Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS
ENDOMETRIOSIS

Tanggal 04 - 09 Oktober 2021

Oleh:
Adhitria Rahmatanridho Putrranto, S.Kep
NIM. 2130913310007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN MATERNITAS
ENDOMETRIOSIS

Oleh
Adhitria Rahmatanridho Putrranto, S.Kep

NIM. 2130913310007

Banjarbaru, 4 Oktober 2021

Mengetahui,

Koordinator Stase Maternitas Pembimbing Akademik

Nana Astriana Hasibuan, Ns., M.Kes Fitri Ayatul Azlina, Ns., M.Kep
NIP. 197903170201902209001
1. Definisi
Secara klasik pada awal definisi endometriosis adalah terdapat jaringan
endometrium, baik kelenjar maupun stroma, di luar uterus. Pada dekade berikutnya
endometriosis digambarkan sebagai penyakit yang menyebabkan nyeri dan
membutuhkan tindakan operasi. Introduksi alat endoskopi pada tahun 1960 membawa
perubahan gambaran endometriosis dan kemudian dikenal lesi endometriosis black-
puckered yang banyak didapatkan pada perempuan dengan keluhan nyeri
dan/infertilitas (Hendy Hendarto, 2015)
Endometriosis merupakan kondisi medis pada wanita yang ditandai dengan
tumbuhnya sel-sel endometrium di luar kavum uteri. Sel-sel endometrium yang
melapisi kavum uteri sangat dipengaruhi hormon wanita. Dalam keadaan normal, sel-
sel endometrium kavum uteri akan menebal selama siklus menstruasi berlangsung
agar nantinya siap menerima hasil pembuahan sel telur oleh sperma. Bila sel telur
tidak mengalami pembuahan, maka sel-sel endometrium yang menebal akan meluruh
dan keluar sebagai darah menstruasi (Speroff L, Fritz M, 2005)

2. Etiologi
Teori yang berbeda terkait dengan patogenesis endometriosis menunjukkan
bahwa etiologi endometriosis masih bersifat kompleks dan multifaktorial, yang
melibatkan komponen hormonal, genetik, sistem imun, dan lingkungan (Sourial et al.,
2014).
Teori Mekanisme
Menstruasi retrograd Aliran isi endometrium ke pelvis,
memungkinkan terjadinya implantasi
lesi endometrium
Metaplasia Transformasi jaringan/sel peritoneal
menjadi jaringan endometrium melalui
faktor hormonal dengan atau tanpa
faktor imunologis
Hormon Proliferasi lesi endometrium yang
dipengaruhi oleh estrogen. Resitensi
terhadap progesteron dapat
menyebabkan proliferasi endometrium
Stres oksidatif dan inflamasi Pengerahan sel imun dan fungsinya
sebagai penghasil sitokin dapat
menyebabkan pertumbuhan
endometrium
Disfungsi sistem imun Mencegah untuk terjadinya kehilangan
debris menstruasi dan memicu
terjadinya implantasi dan
pertumbuhan lesi endometrium
Penekanan proses apoptosis Memicu ketahanan hidup sel
endometrium dan terjadinya
penurunan proses apoptosis
Genetik Perubahan fungsi seluler yang
meningkatkan keterikatan sel
endometrium dan terhindarnya selsel
endometrium dari proses pembersihan
sistem imun
Stem sel Permulaan deposit sel-sel
endometriotik secara alami untuk
beregenerasi yang dilakukan oleh
selsel yang tidak berdiferensiasi

3. Manifestasi klinis
Terdapat dua masalah yang sering menjadi keluhan perempuan dengan
endometriosis, yaitu nyeri dan infertilitas atau kesulitan punya anak. Tanda dan
keluhan endometriosis antara lain nyeri haid, nyeri panggul, nyeri sanggama, keluhan
intestinal siklik, capai/kelelahan dan infertilitas. Keluhan nyeri tersebut biasanya
berhubungan dengan siklus haid, tergantung pada lokasi lesi endometriosis
(Hendarto, 2015).
Teori
4. Pathway Teori Transplantasi
Metaplasia

Endometrium

Terjadi di Sekitar tuba Ovarium Peritonium Colon


sekitar memblokir pelvis
uterus ujung-ujung
fimbriae
Adhesi

Menarik
uterus ke Menurunnya
kemampuan Peluruhan Perdarahan Fibrosis
dalam endomentrium
possisi tetap tuba
menarik (siklus
dan menstruasi)
retroversi ovum ke Adhesi Penurunan
uterus kontraktilitas
colon
Inflamasi

Infertilisasi Fases padat

Peningkatan prostalglandin Tidak BAB > 3x

Konstipasi
Klien cemas
tidak punya
anak

Mempengar Respon
Ansietas uhi otot nyeri
polos pada
usus
Nyeri akut

Konstraksi
meningkat

Penurunan
penyerapan
cairan

Fases encer Diare


BAB > 3x

5. Komplikasi
Komplikasi dan endometriosis sering berhubungan dengan adanya fibrosis dan
jaringan parut yang tidak hanya berefek pada organ yang terkena, namuntiga dapat
menyebabkan obstruksi kolon dan ureter. Ruptur dari endometrioma dan juga
dibasilkannya zat berwarna coklat yang sangat iritan juga dapat menyebabkan
peritonitis. Meskipun jarang. lesi endometrium dapat berubah menjadi malignan dan
paling sering terjadi pada kasus endometriosis yang berlokasi di ovarium.

6. Pemeriksaan Diagnostik
a) Laparoskopi Membuat lubang kecil pada pusar dan memasukkan sebuah
batang yang diujungnya memiliki kamera yang dihubungkan dengan monitor
TV sehingga dapat dilihat langsung kondisi organ kandungan didalam sana,
tanpa harus menyayat perut.
b) MRI (magnetic imaging resonance) Dengan menggunakan gelombang
magnetik untuk menentukan posisi serta besar/ luas.
c) Thorax X ray Untuk mengidentifikasi keadaan pulmo.
d) Analisa Gas Darah Menunjukan efektifitas dari pertukaran gas dan usaha
pernafasan.
7. Penatalaksanaan
Pilihan terbaik untuk mengatasi infertilitas yang disebabkan oleh
endometriosis adalah dengan melakukan Assisted Reproductive Technologies (ART).
ART adalah suatu teknologi yang digunakan untuk membantu wanita dan pria untuk
mempunyai keturunan. Salah satu teknik ART adalah ICSI (intracytoplasmic sperm
injection) dimana sel telur dan sperma disatukan di luar tubuh wanita (Tjokorda dkk,
2021)

Menurut herdanto (2015) untuk penatalaksanaan endometriosis antara lain:


a) Penganan nyeri endometriosis Endometriosis didapatkan pada 60−80%
penderita dengan nyeri panggul yang apabila tidak ditangani dengan baik akan
menyebabkan penurunan kualitas hidup. Terapi medis yang melibatkan
berbagai obat hormon dan analgetika telah digunakan untuk mengatasi nyeri
endometriosis, selain itu pembedahan dengan beberapa teknik tindakan juga
telah banyak dipakai.
b) Pil kontrasepsi kombinasi Pil kontrasepsi kombinasi telah dipakai secara luas
untuk mengatasi keluhan dismenore dan nyeri panggul terkait dengan
endometriosis. Pengobatan ini menunjukkan hasil yang efektif, aman dan
dapat diterima untuk pengobatan dismenorea dan nyeri panggul terkait
endometriosis pada perempuan yang tidak meginginkan anak.
c) Terapi medis pada infertilitas karena endometriosis Terapi medis pada
endometriosis ditujukan untuk manipulasi hormon siklus haid agar terbentuk
kondisi amenore sehingga menjadi lingkungan yang tidak kondusif untuk
pertumbuhan jaringan endometriosis. Secara konvensional obat hormon yang
digunakan untuk terapi medis mengatasi infertilitas karena endometriosis
sama dengan yang digunakan mengatasi nyeri, yaitu danazol, progestogen, pil
kontrasepsi kombinasi dan agonis GnRH.

8. Asuhan keperawatan
1) Pengkajian
a) Identitas pasien
b) Keluhan utama
c) Riwayat penyakit sekarang
d) Riwayat penyakit dahulu
e) Riwayat kesehatan keluarga
f) Riwayat menstruasi
g) Pengkajian pola gordon: Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan,
Pola nutrisi, Pola eliminasi, Pola istirahat dan tidur, Pola personal
hygiene, Pola aktivitas, Pola kognitif dan persepsi, Pola konsep diri,
Pola hubungan dan peran, Pola seksual dan reproduksi, Pola
penanganan masalah stress, Pola keyakinan dan nilai-nilai
h) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan head to toe dan pemeriksaan tanda-
tanda vital
2) Diagnosa keperawatan
a) Nyeri akut
b) Diare
c) Ansietas
d) Konstipasi
3) Perencanaan
NO. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Pemberian Obat
tindakan 1x30 menit 1. Pertahankan
kontrol nyeri: aturan dan
1. Menggunakan prosedur yang
analgesik yang sesuai dengan
direkomendasika keakuratan dan
n dari skala 1 keamanan
menjadi skala 4 pemberian obat
2. Melaporkan nyeri 2. Ikuti prosedur
yang terkontrol lima benr
dari skala 1 pemberian obat
menjadi skala 4 3. Verikasi resep
obat sebelum
melakukan
pemberian obat
4. Catat alergi yang
di alami klien
sebelum
pemberian obat

2. Diare Setelah dilakukan Manjemen diare


tindakan 1x60 menit 1. Tentukan riwayat
keparahan gejala: diare
1. Intensitas gejala 2. Ambil tinja untuk
dari skala 2 pemeriksaan
menjadi skala 4 kultur dan
2. Frekuensi gejala sensitifitas bila
dari skala 2 diare berlanjut
menjadi skala 4 3. Evaluasi profil
pengobatan
terhadap adanya
efek samping pada
gastrointestinal
4. Ajari pasien cara
penggunaan obat
antidiare secara
tepat
5. Instruksikan
pasien atau
anggota keluarga
untuk mencatat
warna, volume,
frekuensi, dan
konsistensi tinja

3. Ansietas Setelah dilakukan Pengurangan kecemasan


tindakan 1x24 jam 1. Gunakan
tingkat rasa takut: pendekatan yang
1. Distress dari tenang dan
skala 2 menjadi menyakinkan
skala 4 2. Nyatakan dengan
2. Kekhawatiran jelas harapan
berlebihan terhadap perilaku
tentang peristiwa klien lelaskan
kehidupan dari semua prosedur
skala 2 menjadi termasuk sensasi
skala 4 yang akan
dirasakan vang
mungkin akan
dialami klien
selama prosedur
(dilakukan
3. Pahami situasi
krisis yang terjadi
dari perspektif
klien
4. Berikan informasi
faktual terkait
diagnosis,
perawatan dan
prognosis

4. Konstipasi Setelah dilakukan Manajemen konstipasi


tindakan 1x60 menit 1. Monitor tanda dan
keparahan gejala: gejala konstipasi
1. Intensitas gejala 2. Monitor tanda dan
dari skala 2 gejala impaksi
menjadi skala 4 3. Monitor (hasil
2. Frekuensi gejala produksi]
dari skala 2 pergerakan usus
menjadi skala 4 [feses), meliputi
frekuensi,
konsistensi,
bentuk, volume,
dan warna, dengan
cara Monitor
bising usus
4. Konsultasikan
dengan dokter
mengenai
penurunan/pening-
katan frekuensi
bising usus
5. Monitor tanda dan
gejala terjadinya
ruptur usus
dan/atau
peritonitis
6. Jelaskan penyebab
dari masalah dan
rasionalisasi
tindakan pada
pasien

DAFTAR PUSTAKA
Bulechek,dkk. 2016. Nursing Intervention classification (NIC) Edisi Keenam.
Singapore: Elsevier Icn.
Hendy Hendarto. 2015. ENDOMETRIOSIS (Dari Aspek Teori Sampai Penanganan
Klinis). Surabaya: Airlangga University Press (AUP)
Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions And
Classification. Jakarta: EGC.
Moorhead, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran
Outcomes Kesehatan Edisi kelima. Singapore: Elsevier Icn
Sourial, S., Tempest, N. & Hapangama, D.K. 2014, „Review article: Theories on the
pathogenesis of endometriosis‟, International Journal of Reproductive
Medicine, pp. 1-9.
Speroff L, Fritz M. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
Wulandari TIPA, Mahendra NB, Manuaba IF, Adnyana IP, Sudiman J. Kualitas
Oosit, Embrio, Dan Kehamilan Pasien Endometriosis Stadium Iii-Iv
Danpasiendengan Infertilitas Tuba Falopi Yang Mengikuti Program Bayi
Tabung Di Rumah Sakit Bros Tahun 2015-2019. J Med udayana.
2021;10(3):40-47.

Anda mungkin juga menyukai