Anda di halaman 1dari 4

EKLAMPSI

No. Dokumen : 124/UKP/NPIII/2021


No. Revisi :
SOP
Tanggal terbit : 16 April 2021
Halaman : 1/4

UPTD. PUSKESMAS dr. Putu Nur Idayanthi


NUSA PENIDA III NIP. 197801052010012019

1. Pengertian Kasus akut pada penderita pre-eklampsia, yang disertai dengan kejang
menyeluruh dan atau koma.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan
kehamilan dengan eklampsia dan pencegahannya di Puskesmas.
3. Kebijakan 1. Keputusan kepala UPTD. Puskesmas Nusa Penida III Nomor 102
tahun 2021 tentang pengendalian dan pencegahan penularan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di UPTD. Puskesmas Nusa
Penida III.

2. Keputusan Kepala UPTD. Puskesmas Nusa Penida III Nomor 106


tahun 2021 tentang Standar Layanan Klinis di UPTD.Puskesmas
Nusa Penida III.
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/514 tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis
bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

5. Alat dan Bahan Alat:


1. APD (Alat Pelindung Diri)
2. Oropharyngeal airway / Guedel
3. Kateter urin
4. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan urin (menilai kadar
proteinuria).
5. Palu
Bahan:
1. urine
2. Larutan MgSO4 40%
3. Ca Glukonas
4. Diazepam injeksi
6. Langkah- 1. Bidan Menggunakan APD dan menerapkan protokol kesehatan
Langkah/ 2. Bidan melakukan Anamnesis (Subjective)
Prosedur Keluhan
Kejang yang diawali dengan gejala-gejala prodromal eklampsia,
antara lain:
1. Nyeri kepala hebat
2. Gangguan penglihatan
3. Muntah-muntah
4. Nyeri uluhati atau abdomen bagian atas
1
5. Kenaikan progresif tekanan darah

Faktor Risiko
1. Kondisi-kondisi yang berpotensi menyebabkan penyakit
mikrovaskular (antara lain: diabetes melitus, hipertensi kronik,
gangguan pembuluh darah dan jaringan ikat)
2. Sindrom antibody antiphospholipid, dan nefropati. Faktor risiko
lainya dihubungkan dengan kehamilan itu sendiri, dan faktor
spesifik dari ibu atau ayah janin.
3. Riwayat preeklampsia ringan dan berat dalam kehamilan
sebelumnya.

2. Bidan melakukan Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan keadaan umum: sadar atau penurunan
kesadaran Glasgow Coma Scale dan Glasgow-Pittsburg
Coma Scoring System.
2. Pada tingkat awal atau aura yang berlangsung 30 sampai 35
detik, tangan dan kelopak mata bergetar, mata terbuka
dengan pandangan kosong.
3. Tahap selanjutnya timbul kejang
4. Pemeriksaan tanda vital
Adanya peningkatan tekanan darah diastol >110 mmHg
5. Sianosis
. Komplikasi pada ibu: sianosis, aspirasi , pendarahan otak dan
kegagalan jantung, mendadak, lidah tergigit, jatuh dari
tempat tidur yang menyebabkan fraktur dan luka, gangguan
fungsi ginjal, perdarahan atau ablasio retina, gangguan
fungsi hati dan ikterus
2. Komplikasi pada janin: Asfiksia mendadak disebabkan
spasme pembuluh darah, Solusio plasenta, persalinan
prematuritas.
3. Bidan melakukan Penatalaksanaan Komprehensif(Plan)
Perawatan dasar eklampsia yang utama adalah terapi supportif
untuk stabilisasi fungsi vital, dengan pemantauan terhadap Airway,
Breathing, Circulation (ABC).
Non Medikamentosa
Pengelolaan Kejang
1. Pemberian obat anti kejang.
2. Masukan sudap lidah ke dalam mulut penderita.
3. Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trendelenburg untuk
mengurangi risiko aspirasi.

2
4. Katerisasi urine untuk pengukuran cairan dan pemeriksaan
proteinuria.
5. Beberapa keluarga pasien membantu untuk menjaga pasien
tidak terjatuh dari tempat tidur saat kejang timbul
6. Beri O2 4 - 6 liter permenit.

Medikamentosa
1. MgSO4diberikan intravena dengan dosis awal 4 g (10ml MgSO4
40%, larutkan dalam 10 ml akuades) secara perlahan selama
20 menit, jika pemberian secara intravena sulit, dapat diberikan
secara IM dengan dosis 5mg masing bokong kanan dan kiri.
Adapun syarat pemberian MgSO4
a. tersedianya CaGlukonas10%
b. ada refleks patella,
c. jumlah urin minimal 0,5 ml/kgBB/jam
d. frekuensi napas 12-16x/menit.
2. Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 g MgSO4
(15ml MgSO4 40%, larutkan dalam 500 ml larutan Ringer
Laktat/ Ringer asetat) 28 tetes/ menit selama 6 jam dan diulang
hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang berakhir.
3. Pada kondisi di mana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya,
berikan dosis awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke
fasilitas kesehatan sekunder .
4. Diazepam juga dapat dijadikan alternatif pilihan dengan dosis 10
mg IV selama 2 menit (perlahan), namun mengingat dosis yang
dibutuhkan sangat tinggi dan memberi dampak pada janin,
maka pemberian diazepam hanya dilakukan apabila tidak
tersedia MgSO4 40 %

5. Stabilisasi selama proses perjalanan rujukan


a. Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah,
frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, refleks patella.
b. Bila frekuensi pernapasan < 16 x/menit, dan/atau tidak
didapatkan refleks tendon patella, danatau terdapat oliguria
(produksi urin <0,5 ml/kg BB/jam), segera hentikan
pemberian MgSO4.

6. Jika terjadi depresi napas, berikan Ca glukonas 1 g IV (10 ml


larutan 10%) bolus dalam 10 menit.
Kriteria Rujukan
Eklampsia merupakan indikasi rujukan yang wajib di lakukan.

3
7. Diagram Alir
Menggunakan APD
dan menerapkan
prokes sebelum
kegiatan

Pemeriksaa fisik: Diagnostic:


keadaan umum, diagnosis klinis,
Anamnesa:
pemeriksaantand diagnosis
keluhan, faktor
a vital, sianosis, banding
risiko
skotoma
penglhata

Penatalaksaan:
terapi supportif
untuk stabilisasi
fungsi vital dengan
rujuk pemantaua
terhadap airway,
brething, circulation

8. Hal-hal yang
perlu Tanda bahaya pada kehamilan
diperhatikan
9. Unit terkait 1. Puskesmas Pembantu (PUSTU)
2. Ruang Pemeriksaan Umum
3. Ruang Farmasi
10. Dokumen terkait 1. Rekam Medis
2. Buku KIA
3. Kartu Ibu
4. Surat Rujukan
11. Rekaman
Histori Perubahan
No Yang Isi perubahan Tanggal mulai
dirubah diberlakukan
1
2

Anda mungkin juga menyukai