangka waktu kurang dari satu tahun.

54
SDR merupakan kewajiban perusahaan yang harus digunakan dan dikembalikan dalam

jangka waktu satu tahun (Nadeem et al., 2012).

SDR dapat diukur dengan rumus berikut:

SDR =

3.4.3 Variabel Kontrol

Variabel kontrol diperlukan untuk mempertimbangkan perbedaan karakteristik

demografi seperti ukuran perusahaan dan jenis industri dapat mengubah studi bivariat

(Jorissen et al., 2001). Penelitian ini menggunakan tiga variabel kontrol untuk menguji

semua model yang diestimasi, konsisten dengan penelitian dari Ahmed Sheikh & Wang

(2013). Yaitu Ukuran Perusahaan (SIZE), Aktiva Berwujud (ATNG), dan Pertumbuhan

(GROW).

3.4.3.1 Ukuran Perusahaan

Ukuran Perusahaan (SIZE) menggambarkan klasifikasi perusahaan dan

menunjukkan total aset yang dimiliki perusahaan yang dapat digunakan untuk operasi

perusahaan, variabel kontrol ini dapat berdampak pada kinerja keuangan (Mouna, et al.,

2017).

SIZE dapat diukur dengan rumus berikut:

SIZE =

55
3.4.3.2 Aktiva Berwujud

Aktiva Berwujud (ATNG) dapat dijadikan sebagai jaminan dalam pinjaman dan

dapat mempengaruhi tingkat hutang perusahaan. Chadha & Sharma (2015) menyatakan

ATNG menunjukkan investasi aset tetap dan sumber daya jangka panjang yang

dimiliki oleh perusahaan.

ATNG dapat diukur dengan rumus berikut:

ATNG =

3.4.3.3 Pertumbuhan

Pertumbuhan (GROW) menunjukkan kebutuhan dana perusahaan untuk

memperluas operasi yang ada atau prospek pertumbuhan lebih lanjut.

GROW dapat diukur dengan rumus berikut:

GROW =

Tabel 3.2
Definisi Variabel dan Pengukuran

Label Variabel Definisi

ROA Return on Assets Rasio laba sebelum pajak terhadap total aset.

MBR Market-to-book Ratio Rasio rata-rata harga pasar tinggi dan rendah per
saham untuk tahun tersebut terhadap rata-rata
nilai buku per saham.

TDR Total Rasio Hutang Rasio total hutang terhadap total aset.

LDR Rasio Hutang Jangka Panjang Rasio hutang jangka panjang terhadap total aset.

56
SDR Rasio Hutang Jangka Pendek Rasio hutang jangka pendek terhadap total aset.

SIZE Ukuran Perusahaan Logaritma natural penjualan.

ATNG Aktiva Berwujud Rasio aktiva berwujud (jumlah aset tetap bersih
dan persediaan) terhadap total aset.

GROW Pertumbuhan Rasio belanja modal terhadap total aset.


Pengeluaran modal diperkirakan sebagai variasi
satu tahun dalam aset tetap bersih.

Sumber: Ahmed Sheikh & Wang (2013)

3.5 Metode Analisis

3.5.1 Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah teknik deskriptif data yang memberikan data atau

informasi umum tentang data yang diperoleh dari sampel. Hal ini mendukung

ditemukannya pola dan tren pada data yang dibutuhkan untuk membantu peneliti dalam

mengambil keputusan. Pengukuran yang digunakan dalam statistik deskriptif yang

akan dilakukan dalam penelitian ini adalah jumlah sampel, nilai minimum, nilai

maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi. Mean adalah salah satu cara

yang paling populer untuk mengetahui distribusi data, atau mean adalah titik

keseimbangan data. Data tersebut akan ditampilkan dalam bentuk tabel atau grafik.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Pengujian regresi linier dapat dilakukan setelah model penelitian ini memenuhi

syarat lolos uji asumsi klasik. Uji Asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa

regresi yang dilakukan akan memberikan hasil BLUE (Best Linear Unbiased

Estimator). Syarat yang harus dipenuhi adalah data harus berdistribusi normal, tidak

57
mengandung multikoloniaritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Uji asumsi klasik

yang terdiri dari:

3.5.2.1 Uji Normalitas

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi

normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov

Smirnov dengan signifikansi 0,05 yang berarti data dikatakan berdistribusi normal jika

signifikansinya lebih dari 5% atau 0,005. Model regresi yang baik adalah yang

memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas data dapat

dilakukan dengan Jarque-Berra Test (J-B test). Keputusan pengujian diambil dengan

membandingkan nilai hitung Jarque-Berra dengan tabel Chi Square (χ2) pada taraf α

(5%). Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai Jarque-Berra lebih kecil

dari Chi Square (χ2) tabel atau data akan berdistribusi normal jika Sig. nilai > 0,05,

sedangkan jika Sig. nilai < 0,05 maka data tersebut abnormal.

3.5.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas menandakan adanya korelasi antara satu variabel independen

dengan variabel independen lainnya dalam model regresi. Hal ini dapat dilihat dari VIF

(variance inflation factor) dan Nilai Toleransi. Jika nilai regresi menggunakan VIF>10

dan nilai toleransi jika indikator <0,10 berarti terdapat gejala multikolinearitas.

3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas merupakan pertidaksamaan variabel residual untuk semua

observasi dalam model regresi. Dalam penelitian ini, uji Glejser digunakan untuk

58
mengetahui adanya heteroskedastisitas. Nilai signifikansi yang digunakan adalah 0,05

yang artinya jika nilai signifikansi uji >5% atau >0,05 maka model regresi dinyatakan

homoskedastisitas dan jika nilai <5% atau <0,05 maka model regresi dinyatakan

heteroskedastisitas.

3.5.2.4 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi adalah untuk menguji apakah dalam model regresi linier terdapat

korelasi antara kesalahan yang muncul pada periode t dengan pengganggu pada periode

t-1 (sebelumnya). Jika terdapat korelasi, maka disebut masalah autokorelasi. Ketika

autokorelasi mengganggu model regresi linier maka akan menimbulkan bias pada

bagian kesimpulan, model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari

autokorelasi (Sekaran & Bougie, 2016). Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini

menggunakan uji Durbin-Watson. Uji Durbin Watson digunakan untuk menguji apakah

antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai

berikut:

H0 = Tidak ada autokorelasi

Ha = Ada autokorelasi

3.5.3 Pemilihan Model Regresi Data Panel

Penelitian ini menggunakan prosedur data panel karena sampel berisi data lintas

perusahaan dan dari waktu ke waktu, di mana unit penampang yang sama diukur pada

waktu yang berbeda. Untuk memilih metode yang paling tepat dalam menganalisis data

59
panel dalam penelitian ini, maka perlu dilakukan pemilihan model regresi data panel.

Pemilihan model regresi data panel dilakukan dengan pengujian sebagai berikut:

3.5.3.1 Uji Chow

Uji Chow adalah pengujian untuk mengetahui model efek umum atau efek tetap

yang cocok dalam mengestimasi data panel. Hipotesis dalam Uji Chow adalah sebagai

berikut:

H0 = Model Efek Umum

Ha = Model Efek Tetap

Bandingkan perhitungan F-statistik dengan F-tabel untuk mendapatkan hasil

penolakan hipotesis di atas. Jika hasil F-statistik lebih besar (>) dari F-tabel (atau jika

p-value < ), maka H0 ditolak, artinya model yang paling cocok digunakan adalah

Model Efek Tetap. Sebaliknya, jika F-statistik lebih kecil (<) dari F-tabel (atau jika p-

value > ), maka H0 diterima, dan model yang digunakan adalah Model Efek Umum.

3.5.3.2 Uji Hausman

Uji Hausman adalah uji statistik untuk menentukan apakah model efek tetap atau

efek acak paling cocok untuk menjelaskan estimasi. Uji Hausman menggunakan nilai

Chi Square (χ2) sehingga metode seleksi data panel dapat ditentukan secara statistik.

Uji Hausman dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:

H0= Model Efek Acak

Ha = Model Efek Tetap

60
Jika hasil Hausman Test > nilai Chi Square (χ2), maka H0 ditolak, artinya model

yang paling cocok digunakan dalam penelitian ini adalah Model Efek Tetap.

Kebalikannya, jika hasil Hausman Test < nilai Chi Square ( H2), maka H0 diterima,

dan model yang digunakan adalah Model Efek Acak.

3.5.4 Uji Hipotesis

3.5.4.1 Analisis Regresi Data Panel

Persisten dengan studi oleh Ahmed Sheikh & Wang (2013), peneliti menerapkan

prosedur data panel karena data sampel berisi data lintas perusahaan dan dari waktu ke

waktu. Ada tiga teknik ekonometrika panel, yaitu pooled-ordinary-least squares, fixed

effect dan random effect yang digunakan untuk memperkirakan hubungan antara

variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun dasar model regresi

penelitian sebagai berikut:

Deskripsi tiga model estimasi (Pooled OLS, efek tetap dan efek acak) diberikan di

bawah ini:

Performanceit = ß0 + ß1 Leverage + ß2 + it

Performanceit = ß0 + ß1 Leverage + ß2 + it

Performanceit = ß0 + ß1 Leverage + ß2 + it + it

61
Dimana:

Performance = Kinerja Perusahaan (ROA & MBR)

Leverage = Struktur Modal (TD, LTD & STD)

Control = Variabel Kontrol (SIZE, ATNG & GROW)

3.5.4.2 Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui proporsi atau persentase

variasi variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen dalam model

regresi. Koefisien determinasi R2 adalah antara satu dan nol. Jika nilai R2 semakin

mendekati nol, maka pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen

akan semakin kecil. Jika nilai R2 semakin mendekati satu, berarti variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen.

3.5.4.3 Uji t-Statistik

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel independen

dalam model memiliki pengaruh yang signifikan terhadap masing-masing variabel

dependen. Signifikansi pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel

dependen dalam model dapat dilihat dari nilai sig pada uji T. Jika signifikan sig. < 0,05,

artinya variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Sebaliknya jika nilai signifikansi >0,05, maka variabel independen tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

62
3.5.4.4 Uji F-Statistik

Uji F-statistik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen

berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Selain itu, pengujian ini juga

menentukan apakah model regresi layak/tidak layak digunakan untuk memprediksi

variabel dependen. Uji F dalam penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan nilai

signifikansi F dengan taraf signifikansi 0,05 (α = 5%). Jika nilai signifikansi lebih besar

dari (>0,05), maka hipotesis ditolak, artinya semua variabel independen tidak

berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikan lebih

kecil dari (<0,05), maka hipotesis diterima, artinya semua variabel independen

berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.

63
REFERENSI

Abor, J. (2007). Debt policy and performance of SMEs: Evidence from Ghanaian and
South African firm. Journal of Risk Finance Vol. 8 No. 4, 364-379.
Ahmed, N., & Afza, T. (2019). Capital structure, competitive intensity and firm
performance: evidence from Pakistan. Journal of Advances in Management
Research.
Barbosa, N., & Louri, H. (2005). Corporate Performance: Does Ownership Matter? A
Comparison of Foreign and Domestic Owned Firms: in Greece and Portugal.
Review of Industrial Organization, 73-102.
Berle A.A, Means GC (1932) The Modern Corporation and Private Property. New
York, Macmillan.
Brealey, R. A., Marcus, A. J., & Myers, S. C. (2015). Fundamentals of Corporate
Finance. 2 Penn Plaza, New York: McGraw- Hill Education.
Brigham, Eugene & Houston, Joel F. (2006). Dasar-dasar Manajemen Keuangan,
Jakarta: Salemba Empat.
Brigham, Eugene & Houston, Joel F. (2011). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. 11nd
edition. Jakarta: Salemba Empat.
Chadha, S., & Sharma, A. K. (2015). Determinants of capital structure: an empirical
evaluation from India. International Journal of Law and Management, Vol. 57,
53-83.
Dawar, V. (2014). Agency Theory, Capital Structure and Firm Performance: Some
Indian Evidence. Managerial Finance, Vol. 40 .
Ebaid, I. E.-S. (2009). The impact of capital-structure choice on firm performance:
empirical evidence from Egypt. The Journal of Risk Finance, Vol. 10 Issue: 5,
477-487.
Gujarati, Damodar. (2012). Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat.
Helfert, E.A, (2003). Techniques of Financial Analysis. 11th ed. New York: The
McGraw-Hill Companies, Inc.
Jati, A. K., & Sudaryanto, B. (2016). Pengaruh Hutang Jangka Pendek, Hutang Jangka
Panjang, dan Total Hutang Terhadap ROA dan ROE: Perusahaan yang
Terdaftar dalam Indeks LQ-45 di BEI. Diponegoro Journal of Management, 1-
11.

64
K. R. Subramanyam dan John J. Wild (2010). Analisis Laporan Keuangan Edisi
Sepuluh. Jakarta. Salemba Empat.

Kirmi, P. N. (2017). Relationship Between Capital Structure and Profitability,Evidence


From Listed Energy and Petroleum Companies Listed in Nairobi Securities
Exchange . Journal of Investment and Management, 97-102.
Lubatkin, M. and Chatterjee, S. (1994). “Extending modern portfolio theory into the
domain of corporate diversification: does it apply?”, Academy of Management
Journal, Vol. 37 No. 1, pp. 109-136.
Martis, R. N. (2013). Capital Structure and Firm’s Financial Performance.
Modigliani, F., & Miller, M. H. (1958). The Cost of Capital, Corporation Finance and
The Theory of Investment. The American Economic Review. 13(3): 261- 297.
Modigliani, F., & Miller. M. H. (1963). Corporate Income Taxes and the Cost of
Capital: A Correction. American Economic Review, 433-443.

Mouna, A., Jianmu, Y., Havidz, S. A., & Ali, H. (2017). The impact of capital structure
on Firms performance in Morocco. International Journal of Application or
Innovation in Engineering & Management (IJAIEM), 11-16.
Muritala, T. A. (2012). An Empirical Analysis of Capital Structure on Firms’
Performance in Nigeria. International Journal of Advances in Management and
Economics, 116-124.
Myers, S. C. (2001). Capital Structure, Journal of Economic perspectives, 81-102.
Myers, Stewart C. (1984). The capital structure puzzle. Journal of Finance 39, 575-
592.
Nadeem, M., Ahmad, R., Ahmed, A., Ahmad, N., Batool, S. R., & Ur-Rehman, K.
(2015). The Effect of Leverage on Financial Health of the Firms: A Study.
Industrial Engineering Letters, 123-127.
Rouf, M. A. (2015). Capital Structure and Firm Performance of Listed Non-Financial
Companies in Bangladesh. The International Journal of Applied Economics
and Finance , 25-32.
Ross, Stephen A, Westerfield, Randolph W., Jaffe, Jeffery F., Jordan, Bradford D.
(2009). Corporate Finance: Core Principals and Application. (2nd ed). New
York, United State of America: McGraw-Hill/Irwin.
S., N. (2016). The impact of capital structure on Financial Performance of the firms:
Evidence From Borsa Istanbul. Journal of Business & Financial Affairs.
Saenz, J. (2005). Human capital indicators, business performance and market-to-book
ratio. Journal of Intellectual Capital, Vol. 6, 374-384.

65
Sakr, A., & Bedeir, A. (2019). Impact of Capital Structure on Firm’s Performance:
Focusing on Non-financial Listed Egyptian Firms. International Journal of
Financial Research Vol. 10, No. 6, 78-87.
Salim, M., & Yadav, D. (2012). Capital Structure and Firm Performance: Evidence
from Malaysian Listed Companies. Procedia - Social and Behavioral Sciences
65, 156-166.
San, D. T., & Heng , T. B. (2011). Capital Structure and Corporate Performance of
Malaysian Construction Sector. International Journal of Humanities and Social
Science, 28-36.
Shah, S. H., & Shah, A. (2017). Short-term Financing and Risk-Adjusted Profitability:
Evidence From Pakistan. Pakistan Business Review, 723-743.
Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Research Methods for Business: A Skill Building
Approach. Seventh Edition. Haddington. John Willey &Sons.
Sheikh, N. A., & Wang, Z. (2013). The impact of capital structure on performance : An
empirical study of non-financial listed firms in Pakistan. International Journal
of Commerce and Management, 354-368.
Smithers, Andrew dan Wright, Stephen. (2007). Valuing Wall Street, McGraw Hill.
Tailab, M. M. (2014). The Effect of Capital Structure on Profitability of Energy
American Firms. International Journal of Business and Management Invention,
54-61.
Vatavu, S. (2015). The impact of capital structure on financial performance in
Romanian listed companies. Procedia Economics and Finance 32, 1314-1322.
Zeitun, R., & Tian, G. G. (2007). Capital Structure and Corporate Performance:
Evidence from Jordan. The Australasian Accounting Business & Finance
Journal, 40-61.

66
Lampiran A

Daftar Sampel Perusahaan

Perusahaan Manufaktur dan Jasa

No
Sub. Sektor Kode Nama Perusahaan
.
1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
Keramik, Kaca,
2 ARNA Arwana Citramulia Tbk
Porselen (32)
3 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
4 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
5 ISSP PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk
Produk Logam
6 LION Lion Metal Works Tbk
dan Sejenis (33)
7 LMSH Lionmesh Prima Tbk
8 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk
9 BUDI PT Budi Starch & Sweetener Tbk.
10 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk
Bahan Kimia
11 EKAD Ekadharma International Tbk
(34)
12 INCI Intanwijaya Internasional Tbk
13 SRSN Indo Acidatama Tbk
14 AKPI Argha Karya Prima Ind. Tbk
15 IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk
Plastik dan
16 IMPC PT Impack Pratama Industri Tbk
Kemasan (35)
17 TALF PT Tunas Alfin Tbk
18 TRST Trias Sentosa Tbk
19 Pulp dan Kertas ALDO Alkindo Naratama Tbk
20 (38) KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk
21 ASII Astra International Tbk
22 AUTO Astra Otoparts Tbk
23 Otomotif dan BOLT PT Garuda Metalindo Tbk.
24 Komponen (42) INDS Indospring Tbk
25 NIPS Nipress Tbk
26 SMSM Selamat Sempurna Tbk

67
27 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk
28 Tekstil dan STAR Star Petrcohem Tbk
29 Garmen (43) TRIS Trisula International Tbk
30 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk
31 JECC Jembo Cable Company Tbk
32 KBLI KMI Wire and Cable Tbk
33 Kabel (45) KBLM Kabelindo Murni Tbk
Supreme Cable Manufacturing Corporation
34
SCCO Tbk
35 VOKS Voksel Electric Tbk
36 CEKA PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
37 DLTA Delta Djakarta Tbk
38 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
39 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
40 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
Makanan dan
41 MYOR Mayora Indah Tbk
Minuman (51)
42 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
43 SKBM Sekar Bumi Tbk
44 SKLT Sekar Laut Tbk
45 STTP Siantar Top Tbk
46 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry Tbk
47 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk
48 KAEF Kimia Farma (Persero) Tbk
49 KLBF Kalbe Farma Tbk
50 MERK Merck Tbk
51 Farmasi (53) PYFA Pyridam Farma Tbk
52 SCPI Merck Sharp Dohme Pharma Tbk
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul
53
SIDO Tbk
54 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk
55 ADES Akasha Wira International Tbk Tbk
56 Kosmetik dan
KINO PT Kino Indonesia Tbk
Rumah Tangga
57 (54) TCID Mandom Indonesia Tbk
58 UNVR Unilever Indonesia Tbk
Properti dan
59
Real Estat (61) PUDP Pudjiadi Prestige Tbk
60 Transportasi ASSA Adi Sarana Armada Tbk

68
61 BIRD PT Blue Bird Tbk
62 (74) NELY Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk
63 TMAS Pelayaran Tempuran Emas Tbk
64 BALI PT Bali Towerindo Sentra Tbk.
65 BUKK Bukaka Teknik Utama Tbk
66 Konstruksi Non IBST Inti Bangun Sejahtera Tbk
67 Bangunan (75) SUPR Solusi Tunas Pratama Tbk
68 TBIG PT Tower Bersama Infrastructure Tbk
69 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk
70 AKRA AKR Corporindo Tbk
71 APII PT Arita Prima Indonesia Tbk.
72 CLPI Colorpak Indonesia Tbk
73 DPUM PT Dua Putra Utama Makmur Tbk.
74 EPMT Enseval Putra Megatrading Tbk
75 INTD Inter-Delta Tbk
Grosir (Barang
76 Tahan Lama LTLS PT Lautan Luas Tbk
77 dan Tidak MICE Multi Indocitra Tbk
78 Tahan Lama) MPMX PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk.
(91)
79 SDPC Millennium Pharmacon International Tbk
80 TGKA Tigaraksa Satria Tbk
81 TIRA Tira Austenite Tbk
82 TURI Tunas Ridean Tbk
83 UNTR United Tractors Tbk
84 WICO Wicaksana Overseas International Tbk
85 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk
86 AMRT PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk.
87 CSAP Catur Sentosa Adiprana Tbk
88 ERAA Erajaya Swasembada Tbk
89 Perdagangan LPPF Matahari Department Store Tbk
90 Eceran (93) MAPI Mitra Adiperkasa Tbk
91 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk
92 MKNT PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk.
93 RALS Ramayana Lestari Sentosa Tbk
94 TELE Tiphone Mobile Indonesia Tbk
95 Pariwisata, ARTA Arthavest Tbk
96 Restoran dan BAYU Bayu Buana Tbk
97 Hotel (94) FAST Fast Food Indonesia Tbk

69
98 HOME Hotel Mandarine Regency Tbk
99 ICON Island Concepts Indonesia Tbk
10
0 INPP Indonesian Paradise Property Tbk
10 Jakarta International Hotel & Development
1 JIHD Tbk
10
2 JSPT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk
10
3 KPIG MNC Land Tbk
10
4 MAMI Mas Murni Indonesia Tbk
10
5 PANR Panorama Sentrawisata Tbk
10
6 PDES Destinasi Tirta Nusantara Tbk
10
7 PGLI Pembangunan Graha Lestari Tbk
10
8 PJAA Pembangunan Jaya Ancol Tbk
10
9 SHID Hotel Sahid Jaya Tbk
11
0 EMTK Elang Mahkota Teknologi Tbk
11
1 JTPE Jasuindo Tiga Perkasa Tbk
11
Periklanan,
2 LINK PT Link Net Tbk.
Percetakan dan
11
Media (95)
3 MDIA PT Intermedia Capital Tbk.
11
4 MNCN Media Nusantara Citra Tbk
11
5 SCMA Surya Citra Media Tbk
11
6 ASGR Astra Graphia Tbk
11
7 ATIC PT Anabatic Technologies Tbk
11
Komputer dan
8 DNET PT Indoritel Makmur Internasional Tbk.
Services (97)
11
9 LMAS Limas Indonesia Makmur Tbk
12
0 MLPT PT Multipolar Technology Tbk.
12 MTDL Metrodata Electronics Tbk

70
1
12
2 Perusahaan BMTR Global Mediacom Tbk
12 Investasi (98)
3 POOL Pool Advista Indonesia Tbk

71

Anda mungkin juga menyukai